Anda di halaman 1dari 1

Dampak mekanisasi pertanian dalam segala aspek :

1. Dampak sosial : mekanisasi pertanian tentunya banyak menggeser nilai


sosial yang sejak dahulu sudah menajdi bagian dari masayarakat. Seperti
contoh sederhana adalah gotong royong yang di zaman dahulu sangatlah
dijunjung tinggi. Namun, dizaman sekarang ini ditambah kemudahan
dalam mengolah lahan pertanian menjadikan kegiatan gotong royong
hampirlah hilang karena individualisme dan kemandirian dalam mengolah
lahan pertanian. Dan dibeberapa daerah yang biasanya membagikan hasil
panen mulai jarang karena lebih baik untuk dikonsumsi ataupun dijual
untuk mendapatkan hasil yang lebih.
2. Dampak ekonomi : dalam bidang ekonomi, tentunya mekanisasi pertanian
ini membawa banyak sekali keuntungan. Selain memudahkan pekerjaan
para petani, hasil yang diperoleh juga semakin cepat dan tidak
menggunakan banyak tenaga. Dalam perawatanya pun semakin
dipermudah. Desakan perekonomian membuat para petani semakin
berfikiran indivualis dengan mengharapkan hasil yang maksimal. Namun
dengan mengandalkan mekanisasi pertanian tersebut tentunya da hal-hal
yang menjadi beban tambahan para petani. Salah satunya adalah dalam
penggunaan traktor. Memang dilihat dari segi efektif dan efisiensi dari
traktor tnetunya sangatlah menguntungkan. Namun jika ditelaah lebih
mendalam, petani harus menyediakan bahan bakar bensin. Yang jika
untuk pembelian bahan bakar tersebut tidak ada, petanipun tidak dapat
menggunakan traktornya. Berbeda dengan dahulu para petani
mengandalkan penggunaan kerbau atau sapi utnuk membajak sawah.
Selahin hanya membutuhkan rumput untuk makan kerbau, dari segi
kotoran sapi pun dapat dimanfaatkan sebagai pupuk yang nantinya dapat
menyuburkan tanah pertanian. Tentunya dalam dampak ekonomi ini
banyak kelebihan dan kekurangan yang didapatkan.
3. Dampak budaya : pada prinsipnya, mekanisasi pertanian akan dituntut ke
dalam era modernisasi yang secara tidak langsung akan menuntut adanya
perubahan dan pembaharuan dalam sistem nilai dan budaya. Yang artinya
akan mereformasi terhadap norma dan budaya yang tidak lagi sama
dengan suatu zaman, kurang prosuktif, kurang efisien, dan tidak memiliki
daya saing. Maka semakin lama, budaya yang dulunya dijunjung tinggi
oleh para petani seperti persembahan sebelum melakukan penanaman
dan syukuran atas hasil yang melimpah sekarang mulai sering
ditinggalkan. Budaya masyarakat Indonesia yang awalnya sangatlah
menjunjung tinggi gotong royong, saat ini mulai di tingglakan karena
kemudahan mengolah lahan tani secara individu dengan mengandalkan
alat0alat atau mesin mesin yang memudahkan perkejaaan.

Anda mungkin juga menyukai