Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH GOLONGAN 14 DAN 15

(Mata Kuliah Kimia Anorganik II)

Oleh

Kelompok VIII

Kelas A

Antika Atsna Rafalesia (1313023007)

Diara (1313023077)

PENDIDIKAN KIMIA

PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG

2015
2

I. PENDAHULUAN

Logam golongan 14 dan 15 adalah logam golongan utama yang unsur-unsurnya


terdapat pada golongan IVA dan VA dalam tabel periodik unsur. Logam golongan
IVA dan VA terdiri atas unsur- unsur yaitu Germanium (Ge), Timah (Sn), Timbal
(Pb), dan Bismuth (Bi). Unsur logam golongan 14 dan 15 tidak terdapat bebas di
alam melainkan terdapat dalam bentuk senyawanya.

Mineral germanium sangat langka tetapi unsur ini didistribusikan dalam jumlah
luas (seperti Ga). Mineral germanium diperoleh dari abu atubara tetapi sekarang
biasanya dari gas limbah pengolahan bijih seng. Timah umumnya terdapat di
kasiterit SnO2, dan timah menjadi satu- satunya sumber penting dari unsur sejak
dahulu. Unsur timbal merupakan unsur yang paling melimpah diantara unsur
logam golongan 14 dan 15, yaitu sebesar 13 ppm. Bismuth biasanya ditemukan
sebagai bismit (-Bi2O3), bismutinit (Bi2S3), bismutit [(BiO)2CO3], dan sangat
jarang ditemukan dalam bentuk aslinya.

Dalam keadaan unsur bebasnya golongan 14 dan 15 dapat bereaksi dengan


hidrogen, halogen, oksigen, dan senyawanya. Sedangkan dalam bentuk garam-
garamnya, unsur- unsur ini biasanya larut dalam air. Untuk dapat mengerti dan
memahami unsur-unsur golongan 14 dan 15 beserta dengan sifat kimia fisiknya ,
cara isolasinya, dan kelimpahannya, beserta dengan reaksinya dan senyawaannya,
maka ditulislah makalah golongan 14 dan 15 ini dengan cakupan unsur
Germanium, Timah, Timbal, dan Bismut.
3

II. PEMBAHASAN

A. Sumber dan Isolasi Unsur

1. Germanium (Ge)
Kelimpahan germanium dikerak bumi sekitar 1,6 ppm. Hanya ada
dalam beberapa bentuk mineral seperti argyrodite, briartite, germanite,
dan renierite. Beberapa bijih seng-tembaga-timbal mengandung cukup
germanium yang dapat diekstraksi dari bijih besi akhirnya.
Kebanyakan bijih besi dari germanium berupa sulfida. Bijih besi
sulfidanya diubah menjadi oksida besi dengan pemanasan di udara,
proses ini dikenal dengan pemanggangan:
GeS2 + 3 O2 GeO2 + 2 SO2

Sebagian dari germanium yang menjadi abu dihasilkan selama proses


ini, sedangkan sisanya diubah menjadi germanates yang tercuci
bersama dengan seng dari sisa arang dengan asam sulfat. Setelah
netralisasi hanya seng yang tetap dalam larutan dan endapannya
mengandung germanium dan logam lainnya. Setelah mengeluarkan
larutan seng dari endapannya dengan proses Waelz, oksidanya tercuci
untuk yang kedua kalinya. Dioksida yang diperoleh sebagai endapan
dan dikonversi dengan gas klor atau asam klorida untuk germanium
tetraklorida, yang memiliki titik didih rendah dan dapat di destilasi,
berikut adalah persamaan reaksinya:
GeO2 + 4 HCl GeCl4 + 2 H2O
GeO2 + 2 Cl2 GeCl4 + O2

Germanium tetraklorida merupakan salah satu yang mudah dihidrolisis


menjadi oksida (GeO2) atau dimurnikan dengan destilasi fraksional dan
kemudian dihidrolisis.
GeO2 + 2 H2 Ge + 2 H2O
Germanium untuk produksi baja dan proses industri lainnya biasanya
direaksikan dengan karbon
GeO2 + C Ge + CO2.

2. Timah (Sn)
4

Timah ditemukan diantara kuburan-kuburan kuno di mesir yaitu pada


pyramida dan spink. Dari data yang diketahui bahwasannya pada tahun
1977, produksi timah di dunia berasal dari beberapa negara, seperti
Malaysia, Indonesia, Rusia, Thailand, dan cina dengan total 200.000
ton per tahun. Konsumen timah terbesar adalah Amerika Serikat.

Di alam, timah terdapat sebagai mineral kasiterit yang disebut juga


batu timah (SnO2). Mineral kasiterit inilah yang menjadi sumber utama
logam timah. Prinsip pengolahan logam timah ini adalah dengan
mereduksi bijih oksida tersebut. Dahulu, reduksi bijih SnO2 dilakukan
dengan menggunakan batubara panas, dengan reaksi sebagi berikut :
SnO2 (s) + 2C(s) Sn(l) + CO2 (g)

Pertama bijih timah dipekatkan dalam suatu wadah dengan proses


flotasi buih. Pada proses ini, serbuk bijih timah dibuat menjadi
suspensi dalam air, yang kemudian didalam suspensi tersebut
disemprotkan udara melalui saluran yang berlubang dan berputar, agar
terjadi gelembung-gelembung udara yang naik ke permukaan.
Kemudian ditambahkan zat aditif tertentu (minyak pinus, dan natrium
etilxantat kedalam suspensi akan mengakibatkan terbentuknya buih
atau busa yang menyelimuti bijih timah. Sehingga biji timah tersebut
terbawa keatas bersama dengan gelembung udara. Bijih-bijih timah
yang mengapung kemudian dikumpulkan dengan cara penumpahan
keluar. Sedangkan bijih pengotornya yang tidak dipengaruhi oleh zat
aditif tersebut akan jatuh kebagian dasar wadah. Bijih timah yang
sudah pekat kemudian dipanggang. Karena bijih timah sudah dalam
bentuk oksidanya, maka proses pemanggangan hanya bertujuan untuk
mengoksidasi logam pengotornya.kemudian mereduksi oksida timah
dengan karbon.

Sedangkan cara yang modern dan sering dipakai baru-baru ini adalah
dengan menggunakan metode tanur bergaung(reverberatory) yang
dilakukan pada temperatur 1200-1300 C. Namun, menggunakan
metode modern ini terasa sulit dilakukan, karena adanya unsur besi
sebagai pengotor bijih yang mengakibatkan hasil yang diperoleh
5

bercampur dengan logam besi oksida sebagai pengotor yang memiliki


kemiripan sifat oksidator dengan SnO2. Oleh karena itu pada proses ini
tidak dilakukan pada kondisi tekanan oksigen yang cukup tinggi
karena untuk mencegah terjadinya reduksi oksida besi pengotor
menjadi logam besi. Oleh karena itu, lelehan timah yang belum murni
dari hasil reduksi dengan karbon dipisahkan dari logam-logam yang
tidak meleleh. Kemudian lelehan timah ini diaduk dengan kuat,
kemudian dialiri oksigen atau uap air panas, agar bahan pengotornya
dapat teroksidasi kembali.oksida-oksida ini biasanya mengambang
diatas permukaan laut, sehingga dapat dipisahkan dari logam
timahnya.

