Anda di halaman 1dari 13

METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM)

Dibuat untuk memenuhi tugas Teknik perawatan

Oleh :

HENDRA GUSTAMI
NIM : 140102093

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
PEKANBARU
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Bagus atau tidaknya kerja suatu mesin/komponen sangat bergantung pada keandalan
(reliability). Konsep keandalan sistem digunakan untuk mengoperasikan mesin secara optimal
dan mengantisipasi munculnya kecelakaan ataupun breakdownl. Keandalan mesin juga
bergantung kepada keandalan komponen-komponen penyusun mesin tersebut. Oleh karena itu
dibutuhkan berbagai macam bentuk perawatan.Perawatan pencegahan terdiri dari kegiatan
service, uji operasi dan inspeksi secara rutin yang terjadwal. Sedangkan perawatan perbaikan
disebabkan karena gangguan/kerusakan pada sistem atau komponen yang tidak terjadwal. Untuk
menyusun strategi perawatan itu digunakan metode RCM.

1.2 Rumusan Masalah.

1. Pengertian proses Reliability Centered Maintenance (RCM)?


2. Ruang Lingkup proses Reliability Centered Maintenance (RCM)?
3. Prinsip-prinsip proses Reliability Centered Maintenance (RCM)?
4. Bagaimana Cara Menjalankan proses Reliability Centered Maintenance (RCM)?

1.3 Tujuan.

Agar dapat Memberikan pemahaman dasar sedikit banyaknya mengenai proses


Reliability Centered Maintenance (RCM) kepada pembaca.

1.4 Manfaat.

Pembaca jadi tahu dasar-dasar proses Reliability Centered Maintenance (RCM)


hingga proses penggunaannya didunia kerja/industry.
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Reliability Centered Maintenance (RCM)

Maintenance berasal dari kata to maintain yang memiliki arti merawat Dan memiliki
padanan kata yaitu to repair yang berarti memperbaiki. Sehingga maintenance (perawatan)
adalah sebuah perlakuan merawat atau memperbaiki suatu komponen agar dapat kembali
digunakan dan berumur panjang. Reliability Centered Maintenance (RCM) merupakan suatu
proses yang digunakan untuk menentukan apa yang harus dilakukan untuk menjamin agar suatu
asset fisik dapat berlangsung terus memenuhi fungsi yang diharapkan dalam konteks operasinya
saat ini atau suatu pendekatan pemeliharaan yang mengkombinasikan praktek dan strategi
dari preventive maintenance (pm) dan corective maintenance (cm) untuk memaksimalkan
umur (life time) dan fungsi asset/sistem /equipment dengan biaya minimal(minimum cost).

Penerapan metode RCM sudah lama dipakai di industri khususnya industri penerbangan
komersial yang sekarang berkembang di berbagai sektor industri.

RCM pertama diaplikasikan oleh United airlines untuk mengurangi jumlah tugas maintenance
pada pesawat terbang dengan hasil yang memuaskan yaitu jam terbang pesawat & safety
meningkat. Walaupun lahir di perusahaan pesawat RCM dapat diimplementasikan pada industri
proses dengan sedikit modifikasi.
Penerapan metode RCM akan memberikan keuntungan yaitu keselamatan dan integritas
lingkungan menjadi lebih lebih diutamakan, prestasi operasional yang meningkat, efektifitas
biaya operasi dan perawatan yang lebih rendah, meningkatkan ketersediaan dan reliabilitas
peralatan, umur komponen yang lebih lama, basis data yang lebih komprehensif, motivasi
individu yang lebih besar, dan kerja sama yang baik diantara bagian-bagian dalam suatu
instalasi.

