Anda di halaman 1dari 31

BAB III

PROGRAM RANCANGAN

3.1 Aspek Site dan Lingkungan


3.1.1 Lokasi Perencanaan
1. Pengenalan Lokasi

Gambar 7. Peta Kota Gorontalo

Kota Gorontalo terletak di pulau Sulawesi yang berada pada posisi


000 28 17 000 35 56 LU dan 1220 59 44- 1230 05 59 BT. Dilihat
dari letak Geografisnya, Gorontalo mempunyai posisi yang sangat strategis
karena berada di Teluk Tomini yang menjadikan kota ini sebagai pusat
perdagangan, pusat pendidikan, dan pelayanan jasa lainnya. Ibukota
Propinsi Gorontalo mempunyai jumlah penduduk sekitar 156.390 jiwa.

2. Penentuan lokasi
Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi yaitu
sebagai berikut:
1. Mengikuti arahan RTRW dengan pengembangan wilayah untuk
perdagangan dan jasa.
2. Lokasi dengan sarana infrastruktur yang menunjang.
3. Mudah dicapai dengan sarana transportasi, baik kendaraan umum
maupun kendaraan pribadi.
4. Kondisi lahan yang memungkinkan untuk pengembangan bangunan
sport center.

Untuk pemilihan lokasi site harus memperhatikan beberapa aspek


yang menyangkut rencana pengembangan Bagian Wilayah Kota (BWK),
seperti yang termuat pada struktur ruang dalam Buku Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Gorontalo 2010-2030 yaitu sebagai berikut:
1. Dumbo Raya, terdiri atas 5 kelurahan, yaitu: (1) Botu; (2) Bugis;
(3) Leato Selatan; (4) Leato Utara; dan (5) Talumolo, dengan
fungsi; kawasan lindung, perkantoran, dan permukiman.
2. Dungingi, terdiri atas 5 kelurahan, yaitu: (1) Huangobotu; (2)
Libuo; (3) Tomulabutao; (4) Tomulabutao Selatan; dan (5)
Tuladenggi, dengan fungsi; permukiman, terminal, pertanian
(basah), dan kawasan lindung.
3. Hulonthalangi, terdiri atas 5 kelurahan, yaitu: (1) Donggala; (2)
Pohe; (3) Siendeng; (4) Tanjung Kramat; dan (5) Tenda, dengan
fungsi; kawasan lindung dan permukiman.
4. Kota Barat, terdiri atas 7 kelurahan, yaitu: (1) Buladu; (2) Buliide;
(3) Dembe I; (4) Lekobalo; (5) Molosipat W; (6) Pilolodaa; dan
(7) Tenilo, dengan fungsi; kawasan lindung, permukiman,
pertanian (kering), dan pariwisata.
5. Kota Selatan, terdiri atas 5 kelurahan, yaitu: (1) Biawao; (2)
Biawu; (3) Limba B; (4) Limba U I ; dan (5) Limba U II, dengan
fungsi; kawasan perdagangan/jasa, permukiman, dan kawasan
olahraga.
6. Kota Tengah, terdiri atas 6 kelurahan, yaitu: (1) Dulalowo; (2)
Dulalowo Timur; (3) Liluwo; (4) Paguyaman; (5) Pulubala; dan
(6) Wumialo, dengan fungsi; kawasan pendidikan, perkantoran,
perdagangan/jasa, permukiman, dan pertanian (basah).
7. Kota Timur, terdiri atas 6 kelurahan, yaitu: (1) Heledulaa; (2)
Heledulaa Selatan; (3) Ipilo; (4) Moodu; (5) Padebuolo; dan (6)
Tamalate, dengan fungsi; kawasan pertanian (basah),
permukiman, dan perkantoran.
8. Kota Utara, terdiri atas 6 kelurahan, yaitu: (1) Dembe II; (2)
Dembe Jaya; (3) Dulomo; (4) Dulomo Selatan; (5) Wongkaditi;
dan (6) Wongkaditi Barat, dengan fungsi; kawasan pertanian
(basah), rumah sakit, perkantoran, dan permukiman.
9. Sipatana, terdiri atas 5 kelurahan, yaitu: (1) Bulotadaa; (2)
Bulotadaa Timur; (3) Molosipat U; (4) Tanggikiki; dan (5) Tapa,
dengan fungsi; kawasan pertanian (basah), permukiman,
kawasan lindung, dan pendidikan.
Berdasarkan fungsi pembagian wilayah kota tersebut, maka lokasi
pembangunan Gorontalo Sport Center ini akan ditempatkan pada BWK
dengan fungsi kawasan perdagangan/jasa dan kawasan olahraga, dengan
alternatif lokasi sebagai berikut:

Jl. Bypass, Kel.


