NOVTRI PAPULUNG
L23114314
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena
hidayah-Nya laporan ini dapat dibuat. Laporan mengenai Daerah Penangkapan
Ikan, ini dibuat guna memenuhi tugas dari mata kuliah Daerah Penangkapan
Ikan. Adapun bahan laporan yang digunakan merupakan hasil dari praktik lapang
dan beberapa sumber seperti jurnal.
Terima kasih kami tuturkan kepada segala pihak yang membantu dalam
pembuatan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi orang-
orang yang membutuhkan, utamanya mengenai topik yang terkait dengan
Daerah Penangkapan Ikan. Penulis sadar laporan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran masih sangat diperlukan guna perbaikan ke
depannya.
Penulis
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTARISI............................................................................................................ 3
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................4
DAFTAR TABEL....................................................................................................5
I. PENDAHULUAN...........................................................................................6
A. Latar Belakang...........................................................................................6
B. Tujuan........................................................................................................6
II. METODOLOGI PRAKTIK..............................................................................7
A. Waktu dan Tempat.........................................................................................7
B. Alat............................................................................................................. 7
C. Metode Praktik...........................................................................................7
III. HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................10
A. Gambaran umum lokasi praktik................................................................10
B. Deskripsi Kegiatan Penangkapan Ikan.....................................................11
C. Daerah Penangkapan Ikan.......................................................................16
D. Hasil Tangkapan.......................................................................................19
E. Parameter Oseanografi............................................................................21
IV. KESIMPULAN..........................................................................................28
A. Kesimpulan..............................................................................................28
B. Saran.......................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29
4
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
DAFTAR TABEL
No. Halaman
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jaring angkat adalah alat tangkap yang menggunakan jaring yang dalam
proses pengoperasiannya dilakukan dengan cara jaring diangkat setelah ikan
ssudah berkumpul diatas jaring. Alat tangkap yang termasuk dalam kategori
jaring angkat antara lain yaitu bagan tancap, bagan perahu dan bagan Rambo.
Bagan perahu adalah alat tangkap pasif yang dioperasikan pada malam hari
dengan menggunakan alat bantu cahaya untuk mengumpulkan ikan. Ikan-ikan
yang dominan tertangkap pada bagan perahu adalah pelagis kecil yang bersifat
fototaksis positif seperti ikan teri, ikan bte-bete, ikan tembang dll (Najamuddin,
2012).
Daerah penangkapan ikan adalah suatu daerah perairan yang dapat
terjadinya interaksi antara sumberdaya perikanan dengan alat tangkap. Suatu
perairan dapat dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan apabila memiliki
sumberdaya perikanan yang bernilai ekonomi, dapat dioperasikan alat tangkap
dan aman bagi nelayan maupun aman bagi alat tangkap itu sendiri pada saat
pengoperasian berlangsung. Daerah penangkapan ikan dapat dibedakan
berdasarkan jenis ikan pada daerah tersebut maupun berdasarkan alat tangkap
yang dapat dioperasikan pada daerah tersebut (Nelwan, 2015).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui tidak semua perairan dapat
dijadikan sebagai daerah penangkapan ikan. Oleh karena itu praktek lapang
daerah penangkapan ini sangat penting untuk dilakukan untuk mengetahui
bagaimana penentuan suatu daerah penangkapan khususnya daerah
penangkapan untuk bagan perahu.
B. Tujuan
Tujuan dari dilakukannya praktik lapang tentang daerah penangkapan ini
adalah untuk mengetahui daerah penangkapan ikan di Kabupaten Barru.
7
B. Alat
Alat yang digunakan selama praktik lapang Daerah Penangkapan Ikan di
Barru, yaitu:
Tabel 1. Jenis dan Kegunaan alat yang digunakan
Alat Kegunaan
Bagan Perahu Sebagai alat tangkap yang digunakan dalam praktik lapang
Untuk mencatat semua data yang didapat dari hasil praktik
Alat Tulis
lapang
Untuk mempermudah praktikan selama praktek dalam menulis
Papan Alas
data-data yang telah didapatkan.
Penggaris Untuk mengukur panjang tubuh ikan hasil tangkapan
Untuk mengukur suhu perairan pada daerah penangkapan
Thermometer
ikan
Untuk mengukur kecepatan arus pada daerah penangkapan
Layangan Arus
ikan
GPS (Global
Position Untuk melihat titik koordinat fishing base dan fishing ground
System)
untuk mendokumentasikan segala kegiatan yang dilakukan
Kamera selama praktik lapang dan peralatan yang digunakan dalam
penanganan hasil tangkapan.