3. Timbal (Pb)
Timbal didapatkan dari galena (PbS) dengan proses pemanggangan.
Anglesite, cerussite, dan minim adalah mineral-mineral timbal yang
lazim ditemukan. Anglesite merupakan mineral timbal yang
mengandung timbal sulfat PbSO4. Mineral ini terjadi sebagai hasil
oksidasi mineral gelena akibat pengaruh cuaca. Warna mineral ini dari
putih, abu-abu, hingga kuning, jika tidak murni maka warnanya abu-
abu gelap. Mineral ini memiliki spesifik grafiti 6,3 dengan kandungan
timbal sekitar 73%.

Dalam proses ekstraksinya mula-mula biji galena dipekatkan dengan


flotasi-buih, yang kemudian ditambahkan kwarsa(SiO 2) agar PbSO4
yang mungkin terjadi dalam proses pemanggangan galena pada
temperatur tinggi dapat diubah menjadi PbSiO3, dengan persamaan
reaksi sebagai berikut:
PbSO4 (s) + SiO2 (s) PbSiO3 (s) + SO3 (g)

Setelah itu di panggang, dengan persamaan reaksi sebagai berikut


2 PbS (s) + 3O2 (g) 2PbO (s) + 2SO2 (g)

Kemudian direduksi dengan batubara coke dan air kapur, dengan


persamaan reaksi sebagai berikut:

PbO (s) + C (s) Pb (l) + CO(g)


6

PbO (s) + CO (g) Pb (l) + CO2 (g)

Pada proses reduksi ini, silikat akan akan diubah oleh air kapur (CaO)
menjadi PbO, yang kemudian akan tereduksi oleh batubara sehingga
menjadi logam timbel(Pb). Sedangkan kapurnya diubah menjadi
kalsium silikat sebagai ampas. Dengan reaksi sebagai berikut:
PbSiO3 (s) + CaO (s) PbO (s) + CaSiO3 (s)

Ada alternatif lain pada proses reduksi adalah dengan pemakaian biji
galena yang segar sebagai konduktor pengganti batubara, dengan
reaksi sebagai berikut :
PbS (s) + 2PbO (s) Pb (l) + SO2 (g)

Namun dalam tahap ini belum dihasilkan logam timbel yang murni,
dan masih mengandung banyak unsur pengotornya, seperti tembaga,
perak, zink, arsen, antimon, dan juga bismut. Oleh karena itu masih
diperlukan proses pemurnian yang banyak, yaitu logam timbel yang
dihasilkan pada reaksi diatas tersebut dilelehkan paa temperatur
dibawah titik leleh tembaga, hal ini dilakukan agar tembaga
pengotornya akan mengkristal sehingga dapat dipisahkan. Tahap
berikutnya, meniupkan udara diatas permukaan lelehan timbel tersebut
sehingga pengotor (arsen dan antimon) akan diubah menjadi arsenat
dan antimonatnya sebagai oksidanya masing-masing. Kemudian untuk
pengotor bismut dapat dipisahkan dengan cara mengeluarkannya dari
tabung, karena bismut berada dalam keadaan buih. Untuk memisahkan
kotoran emas dan atau perak hrus dengan penambahan 1-2% zink, agar
pengotor dapat leleh bersama dengan lelehan zink. Kemudian
campuran didinginkan dari suhu 480 C-420C, sehingga logam emas
dan atau peraknya akan terbawa dalam zink yang akan terlebih dahulu
mengkristal sehingga akan lebih mudah untuk dipisahkan dari lelehan
timbel. Jika ada kelebihan zink didalam lelehan timbel, dapat
dipisahkan dengan teknik penyulingan hampa(pada tekanan yang
sangat rendah).

Untuk menjamin kemurnian logam timbel yang dihasilkan, maka


dilakukanlah teknik elektrolisis. Dengan menggunakan larutan timbel
7

heksafluorosilikat, PbSiF6 dan asam heksafluorosilikat H2SiF6. Timbel


dipasang sebagai katode sedangkan timbel yang belum murni dipasang
ada bagian lempengan anode. Sehingga anode tibel akan mengalami
oksidasi menjadi larutan Pb2+ dan kemudian akan tereduksi menjadi
logam Pb dan melekat pada katode. Dan diperolehlah kemurnian
timbel mencapai 99,99%.

4. Bismuth
Sumber utama dari bismut adalah yang terdapat dalam keadaan bebas
dan bijih sebagai sulfide yang dikenal dengan nama bismutinit (Bi 2S3),
bismuth (BiO3), serta bismutit (BiO)2CO3. Negara yang kaya bijih ini
Bolivia, Tasmania, Canada, dan Amerika Serikat. Kebanyakan bismut
yang diproduksi di Amerika didapatkan sebagai hasil produksi
penyulingan timbal, tembaga, seng, perak dan bijih emas.

Bismut merupakan unsur logam yang langka dan mempunyai warna


merah-kemerahan. Di alam bismut terdapat pada lapisan kerak bumi.
Terdapat beberapa senyawa bismut yaitu bismut nitrat (Bi(NO 3)3),
bismut trinitrat, dan bismut nitrat pentahidrat (Bi(NO 3)3.5H2O). Bismut
bersifat diamagnetik yang kuat dan bersifat sebagai isolator panas
maupun listrik, namun daya hantar listrik bismut sangatlah rendah.

Bismut terdapat di alam sebagai bijih sulfidanya (Bi2S3) atau bismut


glance, dan dalam bijih tembaga, timah, dan timbel. Bismut dapat
diperoleh dari bijihnya dengan proses dipanggang untuk menghasilkan
oksidanya (Bi2O3), yang kemudian di reduksi dengan karbon atau
dengan H2. Bismut terdapat pada senyawaannya dengan tingkat
oksidasi +3 dan +5, namun yang lebih stabil adalah bismut dengan
bilangan oksidasi +3 karena bismut (III) halida dapat dijumpai, namun
hanya BiF3 saja yang ditemui sebagai garamnya. Dan bismut (III) lebih
stabil daripada bismut (V).

B. Kelimpahan Unsur di dalam kerak bumi

Kelimpahan unsur Ge, Sn, Pb, dan Bi di kerak bumi


8

Unsur Kelimpahan
Germanium 1.5 ppm
Timah 2.1 ppm
Timbel 13 ppm
Bismut 0.008 ppm

Timbal merupakan unsur yang paling melimpah diantara ke tiga unsur


yang lainnya, kelimpahan ini berhubungan dengan fakta bahwa 3 dari 4
isotop alami timbal yaitu 206, 207, dan 208 merupakan produk akhir yang
stabil dari radioaktif alami. Keragaman komposisi yang dimiliki isotop Pb
membuat Pb memiliki banyak variasi / macam dari berat atomnya. Bijih
timbal yang paling utama terbentuk dari mineral galena dengan warna
hitam.