Botu, Kec.
Dumbo Raya

SITE

Gambar 8. Alternatif Lokasi 1


Jl. Ki Hadjar
Dewantara, Kel.
Limba U2, Kec.
SITE Kota Selatan

Gambar 9. Alternatif Lokasi 2

Tabel pemilihan lokasi:


No. Kriteria Alternatif 1 Alternatif 2

Mengikuti arahan RTRW dengan


1. pengembangan wilayah untuk 1 3
perdagangan dan jasa.

Lokasi dengan sarana infrastruktur


2. 3 3
yang menunjang
Mudah dicapai dengan sarana
3. transportasi, baik kendaraan umum 2 3
maupun kendaraan pribadi.
Kondisi lahan yang memungkinkan
4. untuk pengembangan bangunan sport 3 3
center
Jumlah 9 10
Keterangan nilai: 3 = baik ; 2 = cukup ; 1 = buruk
Tabel 2. Pemilihan lokasi

Kriteria penentuan bobot dijelaskan sebagai berikut:

Baik : Semua lokasi memenuhi syarat dari kriteria yang telah


ditentukan. Infrastruktur menunjang (jaringan utilitas, telpon,
dan listrik). Semuanya berjalan dengan lancar, lokasi mudah
dicapai dengan jarak tempuh yang minim, dan kondisi lahan
yang luas.
Sedang : Beberapa lokasi kurang memenuhi kriteria yang telah
ditentukan. Infrastruktur menunjang tetapi ada yang agak kurang
berjalan dengan baik, lokasi dengan jarak tempuh yang agak
lama, dan kondisi lahan luas tetapi tidak semua lahannya dapat
dibangun dikarenakan sudah ada bangunan permanen.
Buruk : Semua kriteria tidak memenuhi syarat. Kurangnya
sarana infrastruktur, lokasi dengan jarak tempuh yang jauh dari
pusat kota, dan kondisi lahan yang cukup dan tidak bisa
dilakukan pengembangan kedepan

Setelah dilakukan tabel pemilihan lokasi, didapat hasil bahwa


alternatif site 1 yang terpilih menjadi lokasi pembangunan sport center ini.
Hal ini didasari atas hasil pengamatan yang ada di lapangan. Bisa dilihat
bahwa pada lokasi alternatif 2, perbandingan jarak tempuh berbeda dengan
lokasi site 1, dikarenakan lokasi site 2 terletak di pinggiran Kota Gorontalo
sedangkan lokasi site 2 terletak di pusat Kota Gorontalo, sehingga jarak
tempuh dari tidak memakan waktu yang banyak. Selain itu, bisa
dibandingkan luas lahan yang terletak di kedua lahan tersebut. Dari
pengamatan yang telah dilakukan, lokasi site 1 dan site 2, luas lahannya
memadai, dan bisa dilakukan pengembangan kawasan kedepannya.

Berdasarkan tabel pemilihan lokasi dan pengamatan yang telah


dilakukan, maka alternatif 2 yaitu kelurahan Limba U2 Kec. Kota Selatan
menjadi lokasi proyek sport center ini.

3.1.2 Kondisi Site


1. Kondisi Awal
Kondisi awal site sebelum mengalami perencanaan dapat
digambarkan sebagai berikut:
a. Site berada pada kawasan olahraga GOR Nani Wartabone.
b. Kondisi topografi site dianggap rata karena memiliki
kemiringan kurang dari 5%.
2. Aksesibilitas
Pencapaian akan sangat berpengaruh pada perancangan objek
nantinya, letak objek yang strategis akan sangat berpengaruh pada
pengenalan objek secara luas oleh seluruh elemen kota. Dalam hal
ini pencapaian pada objek adalah melalui transportasi darat.

3.1.3 Analisa Site


1. Topografi
Kondisi topografi pada site memiliki kemiringan yang kurang
dari 5% dengan struktur tanah yang merupakan tanah keras sehingga
mampu menahan beban struktur bangunan yang akan dirancang.
Kemiringan tersebut meniadakan terjadinya proses cut and fill pada
tapak.

Gambar 10. Analisa Topografi


2. Sirkulasi
Sirkulasi dalam site diatur mengelilingi bangunan dengan
memberikan jalur sirkulasi kendaraan dan jalur pejalan kaki.
Pemisahan tersebut dilakukan dengan memberikan perbedaan
ketinggian serta penggunaan material yang berbeda. Hal ini
bertujuan selain menciptakan keamanan bagi pengguna, juga
menciptakan keteraturan dalam site.
Tinjauan sirkulasi juga bertujuan untuk menentukan perletakan
jalan masuk / entrance dengan dasar pertimbangan:
Terlihat jelas
Tidak menimbulkan kemacetan akibat crossing kendaraan
yang keluar-masuk site
Mudah dalam pencapaian

Gambar 11. Sirkulasi site

3. View
o Sebelah utara berbatasan dengan Kolam Renang Lahilote
o Sebelah selatan berbatasan dengan rumah warga.
o Sebelah barat berbatasan dengan SMK Negeri 2 Gorontalo.
o Sebelah timur berbatasan dengan Taman Kota.

