Anda di halaman 1dari 17

TUGAS PENGOLAHAN

LIMBAH INDUSTRI
LANJUT
PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI
PESTISIDA (PT BAYER INDONESIA
BAYER CORPSCIENCE SURABAYA PLANT)

KELOMPOK 6 :
Vebria Ardina(2316201002)
Aviarina Widya Ismanto (2316201004)
Atiqa Rahmawati (2316201010)

JURUSAN S2 TEKNIK KIMIA


PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2017
PT. Bayer Indonesia Bayer corpScience (Surabaya Plant)
Bayer CropScience merupakan salah satu anak perusahaan Jerman di Indonesia, di bawah
bendera CropScience AG. PT. Bayer Indonesia-Bayer CropScience. Perusahaan ini bergerak
dalam produksi dan pemasaran produk-produk perlindungan dan pengatur tumbuh tanaman yang
meliputi insektisda fungisida, herbisida, dan pestisida perlindungan tanaman (Crop Protection).
Ruang lingkup usaha PT. Bayer Indonesia-Bayer CropScience, bergerak di bidang
produksi pestisida (formulasi pestisida) dan pengemasan, PT Bayer Indonesia membagi produk
menjadi dua divisi yaitu liquid dan powder. Bahan utama formulasi pestisida dan pengemasan
PT. Bayer Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.
N Bahan baku/ Penolong Kebutuhan Bentuk Penyimpanan Pengangkutan
o Fisik
1 Bahan Baku
a. Antracol 2,9 ton/hari Powder Tertutup plastik Container
b. BPMC
0,5 ton/hari Liquid Tertutup plastik Container
c. Deltamethrin
d. Imidacloprid 0,04 ton/hari Powder Tertutup plastik Container
e. Ethepon
0,31 ton/hari Powder Tertutup plastik Container
f. Urea
0,11 ton/hari Liquid Tertutup plastik Container
0,11 ton/hari Powder Tertutup plastik Truck
2 Bahan Penolong
a. Koulin 1,5 ton/hari Powder Tertutup Container
b. Solveso
1,5 ton/hari Liquid Plastik Tank
c. Air
d. Agrisol 3,8 0,3 ton/hari Liquid Tertutup Tank
e. Phenyl sulfonat
0,1 ton/hari Liquid Tertutup Container
f. Emulsoden 360
g. Rhodopol 0,06 ton/hari Liquid Tertutup Container
0,06 ton/hari Liquid Tertutup Container
0,2 ton/hari Powder Tertutup Container
Sumber : PT Bayer Indonesia-Surabaya plant, 2010
Proses Produksi
Secara umum, proses produksi di PT. Bayer Indonesia-Bayer CropScience ini terbagi menjadi 3
bagian, yaitu bagian powder (WP Plant), bagian liquid (EC/SL Plant) dan pengatur tumbuh
(PGR Plant).
1. Bagian powder (WP Plant)
Proses produksi powder ini dapat dimulai dari penyiapan mesin produksi, mesin
packing, hingga proses penyiapan bahan baku. Misalnya kita ambil contoh pemrosesan
Antracol 70 WP. Bahan baku Antracol adalah Antracol Teknis dan juga kaolin. Bahan aktif
dari antracol adalah propineb, sedangkan fungsi dari kaolin adalah sebagai zat pengisi dari
produk tersebut. Raw material tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam feeding funnel.
Fungsi dari feeding funnel ini adalah sebagai tempat penampungan sementara untuk
menunggu proses pencampuran. Di dalam feeding funnel ini raw material sudah bercampur
namun tidak merata. Material dalam feeding funnel ini akan dikeluarkan menuju mixer,
fungsi dari mixer ini adalah untuk meratakan proses pencampuran. Material dalam mixer ini
akan diratakan campurannya selama beberapa waktu. Setelah mengalami proses mixing
kemudian material akan dialirkan menuju ribbon blender. Tempat di ribbon blender ini juga
akan mengalami proses pengadukan.Setelah itu menuju proses filling Proses filling ini tidak
memakai system pengaturan mesin secara manual, akan tetapi mesin akan melakukannya
secara otomatis. Untuk filling produk yang berbentuk powder, digunakan alumunium bag.
Setelah proses filling selesai dan produk sudah menjadi finish good, sebelum dipacking
dalam kardus akan dicek terlebih dahulu berat nettonya.
2. Bagian Liquid (EC/SL Plant)
Proses awal mula pemrosesan produksi liquid adalah proses penimbangan raw material
dan solvent. Produk pestisida berupa liquid yang dihasilkan ada yang memakai pelarut yang
berupa air dan ada pula sebagai pelarut yang berupa solvesso. Solvesso ini merupakan pelarut
organik yang mudah terbakar (flammable). Sehingga dalam proses formulasi ini
membutuhkan tingkat kedisiplinan yang lebih tinggi Raw material yang berada di mixing
tank ini akan mengalami proses formulasi yang membutuhkan waktu cukup lama. Selain
untuk melarutkan raw material yang berupa powder sehingga dapat larut benar juga
mengalami proses pengadukan agar dapat menjadi larutan yang benar-benar homogen.
Setelah melalui proses tahapan formulasi dari mixing tank ini, kemudian akan dialirkan
menuju ke holding tank. Holding Tank tank ini merupkan penerima juga berfungsi sebagai
tempat penampungan sementara. Kemudian setelah ditampung di holding tank dan siap untuk
dilakukan proses filling. Untuk melakukan proses filling ke dalam tincan maka produk
tersebut akan dialirkan menuju alat pengisi Mesin filler, Proses penimbangan ini akan
menimbulkan uap karena memang sifat bahan yang mudah menguap. Uap ini pun akan
dihisap di exhaust dan akan diproses menuju carbon aktif filter pula. Setelah pemasangan
tutup kap juga telah selesai. Produk yang berupa finish good akan dipacking ke dalam karton
box dan akan disimpan sementara dalam gudang logistik sambil menunggu waktu
engolahan limbah gas
pengiriman.
Sistem Pengolahan Limbah PT. Bayer Indonesia Bayer corpScience (Surabaya Plant)