Sedangkan bismit memiliki kelimpahan yang sangat sedikit dibandingkan


Ge, Sn, dan Pb karena bismut biasa ditemukan sebagai bismit ( -Bi 2O3).
Dan sangat jarang ditemukan dalam bentuk aslinya.

C. Sifat Kimia dan Sifat Fisika Unsur-unsur

Berikut adalah sifat kimia dan fisika unsur Ge, Sn, Pb, dan Bi

Karakteristika Ge Sn Pb Bi
Nomor atom 32 50 82 83
Konfigurasi [18Ar] [36Kr] 4d10 [54Xe] 4f14 [54Xe]
elektronik 3d10 4s2 5s2 5p2 5d10 6s2 6p2 4f14 5d10 6s2
4p2 6p2
Titik leleh C 938 232 327 271
Titik didih C 2833 2270 1620 1560
Densitas (g/cm3) 5,323 5,75 11,29 9,80
6,97
7,28
Jari-jari atomik 125 141 175 155
(pm)
Jari-jari ionik M2+ 93 93 120 96 (M3+)
/pm 54 (M4+)
Energi ionisasi 762,2 708,6 715,6 703,3
9

kJ/mol 1537 1412 1450 1610


3302 2943 3081 2466
4411 3930 4083 4370
Elektronegativita 1,8 1,7 1,6 1,9
s
Potensial reduksi - -0,136 -0,126 -0,32
Tingkat oksidasi +2 ,(+4) (+2), (+4) (+2), +4 (+3), +5
Struktur kristal Fcc Kristal Fcc Kristal
tetragonal rhombohe-
dral

Pada unsur golongan 14 (Ge, Sn, dan Pb) nomor atomnya semakin
bertambah besar.sedangkan pada 1 periode pada Pb dan Bi juga
mengalami kenaikan nomor atom.

Timah dan timbel merupakan suatu logam dalam golongan 14, sedangkan
germanium merupakan metalloid atau disebut juga semi logam. Timah dan
timbel merupakan unsur yang lunak dan memiliki titik leleh rendah,
sehingga mudah ditempa menjadi bentuk piringan, dan juga tahan terhadap
korosi. Dan bismut merupakan logam.

Titik didih pada golongan 14 dari atas kebawah akan semakin turun atau
kecil, hal ini disebabkan karena jari-jari atom yang semakin besar
sehingga jika jari-jarinya besar maka energi pemutusannya akan semakin
kecil karena akan lebih mudah terputus/terlepas, sehingga titik didihnya
akan semakin kecil. Sedangkan pada Satu periode dari kiri ke kanan akan
semakin besar titik didihnya, seperti pada unsur Pb dan Bi karena jari-jari
atom Pb lebih besar daripada Bi maka energi pemutusan ikatan Bi akan
lebih sulit daripada Pb, sehingga menyebabkan titik didihnya semakin
besar karena daya tarik inti yang semakin kuat. Begitupun dengan titik
leburnya dari atas kebawah akan semakin kecil, dan dari kiri ke kanan
akan semakin besar. Hal ini juga erat kaitannya karena timah membentuk
struktur koordinasi 12 yang terdistrosi (bukan murni).

Kerapatan pada golongan 14 dari atas kebawah akan semakin besar, hal ini
erat kaitannya dengan massa unsur yang semakin besar dan volume yang
10

dianggap sama, sehingga mengakibatkan kerapatannya dari atas kebawa


akan semakin besar. Pb memiliki kerapatan yang kecil dibandingkan
dengan Sn, hal ini karena Pb memiliki massa unsur yang lebih kecil
dibandingkan dengan Sn.

Jari-jari atomiknya akan semakin besar dari atas kebawah pada golongan
14, hal ini berkaitan dengan nomor atom yang semakin besar dari atas
kebawah.

Energi ionisasi dari atas kebawah pada golongan 14 akan semakin


berkurang atau kecil, hal ini disebabkan karena dari atas kebawah jari-jari
atom akan semakin besar sehingga daya tarik inti terhadap elektronnya
akan semakin berkurang. Ketika daya tarik inti terhadap elektron
terluarnya berkurang, maka elektron terluarnya akan lebih mudah terlepas,
sehingga energi ionisasinya pun akan semakin kecil. Sedangkan dari kiri
ke kanan dalam satu periode pada Pb dan Bi akan semakin bertambah
karena jari-jari ataom Bi lebih kecil daripada Pb, sehingga Bi akan lebih
sulit untuk melepaskan elektron terluarnya, sehingga energi yang
digunakan untuk melepaskan elektron akan semakin besar.

Keelektonegativan unsur golongan 14 dari atas kebawah akan semakin


kecil, hal ini disebabkan karena jari-jari atom yang semakin besar,
sehingga daya tarik elektronnya akan semakin kecil, maka dari itu
keelektronegativannya juga akan semakin kecil. Sedangkan pada 1 periode
yaitu (Pb dan Bi) harga keelektronegativannya akan semakin besar maka
harga keelektronegativan Bi lebih besar daripada Pb, hal ini karena jari-jari
atom Pb yang lebih besar daripada Bi, maka atom Bi akan lebih mudah
menarik elektron daripada atom Pb.

Ada anomali pada logam timbal, pada logam timbal seharusnya energi
ionisasinya menjadi lebih besar dari pada timah, dan juga titik lelehnya
yang seharusnya lebih kecil, namun pada kenyataannya logam timbal
memiliki titik leleh yang lebih besar daripada timah, hal ini disebabkan
karena adanya efek prisai yang buruk pada logam timbal, dimana pada
logam Pb memiliki konfigurasi elektron [ 54Xe] 4f14 5d10 6s2 6p2 sedangkan
11

Sn memiliki konfigurasi elektron [36Kr] 4d10 5s2 5p2. Dari konfigurasi


elektron tersebut dapat kita lihat bahwasannya pada logam Pb memiliki
konfigurasi elektron pada 4f14 dan seperti yang kita ketahui bahwasannya
orbital f dan d merupakan efek perisai yang sangat buruk. Namun perlu
kita tinjau kembali, bahwasannya pada logam Sn elektron tidak mengisi
orbital hingga pada orbital f dan Sn hanya mengisi hingga orbital d
saja, sedangkan pada logam Pb elektronnya mengisi hingga orbital f.
sehingga dapat kita simpulkan bahwasannya logam Pb memiliki muatan
inti efektif kecil, karena memiliki efek perisai yang lebih buruk daripada
logam Sn.