Gambar 12. View


4. Klimatologi
a. Curah Hujan
Tingkat curah hujan di Gorontalo dan sekitarnya cukup
tinggi sekitar 2500mm sampai 3000mm pertahun serta beriklim
tropis l embab. Pengaturan jalur sirkulasi dalam site perlu
diperhatikan agar terjadi overload air pada saat curah hujan
tertinggi dapat diatas dan tidak membanjiri tapak.
b. Angin
Site yang terletak pada daerah berbukit memiliki kecepatan
angin yang lebih rendah dari daerah lainnya. Yang perlu
diantisipasi dan diperhitungkan adalah kondisi kecepatan angin
paling maksimal yang mengenai bangunan, sehingga dapat
dilakukan perlawanan melalui modifikasi struktur apalagi pada
bangunan yang tinggi. Pengolahan struktur yang dimaksud
adalah menggunakan sistem rangka ruang khususnya pada
pengolahan struktur atap.
Begitu juga dengan suhu udara pada siang hari yang sering
menyebabkan rasa gerah dan kepanasan. Oleh karena itu sistem
rangka ruang ini dapat memberikan penghawaan alami bagi
bangunan.
5. Analisa Kebisingan (noise)
Analisa ini bertujuan untuk meredam kebisingan disekitar tapak
yang dapat mengganggu atau memberikan efek negatif pada aktifitas
di dalam sport center maupun sebaliknya. Seperti pada umumnya
kebisingan utama datang dari jalan utama. Hal ini bisa diminimalisir
dengan menggunakan elemen ruang luar (pagar atau pohon) sebagai
pemantul untuk meredam suara bising dari arah jalan.
Gambar 13. Menggunakan elemen ruang luar untuk meminimalisir
suara bising dari luar.

6. Analisa Utilitas
Analisa utilitas dilakukan untuk melihat kebutuhan bangunan akan
listrik, air, pencahayaan, dan penghawaan.
A. Analisa Pencahayaan
Pencahayaan yang baik adalah yang mampu memberikan kepuasan
kepada orang untuk melihat obyek dengan jelas dan menyenangkan tanpa
menimbulkan efek keletihan pada mata. Sumber cahaya dapat diperoleh
dari:
a. Cahaya alami (matahari)
b. Cahaya buatan (lampu)
c. Kedua-duanya

Jenis pencahayaan Penyelesaian Karakteristik


Daya jangkau sinar kurang
Bukaan dinding
Perawatan mudah
(jendela)
Tidak membutuhkan energi
Perancangan dan perawatan
Pencahayaan alami agak sulit
Lebih fleksibel karena tidak
Bukaan plafond
terpengaruh dinding
Daya jangkau sinar lebih
merata
Tidak membutuhkan energi
Lebih murah dan mudah
Lampu pijar perawatannya
Tetapi lebih boros energi
Lebih mahal
Lampu TL
Pencahayaan Mengandung sinar ultraviolet
(fluorescent)
buatan Lebih hemat energi
Daya tahan tinggi
Cukup hemat energi
Lampu Halogen
Panas
Cocok untuk ruang luar
Tabel 3. Jenis-jenis pencahayaan

Untuk penerangan buatan pada malam hari dan siang hari untuk
ruang-ruang tertentu (seperti tertera pada tabel dibawah ini) digunakan
penerangan buatan.
Kegiatan Jenis Iluminasi Jenis lampu
penerangan
Indoor Sports Cukup terang 200-500 lux TL
Outdoor Sports Cukup terang 200-500 lux TL
Kolam renang Cukup terang 200-500 lux TL
Loket Sejuk 200 lux TL
Ruang Fitness Cukup terang 200-400 lux TL
Ruang Aerobik Cukup terang 200-400 lux TL
Kantor Sejuk 200 lux TL
pengelola
Kafetaria Sejuk 200 lux TL
Tabel 4. Jenis kegiatan dan pencahayaan