Untuk limbah padat : diambil oleh pihak ke 3, dan dikembalikan ke supplier


Limbah cair langung masuk ke WWPT

TIDAK

JIKA TERIDENTIFIKASI B3

Gambar. 1 Bagan Proses Produksi


LimbahPT. Bayer
Cair Indonesia-Bayer CorpScience
Limbah Padat
Limbah yang dihasilkan PT Bayer Indonesia Bayer corpScience dibedakan menjadi 2
kelompok besar, yaitu :
1. Limbah tidak terkontaminasi
Limbah yang termasuk kelompok ini yaitu sampah non toksik, rumput kering, sak dan
wadah kosong dari material non teknikal, kertas bekas dari kegiatan kantor dan sampah
dari kantin. Pengolahan limbah non kontaminan / tidak terkontaminasi yaitu ada yang
ditreatment ataupun langsung dijual ke pihak ketiga.
2. Limbah terkontaminasi/ B3 (Bahan berbahaya dan beracun)
Limbah yang termasuk kelompok ini yaitu bekas wadah material-material yang
terkontaminasi dengan pestisida atau bekas yang dipakai untuk produk, residu dari
penyaringan, limbah dari bocoran atau tumpahan, abu incenerator (asbes residue) dan
sludge dari endapan WWPT.
Pengolahan limbah disesuaikan dengan jenis limbah, apakah jenis limbah non-kontaminan,
terkontaminasi, padat ataupun cair. Proses pengolahan limbah ini dijelaskan sebagai berikut :
1. Limbah padat
Pengolahan limbah padat dibagi menjadi dua yaitu limbah padat tidak terkontaminasi dan
limbah padat terkontaminasi.
a) Limbah Padat Tidak Terkontaminasi ( Non-Contaminated Solid Waste)
Limbah dipisahkan antara yang terkontaminan dengan yang tidak terkontaminan.
Untuk limbah yang tidak terkontaminasi dikumpulkan dalam kantong plastik
untuk diambil oleh PT. SIER atau Kodya Surabaya atau juga ditempatkan diarea
incenerator untuk dibakar.
Untuk karton box bekas dari packaging setelah dikumpulkan, akan dikembalikan
ke supplier.
b) Limbah padat terkontaminasi atau B3
Untuk limbah padat terkontaminasi ditangani dengan cara sebagai berikut :
Limbah bekas wadah material-material yang terkontaminasi dengan pestisida atau
yang bekas dipakai untuk produk dimasukkan kedalam bigbag untuk selanjtnya
akan diserahkan pe pihak ketiga.
Sludge dari WWPT ditangani dengan cara mengikuti Work Instruction EWI- 46-
04-10 Handling Endapan Waste Water Pretreatment.
Drum metal dipress dengan mesin pengepres untuk dijual ke perusahaan lain
Tabel 2. Limbah padat kontaminan yang dihasilkan oleh PT. Bayer.
No Jenis Limbah Bentuk Karakteristik
Limbah
1 Alufoil Ex. Bongkaran Produk Padat Toxic
2 Sak Ex. Technical Padat Toxic
3 Jumbo Bag Padat Toxic
4 Metal Drum Ex. Material Padat Toxic
5 Pil Ex. Solfac Padat Toxic
6 Plastik Ex. Technical Padat Toxic
7 Ex. Label Box Padat Toxic
8 Sak Ex. Material Padat Toxic
9 Jerican Ex. Material Padat Toxic
10 HDPE Drum Ex. Material Padat Toxic
11 Paper Drum Ex. Material Padat Toxic
12 Container Padat Toxic
13 Sak Balon Ex. Antracol Padat Toxic
14 Masker Padat Toxic
15 Hands Gloves Padat Toxic
16 Baterai Padat toxic, korosif
17 Drum Lem Padat toxic, korosif
18 Sapu Padat Toxic
19 Baju Catle Pak Padat Toxic
20 Inner Body Padat Toxic
21 Plastik Inner Plug Padat Toxic
22 PE Bag Ex. Produk Padat Toxic
23 Eexpired Material Serbuk Toxic
24 Kaolin Serbuk Toxic
25 Sludge Sludge Toxic
2. Limbah Cair
Pengolahan limbah cair dibagi menjadi dua yaitu limbah cair tidak terkontaminasi dan
limbah cair terkontaminasi.
a) Limbah Cair Tidak Terkontaminansi (Non-Contaminated Lquid Waste)
Untuk limbah yang tidak terkontaminasi ditangani dengan cara yang dialirkan
langsung ke tempat pembuangan. Sedangkan pencucian baju kerja di laundry
room (first washing), dan air limbah domestik ditangani dengan dipompa melalui
pipa saluran ke WWPT.
Tabel 3. Limbah cair non Kontaminan
No Jenis Bentuk fisik Sumber Karakterisrik
1 Air retention pond Cair Air hujan, air Tidak
keadaan darurat berbahaya
2 Air kamar mandi/ toilet Cair Limbah Tidak
domestik berbahaya

b) Limbah Cair Terkontaminasi (Contaminated Liquid Waste)


Limbah cair kontaminan dihasilkan dari kegiatan produksi, kegiatan laboratorium,
ataupun oil dari bahan bakar. Daftar limbah cair kontaminan dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4. Limbah cair kontaminan
No Jenis Bentuk fisik Sumber Karakterisrik
1 Solvent Cair Proses produksi Flammable
2 Oil Cair Bahan bakar Sumber tidak
berbahaya
3 Expired product Cair Produk Toxic
4 Laboratorium Cair Kegiatan Toxic
laboratorium
Sumber : PT. Bayer Indonesia Bayer CropScience