C. Metode Praktik
Dalam praktik lapang daerah penangkapan ikan praktikan melakukan
pengambilan data dengan beberapa metode sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi melibatkan mahasiswa untuk ikut melaut bersama nelayan untuk
menangkap ikan serta melihat langsung proses penangkapan ikan dan
mengetahui daerah penangkapan yang dioperasikan alat tangkap bagan perahu.
Ada beberapa data yang harus dikumpulkan yaitu:
a) Pengambilan titik kordinat fishing base dan fishing ground tiap hauling
dengan menggunakan GPS (global position system).
8
2. Wawancara
Wawancara bertujuan untuk melengkapi data yang dibutuhkan. Mahasiswa
melakukan wawancara langsung dengan beberapa nelayan mengenai proses
penangkapan ikan dan daerah penangkapan dengan menggunakan bagan
perahu.
3. Studi Literatur
9
merupakan tempat yang sering dilakukan penangkapan, dalam hal ini penentuan
daerah penangkapan nelayan dilakukan berdasarkan pengalaman dari nelayan.
Bagan perahu memiliki rangka yang pada dasarnya terdiri dari bambu,
jaring yang berbentuk persegi empat yang diikatkan pada bingkai yang terbuat
dari bambu, pada ke-empat sisinya terdapat bambu-bambu yang melintang dan
12
2. Alat Tangkap
13
Gambar 4. Jaring
Roller adalah salah satu alat bantu pada kapal bagan perahu yang
digunakan untuk menarik jaring yang telah dioperasikan, agar jaring yang
diangkat lebih ringan ditarik dan mudah ditata kembali di atas geladak. Cara
pengoperasian jaring angkat adalah hanya dengan menarik tali ris jaring
kemudian dibelitkan ke dalam roda pada roller, setelah itu roller dijalankan
langsung dengan bantuan tenaga penggerak mesin.
Gambar 5. Roller
Cahaya lampu pada bagan berfungsi untuk menarik ikan agar berkumpul di
sekitar perahu kemudian dilakukan penangkapan dengan menggunakan jarring.
Penggunaan cahaya merupakan salah satu faktor penting yang menentukan
keberhasilan penangkapan ikan pada bagan perahu. Untuk itu maka nelayan di
sekitar Barru menggunakan cahaya lampu dengan tenaga listrik yang
menghasilkan iluminasi yang tinggi. Lampu yang digunakan pada bagan perahu
ini, yaitu 36 buah.
15
Gambar 6. Lampu
Gambar 6. Lampu
4. Metode Pengoperasian
Metode penoperasian yang dilakukan dengan menggunakan bagan perahu
yang menggunakan teknis light fishing atau menggunakan alat bantu cahaya
lampu untuk mengumpulkan ikan di perairan Barru adalah sebagai berikut:
a. Persiapan
16
berubah menurut musim, khususnya pada ikan pelagis. Daerah yang sesuai
untuk habitat ikan, oleh karena itu, secara alamiah diketahui sebagai daerah
makanan untuk ikan. Tetapi terkadang pada perairan tersebut susah untuk
18
gill nets dan peralatan memancing ikan sebagai ganti peralatan jaring seperti
jaring trawl dan purse seine. Sebaliknya, daerah penangkapan lepas pantai
tidak mempunyai kondisi seperti itu, tapi keadaan menyedihkan datang dari
cuaca yang buruk dan ombak yang tinggi. Para nelayan juga harus
menangkap ikan.
