Ind PDF
Ind PDF
127
Media Akuakultur Volume 8 Nomor 2 Tahun 2013
dasar bahan organik, betaine, terpene, dan senyawa efektif daripada asam amino tunggal (Kubitza, 1995 dalam de
sulfur dapat menginduksi rangsangan rasa dan bau bagi Olivera & Cyrino, 2004), dan dilaporkan bahwa penggunaan
ikan. Berpedoman pada beberapa variasi kebiasaan ikan, asam amino tunggal seringkali tidak memberikan stimulus
seperti rangsang tanggap, pencairan (searching), memakan bagi ikan untuk memakan pakan tersebut. Glisin, prolin,
(uptake), dan fase penyerapan, maka sangat realistis bahwa taurin, dan valin memberikan stimulus lebih tinggi pada
penambahan atraktan pada pakan akan membuat ikan lebih ikan karnivora (Hertrampf & Pascual, 2000; Houlihan et al.,
cepat tertarik pada pakan tersebut, sehingga waktu ikan 2000). Dilaporkan oleh Fernandez (1999) bahwa glisin dan
untuk kegiatan makan lebih pendek dan nilai nutrisi yang lisin merupakan asam amino yang dominan sebagai atraktan
masuk ke dalam lambung ikan lebih terjaga. Serangkaian pada pakan udang laut, Penaeus indicus dan Metapenaeus
penelitian menunjukkan bahwa penambahan atraktan dobsonii.
pada pakan dapat mempercepat waktu konsumsi pakan,
meningkatkan pertumbuhan ikan, meningkatkan sintasan,
Mekanisme Respons Ikan Terhadap
dan mempercepat waktu produksi (Fernandez, 1999;
Pakan
de Olivera & Cyrino, 2004; Venkatheswarlu et al., 2009). Bahan kimia yang terdifusi dari makanan ke dalam air
Penambahan atraktan yang sesuai mengakibatkan sisa akan merangsang sel kemosensori ikan. Kebiasaan makan
pakan berkurang sehingga kualitas media pemeliharaan ikan sangat dipengaruhi sifat campuran bahan kimia yang
dan lingkungan lebih baik. terdapat dalam pakan, sehingga sel-sel komosensori pada
Ketertarikan ikan terhadap pakan atau rangsangan ikan harus dirangsang agar menimbulkan respons terhadap
untuk memakan pakan merupakan hal yang sangat pakan. Tingkah laku makan pada ikan menunjukkan bahwa
penting dalam formulasi pakan ikan. Dengan kata lain, Olfactori (indera penciuman) dan gustatori (indera perasa)
keseimbangan komponen nutrisi menjadi kurang efektif sensitif terhadap bahan makanan yang mirip dengan
apabila pakan tidak mengandung komponen yang dapat makanan ikan tersebut. Olfactori merupakan indera
memacu respons ikan terhadap pakan tersebut. Sebagai jarak jauh, sedangkan gustatori merupakan indera jarak
contoh, larva ikan salmon pada masa awal mengonsumsi dekat. Olfactori berperan dalam pemberian isyarat untuk
pakan buatan akan mati hingga 50% populasi walaupun mendekati makanan, sedangkan gustatori memegang
diberikan pakan komersial, karena kurangnya respons larva peranan penting dalam keputusan menerima atau menolak
tersebut terhadap pakan yang diberikan. makanan (Houlihan et al., 2000; Michael, 2006).
