Anda di halaman 1dari 5

Saya besertq teman teman saya akan memberi pendapat keterkaitan teori relativitas, fisika kuantum

dan termodinamika untuk film Avenger End Game, sesuai tugas yang diberi Bu Intan Irawati selaku
guru fisika kami.

Jadi, dalam film tersebut Captain Marvel mampu melintasi alam semesta dengan sangat cepat. Ia pun
bisa langsung merespons panggilan darurat dari Nick Fury agar segera kembali ke Bumi, sekaligus
menyelamatkan Tony Stark alias Iron Man di tengah jalan.

Salah satu yang harus diperhatikan dari kemampuan tersebut adalah betapa jauhnya perjalanan yang
ditempuh oleh Captain Marvel. Terlebih, alam semesta mengalami perluasan seiring berjalannya
waktu.

"Katanya Captain Marvel patroli di galaksi lain. Galaksi yang paling dekat dengan kita Andromeda.
Andromeda jaraknya 2,5 juta tahun cahaya. Artinya kalau kita naik angkot, dengan kecepatan cahaya,
itu batu sampai 2,5 juta tahun. Bagaimana Captain Marvel, Nick Fury kirim sinyal, dia udah kembali
ke Bumi. Kan nggak mungkin," tutur Prof. Husin Alatas, ahli fisika dari IPB, saat ditemui dalam
diskusi publik di Jakarta.

Terkait dengan hal tersebut, lubang cacing, atau biasa disebut sebagai wormhole, memiliki peranan
penting. Dalam sains, ia dikenal dengan nama jembatan Einstein-Rosen, merujuk pada ide Albert
Einstein dan Nathan Rosen pada 1935 yang menyebut adanya 'jembatan' penghubung ruangwaktu.

Foto: dok. Prof. Husin Alatas

Secara teori, wormhole memang bisa digunakan untuk bepergian. Ia menghubungkan dua tempat
yang sangat jauh, dan memungkinkan dalam mengakomodasi perjalanan di dalam lorong ruangwaktu
itu.

"Nah, kalau menurut teori relativitas, mungkin aja, tapi dia lewat jalan pintas, yaitu lewat Einstein-
Rosen bridge. Tapi ingat lagi, Einstein-Rosen bridge bisa ada dalam waktu yang sangat singkat," kata
Prof. Husin.
"Nah, oleh karena itu, Captain Marvel harus dilengkapi dengan material eksotik dengan massa yang
negatif. Massa negatif artinya dia buka terus ya, wormhole-nya dibuka terus oleh tubuhnya dia baru
dia bisa jalan dari satu galaksi ke galaksi yang lain," ujarnya menambahkan.

Prof. Husin Alatas. (Foto: Muhamad Imron Rosyadi/detikINET)

Prof. Husin juga menjelaskan bahwa massa negatif akan menghasilkan efek tolak-menolak di dalam
wormhole sehingga dapat terbuka. Sedangkan massa positif akan menciptakan efek tarik-menarik di
dalam lubang cacing sehingga ia akan tertutup. Sebagai bayangan, coba buat celah dengan dua
magnet sebagai wormhole dan hadapkan mereka dengan kutub yang sama dan berbeda.

Bisa jadi, Captain Marvel mendapat materi eksotik dengan massa yang negatif itu dari Tesseract.
Sebagaimana kita ketahui, sumber kekuatannya berasal dari paparan kubus tersebut.

Prof. Husin Alatas, ahli fisika dari IPB, mengatakan bahwa hal tersebut bersumber dari buah
pemikiran David Deutsch, ilmuwan asal Inggris. Ia menggabungkan sejumlah teori mengenai
perjalanan melintasi waktu dalam karya tulisnya.

"Kata Deutsch, dalam skala kuantum, perjalanan waktu ke masa lalu itu diperbolehkan melalui Closed
Timelike Curves (CTC)," ujar Prof. Husin ketika ditemui dalam sebuah diskusi publik di Jakarta.

Di situ, ada kalimat "skala kuantum" yang disebut. Maka dari itu, kita perlu memahami apa yang
penting di dalam teori kuantum.

"Yang diamati dari teori kuantum adalah, elektron ternyata memiliki sifat seperti gelombang, artinya
dia bisa mengalami pembelokan," ucapnya ketika ditemui dalam sebuah diskusi publik.

"Sebuah elektron dapat berada di kedua celah secara bersamaan karena koherensi kuantum. Ciri ini
hilang ketika sebuah detektor diletakkan di salah satu celah. Partikel kembali berperilaku selayaknya
partikel," katanya menambahkan.

Foto: istimewa

Dari situ, ia menekankan bahwa sebuah partikel dapat berada di dua tempat secara bersamaan pada
waktu yang sama. Untuk menjelaskan hal tersebut, Prof. Husin menyebut nama Hugh Everett III yang
mengajukan teori Many Worlds Interpretation.

