Anda di halaman 1dari 164

PLANT OF DEVELOPMENT

TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

BAB I

EXECUTIVE SUMMARY

Plan of Development (POD) merupakan rencana pengembangan satu atau

lebih dari suatu lapangan migas secara terpadu dalam suatu wilayah kerja (WK)

untuk memproduksikan cadangan migas. POD dapat dilakukan pada suatu lapangan

yang baru ditemukan dan akan dikembangkan namun dapat juga dilakukan pada

lapangan yang telah diproduksikan. Maksud dan tujuan dilakukannya Plan of

Development (POD) di suatu lapangan adalah menentukan skenario pengembangan

lapangan yang tepat untuk lapisan-lapisan penghasil minyak dan gas melalui

pendekatan evaluasi secara komprehensif.

Pendekatan evaluasi yang dilakukan terlebih dahulu mengevaluasi geologi

dan geofisika, besarnya cadangan hidrokarbon yang tesisa, mekanisme tenaga

dorong reservoir dan simulasi reservoir. Pendahuluan memberikan keterangan

mengenai lapangan yang distudi meliputi sejarah singkat lapangan, lokasi lapangan,

jenis formasi dan reservoir, cadangan reservoir, skenario pengembangan, dan

tujuan dari dilakukannya POD serta metodologi studi yang dilakukan, kajian

geologi dan geofisika, potensi reservoir dan produksi, skenario pengembangan dan

analisis keekonomian.

Lapangan MLW merupakan lapangan pada Blok Konsensi 405a yang

terletak pada bagian timur Afrika. Produksi pada lapangan MLW ini dihasilkan dari

reservoir Carboniferus F Sands (F1a, LF1b, F2a). Pada reservoir MLW F1a,

terdapat beberapa sumur yang telah dibor, yaitu TRMLW-1, TRMLW-8, TRMLW-

1
2
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

7, TRMLW-5, TRMLW-2, dan TRMLW-3. Sumur pertama yang dibor adalah

MLW-1, diikuti dengan sumur MLW-2 dan MLW-3 pada tahun 2000. Kemudian

program fasa kedua menambahkan 3 sumur tambahan pada tahun 2006, yaitu

MLW04, MLW 5, dan MLW-6. Fasa ketiga menambahkan program pengeboran 2

sumur producer pada tahun 2011, yaitu sumur MLW-7 dan MLW-9, serta satu

sumur MLW-8 sebagai injector gas.


PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

BAB II
GEOLOGICAL FINDINGS AND REVIEW

2.1 Geologi Regional


Algeria merupakan sebuah negara di pesisir Laut
Tengah, Afrika Utara. Nama negara ini yang berarti kepulauan (al-
jazir, dalam bahasa Arab) mungkin mengacu kepada 4 buah pulau
yang terletak berdekatan dengan ibu kota sekaligus pusat
pemerintahan negara ini, Aljir. Dengan luas keseluruhan 2.381.741
kilometer persegi, membuat Algeria negara terluas ke-10 di
dunia dan terluas di Afrika, dan di Mediterania. Negara ini
berbatasan dengan Tunisia di sebelah timur-laut; Libya di sebelah
timur; Maroko di sebelah barat; Sahara Barat, Mauritania,
dan Mali di sebelah barat-daya; Niger di sebelah tenggara; dan Laut
Tengah di sebelah utara.
Lapangan TRMLN merupakan bagian dari Block 405a
daerah Provinsi Tektonik Sahara di cekungan Berkine yang terletak
di Afrika Timur. Dimana blok ini berada di bagian tengah basin
tersebut. Berkine Basin menutupi area seluas sekitar 70.000 km2
wilayah bagian timur Gurun Sahara, dimana daerah tersebut dibatasi
bagian selatan oleh cekungan Illizi, bagian barat oleh Amguid-El
Biod Arch-Hassi Messaoud Ridge, dan bagian utara oleh
Telemazene Arch.

3
4
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Gambar 2.1
Cekungan Berkine

Cekungan Berkine merupakan area yang menjadi fokus


untuk aktivitas ekplorasi dan penemuan baru hidrokarbon dalam
beberapa dekade terakhir. Cekungan ini merupakan sebuah
depocenter dari Paleozoic hingga Mesozoic dan unit individual
sedimen cenderung tersebar. Lapisan tipis sedimen Tertiary berada
diatas sekuen tebal berisi clastic, karbonat, dan evaporite dari masa
Cretaceous hingga Triassic yang akhirnya terbentuk diatas
unconformities dominan klastik dari kala Carboniferous hingga
Cambrian. Lapisan tebal batuan klastik dan karbonat disebabkan
adanya transgresi kala Jurassic dan Cretaceous yang menjadi top
seal pada cekungan Berkine. Produksi pada lapangan TRLMN
terbagi dari tiga (3) reservoir yaitu: Triassic Argileux Greseux-
Inferior (TAG-I), dan Carboniferous F Sand (F1 dan F2)
5
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

2.2 Structural Events

Beberapa kejadian tectonic-orogenic terjadi hingga


membentuk struktur kompleks cekungan Berkine yang mempengaruhi
bentuk serta jebakan yang ada. Dari beberapa kejadian tersebut tiga (3)
diantaranya mempengaruhi sekitar concession block 405a. Kejadian besar
pertama mempengaruhi struktur dari platform Sahara adalah kolisi antara
Pre-Cambrian Pan-African. Bergabungnya antara kraton West Africa
dengan East Sahara membuat trend dari utara-selatan. Kejadian penting
yang terjadi pada akhir Carboniferous Hercynian Orogeny menghasilkan
uplift yang memicu pergeseran wilayah timur pada sekuen Paleozoic
dengan adanya erosi dalam yang menyapu batuan yang lebih tua hingga arah
barat. Proses erosi yang terjadi kira-kira selama 60 juta tahun ini menyapu
hamper keseluruhan Paleozoic di beberapa wilayah, serta kemungkinan
seluruh Permian dan sebagian Carbonoferous didalam wilayah konsesi
Block 405a.
Kejadian besar kedua pada akhir Triassic hingga awal
Jurassic menghasilkan jebakan struktur dalam sekuen pre-Hercynian yang
pada akhrinya terdapat penebalan sedimen Triassic dari adanya uplift
Hercynian Highland dari selatan menuju barat daya. Hasil dari deposisi
termasuk endapan channel sand, floodplain, siltstones serta paleosols yang
berhubungan dengan formasi TAG-I.
Kejadian ketiga terjadi pada akhir Cretaceous ketikan terjadi
kolisi antara lempeng Afrika dengan lempeng Eropa yang membentuk
pegunungan Atlas.

2.3 Source Rock


Terdapat dua batuan induk utama pada cekugan Berkine
yaitu Frasnian Meden Yahya dan Silurian Tannezuft hot shale sebagai
6
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

penyumbang utama dry gas. Kedua batuan induk tersebut telah menghasilkan
sejumlah besar hidrokarbon sejak Kimmerian hingga akhir masa structural dari

Lower Cretaceous. Hidrokarbon ini akan termigrasi baik


melalui TAG-I atau Tournisian/Visien carrier bed sepanjang fault yang
menembus daerah ini.
Lapisan Shale dari Triassic Carbonate menutup Sandstone
Tag-I pada blok konsesi 405a baik secara vertical maupun lateral. Sedangkan
reservoir Carboniferous dari Tournaisian F sand ditutup dengan intra-
formational marine mudstone.

2.4 Regional Carboniferous-Tournasian Stratigraphy (F Sand)

Carboniferous Tournaisian sand F1 dan F2 membentuk


reservoir signifikan pada blok konsesi 405a pada cekungan Berkine. MLW
merupakan lapangan yang terletak diantara 2 ( dua ) bounding faults, dimana
patahan ini juga memisahkan antara lapangan MLNW dan MLN. Reservoir
MLW terdiri atas bentuk antiklin yang luas sebagai trap dari hidrokarbon
tersebut.

2.5 Peta Terkait


Pada perhitungan Vb ( Volume Bulk ) peta yang terdapat
dalam data geologi yang nantinya akan di-overlay untuk mendukung dalam
perhitungan adalah Peta Kontur serta Isopach. Berikut adalah peta yang
tersedia untuk lapisan F1a pada lapangan TRMLW F1:
7
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Gambar 2.2
Peta Kedalaman Lapangan TRMLW-F1a

Gambar 2.3

Peta ketebalan Net Sand TRMLW F1-a


8
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

2.6 Interpretasi Lapisan dari Sumur

Lapisan-lapisan yang menjadi reservoir dalam formasi


Carboniferous sand F1 secara umum terdiri dari lapisan sandstone yang
berselingan dengan shale. Adapun kedalaman-kedalaman lapisan tersebut
berdasarkan sumur yaitu :

Tabel 2.1

Interpretasi Kedalaman LapisanF1-a

DATA GEOLOGI ZONA F1 LAPANGAN MLW (NET)


TOP SAND SAND
NO WELL ZONE BOTTOM ZONE (m) SAND TOP
BOTTOM THICKNESS
(m)
1 MLW-1 3252 3274 3252 3266 14
2 MLW-8 3242 3266 3244 3254 10
3 MLW-7 3250 3272 3250 3260 10
4 MLW-5 3237 3262 3238 3252 14
5 MLW-2 3238 3266 3240 3256 16
6 MLW-3 TERLETAK PADA OWC DEPTH: 3278 m

2.7 Gambar Penampang Lapisan dan Jari-Jari Pengurasan

Penampang dari tiap-tiap lapisan dapat dibuat untuk mengetahui


korelasi antar sumur pada lapisan yang terkait. Gambar penampang dibuat
melalui sumur MLW. Jari-jari pengurasan dari tiap sumur yang
berproduksi dari lapisan tertentu dihitung lalu disisipkan juga ke
penampang yang dibuat. Tabell di bawah ini menunjukan harga jari-jari
pengurasan dari tiap sumur yang berproduksi.
9
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Tabel 2.2
Jari-Jari Pengurasan
Production Well re (m)
MLW-2 565.17
MLW-5 453.58

Berikut adalah gambar penampang yang dibuat melalui 5 sumur


yang sudah ada beserta jari-jari pengurasan yang telah dihitung dari tiap-
tiap sumur yang berproduksi di lapisan terkait.

Gambar 2.4
Penampang Samping Lapisan F1-a
10
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

2.8 Perhitungan Volume Bulk (Vb)


Perhitungan volume bulk atau total volume batuan pada lapisan
F1-a bisa dilakukan dengan adanya data yang diperlukan, yaitu Peta
Kontur, Isopach, data log, dan data reservoir. Langkah-langkah
perhitungan Volume Bulk adalah :
- Menghitung luas area masing-masing lapisan sesuai skala di peta.
- Menghitung Bulk Volume masing-masing lapisan sesuai tebal
interval Peta net sand.

Metode yang digunakan untuk menghitung volume batuan,


adalah sebagai berikut :

a. Metode Piramid, metode ini digunakan apabila perbandingan luas


(An+1)/An <0.5 maka volume batuannya dapat dihitung :
Vb=1/3 h (An+An+1+ (AnxAn+1))

b. Metode Trapezoid, metode ini digunakan apabila perbandingan luasnya


An+1 /An >0.5maka rumus yang digunakan :
Vb= h (An+An+1)

Berikut adalah tabel hasil perhitungan Vb (Volume Bulk) :

Tabel 2.3
Perhitungan Volume Bulk Lapisan F1-a

LAPISAN ACRE a1/a0 h (m) h(ft) vb


A0 5346.55358 1 3.2808399 17513.8868
A1 5329.911789 0.99688738 1 3.2808399 17436.9517
A2 5299.653987 0.99432302 1 3.2808399 17129.2116
A3 5142.313418 0.970311162 1 3.2808399 16789.2084
A4 5092.388045 0.990291262 1 3.2808399 16510.0087
A5 4972.113283 0.976381462 1 3.2808399 15765.4762
A6 4638.521018 0.932907348 1 3.2808399 15002.8267
A7 4507.202158 0.971689498 1 3.2808399 13482.7395
A8 3711.875837 0.823543233 1 3.2808399 10945.869
11
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

A9 2960.725907 0.79763603 1 3.2808399 8907.33895


A10 2469.187917 0.833980583 1 3.2808399 7321.73285
A11 1994.140428 0.807609828 1 3.2808399 6073.15181
A12 1708.052912 0.856535923 1 3.2808399 4338.14285
A13 936.4789661 0.548272808 1 3.2808399 1536.21878
TOTAL 168752.764

2.9 Analisa Petrofisika

Analisa petrofisika yang dilakukan pada studi ini dimaksudkan untuk

melihat sifat-sifat fisik reservoir berupa Volume Shale (Vsh), Porositas (), dan

Saturasi Air (Sw), serta penyebaran Permeabilitas (k) pada lapisan prospek. Selain

itu, analisa petrofisika juga dilakukan untuk mendapatkan nilai Ketebalan (h),

Gross Sand (interval reservoir kotor), Net Sand (net reservoir), dan Net Pay.

Sehingga selanjutnya data-data hasil interpretasi tersebut dapat di-cut off (diberikan

batasan atau limitasi) sehingga data-data yang tidak memenuhi syarat cut off

tersebut tidak akan diikutsertakan dalam perhitungan dan analisa lebih jauh dari

reservoir yang diteliti. Interpretasi logging tersebut dilakukan dengan

memanfaatkan data-data logging yang telah tersedia. Analisa petrofisika ini

dilakukan beberapa tahapan, di antaranya adalah:

Identifikasi zona prospek hidrokarbon

Penentuan gross sand dan net sand

Pengukuran sifat fisik batuan, meliputi: Volume Shale (Vsh), Porositas (),

dan Saturasi Air (Sw), dan Permeabilitas (K)

Penentuan net pay


12
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Untuk lebih jelasnya, langkah-langkah yang dilakukan oleh divisi penilaian

formasi ditunjukkan pada workflow berikut ini.

Pembacaan Data Penentuan Shale


Penentuan Zona dan Sand Base
Mulai Log Ke Dalam
Prospek Line dari GR
Excel

Penentuan Penentuan Penentuan Dcorr Penentuan


Satutasi Porositas
dan Ncorr Vsh dari GR
Air Efektif

Penentuan Penentuan Cut Off Vsh,


Swirr Permeabilitas Porositas, dan Sw

Penentuan , K, dan Sw Penentuan dan Sw rata-


Selesai rata-rata untuk Lapisan rata tiap sumur setelah dicut-
F1-a off

Gambar 2.5

Workflow Proses Penilaian Formasi

2.9.1 Data Logging

Well Logging merupakan data rekaman parameter-parameter fisika dalam

sumur pemboran pada setiap kedalaman sumur. Interpretasi logging dilakukan

dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana keadaan batuan pada lapisan yang akan

diteliti atau dikembangkan, di antaranya untuk mengetahui ada atau tidaknya zona

permeabel, jika ada berapakah ketebalannya, bagaimana lithologi batuan tersebut,


13
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

porous atau tidaknya lapisan tersebut, serta apakah isi kandungannya minyak, air,

atau gas. Hal-hal tersebut dapat dianalisa melalui data logging yang tersedia. Data-

data logging yang tersedia adalah Gamma Ray Log pada track 1; Resistivity Log

(ILD, ILM, dan ILS) pada track 2; serta Neutron Log dan Density Log pada track

3.

2.9.2 Korelasi Stratigrafi

Korelasi sumur-sumur pada lapangan TRMLW dilakukan terhadap Sub-Sea

True Vertical Depth (m-SSTVD) dari tiap-tiap sumur. Terdapat 2 lapisan yaitu F1-

a dan F1-b di mana Lapisan F1-b memiliki kedalaman yang tipis dan dominan shale.

Oleh karena itu, kedalaman lapisan tiap-tiap sumur dapat dikorelasikan. Dari hasil

korelasi dapat diperkirakan penyebaran dari ketebalan net sand dan zona dari satu

sumur ke sumur lain yang dikorelasikan. Namun, yang akan dianalisa pada

skenario ini hanyalah Lapisan F1-a.


14
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Gambar 2.6

Penampang Melintang MLW F1

Dari hasil korelasi didapat ketebalan zona prospek Lapisan F1-a pada

setiap sumur adalah sebagai berikut.


15
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Tabel 2.4

Ketebalan Lapisan F1-a Tiap Sumur

Depth (m) Ketebalan


Well
Top Bottom (m)

TRMLW 1 3250 3276 27

TRMLW 8 3242 3266 25

TRMLW 7 3250 3272 23

TRMLW 5 3238 3262 25

TRMLW 2 3240 3266 27

TRMLW 3 3280 3320 41

2.9.3 Volume Shale

Lapisan F1-a melintang di beberapa sumur yaitu TRMLW 1, TRMLW 8,

TRMLW 7, TRMLW 5, TRMLW 2, dan TRMLW 3. Lapisan ini memiliki formasi

sandstone. Pada dasarnya sandstone tidak ada yang benar-benar clean sandstone,

selalu ada sedikit volume shale di dalamnya. Begitu pun dengan Lapisan F1-a ini,

terdapat sisipan-sisipan shale di dalamnya. Maka dari itu volume shale pada lapisan

ini harus diperhitungkan.


16
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Perhitungan volume shale menggunakan hasil dari Gamma Ray log, di

mana sebelumnya haruslah ditentukan nilai sand baseline (GR minimum) dan shale

baseline (GR maksimum) pada penampang log gamma ray.

Perhitungan volume shale (Vsh) dari Gamma Ray Log dapat dilakukan

dengan menggunakan rumus berikut ini.

di mana: GRlog = pembacaan log pada tiap kedalaman, API

GRmin = nilai gamma ray minimum, API

GRmin = nilai gamma ray maksimum, API

Perhitungan volume shale tiap kedalaman kemudian dirata-ratakan dengan

nilai ketebalan (h) untuk mendapatkan data volume shale tiap sumur dengan

menggunakan rumus berikut.

Hasil perhitungan volume shale untuk tiap sumur dapat dilihat hasilnya pada

Tabel 2.6.
17
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Tabel 2.5

Volume Shale Pada Lapisan F1-a Setiap Sumur

Sumur Volume Shale

TRMLW 1 18.57%

TRMLW 8 17.14%

TRMLW 7 26.78%

TRMLW 5 7.34%

TRMLW 2 16.74%

TRMLW 3 16.74%

2.9.4 Porositas

Penentuan nilai porositas di Lapisan F1-a pada Lapangan TRMLW berikut

dilakukan dengan menggunakan interpretasi hasil logging secara kuantitatif. Setiap

sumur akan dihitung nilai porositas efektifnya dari hasil log RHOB dan juga NPHI

pada zona-zona prospeknya. Setelah mendapatkan nilai porositas efektif tiap

lapangan, selanjutnya nilai porositas tersebut akan dirata-ratakan untuk perhitungan

selanjutnya.

Dalam mengevaluasi hasil log ini, dilakukan analisa kuantitatif melalui data

log RHOB dan NPHI yang memperhitungkan volume shale. Langkah-langkah yang

perlu dilakukan yaitu menghitung nilai PorD dan PorN yang kemudian dikoreksi
18
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

terhadap nilai volume shalenya. Rumus-rumus yang dipakai untuk perhitungan

tersebut adalah sebagai berikut.

di mana: ma = densitas matriks sandstone (2.65 gr/cc)

b = pembacaan log RHOB, gr/cc

f = densitas fluida air tawar (1 gr/cc)

N = pembacaan hasil log NPHI

Ncorr dan Dcorr = porositas D dan porositas N yang telah dikoreksi

Nsh dan Dsh = porositas D dan porositas N pada zona shale

eff = porositas efektif


19
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Perhitungan porositas efektif tiap kedalaman kemudian dirata-ratakan

dengan nilai ketebalan (h) untuk mendapatkan data porositas efektif tiap sumur

dengan menggunakan rumus berikut.

Setelah analisa dan perhitungan, didapatkan data-data porositas efektif

setiap sumur seperti yang ditampilkan pada tabel berikut.

Tabel 2.6

Porositas Efektif pada Tiap Sumur

Porositas Efektif
Sumur
Rata-rata

TRMLW 1 17.13%

TRMLW 8 19.46%

TRMLW 7 14.28%

TRMLW 5 23.08%

TRMLW 2 20.63%

TRMLW 3 17.43%
20
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Selanjutnya, data-data porositas tiap sumur tersebut dirata-ratakan sehingga

didapatkan porositas untuk Lapisan F1-a adalah sebesar 18.67%.

2.9.5 Saturasi Air

Perhitungan saturasi air pada formasi yang dipengaruhi oleh shale dapat

dilakukan dengan menggunakan berbagai metode, beberapa yang cukup popular

digunakan adalah Metode Simandoux dan Indonesia. Namun, pada perhitungan

saturasi air untuk setiap lapisan prospek di setiap sumur pada Lapangan TRMLW

ini menggunakan Metode Simandoux, mengingat lapangan ini bukan terletak di

Indonesia.

Parameter-parameter yang digunakan untuk menghitung saturasi air

menggunakan metode Simandoux ini adalah adalah Resistivitas air formasi (Rw),

Resistivitas batuan (Rt), Resistivitas Shale (Rsh), porositas efektif (eff), dan

Volume Shale (Vsh) yang diperoleh dari hasil data logging di setiap sumur.

Data resistivitas air (Rw) didapatkan dari data Rw yang dihitung pada tiap

temperatur dan kedalaman yang berbeda dengan menggunakan rumus-rumus

berikut.

di mana: Tf = temperatur formasi pada kedalaman tertentu, C


21
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Ts = temperatur permukaan, C

GT = gradien temperatur, 0.03C/meter

Depth f = kedalaman formasi, meter

Parameter tersebut kemudian dimasukkan kedalam perhitungan saturasi air

dengan Metode Simandoux di setiap kedalaman.

di mana: c = konstanta (0.4)

Rw = resisvitas air, m

Rt = resistivitas formasi dari pembacaan ILD, m

Rsh = resistivitas batuan di zona shale dari pembacaan ILD, m

Setelah harga saturasi air untuk masing masing kedalaman diperoleh,

kemudian dilakukan rata-rata untuk mendapatkan hasil saturasi di setiap sumur

tersebut dengan rumus berikut.

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas, diperoleh harga

saturasi air untuk setiap sumur ditampilkan pada tabel sebagai berikut.
22
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Tabel 2.7

Saturasi Air pada Tiap Sumur

Saturasi Air
Sumur
Rata-rata

TRMLW 1 37.14%

TRMLW 8 39.55%

TRMLW 7 27.69%

TRMLW 5 22.47%

TRMLW 2 25.71%

TRMLW 3 32.60%

Kemudian data-data saturasi air tiap sumur tersebut dirata-ratakan untuk

mendapatkan nilai saturasi air rata-rata untuk Lapisan F1-a, yaitu 30.86%.

2.9.6 Permeabilitas

Perhitungan permeabilitas pada zona prospek di tiap sumur dilakukan

dengan pendekatan Wyllie & Rose karena tidak adanya data core. Maka dari itu,

dari data yang ada, yaitu data porositas dan saturasi air maka dapat ditentukan nilai

permeabilitas dalam satuan millidarcy (mD). Penentuan Swirr dilakukan dengan

melakukan plot antara kedalaman dan saturasi air, kemudian ditarik suatu garis saat
23
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

saturasi air cenderung stabil. Berikut ini akan ditampilkan satu contoh grafik

perhitungan Swirr untuk Sumur TRMLW 1.