Dari beberapa keterangan diatas, dapat dikatakan dengan adanya


penerangan alami, maka dapat dicapai penghematan pemakaian energi
listrik yang cukup besar pada siang hari.
Pada sistem pencahayaan buatan dapat dilakukan denga beberapa
pola distribusi pencahayaan guna efektifitas dan sebagai pendukung
penampilan ruang. Jenis penerangan yang digunakan yaitu:
a. Sistem penerangan langsung
Dalam sistem ini dapat diarahkan menurut pola-pola seperti
silinder, kerucut, dan irisan. Kesan ruang yang muncul ekspresif,
kuat, tegas, dan dinamis. Dimana terdiri atas sistem penerangan
langsung yang memusat direncanakan pada lapangan. Kemudian
sistem penerangan langsung menyebar penerapannya adalah
restoran, entrance, toilet, dll.
b. Sistem penerangan setengah langsung
Menciptakan ruang visual yang padat, menurut pola tertentu
dimana diterapkan pada jalur-jalur sirkulasi serta pada lobby.
c. Sistem penerangan tidak langsung
Sistem ini diterapkan pada daerah stage penerima dengan
maksud untuk mendapatkan suatu efek kontras pada bagian-
bagian tertentu.

B. Analisa penghawaan
Perancangan penghawaan (pengudaraan) pada bangunan bertujuan
agar diperoleh kenyamanan thermal bagi pengguna, sehingga prestasi,
ketahanan kerja cenderung meningkat.
Nyaman Thermal adalah dimana tubuh seseorang tidak merasa
panas, dingin, lembab dan kecepatan angin yang mengganggu. Daerah
nyaman thermal bagi manusia bukanlah suatu temperatur tertentu, tapi
merupakan :
a. Rentang temperatur antara (24-28)C
b. Kelembaban (RH) (40-60)%
c. Aliran udara (air velocity) : 0 0,20 m/detik
d. Laju metabolisme tubuh/aktivitas
e. Tahanan pakaian
Pada bangunan sport center ini menggunakan penghawaan Alami,
yaitu penghawaan secara alami dengan cara mengatur sirkulasi udara yang
masuk dan keluar (Ventilasi Silang).

Gambar 14. Ventilasi Silang

C. Sistem Akustika
Yang menjadi prinsip perencanaan dari akustika pada bangunan ini
adalah:
a. Latar belakang kebisingan
b. Bentuk dan ukuran ruang
c. Penggunaan elemen-elemen ruang seperti plafon sebagai
pemantul, dinding yang berfungsi sebagai penyerapan dan
pembaur serta lantai sebagai penyerap, pemantul, dan pembelok
Elemen ruang yang dimaksud diatas sangat menentukan tingkat
kenyamanan serta pemilihan sistem yang tepat.
D. Sistem Sanitasi
Air bersih
Pengadaan air bersih (water treatment) bersumber dari PDAM
setempat dengan cara air tersebut ditampung dalam clean water tank
yang diletakkan pada bagian basement kemudian dipompa ke bagian
atas bangunan yang selanjutnya didistribusikan ke tiap lantai.
Khusus pada pengolahan air kolam memiliki sistem sendiri
karena air kolam tidak diganti setiap hari melainkan hanya secara
periodik. Instalasi pengolahan air kolam renang adalah sebagai berikut:

Air kotor
Sedangkan untuk penyaringan air kotor (sewage treatment)
dibuat tersendiri dengan menyalurkan air kotor yang berasal dari kamar
mandi, WC, dan lain-lain disalurkan melalui shaft pembuangan ke bak-
bak kontrol untuk pemurnian agar dapat dibuang ke riol kota.

(sumber: Laporan Tugas Akhir: Gelanggang Olahraga Provinsi


Gorontalo, Jan. 2008)

E. Sistem Penanganan Kebakaran


Untuk menangkal kemungkinan terjadinya kebakaran maka fasilitas
bangunan disediakan 2 sistem pencegahan kebakaran.
Sistem Semi Otomatis Sistem Otomatis
Api Api

Alat deteksi Alat deteksi

Panel Alarm Panel Alarm

Manusia

Sistem start Sistem start

Alat pemadam aktif Alat pemadam aktif


Tabel 5. Sistem Pencegah Kebakaran

Selain itu upaya pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran


pada objek perencanaan adalah sebagai berikut:

a. Pencegahan
Penggunaan material yang tahan api pada struktur bangunan,
dinding bangunan dan tangga darurat.
b. Smoke detector (deteksi asap)
Detektor akan bekerja dengan timbulnya asap sebanyak 1-2%
per-feet dan alat ini akan diletakkan pada bagian yang mudah
terbakar yaitu area tribun penonton
c. Fire hydrant
Merupakan pipa bertekanan yang dapat berhubungan dengan
pompa air yang bertekanan tinggi atau tangki air yang berada
diatas gedung. Keuntungan sistem ini dapat menjangkau semua
sudut bangunan selama masih terjangkau selang hydrant (30m).
d. Sprinkler
Sistem yang terdiri dari jaringan dimana ujungnya bersifat
difuser yang dipasang pada langit-langit. Bila terjadi kebakaran
atau bulb yang menerima suhu panas 135 F-160 F, maka bulb
tersebut akan menyemburkan air.
(sumber: Laporan Tugas Akhir: Gelanggang Olahraga Provinsi
Gorontalo, Jan. 2008)
F. Sistem Penangkal Petir
Untuk menangkal petir dipasang instalasi penangkal petir yang
keseluruhan berfungsi untuk menangkal petir dan menyalurkannya ke tanah.
Terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut:
a. Penghantar diatas atap, berupa elektroda logam yang dipasang
tegak dan mendatar
b. Penghantar dinding
c. Elektroda-elektroda tanah
Prinsip kerjanya yaitu tembaga silinder pejal diameter 10mm yang
dipasang tegak akan menangkap petir untuk kemudian menyalurkannya ke
tanah yang telah dilengkapi dengan eletroda pertanahan dan bahan baja
galvanish berbentuk silinder dengan diameter 0,5 inchi yang ditanam
sedalam 2 meter. Penyaluran petir tadi adalah melalui media penghantar
petir yang menggunakan bahan tembaga berbentuk silinder pejal
berdiameter 8mm yang dipasang melekat pada struktur bangunan. Untuk
keamanan bangunan maka tembaga penghantar petir sebaiknya dibungkus
dengan material karet atau dipasang pada tempat yang jauh dan daerah
basah atau jangkauan manusia.
Gambar 15. Sistem penangkal petir
3.2 Analisa Program Ruang

3.2.1 Program Ruang

Ruang yang
No. Fasilitas Pelaku Aktivitas
dibutuhkan
mendaftar untuk
Loket
berolahraga
Pengguna
Olahraga indoor ganti pakaian Rg. Ganti dan Locker
(Lap. Futsal, Lap. berolahraga
1.
Bulutangkis, Lap. menonton
Basket, Lap. voli) pertandingan tribun
Penonton
ke toilet toilet umum
makan & minum kafetaria
mendaftar untuk
Loket
berolahraga
Pengguna ganti pakaian Rg. Ganti dan Locker
Olahraga Outdoor berenang KM/WC
2. (Lap. Tenis, kolam membilas
renang) menonton
pertandingan tribun
Penonton
ke toilet toilet umum
makan & minum kafetaria
mendaftar untuk lobby
berolahraga
3. Fitness Center Pengguna ganti pakaian Rg. Ganti dan Locker
rg. fitness & rg.
berolahraga aerobik
memeriksa kesehatan Rg. Konsultasi
pasien
4. Klinik kesehatan dokter klinik
Rg. Periksa
KM/WC
memimpin ruang kerja/ruang
5. Kantor Pengelola
perusahaan rapat
direktur bekerja Ruang kerja
MCK toilet
membantu pekerjaan
ruang kerja
direktur
sekretaris
bekerja
MCK toilet
menangani masalah
yang berkaitan
personalia/umum dengan tenaga kerja ruang kerja @ 2 orang
(3 orang) (karyawan)
MCK toilet
melaksanakan
marketing (3 aktivitas penjualan & ruang kerja @ 3 orang
orang) promosi
MCK toilet
bertanggung jawab
atas kelangsungan
operasional (3 ruang kerja @ 3 orang
pelaksanaan kegiatan
orang) di sport center
MCK toilet
melakukan perawatan
maintenance (3 ruang kerja @ 3 orang
dan perbaikan alat
orang)
MCK toilet

mengatur keuangan
Kantor Pengelola accounting & ruang kerja @ 3 orang
perusahaan
finance (3 orang)
MCK toilet
menjaga kebersihan
seluruh areal sport janitor
cleaning service center
(20 orang)
ganti pakaian Loker & rg. ganti
MCK toilet
mempersiapkan
segala keperluan
operasional yang
dapur/pantry
berhubungan dengan
housekeeping pertandingan maupun
(20 orang) kegiatan perkantoran
rg. penyimpanan
barang
ganti pakaian Loker & rg. ganti
MCK toilet
menjaga keamanan
dan ketertiban
pos jaga
satpam (4 orang) dilingkungan sport
Kantor pengelola center
MCK toilet
memesan makanan
rg. makan
pengunjung dan/atau minuman
MCK toilet
melayani pengunjung rg. makan
pelayan (waiters)
MCK toilet

6. Kafetaria mengatur keuangan


yang masuk dan kasir
kasir keluar
MCK toilet

Memasakn makanan Dapur/pantry


Juru masak (3
orang) MCK toilet

wudhu tempat ambil wudhu


7. Musholla pengguna MCK KM/WC
sholat rg. sholat
Tabel 6. Program ruang

3.2.2 Organisasi Ruang


Organisasi ruang di klasifikasikan menurut sifat ruang yakni publik,
servis, dan private.

