Anda di halaman 1dari 24

Meningkatkan kemampuan membaca

Bagi anak usia dini


Dengan Methode Pembiasaan Tepat Madu
Melalui Media Kartu Huruf

DI SUSUN OLEH:

SITI JULAEHA,S.Pd.I

TAMAN KANAK-KANAK DAARUSSAKINAH

SEPATAN TIMUR TANGERANG - BANTEN


PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya ;

Nama : SITI JULAEHA,S.Pd.I

Tempat tanggal lahir :Tangerang, 10 Juli 1974

Unit kerja : Tk. Daarussakinah

Alamat :Jln Gaga kecil Ds. Gempol sari

Kec. Sepatan Timur Tangerang Banten.

Dengan ini menyatakan bahwa makalah penelitian tindakan kelas


yang berjudul Meningkatkan kemampuan membaca pada anak usia dini
dengan metode tepat madu melalui media kartu ini adalah benar karya nyata
saya sendiri, bukan merupakan duplikasi ataupun karya orang lain.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan tanpa


paksaan dari pihak manapun, untuk diketahui dan di pergunakan
sebagaimana mestinya.

Sepatan Timur, 26 Maret 2017

Yang member pernyataan

Siti Julaeha,S.Pd.I
Kata pengantar

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan yang telah menciptakan alam semesta
dan manusia sebagai khalifah dimuka ini.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, beliau telah mengajarkan kita tentang kebenaran dan kearifan
serta ahlak yang mulia.
Dengan rahmat, hidayah serta pertolongan dari Alloh SWT. penulis dapat
menyelesaikan tugas penyusunan makalah penelitian tindakan kelas PAUD ini
dengan judul Meningkatkan kemampuan membaca pada anak usia dini
dengan methode pembiasaan tepat madu melalui media kartu huruf.
Penelitian tindakan kelas ini di ajukan untuk memenuhi persyaratan
dalam mengikuti kegiatan perlombaan PTK Paud Kab. Tangerang.
Ucapan terima kasih kasih yang tiada terhingga penulis sampaikan kepada
semua pihak yang telah mendukung tersusunnya makalah penelitian Tindakan
kelas ini yaitu:
1. Ibu Elvira nurhayati,S.Pd. selaku Pengawas Tk/SD Kec, Sepatan Timur
2. Bapak qudratullah,S.Pd, selaku revisiator 1
3. Ibu Rahmawati S.Pd, Selaku revisiator 2
4. Semua pihak yang telah membantu saya baik moril maupun materil yang
tidak saya sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang positif
demi kebaikan yang akan datang.
Dan akhirnya, penulis berharap semoga makalah karya nyata ini bisa
bermanfaat untuk memajukan dunia pendidikan, serta memiliki nilai guna
khususnya bagi penuilis dan umumnya bagi pembaca.
Tangerang 23 Maret 2017

penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN.................................................................................... iii
KATA PENGANTAR............................................................................................. iv
DAFTAR ISI........................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1. Latar belakang masalah.................................................................... 1
2. Identifikasi masalah......................................................................... 2
3. Tujuan penelitian...............................................................................3
4. Manfaat penelitian ............................................................................4
5. Strategi pemecahan masalah............................................................5
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 19
1. Desain prosedur kegiatan pembelajaran..........................................20
2. Hasil penelitian dalam kegiatan.......................................................21
3. Dampak kegiatan.....22
4. Kendala yang dihadapi....23
5. Faktor factor pendukung...24
6. Alternatif pengembangan.....25
BAB III PENUTUP.............................................................................................. .36
1. Kesimpulan..................................................................................... 36
2. Rekomendasi...37
3. Saran dan tindak lanjut................................................................... 36
DAFTAR PUSAKA.................................................................................... .38
Lampiran-lampiran.
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar belakang masalah.


Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 28 menyatakan bahwa yang dimaksud pendidikan usia dini adalah suatu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Salah satu prinsip penyelnggaraan pendidikan yakni Pendidikan
diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan
berhitung bagi segenap warga masyarakat, tertuang dalam pasal 4 UU No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Belajar bagi seorang anak adalah rangkaian dari pengalaman demi
pengalaman yang tidak pernah luput dan terlepas dari kehidupannya sehari- hari,
sehingga pengalaman belajar tersebut akan tumbuh menjadi sipat dan karakter
yang kelak akan terbentuk menjadi kepribadian dan pangkal atau sumber bagi
keberhasilan dan kesuksesan nya di masa depan.
Keberhasilan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan
pada jenjang berikutnya. Masa usia dini merupakan masa belajar yang paling
potensial. Masa anak usia dini disebut sebagai masa golden age atau magic years
(Petterson). Pada periode ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka
untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat. Oleh karena itu, pada masa
ini anak sangat membutuhkan stimulasi dan rangsangan dari lingkungannya
menurut Richard D. Kellough (1996).
Kemampuan membaca adalah salah satu fungsi kemanusiaan yang tertinggi
dan menjadi pembeda manusia dengan makhluk lain. Di dunia modern saat ini,
kemampuan membaca dapat menentukan kualitas seorang manusia. Banyak
membaca dapat menjadikan seseorang memiliki ilmu pengetahuan luas, bijaksana,
dan memilik nilai-nilai lebih dibandingkan orang yang tidak membaca sama sekali
Oleh karena itu para pendidik ( guru) di taman kanak-kanak dalam upaya
meningkatkan kemampuan membaca pada anak haruslah lebih berperan aktif,
kreatip dan terus berinovasi untuk menemukan metode yang tepat untuk
menciptakan suasana belajar yang menyengkan tanpa melakukan kesalahan patal
yang berakibat pada pendangkalan tumbuh kembang anak baik secara pisik
maupun psikis.
Demikianpun yang terpenting dari pembelajaran anak usia dini adalah
bukanlah pada hasil yang cepat melainkan pada proses pembelajaran yang
berjalan dengan baik sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembang anak.
Banyak metode yang di tawarkan oleh banyak ahli dalam pembelajaran
namun di dalam keaadaan nyata yang di hadapi guru dalam menghadapi
keberagaman kondisi anak yang unik membangkitkan semangat untuk mencoba
berinovasi mencari cara yang paling tepat untuk menjadi lebih baik, maka inilah
yang ditempuh oleh guru TK daarussakina dalam meningkatkan kemampuan dan
kegemaran anak dalam membaca yaitu dengan menerapkan Metode Pembiasaan
Tepat Madu yang menyenangkan dengan tujuan agar anak dapat tumbuh minat
bacanya sejak dini. maka pembelajaran di sekolah pun menjadi lebih
menyenangkan dan tentunya lebih meningkatkan hasil kemampuan membaca
siswa di TK daarussakina dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
agar mencapai ketuntasan > 75%.
2. IDENTIFIKASI MASALAH
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran membaca dengan
menggunakan metode pembiasaan tepat madu guru mengalami berbagai masalah
yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam membaca. Dari
kejadian tersebut penulis mendiskusikan dengan teman sejawat sehingga
diperoleh hasil identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Guru menyajikan materi dengan gaya yang kurang menarik atau
menyenangkan..
2. Guru kurang menyediakan fasilitas pembelajaran yang berupa alat peraga.
3. Siswa kurang di beri kesempatan untuk aktif dalam pembelajaran.
4. Siswa yang lebih pandai dan lebih cepat selesai mengerjakan tugas harusnya
mampu memotipasi siswa yang lainnya bukan menjadi masalah.
5. Guru merasa cepat puas hingga berhenti untuk melakukan metode ini secara
kontinyu atau terus menerus.
3. PEMBATASAN MASALAH
Untuk menghindari pengembangan masalah yang terlalu luas, maka
penelitian ini dibatasi permasalahannya yaitu yang berkaitan dengan
meningkatkan kemampuan membaca anak usia dini melalui metode pembiasaan
tepat madu di TK aarussakinah sepatan timur. Penelitian ini dikenalkan pada anak
dengan jumlah 10 pada kelompok B di Taman Kanak-Kanak daarussakinah .
4. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah dan
batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana meningkatkan pemahaman membaca anak dengan metode
pembiasaan tepat madu?
2. Bagaimanakah meningkatkan kemampuan dan kesiapan guru dalam
melaksanakan pembelajaran membaca dengan metode pembiasaan tepat
madu untuk mencapai hasil lebih baik dan sesuai dengan tahap
pertumbuhan juga perkembangan anak.?
3. Bagaimana sarana dan alat untuk melakukan pembelajaran dengan
metode ini dapat dengan mudah di dapat dan sesuaikan dengan kondisi
anak?
5. Tujuan Penelitian.
1. Terciptanya membaca menjadi budaya dan kegemaran bagi anak usia dini
di lingkungan sekolah maupun di rumah.
2. Membangun kreatipitas guru untuk terus berinovasi menciptakan banyak
karya baru yang akan ditampilkan pada anak disetiap pembelajaran.
3. Meningkatkan peran lembaga dalam meningkatkan SDM
guru,kepercayaan masyarakat dan lulusan terbaik bagi siswa.
6. Strategi dan prioritas Pemecahan Masalah
1. Menciptakan Suasana belajar yang menyenangkan dengan metode
pembiasaan tepat madu
2. Mencerminkan komunikasi yang harmonis kepada siswa, warga sekolah
dan orang tu untuk meningkatkan kepercayaan kenyamanan dan keamana
dalam proses belajar dalam lingkungan sekolah.
3. Membangun sarana dan prasarana guna mendukung lancarnya system
pembelajaran sekolah.
BAB III
PEMBAHASAN
A. LANDASAN TEORI
1. Pengertian anak usia dini
Anak usia 0-6 tahun termasuk kategori anak usia dini yang mempunya
karakteristik unique person (individu yang unik) di mana ia memiliki pola
pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosio-emosional,
kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tahapan yang
sedang dilalui oleh anak tersebut.
2. Karakteristik anak usia dini menurut Richard D. Kellough (1996) adalah:
1. Egosentris
Ia cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan
kepentingannya sendiri.
2. Memiliki Curriosity yang tinggi
Anak mengira dunia ini penuh dengan hal-hal yang menarik dan
menakjubkan. Bagi anak, apapun yang dijumpai adalah istimewa.
3. Makhluk sosial
Anak membangun konsep diri melalui interaksi sosial di sekolah. Karena
sekolah adalah tempat terlama anak berada. Di sana ia akan membangun
kepuasan melalui penghargaan diri.
4. The Unique Person
Setiap anak berbeda. Mereka memiliki bawaan, minat, kapabilitas, dan latar
belakang kehidupan yang sangat berbeda satu sama lainnya. Sehingga
penanganan pada setiap anak berbeda pula caranya.
5. Kaya dengan fantasi
Mereka senang dengan hal-hal yang bersifat imajinatif, sehingga pada
umumnya mereka kaya dengan fantasi. Anak dapat bercerita melebihi
pengalaman aktualnya atau kadang bertanya tentang hal-hal gaib sekalipun.
Hal ini disebabkan imajinasi anak berkembang melebihi apa yang
dilihatnya.
6. Daya konsentrasi yang pendek
Menurut Berg (1988) dalam( Hibana) ; disebutkan bahwa sepuluh menit
adalah waktu yang wajar bagi anak usia sekitar 5 tahun untuk dapat duduk
dan memperhatikan sesuatu secara nyaman. Daya perhatian yang pendek
membuat ia masih sangat sulit untuk duduk dan memperhatikan sesuatu
untuk jangka waktu yang lama, kecuali terhadap hal-hal yang
menyenangkan.
7. Masa usia dini merupakan masa belajar yang paling potensial
Masa anak usia dini disebut sebagai masa golden age atau magic years
(Petterson). Pada periode ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa
peka untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat. Oleh karena
itu, pada masa ini anak sangat membutuhkan stimulasi dan rangsangan dari
lingkungannya.
3. Pengertian Membaca