A. Definisi RCM

Untuk membahas lebih lanjut RCM, maka kita harus tau definisi dari RCM itu sendiri. Dari
beberapa sumber terdapat macam-macam definisi dari RCM

RCM mempunyai beberapa definisi :

suatu proses yang digunakan untuk menentukan apa yang harus dikerjakan untuk
menjamin setiap aset fisik tetap bekerja sesuai yang diinginkan atau suatu proses untuk
menetukan perawatan yang efektif.
suatu pendekatan pemeliharaan yang mengkombinasikan praktek dan strategi dari
preventive maintenance (pm) dan corective maintenance (cm) untuk memaksimalkan
umur (life time) dan fungsi aset / sistem / equipment dengan biaya minimal (minimum
cost).
Anthony Smith dalam bukunya yang berjudul Reliability Centered Maintenance
Reliability mendefinisikan Reliability Centered Maintenance (RCM) sebagai suatu metode
untuk mengembangkan, memilih dan membuat alternatif strategi perawatan yang
didasarkan pada kriteria operasional, ekonomi dan keamanan.
Begitu banyak bentuk definisi RCM dari berbagai sumber, tetapi tujuan utamanya adalah untuk
mempertahankan fungsi sistem dengan cara mengidentifikasikan mode kegagalan (failure mode)
dan memprioritaskan kepentingan dari mode kegagalan kemudian memilih tindakan perawatan
pencegahan yang efektif dan dapat diterapkan.

B. Ruang Lingkup RCM

Ada empat komponen besar dalam reliability centered maintenance (RCM) dijelaskan pada
gambar dibawah ini , yaitu reactive maintenance, preventive maintenance, predictive testing and
inspection, dan proactive maintenance. Untuk lebih jelasnya dirangkum ke dalam bagan seperti
di bawah ini :

a. Preventive maintenance (PM)


Preventive maintenance (PM) merupakan bagian terpenting dalam aktifitas
perawatan. Preventive maintenance dapat diartikan sebagai sebuah tindakan perawatan
untuk menjaga sistem/sub-assembly agar tetap beroperasi sesuai dengan fungsinya
dengan cara mempersiapkan inspeksi secara sistematik, deteksi dan koreksi pada
kerusakan yang kecil untuk mencegah terjadinya kerusakan yang lebih besar. Beberapa
tujuan utama dari preventive maintenance adalah untuk meningkatkan umur produktif
komponen, mengurangi terjadinya breakdown pada komponen kritis, untuk mendapatkan
perancanaan dan penjadwalan perawatan yang dibutuhkan.
Untuk mengembangkan program preventive maintenance yang efektif, diperlukan
beberapa hal yang diantaranya adalah historical records dari perawatan sepeda motor,
rekomendasi manufaktur, petunjuk service(service manual), identifikasi dari semua
komponen, peralatanpengujian dan alat bantu, informasi kerusakan berdasarkan
permasalah, penyebab atau tindakan yang diambil.
b. Reactive Maintenance
Reactive Maintenance Jenis perawatan ini juga dikenal
sebagai breakdown,membenarkan apabila terjadi kerusakan, run-to-failure atau repair
maintenance. Ketika menggunakan pendekatan perawatan, equipment
repair, maintenance, atau replacement hanya pada saat item menghasilkan kegagalan
fungsi. Pada jenis perawatan ini diasumsikan sama dengan kesempatan terjadinya
kegagalan pada berbagai part, komponen atau sistem. Ketika reactive maintenance jarang
diterapkan, tingkat pergantian part yang tinggi, usaha maintenance yang jarang
dilakukan, tingginya persentase aktifitas perawatan yang tidak direncanakan adalah sudah
biasa. Untuk lebih jauh, programreactive maintenance kelihatannya mempunyai
pengaruh terhadap item survivability. Reactive maintenance dapat dilatih dengan efektif
hanya jika dilakukan sebagai sebuah keputusan yang sangat penting, berdasarkan dari
kesimpulan analisa RCM bahwa resiko perbandingan biaya kerusakan dengan biaya
perawatan dibutuhkan untuk mengurangi biaya kerusakan
c. Tes Prediksi dan Inpeksi (Predictive Testing dan Inspection/PTI)
Walaupun banyak metode yang dapat digunakan untuk menentukan jadwal PM,
namun tidak ada yang valid sebelum didapatkan age-reliability characteristic dari sebuah
komponen. Biasanya informasi ini tidak disediakan oleh produsen sehingga kita harus
memprediksi jadwal perbaikan pada awalnya. PTI dapat digunakan untuk membuat
jadwal dari time based maintenance, karena hasilnya digaransi oleh
kondisi equipment yang termonitor. Data PTI yang diambil secara periodik dapat
digunakan untuk menentukan trend kondisi equipment, perbandingan data
antar equipment, prosesanalisis statistik, dsb. PTI tidak dapat digunakan sebagai satu-
satunya metode maintenance, karena PTI tidak dapat mengatasi semua potensi kegagalan.
Namun pengalaman menunjukkan bahwa PTI sangat berguna untuk menentukan kondisi
suatu komponen terhadap umurnya.
d. Proactive Maintenance
Proactive Maintenance Jenis perawatan ini membantu meningkatkan perawatan
melalui tindakan seperti desain yang lebih baik, workmanship, pemasangan, penjadwalan,
dan prosedur perawatan. Karakteristik dari proactive maintenance termasuk menerapkan
sebuah proses pengembangan yang berkelanjutan, menggunakan feedback dan
komunikasi untuk memastikan bahwa perubahan desain/prosedur yang dibuat
desainer/management tersebut adalah efektif, memastikan bahwa tidak berpengaruh
perawatan yang terjadi dalam isolasi keseluruhan, dengan tujuan akhir
mengoptimalisasikan dan menggabungkan metode perawatan dengan teknologi pada
masing masing aplikasi. Hal tersebut termasuk dalam melaksanakan root-cause failure
analysis dan predictive analysis untuk meningkatkan efektifitas perawatan,
mempengaruhi evaluasi secara periodik dari kandungan teknis dan performa jarak yang
terjadi antara maintenance task yang satu dengan yang lain, meningkatkan fungsi dengan
mendukung perawatan dalam perencanaan program perawatan, dan menggunakan
tampilan dari perawatan berdasarkan life-cycle dan fungsi fungsi yang mendukung