Penanganan dan pengolahan limbah cair mengikuti estate regulation dari PT.SIER
Tempat penampungan limbah berbentuk cairan yang dihasilkan dari segala kegiatan
pada PT. Bayer Surabaya Plant ini terdiri dari tiga bagian yaitu B3 Pit, Waste Water
Pretreatment (WWPT) dan Accumulation Tank. Ketiga tempat ini mempunyai peran
masing-masing yang sesuai dengan proses pengolahannya.
B3 PITT
B3 Pit merupakan tempat penampungan awal dari rangkaian jalur
pengolahan limbah berbentuk cair (jalur limbah padat berbeda dengan limbah
cair). Limbah pada B3 Pit ini berasal dari kegiatan produksi seperti produksi
liquid produk dan limbah dari area produksi, toilet, kantin, laundry,dan kegiatan
laboratorium. Sebelum ditampung pada PIT limbah dari produksi baik dari air ex
flushing produk, dan air ex cleaning mesin dikumpulakn dahulu pada drum /
container.
Pada B3 Pit tidak ada perlakuan yang diberikan terhadap limbah karena
fungsi dari B3 Pit ini hanya sebagai tempat penampungan atau collecting seluruh
limbah sebelum di transfer ke WWPT. Proses yang dilakukan adalah monitoring
dan control volume limbah yang terdapat didalam B3 Pit. Secara fisik B3 Pit ini
berukuran panjang 300 cm, lebar 150 cm dan tinggi 150 cm (termasuk daerah
overflow untuk cairan dan daerah endapan). Dengan dimensi fisk seperti itu maka
volume limbah yang dapat ditampung berkisar 6,75 m3. Dengan volume yang itu,
B3 Pit dapat menampung limbah dari 2-3 hari kegiatan pabrik. Jika kondisi dalam
B3 Pit telah penuh maka limbah ditransfer ke WWPT untuk ditreatment dengan
membuka pompa out yang menuju ke WWPT. Perlu diperhatikan, sebelum
memompa limbah dari Pit masuk ke WWPT, limbah harus terlebih dahulu
diaduk-aduk secara manual sehingga endapan juga ikut terpompakan semua
menuju WWPT. Kalau masih ada endapan yang tersisa, tambahkan air kemudian
diaduk kembali agar semua endapan tidak ada yang tertinggal didalam B3 Pit.
Waste Water Pretreatment (WWPT)
WWPT atau bisa juga disebut sebagai Water Treatment adalah bak
penampungan limbah cair dari berbagai daerah kerja di pabrik ini. Air Limbah
yang ditampung di WWPT berasal dari B3 Pit yaitu berasal dari daerah kerja
Liquid dan Water base line, Pit pencucian drum, bak perendaman pakaian di
Locker dan laboratorium . Air Limbah tersebut ada yang dapat dialirkan langsung
ke WWPT dan ada yang tidak dapat langsung dialirkan karena berasal dari Pit
sehingga perlu dipompakan setelah Pit tersebut penuh. Setelah WWPT ini penuh
maka segera dilakukan treatment. Jenis treatment yang dilakukan pada WWPT ini
berdasarkan kenaikan pH limbah. Ketika awal dipindahkan dari Pit, pH limbah
akan menunjukkan angka berkisar 45 yang menandakan bahwa pH bersifat
asam. Untuk menaikkan pH dilakuak penambahan NaOH hingga pH mencapai 12
(bersifat sangat basa). Pengukuran PH dengan suatu alat digital yang dipasang
dekat dengan WWPT. Setelah dicapai pH 12 proses selanjutnya yaitu di mixer 5-
10 menit, setelah itu diambil sample limbah lalu diserahkan ke analis untuk
analisa apakah kadar toksikan (kandungan racun) telah terdegradasi
(hilang/berkurang). Jika hasil analisa bagus, maka analis akan memberikan
rekomendasi untuk mengalirkan limbah ke Accumulation Tank. WWPT memiliki
dimensi panjang 2,5 m, lebar 2,5 m dan tinggi 1,5 m. Dari dimensi sedemikian itu