3. Daerah tersebut harus bertempat di lokasi yang bernilai ekonomis. Ini sangat
pada investasi sebagian besar dibagi menjadi dua komponen, yakni modal
tetap seperti peralatan penangkapan ikan dan kapal perikanan, dan modal
tidak tetap seperti gaji pegawai, konsumsi bahan bakar dan biaya
operasi. Jika daerah penagkapan tersebut terlalu jauh dari pelabuhan, itu
akan memerlukan bahan bakar yang banyak. Jika usaha perikanan tersebut
D. Hasil Tangkapan
Berdasarkan hasil praktik yang dilakukan pada saat melaut malam selama
satu hari di kapal bagan perahu dengan menggunakan alat bantu cahaya untuk
mengumpulkan ikan-ikan yang tertarik akan cahaya atau fototaksis posistif hasil
tangkapan yang dominan didapat yaitu ikan teri (Stolephorus sp.), ikan peperek
19
900
800
700
600
500 Teri
Hasil Tangkapan (Kg) 400 Tembang
300 Bete-Bete
200 Lain-lain
100
0
12345678
Kapal
Pada setiap kapal memiliki tiga jenis ikan dominan, ketiga jenis ikan ini
adalah ikan pelagis kecil yang memiliki sifat tertarik akan cahaya atau fototaksis
positif. Ketiga jenis ikan ini yaitu ikan teri (Stolephorus sp.), ikan bte-bete, dan
ikan tembang (Sardinella fimbriata). Jumlah dari hasil tangkapan tiap jenis yang
didapatkan tiap kapal berbeda-beda. Dari diagram diatas dapat di lihat bahwa
ikan tembang banyak tertangkap pada kapal 7,
Bete-Bete; 27%
Tembang; 45%
Pada diagram diatas dapat di lihat bahwa ikan yang dominan tertangkap
yaitu ikan tembang dengan persentase 45%, ikan bete-bete dengan persentase
27%, ikan teri dengan persentase 16% dan lain-lain sebanyak 12%. Ketiga jenis
ikan ini merupakan ikan yang tertangkap dengan bagan perahu yang
menggunakan alat bantu cahaya. Faktor yang menyebabkan ikan pelagis kecil ini
paling dominan di bagan adalah karena ikan pelagis kecil merupakan salah ikan
yang bersifat fototaksis positif atau tertarik oleh cahaya lampu (Gustaman, 2012).
Di sekitar sumber cahaya juga merupakan tempat berkumpulnya plankton
serta udang dan ikan kecil yang menjadi makanan untuk ikan sejenis teri dan
tembang, sehingga ikan-ikan lainnya berdatangan ke dekat cahaya lampu.
Kemunculan teri juga disebabkan oleh keberadaan makanannya yang biasanya
berkumpul di bawah lampu petromaks yaitu plankton, udang dan ikan-ikan yang
lebih kecil (Baskoro, 2007).
21
E. Parameter Oseanografi
Hasil tangkapan pada bagan perahu dapat dipengaruhi oleh beberapa
factor seperti factor teknis atau cara pengoperasian alat tangkap maupun factor
lingkungan atau parameter oseanografi pada daerah penangkapan tersebut.
Dalam praktik ini diambil data tiga parameter oseanografi yang diuji yaitu suhu
salinitas dan kecepatan arus. Dengan ketiga parameter ini akan dilihat hubungan
antara hasil tangkapan dengan suhu, salinitas dan kecepatan arus. Berdasarkan
data yang diperoleh dapat ditunjukan sebagai berikut:
150
Teri
100
Hasil Tangkapan (Kg) Linear (Teri)
50
f(x) = - 0.74x + 55.87
0
R = 0
20 25 30 35
Suhu
Pada hasil tangkapan ikan Teri antara jumlah hasil tangkapan dengan suhu
permukaan laut memiliki hubungan atau korelasi negative, dimana semakin tinggi
suhu permukaan laut maka hasil tangkapan ikan Teri semakin sedikit. R 2
menunjukkan angka 0,2139 artinya bahwa 21,39% hasil tangkapan ikan teri
dipengaruhi oleh suhu dan 78,61% dipengaruhi oleh faktor lain. Menurut
Gunarso (1985) dalam Saifudin dkk (2014) bahwa perairan Indonesia yang
merupakan perairan tropis, masalah suhu tidak jelas memberikan gambaran
bagaimana pengaruhnya terhadap perikanan, hal tersebut mungkin sekali
disebabkan karena perairan Indonesia mempunyai variasi suhu tahunan yang
kecil saja bila dibandingkan dengan perairan lain, seperti misalnya perairan sub
tropis. Nontji (1993) dalam Saifudin dkk (2014) mengatakan perubahan suhu
pada setiap posisi geografi dipengaruhi oleh curah hujan, penguapan, sirkulasi
angin dan intensitas radiasi matahari.
22
Untuk hasil tangkapan yang kedua yaitu ikan Tembang memiliki korelasi
postif terhadap perubahan suhu permukaan laut, dimana apabila suhu
permukaan laut meningkat maka hasill tangkapan Ikan Tembang juga meningkat.