Sw
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
3218

3238

3258
Depth (m)

3278

3298

3318

3338

3358
Swirr

Gambar 2.7

Grafik Penentuan Swirr Sumur TRMLW 1

Dari gambar grafik tersebut, didapatkan kesimpulan bahwa Swirr yang

didapatkan adalah 0.22. Kemudian, nilai Swirr selanjutnya akan dimasukkan ke

dalam rumus berikut untuk menentukan nilai permeabilitas dalam miliDarcy.


24
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Tabel 2.8

Permeabilitas pada Tiap Sumur

Permeabilitas
Sumur
Rata-rata (mD)

TRMLW 1 84.64

TRMLW 8 236.68

TRMLW 7 68.81

TRMLW 5 504.00

TRMLW 2 498.09

TRMLW 3 383.03

Dari data-data permeabilitas tiap sumur di atas dapat dihitung permeabilitas

rata-rata untuk Lapisan F1-a, yaitu 295.88 mD.

2.9.7 Net Pay

Ketebalan zona prospek pada tiap sumur untuk Lapisan F1-a telah diketahui

dari hasil korelasi penampang melintang struktural lapangan TRMLW. Namun,

setiap kedalaman pada zona prospek tersebut tidaklah dapat dipakai semua untuk

perhitungan selanjutnya. Ketebalan yang dipakai adalah ketebalan tiap zona

prospek yang telah dilakukan cut off. Cut off ini sangatlah penting untuk

memberikan batas minimal maupun maksimal dari data-data yang diinginkan. Pada
25
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

perhitungan kali ini, cut off yang dilakukan menggunakan tiga buah parameter,

yaitu Volume Shale, Porositas Efektif, dan Saturasi Air.

Di mana data yang diambil harusnya memiliki volume shale yang lebih kecil

sama dengan 0.4; porositas efektif lebih besar sama dengan 0.06; dan saturasi air

yang lebih kecil sama dengan 0.5.

Setelah dilakukan cut off itu pun, banyak data-data yang tidak memenuhi

syarat sehingga tidak diikutsertakan dalam perhitungan selanjutnya, yaitu mencari

porositas efektif rata-rata, saturasi air rata-rata, permeabilitas rata-rata, serta

didapatkan juga net pay. Berikut merupakan net pay zona prospek pada setiap

sumur dan perbandingannya dengan ketebalan awal gross sand.

Tabel 2.9

Gross Sand dan Net Pay Setiap Sumur

Gross Sand Net Pay


Well
(m) (m)

TRMLW 1 16 6

TRMLW 8 12 8

TRMLW 7 12 6

TRMLW 5 16 14

TRMLW 2 18 14
26
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

TRMLW 3 18 6

2.9.8 Data Hasil Cut Off

Setelah dilakukan cut off, selanjutnya dihitung nilai porositas efektif rata-

rata, saturasi air rata-rata, dan juga nilai permeabilitas rata-rata. Berikut merupakan

hasil data final setelah di-cut off dan dirata-ratakan untuk Lapisan F1-a.

Tabel 2.10

Tabel Output Data Final

Net Net
Volume K avg
Well Sand Pay avg Sw avg
Shale (mD)
(m) (m)

TRMLW 1 16 6 18.57% 17.13% 37.14% 84.64

TRMLW 8 12 8 17.14% 19.46% 39.55% 236.68

TRMLW 7 10 6 26.78% 14.28% 27.69% 68.81

TRMLW 5 16 14 7.34% 23.08% 22.47% 504.00

TRMLW 2 18 14 16.74% 20.63% 25.71% 498.09

TRMLW 3 16 6 16.74% 17.43% 32.60% 383.03

LAPISAN
9 17.22% 18.67% 30.86% 295.88
F1-a
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

BAB III

DESKRIPSI RESERVOIR

Minyak terbentuk di dalam sebuah ruang dalam batuan yang bersifat


permeable yang kita sebut sebagai reservoir . Dalam Operasi eksplorasi minyak
dan gas bumi, reservoir merupakan salah satu faktor penting untuk lanjut atau
tidaknya sebuah proyek eksplorasi. Parameter parameter yang menjadi acuan untuk
mendeskripsikan reservoir dimulai dari tekanan reservoir, kedalaman lapisan, tipe
batuan reservoir, penentuan porositas dan saturasi air yang terkandung dalam
reservoir tersebut yang dimana akan menuju untuk menghitung Original Oil In
Place atau cadangan awal minyak yang terkandung dalam reservoir tersebut. Tidak
hanya itu penentuan drive mechanism pun juga akan berpengaruh terhadap
perhitungan Estimated Ultimate Recovery(EUR) serta penentuan PVT reservoir
tersebut

Lapangan TRMLW di bor pertama kali pada tahun 1998, pada lapangan ini
terdapat 3 lapisan reservoir yang dianggap prospek yaitu Lapisan F1a, F1b dan F2a
namun seiring berjalannya waktu lapisan F1b dan F2a dibawah garis OWC.
Terdapat 8 Sumur pada lapangan ini dimana terdapat 2 sumur yang masih aktif
berproduksi, 3 di antaranya merupakan sumur injeksi dan 2 diantaranya shut off.

Pada bab ini akan menjelaskan mengenai kondisi reservoir yang mencakup
initial condition, rock charateristic, fluid properties dan drive mechanism

3.1 Kondisi Awal Reservoir / Intial Condition


Lapisan F1a merupakan lapisan yang masih prospek, dimana keadaan
awal reservoir tersebut.

Tabel 3.1

Intial Condition

Parameter F1a
Pi, psia 4672.8

27
28
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Pb, psia 5546.276378


T, F 208,308
API 42.3
Sgo 0.814
o (gr/cc) 0.814
Boi, bbl/stb 1.705
Rsi, scf/stb 1105
SGg 0.71

Dari data yang dihasilkan di atas, dapat disimpulkan jika kondisi reservoir
bersifat saturated, dimana tekanan awal reservoir lebih kecil jika dibandingkan
dengan tekanan bubble point.

Penentuan Tekanan Awal Reservoir ( Pi )

Tekanan reservoir merupakan salah satu faktor penting dalam karakterisasi


reservoir. Tekanan Reservoir di dapat dengan menghitung konstanta minyak pada
keadaan surface lalu di kalikan pada kedalaman OWC
29
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Pressure
0
500
1000
Depth ( m)

1500
2000
2500
3000
3500
2617 3117 3617 4117 4617 5117
Pressure (psia)

pressure

Gambar 3.1

Tekanan Reservoir Per kedalaman

Tabel 3.2
Tekanan Reservoir

Depth (m) Pres (psi)


0 909,594
2700 4009,194
2800 4123,994
2900 4238,794
2980 4330,634
3000 4353,594
3278 4672,738
30
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

3.2 Karakteristik Batuan ( Rock Charateristic )

Sifat-sifat fisik batuan sangat penting untuk diketahui karena batuan


merupakan tempat terakumulasinya hidrokarbon atau dengan kata lain reservoir.
Serta untuk menganalisa karakteristik dan jumlah cadangan di reservoir. Sifat-sifat
batuan yang dimaksud diantaranya adalah porositas, permeabilitas, dan saturasi
air.Kualitas dari harga-harga ini tergantung dari batuani tu sendiri. Data yang
diperoleh menggunakan analisa data logging.

Batuan Reservoir pada lapisan TRMLW-F1 adalah Sandstone dengan


Porositas efektif rata rata sebesar 18,67% dan Saturasi Rata Rata sebesar 30,2% dan
Kompresibiiltas Batuan sebesar 8.510-6 ps

Tabel 3.3

Tabel Porositas dan Saturasi Rata- Rata

3.3 Karakterisik Fluida


Sifat Fluida pada lapangan TRMLW-F1 ditentukan dengan menggunakan
analisa PVT menggunakan data yang diberikan. Jenis fluida reservoir yang di
ketahui adalah reservoir saturated volatile oil with no gas cap dengan klasifikasi
dari volatile oil itu sendiri adalah
31
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

42 <oAPI< 55
1.5 < Boi < 3.0 Rbbl/STB
900 < Rsi < 3500 SCF/STB
3000 < Pb < 7500 psia
150 < Tr < 300o F
Dengan perhitungan PVT yang ada lapangan TRMLW F1 sendiri memiliki
data sebagai berikut
Tabel 3.4
Summary Sifat Fisik Fluida Reservoir ( Volatile Oil )
o
Parameter API Boi Rsi Pb Tr
Nilai 42.3 1.70719 1272.793 5546.276 208.2038

3.4 Densitas dan Spesific Gravity Minyak


Densitas minyak didefinisikan sebagai perbandingan berat minyak terhadap
volumenya.Sedangkan specific gravity minyak (SGo) merupakan perbandingan
densitas minyak terhadap densitas air.

Tabel 3.5

Harga Densitas Minyak

Lapisan SGo Po SGg


gr/cc
MLW F1a 0.814 0.814 0.7

3.5 Kelarutan Gas dalam Minyak (Rs)


Kelarutan Gas dalam minyak (Rs) didefinisikan sebagai banyaknya volume
gas yang terlarut dari minyak mentah pada kondisi tekanan dan temperatur
reservoir, yang dipermukaan volumenya sebesar satu stok tank barrel. Data-data
32
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

kelarutan gas dalam minyak didapat dari hasil perhitungan dengan memakai
korelasi Lasater. Dimana data Rsi awal sudah diketahui sebesar 2726 scf/stb namun
dalam perhitungannya didapat bahwa tekanan Bubble Point jauh melampui
tekanan reservoir awal maka dari itu Rsi yang diketahui sebesar 2726 dianggap
menjadi Rsb dan Rsi dihitung menggunakan persamaan Vasquez and Beggs.
Perhitungan Tekanan Bubble Point dapat dilihat di lampiran C.1 dan limitasi
pemilihan metode lasater untuk perhitungan Pb pada lampiran C.2

Tabel 3.6

Harga Rs dan Bubble Point Pressure

Zona Pi (psi) Pb (psi) Rsb Rsi T (oF) API


F1a 4672.8 5546.276 2726 1272.793 208.3 42.3

Gambar 3.2

Persamaan Vasquez Beggs untuk Rs

Dan di dapat pula grafik antara tekanan dan Rs


33
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Pressure VS RS
1400
MLW F1a
1200

1000
Rs ( Scf/Stb)

800

600

400

200

0
0 1000 Pressure
2000 ( Psia)
3000 4000 5000

Gambar 3.3

Tekanan VS Rs

Tabel 3.7

Data Tekanan Vs Rs

P Rs
4672,738 1272,793042
4522,738 1224,441389
4372,738 1176,388735
4222,738 1128,643394
4072,738 1081,214216
3922,738 1034,110639
3772,738 987,3427539
3622,738 940,9213776
3472,738 894,8581356
34
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

3322,738 849,1655611
3172,738 803,85721
3022,738 758,9477962
2872,738 714,4533529
2722,738 670,3914257
2572,738 626,7813061
2422,738 583,6443174
2272,738 541,0041669
2122,738 498,887387
1972,738 457,3238953
1822,738 416,3477155
1672,738 375,9979253
1522,738 336,3199264
1372,738 297,3671918
1222,738 259,2037383
1072,738 221,9077573
922,738 185,5771804
772,738 150,338706
622,738 116,3635535
472,738 83,89789287
322,738 53,33122711

3.6 Faktor Volume Formasi Minyak

Faktor volume formasi minyak (Bo) didefinisikan sebagai volume minyak


dalam barrel pada kondisi standar yang ditempati oleh satu stock tank barrel minyak
termasuk gas yang terlarut. Atau dengan kata lain sebagai perbandingan antara
volume minyak termasuk gas yang terlarut pada kondisi reservoir dengan volume
minyak pada kondisi standard (14,7 psi, 60 F). Satuan yang digunakan adalah
35
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

bbl/stb. Diketahui jika Boi adalah 2.52 bbl/stb, namun di karenakan pengubahan
Rsi menjadi Rsb maka Boi sebesar 2,52 diubah menjadi Bob dimana Boi akan di
cari dengan menggunakan persamaan vasquez

Tabel 3.8
Harga Faktor Volume Formasi
Zona Pi (psi) Pb (psi) Bob Boi T (oF) API
F1a 4672.8 5546.276 2.502 1.705 208.3 42.3

Gambar 3.4
Vasquez and Beggs untuk Bo dalam keadaan saturated

Pressure VS Bo
1,8 MLW F1a
1,6
1,4
1,2
Bo ( bbl/stb)

1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
0 1000 2000 3000 4000 5000
Pressure

Gambar 3.5

Pressure Vs Bo
36
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Tabel 3.9

Data Tekanan vs Bo

P Bo
4672,738 1,707185662
4522,738 1,684031383
4372,738 1,661020285
4222,738 1,638156351
4072,738 1,615443819
3922,738 1,592887209
3772,738 1,570491352
3622,738 1,548261429
3472,738 1,526203006
3322,738 1,504322086
3172,738 1,48262516
3022,738 1,461119274
2872,738 1,439812106
2722,738 1,418712058
2572,738 1,397828369
2422,738 1,377171248
2272,738 1,35675205
2122,738 1,33658348
1972,738 1,316679864
1822,738 1,297057496
1672,738 1,277735089
1522,738 1,258734384
1372,738 1,240080988
1222,738 1,221805558
1072,738 1,203945536
37
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

922,738 1,186547819
772,738 1,169673081
622,738 1,153403313
472,738 1,137856399
322,738 1,123218861

3.7 Viskositas Minyak

Viskositas minyak didefinisikan sebagai ukuran ketahanan minyak terhadap


aliran, atau dengan kata lain viskositas minyak adalah suatu ukuran tentang
besarnya keengganan minyak untuk mengalir, dengan satuan centi poise (cp) atau
gr/100detik/1cm. Untuk undersaturated reservoir, mula-mula dihitung dulu dead oil
viscosity (od)kemudian dilanjutkan dengan perhitungan bubble point viscosity
(ob) lalu baru dihitung viskositas minyaknya (oi).Untuk dead oil viscosity (od)
dan bubble point viscosity (ob) ditentukan dengan Kartoatmojo dan Schimdt,
sedangkan untuk viskositas minyaknya dihitung dengan menggunakan Vasquez-
Begg's. Untuk Perhitungan Viskositas dapat dilihat pada lampiran C.3.

Tabel 3.10

Dead Oil Viscosity dan Bubble Point Viscosity

Lapisan Viscosity Value (cp) Method


F1a Dead Viscosity 0,519984 Kartoadmojo
Bubble Point Viscosity 0,158206 Chew and Connaly
Oil Viscosity 0,357788 Vasquez -Beggs
38
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Pressure VS Viscosity
MLW F1a
0,6
Uo (Centipoise)

0,4
0,2
0
0 1000 2000 3000 4000 5000
Pressure

Viscosity

Gambar 3.6

Grafik Viskositas terhadap tekanan

3.8. Perhitungan Original Oil In Place

OOIP atau cadangan awal minyak dapat dihitung menggunakan


rumus
7758 (1 )
=

Didapat dari data Geologi dan Penelitian Formasi maka didapat


OOIP sebesar

7758 168752.763 0.186 (1 0.302)


= = 99
1.705

Dari data awal, lapangan ini diberikan data OOIP simulasi 95


MMSTB.
39
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Tabel 3.11

Perbandingan OOIP perhitungan dengan simulasi

99 4,21%

Maka dari itu dengan perbedaan yang sangat jauh, kami sepakat
menggunakan OOIP simulasi sebagai dasar OOIP kami dikarenakan keakuratan
OOIP simulasi yang lebih baik.

3.8. Recovery Factor

Recovery Factor merupakan persen besar suatu minyak yang dapat


di ambil dari Reservoir yang bersifat commercial/menguntungkan. Pada lapangan
TRMLW F1 didapat 2 sumur aktif yaitu sumur TRMLW-5 & TRMLW-2 dengan
ditambah 4 sumur injeksi. Perhitungan Recovery factor yaitu menggunakan rumus

Yang dimana EUR didapat dari forecast lapisan menggunakan


software OFM. Pada lapangan ini dapat dianalisa perbandingan RF saat sebelum
di injeksi gas dan sesudah di injeksi gas
40
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

3.7.1 Recovery Factor Sebelum Injeksi

Gambar 3.7

Forecast Lapisan F1a sebelum injeksi

Dari gambar diatas dapat di lihat bahwa EUR sebesar 1.8 Juta stb
dengan Remaining Reserve sebesar 460.631 stb. Jika kita hitung Recovery Factor
pada keadaan berikut maka di dapat Recovery Factor Sebesar

18.055.800
= = 18.237%
99.000.000

3.7.2 Recovery Factor Setelah Injeksi

Berikut hasil forecast produksi lapisan F1a setelah di injeksi


41
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Gambar 3.8

Forecast Lapisan F1a Setelah Injeksi

Dari gambar diatas dapat dilihat jika EUR setelah di injeksi


bertambah menjadi 19.4225 Juta bbl dengan Remaining Reserve sebesar 1.827
Juta bbl. Jika kita hitung Recovery Factor pada keadaan berikut maka di dapat
Recovery Factor Sebesar

19.422.500
= = 19,62%
99.000.000

3.8 Drive Mechanism

Pada reservoir ini, dilakukan analisa jenis tenaga dorong dengan


menggunakan dua cara, yaitu dengan analisa grafik produksi dan dengan
memperhitungkan drive index dari reservoir tersebut. Pada penentuan jenis tenaga
dorong dengan cara analisa grafik ulah produksi. Dilihat dari perilaku produksi
lapisan TRMLW F1a dapat dilihat peningkatan GOR yang sangat pesat disertai
dengan peningkatan produksi minyak yang cepat dan diawal lalu di ikuti dengan
penurunan produksi minyak. Dari data RF didapat pula RF sebesar 20.4%, Dari
42
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

tabel 3.9 dapat dilihat bahwa RF TRMLW F1 diantara Solution Gas Drive dan Gas
Cap Drive.
Secara Teori sangatlah tidak mungkin reservoir dengan keadaan awal
saturated tidak terdapat gas cap. Namun menurut hipotesa penulis dapat di
simpulkan jika pada reservoir ini terdapat Gas Cap dalam jumlah sangat kecil
karena perhitungan Jumlah Gas Cap (M) merupakan perbandingan Produksi Gas
dibaagi dengan Produksi Minyak. Maka dari itu hasil yang di dapat sangatlah kecil
maka di lapangan di anggap jika gas cap tidak ada.
Lapangan TRMLW F1 sendiri sudah melakukan injeksi gas untuk
meningkatan produksi minyak, maka dari itu terdapat indikasi perubahan drive
mechanism. Dikaenakan gas cap yang terproduksi akan menjadi miscible gas yang
terlarut sehingga dapat dianggap bahwa Drive Mechanism TRMLW F1
merupakan Solution Gas Drive Reservoir dengan Gas Cap yang sangat kecil.

50000 Production Behaviour 7000

45000 Oil
Rate 6000
40000 GOR
5000
35000
Oil Rate ( Bopd)

Gas Rate ( scfd)

30000 4000

25000
3000
20000

15000 2000

10000
1000

5000
0
0

-5000 -1000

Gambar 3.9
Grafik Qo, GOR, VS Time
43
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Tabel 3.12
Recovery Factor tiap Drive Mechanism
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

BAB IV
RESERVE & PRODUCTION FORECAST
Penentuan cadangan dalam reservoir merupakan salah satu hal yang sangat
penting untuk mengetahui seberapa besar jumlah hidrokarbon yang terdapat di
dalam reservoir. Nilai perolehan minyak (recovery factor) dapat digunakan
sebagai parameter untuk menentukan tenaga dorong suatu reservoir. Ramalan
perkiraan kelakuan laju produksi merupakan hal yang sangat penting untuk
menentukan skenario pengembangan selanjutnya dan juga untuk mengetahui nilai
EUR (Estimated Ultimate Recovery) yang digunakan untuk melakukan
perhitungan nilai perolehan minyak. Untuk mengoptimalisasikan pengurasan
fluida dalam reservoir, dilakukan skenario untuk mendapatkan keekonomisan
yang layak dalam hal pengembangan suatu lapangan.

4.1 Reserve
Lapangan TRMLW terdiri dari 5 sumur (2 producer dan 3 shut-in) yang
pernah berproduksi dengan ketebalan dan data sumur yang berbeda beda, namun
dengan lapisan yang sama yaitu F1a. Untuk melakukan perhitungan cadangan
dibutuhkan nilai bulk volume, porositas, saturasi air, danfaktor volume formasi.
4.1.1 Perhitungan Hydrocarbon-Inplace
Untuk menghitung jumlah hidrokarbon awal yang berada pada
reservoir dapat digunakan banyak metode. Metode yang digunakan untuk
menghitung OOIP (Original Oil In Place) yang digunakan ada dengan
metode volumetric. Dalam metode volumetric dibutuhkan data parameter
bulk bolume, porositas, saturasi air, dan faktor volume formasi minyak.
Data bulk volume diperoleh dari divisi geologi dan data porositas dan
saturasi air diperoleh dari divisi penilaian formasi sedangkan data faktor
volume formasi diperoleh dari hasil perhitungan divisi reservoir.

Tabel 4-1
Initial Oil In-Place dan Kumulatif Produksi Minyak

44
45
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

OOIP Remaining
Np
Lapisan Volumetrik RF (%) Reserves
(MMSTB)
(MMSTB) (MMSTB)

F1 99 17,595 17,77 1,827

Lapangan TRMLW merupakan lapangan future development


sehingga belum terdapat data histori produksi yang tersedia, namun telah
dilakukan tes uji alir untuk beberapa sumur, sehingga data dari tes produksi
tersebut merupakan data produksi yang hanya tersedia bagi reservoir yang ada.
Status pengembangan Lapangan TRMLW dalam kasus ini yaitu POD Phase-2.

Dalam menentukan cadangan juga terbagi menjadi tiga estimasi, yaitu


proven (cadangan pasti), probable (cadangan mungkin), dan possible (cadangan
harapan.

4.1.2 Perhitungan Hydrocarbon Reserves


Untuk menentukan sisa cadangan tersisa di reservoir yang dapat
diproduksikan (Remaining Reserve) diperlukan data EUR (Estimated
Ultimate Reserve) dari masing-masing zona lapisan. Jumlah EUR ini
merupakan hasil penjumlahan produksi aktual lapangan TRMLW dengan
ramalan laju produksi pada setiap zona lapisannya. Jumlah sisa cadangan
diperoleh dari hasil pengurangan OOIP dengan EUR. Tabel dibawah ini
merupakan hasil perhitungan sisa cadangan pada masing-masing zona
lapisan.