volume limbah yang dapat ditampung yaitu berkisar 9,375 m3.
Accumulation Tank
Accumulation Tank adalah bak penampung air limbah yang telah diproses di
WWPT untuk dilakukan aerasi hingga didapatkan kualitas air limbah yang
memenuhi standar / baku mutu PT. SIER. Bak ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu
Acc. Tank 1, Acc. Tank 2 dan Acc. Tank 3 dan memiliki dimensi yang lebih besar
dari B3 Pit dan WWPT. Ukuran dimensinya yaitu panjang 5,5 m, lebar 3 m dan
tinggi 1,5 m, ukuran ini merupakan ukuran total dari ketiga ACC. Tank tersebut.
Dari dimensi tersebut maka volume yang dapat ditampung sebesar 24,75 m3.
Treatment yang dilakukan pada Acc. Tank ini dengan metode aerasi selama 24
jam, dimana udara dialirkan (melalui pipapipa yang terdapat lubang sebagai
tempat mengalirnya udara) kedalam limbah sehingga akan terjadi penurunan pH
yang semula dari PH basa yaitu 12 menjadi pH berkisar antara 69. Pada
peraturan yang dikeluarkan oleh PT SIER, mereka akan menerima limbah untuk
diolah lagi jika pH limbah dari suatu pabrik berkisar antara 69. Selain itu juga
diukur kadar COD limbah, dimana kadar COD maksimal yaitu 3000. Jika
parameter yang diharuskan tidak didapatkan maka harus dilakukan treatment
kembali. Setelah diproses, limbah di Acc. Tank akan disampling lalu diserahkan
ke laboratorium untuk dianalisa kandungn COD. Setelah selesai analisa maka
analis akan memberikan rekomendasi. Apabila rekomendasi pompa keluar
maka limbah dapat langsung dipompa keluar dengan membuka valve yang
menuju ke saluran limbah PT SIER lalu pompa dihidupkan dan air limbah akan
mengalir dari Acc. Tank ke penampungan limbah PT SIER. Apabila rekomendasi
yang diberikan lain maka air dari bagian Acc.Tank tersebut tidak dipompakan
keluar menuju PT SIER melainkan di treatment kembali hingga sesuai dengan
syarat yang ditentukan oleh PT SIER. Untuk memproses limbah setelah ada
rekomendasi limbah tidak boleh dipompa dapat dilakukan dengan cara melakukan
sirkulasi air dari Acc. TankWWPT agar diperoleh homogenitas yang baik,
caranya adalah sebagai berikut :
a) Kosongkan terlebih dahulu WWPT untuk proses sirkulasi ini.
b) Bila ada bahan tambahan untuk proses ini dapat dimasukkan ke WWPT.
c) Tutup valve ke pemompaan keluar menuju PT SIER dan bukalah valve yang
menuju ke WWPT.
d) Jalankan pompanya maka air dari Acc. Tank ini akan keluar mengalir ke
WWPT.
e) Bukalah tutup aliran air masuk kebagian Acc. Tank yang limbahnya akan
disirkulasi. Jalankan pompa WWPT yang berfungsi untuk mengalirkan air
yang datang dari Acc. Tank ini kembali menuju ke Acc. Tank semula. Dengan
demikian akan terjadi proses sirkulasi.
Proses sirkulasi ini dilakukan selama satu jam, jika telah selesai diambil sample
kedua untuk dikirim kembali ke laboratorium lalu dianalisa lagi. Jika hasil analisa
sesuai syarat maka limbah boleh dipompakan keluar melalui aliran menuju ke PT
SIER. Namun dari hasil pengamatan, jika hasil analisa tidak sesuai syarat,
dilakukan treatment aerasi kembali di tempat yang sama yaitu Acc. Tank selama
kurang lebih 24 jam. Jadi proses aerasi hanya dilakukan di Acc. Tank tidak
melibatkan WWPT. Begitu seterusnya proses pengolahan limbah pada Acc. Tank..
Standar air limbah cair yang masuk ke PT.SIER dapat dlihat pada lampiran.