Membaca merupakan salah satu aspek penting yang diajarkan, karena


kegiatan membaca merupakan kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai
keterampilan. Hal ini ditegaskan oleh Grellt (dalam Muchlisoh dkk, 1992:119),
bahwa kegiatan membaca adalah semacam dialog antara pembaca dan penulis,
tanpa kecuali anak usia dini, dan kemampuan membaca mempengaruhi
kemampuan berbicara, sehingga dapat dikatakan bahwa membaca merupakan
aspek kebahasaan yang berfungsi sebagai pintu awal dalam membuka cakrawala
berpikir seseorang. Demikian pula menurut Flood dan Lapp (1981:350), bahwa
membaca merupakan suatu proses berpikir yang mana pembaca menjadi
partisipan aktif.
Anderson yang dikutip oleh Tarigan (1986:8), menjelaskan bahwa
membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan yang disampaikan melalui media kata-kata, di mana
kata-kata tersebut merupakan satu kesatuan yang dapat dilihat dan mempunyai
makna. Proses membaca dimulai dari keinginan anak untuk memahami dan
melafalkan huruf sehingga menjadi rangkaian kata-kata yang penuh makna.
Oleh karena itu, permulaan membaca bagi anak di Taman Kanak-Kanak
harus memperoleh perhatian sungguh-sungguh dari pendidik, sehingga anak
menyadari bahwa dengan membaca anak-anak dapat memperoleh berbagai
pengetahuan dan informasi dari media cetak, dan pada akhirnya mereka dapat
menginformasikan dan mengkomunikasikan itu kepada orang lain.
4. Tahapan Membaca