Tabel 4.3
46
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Remaining Reserve
EUR NP
Lapisan RR (MMSTB)
(MMSTB) (MMSTB)
F1a 19,4225 17,595 1,827

4.1.3 Faktor Perolehan


Perhitungan penentuan Recovery Factor pada lapangan TRMLW
menggunakan metode pembagian antara EUR dengan OOIP. Untuk
menggunakan metode ini diperlukan data produksi aktual, data ramalan
produksi, dan jumlah awal hidrokarbon di dalam reservoir. Tabel di
bawah ini merupakan hasil perhitungan Recovery Factor pada lapisan
F1a.

Tabel 4.4
Recovery Factor
Zone RF
F1a 20.42%

4.1.4 Cadangan Maksimum (EUR)


Nilai cadangan maksimum atau EUR (Estimated Ultimate
Recovery) merupakan cadangan terbesar yang dapat di produksikan
dalam suatu reservoir dan dapat diketahui dengan melihat jumlah hasil
laju produksi aktual dan ramalan laju produksi.
Tabel di bawah ini merupakan hasil perhitungan EUR pada
lapangan TRMLW.
47
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Tabel 4.5
Estimate Ultimate Recovery

OOIP EUR
Lapisan
(MMSTB) (MMSTB)
F1a 99 19,4225

4.2 Production Forecast


Dapat diamati dari cadangan reservoir yang telah tertera dalam sub bab
sebelumnya reservoir pada lapangan TRMLW merupakan reservoir yang cukup
bagus. Pada lapangan ini terdapat 5 sumur telah diproduksikan.

Gambar 4.1
Kurva DCA Lapisan F1a

Pada base case, nilai kumulatif produksi dari semua sumur / 1 lapisan
yaitu 17,59 MMSTB yang merupakan belum optimum dari cadangan yang ada.
Maka dari itu dilakukan skenario pengembangan lapangan agar remaining reserve
48
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

yang tersisa dapat terkuras secara optimal dan nilai kumulatif produksi bertambah
setiap tahunnya.
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

BAB V

DRILLING AND COMPLETION

5.1 Pendahuluan

Dalam proses usaha perolehan minyak dan gas kegiatan pertama yang

harus dilakukan adalah melakukan kegiatan pemboran. Dalam pelaksanaan suatu

kegiatan pemboran perlu adanya suatu perencanaan yang tepat agar dapat dicapai

suatu hasil yang optimum, dimana pekerjaan yang kita lakukan agar tidak

memberikan kerugian pada perusahaan atau negara, dan tidak memberikan

dampak yang buruk kepada alam sekitar. Dalam suatu perencanaan pemboran

perlu adanya studi geologi dan geofisik serta mempertimbangkan karakteristik

reservoir untuk memperoleh data-data yang menunjang dalam perencanaan

pemboran dengan mempertimbangkan faktor keamanan dan biaya yang akan

dikeluarkan. Dalam dunia perminyakan kegiatan pemboran sangat kompleks,

dimana dalam pemboran mempunyai dua buah parameter yaitu :

a) Kondisi Lingkungan

Parameter ini tidak dapat diubah dalam kegiatan pemboran karena

berhubungan dengan kondisi fisik atau lingkungan dari lokasi pemboran tersebut

sehingga kita harus menyesuaikan. Kondisi lingkungan ini adalah dimana

kegiatan pemboran dilakukan akan mempunyai peranan dalam penentuan

peralatan dan metode yang dipakai selama pemboran. Contohnya, proses

pemboran onshore berbeda dengan proses pemboran offshore, dan jenis lumpur

49
50
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

yang dipakai pada zona shale akan berbeda ketika pemboran menembus zona

lapisan sand.

b) Parameter Pemboran

Kegiatan pemboran dipengaruhi juga oleh parameter yang dapat dirancang

dan dirubah sesuai kebutuhan. Parameter ini meliputi: weight on bit (WOB),

desain lumpur pemboran, dan desain bottom hole assembly (BHA). Seluruh

parameter tersebut akan menjadi bahan pertimbangan dalam segi keekonomisan.

Drilling engineer juga bertanggung jawab dalam membuat perencanaan trayektori

dan drilling program yang dimulai dari datangnya alat-alat berat untuk

pengeboran sampai sumur itu selesai dikomplesikan serta siap diproduksikan.

5.2 Pemboran

Dalam pemboran yang harus sangat diperhatikan adalah faktor-faktor yang

menyangkut keefisiensianya. Efisiensi yang dimaksud adalah bagaimana

pemilihan casing yang baik, bagaimana penyusunan drill string yang efektif, serta

bagaimana lumpur yang akan digunakan pada tiap lapisan formasi, karena hal

tersebut menyangkut faktor pembiayaan. Tetapi yang tidak boleh dilupakan

adalah aspek lingkungan dan kesamaan semua faktor itu yang akan menjadi

penunjang dalam pengambilan keputusan seorang drilling engineer untuk

melakukan optimasi pengembangan lapangan. Drilling engineer juga bertanggung

jawab membuat perencanaan lintasan dan program pemboran (drilling program)

yang dimulai dari datangnya alat-alat berat untuk pengeboran sampai sumur itu

selesai di komplesikan serta siap diproduksikan.


51
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Penghitungan kapasitas rig digunakan untuk efisiensi dari operasi

pemboran yang akan dilakukan. Jika tidak tepat, akan menyebabkan rendahnya

laju penembusan, keadaan formasi yang membahayakan dan tingginya biaya yang

kan dikeluarkan karena penghitungan kapasitas rig yang tidak tepat.

Penghitungan kapasitas rig mencakup seluruh sistem yang ada di operasi

pemboran, mulai dari sistem angkat, sistem putar, sistem sirkulasi, dan sistem

BOP. Dari penentuan horse power sistem angkat dan sistem putar dapat

menggambarkan kebutuhan operasi yang harus dipenuhi. Kapasitas rig harus lebih

besar dari kebutuhan operasi.

Penghitungan biaya pemboran merupakan suatu langkah sebelum

dilakukannya operasi pemboran. Biaya yang diperlukan untuk perencanaan sumur

disesuaikan sebagai perbandingan dari biaya pemboran sebenarnya. Sering kali

hasil akhirnya adalah biaya pemboran yang melebihi jumlah yang diperlukan.

Untuk itu, diusahakan mengurangi data-data yang tidak terlalu penting.

Kurangnya pengeluaran biaya pada tahap awal dalam proses perencanaan sumur

hampir selalu menimbulkan biaya pemboran menjadi lebih tinggi dari yang

diperkirakan. Disamping itu, problem pemboran yang terjadi akan berpengaruh

terhadap biaya pemboran yang akan dikeluarakan. Estimasi biaya pemboran

dimulai dari pembuatan konstruksi sumur, geometri lubang, casing program,

program penyemenan, perhitungan biaya sewa rig sampai biaya workover.

5.3 Studi Geologi


52
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Gambar 5.1

Consension Blok 405-a Field

Lokasi dari Lapangan TRMLW terletak di Afrika bagian utara terutama

berlokasi di Algeria dan berdekatan dengan kota Hassi Messaoud. Lapangan ini

termasuk ke dalam konsensi Blok 405-a yang terletak pada Berkine Basin. Blok

405-a ini terletak di pusat basin yang merupakan bagian dari basin Intracratonic

Ghadames di Sahara Platform. Berkine basin meliputi wilayah sekitar 70.000 km2

dibatasi oleh

Bagian selatan oleh Illizi Basin

Bagian barat oleh Amguid-El Biod Arch-Hassi Messaoud Ridge

Bagian utara oleh Telemazene Arch


53
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Pada Lapangan TRMLW F1-a, terdiri atas 2 sumur produksi, yaitu

TRMLW 2, TRMLW 5. Pada lapisan ini, sudah terdapat 4 sumur injeksi yaitu

TRMLW 1, TRMLW 3, TRMLW 4, dan TRMLW 8. Sedangkan untuk sumur

shut-in terdapat TRMLW 6, TRMLW 7, dan TRMLW 9. Untuk skenario

selanjutnya, infill drilling (penambahan sumur sisipan) dilakukan dengan maksud

agar dapat meningkatkan hasil produksi pada lapisan F1-a ini sebesar 424.240,69

BOPD.

5.4 Rencana Kegiatan Pemboran

Setelah dilakukan pengkajian berbagai studi untuk melakukan

pengembangan lapangan TRMLW secara maksimal didapatkan rencana

penambahan satu sumur baru guna pengurasan lebih lanjut yaitu sumur TRMLW-

10 (Infill).

5.4.1 Program Sumur

Program sumur dibuat sebagai perencanaan awal sebelum melakukan

kegiatan pemboran seperti klasifikasi sumur yang akan dilakukan, tipe rig yang

digunakan yang sebelumnya tipe tersebut harus sanggup menanggung beban

seluruh peralatan pemboran yang akan digantung terhadapnya, metode pemboran

yang dilakukan, target kedalaman yang akan dicapai, perkiraan waktu yang akan

dihabiskan, dan estimasi biaya yang dikeluaran oleh sumur tersebut. Pada sumur

infill TRMLW F1-a ini memiliki kedalaman hingga 3300 m atau 10827,3 ft TVD

yang terdiri atas 4 trayek pemboran yang dapat dilihat dalam tabel 5.2
54
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Tabel 5.1

Profil Sumur Infill TRMLW-10 lapisan F1-a

WELL PROFILE INFILL


Oil Well TRLMW-10
Well Classification Infill well / Vertical well
Drilling Contractor Syekh Irvan Agustian Laswan
Drilling Rig Capacity 1500 HP

Total Depth Well 10827,3 FT TVD


Estimate Time (AFE) include POD approval
47 days
& completion
Total Drilling Operation Cost $6.375.295

Tabel 5.2

Ukuran Lubang Bor Dan Kedalaman

CASING Interval TVD (ft) Length Casing (ft) Hole Size (Inch)
Conductor 0-902,28 902,28 26''
Surface 0-4265,3 4265,3 17-1/2"
Intermediate 0-7218,2 7218,2 12-1/4"
Liner 7218,2-10827,3 3609,1 8-1/2"

5.4.1.1 Casing Design

Perancangan casing yang tepat perlu dilakukan agar mendapatkan nilai

keefektifan dan keekonomisan selama pemboran. Dalam hal ini sumur TRMLW-

10 menggunakan conductor casing 20 untuk kedalaman 0 902,28 ft, surface


55
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

casing 13 3/8 untuk kedalaman 0 4265,3 ft, intermediate casing 9 5/8 untuk

kedalaman 0 7218,2 ft, selanjutnya untuk kedalaman 7218,2 10.827,3 ft

menggunakan liner 7. Berdasarkan perhitungan burst, collapse dan tension,

grade casing yang cocok dan ekonomis digunakan yaitu grade J-55 untuk

conductor casing , L-80 untuk surface casing, L-80 untuk intermediate casing,

dan grade L-80 untuk liner.

Tabel 5.3

Berat Casing

INTERVAL Length Hydrostatic HOLE OD GRA


CASING
TVD (ft) (ft) Press (psi) SIZE Casing DE
Conductor 0-902,28 902,28 422,27 26" 20" J-55
Surface 0-4265,3 4265,3 2216,25 17-1/2" 13-3/8" L-80
Intermediate 0-7218,2 7218,2 3750,58 12-1/4" 9-5/8" L-80
7218,2-
Liner 3609,1 5625,87 8 1/2" 7" L-80
10827,3
56
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Casing Design
Gambar 5.2

5.4.1.2 Program Lumpur Pemboran

TABEL 5.4
57
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

PROGRAM LUMPUR PEMBORAN

MUD PROGRAM
Mud Properties Hole 26 " Hole 17 1/2" Hole 12 1/4" Hole 8 1/2"
KCL Polymer +
Mud Type Spud Mud KCL Polymer KCL Polymer
ClayTrol
Interval (ft TVD) 0 902,28 902,28 4265,3 4265,3-7218,2 7218,2 10827,3

Mud Weight (ppg) 9,0 9,20 9,40 8,40


Plastic Viscosity (cp) 10 to 20 10 to 20 10 to 25 10 to 25
Yield Point (lbs/100
8 to 18 8 to 18 10 to 20 10 to 20
ft)
Gel Strenght 10 sekon
3 to 6 3 to 6 6 to 8 6 to 8
(lbs/100ft)
Gel Strenght 10 menit
8 to 14 8 to 14 8 to 20 8 to 20
(lbs/100ft)
Solid Content (%) <6 <6 <6 <6
PH > 9,5 > 9,5 > 9,5 > 9,5
Casing Weight 94 68 43,5 29
ID (inch) 19,12 12,42 8,76 6,18
API Fluid Loss < 12 < 12 10 to 20 <5
Mud Volume (bbl) 592,52 1.268,94 1052,25 253,31
Excess (30 %) (bbl) 177,76 380,68 315,67 75,99
Mud Volume + Excess
770,27 1.649,62 1.367,92 329,30
(30%) (bbl)

Volume Total : 4117,12 bbl

Lumpur pemboran merupakan salah satu faktor terpenting dalam


kesuksesan suatu kegiatan operasi pengeboran. Lumpur pemboran memiliki
peranan penting di dalam perindustrian migas, sebab lumpur pemboran berkaitan
langsung dalam menyeimbangkan tekanan hidrostatik dan tekanan formasi pada
saat kegiatan pemboran berlangsung. Disamping itu, lumpur pemboran
58
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

merupakan pengendalian sumur pertama pada saat terjadinya peristiwa kick. Oleh
sebab itu, perlu adanya suatu perencanaan program lumpur pemboran yang
matang.

Pada operasi pemboran infill pada lapangan TRMLW lapisan F1-a ini,

menggunakan lumpur berbahan dasar fresh water mud. Penggunaan fresh water

mud dilatarbelakangi dengan litologi batuan pada tiap-tiap lapisan lapangan

TRMLW dan lebih ekonomis apabila dilihat dari faktor keekonomisannya. Pada

pengaplikasiannya di lapangan ini, menggunakan spud mud berdensitas sebesar 9

ppg dengan komposisi bentonite dan air untuk menembus kedalaman trayek

casing conductor sekaligus untuk memudahkan membuka lubang pemboran.

Lumpur pemboran yang ditambahkan dengan additif KCL Polymer

merupakan lumpur paling umum yang digunakan dalam suatu operasi pemboran.

Pada operasi pemboran lapisan F1-a ini, dengan penambahan zat additif berupa

KCL Polymer ini dengan tujuan agar lumpur ini bersifat tidak reaktif terhadap

shale apabila menembus lapisan tersebut. Ion Potassium (K+) akan mengikat Ion

Sodium yang terdapat pada batuan shale sehingga dapat mencegah terjadinya

peristiwa clay swelling dan sloughing shale.

Untuk trayek pemboran selanjutnya digunakan lumpur dengan densitas

yang lebih berat sebesar 9,2 ppg. Pada trayek ini digunakan natural mud, dimana

natural mud yang digunakan ini dengan tujuan untuk membor secara cepat.

Natural mud ini ditambahkan beberapa zat additif lainnya sepertihalnya Pac L,

Pac R, Resinex, Soltex, Caustic Soda, Potassium Chlorida, dan Claytrol.

Kemudian untuk membor trayek selanjutnya digunakan lumpur yang berdensitas


59
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

sebesar 9,2 ppg, 9,4 ppg, dan 8,84 ppg. Pada trayek pemboran casing liner ini,

densitas lumpur yang digunakan lebih kecil dibandingkan dengan trayek

sebelumnya dimana tekanan hidrostatik yang melebihi tekanan reservoir yang

diperbolehkan adalah sebesar 300 psi, sebab apabila melampaui akan

menyebabkan terjadinya peristiwa fluid loss.

5.4.1.3 Program Semen Pemboran

Setelah perencanaan lumpur selesai, maka tahap selanjutnya adalah

persiapan penyemenan. Pada pekerjaan penyemenan ini dilakukan setelah tahap

pemasangan casing. Desain semen untuk operasi pemboran infill pada sumur

TRMLW lapisan F1-a ini menggunakan semen kelas G jenis Portland. Semen

Portland kelas G dapat digunakan pada kedalaman trayek pemboran mencapai

8.000 ft dan apabila ditambahkan dengan berbagai zat additif lainnya dapat

digunakan untuk kedalaman trayek pemboran yang lebih dalam. Disamping itu,

semen kelas ini cukup kuat dan ekonomis serta umum digunakan di dunia.

Densitas semen yang digunakan ialah menggunakan dua densitas, yaitu 13,3 ppg

sebagai lead dan 15,6 ppg sebagai tail. Penggunaan dua densitas semen yang

berbeda dimaksudkan agar diperoleh kekuatan penyemenan yang lebih merata dan

ekonomis. Bagian bawah annulus (tail) disemen dengan 15,6 ppg yaitu sekitar

30% dari total panjang annulus.

Berikut merupakan tabel program cementing yang akan digunakan untuk

operasi pemboran infill TRMLW-10 pada lapisan F1-a :


60
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Tabel 5.5

Program Semen Pemboran

CEMENTING PROGRAM
Hole Size 26 " 17 1/2" 12 1/4 " 8 1/2 "
Slurry Type Lead (Class G ) Lead (Class G ) Lead (Class G ) Lead (Class G )
Weight 13,3 ppg 13,3 ppg 13,3 ppg 13,3 ppg
Slurry Yield 7,73 gal/sak 7,73 gal/sak 7,73 gal/sak 7,73 gak/sak
Slurry Type Tail (Class G ) Tail (Class G ) Tail (Class G ) Tail (Class G )
Weight 15,6 ppg 15,6 ppg 15,6 ppg 15,6 ppg
Slurry Yield 8,83 gal/sak 8,83 gal/sak 8,83 gal/sak 8,83 gak/sak
Thickening Time > 4 hrs > 4 hrs > 4 hrs > 4 hrs
Compressive Strenght
1.200 psi 1.200 psi 1.200 psi 1.200 psi
@ 140 F
Latex & Latex &
Additive Material Lignosulfonate
CMHEC CMHEC
TOTAL SEMEN
Hole 26" Hole 17 1/2" Hole 12 1/4" Hole 8 1/2"
BBL 344,27 717,42 534,88 111,78
GRAND TOTAL 1.708,34 bbl

Tabel 5.5

Desain Semen Pemboran

(Tabel Lanjutan)

Convert bbl to gal

Volume Total 71.750,26 gal

Jumlah Sak 8.126 sak


61
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

TOTAL HARGA CEMENT


USD 8.1257,37

5.4.1.4 Bit Program

Tabel 5.6

Bit Program

Bit Program
Hole Bit Specification IADC

26" 1 bit 26"; 3x20" nozzle 1-3-1-S

17 1/2 " 2 bit 17.5"; 3x15" nozzle 2-3-1-S

12 1/4" 2 bit 12.25" PDC; 3x15" 3x16" nozzle M722

Tabel 5.6

Bit Program

(Tabel Lanjutan)

8 1/2 " 2 bit 8.5" PDC; 6x14" nozzle M722

Pemilihan rock bit 20 dan hole opener 26 karena untuk membuat lubang

pada casing 20 yang dipasang dengan cara dipancang menggunakan drive pipe.
62
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Kemudian rock bit 17-1/2 digunakan pada trayek hole 17-1/2, sebab formasi

pada trayek ini tidak terlalu keras sehingga penggunaan rock bit masih sangat

memungkinkan dan lebih ekonomis apabila dibandingkan dengan menggunakan

PDC bit. Selanjutnya pada trayek 12-1/4 digunakan PDC bit 12-1/4, sebab

dengan bertambahnya kedalaman kondisi batuan pada formasi semakin keras

akibat dipengaruhi oleh faktor penambahan temperatur dan tekanan. Sehingga

pada trayek ini, menggunakan PDC bit agar menghemat drilling rig time dan cost

pada saat tripping out untuk menggantikan rock bit yang tumpul. Pada trayek

terakhir yaitu 8-1/2 menggunakan PDC bit 8-1/2, sebab pahat jenis rock bit

tidak digunakan lagi pada trayek ini karena kondisi batuan pada formasi ini sudah

sangat keras dan sangat tidak efisien apabila menggunakan rock bit apabila dilihat

dari faktor keekonomisan dan keefisiensiannya.

5.4.1.5 Penentuan Daya Rig

Tabel 5.7

Penentuan Hp Drawworks Berdasarkan Beban Pada Casing

WEIGHT x LENGTH CASING


Casing Weight HP
CASING Grade lb kg
(lbs/ft) Drawworks
Conductor J-55 94 84.813,85 38.116,23 278,99
Service L-80 68 290.040,4 130.518,18 954,08

Intermediate L-80 43,5 313.991,7 141.296,27 1.032,87

Liner L-80 29 104.663,9 47.098,76 344,29


63
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Tabel 5.8

Penentuan Hp Drawworks Berdasarkan Beban Pada Drill String

Tabel Drill Collar UNIT Drill Pipe UNIT Total Weight DC+DP UNIT
Length 656,20 Ft Length 10.171,10 ft Weight 265.003,12 lb
Weight 150,00 kg/m Weight 198.336,45 lb
45,72 kg/ft
101,60 lb/ft
66.666,67 Lb

Penentuan daya rig yang digunakan adalah berdasarkan perhitungan daya

drawworks yang dinyatakan dalam satuan horse power. Pada penentuannya,

dengan memperhitungkan beban antara casing dan drill string maka telah

diperoleh nilai beban terberat pada casing apabila dibandingkan terhadap beban

drill string yang terdiri atas drill pipe dan drill collar. Diperoleh beban casing

intermediate sebesar 313.991,7 lb dan beban drill string sebesar 265.003,12.

Sehingga beban pada casing intermediate menjadi acuan dalam penentuan daya

drawworks yang digunakan. Pada penentuan daya drawworks, didapatkan hasil

yang terbesar adalah 1.032,87 HP, sehingga rig yang digunakan pada pemboran

sumur infill ini adalah rig dengan daya sebesar 1.500 HP.

5.4.1.6 BOP dan X-Mastree

BOP atau blow out preventer merupakan salah satu alat yang sangat

penting digunakan dalam proses pemboran. Alat ini berfungsi sebagai pertahanan
64
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

dalam mencegah terjadinya semburan liar atau blow out. Oleh karena itu sebelum

di lakukan pemasangan BOP perlu di lakukan pemilihan rating BOP yang tepat

agar dapat berhasil menahan tekanan apabila terjadi semburan liar. Susunan dan

rangkaian jenis dari BOP disesuaikan dengan keadaan tekanan reservoir dan

potensi adanya masalah selama proses pemboran. Nilai tekanan reservoir

dikalikan dengan nilai safety factor. Untuk sumur TRMLW-10 ini memiliki

tekanan reservoir sebesar 4.676,7 Psia, tekanan reservoir tersebut dikalikan

dengan safety factor sebesar 2 untuk mendapatkan rating BOP yang tepat untuk

digunakan, sehingga didapat hasilnya adalah 9.353,4 Psia. Berdasarkan data

tersebut susunan BOP yang diangap paling tepat untuk digunakan adalah sebagai

berikut :

Tabel 5.9

BOP Design

BOP DESIGN

Casing Pressure
Description
Size Rating

lower ram , upper ram, blind


20" 3.000 psia
ram,annular

lower ram , upper ram, blind


13 3/8" 5.000 psia
ram,annular

lower ram , upper ram, blind


9 5/8" 10.000 psia
ram,annular
65
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

lower ram , upper ram, blind


7" 10.000 psia
ram,annular

BOP yang digunakan memiliki rating sebesar 10.000 psia untuk menghindari

blow out atau kick.