C. Ada 7 prinsip RCM :

Memelihara fungsional sistem, bukan sekedar memelihara suatu alat agar beroperasi
tetapi agar fungsi sesuai harapan.
Fokus kepada fungsi sistem daripada suatu komponen tunggal, yaitu apakah sistem
masih dapat menjalankan fungsi utama jika suatu komponen mengalami kegagalan.
Berbasiskan pada kehandalan, yaitu kemampuan suatu sistem/equipment untuk terus
beroperasi sesuai dengan fungsi yang diinginkan
Menjaga agar kehandalan fungsi sistem tetap sesuai dengan kemampuan yang didesain
untuk sistem tersebut.
Mengutamakan keselamatan (safety) baru kemudian untuk masalah ekonomi.
Mendefinisikan kegagalan (failure) sebagai kondisi yang tidak memuaskan
(unsatisfactory) atau tidak memenuhi harapan, sebagai ukurannya adalah berjalannya
fungsi sesuai performance standard yang ditetapkan.
Harus memberikan hasil-hasil yang nyata / jelas, Tugas yang dikerjakan harus dapat
menurunkan jumlah kegagalan (failure) atau paling tidak menurunkan tingkat kerusakan
akaibat kegagalan.

D. Metode RCM

Untuk menjalankan RCM dengan baik harus mengenal istilah berikut:


1.What is the item supposed to do and its associated performance standards?
2.In what ways can it fail to provide the required functions?
3.What are the events that cause each failure?
4.What happens when each failure occurs?
5.In what way does each failure matter?
6.What systematic task can be performed proactively to prevent, or to diminish to a
satisfactory degree, the consequences of the failure?
7.What must be done if a suitable preventive task cannot be found?

Dengan demikian kita bisa mengenal cara menjalankan RCM. Berikut merupakan
langkah-langkah yang diambil dalam menjalankan RCM
1. Pemilihan sistem dan pengumpulan informasi.
Dalam pemilihan sistem, sistem yang akan dipilih adalah sistem yang mempunyai
frekuensi corrective maintenance yang tinggi, dengan biaya yang mahal dan berpengaruh
besar terhadap kelancaran proses pada lingkungannya.