Mengapa pada timah dapat stabil pada bilangan oksidasi +2 dan +4? Hal
ini karena pada bilangan oksidasi +2 pasangan lembam ns 2 tidak terlibat
dalam pembentukan ikatan, sedangkan pada bilangan oksidasi +4
pasangan lembam berpartisipasi dalam pembentukan ikatan.

D. Reaksi-reaksi dan senyawaannya

1. Germanium
Germanium sedikit lebih reaktif dan elektropositif dibandingkan
dengan Si; germanium larut dalam H2SO4 pekat panas dan HNO3 tetapi
tidak bereaksi dengan air atau dengan asam encer atau alkali kecuali
dengan pengoksidasi kuat seperti H2O2 atau NaOCl. Germanium
teroksidasi menjadi GeO2 di udara dengan panas bereaksi dengan H2S
dan gas S menghasilkan GeS2; C12 dan Br2 menghasilkan GeX4 ; pada
pemanasan dan HC1 memberikan GeC14 dan GeHCl3. Alkil halida
bereaksi dengan Ge panas (seperti dengan Si) untuk memberikan
halida organogermanium.

Germanium dengan rumus umum GenH2n+2 dikenal sebagai gas tidak


berwarna atau cairan yang mudah menguap, untuk n = 1-5 sifat fisik
dan reaksi-reaksi kimianya mirip dengan silane (SiH 4). GeH4
umumnya dibuat oleh reaksi GeC14 dengan LiAlH4 dalam eter atau
bahkan lebih baik dengan reaksi GeO2 dengan larutan NaBH4.
Persamaan reaksinya:
GeO2 + NaBH4 GeH4 + NaBO4
12

Germanium kurang volatil dan kurang reaktif dibandingkan silane.


Jadi berbeda dengan SiH4 dan Sn, GeH4 tidak bereaksi dengan udara
dan tidak terpengaruh oleh larutan asam atau larutan basa 30%.
Bertindak sebagai asam dalam larutan NH3 membentuk NH4+ dan ion
GeH3- bereaksi dengan logam alkali dalam pelarut ini (atau dalam
MeOC2H4OMe) untuk menghasilkan MGeH3.

Hidrohalida germanium GeHxX4-x (X = C1, Br, I; x = 1, 2, 3) tidak


berwarna, mudah menguap, cairan reaktif. Cara untuk mereparasi
termasuk reaksi Ge, GeX2 atau GeH4 dengan HX. Senyawanya
merupakan intermediet sintesis. Misalnya, hidrolisis GeH 3C1
menghasilkan O(GeH3)2, dan berbagai metatesis dapat dipengaruhi
oleh penggunaan Garam yang tepat seperti garam Ag atau yang lebih
efektif garam PbII, misalnya GeH3Br dengan PbO, Pb(OAc)2, dan Pb
(NCS)2 menghasilkan O(GeH3)2, GeH3(OAc), dan GeH3(SCN).
Pengolahan senyawa yang terakhir ini MeSH atau [Mn(CO)5H]
masing- masing menghasilkan GeH3Sme dan [Mn(CO)S(GeH3)].
Sebuah ekstensif kimia phosphinogermane juga dikenal, misalnya
RnGe(PH2)4-n, R = alkil atau H. Germaimine CF3N = GeH2 telah
diperoleh sebagai gas tidak berwarna dengan mereaksikan 1: 1
campuran Ge & dan CF3NO dalam tabung tertutup di 1200 (yang lain
menjadi produk H2O). Penambahan HI ke Ge=N ikatan ganda
memberi CF3NHGeH2I.

GeF2 berupa volatil padatan putih dari GeF4 pada bubuk Ge di 150-
3000, memiliki struktur yang unik yaitu trigonal piramida (GeF 3)
memberikan 2 atom F untuk membentuk rantai spiral yang tak
terbatas. GeC12 berwarna Kuning Pucat dapat diperoleh pada suhu 3000
atau dengan dekomposisi termal dari GeHCl 3 pada 700. Reaksi khas ini
dirangkum dalam skema:
13

GeBr2 dibuat dengan reduksi GeBr4 atau GeHBr3 dengan Zn, atau
dengan reaksi HBr pada kelebihan Ge pada 4000, yang merupakan
padatan kuning, yang disproportiosi untuk Ge dan GeBr 4 pada suhu
1500, dengan menambahkan HBr pada 400, dan hidrolisis dengan
Ge(OH)2 kuning yang tidak stabil. Pembuatan GeI2 diperoleh dari
reduksi GeI4 dengan larutan H3PO2 pada larutan HI untuk mencegah
hidrolisis; GeI2 menyublim untuk memberikan kristal oranye-kuning
cerah, kristal ini stabil diudara dan disproportionasi terjadi hanya
ketika pemanasan di atas ~5500. GeI2 dioksidasi menjadi Ge14 pada
larutan KI atau HCl menghasilkan ligan-ligan nitrogen dan bereaksi
dengan C2H2 pada 1400 untuk menghasilkan senyawa yang pada

awalnya dirumuskan sebagai 3-anggota heterosiklik


tapi yang kemudian ditunjukkan oleh spektroskopi massa memiliki
struktur dimer yang tidak biasa.
14

Halida GeII, MGeX3 (M = Rb, Cs; X = C1, Br, I) adalah polimorfik


dengan berbagai terdistorsi mirip perovskit, struktur yang
mencerminkan pengaruh "non-ikatan" pasangan elektron di pusat GeII.
Dengan demikian, pada suhu kamar, CsGeI 3 rhombohedral memiliki
tiga ikatan Ge-I di 275pm dan tiga ikatan di 327pm sedangkan dalam
bentuk kubik pada suhu tinggi (di atas 277 C) ada enam jarak Ge-I di
320 pm sebagai akibat dari perubahan posisi Atom Ge (urutan balik-
gangguan transisi). RbGeI3 berwarna lemon-kuning, ortorombik di
bawah ~920; perantara, bordeaux-merah ortorombik bentuk perovskit
(-920 ke -520); sebuah bentuk rhombohedral hitam (-52 0 ke -290); dan
hitam, bentuk perovskite kubik antara -290 dan suhu dekomposisi,
+610. Dalam bentuk lemon-kuning nya ada satu ikatan Ge-I di 281pm,
empat di 306pm dan satu di 327pm, sedangkan dalam bentuk merah
membentuk ada tiga Ge-I di 287pm dan tiga di 324prn. Semua
senyawa yang mudah dibuat hanya dengan pemanasan Ge(OH) 2
dengan MX di larutan HX encer.