Gambar 5.3

X-Mastree
66
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

X-mastree yang akan digunakan adalah Dual Arm 3-1/8x 2-1/16 dengan

working pressure 10.000 psi.

5.4.1.7 Perkiraan Waktu Operasional Pemboran

Pada pemboran ini, perkiraan jangka waktu yang dibutuhkan sampai

mencapai target adalah 47 hari. Drilling schedule ini dibuat sebagai target waktu

untuk kerja nyata saat berlangsungnya proses di lapangan. Berikut adalah tabel

dan grafik yang menunjukan waktu dan kedalaman pemboran :

Tabel 5.10

Drilling Operation Time

Drilling Time
Durasi Kumulatif Depth
Aktivitas
(hari) (hari) (ft)
Preparation
Rig Move, Rig Up & Testing Tools (Preparation) 3 3 0
Set 20" Conductor (Pailling with Pipe Drive) 2 5 492,15
Drill 17 1/2" Hole (Surface Casing) 8 13 4.265,3
Run & Cement 13 3/8" , Run CBL +VDL & Casing Test
2 15 4.265,3
BOP
Drill 12 1/4" Hole (Intermediate Casing) 10 25 7.218,2
Run & Cement 9 5/8", Run CBL+VDL & Casing Test
2 27 7.218,2
BOP
Drill 8 1/2" Hole (Liner Casing) 12 39 10.827,3
Running Liner 7", Cement & Run CBL, VDL 2 41 10.827,3
Sirkulasi ganti isi lubang dengan CF 0,5 41,5 10.827,3
Run Production String (Tubing), Set X-mastree 0,5 42 10.827,3
67
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Perforation job & Drill Steam Test 3 45 10.827,3


Preparation Rig Down 2 47 10.827,3

Perhitungan waktu pengeboran ini dimulai dari mobilisasi rig hingga

demobilisasi rig, dengan kedalaman total pemboran mencapai 10.827,3 ft. Berikut

ini merupakan chart antara time vs depth :

Duration (Days)
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
0
Set 20" Conductor

2000

Drill 17.5" Hole


4000
Depth (ft)

6000
Bor Lubang 12 1/4"

8000
Bor Lubang 8 1/2"

10000

12000

Gambar 5.4

Time Vs Depth

5.4.1.8 Perkiraan Biaya Operasional Pemboran


68
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Untuk perencanaan total operasional biaya yang akan di keluarkan untuk

pemboran sumur infill TRMLW-10, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.11

Drilling Operation Cost

BUDGET
UNIT
No DESCRIPTION NEW PURCHASE GRAND TOTAL
OF
ISSUE QTY U.P AMOUNT
TANGIBLE COST
1 CASING
CSG 20" Feet 492,15 150 73822,5
CSG 13 3/8" Feet 4.265,3 150 639.795
CSG 9 5/8" Feet 7.218,2 120 866.184
7" Liner Feet 3.609,1 100 360.910
Tubing 2-7/8" Feet 3.253,25 30 97.598
Permanent Packer 38.000
4 WELL EQUIPMENT - SURFACE 100.000
WELL EQUIPMENT - SUB
5 76.000
SURFACE
TOTAL $2.252.309,00
INTANGIBLE COST
PREPARATION AND
4 EXECUTION
Surveys 18.000
69
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Well site and access road


100.000
preparation
Service lines &
10.000
communications

Tabel 5.11

Drilling Operation Cost

(Lanjutan)

5 DRILLING OPERATION
Well Insurance $ 7 10827,3 75791,1
Rig Contract (1500 HP) 47 52500 2.467.500
Rig Mob Demob 210.000
PDC Bit 12-1/4" 30.000 30.000
PDC Bit 8.5" 30.000 30.000
Rock Bit 26" 10.000
Rock Bit 17-1/2" 10.000
Mud Tank 350
Mud Program 70.769
Mud Engineer days 50 300 15.000
Cementing Program 81.257
Basic Cementing Service days 50 3000 150.000
Mixing Truck days 50 300 15.000
Drilling Engineer (Standby) person 2 1000 96.000
6 Formation Evaluation
CBL VDL 120.000
Well Testing 1 75000 75.000
7 Completion
Perforation and Wireline
Service 1 95000 95.000
Cased hole electrical logging
service 50.000
8 General
HSE 20.000
Crew Payment person 14 1200 16.800
70
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Crew Camp 50 2000 100.000

Tabel 5.11

Drilling Operation Cost

(Lanjutan)

Fuel and Lubricants 75.000


Land Transportation 3 25000 75.000
Abandonment and Site
Restoration (ASR) 45.000
TOTAL $ 4.061.467,33
TOTAL
$ 6.375.295,08
GRAND

5.4.1.9 Komplesi

Komplesi sumur adalah pekerjaan tahap akhir atau pekerjaan

penyempurnaan untuk mempersiapkan suatu sumur pemboran menjadi sumur

produksi. Untuk mendapatkan hasil produksi yang optimum dan mengatasi efek

negatif dari setiap lapisan produktif maka harus dilakukan pemilihan metode

komplesi sumur yang tepat dan ukuran peralatan yang sesuai untuk setiap sumur.

Tidak ada dua jenis well completion yang sama persis antara sumur satu dengan

yang lainnya, tetapi pada umumnya selalu bervariasi tergantung dari faktor yang

dipertimbangkan. Tujuan dilakukannya komplesi pada sumur adalah mengatur

aliran fluida dari formasi produktif pada dasar sumur ke permukaan sebaik

mungkin.
71
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Pada lapangan TRMLW dilakukan pengeboran satu sumur infill yang

sudah ditentukan. Pada sumur infill terdapat satu lapisan produktif sehingga

pemilihan tipe komplesi yang digunakan adalah single string single completion

dengan packer jenis permanen, dimana menggunakan satu production string.

Gambar 5.5

Perforated Liner Completions

Salah satu hal terpenting dalam komplesi adalah perforasi (perforating),

dimana perforasi adalah proses pelubangan dinding sumur (casing dan lapisan

semen) yang mengakibatkan sumur dapat berkomunikasi dengan formasi.

Sehingga gas bumi dapat mengalir ke dalam sumur melalui lubang perforasi ini.
72
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Bottom hole completion yang di lakukan pada sumur TRMLW F1-a ini adalah

perforated liner completion yaitu liner di set sampai kedalaman 10.827,3 ft TVD,

dengan oil water contact (OWC) pada lapisan TRMLW-10 yaitu 10.755,12 ft

TVD, dan zona yang akan di perforasi adalah pada interval 10.633,06 ft TVD

10.680,31 ft TVD.

Diharapakan zona perforasi dari sumur infill itu mengandung hidrokarbon

agar sumur tersebut dapat diproduksikan. Pada umumnya teknik perforasi secara

konvensional dilakukan dengan menggunakan wireline, dimana kedalaman

perforasi yang ditentukan dengan mengukur panjang kabel dan penyalaannya

dilakukan dipermukaan. Selama pengerjaan diperlukan fluida komplesi untuk

mengimbangi tekanan sumur agar tidak terjadi blow out. Titik perforasi

ditentukan 10% dari ketebalan payzone, yaitu diambil 5% dari top depth payzone

dan 5% dari bottom depth payzone.

Tabel 5.12
Well Perforation Profile
Lapisan F1-a
Sumur Unit
Feet
Top Depth 10.630,44
Bottom Depth 10.682,94
TRMLW-10 Thickness 52,50
Perforasi 10.633,06-10.680,31
Thick perfo 47,25
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

BAB VI

SURFACE FACILITIES

6.1 Pengenalan Fasilitas Produksi

Pada kegiatan produksi minyak mentah dimulai dari pengambilan

fluida di sumur produksi yang terletak pada lapangan minyak yang dialirkan

melalui pipa penyalur ke stasiun pengumpul atau Blok Station (BS). Stasiun

pengumpul ini berfungsi sebagai tempat untuk memisahkan air, minyak dan

gas. Dibutuhkan beberapa peralatan agar minyak mentah tersebut bisa

sampai ke stasiun pengumpul. Beberapa peralatan tersebut merupaka

fasilitas produksi yang diperlukan agar proses yang diterapkan mampu

mendukung rencana manajemen reservoir dan bernilai ekonomis. Fasilitas -

fasilitas pengembangan di permukaan ini merupakan salah satu faktor

penting dalam proses perencaan pengembangan lapangan. Fasilitas produksi

ini sendiri dibedakan berdasarkan fasilitas untuk Primary Recovery

Facilities dan Enhanced Oil Recovery Facilities. Jadi tentunya setiap

penentuan fasilitas untuk kegiatan primer dan kegiatan EOR pastilah

berbeda. Fluida sumur yang mengalir dari dalam sumur ke permukaan

secara sembur alam (natural flow) atau secara sembur buatan (artificial lift)

maka fluida sumur tersebut perlu diproses untuk pemisahan menjadi

minyak, gas dan air. Pemisahan tersebut diperlukan karena tujuan kita

adalah mendapatkan minyak yang mempunyai nilai ekonomi tinggi apakah

untuk diolah di Kilang atau dijual sebagai komoditas export. Air juga harus

73
74
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

dipisahkan dari minyak karena sebagai komoditas yang akan dijual maka

kandungan air dalam minyak harus memenuhi spesifikasi kontrak yang

telah ditentukan. Dan air formasi yang terproduksikan tersebut juga harus

diproses terlebih dahulu sebelum dibuang agar tidak mencemari lingkungan.

Semua kegiatan proses tersebut dilakukan di Block Station atau Stasiun

Pengumpul Minyak. Secara skematis perjalanan fluida sumur tersebut

digambarkan pada gambar berikut.

6.2 Health, Safety, Security Environment (HSSE)

HSSE merupakan ilmu dan seni dalam pengelolaan bahaya dan resiko agar

tercipta kondisi tempat kerja yang aman dan sehat. Safety Induction adalah sesi

training pengenalan terhadap lingkungan kerja yang diberikan kepada karyawan

baru ataupun kepada visitor, dimana dalam training ini dibahas tentang hal-hal yang

berhubungan dengan keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan. Di beberapa

perusahaan menyebutkan dengan HSE induction atau HSE orientation. Pada

dasarnya intinya tetap sama, yaitu memberikan training pengenalan. Beberapa

prosedur Safety Induction yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Melapor kepada security dan mengisi buku tamu di pos jaga

2. Alat pelindung diri yang harus dikenakan oleh tamu :

Sepatu Safety

Helm Safety

Kacamata Safety

Ear Plug Muff


75
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

3. Daerah Bahaya :

- Daerah berbahaya di dalam pagar fasilitas produksi

- Daerah berbahaya di dalam radius 50 meter dari lokasi pemboran

perawatan sumur

4. Daerah Aman :

Daerah aman di luar pagar fasilitas produksi

Daerah aman di luar radius 50 meter dari lokasi pemboran perawatan

sumur

5. Letak titik berkumpul bila terjadi keadaan darurat (Muster Point) di

lapangan

6. Alarm peringatan keadaan bahaya, sirine berbunyi sebanyak 3 kali

7. Memperhatikan arah angin pada windsocks bila terjadi kebocoran gas dan

kebakaran (jika ingin menyelamatkan diri, maka berlarilah kearah

berlawanan dengan arah windsocks)

8. Dilarang merokok

9. Dilarang memotret dan mengaktifkan alat komunikasi non gas proof dalam

radius 25 meter dan fasilitas produksi

10. Dilarang menimbulkan pencemaran

11. Bila terjadi kecelakaan atau memerlukan P3K harap menghubungi

pengawas atau operator atau HSE

12. Bila menemukan atau melihat Unsafe Action dan Unsafe Conditions,

melapor kepada pengawas SP / SB / HSE


76
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

6.3 Skema Aliran Fasilitas Produksi


HEADER MANNIFOLD 571 psia 1632 psia 4662 psia
FLARE
COMP 2 COOLER COMP 3 COOLER COMP 4
TRLMW 2

DEHYDRATOR
TRLMW 5 200 psi
COOLER
COMP 1

TRLMW 6
COOLER
CONTROL VALVE
TRLMW 7

SCRUBBER
TRLMW- 8

TRLMW 9 DEHYDRATOR STORAGE


TANK
TRLMW-4
TRLMW 10
200 psi
TRLMW 10 GAS
HIGH PRESSURE SEPARATOR

SCRUBBER
WATER
SHIPING
80 psi GAS TANK

OIL LOW PRESSURE SEPARATOR


OIL
200 psi
WATER
SEPARATOR TEST

WATER

STORAGE STORAGE
TANK TANK

WASH TANK SKIM TANK

WATER TANK

SHIPING
CENTRIFUGAL PUMP TANK

PENAMPUNGAN
DI SPOSAL TRLMW 3

SEMENTARA

CENTRIFUGAL PUMP

KILANG

Gambar 6.1

Skema Aliran Fasilitas Produksi

6.4 Fasilitas Produksi


77
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

6.4.1 Wellhead

Kepala sumur merupakan tempat menggantungkan dan kedudukan

rangkaian pipa di dalam sumur. Wellhead terdiri dari beberapa bagian yaitu

christmas tree, tubung hanger, choke, adapter, blow out preventer, dan

flange. Fungsi dari Kepala sumur adalah untuk menahan tekanan tinggi,

untuk menyekat casing dan tubing, menahan rangkaian pipa, mengontrol

produksi sumur dari kebocoran, merubah aliran vertical dari tubing ke

aliran horizontal dalam flowline, tempat kedudukan chrismass tree, dan

tempat menginjeksikan gas.

Gambar 6.2

Wellhead

6.4.2 Manifold
78
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Pada setiap sumur ada system manifold yaitu suatu sistem

pengaturan pengaliran fluida untuk produksi. Manifold terdiri atas slot-slot

dan dihubungkan dengan wellhead dari masing-masing sumur produksi.

Dari manifold masing-masing sumur akan terpusat menuju header yang

akan mengalirkan produksi minyak melalui pipa. Jadi dapat dikatakan

manifold adalah jajaran pipa alir dari produksi tiap-tiap sumur yang

dipotong oleh pipa-pipa yang menuju ke CPA (Central Processing Area).

Header manifold merupakan rangkaian kelanjutan dari sistem manifold.

Secara lengkap header dapat terdiri dari produksi header, test header, dan

beberapa valve untuk keperluan produksi. Dari rangkaian manifold biasanya

terdapat beberapa jenis header yang sesuai dengan karakteristik yang

diproduksikan. Berdasarkan parameter tekanan header terbagi atas dua yait:

1. Low Pressure Header

Low pressure header ini digunakan untuk sumur-sumur yang bertekanan

rendah

2. High Pressure Header

High Pressure ini digunakan untuk sumur-sumur yang bertekanan tinggi.

Manifold adalah kelompok atau sekumpulan katup/valve yang

dideretkan untuk mengatur aliran masuk ke header dan separator yang


79
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

diinginkan. Gas dari masing-masing area memasuki manifold yang

kemudian diarahkan.

Gambar 6.3

Manifold

6.3.3 Flowline

Flowline adalah termasuk komponen penting dalam fasilitas

produksi yang mempunyai fungsi sebagai media transportasi fluida mulai

dari wellhead menuju manifold.


80
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Gambar 6.4

Flowline

Pada lapangan ini telah dihitung jarak dari setiap sumur ke gathering station
dan di hitung juga butuh berapa joint pipa dalam lapangan ini, perhitungan bisa
dilihat di tabel dibawah ini.

Tabel 6.1

Jarak dan Jumlah Joint Flowline

BASE CASE (UKURAN FLOWLINE 3)


SUMUR M FT JOINT STATUS
TRMLW-2 2.000,00 6562 205
PRODUKSI
TRMLW-5 285,00 935,085 29
TRMLW-6 2.500,00 8202,5 256
TRMLW-7 1500 4921,5 153 SHUT IN
TRMLW-9 4.500,00 14764,5 461
TRMLW-4 5.700,00 18701,7 584
GAS INJEKSI
TRMLW-8 2.100,00 6890,1 215
TRMLW-3 5800 19029,8 594 DISPOSAL WATER
TOTAL 2.500
81
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

6.3.4 Separator

Separator adalah tabung bertekanan yang digunakan untuk

memisahkan fluida produksi menjadi air, minyak dan gas, yang berprinsip

pemisahannya pada densitas masing-masing yang berbeda.

Sesuai dengan bentuknya, separator dapat dibagi dalam tiga jenis yaitu :

1. Separator vertikal

2. Separator Horizontal

3. Separator spherical

Dilapangan ini separator yang digunakan adalah separator horizontal.

Separator yang akan dipilih adalah berukuran. Pendesainan juga

mempertimbangkan produksi oil, gas, dan water yang dapat ditampung oleh

separator sebesar 7000 bbl. Ukuran tersebut dipilih lebih besar dari produksi

fluid sebagai pertimbangan cadangan penampungan jika terjadi sesuatu.

Pemilihan dilakukan dengan pertimbangan keekonomisan.

separator dilapangan ini menggunakan 2 (dua) stage separator

dimana terdiri dari high sparator (200 psi) dan low separator (80 psi), dimana

tujuam dari 2 stage karena produksi gas yang cukup besar dan beberapa

pertimbangan lainnya.
82
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Gambar 6.5

Horizontal Separator

Cara menentukan ukuran separator dapat menggunakan chart

separator seperti chart dibawah ini

Gambar 6.6
Chart Separator Horizontal

Dari Chart diatas Kita bisa menentukan ukuran dari separator high pressure
dan low pressure dimana ukurannya adalah.

Tabel 6.2
Ukuran High Pressure Separator
83
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

DIAMETER SEPARATOR HIGH PRESSURE


QL 7000
RETENTION TIME 1 minute
LIQUID DEPTH IN 14 in
SEPARATOR OD 24 in
Length 10 ft

Tabel 6.3
Ukuran Low Pressure Separator
DIAMETER SEPARATOR LOW PRESSURE
QL 7000
RETENTION TIME 1 minute
LIQUID DEPTH IN 14 in
SEPARATOR OD 24 in
Length 10 ft

Dalam gathering station juga diperlukannya separator test dimana bertujuan


untuk laju alir minyak, air dan gas. Dimana penentuan ukuran separator test
sebagai berikut.

Gambar 6.7
Chart Separator Test
Dari chart tersebut kita bisa menentukan ukuran dari separator test, dan ukurannya
sebagai berikut.
84
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Tabel 6.4
Ukuran Separator Test

DIAMETER SEPARATOR
QL 1600
RETENTION TIME 1 minute
LIQUID DEPTH IN 10 in
SEPARATOR OD 16 in
Length 10 ft

6.3.5 Scrubber
Gas yang sudah dipisahkan dari liquidnya di separator, kemudian kembali

difilter di gas scrubber. Gas scrubber digunakan untuk meyakinkan bahwa gas tidak

mengandung material atau liquid yang dapat merusak peralatan, sehingga scrubber

harus dipasang untuk melindungi peralatan seperti kompresor degrydator,

sweetener, matering, dan regulator.

Gambar 6.8
Gas Scrubber

Gas scrubber ini juga terdiri dari tipe vertikal, sama seperti halnya pada

separator. Gas yang sudah direfilter di gas scrubber, kemudian disalurkan Gas
85
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Dehydrator dan Kompressor untuk menghasilkan gas yang bertekanan tinggi

sehingga dapat di salurkan sesuai kebutuhan, baik sebagai gas injeksi atau

kebutuhan lainnya.

6.3.6 Dehydrator

Natural Gas Dehydration merupakan proses menghilangkan uap air yang

terkandung di dalam natural gas. Air merupakan zat yang paling umum yang

mengontaminasi hydrocarbon ketika diproduksi dari sumur. Ada dua alasan utama

kenapa air harus dihilangkan dari natural gas:

1. Pencegahan pembentukan Hidrat

Hidrat merupakan padatan yang terbentuk oleh kombinasi air (90%) dengan

molekul kecil dari hydrocarbon (10%). Hidrat tumbuh sebagai Kristal yang dapat

menjadi sumbatan pada orifice, valve dan daerah lainnya yang tidak mengalami

aliran penuh karena terjadi perubahan temperature dan tekanan.

2. Menghindari Korosi

Korosi sering terjadi ketika liquid water hadir bersama dengan gas asam.

Kebersamaan ini akan cenderung membentuk larutan asam yang sangat korosif,

terutama untuk baja karbon yang biasanya digunakan dalam pembangunan fasilitas

pengolahan oil & gas.


86
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Gambar 6.9
Dehydrator
6.3.7 Kompresor
Pemampat atau kompresor adalah alat mekanik yang berfungsi untuk

meningkatkan tekanan fluida mampu mampat, yaitu gas atau udara. tujuan

meningkatkan tekanan dapat untuk mengalirkan atau kebutuhan proses dalam suatu

system proses yang lebih besar (dapat system fisika maupun kimia contohnya pada

pabrik-pabrik kimia untuk kebutuhan reaksi). Secara umum kompresor dibagi

menjadi dua jenis yaitu dinamik dan perpindahan positif.

Dalam hal ini kompresor bertujuan untuk meningkatkan tekanan gas untuk

proses penginjeksian gas yang terproduksi dari sumur produksi. Dalam hal ini

ukuran dari kompresor sebagai berikut.

Tabel 6.5
87
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Ukuran Kompresor
GAS
PERHITUNGAN COMPRESSOR
Tipe kompresor 2 stage
P discharge 4662.00 psia
P separator 200.00 psia

Compressor ratio
R 2.86

P compressor I 200.00 psia


P compressor II 571.32 psia
P compressor III 1632.01763 psia
P compressor IV 4662 psia

6.3.8 Storage Tank

Tempat menyimpan minyak untuk didistribusikan ke konsumen, di

storage tank ini hamir seluruhnya minyak, dimana ukuran storage tank

menyesuaikan produksi dari minyak itu sendiri. Walaupun hampir

seluruhnya minyak, di storage tank masih terdapat air, untuk mengetahui

jumlah air yang terkandung di tanki bisa menggunakan gauging tape.


88
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Gambar 6.10
Storage Tank
Didalam lapangan pengembangan ini memiliki spesifikasi ukuran tangki
sebagai berikut.
Tabel 6.6
Ukuran Storage Tank

OIL
TRMLW 2 DAN TRMLW 5
Qo Total 6317,37 bopd
Kapasitas tanki 94760,55 bbl
15 hari dinagi 3 tanki 35000,00 bbl
5564,56 m3
Tinggi tanki 15,00 m 49,215 ft
diameter tanki 21,74 m 71,3248 ft
jari - jari tanki 10,87 m
89
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

6.3.9 Wash Tank


Wash tank adalah suatu alat yang digunakan untuk menampung fluida yang

datang dari sumur-sumur minyak setelah separator. Disamping itu, wash tank juga

berfungsi untuk memisahkan air dan minyak.