Secara khusus, Flood dan Laap (1981:350), mengidentifikasi tahap-tahap


perkembangan kemampuan membaca pada anak yakni: (1) tahap fantasi
(magical stage), (2) tahap pembentukan konsep diri (self concept stage), (3) tahap
membaca gambar (bridging reading stage), (4) tahap pengenalan bacaan (teke-off
reader stage), dan (5) tahap membaca lancar (independent reader stage).
Tahapan-tahapan tersebut dapat dijelaskan berikut ini.

a. Tahap Fantasi (magical stage)

Pada tahap ini anak mulai menggunakan buku, mulai berpikir bahwa
buku ini penting, melihat atau membolak-balikkan dan kadang-kadang
anak membawa buku kesukaannya. Pada tahap pertama, orang tua atau
guru dapat memberikan atau menunjukkan model/contoh tentang
perlunya membaca, membacakan sesuatu pada anak, membicarakan buku
pada anak.
b. Tahap Pembentukan Konsep Diri (self concept stage)

Pada tahap kedua, orang tua atau guru memberikan rangsangan dengan
jalan membacakan sesuatu pada buku-buku yang diketahui anak-anak.
Orang tua atau guru juga hendaknya melibatkan anak membacakan
berbagai buku.
c. Tahap Membaca gambar (bridging reading stage)

Pada tahap ketiga, orang tua dan guru membacakan sesuatu pada anak-
anak, menghadirkan berbagai kosa kata pada lagu dan puisi, memberikan
kesempatan menulis sesering mungkin.
d. Tahap Pengenalan Bacaan (take-of reader stage)

Pada tahap keempat, orang tua dan guru masih harus membacakan
sesuatu untuk anak-anak sehingga mendorong anak membaca sesuatu
pada berbagai situasi. Orang tua dan guru juga jangan memaksa anak
membaca huruf secara sempurna.
e. Tahap Membaca Lancar (independent reader stage)
Pada tahap ini, orang tua dan guru masih tetap membacakan berbagai
jenis buku pada anak-anak. Tindakan ini mendorong anak agar dapat
memperbaiki bacaannya. Membantu menyeleksi bahan-bahan bacaan
yang sesuai serta mengajarkan cerita yang berstruktur.
4. Metode Membaca
Berdasarkan cara penyampainnya, membaca terbagi dalam tiga
kelompok sebagai berikut :
a. Sekuensial
Pada cara ini, membaca dilakukan per bagian kata. Metode ini tepat
diajarkan pada anak-anak yang dominan menggunakan otak kirinya.
Pendekatan dilakukan secara alfabet, mengenalkan masing-masing huruf,
bunyi, suku kata dan menyusunnya menjadi kata. Berikut ini beberapa
metode membaca yang digolongkan ke dalam pengajaran sekuensial.
b. Fonik
Anak diperkenalkan dan diajarkan bunyi huruf dan memnyusunnya
menjadi kata. Misalnya, anak diperkenalkan dengan bunyi vocal bulat
(seperti a,u,dan o) beberapa konsonan bilabial (seperti b,p, dan m)dan
konsonan dental (seperti t). huruf-huruf tersebut lazim diucapkan anak
yang belajar bicara, seperti ba ba baa tau mamama atau papapa.
c. Mengeja
Memtode ini diperkenalkan abjad satu per satu terlebih dahulu, kemudian
menghafalkan bunyinya. Langkah selanjutnya, menghafal bunyi
rangkaian abjad atau huruf menjadi sebuah suku kata seperti metode
fonik. Metode ini mempunyai kelemahan yaitu dapat menimbulkan
kebingungan kepada anak, khususnya balita. Kadang, mereka sulit
menerima mengapa rangkaian huruf b dan a harus dibaca ba (bukan be-
a). kelemahan lain, anak suli menghilangkan kebiasaan mengeja setelah
menguasai rangkaian suku kata. Misalnya proses mengeja be a ba de u
du sulit dihilangkan untuk membaca badu.
d. Suku kata
Metode ini mulai banyak digunakan karena tingkat keberhasilan cukup
baik. Anak diperkenalkan dengan penggalan suku kata, kemudian
dirangkai menjadi satu kata.
Contoh :
Ba bi bu be bo
Ca ci cu ce co
Bo bi ba ca bo bo
Keunggulan metode ini merupakan salah satu cara yang paling banyak
digunakan saat ini karena kepraktisannya. Karena metode ini tidak
memerlukan waktu untuk mengeja terlebih dahulu .
e. Simultan
Mengajarkan membaca secara langsung, yaitu seluruh kata atau kalimat
dengan sistem lihat dan ucapkan. Gagasan yang mendasari metode ini
adalah membentuk hubungan antara yang dilihat dengan yang
didengarnya sehingga membentuk suatu rantai kaitan memntal seperti
yang dilakukan orang dewasa ketika membaca. Olah karena itu, cara ini
cenderung diperuntukkan bagi anak-anak yang dominasi otak kanannya
menonjol baik. Berikut ini beberapa metode yang termasuk metode
simultan.
f. Membaca gambar
Pada metodee eini disajikan suatu gambar dan kata yang menunjukkan
kata gambar tersebut. Cara ini menggunakan pendekatan permainan,
misalkan mengenalkan bahwa suatu gambar kucing berhubungan
dengan huruf-huruf kucing.
g. Kartu kata atau doman
Metode ini menggunakan kartu-kartu kata yang ukuran hurufnya besar.
Mereka diperkenalkan dengan kata-kata yang akrab disekeliling anak,
misalnya ibu atau mama, bapak atau papa. Berkali-kali kartu itu
diperlihatkan kepada anak disertai bunyi bacaanya. Jika sudah lancar
membaca maka anak diperkenalkan kata-kata yang baru lain, demikian
seterusnya.
g. Membaca keseluruhan kemudian bagian