Tetrahalida germanium dapat dibuat dari unsur-unsurn yang bereaksi


atau melalui reaksi dari larutan HX pada GeO2. Bentuknya lebih ringan
tidak berwarna, cairan yang mudah menguap, tapi Gel 4 adalah orange
padat. Semuanya terhidrolisis dengan mudah dan GeC1 4 khususnya
sangat penting dalam penyusunan senyawa organogermanium melalui
reagen LiR atau RMgX. Banyak campuran halida dan hidrohalida nya
yang dikenal, seperti kompleks dari jenis GeF62-, GeCl62-, trans-
L2GeC14 dan L4GeC14 (L = amina tersier atau piridin). Penasaran
kompleks campuran valensi Ge5F12, yaitu [(GeF2)4GeF4] telah
ditunjukkan oleh ciri terdistorsi piramida persegi {: Ge2+F4} dengan
"lone-pair '' dengan 4 elektron yang menjauhi atom F yang berada di
181, 195, 220, dan 245pm dari apikal Ge2+; atom Ge4+ berada di pusat
dari segi delapan yang sedikit menyimpang (Ge4+- F 171-180pm, sudut
F-Ge-F 87.592,50) dan seluruh struktur yang di susun bersama oleh
jembatan F.
15

a. Reaksi dengan hidrogen:


Hidrida germanium yang stabil hanya GeH4
Ge(s) + 2H2 GeH4(s)
b. Reaksi dengan Halogen
Reaksi germanium dengan klorin membentuk senyawa:
Ge + 2Cl2 GeCl4

c. Reaksi dengan oksigen


2Ge(s) + O2(g) 2GeO(s)
Ge(s) + O2(g) GeO2(s) (stabil)

2. Timah (Sn)
Timah dapat membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +2 dan +4.
Pelepasan dua elektron membentuk timah(II) atau stano lebih mudah
daripada pelepasan empat elektron dengan membentuk timah(IV) atau
stani. Oleh karena itu, timah(II) umumnya lebih bersifat ionik
sedangkan timah(IV) lebih bersifat kovalen. Sifat kovalen timah(IV)
membentuk hibridisasi sp3-tetrahedron. Timah(IV) relatif stabil,
berbeda dengan timbel(IV), dan oleh karena itu timah(II) bersifat
sebagai reduktor.

Timah(II). Stano oksida, SnO, berupa serbuk hitam atau hijau


bergantung pada cara pembuatannya. Oksida ini dibuat dengan
mereaksikan larutan panas senyawa timah(II) dengan larutan karbonat
atau dengan memanaskan timah (II) oksalat tanpa udara
Sn2+(aq) + CO32-(aq) SnO (s) + CO2(g)
Sn(COO)2(s) SnO(s) + CO2(g) + CO(g)

Timah(II) oksida bereaksi dengan asam membentuk ion Sn2+, dan


dengan basa kuat membentuk ion stanit, [Sn(OH)4]2-. Jadi, SnO
16

menunjukkan sifat amfoterik. Dengan melepaskan satu molekul air, ion


stanit [Sn(OH)4]2- serimg ditulis dengan formula SnO 22- (hal ini analog
dengan ion aluminat).
SnO(s) + 2H3O+(aq) Sn2+(aq) + 3H2O(l)
SnO(s) + 2OH-(aq) + H2O(l) [Sn(OH)4]2-(aq)
Larutan basa kuat mengendapkan timah(II) dari larutannya sebagai
hidroksida yang berwarna putih-gelatin, tetapi larut kembali pada
penambahan basa ini secara berlebihan membentuk ion stanit, sama
seperti yang terjadi pada oksidanya dengan persamaan reaksi:
Sn2+(aq) + 2OH-(aq) Sn(OH)2(s)
Sn(OH)2(s) + 2 OH-(aq) [Sn(OH)4]2-(aq)

Salah satu garam timah(II) yang perlu diketahui adalah garam


kloridanya yaitu SnCl2. Garam ini yang dapat diperoleh sebagai
dihidratnya, SnCl2.2H2O, dibuat dengan menguapkan larutan yang
diperoleh dari reaksi antara oksidanya dengan asam hidroklorida
menurut persamaan reaksi:
SnO(s) + 2HCl(aq) + H2O(l) SnCl2.2H2O
SnCl2 dalam air mudah terhidrolisis membentuk endapan putih-gelatin
timah(II) hidroksiklorida, Sn(OH)Cl, seperti ditunjukkan oleh
persamaan reaksi berikut ini:
SnCl2(aq) + 2H2O(l) Sn(OH)Cl(s) + H3O+(aq) + Cl-(aq)

Garam stano yang lain adalah stano sulfida, SnS, yag berupa padatan
coklat tua, dan sering digunakan untuk menguji adanya ion Sn 2+.
Garam ini dapat diperoleh dari larutan timah(II) yang dialiri gas
hidrogen sulfida.

Timah(IV). Timah yang dibakar dalamudara akan mengalami oksidasi


berkelanjutan membentuk stani oksida yang berwarna kuning ketika
panas dan berwarna putih setelah dingin. Hal ini menunjukkan bahwa
timah(IV), maupun timah(II), mudah teroksidasi. Oleh karena itu
reaksi timah dengan asam nitrat pekat (oksidator kuat) juga
menghasilkan stani oksida (dan gas NO2)
Sn(s) + O2(g) SnO2(s)
Sn(s) + 4HNO3(l) SnO2(s) + NO2(g) + 2H2O(l)
17

Seperti halnya stano oksida, stani oksida juga bereaksi dengan asam,
dan basa yang membentuk ion stanat, [Sn(OH)6]2-, yang juga sering
ditulis dengan formula SnO32-, menurut persamaan reaksi:
SnO2(s) + 4H3O+(aq) Sn4+(aq) + 6H2O(l)
SnO2(s) + 2OH-(aq) +2H2O(l) [Sn(OH)6]2-(aq)

Tima(IV) hidroksida tidak dikenal, melainkan terbentuk sebagai ion


kompleks stanat yang dapat diperoleh dari reaksi langsung timah
dengan basa kuat dalam keadaan panas, menurut persamaan reaksi:
Sn(s) + 2OH-(aq) + 4H2O(l) [Sn(OH)6]2-(aq) + 2H2(g)

Namun demikian, jika kedalam larutan timah(IV) ditambahkan basa


alkali ternyata diperoleh endapan berwarna putih. Endapan ini sangat
mungkin berupa stanioksida atau yang terhidrat menurut persamaan
reaksi:
SnX4(aq) + 4MOH(aq) SnO2.2H2O(s) + 4MX(aq)

Timah(IV) klorida berupa cairan tak berwarna, dan dapat diperoleh


dari reaksi langsung logam timah dengan gas klorin berlebihan
menurut persamaan reaksi:
Sn(s) + 2CL2(g) SnCl4(l)

Stani klorida dapat larut dalam air, tetapi mengalami hidrolisis


membentuk oksidanya atau yang terhidrat, dan dalam asam hidroklrida
pekat terbentuk asam heksaklorostanat, menurutpersamaan reaksi:
SnCl4(l) + 2H2O(l) SnO2(s) + 4HCl(aq)
SnCl4(l) + 2HCl(pekat) H2[SnCl6]