2. Definisi batasan sistem.


Defenisi batasan sistem dilakukan untuk mengetahui apa yang termasuk dan tidak
termasuk ke dalam sistem yang diamati.

3. Deskripsi sistem dan Functional Diagram Block (FDB).


Setelah sistem dipilih dan batasan sistem telah dibuat, maka dilakukan pendeskripsian
sistem. Bertujuan untuk mengidentifikasikan dan mendokumentasikan detail penting dari
system.

4. Penentuan fungsi dan kegagalan fungsional.


Fungsi dapat diartikan sebagai apa yang dilakukan oleh suatu peralatan yang merupakan
harapan pengguna. Fungsi berhubungan dengan masalah kecepatan, output, kapasitas dan
kualitas produk. Kegagalan (failure) dapat diartikan sebagai ketidakmampuan suatu peralatan
untuk melakukan apa yang diharapkan oleh pengguna. Sedangkan kegagalan fungsional
dapat diartikan sebagai ketidakmampuan suatu peralatan untuk memenuhi fungsinya pada
performasi standard yang dapat diterima oleh pengguna. Suatu fungsi dapat memiliki satu
atau lebih kegagalan fungsional.

5. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA).


Mode kegagalan merupakan suatu keadaan yang dapat menyebabkan kegagalan
fungsional. Apabila mode kegagalan sudah diketahui maka memungkinkan untuk mengetahui
dampak kegagalan yang menggambarkan apa yang akan terjadi ketika mode kegagalan
tersebut terjadi, selanjutnya digunakan untuk menentukan konsekuensi dan memutuskan apa
yang akan dilakukan untuk mengantisipasi, mencegah, mendeteksi atau memperbaikinya.

6. Failure consequences (Konsekuensi kegagalan)


RCM mengklasifikasikan ke dalam empat kategori yaitu:
a. Hidden failure consequences
Kegagalan yang terjadi tidak dapat diketahui oleh operator. Hidden failure tidak
memberikan pengaruh secara langsung, tapi lama kelamaan dapat
menyebabkan failureyang lebih fatal.
b. Safety and environmental consequences
Konsekuensi ini apabila failure dapat melukai atau atau mengancam jiwa seseorang.
c. Operational consequences
Suatu failure berdampak operasional jika memengaruhi produksi (output, kualitas
produk, customer service atau biaya operasi di samping biaya perbaikan secara
langsung).
d. Non-Operational consequences
Failure tidak menyebabkan pengaruh tehadap safety maupun produksi, jadi hanya
memiliki direct cost of repair.
7. Logic Tree Analysis (LTA).
Logic Tree Analysis merupakan suatu pengukuran kualitatif untuk mengklasifikasikan
mode kegagalan. Mode kegagalan dapat diklasifikasikan kedalam 4 kategori yaitu:
1. Safety Problem (kategori A)
Mode kegagalan mempunyai konsekuensi dapat melukai atau mengancam jiwa sesorang.

2. Outage Problem (kategori B)


Mode kegagalan dapat mematikan sistem

3. Minor to Infestigation Economic Problem (kategori C)


Mode kegagalan tidak berdampak pada keamanan maupun mematikan sistem.
Dampaknya tergolong kecil dan dapat diabaikan.

4. Hidden Failure (kategori D)


Kegagalan yang terjadi tidak dapat diketahui oleh operator

8. Failure Mode

Setelah setiap functional failure teridentifikasi, langkah berikutnya adalah


mengidentifikasi failure mode yang menyebabkan loss of function. Failure mode merupakan
suatu keadaan yang dapat menyebabkan functional failure. Dalam suatu item bisa terdapat
puluhan failure mode. Failure mode tersebut tidak hanya mencakup kegagalan- kegagalan
yang telah terjadi, akan tetapi mencakup juga semua kegagalan yang mungkin terjadi