Caranya memperkenalkan kalimat lengkap terlebih dahulu, kemudian


dipila-pilah menjaadi kata, suku kata dan huruf.
Contoh :
ini baju
ini baju
i-ni ba-ju
i-n-i b-a-j-u
h. Eklektik
Cara ini merupakan campuran cara sekuensial dan simultan.
Percampurannya sesuai kebutuhan anak karena setiap anak merupakan
individu yang unik dan memiliki karakteristik yang berbeda, termasuk
dalam hal membaca.

B. PENGERTIAN METHODE TEPAT MADU

Arti dari kata tepat adalah:


Arti kata madu adalah: suatu makanan / minuman yang di hasilkan oleh
binatang lebah yang rasanya sangat manis yang sangat di sukai oleh banyak orang
termasuk anak anak. Dan madu memiliki kegunaan bukan hanya sebagai makanan
biasa melainkan dapat di gunakan untuk pengobatan dengan banyak manfaat di
dalamnya,
MADU bisa juga diartikan sebuah singkatan dari kata : Sama Dulu/ Mana Dulu
Jadi kata TEPAT MADU dalam buku metode pembiasaan tepat madu ini
diartikan bahwa: Dalam member pembelajaran membaca dengan menggunakan
metode pembiasaan tepat madu ini haruslah bertahap yakni mendahulukan yang
sama / mendekati terlebih dahulu, lalu kemudian mencari mana yang lebih tepat
dahulu, dan kata madu adalah isyarat yang berarti bahwa dalam penerapan
pelaksanaan pembelajaran membaca dengan metode tepat madu ini haruslah
dengan cara yang manis seperti madu. Sehingga dapat disukai dan menyenangkan
bagi peserta didik.
Dan penulis mengharapkan buku yang telah selesai disusun dengan tambahan
media kartu sebagai alat belajar dan bermain ini dapat bermanpaat bagi semua.