Sifat Ruang
No. Nama Ruang
Private Publik Servis

1. Lapangan Olahraga

2. Kolam renang

3. Jogging track

4. Tribun penonton

5. Toilet penonton (pria dan wanita)


Ruang ganti dan locker (pria dan
6. wanita)

7. Ruang bilas (pria dan wanita)

8. Ruang fitness

9. Ruang aerobik

10. Ruang Panel

11. Gudang

12. Ruang penyimpanan peralatan

13. Kafetaria

14. Musholla

15. Ruang direktur

16. Ruang staff

17. Ruang rapat

18. Toilet staff

19. Ruang genset

20. Ruang filter dan ruang pompa

21. Reservoir

22. Ruang maintanance

Tabel 7 . Organisasi ruang

3.2.3 Hubungan Ruang


3.2.4 Besaran Ruang
1. Lapangan indoor
a. Lapangan Futsal (4 buah)
Luas lapangan : 39,5 x 24 m = 948 m
Total : 948 x 4 buah = 3.792 m2
b. Lapangan Bulutangkis/Badminton (2 buah)
Luas lapangan : 6,1 x 13,41 m = 81,8 m
Total : 81,8 m2 x 2 buah = 163,6 m2
c. Lapangan Voli
Luas lapangan : 24 x 15 m = 360 m
d. Lapangan Basket (2 buah)
Luas lapangan : 28 x 17 m = 476 m2
Total : 476 m2 x 2 buah = 952 m2
e. Ruang ganti & Loker (4 buah di masing-masing lapangan)
Asumsi untuk 50 pemain. Fasilitas ruang sudah termasuk loker dan
toilet. 1 pemain membutuhkan 2,5 m2 (Data Arsitek Neufert)
Luasan : 50 x 2,5 = 125 m2
Sirkulasi 30% : 37,5 m2
Total luasan : 125 + 37,5 m2 = 162,5 m2
f. Toilet pengunjung
Asumsi pengunjung terbanyak pada akhir pekan 500 orang/hari.
Standar Neufert, 1 WC = 2m2
Standar Neufert 1 wastafel = 1,05 m2
Standar Neufert 1 urinoir = 1 m2
Toilet pria: luasan WC = 250 x 2 = 500 m2
Wastafel = 250 x 1,05 = 262,5 m2
Urinoir = 250 x 1 = 250 m2
Toilet wanita: luasan WC = 250 x 2 = 500 m2
Wastafel = 250 x 1,05 = 262,5 m2
Jumlah luasan = 1.775 m2
Sirkulasi 30% = 532,5 m2______+
Total luasan = 2.307,5 m2
g. Tribun
Asumsi pengunjung terbanyak adalah pada saat akhir pekan 500
orang.
Standar:
Luas : 0,5m2/orang (0,5m x 1m)
Luasan : 500 x 0,5 = 250 m2
Sirkulasi 30% : 250 x 30% = 75 m2
Total : 250 + 75 = 325 m2
Jadi, jumlah luasan untuk lapangan indoor adalah = 6.919,4 m2

2. Lapangan Outdoor
a. Kolam renang
Standar ukuran kolam renang (FINA (International Swimming
Federation))
Lebar : 25 meter
Panjang : 50 meter
Luas = 1.250 m2
Sirkulasi 30% = 375 m2
Total = 1.625 m2
Kedalaman : 1,3 2 meter
Jumlah lintasan : 8
Kolam renang anak
Lebar : 10 meter
Panjang : 20 meter
Luas = 200 m2
Sirkulasi 30% = 60 m2
Total = 260 m2
Kedalaman : 70cm
Ruang ganti & loker
Asumsi untuk 50 pengguna. Fasilitas ruang sudah termasuk
loker dan pancuran. 1 pemain membutuhkan 2,5 m2 (Data
Arsitek Neufert)
Luasan : 50 x 2,5 = 125 m2
Sirkulasi 30% : 37,5 m2
Total luasan : 125 + 37,5 m2 = 162,5 m2
Rekapitulasi
Kolam renang umum = 1.625 m2
Kolam renang anak = 260 m2
Ruang ganti & loker = 162,5 m2 +
Total = 2.047,5 m2
Sirkulasi 30% = 614,25 m2
Total luasan = 2.661,75 m2
b. Lapangan Tennis (4 buah)
Ukuran standar lapangan
Lebar : 17,5 meter
Panjang : 24,2 meter
Luas = 423,5 m2 x 4buah = 1.694 m2
Ruang ganti & loker
Asumsi untuk 50 pengguna. Fasilitas ruang sudah termasuk
loker dan toilet. 1 pemain membutuhkan 2,5 m2 (Data Arsitek
Neufert)
Luasan : 50 x 2,5 = 125 m2
Sirkulasi 30% : 37,5 m2
Total luasan : 125 + 37,5 m2 = 162,5 m2
Total luasan untuk lapangan tenis yaitu 1856,5 m2
Sirkulasi 30% = 556,95 m2
Jumlah = 2413 m2
Rekapitulasi luasan lap. Outdoor:
Kolam renang = 2.661,75 m2
Lap. Tenis = 2413 m2 +
= 5.074,75 m2