Cara kerja:

Liquid yang masuk melalui inlet line dari gas boot akan disebarkan oleh

spreader kearah dasar tanki, kemudian liquid yang telah tersebar naik keatas, air

yang secara gravity lebih berat akan turun kebawah dan minyak yang lebih riang

akan naik keatas kemudian mengalir melewati spill over ke shipping tank atau tanki

berikutnya. Disetiap wash tank, kolom air panas akan selalu dijaga pada ketinggian

tertentu, karena ia berguna untuk mengikat partikel-partikel air yang masih terdapat

dalam crude oil (emulsi) pada saat crude oil tersebut bergerak melewati kolom air

panas naik ke permukaan. Ketinggian kolom air didalam wash tank akan

dipengaruhi pemisahan air dan minyak.

Untuk menentukan tinggi kolom air yang baik didalam sebuah wash tank

agar menghasilkan water cut yang baik biasanya perlu dengan trial and error

atau percobaan, hal ini dilakukan dengan cara merubah level water leg, yaitu untuk

menaikkan water leg, atau mengurangi spacer (O-Ring) pada water leg untuk

menaikkan water level, atau mengurangi spacer untuk menurunkan water level

didalam wash tank.

Pada beberapa field penggunaan demulsifier kadang-kadang diperlukan

untuk membantu mempercepat proses pemisahan air dan minyak.


90
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Gambar 6.11
Wash tank
6.3.10 Skim Tank
Skim tank berfungsi untuk memisahkan minyak dan air setelah di

bersihkan di wash tank, system kerjanya yaitu dengan system tangga

dimana air akan mengendap dan minyak akan mengalir.


91
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Gambar 6.12
Skim Tank
6.3.11 Water Tank

Dimana tank ini sudah berisi air sepenuhnya yang dialiri oleh skim

tank, dari skim tank ini air sudah bisa diinjeksukan ke sumur injeksi atau

sumur disposal. Surge tank juga bisa disebut tanki penampung air

sementara. Air dari surge tank bisa dialiri ke flowline sampai sumur injeksi.
92
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Gambar 6.13
Water Tank

Tabel 6.7
Ukuran Water Tank

WATER
SELURUH SUMUR SEBELUM SHUT IN
Qw total 633,69 bwpd
Kapasitas tanki 633,69 bwpd
(per 5 hari) 3168,45 bwpd
3500,00 bwpd
556,46 m3
Tinggi Tanki 8,00 m
diameter tanki 9,41 m
jari - jari tanki 4,71 m
93
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

6.3.12 Centrifugal Pump


Centrifugal pump berfungsi untuk memompakan oil ataupun water,

centrifugal pump ini sangat berguna ada saat memindahkan oil dari tangki

pengumpul ke kilang , atau bisa memomakan panas dari heater, atau memompakan

air menuju sumur injeksi. Bagian utama centrifugal pump yaitu impeller, impeller

terbagi 3 yaitu open impeller, semi open impeller dan closed impeller.

Gambar 6.14
Centrifugal Pump

Dalam proses pengiriman oil dari storage tank ke kilang menggunakan


centrifugal pump dan dalam lapangan ini membutuhkan beberapa perhitungan
untuk mengetahui kehilangan gesekan dan metode pengurasan tanki. Dan
perhitungannya adalah sebagai berikut
94
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

H = (f x L x V2) / D x 2g
f = 0.04 / Re0.172
Re = V x D x /
Kinematic viscosity = 0.4 cp
1 cp = 0.000672 lb/ft.sec
water = 62.3 lb/cuft
1GPM = 34.286 BPD = 0.1337 cuft /minute
1 M = 3.281 Ft
1 Feet = 12 inch
Gravitasi g = 32.2 ft/sec 2

Tabel 6.8
Tabel Kehilangan Gesekan dari Storage Tank ke Pompa

Q (BOPD) GPM Q (CUFTPS) D (FT) 3.14 x D2/4 V (Ft/sec) Re No L (ft) f Z H fric. H total
6.500,00 189,58175 0,4224513 0,5 0,19625 2,152618296 177873,7356 600 0,005000815 20 0,43178762 61,917734

Tabel 6.9
Tabel Perhitungan Metoda Pemompaan Minyak Via Pipa Saluran

Q (BLPD) GPM Q (CUFTPS) D (FT) 3.14 x D2/4 V (Ft/sec) Re No L (ft) f Z H fric. H total
0 0 0,5 0,19625 0 0 1476450 0 100 0 100
50 0,1114167 0,5 0,19625 0,567728238 46912,14537 1476450 0,006289251 100 92,9485854 192,94859
100 0,2228333 0,5 0,19625 1,135456476 93824,29075 1476450 0,00558241 100 330,008873 430,00887
150 0,33425 0,5 0,19625 1,703184713 140736,4361 1476450 0,005206358 100 692,501053 792,50105
6.500,00 189,58175 0,4224513 0,5 0,19625 2,152618296 177873,7356 1476450 0,005000815 100 1062,5214 1162,5214
190 0,4233833 0,5 0,19625 2,157367304 178266,1524 1476450 0,004998919 100 1066,8103 1166,8103
192 0,42784 0,5 0,19625 2,180076433 180142,6382 1476450 0,004989924 100 1087,42738 1187,4274
195 0,434525 0,5 0,19625 2,214140127 182957,367 1476450 0,004976635 100 1118,68776 1218,6878
198 0,44121 0,5 0,19625 2,248203822 185772,0957 1476450 0,004963584 100 1150,34891 1250,3489
200 0,4456667 0,5 0,19625 2,270912951 187648,5815 1476450 0,004955011 100 1171,67847 1271,6785
240 0,5348 0,5 0,19625 2,725095541 225178,2978 1476450 0,004802036 100 1635,12804 1735,128
95
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

1800
1600
1400
1200
1000 GPM VS HFRIC
HFRIC

800 POMPA 8 1/8"


600 POMPA 7 1/2"
400 POMPA 6 1/2"
200
0
0 50 100 150 200 250 300
GPM

Gambar 6.15
Grafik Metoda Pemompaan Minyak Via Pipa Saluran
Dari metoda pengurasan tanki kita bisa mengetahui spesifikasi dari pompa dan
grafik diatas didapat dari chart pompa untuk menentukan ukuran impeler pompa
terbaik untuk mendistribusikan oil dari storage tank ke kilang minyak. Dan chart
bisa dilihat dibawah ini.

Gambar 6.15
Chart Pompa
96
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Dan dari chart tersebut didapat berapa jam pompa dihidupkan dalam sehari
dan didapat adalah sebagai berikut .

Tabel 6.10
Perhitungan Ukuran dan Waktu Pemompaan

Waktu
D impeller GPM bopd
Pemompaan
6 1/2 128 4388.60 7.97
7 1/2 148 5074.32 6.89
8 1/2 177 6068.62 5.77

Jadi pompa centrifugal di hidupkan dalam sehari untuk menguras tanki ke


kilang adalah 5 hari dan menggunakan ukuran impeler 8 1/8.

6.5 Biaya Fasilitas Produksi

Berdasarkan banyaknya fasilitas yang digunakan maka dapat

dihitung perkiraan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi.

Rincian biaya ini selanjutnya akan dihitung keekonomiannya. Sehingga

dapat diketahui apakah proyek ini layak dikembangkan atau tidak. Sebagai

pertimbangan ada beberapa biaya yang termasuk ke dalam tangible dan

intangible cost
97
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Tabel 6.11
Biaya Fasilitas Produksi Base Case
BASE CASE
Price per Unit Total Price
FASILITAS Unit Notes
(US) (US)
Production Facility
Manifold 2 $21.200 $42.400 BUY
Wellhead 9 $10.000 $90.000 BUY
flowline (joint) (ukuran 4) 2500 $100 $250.000,00 BUY
Test Separator 1 $100.000 $100.000 BUY
High Pressure Separator and Low Pressure
2 $80.000 $160.000 BUY
Separator
Scrubber 2 $30.000 $60.000 BUY
dehydrator 2 $120.000 $240.000 BUY
Flare Pit 1 $2.000 $2.000 BUY
turbin 1 $160.000 $160.000 BUY
compressor low pressure 1 $50.000 $50.000 BUY
compressor medium pressure 1 $100.000 $100.000 BUY
compressor high pressure 1 $160.000 $160.000 BUY
Oil Storage Tank 2 $797.500 $1.595.000 BUY
generator and power plant 1 $200.000 $200.000 BUY
cooler 3 $59.700 $179.100 BUY
centrifugal pump 4 $25.000 $100.000 BUY
control room and electrical 1 $200.000 200.000 BUY
wash tank 1 $60.000 $220.000 BUY
skimer tank 1 $60.000 $60.000 BUY
water tank 1 $10.000 $10.000 BUY
OVERALL COST $3.978.500
98
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Tabel 6.12
Biaya Fasilitas Produksi Skenario 1
Price per Unit Total Price
FASILITAS Unit Notes
(US) (US)
CAPITAL
Wellhead 9 $10,000 $90,000 BUY
flowline (joint) 118 $100 $11,800.00 BUY
OVERALL COST $101,800.00
NON CAPTAL
pigging 1 $335,000 $335,000 BUY
calibration gauging tape 2 $500 $1,000 BUY
service skimer tank 1 $5,000 $5,000 BUY
separator services 3 $10,000 $30,000 BUY
HSSE 1 $50,000 $50,000 BUY
other maintenance 1 $50,000 $50,000 BUY
OVERALL COST $471,000

Tabel 6.13
Biaya Fasilitas Produksi Skenario 2
Price per Unit Total Price
FASILITAS Unit Notes
(US) (US)
CAPITAL
Wellhead 9 $10,000 $90,000 BUY
flowline (joint) 425 $100 $42,500.00 BUY
OVERAL COST $132,500.00
NON CAPITAL
pigging 1 $335,000 $335,000 BUY
calibration gauging tape 2 $500 $1,000 BUY
service skimer tank 1 $5,000 $5,000 BUY
HSSE 1 $50,000 $50,000 BUY
separator services 3 $10,000 $30,000 BUY
other maintenance 1 $50,000 $50,000 BUY
OVERALL COST $471,000

Fasilitas produksi di lapangan in tidak mengalami penambahan karena


setelah dilakukan skenario penambahan fasilitas di gathering station masih
mencukupi untuk menampung sumur infill baru, akan tetapi ada tambahan wellhead
dan pipeline dan juga fasilitas harus dilakukan service dan kalibrasi.
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

BAB VII
SKENARIO PENGEMBANGAN LAPANGAN

7.1 Tinjauan Tahapan Pengembangan Lapangan


Lapangan TRMLW merupakan lapangan yang tidak memiliki data well test
tetapi telah memiliki sejarah produksi. Lapangan TRMLW mulai berproduksi sejak
bulan Januari 2003 yaitu pada sumur TRMLW-1
Pada awal pengembangan lapangan ini memiliki 2 sumur yaitu TRMLW-2
dan TRMLW-5 yang menembus 1 lapisan yakni F1a sandstone. Pada lapangan ini
tidak diketahui adanya faktor skin yang dapat menyebabkan penurunan produksi
pada sumur. Maka dari itu tidak diperlukan adanya skenario pengembangan
lapangan berupa stimulasi.

7.2 Skenario Pengembangan Lapangan


Skenario pengembangan lapangan ini terdapat banyak kegiatan-kegiatan
yang dilakukan mengingat nilai remaining reserve yang cukup besar dan kumulatif
produksi yang masih belum cukup sehingga dapat dikatakan bahwa pengurasan
pada lapangan ini belum optimum. Kegiatan yang dilakukanya itu meliputi infill.
Pada kesempatan ini kami mengajukan 2 skenario perencanaan dan juga
sebagai pembanding. Singkatnya, skenario 1 yaitu infill pada satu sumur di zona
F1a. Kemudian, skenario 2 adalah melakukan 2 infill sumur pada zona F1a.
7.2.1 Base Case
Pada base case ini, lapangan tidak dilakukan pengembangan apapun.
Maka dari itu hasil dari base case merupakan ramalan produksi sumur tanpa
dilakukannya skenario. Forecast pada base case dimulai pada Juli 2016
untuk semua sumur dan zona. Forecast ini dilakukan sampai mencapai
economic limit atau batas habis dari remaining reserve.

99
100
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Tabel 7.1
Lapisan yang diproduksi Tiap Sumur
Sumur Zona yang Terproduksi
TRMLW-2 F1a
TRMLW-5 F1a

Berikut merupakan grafik Decline Curve Analysis untuk setiap zona


pada base case:

Gambar 7.1
Grafik Forecast Lapisan F1a

Pada base case, didapat kumulatif produksi sampai seluruh zona


mencapai economic limit atau remaining reserve yaitu sebesar 19.422.500
barrel sampai tahun 2028. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 7.2
101
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

NP Base Case
Base Case
Year Sumur 5 Sumur 2 Base Case ( MSTB )
2016 33,049 59,930 92,979
2017 52,669 95,771 148,440
2018 39,226 71,593 110,819
2019 29,215 53,521 82,736
2020 21,808 40,104 61,912
2021 16,192 29,884 46,076
2022 12,059 22,341 34,400
2023 8,110 16,702 24,812
2024 6,703 12,513 19,216
2025 4,979 9,323 14,302
2026 2,285 6,971 9,256
2027 0 5,212 5,212
2028 0 3,028 3,028

Total 654,06

7.2.2 Skenario 1
Pada skenario 1 ini pengembangan yang dilakukan adalah infill
pada beberapa zona. Hal ini dilakukan dengan tujuan menguras remaining
reserve sebanyak-banyaknya dengan waktu sesingkat-singkatnya agar
dapat meminimalisir biaya peralatan, sewa, dsb. Setelah diteliti lebih
lanjut, maka zona F1a akan dilakukan penambahan sumur infill yaitu
TRMLW-10. Skenario 1 (base case + 1 infill) ini dilakukan pada bulan
Agustus 2016 dengan memberikan waktu untuk drilling selama 50 hari
,sehingga produksi skenario baru dapat diperoleh pada bulan Januari
2017
102
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Berikut ini merupakan grafik Decline Curve Analysis zona pada


skenario 1:

SKENARIO-1:F1a
1000
Oil Rate (Cal. Day) ( bbl/d ) SKENARIO-1:F1a

800

600

400

200

0
2016 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Date

Gambar 7.2
DCA Lapisan F1a Skenario 1

Pada skenario satu, produksi yang didapat yaitu sebesar


1.077.323,16 barrel dan berakhir di tahun 2028 dilihat dari tabel 7.5.

7.2.3 Skenario 2
Sudah dijelaskan sebelumnya skenario 2 yang diajukan ini adalah
skenario 1 + 1 infill dan perforasi. Zona yang akan diperdalam
pengeborannya adalah zona F1a. Infill drill dilakukan pada sumur
TRMLW-10 dan TRMLW-11.
Sumur TRMLW-10 akan di bor Agustus 2016 dan mulai
berproduksi di Januari 2017 sedangkan sumur Infill 2 yaitu sumur
TRMLW-11 akan di bor pada agustus 2018 dan akan mulai berproduksi di
bulan Januari 2019.
Berikut ini merupakan grafik produksi yang didapat dari Decline
Curve Analysis pada skenario 2:
103
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

SKENARIO-2:F1a
1000
Oil Rate (Cal. Day) ( bbl/d ) SKENARIO-2:F1a

800

600

400

200

0
2016 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Date

Gambar 7.2.2
DCA Zona F1a Skenario 2

Pada skenario dua, kumulatif produksi yang didapat sampai tahun


2028 adalah sebesar 1.305.344,86 barrel. Hal tersebut dapat dilihat dari
tabel 7.5
Berikut ini merupakan tabel perbandingan kumulatif produksi dari
tiap-tiap base case dan skenario:

Tabel 7.3
Perbandingan NP
PENGEMBANGAN NP TOTAL (BBL)
Base Case 654,06
Base Case + 1 Infill (Skenario 1) 1.077.323,16
Skenario 1 + 1 Infill (Skenario 2) 1.305.344,86

Dari tabel diatas, dapat dibuat grafik perbandingannya seperti


gambar berikut:
104
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

1500
Cumm. Oil Prod. (Mbbl)
Wellbore BASECASE-1
Wellbore SKENARIO-1
1200 Wellbore SKENARIO-2

900

600

300

0
2016 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Date

Gambar 7.3
Grafik Perbandingan NP

Dari grafik tersebut, dapat dilihat bahwa skenario 2 adalah


pengembangan lapangan yang paling baik dikarenakan kumulatif produksi
yang paling tinggi dibandingkan dengan pengembangan lainnya dan
berakhir pada tahun yang paling lama, namun pemilihan skenario dipilih
dengan melihat juga dari faktor ke-ekonomisan. Dilihat dari ke-
ekonomisan skenario 1 merupakan skenario terbaik.

Lalu membandingkan RF (Recovery Factor) antara base case,


skenario 1, dan juga skenario 2 dengan melihat dari 2 ketentuan yaitu pada
saat telah mencapai end contract dan juga economic limit. Berikut
perbandingan RF antara 2 ketentuan tersebut :
105
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Tabel 7.4
Produksi tiap skenario
OOIP Produksi (STB)
skenario
(STB) economic limit contract end
base case 654.06 654.94
base case + 1 infill
1.077.323,16 1.079.175,69
(skenario 1) 99.000.000
Skenario 1 + 1 infill
1.305.344,86 1.308.176,30
(skenario 2)

Tabel 7.5
Np Current dan RF tiap skenario
Np Current (STB) RF (%)
economic
history contract end economic limit contract end
limit
18.249.058 18.249.935 18,433 18,434
17.595.000 18.672.323,16 18.674.175,69 18,86 18,863
18.900.344,86 18.903.176,30 19,09 19,094

Dapat dilihat bahwa RF pada saat kondisi mencapai end contract lebih
tinggi dibandingkan dengan economic limit pada setiap skenario. Ini disebabkan
karena masih adanya aliran minyak dibawah ketentuan economic limit (10 bbl/day)
hingga mencapai end contract.
Berikut merupakan grafik laju produksi dari awal hingga akhir kontrak yang
dapat menunjukkan adanya penambahan produksi saat pengembangan dilakukan :
106
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

200,00
Produksi
180,00

160,00
Laju Produksi Minyak (Mbbl/month)

140,00

120,00
history
100,00
skenario 2
80,00 skenario 1

60,00 base case

40,00

20,00

-
Jun-

Jun-

Jun-
Jun-
Jun-
Jun-

Jun-
Jun-
Jun-
Jun-
Jun-
Jun-

Jun-
Jun-
Jun-
Jun-
Jun-
Jun-

Jun-
Jun-
Jun-
Jun-
Jun-
Jun-
Jun-
Jun-
Year

Gambar 7.4

Grafik kenaikan produksi


PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

BAB VIII

HEALTH SAFETY AND ENVIRONMENT & CORPORATE SOCIAL


RESPONSIBILITY

8.1 PENDAHULUAN

Pada bab VIII ini akan dibahas mengenai segala sesuatu yang
berkaitan dengan Health Safety and Environment (HSE) yang meliputi
kesehatan, keamanan, dan lingkungan, baik dari segi pencegahan,
penanggulangan, maupun peraturan-peraturan yang berlaku sebagai acuan
dalam melaksanakan kegiatan. Plan of Development (POD) atau yang
dimaksud dengan rencana pengembangan lapangan, dengan pendekatan
fungsi manajemen yaitu Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling
(POAC). Bila semua fungsi tersebut dilakukan semaksimal dan sebaik
mungkin maka akan dihasilkan pengembangan lapangan yang terbaik.
Dalam pelaksaannya, HSE atau health, safety, environment akan berperan
dalam semua unsur tersebut.Dengan kerja sama dan komitmen seluruh
personel rig yang ada, program HSE ini dapat dilaksanakan untuk
membantu kelancaran pemboran sumur eksplorasi dan memperoleh hasil
seperti yang diharapkan dengan Zero Accident.

8.1.1 Tujuan dan Sasaran

Tujuan HSE adalah untuk memberi petunjuk mengenai upaya


pengelolaan dan pemantauan terhadap dampak akan kesehatan, keamanan,
serta lingkungan sehingga dampak negatif dapat diminimalkan sehingga
kegiatan operasi di lapangan dapat berjalan dengan baik.

Sasaran HSE adalah untuk melindungi seluruh pekerja yang berada


di lokasi wilayah kerja, benda, serta lingkungan hidup dari kecelakaan atau
kerusakan. Implementasi HSE pada proyek pengembangan ini mencegah
adanya kecelakaan yang dapat terjadi pada manusia (luka ringan ataupun
berat, cacat sementara, permanen, bahkan kematian). Begitu juga yang

107
108
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

terjadi pada peralatan yang ada di lokasi serta lingkungan tempat


dilakukannya proyek pengembangan lapangan tersebut.

Selain itu, perusahaan juga memiliki tanggung jawab sosial kepada


masyarakat atau Corporate Social Responsibility (CSR). CSR berhubungan
erat dengan pembangunan berkelanjutan, di mana suatu perusahaan,
dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak
semata berdasarkan dampak dalam aspek ekonomi, misalnya tingkat
keuntungan, melainkan juga harus menimbang dampak sosial dan
lingkungan yang timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek
maupun untuk jangka yang lebih panjang.

8.1.2 Standar Internasional dan Dasar Hukum

ISO 14001 merupakan suatu standar yang dikembangkan oleh


International Organisation for Standardization (ISO) untuk sistem
pengelolaan lingkungan. OHSAS 18001 merupakan standar sistem
lingkungan dan keamanan kerja. OHSAS 18001 secara khusus
dikembangkan untuk digunakan bersama-sama dengan ISO 14001 dan ISO
9001 yang dipakai oleh kontraktor pemboran untuk mengembangkan sistem
pengelolaan HSE. Peraturan-peraturan perundang-undangan yang menjadi
acuan serta landasan penerapan HSE antara lain:
Karena Lapangan terletak di Algeria maka menurut amandemen
ARH (Algerian Regulation of Hydrocarbon) No. 06-10 of 29 July
2006 law No. 05-07

Water Law No. 05-12 of 4 August 2005

Hydrocarbon Law No. 05-07 of 28 April 2005, as amended and


supplemented, with special reference to sections 18 and 113;

Law No. 04-09 of 14 August 2004 on the promotion of renewable


energies within the framework of sustainable development;
109
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Law No. 04-20 of 25 December 2004 on major risk prevention


and disaster management within the framework of sustainable
development;

Law No. 03-10 of 19 July 2003 on environmental protection


within the framework of sustainable development;

Law No. 01-19 of 12 December 2001 regulating waste


management, control and elimination;

Law No. 99-09 of 28 July 1999 on energy control;

Law No. 88-07 of 26 January 1988 on workplace health and


safety and on occupational medicine;

Law No. 83-13 of 2 July 1983 on workplace injuries and


occupational diseases, as amended by ordnance No. 96-19 of 6
July 1996;

Presidential Decree No. 06-59 of 11 February 2006 ratifying


Convention No. 155 regarding worker and workplace safety and
health, adopted in Geneva on 22 June 1981;

Presidential Decree No. 06-206 of 7 June 2006 ratifying the


Convention of Stockholm on Persistent Organic Pollutants,
adopted in Stockholm on 22 May 2001;

Presidential Decree No. 05-119 of 11 April 2005 on the


management of radioactive waste;

Presidential Decree No. 05-280 of 14 August 2005 ratifying Arab


Convention n-7 concerning occupational hygiene and safety,
adopted in Alexandria in March 1977;

Presidential Decree No. 04-326 of 10 October 2004 ratifying the


International Convention of 1990 regarding preparations,
110
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

response and cooperation against hydrocarbon pollution, signed


in London on 30 November 1990;

Presidential Decree No. 99-64 of 15 March 1999 amending and


supplementing certain provisions under Presidential Decree No.
90-198 of 30 June 1990 regulating explosive substances;

Executive Decree No. 08-312 of 5 October 2008 setting forth the


terms and conditions for approval of environmental impact
assessments for hydrocarbon-related activities;

Executive Decree No. 07-145 of 19 May 2007 establishing the


area of application, contents and approval procedures of
environmental impact assessments and information;

Executive Decree No. 07-144 of 19 May 2007 containing the


specifications of classified installations for environmental
protection purposes;

Executive Decree No. 07-297 of 27 September 2007 on the


procedures to obtain authorization to build and operate
hydrocarbon transport pipelines;

Executive Decree No. 07-299 of 27 September 2007 on the


methods to apply the supplementary tax on industrial air
pollution.