C. TEKHNIK PENERAPAN METODE PEMBIASAAN TEPAT MADU


Buku dan kartu yang tersedia dalam methode belajar membaca tepat madu
ini di sosialisasikan kepada anak dengan pembiasaan. Yaitu :
1. ketika anak datang kesekolah .
Guru mengarahkan anak untuk mengambul kartu yang akan di susun untuk
menyusun bacaan atau tulisan namanya sendiri dengan bimbingan guru.
2. ketika akan masuk setelah berbaris
Anak di arahkan untuk memainkan kartu hurup atau kata yang sesuai
dengan tema yang di impormasikan oleh guru dalam bimbingan.
3. Ketika jam istirahat saat anak bermain diarahkan untuk memainkan kartu
huruf yang berisi kata yang memuat informasi tentang seputar makanan
kesukaan atau alat makan.
4. Ketika pulang sekolah anak diarahkan untuk memainkan kartu huruf
untuk menyusun kata yang mereka dapatkan dari hasil pembelajaran.
Demikian seterusnya penggunaan buku dan kartu tepat madu ini dapat
digunakan dimana sajah sesui dengan kondisi yang tepat selanjutnya
dengan bimbingan guru atau orang tua.
D. Tahapan pelaksanaan membaca pada metode tepat madu di bagi
menjadi 3 bagian yaitu:
1. Membiasakan anak untuk mengenal huruf abzad A sampai z melalui lagu di
awal atu di akhir pembelajaran pembelajaran,
2. Mengenalkan kepada anak bunyi /vocal huruf yang mudah terlebih dahulu
yaitu : a, I, u, e, o / e,a,i,o,u,
Dari penelitian yang saya lakukan huruf vocal yang lebih mudah di
sebutkan misalnya adalah ( a. i .u, e, o ) atau (E,a,I,o,u)
Terbukti dari hasil penelitian bahwa dari 26 jumlah hurup alphabet 5 di
antaranya adalah merupakan huruf vokal
10 huruf diantaranya diakhiri dengan vocal ( e ) : b,c,d,g,j,,p,t,v,w,y, = (e)
Dan 7 huruf diantaranya diawali dengan vocal ( e) : (e) = f,l,m,n,r,s,x
Dan 2 huruf diantaranya diakhiri dengan vocal (a) : h.k = (a)
dan 1 huruf diantaranya diakhiri dengan vocal (i) : q = (i)
dan 1 huruf di akhiri dengan vocal (et) : z = (et)
Dari itulah di dalam buku ini hurup e mendapat tempat pertama dalam
susunan huruf vocal yang akan di kenalkan kepada anak. Untuk lebih
mudah diucapkan dan di ingat yaitu : E A I O U. Dan bagi penulis
mendahulukan huruf a ataupu e disini bukanlah sebuah kendala yang
berarti. Sebab penggunaan metode ini berpokus pada praktek bukan pada
huruf apa yang harus di dahulukan, hingga metode ini dapat digunakan
dengan pleksibel.
3. Metode ini tidak mengajak anak untuk meng ejah kata, melainkan hanya
mengarahkan anak untuk bermain dengan memasang kartu- kartu huruf
yang memiliki bunyi bermakna dengan sarana yang di sediakan pada
pembelajaran yang menjadi pembiasaan sesuai dengan tema.
Contoh : ketika anak melakukan pembelajaran pembiasaan mencuci
tangan saat istirahat maka murid dengan senang hati dan berlomba untuk
memasang hurup-hurup tertentu yang sesui dengan contoh tulisan yang di
butuhkan saat mencuci tangan. Misalnya kata sabun, air dan sebagainya.
4. Metode membaca tepat madu harus di lakukan secara kontinyu atau terus
menerus dengan cara yang menyenagkan, agar membaca menjadi
kebiasaan dan kegemaran anak di sekolah maupun di rumah.
E. Prosedur kegiatan
1. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian
Proses pembelajaran membaca dengan metode pembiasaan tepat madu ini
dilaksanaan oleh penulis (guru /kepala tk) sebagai subjek penelitinya dan
dibantu oleh teman sejawat sebagai orang yang mengamati dan memberi
masukan kepada peneliti terkait proses perbaikan pembelajaran membaca
yang sedang berjalan.
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan di kelompok B Tk. Daarussakinah
Sepatan Timur Kabupaten Tangerang.

Gambar1: Fhoto sekolah dan murid tk daarussakinah

F. Langkah - langkah Penelitian dan Perbaikan Pembelajaran


1. Perencanaan
Penelitian perbaikan pembelajaran diawali dengan sebuah perencanaan
yang baik pada penyusunan RKH ( rencana kerja harian terlebih dahulu)
sehingga penelitian ini berjalan baik dan tidak ngawur.