Konsumsi pakan dipengaruhi oleh palatabilitas Mekanisme respons ikan terhadap pakan diawali dari
pakan yang diberikan (Halver, 1989). Pemakaian tepung adanya stimuli olfactori yang ditangkap oleh neuron khusus,
darah sebagai sumber zat besi pada pakan ikan ternyata dinamakan olfactory sensory neuron (OSNs), yang ditemukan
berdampak pada menurunnya palatabilitas pakan kerapu pada epitel Olfactori. Selanjutnya OSNs mentransmisi
bebek sehingga asupan pakan juga menurun secara nyata. informasi sensori dari hidung ke sistem syaraf pusat
Oleh karena itu, pada pakan formulasi tersebut perlu (Michael, 2006). Dijelaskan oleh Rahardjo et al. (2011)
ditambahkan bahan pakan yang dapat meningkatkan nafsu bahwa pelacakan makanan merupakan fungsi penghidu
makan ikan (Setiawati et al., 2009). yang utama pada ikan yang makan dalam cahaya temaram
Atraktan umumnya dihasilkan dari asam amino bebas. atau mencari obyek yang dapat dimakan di antara material
Menurut Michael (1980), dan Hara (1982), keberadaan asam dasar dan tumbuhan. Organ penghidung pada ikan terletak
amino bebas mempunyai peranan penting untuk proses pada kantung di bagian atas moncong dan biasanya tepat
osmoregulasi. Peran lain asam amino bebas adalah sebagai di depan mata. Kantung nasal tersebut berfungsi sebagai
komponen untuk memacu pertumbuhan, sebagai sumber cuping hidung luar (external nares). Dijelaskan bahwa ikan
energi dan sebagai bahan atraktan pada makanan (Yufera cucut yang lapar lebih responsif daripada ikan normal, dan
et al., 2002). Pemberian asam amino bebas campuran lebih mampu mencium bau makanan yang berkadar senyawa
128
Atraktan pada pakan ikan: jenis, fungsi, dan respons ikan (Ikhsan Khasani)
mencari makan. Contoh berikut menggambarkan bagaimana Pelecutan antenula dapat terjadi secara terus-menerus,
udang galah melakukan gerakan sebagai respons terhadap tetapi gerakannya tidak ritmis dan tidak sinkron antara
pakan yang mengandung kemoatraktan. Udang galah dalam pelecutan antenula kiri dengan yang kanan. Pelecutan
merespons presentasi pakan melakukan gerakan yang dapat antenula tersebut membantu sirkulasi air sekitar rambut-
dikelompokkan ke dalam tiga perilaku gerakan makan, yaitu rambut aestetac sehingga memudahkan proses penerimaan
(1) gerakan orientasi, (2) gerakan mencari dan mendekati rangsang dari kemoatraktan. Fungsi pemutara antenula
pakan, (3) gerakan menemukan dan memakan pakan. adalah untuk menegakkan rambut-rambut aestetac ke
Gerakan orientasi terhadap pakan diawali dengan dalam arus air, sehingga memudahkan deteksi perubahan di
pelecutan antenula dan terkadang diikuti dengan gerak sekeliling rambut-rambut tersebut selama pergerakannya.
membersihkan antenula, pemutaran antenula, dan Pembersihan antenula berfungsi untuk menghilangkan
penarikan antenula. Pelecutan antenula merupakan atau memindahkan bahan-bahan yang terperangkap atau
mekanisme merapatkan rambut-rambut aestetacs yang akan terselip di antara rambut-rambut aestetac pada antenula.
memberikan peningkatan ketajaman pengenalan lingkungan Fungsi gerakan menarik antenula adalah untuk mekanisme
kimiawi yang ada di sekelilingnya. Pelecutan antenula terjadi perlindungan melawan rangsangan-rangsangan kimiawi
secara spontan kira-kira 1 Hz, bergantung pada intensitas yang berbahaya.
rangsang. Semakin tinggi konsentrasi senyawa perangsang Setelah gerakan orientasi pakan berhasil menunjukkan
semakin tinggi pula frekuensi pelecutan antenula. Misalnya udang galah pada lokasi pakan, selanjutnya hewan tersebut
pada perangsangan menggunakan betain-HCL konsentrasi akan bergerak mendekati pakan dengan cara berjalan di dasar
1 M akan memberikan frekuensi pelecutan antenula lebih perairan atau berenang. Gerakan mencari pakan tersebut
tinggi dari konsentrasi 10-1 M, 10-2 M, 10-3 M, dan seterusnya dipengaruhi oleh rangsang penarik kimia (kemoatraktan)
(Harpaz & Steiner, 1999 dalam Yuwono & Sukardi, 2001). yang diterima oleh reseptor rambut-rambut aestetac yang
129
Media Akuakultur Volume 8 Nomor 2 Tahun 2013
kemudian dikode untuk menjadi impulas syaraf yang flounder (Paralichthys olivaceaus), dengan pertumbuhan
ditransmisikan ke sistem syaraf pusat untuk diterjemahkan terbaik melalui suplementasi taurin 1% (Park et al., 2002).
ke dalam respons yang sesuai. Jadi pergerakan sebagai Pemberian taurin ternyata memberikan pengaruh nyata
respons terhadap rangsangan kimia tersebut seperti terhadap perbaikan pertumbuhan yang dihasilkan maupun
halnya pergerakan lainnya yang memerlukan koordinasi efisiensi pakan. Total pakan yang dikonsumsi ikan sea bass
yang dilakukan oleh sistem syaraf pusat. Pada Gambar 2 (Dicentrachus labrax) berlipat hingga 3 kali pada pakan yang
memperlihatkan aktivitas respons udang galah terhadap diberi taurin 0,2%; dibandingkan kontrol (Martinez et al.,
pakan. 2004). Penambahan taurin pada pakan berbasis protein
nabati juga memperbaiki pertumbuhan ikan rainbow trout
Atraktan Kimiawi (Gaylord et al., 2007).