"Pergerakan elektron berdasarkan teori kuantum tidak diketahui, sifatnya hanya probabilitas, hanya
berdasarkan kemungkinan-kemungkinan (Copenhagen Interpretation). Dari Many World
Interpretation, kemungkinan-kemungkinan itu ada di alam semesta yang berbeda, yang disebut
sebagai parallel universe," tuturnya.

Ini lah yang akan membawa kita ke multiverse, yang jumlahnya bisa tak terhingga. Pada Avengers:
Endgame, kita bisa lihat bagaimana Ancient One membahas hal tersebut ketika ia sedang berbincang
dengan Bruce Banner alias Hulk.

Nah, eksistensi alam semesta paralel ini yang membuat Avengers: Endgame bisa menghindari
Grandfather Paradox di dalam plotnya. Paradoks itu sendiri sering muncul dalam film fiksi ilmiah,
ketika orang pergi ke masa lalu untuk membunuh sosok kakek, ayah, atau dirinya sendiri, yang
membuat si pembunuh hilang tak lama setelahnya.
Foto:
istimewa

Kemudian, Avengers kembali ke masa lalu melalui CTC skala kuantum. Itu adalah penghubung dua
waktu berbeda.

"Dari teori relativitas umum, itu mengizinkan yang namanya Closed Timelike Curves (CTC). Jadi,
ada loop di ruang waktu yang memungkinkan orang untuk kembali dari masa depan ke masa lalu atau
dari masa lalu ke masa depan," ujar Prof. Husin.

Selain dibolehkan oleh relativitas umum, ada teori bernama Alam Semesta Godel yang mendukung
eksistensi dari CTC. Jadi, Kurt Godel, ahli matematika asal Austria, mengusulkan model alam
semesta yang berotasi sehingga memungkinkan kehadiran CTC.

Sayangnya, walau paparan dari Deutsch sudah cukup gamblang dalam menjelaskan potensi perjalanan
melintasi waktu, masih banyak bahan bantahan untuk menyanggah kegiatan tersebut. Salah satunya
adalah hukum kedua termodinamika yang menyebut bahwa waktu hanya bergerak ke masa depan.

Lebih lanjut, usulan Alam Semesta Gudel pun juga tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Jagat raya
ini sendiri tidak memiliki bintang-bintang yang berotasi sebagaimana dijelaskan pada model tersebut.

Menariknya, Deutsch sendiri memang mengatakan bahwa ini hanya spekulasi. Bahkan, ia
menggunakan tulisannya tersebut untuk quantum computer, bukan perjalanan di dunia kuantum.
Sudah hampir sebulan sejak Avengers: Endgame dirilis di Indonesia. Sepertinya tak perlu
memberikan peringatan bahwa tulisan ini akan mengandung banyak spoiler, terlebih trailer anyar
Spiderman: Far From Home yang ibarat post-credit scene dari film tersebut sudah beredar.

Sebagaimana diketahui, time travel alias perjajalan waktu jadi plot utama dalam Avengers: Endgame.
Para pahlawan super tersebut bisa kembali ke masa lalu dan kembali lagi ke masa mereka berasal.

Walau Avengers: Endgame mengolok-olok konsep perjalanan melintas waktu yang diusung oleh film-
film lawas seperti Back to the Future dan Terminator, apakah mereka sudah menuangkan teori yang
benar mengenai time travel? Prof. Husin Alatas, ahli fisika dari IPB, punya jawabannya.

"Alam ini kompleks. Kita bisa hidup karena adanya kompleksitas. Mengenai kompleksitas, cabang
fisika yang menanganinya itu namanya termodinamika. Termodinamika itu memiliki tipe-tipe hukum,
termodinamika satu, dua, dan tiga." ujarnya saat ditemui dalam sebuah diskusi publik di Jakarta.

"Di fisika, teori kedua termodinamika itu yang paling fundamental. Teori kedua termodinamika itu
tentang ketidakteraturan alam semesta bahwa alam semesta itu selalu menuju ketidakteraturan.
Entropinya selalu meningkat. Dan itu entropi alam semesta seluruhnya," katanya menambahkan.

Dalam hal ini, ketidakteraturan dapat diartikan sebagai kompleksitas. Sedangkan entropi merupakan
derajat kompleksitas.

Lebih lanjut, pada hukum kedua termodinamika, arah waktu itu selalu menuju ke masa depan. Ia
memberi contoh bahwa setiap orang mengalami penuaan, itu berarti menuju ketidakteraturan, dengan
kompleksitas semakin bertambah.

"Ketika saya balik ke masa lalu, berarti ketidakteraturan itu berkurang, nah itu dilarang oleh hukum
kedua termodinamika," ucapnya.

Dengan kata lain, hukum kedua termodinamika mengatakan bahwa tidak semua proses di alam
semesta dapat dibalikkan arahnya. Contohnya, aliran panas terjadi dari suhu tinggi ke rendah. Proses
tersebut tidak dapat berlangsung dengan urutan yang berbeda.

"Hukum kedua termodinamika itu God's decision. Kalau buat saya itu God given rule, yang memang
sudah diberikan, sampai sini batasnya," pungkas Prof. Husin.

Anda mungkin juga menyukai