Executive Decree No. 06-02 of 7 January 2006 defining the value


ranges, alert thresholds, and air quality targets in case of air
pollution;

Executive Decree No. 06-104 of 28 February 2006 containing


waste specifications, including special hazardous waste;

Executive Decree No. 06-161 of 17 May 2006 declaring the


111
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Skikda industrial area a major risk area;

Executive Decree No. 06-162 of 17 May 2006 declaring the Arzew


industrial area a major risk area;

Executive Decree No. 06-163 of 17 May 2006 declaring the In


Amenas industrial hub a major risk area;

Executive Decree No. 06-198 of 31 May 2006 defining the


provisions applicable to classified facilities for environmental
protection purposes;

Executive Decree No. 05-08 of 8 January 2005 containing special


prescriptions applicable to hazardous substances, products or
processes in the workplace;

Executive Decree No. 05-09 of 8 January 2005 on joint


commissions and individuals in charge of health and safety;

Executive Decree No. 05-10 of 8 January 2005 establishing the


responsibilities, composition, organisation and operation of the
Health and Safety Inter-company Committee;

Executive Decree No. 05-11 of 8 January 2005 establishing the


conditions for the creation, organisation and operation of the
Health and Safety Department, as well as its responsibilities;

Executive Decree No. 05-16 of 11 January 2005 setting forth


specific energy efficiency rules applicable to equipment powered
by electricity, gas, and oil products;

Executive Decree No. 05-127 of 24 April 2005 declaring Hassi


Messaoud a major risk area;
112
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Executive Decree No. 05-315 of 10 September 2005 establishing


the methods to report special hazardous waste;

Executive Decree No. 05-476 of 20 December 2005 declaring


Hassi-R. Mel a major risk area;

Executive Decree No. 05-477 of 20 December 2005 declaring the


Berkine hub a major risk area;

Executive Decree No. 05-495 of 26 December 2005 on energy


audits in high energy consumption facilities;

Executive Decree No. 05-08 of 8 January 2005 containing special


prescriptions applicable to hazardous substances, products or
processes in the workplace;

Executive Decree No. 04-409 of 14 December 2004 setting forth


the methods for transporting special hazardous waste;

Executive Decree No. 03-451 of 1 December 2003 defining the


safety rules applicable to activities involving hazardous chemical
materials and products as well as pressurized gas containers;

Executive Decree No. 03-452 of 1 December 2003 setting forth


special conditions for road transport of hazardous materials;

Executive Decree No. 02-372 of 11 November 2002 on packaging


waste;

Executive Decree No. 97-424 of 11 November 1997 setting forth


the conditions of application of Title V of Law No. 83-13 of 2 July
1983, as amended and supplemented, on the prevention of
workplace injuries and occupational diseases;

Executive Decree No. 93-161 of 10 July 1993 regulating the


discharge of oils and lubricants into the environment
113
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Executive Decree No. 93-162 of 10 July 1993 setting forth the


conditions and methods for the recovery and treatment of used
oils;

Executive Decree No. 91-05 of 19 January 1991 on general


protection prescriptions applicable to workplace health and
safety;

Executive Decree No. 90-411 of 22 December 1990 on the


applicable procedures and controls in connection with the
construction and transfer of power and gas facilities;

Decree No. 88-35 of 16 February 1988 defining the types of


pipelines and auxiliary facilities for the production and transport
of hydrocarbons, as well as the procedures applicable to their
construction;

Decree No. 85-105 of 12 may 1985 establishing a protection


perimeter for installations and infrastructure facilities;

Decree No. 85-232 of 25 August 1985 on the prevention of


disaster risks;

Decree No. 85-231 of 25 August 1985 setting forth the conditions


and methods for the organisation and implementation of rescue
operations in case of disaster;

Decree No. 84-105 of 12 May 1984 establishing a protection


perimeter for installations and infrastructure facilities;

Decree No. 84-385 of 22 December 1984 setting forth the


measures to protect installations, facilities and equipment;

Order of 16 October 2001 setting forth the standards relating to


human resources, spaces and equipment for the provision of
114
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

occupational medicine services;

Order of 16 October 2001 setting forth the methods for the


application of the provisions under Section 30 of Executive
Decree No. 93-120 of 15 Mai 1993 on the organisation of
occupational medicine services;

Inter-ministerial Order of 9 June 1997 containing a list of


occupations where workers are highly exposed to professional
risks;

Inter-ministerial Order of 5 May 1996 containing a list of


diseases thought to be of occupational origin;

Ministerial Order of 10 August 1993 containing a classification


of potentially explosive materials;

Inter-ministerial Order of 12 December 1992 containing safety


provisions for pipelines for the transport of liquid, pressure
liquefied and gaseous hydrocarbons, and accessory facilities;

Order of 15 January 1986 establishing the limits of the protection


perimeter around hydrocarbon installations and infrastructure
facilities;

Inter-ministerial Order of 5 March 1984 containing model


specifications for the administration of industrial areas;

Circular No. 330/ARH/2008 of 30 April 2008 containing


prescriptions applicable to works executed in a hydrocarbon
facility by an internal structure or an external company;

Circular No. 04 of 28 September 1994 on the setting up of the


regulatory documents to be provided to the Government
departments in charge of pipelines and auxiliary facilities;
115
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Circular No. 2 of 21 July 1993 on the regulatory technical control


of hydrocarbons processing and storage plants as well as electric
power plants.

8.1.3 Studi Lingkungan


Studi Lingkungan yang diwajibkan yaitu adalah AMDAL (Analisa
Mengenai Dampak Lingkungan) dan juga UKL UPL (Upaya Pengelolaan
Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan). AMDAL merupakan
singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. AMDAL
merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup,
dibuat pada tahap perencanaan, dan digunakan untuk pengambilan
keputusan. Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai
sasaran yang diharapkan, pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme
perijinan. Dalam studi AMDAL terdapat kriteria-kriteria yang harus
dipenuhi agar memenuhi syarat dari kelengkapan AMDAL berdasarkan
tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup, di antaranya :

- Sumber daya alam optimasi pemanfaatan rencana


- pemantauan dampak lingkungan dan program pelacakan
- Pendidikan lingkungan dan kesadaran Rencana
- Manajemen Perubahan
- Pengelolaan sampah rencana
- rencana pengelolaan emisi Air
- manajemen limbah rencana pengelolaan Chemicals plans.
- rencana pengelolaan Polusi - pencegahan pencemaran dan rencana
pengendalian
- rencana intervensi dalam kasus pencemaran
- situs Terkontaminasi dan rencana pengelolaan tanah
- program audit Lingkungan
116
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya


Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung jawab dan
atau kegiatan yang tidak wajib melakukan AMDAL (Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman
Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup). Kewajiban UKL-UPL diberlakukan bagi kegiatan
yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL dan dampak kegiatan mudah
dikelola dengan teknologi yang tersedia. Rencana kegiatan yang sudah
ditetapkan wajib menyusun AMDAL tidak lagi diwajibkan menyusun
UKL-UPL.
Adapun Jenis Kegiatan yang berada didalam peraturan dan juga
skala besaran yang menjadi persyaratan AMDAL ada pada tabel di bawah
ini:
Tabel 8.1
Jenis Kegiatan MIGAS wajib AMDAL

N Skala/Be Alasan Ilmiah


Jenis Kegiatan
o saran Khusus
MINYAK DAN GAS
BUMI
Eksploitasi Minyak dan
Gas Bumi serta
pengembangan produksi

1 A. Di darat

1). lapangan minyak 5.000 BOPD a.Berpotensi menimbulkan


dampak terhadap kualitas
Bumi
air, udara dan tanah
b.Berpotensi menyebabkan
perubahan ekosistem
117
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

c. berpotensi menimbulkan
dampak sosial dan ekonomi
d. pertimbangan ekonomis
2). lapangan gas 30 MMSCFD a. Berpotensi menimbulkan
Bumi dampak terhadap kualitas
air, udara dan tanah
b. Berpotensi menyebabkan
perubahan ekosistem
c. berpotensi menimbulkan
dampak sosial dan ekonomi
d. pertimbangan ekonomis
B. Di laut
1) Lapangan 15.000 BOPD a. Berpotensi menimbulkan
minyak bumi dampak terhadap kualitas
air, udara dan tanah
2) Lapangan 90 MMSCFD b. Berpotensi menyebabkan
gas bumi perubahan ekosistem

Jumlah total c. berpotensi menimbulkan


lapangan semua dampak sosial dan ekonomi
sumur
d. pertimbangan ekonomis
Pipanisasi minyak bumi, a.Penyiapan area konstruksi
gas bumi dan bahan bakar berpotensi menimbulkan
minyak di laut gangguan terhadap daerah
sensitif
2
a. panjang 100 km b.Pemanfaatan area yang
cukup panjang lintas
kabupaten/kota dan provinsi
serta berpotensi
118
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

menimbulkan gangguan
aktivitas nelayan

b. tekanan 16 bar c. tekanan operasi pipa


cukup tinggi sehingga dapat
berpotensi menimbulkan
bahaya terhadap aktivitas
nelayan, tambang pasir dan
alur pelayaran
Pembangunan Kilang a. Berpotensi menimbulkan
dampak terhadap kualitas
air, udara dan tanah
a. Liquefied Petroleum Gas 50 MMSCFD b. berpotensi menimbulkan
(LPG)
3 dampak sosial dan ekonomi
b. Liquefied Natural Gas 550 c. Membutuhkan area yang
(LNG) MMSCFD cukup luas
c. Minyak Bumi 10.000 BOPD d. Menggunakan B3 dalam
proses
Terminal regasifikasi LNG 550 a. Berpotensi menimbulkan
(darat/laut) MMSCFD dampak terhadap kualitas
air, udara
4 b. berpotensi menimbulkan
dampak sosial dan ekonomi
c. Berpotensi merubah
bentang alam (di darat)
Kilang minyak pelumas 10.000 a. Kilang minyak pelumas
(termasuk
5 fasilitas ton/tahun yang menghasilkan produk
penunjang) pelumas jadi
119
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

b. Produk sampingan kilang


minyak bumi umumnya
berupa lube base oil (bahan
dasar pelumas), bukan
produk pelumas jadi
Pengembangan lapangan a. Penyusunan amdal
Coal Bed Methane dilakukan bersamaan
(CBM)/Gas Metana Semua Besaran dengan pengajuan POD
Batubara pada tahap (Plan Of Development)
eksploitasi dan ketika sudah ada indikasi
pengembangan produksi kelayakan pengembangan
yang mencakup: lapangan secara ekonomis
dan teknis
a. Pemboran sumur b. Berpotensi menimbulkan

6 produksi; dampak penting terhadap


kualitas tanah, air dan udara
b. Pembangunan c. Berpotensi menimbulkan
fasilitas produksi dampak sosial dan ekonomi
dan fasilitas
pendukung;

c. Kegiatan operasi d. Berpotensi menyebabkan


produksi; dan perubahan ekosistem
Pasca operasi

Jika telah ditentukan apakah studi lingkungan berupa AMDAL ataupun


UKLUPL, maka hal selanjutnya yaitu apabila kajian berupa AMDAL,
maka kajian AMDAL (analisis mengenai dampak lingkungan) terdiri dari:

Kerangka Acuan Andal (Analisis Dampak Lingkungan)


120
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Analisis dampak lingkungan (Andal)


Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
Ringkasan Eksekutif
Sedangkan untuk UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan), kajiannya terdiri dari:

1. Pengelolaan Limbah dan Kebisingan/Kebauan/Getaran

Pengelolaan Limbah Gas/Emisi


Pengelolaan Limbah Cair
Pengelolaan Limbah Padat
Pengelolaan Kebisingan
Pengelolaan Kebauan
Pengelolaan Getaran
2. Pemantauan Lingkungan

Pemantauan Aspek Lingkungan Biologi


Pemantauan Aspek Lingkungan GeoFisKim
Pemantauan Aspek Lingkungan Sosekbud
Pemantauan Aspek Lingkungan Kesmas
Jenis kegiatan hulu migas yang berdampak pada lingkungan yaitu
pada tahap eksplorasi yaitu pada tahap pemboran dan pada tahap eksploitasi
yaitu pada tahap produksi dan juga tahap pasca operasi atau yang biasa juga
disebut ASR (Abandonment and Site Restoration).

8.1.4 Izin Keselamatan Kerja

Definisi dari izin kerja disini adalah suatu pernyataan yang


ditandatangani oleh pimpinan yang berwenang di rig tersebut, yang
menyatakan bahwa suatu pekerjaan yang tidak rutin boleh dilakukan dengan
mematuhi langkah-langkah pencegahan yang telah ditetapkan dan sesuai
prosedur keselamatan kerja. Komponen dari izin kerja itu antara lain:
121
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

o Langkah pencegahan, suatu daftar langkah pencegahan keselamatan


kerja yang dilakukan sebelum dan atau selama pekerjaan dilakukan;
o Pemohon izin, orang yang meminta ijin untuk melakukan pekerjaan
tersebut, disini biasanya driller atau toolpusher rig yang
bersangkutan
Pemegang izin, orang yang melaksanakan pekerjaan atau atasan
langsung di rig tersebut (pemohon dan pemegang izin dapat orang yang
sama). Izin Kerja ini biasanya meliputi pekerjaan pengelasan, pekerjaan
yang menggunakan bahanbahan eksplosif/radio aktif dan pekerjaan
berbahaya lainnya.

8.2 Aplikasi Health, Safety, and Environment untuk APD, SOP, dan
lingkungan
Aplikasi dari HSE meliputi manusia, barang, dan lingkungan hidup.
Oleh karena itu terdapat beberapa poin yang menjadi bahasan penting dari
para pengawas HSE.

8.2.1 Alat Pelindung Diri (APD)

Sehubungan dengan Undang-Undang Nomor 88-07 26 Januari 1988


tentang kesehatan dan keselamatan kerja dan kesehatan kerja dan Undang-
Undang Nomor 83-13 2 Juli 1983 tentang kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja, sebagaimana telah diubah dengan persenjataan No. 96-19 6 Juli
1996 ( Undang Undang Agraria ) tentang Alat Pelindung Diri maka semua
pekerja diwajibkan untuk memakai perlengkapan keselamatan dari setiap
tenaga kerja. Alat pelindung diri yang dipergunakan yaitu sebagai berikut:

Pakaian Pelindung
Pakaian kerja (wearpack), dipakai di tubuh secara
keseluruhan untuk melindungi tubuh kita terimbas oleh kecelakaan.
122
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Gambar 8.1. Coveralls

Alat Pelindung Kepala


Safety Helmet, didesain untuk melindungi kepala dari special
resisting penetration seperti terantuk dengan pipa, atap dan
kemungkinan jatuhnya benda dari atas.

Gambar 8.2. Safety Helmet

Alat Pelindung Mata dan Muka


123
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Kaca mata pengaman (safety glasses), berfungsi sebagai


pelindung mata saat bekerja karena mata sangat sensitive terhadap
benda dan zat di sekitar tempat kerja.

Gambar 8.3. Safety Glasses

Alat Pelindung Telinga


Penutup telinga (ear plug), berfungsi sebagai pelindung
telinga pada saat bekerja di tempat kerja yang tingkat kebisingan
tinggi.

Gambar 8.4. Ear Plug and Ear Muff

Alat pelindung pernapasan


124
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Masker, berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat


bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk yang mengandung
debu dan asap berbahaya.

Gambar 9.5. Respiratory Protection


Alat Pelindung Tangan
Sarung tangan, diperkirakan hampir 20% dan kecelakaan
yang menyebabkan cacat adalah tangan, oleh karena itu sarung
tangan dapat mengurangi cedera pada tangan.

Gambar 8.6. Safety Gloves


Alat Pelindung Kaki
125
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Sepatu pelindung, seperti sepatu biasa tapi dari bahan kulit


yang dilapisi metal dengan sol dari karet tebal dan kuat. Berfungsi
untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena
tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.

Gambar 8.7. Safety Shoes

Alat Pelindung Jatuh Perorangan


Alat pelindung jatuh perorangan berfungsi membatasi gerak
pekerja agar tidak masuk ke tempat yang mempunyai potensi jatuh
atau menjaga pekerja berada pada posisi kerja yang diinginkan
sehingga tidak membentur lantai dasar. Jenis alat pelindung jatuh
perorangan terdiri dari sabuk pengaman tubuh (harness) dan lain-
lain.

Gambar 8.8. Safety Harness

8.2.2 SOP (Standard Operating Procedure)


126
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Setelah PPE, poin penting berikutnya adalah SOP. SOP mengatur


semua prosedur lapangan menyangkut HSE, prosedur ini akan
meminimalisir kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dan efek buruk
terhadap lingkungan.

8.2.3 Aplikasi HSE pada lingkungan


Beberapa aplikasi dari Health, Safety, and Environment pada aspek
lingkungan diantaranya yaitu pada emisi udara, pembuangan air produksi,
pembuangan fluida pemboran atau padatan, bunyi atau suara dan juga gas
H2S. Semuanya akan dibahas pada subbab ini yang kemungkinan dapat
dipakai untuk antisipasi dalam kemungkinan kemungkinan yang ada pada
aspek lingkungan didalam penerapan dari Health, Safety, and Environment.

8.2.3.1 Emisi Udara


Sumber utama dari emisi udara adalah pembakaran oleh mesin yang
menghasilkan energi dan panas, flaring, dan gas yang terbebas dari sumur
akibat kebocoran. Flaring digunakan untuk memastikan gas dan
hidrokarbon lainnya dibuang dengan aman ketika terjadi keadaan darurat,
kesalahan pada peralatan, maupun terjadi gangguan.

Flaring
Gas yang terbawa ke permukaan bersamaan dengan minyak
mentah saat memproduksi minyak, kadang dibuang dengan cara
flaring ke atmosfer. Flaring merupakan cara yang aman yang
digunakan pada fasilitas minyak dan gas untuk memastikan gas dan
hidrokarbon lainnya dibuang dengan aman ketika terjadi keadaan
darurat, kesalahan pada peralatan, maupun terjadi gangguan.
Flaring yang dilakukan secara terus menerus kurang baik
bila masih ada pilihan lainnya. Pilihan lain bisa berupa penggunaan
gas untuk kebutuhan energi, injeksi gas untuk menjaga tekanan
reservoir, meningkatkan produksi dengan gas lift, atau mengekspor
gas untuk fasilitas yang berdekatan.
127
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY 127
TEAM 15

Bila flaring memang diperlukan, kemajuan dalam hal flaring


dengan pelatihan terbaik dan teknologi terbaru harus dipertunjukan.
Hal yang harus diperhatikan :

o Mengoptimalkan jumlah dan ukuran burning nozzles

o Memaksimalkan efisiensi pembakaran flare dengan


mengontrol dan mengoptimasikan laju alir flare
o Mengoperasikan flare untuk mengontrol bau dan emisi asap
hitam yang terlihat
o Perawatan untuk memastikan efisiensi flare maksimum tetap
berjalan

8.2.3.2 Pembuangan Air Produksi

Reservoir minyak dan gas mengandung air formasi yang akan


menjadi air yang terproduksi ketika dibawa ke permukaan ketika produksi
hidrokarbon. Reservoir minyak bisa mengandung volume air formasi yang
besar, sedangkan reservoir gas mengandung volume air formasi yang lebih
sedikit. Pada banyak lapangan, air diinjeksikan ke dalam reservoir untuk
menjaga tekanan atau memaksimalkan produksi.

8.2.3.3 Pembuangan fluida Pemboran atau Padatan


Fluida Pemboran dan Cutting
Drilled cutting yang diperoleh dari lubang sumur dan fluida
pemboran merupakan waste terbesar yang diperoleh selama aktivitas
pemboran minyak dan gas bumi. Fluida pemboran diganti ketika
propertinya atau densitas fluidanya sudah tidak bisa dipelihara atau memang
sudah akhir dari program pengeboran. Fluida ini disimpan untuk digunakan
kembali atau dibuang setelah melalui recycling dan perawatan.

Hal-hal yang harus dipertimbangkan sebelum membuang fluida


pemboran dan drilled cutting adalah :
128
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Meminimalisasi ancaman bagi lingkungan yang berhubungan


dengan sisa senyawa kimia yang digunakan. Sebisa mungkin
menggunakan water-based drilling fluids.
Berhati-hati dalam pemilihan additives, pertimbangkan
konsentrasinya, racun, dan potensi terakumulasinya
Penggunaan peralatan solid control yang tinggi efisiensinya
untuk meminimalisasi jumlah fluida sisa pada drilled cuttings
Penggunaan sumur slim-hole multilateral dan pemboran dengan
tehnik coiled tubing bila memungkinkan untuk mengurangi
jumlah fluida dan drilled cutting.
Pasir Yang Terproduksi
Pasir yang diproduksi dari reservoir dipisahkan dari fluida
formasi ketika pemrosesan hidrokarbon. Pasir yang diproduksi bisa
terkontaminasi hidrokarbon, namun kandungan minyak bergantung
pada lokasi, kedalaman, dan karakteristik reservoir. Komplesi sumur
bertujuan untuk mengurangi pasir yang ikut terproduksi.
Komplesi dan Fluida Work Over
Komplesi dan fluida work-over mengandung brine, asam,
methanol, glikol, dan masih banyak senyawa kimia lainnya. Fluida
ini digunakan untuk membersihkan lubang sumur dan menstimulasi
aliran hidrokarbon, atau menjaga tekanan formasi. Begitu
menggunakan fluida ini, mungkin mengandung materi padat,
minyak, dan aditive. Pembuangan harus memperhatikan :
Fluida dikumpulkan dalam sistem tertutup untuk dibawa ke
darat agar bisa didaur ulang
Bila tersedia, diinjeksi ke disposal well
Dibawa ke darat untuk dirawat dan dibuang

8.2.3.4 Bunyi atau Suara


129
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Aktivitas pengembangan oil and gas menghasilkan operasi seismik,


aktivitas pemboran dan produksi. Polusi suara dapat terjadi akibat peralatan-
peralatan berat yang bekerja pada proses pengembangan lapangan. Tingkat
kebisingan tersebut akan diukur dan diawasi karena dapat mengganggu
pekerja, bahkan pada level yang terlampau tinggi dapat membahayakan
pendengaran tenaga kerja di lapangan.