Dijelaskan pada sejumlah referensi bahwa beberapa Pengujian betaine-HCl pada pakan yuwana udang galah
senyawa, seperti L-asam amino, nukleotida, dan betain (Macrobrachium rosenbergii) meningkatkan pertumbuhan
merupakan stimulus pada mekanisme tanggap ikan terhadap hingga 17% dibandingkan kontrol, karena senyawa
pakan (olfactory and gustatory stimulants). Dinyatakan oleh tersebut bersifat atraktan (Harpaz, 1997). Berdasarkan data
Borquez & Cerquera (1998), bahwa pada salmon, respons tersebut dijelaskan bahwa penggunaan kemoatraktan pada
sistem penciuman (olfactory) lebih sensitif dibandingkan lingkungan akuatik dilakukan dengan beberapa tujuan,
sistem perasa (gustatory system). Pengujian pada channel salah satunya untuk mengurangi masalah berkenaan
catfish oleh Sutterlin & Sutterlin (1970) dalam Borquez dengan ketidakberterimaan ikan terhadap pakan buatan
& Cerquera (1998) memberi gambaran bahwa stimulus dengan kualitas rendah. Keberadaan atraktan tersebut
olfactory dihasilkan oleh senyawa L-alanine, sedangkan dapat meningkatkan tingkat konsumsi ikan.
stimulus gustatory dihasilkan oleh L-cysteine. Asam amino dan nukleotida juga diketahui sebagai
Asam amino bebas yang berperan dalam mekanisme stimulan aktivitas memakan (feeding) bagi organisme akuatik.
kemoreseptor terhadap pakan adalah taurin, yang Berdasarkan analisis respons pakan yuwana udang galah,
merupakan asam 2-aminoethanmesulfonic dan terbentuk aktivitas pencarian dan pengenalan pakan meningkat secara
dari metabolisme methionin dan sistein. Organ hewan nyata pada pakan yang ditambahkan bahan kemoreaktan
memiliki kandungan taurin yang tinggi (Gaylord et al., yang larut dalam air. Beberapa jenis bahan atraktan pakan
2007; Pinto et al., 2010; Guaosan Qi et al., 2012). Fungsi ikan ditampilkan pada Tabel 1.
taurin yang utama adalah bagi penglihatan, perkembangan Penambahan phospholipids (PL) atau lecithin pada
otak, sistem syaraf, dan jantung. Suplementasi taurin pakan dengan sumber protein tepung tulang juga telah
secara nyata memperbaiki pertumbuhan ikan Japanese mampu meningkatkan palabilitas dan kekuatan rangsang
130
Atraktan pada pakan ikan: jenis, fungsi, dan respons ikan (Ikhsan Khasani)
pakan terhadap beberapa spesies ikan laut. Keuntungan Tepung darah juga terbukti efektif sebagai bahan
yang diperoleh atas penambahan senyawa golongan atraktan pakan pada sejumlah spesies ikan, dan dapat
phospholipid, seperti lesitin, terhadap pertumbuhan digunakan sebagai komponen pengkaya pakan dengan
telah dibuktikan pada sejumlah larva dan yuwana ikan bahan baku utama tanaman. Dijelaskan lebih lanjut bahwa
laut. Sebagai gambaran, larva sea bream (Sparus aurata) protein hewani tersebut memiliki tingkat kecernaan tinggi
yang diberi Artemia yang diperkaya phosphatidylcholine bagi ikan rainbow trout, serta kaya akan asam amino valin,
(PC) memiliki laju kecernaan pakan yang nyata lebih baik leucin, dan histidin (Tacon & Jackson, 1985 dalam Tusche
dibandingkan larva yang diberi Artemia tanpa pengkayaan et al., 2011).