3. Fitness center
Ruang fitness
Asumsi untuk 45 orang, besarnya ruangan minimal 200m2 (Data
Arsitek Neufert)
Sirkulasi 30% = 60 m2
Total = 260 m2
Ruang aerobik
Asumsi untuk 20 orang pemakai
1 orang membutuhkan 3,6 m2
Luasan = 20 x 3,6 m2 = 72 m2
Sirkulasi 30% = 21,6 m2
Total = 93,6 m2
Ruang ganti & loker
Asumsi untuk 50 pengguna. Fasilitas ruang sudah termasuk
loker dan toilet. 1 pemain membutuhkan 2,5 m2 (Data Arsitek
Neufert)
Luasan : 50 x 2,5 = 125 m2
Sirkulasi 30% : 37,5 m2
Total luasan : 125 + 37,5 m2 = 162,5 m2
Jumlah luasan bangunan untuk fitness center yaitu 516 m2
Sirkulasi 30% = 154,8
Total = 670,8 m2 671 m2

4. Klinik kesehatan
Standar tempat pendaftaran = 6 m2
Sirkulasi 30% = 1,8 m2
Total = 7,8 m2
Standar ruang konsultasi
panjang = 2,5 meter
lebar = 2 meter
luas = 5 m2
sirkulasi 30% = 1,5 m2
total = 6,5 m2
Kebutuhan ruang periksa
Panjang = 2,5 meter
Lebar = 2 meter
Luas = 5 m2
sirkulasi 30% = 1,5 m2
total = 6,5 m2
Jumlah kebutuhan ruang untuk klinik kesehatan = 20,8 m2
Sirkulasi 30% = 6,24
Total = 27,04 m2 27 m2

5. Kantor pengelola
a. Ruang direktur
Standar ukuran = 8 m2
Sirkulasi 30% = 2,4
Total = 10,4 m2
Toilet = 4 m2
b. Ruang staff
Asumsi jumlah staff 20 orang
1 orang membutuhkan 6 m2
Luas = 20 x 6 m2 = 120 m2
Sirkulasi 30% = 36 m2
Total = 156 m2
c. Ruang rapat
Asumsi jumlah staff 20 orang
1 orang membutuhkan 2 m2
Luas = 20 x 2 m2 = 40 m2
Sirkulasi 30% = 12 m2
Total = 52 m2
d. Toilet staff
Asumsi jumlah staff 20 orang
Standar Neufert, 1 WC = 2m2
Standar Neufert 1 wastafel = 1,05 m2
Standar Neufert 1 urinoir = 1 m2
Toilet: luasan WC = 20 x 2 = 40 m2
Wastafel = 20 x 1,05 = 21 m2
Urinoir = 9 m2
Jumlah luasan = 70 m2
Sirkulasi 30% = 21 m2______+
Total luasan = 91 m2
Rekapitulasi:
Ruang direktur = 14,4 m2
Ruang staff = 156 m2
Ruang rapat = 52 m2
Toilet staff = 91 m2 +
= 313,4 m2
Sirkulasi 30% = 94,02 m2
Total = 407,42 m2 407 m2

6. Kafetaria
Asumsi pengunjung 500 orang
Kapasitas kafe diasumsikan melayani 10% per shift = 50 orang
a. Ruang makan
Standar = 1,62 m2/orang
Luasan = 50 x 1,62 m2 = 81 m2
Sirkulasi 30% = 24,3 m2
Total = 105,3 m2
b. Dapur/pantry
Standar = 20% dari luas ruang makan
Luasan = 20% x 81 m2 = 16,2 m2 ~ 16 m2
Sirkulasi 30% = 4,8 m2
Total = 20,8 m2
c. Gudang
Standar = 50% dari luas dapur
Luasan = 50% x 16,2 m2 = 8,1 m2 ~ 8 m2
d. Toilet
Asumsi pemakai 10 orang
Standar Neufert, 1 WC = 2m2
Standar Neufert 1 wastafel = 1,05 m2
Standar Neufert 1 urinoir = 1 m2
Toilet: luasan WC = 10 x 2 = 20 m2
Wastafel = 10 x 1,05 = 10,5 m2
Jumlah luasan = 30,5 m2
Sirkulasi 30% = 9,15 m2______+
Total luasan = 39,65 m2 ~ 40m2
e. Rekapitulasi:
Ruang makan = 105,3 m2
Dapur = 20,8 m2
Gudang = 8 m2
Toilet = 40 m2 +