Gambar 2: Rkh penelitian

2. Pelaksanaan
Selanjutnya setelah perencanaan maka kemudian melakukan tindakan/
pelaksanaan yang dilakukan oleh peneliti dibantu oleh teman sejawat
yang mengamati proses tindakan di dalam kelas untuk mengetahui
kekurangan dalam melaksanakan pembelajaran, setelah diketahui
penyebab dari permasalahan maka selanjutnya peneliti merefleksi untuk
mencari cara perbaikan yang tepat secara langsung, bertahap dan
kontinyu.
Gambar 3: Fhoto kegiatan belajar
Penjelasan gambar.

3. Pengamatan (Observasi)
Pertemuan perencanaan dilakukan sebelum observasi itu
dilaksanakan.Tujuan pertemuan ini untuk menyepakati hal-hal yang
terkait dengan pelajaran yang akan diamati serta observasi yang
akan dilakukan.Sesuai dengan pertemuan perencanaan, observasi
dilakukan terhadap proses tindakan perbaikan dan hasil tindakan
perbaikan, yang difokuskan pada perilaku mengajar guru dan
perilaku belajar siswa.Setelah tindakan perbaikan yang diamati
selesai lalu pertemuan balikan segera dilakukan.
Gambar 4 : lembar observasi siswa