PC. PC dapat berperan sebagai atraktan pakan, merangsang Selain atraktan berbahan dasar sumber protein
aktivitas makan larva. Peran phospolipid juga dilaporkan hewani, beberapa jenis tanaman terestrial dan akuatik
oleh Coutteau et al. (1997), yang menyatakan bahwa juga dapat digunakan sebagai atraktan, khususnya untuk
senyawa tersebut selain dapat meningkatkan performa dari ikan herbivorus. Alga dan rumput laut merupakan bahan
pakan melalui perbaikan stabilitas partikel pakan dalam air atraktan sangat sesuai untuk pakan ikan herbivora, karena
(water stability) juga berperan sebagai atraktan pakan. memiliki kandungan asam amino bebas dalam konsentrasi
Selain senyawa tersebut di atas, akhir-akhir ini tinggi (Hertrampf & Pascual, 2000).
nukleotida juga ditenggarai sebagai senyawa kimia yang Penggunaan bahan alami seperti bagian tanaman,
memiliki peran penting dalam fungsi fisiologi dan biokimia sebagai umpan untuk menjebak dan memancing ikan di
ikan. Mackie (1973) dalam Gatlin & Li (2007) menganalisis alam telah lama dikenal di masyarakat, baik di India, Cina,
nukleotida (fraksi dengan berat molekul rendah) pada Mesir, maupun di Indonesia. Venkateshwarlu et al. (2009)
cumi, dan diduga bahwa nukleotida (AMP, adenosin mono telah menguji beberapa jenis bagian tanaman yang umum
phosphate) dan nukleosida (inosine) merupakan kemo- digunakan masyarakat di India sebagai umpan dalam
atraktan utama pada cumi tersebut. Borda et al. (2003) perangkap ikan di alam. Dinyatakan bahwa dari 10 jenis
dalam Gatlin & Li (2007) menyatakan bahwa penambahan ekstrak tanaman yang dijadikan sebagai atraktan pada pakan
nukleotida pada larva sea bream (Sparus aurata) dapat buatan dan dicobakan pada ikan dan udang menunjukkan
mempercepat laju pertumbuhan. adanya kecenderungan spesies tertentu terhadap jenis
atraktan tersebut. Dijelaskan bahwa Ikan Indian Carp, catla
Atraktan Alami (Catla catla) lebih responsif terhadap pakan dengan bahan
Sebagian besar bahan atraktan alami yang dikenal luas atraktan dari biji tanaman Latkhandana (Bixa orellana),
dan digunakan pada pakan ikan berasal dari hewan laut. ikan rohu (Labeo rohita) lebih cenderung memilih pakan
Tepung cumi dan kepala udang merupakan salah satu bahan dengan bahan atraktan buah kakla (Piper cubeba), dan ikan
baku dalam pembuatan pakan untuk hewan akuatik (Lovel,
1989). Tepung cumi memiliki kandungan protein yang Tabel 2. Konsentrasi glisin dan betain pada beberapa
tinggi, yaitu 70%-90%. Tepung cumi dan produk cumi lainnya invertebrata
mengandung bahan atraktan, berupa glysin, dan betain yang Glisin dan betain
Spesies
(mg/100 g otot)
sangat penting untuk merangsang nafsu makan. Daging
Kepiting 357-711
cumi kasar mengandung 619-928 mg glysin/betain/100 g
Krustase Udang 251-961
otot, sedangkan untuk jenis octopus mengandung 1.434 krill 106
mg glysin/betain/100 g otot octopus (Hertrampf & Pascual, Ikan gurita 1.434
2000). Ternyata ikan gurita memiliki kandungan glysin dan Cumi 619-928
betaine tertinggi di antara organisme laut. Konsentrasi Moluska Kijing 679-727
glysin dan betaine pada beberapa organisme laut yang Tiram 805
banyak digunakan sebagai bahan atraktan pakan ikan Remis 964
ditampilkan pada Tabel 2. Sumber: Hertrampf & Pascual (2000)
131
Media Akuakultur Volume 8 Nomor 2 Tahun 2013
132
Atraktan pada pakan ikan: jenis, fungsi, dan respons ikan (Ikhsan Khasani)
Veteriner, hlm. 939-944. Pinto, W., Figueira, L., Ribeiro, L.L., Yfera, M., &
Hadadi, A., Setyorini, H., Surahman, A., & Ridwan, E. 2007. Dinis, M.T. 2010.. Dietary taurine supplementation
Pemanfaatan limbah sawit untuk bahan pakan ikan. enhances metamorphosis and growth potential of Solea
Jurnal Budidaya Air Tawar, 4(1): 11-18. senegalensis larvae. Aquaculture, 309: 159-164.