Seperti halnya stano sulfida, stani sulfida merupakan senyawa khas


untuk mengidentifikasi adanya stani. Jadi, jika ke dalam larutan
timah(IV) dialiri gas H2S akan diperoleh endapan kuning SnS2.
Berbeda dengan stano sulfida, endapan SnS2 larut dalam sulfida
berlebihan, misalnya dengan NaS membentuk ion tiosianat, [SnS 3]2-
yang dapat diendapkan kembali dengan penambahan asam, menurut
persamaan reaksi:
SnX4(aq) + 2H2S(aq) SnS2(s) + 4HX(aq)
SnS2(s) + Na2S(aq) [SnS3]2-(aq) + 2Na+(aq)
[SnS3]2-(aq) + 2H3O+(aq) SnS2(s) + H2S(g) + 2H2O(l)
18

Endapan stani sulfida juga larut dalam asam klorida pekat membentuk
ion heksaklorostanat(IV) menurut persamaan reaksi:
SnS2(s) + 6 HCl(pekat) + 2H2O(l) [SnCl6]2-(aq) + 2H2S(g) + 2H3O+(aq)

a. Reaksi Timah dengan Hidrogen:


Hidrida timah yang stabil hanya SnH4
Sn(s) + 2H2 SnH4
b. Reaksi dengan halogen
Timah bereaksi dengan klorin secara langsung membentuk Sn(IV)
klorida
Sn + 2Cl2 SnCl4

c. Reaksi dengan oksigen


Jika timah dipanaskan dengan udara maka akan membentuk SnO 2,
yaitu oksida dari timah yang paling stabil. Sebenarnya SnO ada
tetapi sifatnya tidak stabil dan jika dipanaskan di udara akan
berubah menjadi SnO2.
Sn(s) + O2(g) SnO2(g)

Timah lebih reaktif dan elektropositif daripada Ge. Timah akan


stabil pada suhu dan pada temperatur biasa tetapi bereaksi dengan
uap air menghasilkan SnO2 dan H2 pada suhu dan pemanasan untuk
menghasilkan SnO2. Larutan HCl dan H2SO4 menunjukkan sedikit
reaksi tetapi larutan HNO3 menghasilkan Sn(NO3)2 dan HN4NO3.
Konsentrasi HCl yang tinggi menghasilkan SnCl2 dan H2 yang
mana H2SO4 yang memiliki konsentrasi tinggi terbuat dari SnSO 4
dan SO2. Senyawa Sn2 tidak memiliki reaksi. Sebaliknya reaksi
dari larutan alkali yang panas menghasilkan hidroksostanat(IV).

Timah bereaksi cepat dengan Cl2 dan Br2 pada temperatur rendah
dan dengan F2 dan I2 pada suhu tinggi menghasilkan SnX 4. Reaksi
ini bereaksi hebat pada S dan Se, untuk menghasilkan kalkogen Sn2
dan Sn4 dan dengan Te dari Sn dan Te.

3. Timbal (Pb)
Timbal(II) bukan merupakan reduktor yang baik tidak seperti halnya
timah(II), melainkan timbel(IV) merupakan oksidator yang lebih baik
dibanding dengan timah(IV).
19

Ada tiga macam oksida timbel yang penting yaitu PbO yang berwarna
kuning, PbO2 yang berwarna coklat, dan Pb3O4 yang berwarna merah
meni. Timbel (II) oksida yang mempunyai struktur sama dengan
timah(II) oksida, dapat diperoleh dari pemanasan timbel dengan udara:
2Pb(s) + O2(g) 2PbO(s)

Jadi, berbeda dengan pemanasan timah dengan udara yang


menghasilkan timah(IV) oksida, pemanasan timbel dengan udara di
atas 5000C akan menghasilkan Pb3O4.
Timbel(IV) oksida dapat diperoleh dari oksidasi timbel(II) dalam
larutan basa. Dengan oksidator larutan natrium hipoklorit, NaClO,
timbel(II) dapat diubah menjadi timbel(IV) oksida menurut persamaan
reaksi sebagai berikut:
ClO-(aq) + H2O(l) + 2e Cl-(aq) + 2OH-(aq)
Pb2+(aq) + 4OH-(aq) PbO2(s) + 2H2O(l) + 2e +
Pb2+(aq) + 2OH-(aq) + ClO-(aq) PbO2(s) + Cl-(aq) + 2H2O(l)

Timbel(IV) okisda merupakan oksidator yang baik dan dapat


mengoksidasi asam klorida menjadi gas klorin:
PbO2(s) + 4HCl(aq) PbCl2(s) + Cl2(g) + 2H2O(l)

Pb3O4 dapat diperoleh dari oksidasi PbO dalam udara terbuka dengan
pemanasan pada temperatur sekitar 400-500 0C, menurut persamaan
reaksi:
6PbO(s) + O2(g) 2Pb3O4(s)
Kuning merah

Dengan demikian, Pb3O4 dapat dipandang sebagai hasil oksidasi tak


sempurna dari PbO, dan oleh karena itu dapat dipandang tersusun
oleh campuran timbel dengan dua macam tingkat oksidasi yaitu +2 dan
+4. Dengan demikian, formula oksida ini mungkin dapat dituliskan
sebagai PbO2.2PbO. hal ini didukung oleh reaksinya dengan asam
nitrat yang menghasilkan timbel(II) nitrat dan endapan timbel(IV)
oksida:
Pb3O4(s) + 4HNO3(aq) PbO2(s) + Pb(NO3)2 (aq) + 2H2O(l)

Sama seperti oksida- oksida aluminium dan timah, oksida- oksida


timbel, PbO dan PbO2 juga bersifat amfoterik. Paralel dengan oksida-
20

oksida timah, reaksi dengan oksida timbel denganbasa kuat


mengahsilkan ion plumbit [Pb(OH)4]2- dan plumbat, [Pb(OH)2]2-.

Apabila larutan basa alkali ditambahkan ke dalam larutan timbel(II),


diperoleh endapan putih Pb(OH)2. Basa inipun bersifat amfoterik, oleh
karena itu larut kembali dalam basa alkali berlebihan dengan
membentuk ion plumbit dan dapat juga bereaksi dengan asam
menghasilkan kembali garam timbel(II). Ion stanit merupakan reduktor
yang aktif, tetapi tidak demikian halnya dengan ion plumbit yang
bukan merupakan reduktor yang baik.
Timbel(II) klorida, PbCl2, berupa padatan putih yang sukar larut dalam
air, tetapi larut dalam air panas. Garam ini dapat diperoleh dari
interaksi langsung unsur-unsurnya, berbeda dari logam timah yang
mengahsilkan timah(IV) klorida. Timbel(II) klorida juga dapat
diperoleh dari reaksi antara timbel(II) oksida dengan asam klorida,
atau dari reaksi pengendapan ion Pb2+ oleh ion Cl-. Ternyata, endapan
timbel(II) klorida larut dalam larutan klorida konsentrasi tinggi dengan
membentuk ion kompleks tetrakloroplumbat(II):
PbCl2(s) + 2Cl-(aq) [PbCl4]2-(aq)

Kristal timbel(II) nitrat, tak berwarna dan mudah larut dalam air, dapat
diperoleh dari reaksi timbel(II) oksida dengan asam nitrat. Garam ini
ternyata mudah terhidrolisis dalam air membentuk endapan putih
hidroksinitrat, kecuali jika larutan dibuat sedikit asam dengan asam
nitrat.
Pb(NO3)2(aq) + 2H2O(l) Pb(OH)(NO3) (s) + NO3-(aq) + H3O+(aq)
Persamaan reaksi kesetimbangan di atas mudah dipahami bahwa
dengan penambahan sedikit asam nitrat ke dalam larutan akan
mencegah terjadinya hidrolisis.