9. Initial Capability dan Desired Performance

Initial capability adalah kemampaun awal yang di inginkan sedangkan desired


performance adalah kinerja yang di inginkan, keduanya merupakan item yang penting dalam
perawatan(Maintenance) dimana maintenance merupakan suatu aktifitas yang dilakukan agar
peralatan atau item dapat dijalankan sesuai dengan standart performansi semula. Atau juga
didefinisikan sebagai suatu tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu hasil yang dapat
mengembalikan atau mempertahankan item pada kondisi yang selalu berfungsi. Tujuan dari
perawatan adalah memperpanjang umur pakai peralatan, menjamin tingkat ketersediaan yang
optimal dari fasilitas produksi, menjamin kesiapan operasional seluruh fasilitas untuk
pemakaian darurat serta menjamin keselamatan operator dan pemakai fasilitas.

10. Kurva P-F

Pemikiran utama dari RCM adalah semua mesin yang digunakan memiliki batas umur,
dan jumlah kegagalan yang umumnya terjadi mengikuti kurva bak mandi (bath-up curve)
seperti terlihat dari Gambar berikut :

Gambar : Hubungan antara Jumlah Kegagalan mesin dan waktu pengoperasian

Dari kurva dapat dijelaskan bahwa masa awal dari suatu komponen atau sistem
ditandai dengan tingginya kegagalan yang berangsur-angsur turun seiring dengan
bertambahnya waktu. Untuk masa berguna laju kegagalan komponen atau system
cenderung konstan dan untuk masa aus ditandai dengan laju kegagalan yang cenderung
naik seiring dengan bertambahnya waktu.

1. Schedulled Discard Task.


Adalah tindakan mengganti item pada saat/sebelum batas umur yang ditetapkan,
tanpa memperhatikan kondisi item pada saat itu. Tindakan ini secara teknik
mungkin dilakukan dalam kondisi berikut :
a. Dapat diidentifikasikan umur dimana item tersebut menunjukkan
kemungkinan penambahan kecepatan terjadinya kegagalan.
b. Mayoritas dari item dapat bertahan pada umur tersebut (untuk semua item jika
kegagalan memiliki konsekuensi terhadap keselamatan lingkungan).
2. Schedulled On-Condition Task.
Adalah kegiatan pemeriksaan terhadap potensial failure sehingga tindakan dapat
diambil untuk mencegah terjadinya functional failure. Dimana potensial failure
diidentifikasikan dengan sebuah kondisi yang dapat mengindikasikan sedang
terjadi kegagalan atau proses kegagalan fungsi (functional failure). Dalam teknik
on-condition terdapat 4 kategori utama, yaitu :
a. Conditioning monitoring techniques, yang melibatkan penggunaan peralatan
khusus untuk melakukan monitoring terhadap kondisi peralatan.
b. Statistical process control, yaitu teknik pencegahan yang didasarkan atas
variasi kualitas produk yang dihasilkan.
c. Primary effect monitoring techniques, yang melibatkan peralatan seperti
gauge yang ada dan peralatan untuk inspeksi monitoring.
d. Teknik inspeksi berdasarkan human sense dan predictive.

11. Task selection (Pemilihan kebijakan perawatan).


Task Selection dilakukan untuk menentukan kebijakan-kebijakan yang mungkin untuk
diterapkan (efektif) dan memilih task yang paling efisien untuk setiap mode kegagalan.
Efektif berarti kebijakan perawatan yang dilakukan dapat mencegah, mendeteksi
kegagalan atau menemukan Hidden Failure
Efisien berarti kebijakan perawatan yang dilakukan ekonomis bila dilihat dari total
biaya perawatan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Reliability Centered Maintenance (RCM) merupakan suatu proses
perawatan yang paling banyak digunakan didunia industry besar karena prospek
pengkajian perawatannya lebih dalam dan lebih detail dengan prosedurnya
sendiri.

3.2 Saran.

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
membutuhkan bantuan kepada para pembaca agar memberikan masukan-masukan
yang membangun, yang mana nantinya akan menjadi sebuah informasi yang baku
untuk penulisan makalah-makalah berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA
http://bloghebat13.blogspot.co.id/2015/03/materi-kuliah-reliability-centered.html

Anda mungkin juga menyukai