Halver, J.E. 1989. Fish nutrition. Second ed. Academic Press Qi, G., Ai, Q., Mai, K., Xu, W., Liufu, Z., Yun, B., & Zhou,
Inc. New York, 789 pp. H. 2012. Effects of dietary taurine supplementation
Hara, T.J. 1982. Structur activity relationship of amin acids to a casein-based diet on growth performance and
as olfactory stimuli. In Chemoreceptor in fish, Hara taurine distribution in two sizes of juvenile turbot
(Ed.) Elsevier Scientific Publication Company, p. 135- (Scophthalmus maximus L.). Aquaculture, 385: 122-
157. 128.
Harpaz, S. 1997. Enhancement of growth in juvenile Rahardjo, M.F., Sjafei, D.J., Affandi, R., & Sulistiono. 2011.
freshwater prawns, Macrobrachium rosenbergii, Iktiology. Lubuk Agung, Bandung, xii + 393 hlm.
through the use of a chemoattractant. Aquaculture, Setiawati, M., Nuryati, S., Mokoginta, I., & Effendi, I. 2009.
156: 221-227. Bioavailability Fe-tepung darah untuk pertumbuhan
Hertrampf, J.W. & Pascual, F.P. 2000. Handbook on dan peningkatan daya tahan tubuh ikan kerapu bebek
Ingredients for Aquaculture feeds. Kluwer Academic (Cromileptes alivelis). Prosiding Seminar Hasil-hasil
Publishers, London, xLix + 573 pp. Penelitian. Insitut Pertanian Bogor, hlm. 558-568.
Houlihan, D., Boujard, T., & Jobling, M. 2000. Food intake Tusche, K., Berends, K., Wuertz, S., Susenbeth, A., & Schulz,
in fish. University of Tromso, Norway, 415 pp. C. 2011. Evaluation of feed attractants in potato
Johnson, J.A. & Summerfelt, R.C. 2000. Spray-dried blood protein concentrate based diets for rainbow trout
cells as a partial replacement in diets for ranbow (Oncorhynchus mykiss). Aquaculture, 321: 54-60.
trout Oncorhynchus mykiss. Journal of the World Venkateshwarlu, G., Muralidhar, A.P., Rathodand, R., & Pal,
Aquaculture Society, 31(1): 96-117. A.K. 2009. Plants traditionally used in fish harvest &
Lovell, T. 1989. Nutrition and feeding of fish. AVI Book, angling potential feed attractant in aquaculture. Indian
New York, xiii + 256 pp. Journal of Traditional Knowledge, 8(4): 539-550.
Marshall, S.M. & Orr, A.P. 1980. Feeding and nutrition. In Watanabe T. 1988. Fish nutrition and mariculture. JICA
The Physiology of crustacea, Waterman. Academic Textbook the general mariculture course. Departement
Press, Newyork, p. 227-255. of Aquatic Biosciences, Tokyo, 233 pp.
Martinez, J.B.C.S., Divanach, P., & Takeuchi, T. 2004. Wizna, H.A., Rizal, Y., Kompiang, I.P., & Dharma, A. 2008.
Effect of dietary taurine supplementation on growth Improving the quality of sago pith and rumen content
performance and feed selection of sea bass Dicentrachus mixture as poultry feed through fermentation by
labrax. Fry feed selection with demand-feeder. Fish Bacillus amyloliquefaciens. Pakistan Journal of Nutrition,
Sci., 70: 74-79. 7(2): 249-254.
Michael, W.C. 2006. Chemoreceptions. In Evans, D.H. Yufera, M., Kolkovski, S., Fernandez-Diaz, & Pabrowski, K.
laiborne. The physiology of fish, 3th Eds. CRC Press, 2002. Free asam amino acid leaching from protein-
Boca Raton, p. 471-488. walled microencapsulated diet for fish larvae.
Park, G.S., Takeuchi, T., Yokohama, M., & Seikai, T. 2002. Aquaculture, 214: 273-287.
Optimal dietary taurine level for growth of juvenil Yuwono, E. & Sukardi, P. 2001. Fisiologi Hewan Air. CV
Japanese flounder Paralichthys olivaceaus. Fish Sci., Sagung Seto, Jakarta, 52 hlm.
68: 824-829.
133