Padatan timbel(II) nitrat juga tidak stabil pada temperatur agak tinggi,
dan seperti halnya dengan senyawa nitrat dari logam- logam berat
lainnya, akan terurai menjadi oksidanya dengan membebaskan gas
coklat, NO2, menurut persamaan reaksi:
2Pb(NO3)2 (s) 2PbO(s) + 4 NO2(g) + O2(g)
21

Larutan timbel(II) yang paling stabil dalam air adalah larutan timbel
asetat, Pb(CH2COO)2. Oleh karena itu, larutan ini sering disediakan
untuk menguji timbel(II).
Seperti halnya timah(II), timbel(II) juga diendapkan oleh ion sulfida
dengan warna hitam, menurut persamaan reaksi umum:
M2+(aq) + S2-(aq) MS(s) (M = Sn/ Pb)

4. Bismuth (Bi)
Bismuth terdapat dalam senyawaannya dengan tingkat oksidasi +3 dan
+5. Senyawa bismuth dengan tingkat oksidasi +5 (NaBiO 3, BiF5)
bersifat oksidator kuat. Semua garam bismuth (III) halida dapat
dijumpai, namun hanya BiF3 saja yang ditemui sebagai garam. Seperti
halnya pada timah dan timbal, bismuth (III) lebih stabil daripada
bismuth (V).

a. Reaksi bismut dengan air (Hidroksida bismut)


Ketika bismut panas bereaksi dengan air maka akan membentuk
bismut (III) trioksida.
2Bi (s) + 3H2O (g) Bi2O3 (s) + 3H2 (g)

b. Reaksi dengan udara (oksida bismut)


Setelah pemanasan bismut bereaksi dengan oksigen di udara akan
membentuk formulirtrioksida bismut (III).
4Bi (s) + 3O2 (g) 2Bi2O3 (s)

c. Raksi dengan halogen


Bismut bereaksi dengan fluor akan membentuk bismut (V)
fluoride.
2Bi (s) + 5F2 (g) 2BiF5 (s)

Bismut bereaksi dalam kondisi yang terkendali dengan halogen


fluorin, klorin, bromin, dan iodin menghasilkan bismut (III)
(halida).
2Bi (s) + 3F2 (g) 2BiF3 (s)
2Bi (s) + 3Cl2 (g) 2BiCl3 (s)
2Bi (s) + 3Br2 (g) 2BiBr3 (s)
2Bi (s) + 3I2 (g) 2BiI3 (s)

d. Reaksi bismuth dengan asam


22

Bismut larut dalam asam sulfat pekat atau asam nitrat, untuk
membentuk solusi yang mengandung Bismut (III). Reaksi dengan
asam klorida dalam kehadiran oksigen maka akan menghasilkan
bismut (III) klorida.
4Bi (s) + 3O2(g) + 12HCl (aq) 4BiCl3 (aq) + 6H2O (l)

E. Kegunaan Unsur-unsur

a. Germanium
Adapun kegunaan germanium adalah sebagi berikut :
1. Kristal germanium digunakan pada alat detektor frekuensi radio
yang tinggi dan sinyal-sinyal radar
2. Kristal germanium digunakan pada pembuatan piranti
semikonduktor, seperti transistor
3. Germanium oksida digunakan dalam pembuatan kaca optik dan
pengobatan anemia.
4. Dalam senyawanya germanium digunakan sebagai agen kemotrapi
5. Digunakan sebagai lensa kamera wide-angle dan microscope
objectives

b. Timah
Adapun kegunaan unsur dan senyawaan timah adalah sebagai berikut:
1. Dalam bentuk lembaran, timah digunakan untuk lapisan pelindung
kaleng atau bejana dari tembaga agar lebih kuat dan tahan abrasi
karena dari uap SnCl4 dihembuskan pada permukaan kaca atau
gelas yang baru terbentuk yang kemudian akan bereaksi dengan
molekul air pada permukaan kaca atau gelas membentuk lapisan
SnO2, lapisan tipis SnO2 ini dapat memperkuat kaca atau gelas
seperti pada kacamata.
2. Lapisan tebal dari SnO2 digunakan sebagai lapisan penghantar arus
listrik dan juga digunakan pada kaca jendela pada kocpit pesawat
terbang. Yaitu dengan aliran arus listrik akan terjadi panas pada
kaca yang selanjutnya akan mencegah terjadinya pengembunan uap
air pada kaca jendela kocpiy tersebut.
3. SnCl4 juga digunakan sebagai katalisator dalam reaksi organik
seperti pada pembuatan asam asetat, asam oksalat, dan asam
stearat.
23

4. Digunakan sebagai logam campuran perunggu, dengan kadar Sn


sebanyak 5-10%
5. Digunakan untuk perekat komponen elektronika pada PCB (timah
solder) bahan solder yang terbentuk dari Sn-Pb dengan kadar Sn
sebanyak 2-63%, bergantung pada penggunaannya. Dimana solder
ternyata mempunyai titik leleh yang lebih rendah daripada titik
leleh logam aslinya
6. Dicampur dengan titanium dan digunakan dalam industri aerospace
dan bahan insektisida
7. Timah digunakan sebagai bahan aditif sikat gigi untuk mencegah
terjadinya lubang pada gigi, karena timah mempunyai sifat
amfoterik bereaksi kuat dengan asam kuat dan basa kuat.
8. SnO2 yaitu oksida timah digunakan sebagai ampelas atau
penggosok permata
9. SnS2 yaitu sulfida timah dipakai pada industri pewarnaan dan
proses penyepuhan (bahan imitasi)
10. Digunakan dalam industri keramik, yaitu oksida timahnya SnO 2
yang digunakan sebagai campuran glasir sekaligus memberi warna
kuning SnO2-V2O5, warna biru abu-abu SnO2-Sb2O5, dan warna
merah muda SnO2-Cr2O3.