3. Pengelolaan Limbah Kontaminan/B3


Pengolahan limbah kontaminan B3 yaitu debagai berikut :
a. Reduksi
Pemilihan dilakukan di tempat terbuka atau berventilasi baik atau di ruang yang
terlindung dari udara panas yang disediakan perusahaan (gudang penyimpanan
sementara limbah B3). Pemilahan dilakukan sedekat mungkin dengan area
penyimpanan, semua bahan yang akan dipilih diberi label dengan jelas dan
dipisahkan sesuai dengan kategorinya. Petugas menggunakan alat pelindung diri
(sarung tangan, sepatu bot, pakaian kerja, masker, kaca mata safety). Setelah dipilah
limbah dimasukkan ke dalam kardus dan pada bagian luar wadah ditulis secara jelas
mengenai isinya dan jumlahnya. Bahan-bahan tersebut kemudian disimpan di tempat
yang kering dan aman, yaitu di gudang yang terpisah antara sampah dan kontaminan
dengan non kontaminan.
b. Pewadahan dan pengumpulan
Pewadahan di PT. Bayer Indonesia- Bayer CorpScience disesuaikan dengan limbah
yang ada. Untuk limbah padat kontaminan ditempatkan pada jumbo bag dan untuk
limbah non kontaminan ditempatkan pada kardus-kardus. Sedangkan untuk limbah
cair ditempatkan pada drum dan juga dirigen yang diberi label identitas limbah.
Untuk pengumpulan limbah B3 di PT. Bayer Indonesia- Bayer CorpScience adalah
pengumpulan yang bersifat intern pabrik, artinya limbah B3 yang dihasilkan dari area
produksi, office, logistic, engineering dan area lainnya diangkut untuk kemudian
dikumpulkan ke penampungan sementara limbah B3 yaitu pada area B3.
c. Penyimpanan Sementara
1. Tata cara penyimpanan sementara PT. Bayer Indonesia Bayer CorpScience
adalah :
a Solvent (ex. Flushing product) dikumpulkan pada drum plastik berkapasitas
200 liter kemudian dikirim ke PIT B3
b Drum bekas dan kontainer yang telah dipres disusun rapi pada area tempat
drum bekas untuk menunggu pengangkutan dari pihak ketiga.
c Product expired disimpan pada metal drum berkapasitas 200 liter kemudian
disusun pada palet pada area limbah cair non kontaminan.
d Untuk oli bekas ditempatkan pada dirigen berkapasitas 20 lites kemudian
disimpan pada area cair limbah kontaminan. Disimpan menunggu
pengangkutan dari pihak ketiga bersama limbah padat kontaminan.
e Untuk air dari laboratorium di tampung pada bak khusus kemudian dialirkan
ke WWPT
f Untuk limbah padat kontaminan dikumpulkan pada jumbo bag yang kemudian
disimpan pada area limbah kontaminan, dan menunggu pengangkutan oleh
pihak ketiga.
g Untuk karton/ kardus bekas kemudian ditali dengan rapi, ditumpuk pada area
limbah non kontaminan dan menunggu pengangkutan dari pihak ketiga.
2. Bangunan penyimpanan limbah
Bangunan penyimpanan limbah sementara PT. Bayer Indonesia- Bayer
CorpScience terdapat di dekat area parkir forklift dan tangki hydrant terletak di area
belakang perusahaan. Bangunan penyimpanan limbah B3 dengan luas 20 m2 dan
memiliki ventilasi yang cukup dan menggunakan penerangan alami buatan.
Penempatan limbah disesuaikan dengan jenis masing-masing limbah yaitu limbah
non kontaminan ditempatkan pada area non kontaminan, untuk limbah padat
kontaminan ditempatkan pada area kontaminan sedangkan untuk limbah cair
kontaminan disimpan pada drum yang ditata rapi pada area PIT. Penyimpanan limbah
