Kesadaran Jiwa berada di atas dan meliputi: Kesadaran Hati dan Kesadaran
Jasad.
Kesadaran Ruh berada di atas dan meliputi: Kesadaran Jiwa, Kesadaran Hati
dan Kesadaran Jasad.
Di atas Kesadaran Fana ada Kesadaran Jiwa (Cahaya). Kesadaran Jiwa juga berlapis
dan saling meliputi, dimana tingkat Jiwa sangat ditentukan oleh tingkat keyakinan
akan adanya Allah Sang Maha Pencipta.
Di atas Kesadaran Jiwa ada Kesadaran Ruh, kesadaran Ilahiah, yang merupakan
kesadaran puncak yang meliputi seluruh kesadaran yang dimiliki oleh seorang
manusia.
Rintangan dalam menggapai Kesadaran Yang Lebih Tinggi, diantaranya yang utama
adalah: Believe system - Keyakinan.
Jika kita tidak percaya adanya tubuh atau kesadaran lain selain tubuh atau
kesadaran materi, maka secara otomatis kita tidak mungkin menggapai kesadaran
diluar kesadaran materi.
Jika kita tidak yakin, tidak percaya adanya Allah Tuhan Yang Maha Esa, atau
kurang tepat dalam memahami siapa Allah Tuhan Seluruh Semesta (Dimensi)
Alam, maka kita tidak akan bisa mencapai Kesadaran yang tertinggi, kesadaran
puncak.
Jika kita menganggap bahwa pikiran kita berada dan dihasilkan oleh otak
semata, maka kita tidak akan mencapai kesadaran energi.
Jika kita lebih sering memperturutkan Nafsu, Hasrat dan Emosi maka kita akan
sulit menggapai kesadaran Pikiran.
Jika kita lebih mengedepankan pikiran rasional, logika, empiric, maka akan sulit
bagi kita untuk meraih kesadaran Intuisi.
Konsepsi Diri, Citra Diri, Ego, sangat berpotensi menjadi perintang perjalanan
untuk menggapai kesadaran yang lebih tinggi.
Pemantauan kesadaran dengan menilai fungsi SSP tersebut.
1. Compos Mentis.
Kesadaran penuh.
2. Apatis.
Kesadaran dimana pasien terlihat mengantuk tetapi mudah di bangunkan dan reaksi
penglihatan, pendengaran, serta perabaan normal.
3. Somnolent.
Kesadaran dapat dibangunkan bila dirangsang, dapat disuruh dan menjawab pertanyaan. Bila
rangsangan berhenti pasien tidur lagi.
4. Sopor.
Kesadaran yang dapat dibangunkan dengan rangsangan kasar dan terus menerus.
5. Sopora Coma.
Besar pupil :