8.2.3.5 Pencegahan Terhadap Tumpahan

Tumpahan bisa dikarenakan kebocoran, kesalahan peralatan,


kecelakaan atau kesalahan manusia. Tindakan pengontrolan ataupun
pencegahan yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut :

Membentuk program pengawasan untuk meyakinkan kualitas peralatan


yang dipergunakan di lapangan

Memasang sistem pendeteksi kebocoran

Memasang Emergency Shutdown System untuk fasilitas tertentu yang


akan otomatis menghentikan kegiatan sehingga bisa dalam kondisi yang
aman

Memberikan pelatihan yang cukup akan respon terhadap tumpahan,


terutama dalam pencegahan

Semua tumpahan harus didokumentasikan dan dilaporkan sehingga


akar permasalahan bisa diketahui dan tindakan yang tepat bisa diambil.
Rencana merespon tumpahan sangat diperlukan, begitu juga dengan
kemampuan mengimplementasikannya. Rencana tersebut baik untuk
tumpahan minyak, bahan kimia, maupun tumpahan atau kerusakan dari
rangkaian pipa. Dalam rencana tersebut mengandung :

Deskripsi operasi, keadaan lokasi, serta dukungan logistik

Tanggung jawab, otoritas, dan peran setiap orang


130
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Bila diperlukan , bekerjasama dengan agen pemerintah

Penilaian akan resiko tumpahan

Peta identifikasi daerah yang sensitive bagi lingkungan

Mengidentifikasi prioritas responsi

Dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas, baik pada bidang


geologi, penilaian formasi, reservoir, pemboran, dan juga produksi sudah
direncanakan sebaik mungkin. Sehingga diharapkan pengembangan
lapangan bisa semaksimal mungkin karena perencanaan tersebut
diaplikasikan sepenuhnya di lapangan.

Upaya untuk meminimalisir dampak negatif yang mungkin terjadi


dan untuk mengoperasikan kegiatan eksplorasi yang berjalan baik adalah
sebagai berikut :

Berdasarkan penilaian tingkat resiko, sangatlah dibutuhkan persiapan


kerja juga perencanaan yang baik

Konsultasi dengan organisasi politik dan lingkungan

Menambah akuntabilitas kontraktor

Kondisi HSE tertentu yang ditetapkan pada tingkat tender dan


dimasukkan dalam kontrak

Penilaian dampak lingkungan diinisiasikan sejak awal mula kegiatan

Mendayagunakan para ahli, ilmuwan, dan politisi daerah setempat

Petugas lingkungan bertugas baik didalam kantor juga dilapangan

Membangun relasi dengan publik, termasuk informasi material,


pertemuan, dan proyek bersama

8.2.3.6 Gas H2S


131
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Gas hidrogen Sulfida dapat menjadi salah satu bahaya paling ganas
dan mematikan dalam industri minyak dan gas. Contohnya seperti H2S, gas
asam dan hidrogen sulfureted, Gas H2S ditemukan dalam proses
pengeboran minyak, gas dibentuk oleh dekomposisi bahan organik yang
mengandung belerang.Gas hidrogen sulfida (H2S) merupakan gas beracun
yang dapat dijumpai di lokasi pengeboran. Bilamana jumlah gas yang
terserap ke dalam sistem peredaran darah melampaui kemampuan oksidasi
dalam darah maka akan menimbulkan peracunan terhadap sistem syaraf.
Sesak napas terjadi secara singkat dan segera diikuti kelumpuhan
(paralysis) pernapasan pada konsentrasi yang lebih tinggi. Kematian akan
terjadi akibat kelemasan (asphyxiation) jika penderita tidak segera
dipindahkan ke udara segar dan diberikan/dibantu dengan pernapasan
buatan.

Penjelasan H2S & Cara Mengendalikan H2S dapat dilakukan


dengan cara berikut:

1. H2S sangat beracun, tak berwarna dan merupakan gas yang mudah
terbakar.
2. Pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan pingsan / kehilangan
kesadaran
3. Pengendalian yang baik dengan cara pengujian H2S dengan
menggunakan Gas Detector ( Kalibrasi harus dilakukan rutin). Jika
Paparan H2S tinggi, maka Tenaga kerja tidak diijinkan bekerja
diaera tersebut kecuali dengan persyaratan khusus
4. Rig pengeboran harus dilengkapi dengan tetap monitor H2S
elektronik, bersama dengan alarm terdengar dan visual.
5. Indikator angin Setidaknya dua arah harus diinstal di lokasi terlihat
dari lantai rig, shaker serpih, dan tangki lumpur.
132
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

6. Tersedia satu blower yang terletak di lantai rig. Blower juga sangat
dianjurkan pada shale shaker, lumpur tangki dan lantai ruang bawah
tanah
7. Tanda-tanda peringatan H2S harus terletak tidak lebih dari satu mil
dari sumur.
8. Setidaknya dua wilayah pengarahan yang ditunjuk aman dengan
setidaknya dua set mandiri alat pernapasan (SCBA itu) harus terletak
di daerah masing-masing
9. Semua personil yang bekerja di lokasi harus telah menyelesaikan
program pelatihan yang disetujui H2S
10. Wajib ekstra hati-hati jika berada di seluruh tempat-tempat rendah
seperti gudang bawah tanah, selokan, dll, karena H2S lebih berat
dari pada udara dan cenderung untuk mengumpulkan di daerah -
daerah terutama jika tidak ada blower di tempat
11. Semua personil harus menghindari memasuki setiap ruang terbatas,
seperti tank, kapal, atau daerah tertutup lain kecuali: (1) mereka
telah menerima pelatihan ruang entri terbatas, (2) mereka memiliki
ijin untuk masuk bila diperlukan, dan (3) ruang telah diuji dan
ditemukan aman untuk masuk.

8.3 Aplikasi HSE dalam bidang pemboran


Pada bagian ini dijelaskan tahapan penanggulangan kegiatan usaha
hulu migas yang dapat berdampak negative terhadap lingkungan dalam
bidang pemboran.

8.3.1 Persiapan Pemboran

Dalam persiapan pemboran, perlu diperhatikan hal-hal sebagai


berikut :

Pembuatan AMDAL/UKL-UPL
133
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Melakukan sosialisasi rencana kegiatan pemboran kepada masyarakat


disekitar lokasi pengeboran

Penyiapan data bawah tanah

Pembuatan program pemboran, yang menjelaskan mengenai susunan dan


kedalaman casing, besar tekanan formasi yang akan dihadapi, jenis
Lumpur, tipe komplesi, kontigen plan, potensi hazard, prosedur
emergensi serta jumlah budget

Persiapan material dan jasa pengeboran

Pembuatan lokasi pengeboran, dilengkapi fasilitas pengolahan limbah


( water disposal ) yang standar

Mobilisasi peralatan Rig, meliputi : rig move dan rig up

Melaksanakan technical dan prespud meeting, untuk mendiskusikan


masalah drilling program dengan semua pihak yang terlibat dalam
operasi pemboran

Melakukan safety check list pada peralatan ( sertifikasi alat, safety pin,
safety chain pada saluran yang bertekanan, SILO Rig )

Personil yang bekerja dilapangan harus sudah memiliki sertifikat dari


Migas, sesuai dengan kompetensinya

Melaporkan ke dirjen Migas mengenai pemboran sumur yang


direncanakan

Meminta izin SKK MIGAS untuk memulai pemboran

8.3.2 Pelaksanaan Pemboran

Setelah tahapan persiapan selesai, dalam pelaksanaan pemboran


yang mengaplikasikan aspek HSE, perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
134
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Tersedia fasilitas camp yang memenuhi minimal gizi yang diperlukan


bagi pekerja shift.

Menyediakan kotak p3k.

Memasang rambu-rambu peringatan di sekitar lokasi.

Memberikan safety introduction kepada setiap pengunjung yang masuk


kedalam lokasi pengeboran.

Melakukan safety meeting setiap kali akan melakukan pekerjaan yang


berbahaya.

Melakukan kick drill, pit drill secara berkala.

Menyediakan satu orang tenaga medis di lokasi.

Melaksanakan safety talk, setiap pergantian shift.

Pekerjaan di lapangan harus menggunakan pakaian kerja yang standart

Pekerja harus menggunakan alat alat pelindung diri untuk mengurangi


cedera akibat kecelakaan ( safety shoes, safety gloves, safety goggle, ear
plug, safety helmet, safety mask, safety belt ).

Mempunyai standart operating procedure (SOP) sebagai acuan dalam


melakukan pekerjaan dan mengoperasikan alat.

Melakukan pengelolaan limbah pemboran yang keluar dari sumur dan


akibat chemical lumpur.

Menyediakan vacum truck untuk mengangkut limbah yang berkebihan,


untuk diolah ditempat lain.

Menyediakan alat detector untuk gas beracun ( H2S, CO2 ) dan eksplosive
gas.

Menyediakan fire pump dan sprayer disekitar cellar.


135
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

8.3.3 Penyelesaian Pemboran

Setelah tahapan pelaksanaan selesai, dalam penyelesaian pemboran


yang mengaplikasikan aspek HSE, perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :

Sumur dinyatakan menghasilkan minyak atau gas, jika sumur akan


langsung diproduksi, harus disediakan fasilitas pipa untuk menyalurkan
produksi sampai ke stasiun pengumpul terdekat. Jika sumur tidak
langsung diproduksikan, sumur harus dilengkapi dengan back pressure
safety down valve.

Sumur dinyatakan tidak ekonomis / dry hole, maka sumur harus ditutup
mengikuti prosedur yang baku sesuai SOP ( plug and abandent )

8.3.4 Pengelolaan Limbah Pemboran

Berdasarkan Permen ESDM No. 045 Tahun 2006 tentang


pengelolaan lumpur bor, limbah lumpur, dan serbuk bor pada kegiatan
pengeboran minyak dan gas bumi menyatakan bahwa Badan Usaha atau
Bentuk Usaha Tetap yang melakukan pemboran pada suatu struktur geologi
wajib melakukan pengelolaan lumpur bor, limbah lumpur, dan serbuk bor.
Lumpur bor yang digunakan juga wajib menggunakan lumpur bor yang
ramah lingkungan. Selain itu, bahan dasar yang digunakan sebagai bahan
dasar lumpur bor adalah berupa:

Air yaitu Water Based Mud


Minyak yaitu Oil Based Mud
Sintetis yaitu Synthetic Based Mud
Selain bahan dasar lumpur bor, jua ada tambahan bahan
aditif. Bahan aditif yang digunakan sebagai lumpur pemboran adalah
sebagai berikut:
136
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Pemberat, seperti: barite, hematite


Pengental (Viscosifier), seperti: Bentonite, polymer
Pengatur pH, seperti: Caustic Soda/HaOH, potassiun Hydroxyde
Bahan tambahan lainnya, seperti: pengatur air tapisan (fluid loss
control), penstabil lapisan lempung (shale stabilizer).
Bahan dasar lumpur bor (Oil Based Mud & Synthetic Base Mud) dan bahan
aditif harus berdasarkan informasi yang tercantum pada MSDS atau
toksisitas. MSDS adalah petunjuk atau pedoman sifat-sifat dan komposisi
bahan kimia serta cara perlakuan dan penanganannya yang diterbitkan oleh
pabrik pembuat. Bahan dasar lumpur bor (Oil Based Mud & Synthetic Based
Mud) dan bahan aditif yang digunakan harus ada MSDS.

8.3.4.1 Ketentuan Pengujian Limbah Lumpur serta Serbuk Bor


1. Perlakuan Limbah Lumpur
a. Terhadap sumur eksplorasi di darat perlu dilakukan uji
TCLP pada saat mencapai kedalaman akhir (total depth)
untuk setiap jenis lumpur. Hal ini diperlukan untuk
memastikan keberadaan logam berat pada suatu struktur
yang di bor.
b. Terhadap uji sumur pengembangan tidak perlu dilakukan uji
LC50-96 jam dan uji TCLP selama menggunakan jenis
lumpur yang sama dengan pada waktu pengeboran pada
tahap eksplorasi.
c. Apabila bahan dasar dan bahan aditif yang digunakan
berbeda maka uji ulang perlu dilaksanakan.

2. Perlakuan Serbuk Bor


137
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Terhadap pengeboran di darat uji TCLP tidak perlu


dilakukan, tetapi apabila ditemukan kandungan logam berat pada
lumpur, maka serbuk bor harus dikelola secara aman. Apabila
menggunakan lumpur minyak dan sintetis maka perlu dilakukan
paling sedikit 1 (satu) kali pengujian kandungan minyak pada serbuk
or selama lumpur minyak digunakan.

8.3.4.2 Pengujian Toksisitas, Logam Berat dan Kandungan Minyak


Pada pemboran di Darat uji TCLP terhadap Limbah Lumpur dan
Serbuk Bor untuk menentukan areal pembuangan limbah lumpur dan serbuk
bor di darat. Apabila angka TCLP untuk setiap parameter lebih kecil dari
Baku Mutu, maka serbuk bor boleh dibuang langsung di lokasi pemboran,
kecuali di daerah sensitif. Apabila angka TCLP lebih besar atau sama degan
dari Baku Mutu, serbuk bor harus dibuang di tempat khusus yang memiliki
permeabilitas lebih besar atau sama dengan 10-5 cm/detik.

Air buangan dari hasil proses pemisahan limbah lumpur berbahan


dasar air, dapat dibuang ke badan air jika telah memenuhi Permen LH No.
19 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Minyak dan Gas Bumi Serta Panas Bumi.

Kandungan Minyak Pada Serbuk Bor untuk pengelolaan di darat,


konsentrasi Hidrokarbon di dalam serbuk bor lebih kecil atau sama dengan
1% (satu persen) dapat dibuang langsung di lokasi pemboran, kecuali di
daerah sensitif. Apabila Konsentrasi Hidrokarbon di dalam serbuk bor lebih
besar dari 1% (satu persen), dilakukan pengelolaan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

8.3.4.3 Pembuangan akhir limbah lumpur dan serbuk bor di darat


Upaya pengolahan dan pembuangan Limbah Lumpur dan Serbuk
Bor di darat mencakup:
138
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

a. Pembuangan Limbah Lumpur dan Serbuk Bor Berbahan Dasar Air.


Menyiapkan dan merancang tempat pembuangan limbah
sesuai dengan jenis limbah yang diproses dan kondisi lokasi
pemboran.
Melakukan pengolahan pada tempat penampungan limbah,
meliputi:
Pemisahan limbah padat dan cair.
Pemisahan minyak dan limbah cair.
Pemisahan benda padat terlarut.
Pemisahan limbah cair dan limbah padat dengan peralatan.
b. Pembuangan Limbah Lumpur dari Lumpur Bor Berbahan Dasar
Minyak dan Sintetis dan Pembuangan Serbuk Bor
Limbah lumpur dan serbuk bor berbahan dasar minyak dan
sistetis dapat digunakan kembali (re-used). Apabila
dilakukan pembuangan, harus dilakukan sesuai ketentuan
yang berlaku.
Proses pengolahan lumpur bor dan serbuk bor berbahan
dasar minyak diawali dengan pemisahan minyak dari
padatan (deoiling). Lumpur bor berbahan dasar minyak
dapat dipergunakan kembali (re-used atau recycle).
Padatannya dilakukan pengelolaan lebih lanjut sampai
memenuhi baku mutu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
8.3.5 Well Blowout
Blowout bisa terjadi karena tidak terkontrolnya aliran fluida reservoir
ke lubang sumur yang menghasilkan tidak terkontrolnya keluaran
hidrokarbon ke laut. Pengukuran pencegahan blowout harus focus kepada
tekanan dan bisa dicapai dengan tehnik seperti perencanaan yang tepat,
menggunakan fluida pemboran yang tepat, dan menggunakan BOP (blow
out preventor) yang bisa menutup dengan cepat ketika fuida formasi tidak
139
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

terkontrol. BOP bisa dipicu secara otomatis dan dilakukan pemeriksaan


secara berkala.

8.4 Aplikasi HSE Dalam Bidang Produksi


Dalam bidang produksi misalnya, terdapat tahapan berupa
perencanaan, konstruksi, dan operasi yang harus diperhatikan.

8.4.1 Perencanaan Produksi

Dalam perencanaan produksi, perlu diperhatikan hal-hal sebagai


berikut :

Membuat surface facilities conceptual engineering study

Membuat emergency response plan untuk fasilitas produksi

Membuat standart operating procedure baik pada saat konstruksi


maupun operasi

Penyedian sumber daya manusia yang handal

Melakukan sosialisasi mengenai kegiatan yang akan dilakukan

Merencanakan pengolahan limbah ( water waste management )

8.4.2 Konstruksi produksi

Setelah tahapan perencanaan selesai, dalam konstruksi produksi


yang mengaplikasikan aspek HSE, perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :

Melakukan pekerjaan sesuai dengan SOP yang telah disetujui

Menempatkan sdm tepat pada sasaran ( cakap dan kopeten )

Pemilihan kualitas material yang baik sesuai dengan standar yang telah
ditentukan ( api, ansi, dll )

Melakukan control terhadap kualitas fasilitas produksi


140
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

8.4.3 Operasi produksi

Setelah tahapan konstruksi selesai, dalam operasi produksi yang


mengaplikasikan aspek HSE, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Melakukan preventive maintenance

Melakukan sertifikasi seluruh peralatan sesuai aturan migas

Penanggulangan kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan

Antisipasi kejadian kebakaran, sehingga harus disiapkan fasilitas seperti


alat deteksi kebakaran dan penanggulangan kebakaran ( fire fighting
estinguser )

Area fasilitas produksi harus di isolasi agar masyarakat awam tidak


terpapar dengan bahaya bahaya yang ada

8.5 Corporate Social Responsibilty (CSR)


Pada penentuan CSR kita dapat melihat pada peta lokasi wilayah
terdekat dengan lapangan. Dapat dilihat pada gambar di bawah ini, bahwa
pemukiman terdekat berjarak 200 km yaitu Hassi Messaoud.

Gambar 8.9. Peta Lokasi Existing Exploration


141
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

8.5.1 Social Mapping

Hasil social mapping bahwa Hassi Messaoud merupakan sebuah


kota yang terletak sekitar 200 km dari lapangan TRMLW F1 dengan luas
wilayah 130.000 hectare dan dapat di tempuh dengan jalur darat selama 5-
6 jam dan dapat di lakukan melalui transportasi udara. Dengan populasi
sebanyak 40.000 - 50.000 jiwa. Hassi Messaoud menurut
https://ejatlas.org/conflict/hassi-messaoud-oil-field rata rata penduduk
berprofesi sebagai pekerja tambang, bangunan, dan rata rata buruh kasar.
Intensitas konflik yang tinggi serta isu kesehatan, infrastruktur, dan sosial
pun menjadi isu utama.

Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social


Responsibility (selanjutnya akan disingkat CSR) adalah suatu konsep
bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah
memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku
kepentingannya, yang di antaranya adalah karyawan, pemegang
saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional
perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dengan
pengertian tersebut, CSR dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan
terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen
dampak (minimisasi dampak negatif dan maksimisasi dampak positif)
terhadap seluruh pemangku kepentingannya.

Salah satu dari bentuk tanggung jawab sosial perusahaan ini


adalah Community Development. Di mana perusahaan lebih menekankan
pembangunan social dan pembangunan kapasitas masyarakat, sehingga
akan menggali potensi masyarakat lokal yang menjadi modal social
perusahaan untuk terus maju dan berkembang. Pada akhirnya akan tercipta
dan tumbuh trust dan sense of belonging dalam diri masyarakat.
142
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

8.5.2 Tujuan dan Sasaran CSR atau Community Development

Tujuan Community Development atau Pengembangan Masyarakat


adalah kegiatan yang diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat guna
mencapai kondisi sosial, budaya, ekonomi yang lebih baik dibandingkan
dengan sebelum adanya kegiatan pengembangan lapangan sehingga
masyarakat menjadi mandiri dan kualitas kehidupan menjadi lebih baik.
Juga dapat diartikan suatu proses pengembangan sosial, ekonomi
masyarakat yang didasarkan kepada partisipasi aktif masyarakat dengan
tujuan meningkatkan kesejahteraan mereka. Sasaran yang ingin dicapai dari
pelaksanaan Community Development adalah :

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkesinambungan.

Meningkatkan citra dan performa industri migas sehingga masyarakat


merasa ikut memiliki.

Terjalinnya hubungan yang harmonis dan kondusif antara perusahaan


dengan masyarakat lokal, pemerintah di daerah dan stakeholders
lainnya.

8.5.3 Peranan Setiap Pihak Dalam CSR atau Community Development

Untuk mencapai sasaran dalam pelaksanaan Community


Development, diperlukan peran dan kerjasama dari berbagai pihak. Baik
dari pihak perusahaan, masyarakat, maupun pemerintah semua memiliki
perannya masing-masing.

Peran Perusahaan

Dalam rangka pelaksanaan comunity development, setiap


perusahaan migas diwajibkan membentuk divisi comunity development
dengan tugas mengeidentifikasi dan merumuskan program yang akan
dilaksanakan, menilai kelayakan dan menyusunan biaya anggaran,
143
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

melaksanakan kerja sama dengan para stakeholder, serta memantau dan


mengevaluasi pelaksanaan program. Sedangkan hak perusahaan adalah
menolak dan menangguhkan program yang diusukan masyarakat bila
tidak sesuai dengan kemampuan perusahaan atau tidak selaras dengan
program pemerintah daerah.

Peran Masyarakat

Salah satu kunci suksesnya program community development


adanya peran serta masyarakat atas kehendak dan keinginginan sendiri
untuk bergerak dalam penyelenggaraan program. Bentuk peran serta
masyarakat adalah memberikan masukan untuk menentukan arah
program, aktif dalam penyusunan perencanaan, saran serta
pertimbangan dalam penyusunan kegiatan, masyarakat mempunyai hak
mengetahui program secara umum dan rencana secara rinci,
memperoleh manfaat dari program comunity development. Selain itu
masyarakat juga mempunyai kewajiban dalam memelihara hasil
pelaksanaan program, mentaati kesepakatan yang telah ditetapkan,
serta menjaga keamanan atas kelangsungan perusahaan industri migas
yang berada di wilayahnya.

Peran Pemerintah

Tugas pemerintah dalam pelaksanaan community development


adalah melakukan pembinaan dan pengawasan, sedangkan peran
pemerintah adalah fasilitator antara perusahaan dan masyarakat serta
sebagai arbitator apabila terjadi konflik antara perusahaan dan
masyarakat.