= 174,1 m2
Sirkulasi 30% = 52,23 m2
Total = 226,33 m2

7. Musholla
Asumsi pemakai 100 orang
a. Ruang sholat
Standar = 0,85 m2/orang
Luasan = 100 x 0,85 m2 = 85 m2
Sirkulasi 30% = 25,5 m2
Total = 110,5 m2
b. Rg. wudhu
Standar = 40% dari ruang sholat
Luasan = 40% x 85 = 34 m2
Sirkulasi 30% = 10,2 m2
Total = 44,2 m2
c. KM/WC (10 buah)
Standar = 1 KM/WC = 2 m2
Luasan = 20 m2
Sirkulasi 30% = 6 m2
Total = 26 m2
d. Rekapitulasi :
Ruang sholat = 110,5 m2
Rg. wudhu = 44,2 m2
KM/WC = 26 m2 +
180,7 m2
Sirkulasi 30% = 54,21 m2
Total = 234,91 m2

Total luasan keseluruhan = 13.556 m2

Dengan menggunakan rasio penggunaan lahan 40 : 60, maka luas


site yang dibutuhkan sebesar:

= 13.556 / 0,40

= 33.890 m2

Luas space untuk ruang terbuka (termasuk parkir, entrance hall, dan
elemen exterior lainnya):

= 0,60 x 33.890 m2
= 20.334 m2

Sesuai dengan luasan lahan tersebut diatas, maka diambil 60% untuk
lahan parkir, dengan pembagian sebagai berikut:

Parkiran pengunjung
Asumsi pengunjung 500 orang = 400 orang menggunakan kendaraan,
150 mobil dan 250 motor; 100 orang tidak menggunakan kendaraan
Parkiran mobil:
1 mobil membutuhkan 18,5 m2
Luas parkiran mobil = 150 x 18,5 m2 = 2.775 m2
Parkiran motor:
1 motor membutuhkan 1,7 m2
Luas parkiran motor = 250 x 1,7 m2 = 425 m2
Luasan = 3.200 m2
Sirkulasi 30 % = 960 m2
Total = 4.160 m2
Parkiran pengelola
Asumsi jumlah pengelola 25 orang; 15 orang menggunakan motor, 10
orang menggunakan mobil.
Parkiran motor:
1 motor membutuhkan 1,7 m2
Luas parkiran motor = 15 x 1,7 m2 = 25,5 m2
Parkiran mobil:
1 mobil membutuhkan 18,5 m2
Luas parkiran mobil = 10 x 18,5 m2 = 185 m2
Luasan seluruhnya = 210,5 m2
Sirkulasi 30% = 63,15 m2
Total = 273,65 m2 274 m2
Parkiran pengelola service
Asumsi jumlah pengelola service 44 orang; 20 orang menggunakan
motor, 10 orang menggunakan mobil, 14 orang tidak menggunakan
kendaraan
Parkiran motor:
1 motor membutuhkan 1,7 m2
Luas parkiran motor = 20 x 1,7 m2 = 34 m2
Parkiran mobil:
1 mobil membutuhkan 18,5 m2
Luas parkiran mobil = 10 x 18,5 m2 = 185 m2
Sirkulasi 30% = 55,5 m2
Total = 240,5 m2
Rekapitulasi
Parkiran pengunjung = 4.160 m2
Parkiran pengelola = 274 m2
Parkiran pengelola service = 240,5 m2 +
= 4.674,5 m2
Sirkulasi 30% = 1.402,35
Total = 6.076,85 m2 6.077 m2

3.3 Zoning Pada Tapak


Penzoningan dimaksudkan untuk pengaturan pola ruang yang
disesuaikan dengan fungsi sehingga hadir suatu pengelompokkan ruang
yang memiliki kemiripan fungsi sehingga nantinya akan memudahkan
perancang dalam pengaturan/pengolahan ruang dalam bangunan.
Pertimbangan-pertimbangan zoning pada tapak yaitu sebagai berikut:
a. Pencapaian dan sirkulasi pejalan kaki ke dalam tapak
b. Hubungan kegiatan kegiatan dalam tapak
c. Situasi dan kondisi tapak
d. Tata ruang luar yang ingin di capai
e. Keterkaitan dengan fungsi-fungsi yang ada di sekitar tapak.
f. Pola tata letak bangunan
g. Karakter lingkungan bangunan di sekitar tapak
Gambar 16. Zoning pada tapak
Gambar 17. Zoning pada bangunan

Anda mungkin juga menyukai