di area B3 hanya sekitar 1-2 bulan saja kemudian diangkut oleh provider. Area B3
pada PT. Bayer Indonesia- Bayer Corp Science belum diberi tanda yang menandakan
bahwa tempat itu merupakan are penyimpanan limbah.
Sarana pendukung bangunan tempat penyimpanan limbah B3 di PT. Bayer
Indonesia- Bayer Corp Science antara lain alat pemadam kebakaran (APAR dari jenis
dry power), eye wash, fasilitas bongkar muat yang digunakan seperti forklift yang
dirancang untuk memudahkan pemindahan limbah B3, lantai untuk kegiatan bongkar
muat kuat dan kedap air serta dilengkapi dengan saluran pembuangan selokan.
d. Pelabelan dan Simbol
Sebelum disimpan di area limbah B3, limbah terlebih dahulu dikemas dengan
kemasan yang sesuai dengan jenis limbah. Pelabelan limbah yang dilakukan PT.
Bayer Indonesia-Bayer CropScience B3 yaitu :
1. Oli bekas disimpan dalam dirigen kapasitas 20 liter dan dipasang simbol label
sesuai jenis limbah (limbah kontaminasi), tanpa ada karakteristik limbah.
2. Solvent disimpan dalam drum kapasitas 200 liter, serta dipasang simbol dan label
limbah cair kontaminan.
3. Limbah padat kontaminasi disimpan pada jumbo bag dan diberi label bahan
campuran.
4. Limbah padat non-kontaminasi disimpan pada kardus diberi label limbah non-
kontaminasi.
e. Pengangkutan
1. Pengangkutan Intern
a) Dokumen yang diperlukan dalam pengangkutan dari unit produksi ke tempat
penampungan sementara adalah dokumen waste transfer yang
mencantumkan identifikasi jenis, jumlah dan sumber limbah B3, atau
dokumen berita acara serah terima limbah.
b) Pengangkutan limbah PT. Bayer Indonesia-Bayer CropScience menggunakan
hand lift dan juga forklift. Untuk pengemudi forklift harus berpengalaman di
lapangan, mempunyai kualifikasi sebagai pengemudi alat angkut yang akan
dipakai, mempunyai surat ijin kerja, telah mengikuti pelatihan keselamatan
kerja.
2. Pengangkutan dari PT. Bayer Indonesia-Bayer CropScience
Pada pengangkutan limbah B3 untuk diolah ke pihak provider, PT.
Bayer Indonesia-Bayer CropScience dengan menggunakan truk dalam keadaan
tertutup dan diberi tanda bahaya.
f. Pemanfaatan
PT. Bayer Indonesia-Bayer CropScience dalam kegiatan produksinya
menghasilkan limbah yang salah satunya merupakan sisa-sisa oli bekas dan lain-lain
yang berupa drum-drum yang dalam kondisi masih bagus, kardus bekas packaging.
Drum-drum tersebut bila disimpan di gudang penyimpanan akan membuat timbunan
membutuhkan lahan yang luas, oleh PT. Bayer Indonesia-Bayer CropScience limbah
yang berupa drum-drum bekas itu kemudian dimanfaatkan dengan cara, drum dicuci
bersih kemudian di pres dan dijual ke provider. Limbah B3 yang dihasilkan dari
produk rejected seperti botol yang berisi maupun cairan, isinya dikumpulkan dan
disimpan di gudang B3 kemudian botol dicuci sampai bersih juga kardus bekas
packaging dikumpulkan kemudian dijual ke pihak provider.
g. Pengolahan
Pengolahan limbah cair mengikuti estate regulation dari PT. SIER. Tempat
penampungan limbah berbentuk cairan yang dihasilkan dari segala kegiatan pada PT.
Bayer Surabaya Plant ini terdiri dari tiga bagian yaitu B3 Pit, Waste Water
Pretreatment (WWPT) dan Accumulation Tank.