4. Penilaian
Hasil perbaikan pembelajaran diketahui dengan
mengumpulkan data-data melalui hasil pengamatan yang disusun
dalam RPP (Rencana Perbaikan Pembelajaran) setiap siklus.Hasil
pengamatan pembelajaran tersebut dimasukkan ke dalam suatu
tabel, kemudian dideskripsikan sehingga diketahui peningkatan
perbaikan pembelajaran pada setiap siklus. (Gambar5; penilaian)
G. HASI KEGIATAN
Deskripsi hasil kegiatan dari pelaksanaan method tepat madu pada sekolah
taman kanak-kanak daarussakinah dapat di lihat pada table data berikut
Perencanaan Berdasarkan temuan dari hasil pembelajaran
sebelumnya, maka pada perencanaan belajar harian
kali ini guru mencoba menggunakan media
pembelajaran dan metode pembiasaan tepat madu
yang lebih baik.
Tindakan Pada tahap ini, guru menyajikan beberapa kartu dan
media gambar yang di sediakan di depan siswa untuk
menjelaskan tentang menggunakan metode tepat
madu dan melakukan tanya jawab dan demonstrasi
dalam suasana yang nyaman dan menyenagkan.
Pengamatan - Guru sudah menggunakan method pembiasaan
tepat madu dan demonstrasikannya.
- Pada saat proses pembelajaran siswa sudah aktif
dan sangat antusias, hal ini dapat terlihat dari
peran siswa yang mau menjawab pertanyaan-
pertanyaan dan berlomba untuk memasang kartu
lebih dahulu , walaupun masih ada sebagian
siswa yang belum aktif dalam proses
pembelajaran tersebut.
H. DAMPAK KEGIATAN
Berhasilnya kegiatan pelaksanaan penerapan method pembiasaan tepat
madu ini sangat memuskan bagi kami guru dan pengelola Tk daarussakinah Hal
tersebut telihat dari dampak yang di rasakan antara lain sebagai berikut:
1. Kemampuan membaca anak didik semakin berkembang lebih baik dan
lebih cepat.
2. Meningkatnya semangat belajar peserta didik karena kegiatan tersebut
membawa pada suasana gembira karena di lakukan secara bersama
sama
3. Menambah wawasan bagi guru dan orang tua dalam menerapkan
metode pembiasaan tepat madu yang lebih baik dalam meningkatkan
minat membaca anak.
4. Hal tersebut mendapat sambutan yang sangat baik dari pihak pengelola
sekolah yakni dengan menyediakan alat dan sarana yang di butuhkan
dalam pelaksanaan method pembiasaan tepat madu ini.
I. KENDALA YANG DI HADAPI
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan penerapan method
pembiasaan tepat madu yang telah berhasil di rasakan ini dalam
beberapa kondisi memiliki kendala yang dilihat kurang dapat
berpengaruh maksimal. Beberapa kendala tersebut terjadi ketika
beberapa hal berikut terjadi antara lain:
1. Guru yang kurang bersemangat dan kurang bergembira saat
menyajikan pembelajaran.
2. Kurangnya dukungan dari pihak pengelola hingga arana dan alat
menjadi kurang memadai dalam melaksanakan pembelajaran.
3. Kurangnya sosialisasi dan pemahaman guru tentang method
pembiasaan tepat madu.
J. FACTOR-FAKTOR PENDUKUNG
Faktor pendukung adalah hal utama yang sangat penting bagi tercapainya
keberhasilan pelaksanaan metode ini, meskipun sangat memungkinkan sekali
pelaksanaan method ini dilakukan dalam kondisi apa adanya, yakni dengan
menggunakan alat peraga atau media yang disesuaikan dengan kemampuan
sekolah masing masing. Namun alangkah baiknya untuk lebih mendapatkan
hasil maksimal, maka pengadaan sarana pendukung haruslah lebih diupayakan.
Semaksimal mungkin, yang antara lain ;
1. Biaya atau dana yang cukup untuk pengadaan sarana dan alat peraga atau
kartu dan pengadaan buku method pembiasaan tepat madu.
2. Sumber daya guru yang memadai dengan memberikan sosialisasi yang baik
dan tepat agar guru memahami cara penggunaan method pembiasaan tepat
madu dengan baik.
3. Dukungan dari pihak pengelola dan orang tua sangat member arti.
K. ALTERNATIP PERKEMBANGAN
Untuk hasil pengembangan lebih baik lagi alangkah baiknya jika dalam
pelaksanaan pembelajaran menggunakan method pembiasaan tepat madu ini,
seluruh siswa masing- masing mendapatkan buku dan alat peraga ( media kartu)
sendiri. Dan sosiali terhadap pelaksanaan dan pengembangan metode ini di
lakukan secara kontiyu untuk mendapatkan hasil lebih maksimal.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian perbaikan Pembelajaran yang berjudul
(Meningkatkan kemampuan membaca pada anak usia dini dengan metode
pembiasaan tepat madu melalui media kartu huruf) yang telah selesai dilaksanakan,
maka kami dapat menyimpulkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan membaca
pada anak usia dini.
1. Guru dengan menggunakan metode pembiasaan tepat madu sangat
berperan untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa, maka dari itu
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Metode pembiasaan tepat madu
dapat menumbuhkan motivasi dan meningkatkan minat siswa dalam
proses pembelajaran membaca . Hal ini bisa dilihat dari peran aktif siswa
yang sangat antusia di dalam kegiatan pembelajaran.
2. Guru dengan menggunakan alat peraga yang tersedia dalam paket buku
dan kartu huruf metode pembiasaan tepat madu yang sangat varriatip ini
berhasi membuat berjalannya kegiatan pembelajaran membaca menjadi
sangat menyenangkan dan dapat meningkatkan perubahan yang drastic
pada kemampuan membaca anak.
3. Siswa dalam menggunakan alat peraga pada metode pembiasaan tepat
madu ini sangatlah mudah di pelajari dan sangat relevan dengan kondisi
tahap pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.
2. Saran
Berdasarkan hasil perkembangan yang lebih baik pada kemampuan
anak didik dibandingkan pada saat sebelum menggunakan metode
pembiasaan tepat madu ini dan sesudah menggunakannya serta penggunaan
media kartu huruf yang sesuai dengan tema pembelajaran yang di
sampaikan, mendapatkan hasil yang memuaskan.Maka peneliti menyarankan
kepada pendidik atau guru agar senantiasa menggunakan metode-metode
yang sesuai dan memiliki keterdukungan antara materi pembelajaran dan
siswa.Serta dengan menggunakan alat peraga dari metode pembiasaan tepat
madu ini,setiap pembelajaran yang dilakukan agar di sampaikan dengan cara
yang cukup menyenangkan untuk memudahkan siswa dalam merima
informasi yang didapat.Dan adapun beberapa saran kami sampaikan kepada:
1. Pemerintah Pusat dan daerah agar sering mengadakan pelatihan-pelatihan
untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran di kelas yang lebih
baik.
2. Sekolah khususnya Kepala Sekolah untuk meningkatkan sarana dan
prasarana yang terkait pembelajaran seperti media pembelajaran yang
memadai
3. Guru harus menguasai beberapa/ banyak metode mengajar, supaya
mampu memotivasi siswa agar tumbuh minat belajarnya, mampu untuk
memilih alat peraga yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, dan
mampu mengelola kelas dengan baik agar hasil belajar siswa dapat
dicapai dengan baik.

3. Rekomendasi terlampir
LAMPIRAN-LAMPIRAN.

Anda mungkin juga menyukai