Peran Semua Pihak

Untuk melaksanakan community development dibentuk organisasi


yang dapat berbentuk komisi yang beranggotakan wakil-wakil
perusahaan, masyarakat dan pemerintah daerah. Organisasi yang
144
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

dibentuk mempunyai fungsi sebagai kordinator dari seluruh kegiatan


yang diajukan masyarakat, forum konsultasi dan penentuan program
yang akan dilaksanakan, dan sebagai pengawas atas pelaksanaan yang
sedang berjalan.

8.5.4 Pendanaan dan Indikator Penentuan Keberhasilan pada CSR atau


Community Development

Pendanaan Community Development berasal dari biaya perusahaan


yang dialokasikan dalam rencana biaya oprasional perusahaan, dan sumber
biaya lainnya. Penggunaan dana harus dilakukan dengan prinsip untuk
mencapai kemandirian masyarakat yang bentuknya dapat berupa hibah atau
pinjaman modal kerja untuk keperluan usaha. Perinsip pengolahan dana
community development dilakukan secara transparan, akuntabel, fleksibel,
dan sesuai dengan azas manfaat.

Indikator keberhasilan untuk melihat sejauh mana keberhasilan


program Community Development sektor migas sekurang-kurangnya
terdapat dua indikator yang dapat digunakan, yaitu Indikator ekonomi,
ditujukan untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan kehidupan
ekonominya dan terbangunnya prasarana dan sarana fisik dan non fisik.
Indikator sosial, ditujukan dengan tidak terjadinya gejolak sosial seh
sehingga tercipta hubungan yang harmonis antar masyarakat, perusahaan
dan pemerintah daerah, dan meningkatkan citra sektor migas di mata
masyarakat dan pemerintah daerah.

8.5.5 Aplikasi dan Implementasi dalam bidang HSE


8.5.5.1 Dalam dunia industri pengetahuan mengenai keselamatan
dan kesehatan sangatlah penting karena kita berada ditengah gurun
dimana jauh dari tempat penunjang keselamatan dan kesehatan, oleh
karena itu setiap pekerja diharuskan mencegah terjadinya musibah
dengan beberapa training diantaranya :
145
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

a. Fire Fighting

Dalam pelatihan ini kita diberikan bekal mengenai tata cara


memadamkan api menggunakan peralatan yang sesui dengan kondisi
dan situasi saat kebakaran terjadi dan bagaimana kita mengevakuasi
atau melindungi bahan lain yang mudah terbakar agar tidak ikut
terbakar.

b. First Aid & CPR

Dalam pelatihan ini kita akan dibekali mengenai pertolongan


pertama pada saat terjadi musibah yang meliputi cara memberikan
nafas buatan, cara menutup luka pendarahan akibat terkena mesin yang
bergerak ataupun benda tajam.

8.5.6 Aplikasi dan Implementasi dalam bidang CSR


Adapun kegiatan yang menjadi program CSR adalah sebagai
berikut :

1. Pengembangan Masyarakat

Merupakan salah satu wujud tanggung jawab perusahaan untuk


meningkatkan kemandirian masyarakat dari beragai aspek. Sebagai
wujud implementasinya, perusahaan secara sadar berinisiatif untuk
mengajak masyarakat aktif bersama menemukan solusi guna
meningkatkan kondisi ekonomi, sosial, lingkungan, dan budaya.Di
kalangan Kontraktor Kontrak Kerja Sama, Program Pengembangan
Masyarakat merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh Kontraktor
KKS seabgai bentuk tanggung jawab sosial dan implementasi dari
komitmen perencanaan pengelolaan lingkunga hidup. Program ini
dilaksanakan melalui kegiatan idang lingkungan, pendidikan, kesehatan,
ekonomi dan infrastruktur (fasilitas sosial/fasilitas umum).

2. Kesehatan
146
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Kontribusi pada bidang kesehatan dimulai dari aspek terkecil


misalnya, memberikan penyuluhan hidup sehat dan higienis kepada
penduduk Hassi Massaoud terdekat, memberikan pengenalan mengenai
tanaman obat keluarga, penyuluhan kesehatan ibu dan anak, pemberian
bantuan makanan penambah gizi, perbaikan posyandu dan pengadaan
alat kesehatan termasuk perlengkapan posyandu.

3. Infrastruktur
Kontribusi pada bidang infrastruktur di Hassi Massaoud meliputi,
pembiayaan pembuatan tempat ibadah, membantu pembuatan jalan yang
menghubungkan antar desa, memberi bantuan pembangkit listrik kecil
(genset), dan perlengkapan infrastruktur fasilitas umum dan lainnya.
Kontribusi infrastruktur diperlukan oleh masyarakat guna meningkatkan
taraf ekonomi dan ruang untuk bersosialisasi dengan sesama.
4. Pendidikan

Pendidikan merupakan pondasi suatu manusia untuk meruah


nasibnya, dengan memegang prinsip tersebut kita mencoba untuk
memfasilitasi penduduk di sekitar daerah operasi perusahaan. Dimulai
dengan kegiatan peningkatan kualitas dan keamanan pendidikan dengan
memfasilitasi perbaikan sarana belajar mengajar antara lain seperti
gedung, material bangunan sekolah, pagar sekolah, computer, dan
beberapa alat peraga penunjang pembelajaran. Untuk kegiatan diluar
sekolah, kita juga mengadakan program sudut bacaan di setiap kantor
desa, dan lain sebagainya.

5. Pengembangan Potensi

Kita juga berkontribusi untuk mengembangkan kompetensi sumber


daya manusia dengan cara pelatihan montir sepeda motor dan mesin
mobil, pelatihan sistem sirkulasi, dan lain-lain. Dengan program ini
diharapkan dapat menjawab kebutuhan masyarakat dan memberikan
147
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

dampak langsung serta tepat sasaran. Setelah melalui masa pelatihan,


para peserta diharapkan memiliki kemampuan yang handal dan rasa
percaya diri sebagai generasi muda yang mandiri.
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

BAB IX

ABANDONMENT AND SITE RESTORATION PLAN

Abandonment and site restoration (ASR) plan adalah kegiatan untuk


menghentikan pengopersian Fasilitas Produksi dan sarana penunjang lainnya secara
permanen dan menghilangkan kemampuannya untuk dapat dioperasikan kembali,
serta melakukan pemulihan lingkungan di wilayah Kegiatan Usaha Hulu Minyak
dan Bumi, sertamerupakan rencana penutupan sumur karena produksi sumur
tersebut dianggap sudah tidak ekonomis lagi.

Penutupan sumur harus dilakukan dengan sangat serius agar tidak terjadi
kesalahan dalam pelaksanaan yang dapat membahayakan untuk warga dan
lingkungan sekitar. Dengan adanya restorasi pada site, diharapkan kondisi
lingkungan pada site tersebut dapat kembali seperti semula sebelum dilakukan
operasi pemboran dan produksi.

9.1 Dana ASR

Pendanaan ASR merupakan akumulasi dana yang dicadangkan semata-


mata untuk melaksanakan kegiatan ASR yang disetorkan oleh Kontraktor KKS ke
Rekening Bersama SKK Migas dan Kontraktor KKS.

Dana ASR:

Dicadangkan oleh KKKS melalui penyetoran ke rekening bersama


Pencadangan dimulai sejak KKKS tersebut berproduksi secara komersial
sampai produksi berakhir (umur ekonomis produksi)
Penggunaan dana harus persetujuan bersama (joint signed) antara SKK
Migas dan KKKS
Dilaporkan dan ditagih setiap semester
Setelah disetorkan ke rekening bersama, ASR baru dapat di cost-recovery

148
149
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

Aturan yang telah dibuat SKK Migas: PTK ASR No. 040/PTK/XI/2010

9.2 Pembongkaran Alat Dalam ASR

Pembongkaran onshore meliputi pembongkaran fasilitas-fasilitas sebagai


berikut:

1. Pipa penyalur
2. Stasiun pengumpul / pemrosesan,
3. Tangki dan aksesoris
4. Terminal
5. Kabel power dan kontrol
6. Fasilitas penunjang (perumahan, workshop, jetty)
7. Fasilitas lain-lain

9.3 Proses Abandonment Pada Sumur

Abandonment sumur terjadi ketika sumur tersebut sudah tidak produktif atau
produksi hidrokarbon yang dihasilkan sudah tidak ekonomis lagi.
Hal yang harus diperhatikan ketika melakukan abandonment pada sumur adalah
memperhatikan kondisi mud pits agar harus dalam keadaan kering
Menghilangkan semua sampah-sampah yang ada dan peralatan yang terletak di
wilayah abandont well.
Sumur disemen di tiga titik rawan pada sumur, tebalnya sekitar 30 50 meter di
setiap titik penyemenan, letaknya yaitu di zona perforasi, trayek intermediate
casing, dan di permukaan, sedangkan utnuk chrismast tree harus dilepas atau
diangkat.
Pada proses penutupan sementara, formasi disemendi atas zona produktif.
Pada proses penutupan secara permanen maka disemenpada zona produktif.
Setelah semua proses selesai, untuk selanjutnya dibuat data laporan mengenai
abandonment sumur yang ditujukkan kepada Departemen Migas.
150
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

9.4 Proses Restorasi Pada Site Pemboran dan Abandont Well

Proses restorasi lokasi pemboran dan abandon well adalah proses


mengembalikan kondisi lingkungan seperti semula sebelum dilakukan operasi
pemboran dan produksi. Limbah pemboran cair di groundpit harus diolah sampai
memenuhi baku mutu limbah yang diizinkan. Groundpit harus dalam kondisi kering
dan ditimbun. Cutting hasil pemboran biasa digunakan untuk menimbun groundpit,
namun sebelum digunakan harus diolah terlebih dahulu dan dibersihkan dari bahan-
bahan beracun.

9.5 Estimasi Biaya Pelaksanaan Abandonment and Site Restoration

Dalam hal pembebanan biaya dalam Kontrak Kerja Sama berdasarkan


PFOD, jangka waktu pengumpulan dana ASR dimulai pada awal tahun masa
produksi sampai dengan akhir tahun masa produksi berdasarkan umur ekonomis
lapangan.

Dalam membuat perhitungan estimasi biaya ASR, digunakan asumsi -


asumsi sebagai berikut:

1. ASR dilakukan untuk seluruh aset yang memerlukan kegiatan


pembongkaran terhadap semua fasilitas produksi dan sarana
penunjanglainnya.
2. ASR akan dilaksanakan pada saat berhentinya masa produksi dalam suatu
lapangan.
3. Perhitungan estimasi biaya ASR tidak memperhitungkan sumur eksplorasi.

4. Perhitungan estimasi biaya diskalasikan ke tahun recana ASR.

Adapun komponen biaya ASR antara lain meliputi:

1. Biaya perencanaan teknik (engineering design).

2. Biaya perizinan.
151
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

3. Biaya penutupan sumur.

4. Biaya pembongkaran.

5. Biaya transportasi.

6. Biaya penyimpanan.

7. Biaya pemulihan area (site restoration).

Perkiraan biaya yang tersedia untuk melakukan kegiatan abandonment and


restoration (ASR) setiap sumur yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :

Tabel 9.1
Tabel Pengeluaran ASR

ASR Pengeluaran

A. Awal

1. Biaya perencanaan teknik (engineer design) $ 80,000

2. Biaya perizinan $ 50,000

3. Biaya transportasi $ 40,000

4. Biaya penyimpanan $ 50,000

B. Akhir

1. Biaya penutupan sumur $ 50,000

2. Biaya pembongkaran $ 80,000

3. Biaya pemulihan area (site restoration) $ 150,000

Jumlah Total : $ 500,000


PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

BAB X

PROJECT SCHEDULE

Perencanaan proyek kerja tersajikan dalam bentuk penjadwalan (project schedule),


yang merupakan bagian untuk mengetahui jadwal pengerjaan pada suatu lapangan. Dimulai
dari persetujuan proposal POD hingga proses Plug and Abandonment.

Pada lapangan TRMLW, disajikan project schedule skenario 1

Gambar 10.1
Jadwal Skenario 1

152
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

BAB XI
LOCAL CONTENT

Sesuai dengan acuan SKK MIGAS mengenai penggunaan barang dan jasa
dalam proyek pengembangan Lapangan TRMLW. Pada Tabel 11.1 disajikan
secara terperinci Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk masing-
masing peralatan pada Lapangan TRMLW.

Tabel 11.1
TKDN Pengembangan Peralatan Pada Lapangan TRMLW

NO. DESKRIPSI TKDN (%)

1 Perangkat Rig
a. Pemboran 65
b. Hoist 62
2 PSPU 40
3 Lumpur Pemboran 80
4 EWLPP 75
5 Tubular Goods 55
6 Wellhead 30
7 Flowline 53
8 Packer 0
9 Bit 0
10 Material Semen 100
11 Mud Logging 100
12 Top Drive 100
13 Casing 60
14 Cementing Acc 50

153
PLANT OF DEVELOPMENT

TRMLW FIELD

TRISAKTI UNIVERSITY

TEAM 15

BAB XII

COMMERCIAL
Lapangan TRMLW-F1A ditandatangani pada Juni 2003 antara SKK Migas
atas nama pemerintah Indonesia dan Nurdira.Ltd sebagai kontraktor selama 30 tahun
dengan menggunakan sistem Production Sharing Contract (PSC) atau disebut juga
sistem kontrak bagi hasil. Perhitungan keekonomian proyek ini dimulai pada tahun
2016 dilanjutkan pengembangan lapangan untuk melihat komersialitas proyek ini ke
depan sampai akhir kontrak pada tahun 2033.

12.1 Biaya Pengembangan Lapangan

Biaya pengembangan lapangan TRMLW-F1A terdiri atas :

(1.) Sunk cost / pre production cost

(2.) Biaya pemboran dan komplesi

(3.) Biaya Fasilitas Produksi

(4.) Biaya ASR

(5.) Biaya operasi sesuai masa produksi

Tabel 12.1 Komponen Biaya Pengembangan Lapangan

154
155

PLANT OF DEVELOPMENT

TRMLW FIELD

TRISAKTI UNIVERSITY

TEAM 15

Komponen Biaya Harga

Drilling infill $6.431.935,70/well

Surface Facilities & Maintanance $234.300

Abandonment & Site Restoration $500.000,00/well

Operating Cost $15/bbl

HSE $20.000

Rincian dari apa saja setiap pengerjaannya :


12.2 Project Economics

Pengembangan lapangan TRMLW-F1A direncanakan dengan tiga skenario


yaitu :

Basecase
Skenario 1 : Basecase + 1 Infill well
Skenario 2 : Skenario 1 + 1 infill well

12.2.1 Analisa Perhitungan Keekonomian

Profil Produksi
Profil produksi minyak yang terdapat pada lapangan TRMLW-F1A
adalah sebagai berikut
156

PLANT OF DEVELOPMENT

TRMLW FIELD

TRISAKTI UNIVERSITY

TEAM 15

Tabel 12.2 Profil produksi perencanaan lapangan TRMLW-F1A


Tahun Basecase Skenario 1 Skenario 2

92,979 0 0
2016

148440 111.993,8 111.994


2017

110819 83.082,0 83.082


2018
82736 61.822,6 123.657
2019
61912 46.003,1 91.906
2020
46076 34.336,3 68.516
2021
34400 25.472,2 50.923
2022
24812 18.954,3 37.963
2023
19216 14.104,1 28.215
2024
14302 10.527,2 21.035
2025
9256 7.810 15.634
2026
5212 5.811 11.655
2027
3028 4.324 8.662
2028
654.06 424.241 653.241
Total

Biaya
157

PLANT OF DEVELOPMENT

TRMLW FIELD

TRISAKTI UNIVERSITY

TEAM 15

Investasi yang dikeluarkan pada proyek pengembangan lapangan TRMLW-


F1A merupakan jumlah dari investasi untuk keperluan eksplorasi dan
investasi untuk pengembangan lapangan atau eksploitasi. Investasi ini
biasanya dibedakan menjadi investasi capital dan investasi non capital.

Tabel 12.3 Rincian Biaya Investasi

Investasi

Skenario Capital Non Capital Total

Skenario 1 $2.307.274,75 $6.885.609 $9.192.883,75

Asumsi Harga Minyak


Asumsi harga minyak dalam US dollar
a. Harga minyak yang digunakan dalam perhitungan keekonomian
menggunakan harga yang tetap selama masa produksi
b. Asumsi harga minyak/kondensat mengacu kepada harga rata-rata ICP lima
tahun terakhir x 80% (jika PSC Indonesia) di dapatkan sebesar $65/bbl
158

PLANT OF DEVELOPMENT

TRMLW FIELD

TRISAKTI UNIVERSITY

TEAM 15

Insentif
Tidak ada Insentif dalam project ini
Perhitungan Keekonomian
Dalam perhitungan keekonomian lapangan TRMLW-F1A
menggunakan perhitungan dengan jenis kontrak PSC. Harga minyak
yang digunakan pada analisa keekonomian ini adalah asumsi yang
mengacu pada harga rata-rata ICP saat ini. Selama perhitungan ini
digunakan harga minyak yang tetap.

Gambar 12.1

Skema PSC Skenario 1


159

PLANT OF DEVELOPMENT

TRMLW FIELD

TRISAKTI UNIVERSITY

TEAM 15

Indikator Keekonomian
lapangan bernilai ekonomis atau tidak ekonomis. Indikator keekonomian
antara lain NPV (Net Present Value), ROR (Internal Rate of Return), POT (Pay
Out Time), dan Profit to Investment Ratio (PIR). Rincian indikator keekonomian
lapangan TRMLW-F1A tiap skenario tertera pada tabel berikut ini :

Tabel 12.4 Indikator Keekonomian


160

PLANT OF DEVELOPMENT

TRMLW FIELD

TRISAKTI UNIVERSITY

TEAM 15
BASE CASE SKENARIO 1 SKENARIO 2
No Parameter Satuan
BASECASE+1 INFILL SKENARIO 1+ 1INFILL

1 Produksi Oil MMBO 0,65 0,42 0,65


2 Harga Oil US$/BBL 65 65 65
3 Produksi Gas TBTU
Harga rata-rata
4 US$/MMBTU
Gas
5 Lama Produksi Year 30 30 30
6 Gross revenue MUS$ 42457 27576 42461
FTP MUS$ 8491 5515 4246
- Contr.FTP MUS$ 2274 1477 1137
- Gov.FTP MUS$ 6217 4038 3109
Investasi MUS$ 278 9973 20106
8 - Tangible MUS$ 0 2307 4938
- Intangible MUS$ 278 7666 15169
Insentif (jika
MUS$
ada)
-
9 Investment MUS$
credit
- Interest
MUS$
cost recovery
Total biaya
MUS$ 9798 3818 9799
operasi
10 Biaya operasi MUS$ 9798 3818 9799
Abandonment MUS$ 0 0 0
G&A overhead MUS$
- Cost
MUS$ 10076 13477 23082
recoverable
(% thd fross
% 24% 49% 54%
revenue)
11 -
Unrecovered MUS$ 556 12084 6615
cost
(% thd gross
% 0% 44% 16%
revenue)
Equity to be split MUS$ 26164 8583 15133

- Contr.
12 MUS$ 8674 2299 4053
Equity
- Gov.
MUS$ 17491 6284 11079
Equity
Contractor:
- Net cash
MUS$ 3663 1184 -5110
Flow
(% thd. Gross
% 9% 4% -12%
rev.
13
- IRR % 120% 6% -20%
- NPV@10% MUS$ 1561 1184 -2891
POT Year 1,36 0,97 0,937
DMO FEE 711 367 711
Pemeritah :
- FTP MUS$ 6217 4038 3109
- Equity MUS$ 17491 6284 11079
- Tax MUS$ 2878 1177 1346
_ DMO 2132 1101 2133
14 - Net cash
MUS$ 28718 12600 17666
flow
(% thd.Gross
% 68% 46% 42%
rev.)
- Gov. PV
MUS$ 25255 11455 16060
10%
TOTAL 42457 27576 42461
MATCH MATCH MATCH
161

PLANT OF DEVELOPMENT

TRMLW FIELD

TRISAKTI UNIVERSITY

TEAM 15

Sensitivitas Keekonomian

Dengan analisa sensitivitas ini akan bisa diprediksi kerugian atau


keuntungan dari proyek bila salah satu atau lebih parameter ekonominya
berubah. Parameter yang digunakan yaitu parameter harga minyak, produksi
minyak, biaya operasi (Operating Expenditure) dan biaya capital (Capital
Expenditure) terhadap ROR, NPV, POT dan PIR. Hasil analisa keekonomian
lapangan TRMLW-F1A Skenario 1,ditunjukkan dalam suatu diagram laba
laba (spider diagram) dibawah ini :

ROR
140%
120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
40% 60% 80% 100% 120% 140% 160%

OPEX Oil Price CAPEX Production

Gambar 12.2
ROR Sensitivity Chart Skenario 1
162

PLANT OF DEVELOPMENT

TRMLW FIELD

TRISAKTI UNIVERSITY

TEAM 15

Gambar 12.3
Contractor NPV@10% Sensitivity Chart Skenario 1
163

PLANT OF DEVELOPMENT

TRMLW FIELD

TRISAKTI UNIVERSITY

TEAM 15

Gambar 12.4
Goverment NPV@10% Sensitivity Chart Skenario 1

Dilihat dari hasil cash flow dan parameter yang dilihat seperti NPV, ROR,
POT, dan PIR nya bahwa Skenario 1 memiliki nilai yang lebih baik untuk
dikembangkan, dengan investasi $2.307.274,75 dan memberikan NPV@10%
sebesar $1.184.154,71 , ROR 6% dan POT 0,969767379 tahun dengan government
take $12.599.959,48.
PLANT OF DEVELOPMENT
TRMLW FIELD
TRISAKTI UNIVERSITY
TEAM 15

BAB XIII

KESIMPULAN

13.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan berbagai macam pendekatan pada pengembangan


Lapangan TRMLW ini, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu :

1. Drive Mechanism Lapangan ini merupakan Solution Gas Drive dan


memiliki Gas Cap yang sangat kecil ( hampir 0 ) dan dalam kondisi
saturated
2. Lapisan F1a memiliki Porositas sebesar 18.6% dan Saturasi air sebesar
30.2%.
3. Kandungan Minyak Awal ( OOIP ) sebesar 99 MMSTB dihitung secara
volumetrik.
4. Remaining Reserve lapisan F1a sebesar 1.85 juta.
5. Pemboran 1 sumur infill dibutuhkan sebesar $6.4 juta
6. Dilakukan kegiatan pemboran Infill 1 sumur baru pada Skenario 1 yaitu
TRMLW-10.
7. Skenario 1 merupakan skenario yang paling menguntungkan denga
Pemboran 1 sumur infill sumur TRMLW-10.

13.2 Saran

Setelah dianalisa secara teknis dan ekonomis, skenario 1 yaitu pemboran


sumur 1 infill merupakan skenario paling menguntungkan. Hal ini dilihat
dari perolehan ROR sebesar 6% dan POT sebesar 0.95 tahun. Produksi
dapat meningkat lebih baik dengan di adakan stimulasi dan workover pada
sumur TRMLW-2 dan TRMLW-5

164

Anda mungkin juga menyukai