R2 menunjukkan angka 0,0063 artinya bahwa ...% hasil tangkapan ikan teri
dipengaruhi oleh suhu dan ...% dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil pengukuran
suhu permukaan perairan selama praktik lapang berkisar antara 27 30 C
(Gambar 11). Hal ini sesuai dengan pendapat Nontji (2002) dalam Bachrim
(2008) bahwa perairan nusantara berkisar antara 28 C sampai 31 C. Lebih
lanjut dikemukakan oleh Romimohtarto dan Juwana (2005) bahwa di perairan
tropis perbedaan/variasi suhu air laut sepanjang tahun tidak besar, suhu
permukaan laut nusantara berkisar antara 27 - 32 C.
23
150
Bete-bete
100
Hasil Tangkapan (Kg) Linear (Bete-bete)
50
f(x) = - 0.04x + 61.37
0 R = 0
20 25 30 35
Suhu
Dan untuk hasil tangkapan ikan Bete-bete memiliki hubungan atau korelasi
positif dengan perubahan suhu permukaan laut. seperti yang ditunjukkan pada
grafik diatas, semakin tinggi suhu permukaan laut maka semakin tinggi pula hasil
tangkapan ikan Bete-bete.
150
Teri
100
Hasil Tangkapan (Kg) Linear (Teri)
50 f(x) = 10.42x - 248.55
R = 0.2
0
22 24 26 28 30 32
Salinitas
Pada hasil tangkapan ikan Teri antara jumlah hasil tangkapan dengan
salinitas memiliki hubungan atau korelasi positive, dimana semakin tinggi
salinitas maka hasil tangkapan ikan Teri semakin banyak. R2 menunjukkan
angka 0,1972 artinya bahwa 19,72% hasil tangkapan ikan teri dipengaruhi oleh
salinitas dan 80,28% dipengaruhi oleh faktor lain.
24
150
Bete-bete
100
Hasil Tangkapan (Kg) Linear (Bete-bete)
50 f(x) = - 3.79x + 163.15
R = 0.02
0
20 25 30 35
Salinitas
Dan pada hasil tangkapan ikan Bete-bete antara jumlah hasil tangkapan
dengan salinitas memiliki hubungan atau korelasi negative, dimana semakin
tinggi salinitas maka hasil tangkapan ikan Bete-bete semakin sedikit. R 2
menunjukkan angka 0,0226 artinya bahwa 2,26% hasil tangkapan ikan Bete-bete
dipengaruhi oleh salinitas dan 97,74% dipengaruhi oleh faktor lain.
150
Teri
100
Hasil Tangkapan (Kg) Linear (Teri)
50 f(x) = 847.66x - 9.25
R = 0.24
0
0 0.05 0.1 0.15
Kec. Arus
Pada hasil tangkapan ikan Teri antara jumlah hasil tangkapan dengan
kecepatan arus perairan daerah penangkapan memiliki hubungan atau korelasi
positive dimana semakin tinggi kecepatan arus perairan maka hasil tangkapan
ikan Teri semakin banyak. R2 menunjukkan angka 0,2366 artinya bahwa 23,66%
hasil tangkapan ikan Teri dipengaruhi oleh kecepatan arus dan 76,34%
dipengaruhi oleh faktor lain.
26
150
Bete-bete
100
Hasil Tangkapan (Kg)
f(x) = - 714.66xLinear
+ 97.1(Bete-bete)
50
R = 0.15
0
0 0.1 0.2
Kec. Arus
III.
28
IV. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan berdasarkan tujuan diatas yaitu
B. Saran
Saran buat praktik lapang ini yaitu baiknya dilakukan pada saat musim
puncak penangkapan ikan agar dapat dilhat hasil tangkapan yang banyak dan
DAFTAR PUSTAKA
Baskoro, Effendy dan Wisudo. 2007. Distribusi Ikan dan Pola Sebaran Cahaya
Bawah Air Pada Bagan Motor di Selat Sunda, Provinsi Banten . Buletin PSP
Volume XVI No. 1 hal 64-7.
Nelwan, Alfa. 2015. Daerah Penangkapan Ikan. Bahan Ajar Program Srudi
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Pradhika, Candra dkk., 2014. Analisis Hasil Tangkapan Ikan Teri (Stolephorus
sp.) dengan Alat Tangkap Bagan Perahu berdasarkan Perbedaan
Kedalaman di Perairan Moredemak. Journal of Fisheries Resources
Utilization Management and Technology. Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014,
Hlm 102-110