I Consent
I Consent
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan Informed Consent pada pasien
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan pengertian Informed consent
2. Menjelaskan komponen-komponen Informed consent
3. Menjelaskan tujuan pelaksanaan Informed Consent
4. Menjelaskan fungsi pemberian Informed Consent
5. Menjelaskan ruang lingkup informed consent
6. Menjelaskan peran perawat dalam pemberian Informed Consent
7. Menjelaskan hal hal yang di informasikan pada pasien
8. Menjelaskan aspek hukum Informed Consent
9. Menjelaskan hal-hal yang mempengaruhi proses Informed Consent
10. Menjelaskan kualitas Informasi yang di berikan
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Agar mampu memahami tentang bagaimana pemberian informed consent pada pasien agar
dapat meningkatkan kesehatan di masyarakat.
1.4.2 Bagi Institusi
Agar dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang pemberian informed consent pada
pasien dan dapat lebih banyak menyediakan referensi-referensi buku tentang etika dan hukum
kesehatan.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Agar lebih mengerti dan memahami tentang pemberian informed consent pada pasien untuk
meningkatkan mutu kesehatan masyarakat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Informed Consent terdiri dari dua kata yaitu informed yang berarti telah mendapat
penjelasan atau keterangan (informasi), dan consent yang berarti persetujuan atau memberi
izin. Jadi informed consent mengandung pengertian suatu persetujuan yang diberikan
setelah mendapat informasi. Dengan demikian informed consent dapat didefinisikan
sebagai persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau keluarganya atas dasar penjelasan
mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya serta resiko yang berkaitan
dengannya.
Menurut D. Veronika Komalawati, SH , informed consent dirumuskan sebagai suatu
kesepakatan/persetujuan pasien atas upaya medis yang akan dilakukan dokter terhadap
dirinya setelah memperoleh informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapat
dilakukan untuk menolong dirinya disertai informasi mengenai segala resiko yang mungkin
terjadi.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hak pasien yang pertama adalah hak atas informasi. Dalam UU No 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan, pasal 53 dengan jelas dikatakan bahwa hak pasien adalah hak atas
informasi dan hak memberikan persetujuan tindakan medik atas dasar informasi (informed
consent). Jadi, informed consent merupakan implementasi dari kedua hak pasien tersebut.
Hak pasien tersebut merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dilindungi Undang-
Undang.
Informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang efektif
antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan apa yang
tidak akan dilakukan terhadap pasien. Informed consent dilihat dari aspek hukum bukanlah
sebagai perjanjian antara dua pihak, melainkan lebih ke arah persetujuan sepihak atas layanan
yang ditawarkan pihak lain.
Peran perawat dalam informed consent terutama adalah membantu pasien untuk
mengambil keputusan pada tindakan pelayanan kesehatan sesuai dengan lingkup
kewenangannya setelah diberikan informasi yang cukup oleh tenaga kesehatan. Dasar filosofi
tersebut bertujuan untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang terintegrasi sehingga
dapat mewujudkan keadaan sejahtera.
Definisi operasionalnya adalah suatu pernyataan sepihak dari orang yang berhak (yaitu
pasien, keluarga atau walinya) yang isinya berupa izin atau persetujuan kepada dokter untuk
melakukan tindakan medik sesudah orang yang berhak tersebut diberi informasi secukupnya.
Secara umum, seorang dokter diharuskan memperoleh suatu informed consent
(persetujuan medik) dari pasien sebelum melakukan pengobatan. Bahwa seorang anak terlalu
muda atau imatur untuk memberi persetujuannya sendiri tidak membebaskan seorang dokter
dari kewajibannya memperoleh suatu persetujuan medik.
3.2 Saran
3.2.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan mampu memahami tentang bagaimana pemberian informed consent pada pasien
agar dapat meningkatkan kesehatan di masyarakat.
3.2.2 Bagi Institusi
Diharapkan dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang pemberian informed
consent pada pasien dan dapat lebih banyak menyediakan referensi-referensi buku tentang
etika dan hukum kesehatan.
3.2.2 Bagi Masyarakat
Diharapkan lebih mengerti dan memahami tentang pemberian informed consent pada pasien
untuk meningkatkan mutu kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Budi Sampurna, Zulhasmar Syamsu, Tjetjep Dwijdja Siswaja. 2005. Bioetik dan Hukum
Kedokteran, Pengantar bagi Mahasiswa Kedokteran dan Hukum. Penerbit Pustaka Dwipar.
M.jusuf H & Amri Amir. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan. EGC. Jakarta. 1999.