c. Timbel
Adapun kegunaan unsur dan senyawaan timbel sebagai berikut :
1. Timbel digunakan sebagai bahan pengisi baterai dan pelapis kabel
listrik
2. Digunakan dalam pipa, tank dan alat sinar X
3. Timbel digunakan untuk melindungi bahan-bahan radioaktif karena
memiliki kerapatan yang tinggi dan Karena timbel merupakan
salah satu bahan paduan yang mempunyai kemampuan yang sangat


tinggi untuk menahan sinar-X dan sinar-
4. Timbel digunakan sebagai bingkai-bingkai kaca berwarna yang
dibentuk sebagai lukisan pada jendela kaca, karena timbel dapat
membentuk lapisan timbel oksida atau timbel karbonat yang
melapisi secara kuat, sehingga reaksi tidak akan berlanjut.
5. Digunakan untuk perekat komponen elektronika pada PCB (timah
solder) bahan solder yang terbentuk dari Sn-Pb dengan kadar Sn
24

sebanyak 2-63%, bergantung pada penggunaannya. Dimana solder


ternyata mempunyai titik leleh yang lebih rendah daripada titik
leleh logam aslinya.
6. Timel juga digunakan pada industri cat, misalnya pada PbCrO4
berwarna kuning yang banyak digunakan untuk cat pewarna jalan
atau bahan plastik, PbMoO4 yang berwarna merah orange, PbO
berwarna kuning kenari, dan 2PbCO3.Pb (OH)2 memberi warna
putih.
7. Dalam industri keramik PbSi2O5 yang tak berwarna digunakan
untuk melapisi glasir.
8. Pb3O4 yang merupakan campuran Pb (II) dan Pb (IV) atau
2PbO.PbO2 berfungsi sebagai penghambat korosi sehingga sering
juga digunakan sebagai cat dasar
9. Sel aki terdiri atas pelat-pelat katode PbO2 yang berwarna merah
cokelat dan anode berbentuk bunga-karang, busa yang terbentuk
dari logam Pb yang dipadu dengan sedikit antimon-Sb, dan
elektrolit yang digunakan adalah larutan asam sulfat. Pada proses
pengeluaran arus listrik, pada anode Pb dan katode PbO2 terjadi
reaksi kimia sehingga terbentuk PbSO4 dengan persamaan reaksi
total sebagai berikut:
Pb (s) + PbO2 (s) + 4 H3O+(aq) + 2 SO42- 2 PbSO4 (s) + 6H2O (l)
Endapan PbSO4 lah yang melapisi kedua elektrode, dan larutan
elektrolit menjadi semakin encer karena dihasilkan air, sehingga
lama-lama kerja aki akan semakin terhambat. Untuk mengaktifkan
aki kembali dilakukan pengisian dengan mengalirkan arus listrik
dengan katode yang dipasang berlawanan sehingga terjadi reaksi
yang berlawanan arah.
10. Senyawa tetraethyllead (TEL) dengan rumus kimia (C2H5)4Pb yang
merupakan senyawa organologam yang mempunyai titik didih
rendah, yang digunakan sebagai bahan anti letupan karena sifatnya
yang dapat menaikkan angka oktan bahan bakar minyak hingga
mencapai 80. Namun ternyata TEL memiliki dampak buruk bagi
lingkungan dengan mencemari udara, senyawa Pb yang dihasilkan
dari pembakaran pada mesin kendaraan sangat berbahaya dan jika
25

masuk edalam tubuh manusia dapat menimbulkan gangguan pada


syaraf dan sistem peredaran darah.

d. Bismut
Adapun kegunaan unsur dan senyawaan bismut adalah sebagai berikut:
1. Digunakan sebagai bahan obat-obatan dan kosmetik yaitu pada
bismut oxinitrar dan bismutil nitrat
2. Digunakan sebagai piringan pipa stereo yaitu pada aloi bismut
dengan timbel Stibium
3. Digunakan pada alat ukur listrik karena rendahnya titik leleh aloi
dengan Pb Sn Cd
4. Digunakan pada alat fluoroskopi.
5. pengobatan sinar X, pembalut luka dan pengobatan penyakit sifilis.
Pada dunia kedokteran
6. Bismut mengembang 3.22% jika dipadatkan. Sifat ini membuat
campuran logam bismut cocok untuk membuat cetakan tajam
barang-barang yang dapat rusak karena suhu tinggi
7. Garamnya yang mudah larut membentuk garam basa yang tidak
terlarut jika ditambah air, suatu sifat yang kadang-kadang
digunakan dalam deteksi
8. Bismuth subsalicylate (Pepto-Bismol) tersedia di Amerika
mengandung dua ramuan (bahan-bahan) yang berpotensi aktif,
bismuth dan salicylate (aspirin). Efektif digunakan pada diare
wisatawan dan perawatan dari infeksi H. pylori dari lambung.
Diperkirakan ia mempunyai beberapa sifat-sifat seperti antibiotik
yang mempengaruhi bakteri-bakteri yang menyebabkan diare.
9. Salicylate adalah anti-peradangan dan dapat mengurangi sekresi air
degan mengurangi peradangan. Bismuth juga mungkin secara
langsung mengurangi sekresi air oleh usus.
26

III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah:
1. Unsur-unsur Germanium, Timah, Timbel, dan Bismut sulit ditemukan
dalam senyawa murninya, kebanyakan unsur-unsur tersebut ditemukan
dalam senyawaannya
2. Unsur murninya dapat diperoleh dari senyawaannya dengan cara
mengisolasi senyawaannya tersebut
3. Timbal merupakan unsur yang memiliki kelimpahan yang paling besar
diantara Germanium, Timah, dan Bismut. Kelimpahannya mencapai 13
ppm didalam kerak bumi. Sedangkan logam bismut merupakan unsur
yang memiliki kelimpahan paling kecil diantara Ge, Sn, dan Pb.
Dimana kelimpahannya hanya mencapai 0.008 ppm didalam kerak
bumi.
4. Terdapat anomali pada logam Pb, dimana berkaitan dengan konfigurasi
elektron Pb dengan yang lainnya. Dimana Pb merupakan logam yang
memiliki efek perisai yang sangat buruk dibandingkan dengan Sn
5. Unsur logam golongan 14 dan 15 dapat bereaksi dengan hidrogen,
halogen, dan oksigen
6. Dalam bentuk garam- garamnya, unsur- unsur golongan 14 dan 15
dapat larut dalam air
7. Dalam bentuk senyawanya, unsur- unsur golongan 14 dan 15 sangat
berguna dalam kehidupan.
1.
27

DAFTAR PUSTAKA

Cotton dan wilkinson.1989.Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : Penerbit Universitas


Indonesia (UI-Press)

Greenwood, N.N dan Earnshaw, A. 1997. Chemistry of The Element. Great


britain: Butterworth Heinemann

Housecroft C,E dan Sharpe, A,G. 2008. Inorganic Chemistry.London: Pearson

Sugiyarto, Kristian dan Retno sugiyanti. Kimia Anorganik logam. Yogyakarta:


Graha Ilmu

Sunardi. 2008. 116 Unsur Kimia Deskripsi dan Pemanfaatannya. Bandung:


Yrama Widya

Anda mungkin juga menyukai