4. Limbah Gas
Reaksi yang terjadi :
l. CH3OCN + NaOH NaCNO + CH3OH
2. 2Na CNO + Cl2 2NaCl + N2 + CO2

Diskripsi Proses
Proses Pengolahan Limbah Gas di lndustri pestisida, yang kebanyakan berupa gas
dan merupakan zat organik yang mudah menguap ( VOC ) berupa CH3OCN dan CN 10
mg /lt, pada pengolahannya dipakai system kombinasi dan modifikasi beberapa methode
yaitu : Absorbsi, katalitik, oxidasi dan thermal oxidasi, sehingga dapat dihasilkan limbah
dengan kualifikasi sesuai dengan ambang batas yang telah ditetapkan ,cleh pemerintah
Limbah gas hasil proses blow out dan blow down dimasukan dalarn scruber pada
dasar kolom, scruber dengan bahan isian pall ring. Dari atas kolom dispray larutan encer
NaOH sebagai absorben gas organic larut dan bereaksi dengan absorben seperti pada
reaksi (1), gas yang larut akan teftampung pada bottom kolom sedangkan gas yang ticJak
larut akan keluar dari scruber sebagai polutan yang sudah bersih.
Larutan coustic dan gas yang terlarut kemudian dialirkan dalam pre heater
sebelum masuk pre heater diijeksikan gas Cl2 melalui regulator yang telah diiatur
konsentrasinya sesuai dengan kebututhuur. Gas Cl2 akan bereaksi sesuai dengan reaksi
(2) didalam preheater akan dipanaskan sampai ternperanre 80 oC, gas N2 dan CO2 akan
teruapkan masuk dalam ruang katalitik, sedangkan Na CL akan terendapakan dibawah
tangki,
Gas dan uap air akan mu;uk kedalarn ruang katalis untuk menyempurnakan
reirksi, sehingga konversi reaksi dapat mencapai 99 '/:, Uap air dan g,as N2 dan CO2
selajutnya dipanaskan dalam heater hingga temperaturenya l00oC selanjutnya dimasukan
dalam flash distilasi. Dari flash distilasi gas N2 dan CO2 akan naik ke top kolom dan
keluar sebgai gas densan kandungan CN dan MIC dibawah 0,001 mgr/lt, sedangkan hasil
dasar dari flash distilasi adalah air dengan kandungan CN dibawah 0,01 mgr /1t, dan
selanjutnya diolah sebagi limbah cair.

Gambar 2. Flowsheet pengolahan limbah gas


Lampiran :
Standar Air Limbah kawasan SIER (Baku mutu air limbah industry yang masuk ke
pengolahan limbah PT.SIER)

N0. PARAMETER FISIKA Kode Nilai Satuan

1.1 Suhu 40 Celsius


1.2 Jumlah Padatan Terlarut TDS 2000 Mg/ l
1.3 Jumlah Padatan Tersuspensi TSS 400 Mg/ l
1.4 Warna 300 Pt.Co Scala
NO. PARAMETER KIMIA Kode Nilai Satuan

2.1 Biological Oxygen Demand BOD 1500 Mg/ l


2.2 Chemical Oxygen Demand COD 3000 Mg/ l
2.3 Derajat Keasaman pH 69
2.4 Amonia NH3 20 Mg/ l
2.5 Deterjen MBAS 5 Mg/ l
2.6 Phenol 2 Mg/ l
2.7 Fluorida F 30 Mg/ l
2.8 Klorida Cl 500 Mg/ l
2.9 Minyak & Lemak 30 Mg/ l
2.10 Nitrat NO3 50 Mg/ l
2.11 Nitrit NO2 5 Mg/ l
2.12 Sisa Klor Cl2 1 Mg/ l
2.13 Sulfat SO4 500 Mg/ l
2.14 Sulfida S 1 Mg/ l
2.15 Arsen As 1 Mg/ l
2.16 Barium Ba 5 Mg/ l
2.17 Besi Fe 30 Mg/ l

2.18 Kadmium Cd 1 Mg/ l

2.19 Kobalt Co 1 Mg/ l

2.20 Krom Heksavalen Cr 2 Mg/ l

2.21 Mangan Mn 10 Mg/ l

2.22 Nikel Ni 2 Mg/ l

2.23 Air Raksa Hg 0,005 Mg/ l

2.24 Selenium Se 1 Mg/ l

2.25 Seng Zn 5 Mg/ l

2.26 Tembaga Cu 5 Mg/ l

2.27 Timbal Pb 3 Mg/ l

2.28 Sianida CN 1 Mg/ l


Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang
Baku Mutu Air Limbah

BAKU MUTU LIMBAH CAIR


Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/ Atau Kegiatan Industri Pestisida
Formulasi
Pembuatan Pestisida Teknis
Pengemasan
Parameter Beban Pencemaran
Kadar paling Tinggi Kadar paling Tinggi
Paling Tinggi (kg/ton
(mg/ L) (mg/L)
produk)
BOD5 30 0,60 15
COD 100 2,00 50
TSS 25 0,50 15
Fenol 2 0,04 1,5
Benzena 0,1 0,002 0
Toluena 0,1 0,002 0
Total-CN 0,8 0,016 0
Tembaga (Cu) 1,0 0,02 0
Total-NH3 1,0 0,02 -
Bahan aktif Total 1,0 0,02 0,05
pH 6,0-9,0 6,0-9,0
Debit limbah paling 20 m3 per ton produk
tinggi

Catatan :
Kadar paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram
parameter per liter air limbah.
Beban pencemaran paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan
dalam kilogram.

Anda mungkin juga menyukai