Anda di halaman 1dari 4

Sepuluh Cara Memahami Isi Puisi Oleh Prof. Dr.

Mursal Esten

Puisi adalah suatu susunan kata-kata yang rumit. Untuk bisa memahaminya
perlu menggunakan semacam pendekatan-pendekatan. Namun, meskipun
demikian ada juga puisi-puisi yang menggunakan kata-kata sederhana, sehingga
pembaca dapat langsung memahami isinya.
Puisi yang banyak menggunakan bahasa kiasan (figurative language), biasanya
agak sulit dimengerti. Untuk memahami puisi, berikut ini ada 9 cara memahami
isi puisi menurut Prof. Dr. Mursal Esten.
1. Perhatikanlah judulnya
Judul adalah sebuah lubang kunci untuk menengok keseluruhan makna
puisi. Melalui lubang kunci itu bisa terlihat apa yang ada di dalam puisi.
Bahkan melaui lubang kunci itu bisa terbuka rahasia makna yang ada di
dalam sebuah puisi.
2. Lihat kata-kata yang dominan
Kata-kata yang sering diulang di dalam sebuah puisi bisa menjadi kata-
kata yang dominan. Kata-kata yang dominan itu dapat pula memberi
suasana yang dominan terhadap sebuah puisi. Dengan melihat kata-kata
yang dominan itu akan terbuka pula kemungkinan untuk memahami
makna keseluruhan puisi.
3. Selami makna konotataif. Bahasa puisi adalah bahasa yang melewati
batas-batas maknanya yang lazim. Melewati maknanya yang harfiah.
Dengan makna yang konotatif itu ingin dibentuk suatu imaji atau citra
tertentu di dalam sebuah puisi.
4. Mengenali sturktur bahasa puisi.
5. Ubahlah bait-bait puisi menjadi prosa/memparafrasekan puisi.
6. Usut siapa yang dimaksud kata ganti yang ada dan siapa yang
mengucapkan kalimat yang ada di dalam tanda kutip (jika ditemukan di
dalam sebuah puisi).
7. Antara satu unit dengan unit yang lain (larik dengan larik yang lain, bait
dengan bait yang lain) di dalam sebuah puisi, membentuk satu kesatuan
(keutuhan makna). Temukanlah pertalian makna antara unit tersebut.
8. Cari dan kejar makna yang tesembunyi!
Sebuah puisi yang baik selalu punya makna tambahan dari apa yang
tersurat. Makna tambahan itu hanya akan bisa didapatkan sesudah
membaca dan memahami puisi itu. Sesudah merenung, melaui proses
kontrasi dan intensifikasi.9. Perhatikan corak sebuah sajak. Ada puisi yang
lebih mementingkan unsur formal dan yang lebih mementingkan unsur
puitis.
9. Perhatikan corak sebuah sajak, sebab ada puisi yang lebih mementingkan
unsur formal dan ada yang lebih mementingkan unsur puitis
10.Apa pun tafsiran (interpretasi) terhadap sebuah puisi, maka tafsiran
tersebut harus bisa dikembalikan kepada tes. Dengan arti kata, setiap
tafsiran harus berdasarkan teks. Harus bisa ditunjukkan kata mana, larik
mana, ataupun bait mana yang menjadi sumber tafsir

Astana rela
Tiada bersua dalam dunia
tiada mengapa hatiku sayang
tiada dunia tempat selama
layangkan angan meninggi awan

Jangan percaya hembusan cedera


berkata tiada hanya dunia
tilikkan tajam mata kepala
sungkumkan sujud hati sanubari

Mula segala tiada ada


pertengahan masa kita bersua
ketika tiga bercerai ramai
di waktu tertentu berpandang terang

Kalau kekasihmu hasratkan dikau


restu sempana memangku daku
tiba masa kita berdua
berkaca bahagia di air mengalir

Bersama kita mematah buah


sempana kerja di muka dunia
bunga cerca melayu lipu
hanya bahagia tersenyum harum

Di situ baru kita berdua


sama merasa, sama membaca
tulisan cuaca rangkaian mutiara
dIbuku dehulu marah padaku
diam ia tiada berkata
akupun lalu merajuk pilu
tiada peduli apa terjadi

matanya terus mengawas daku


walaupun bibirnya tiada bergerak
mukanya masam menahan sedan

Ibuku Dehulu
Hati nya pedih karna lakuku
HTerus aku berkesal hati
menurutkan setan, mengkacau-balau
jurang celaka terpandang di muka
kusongsong juga - biar chedera

Bangkit ibu dipegangnya aku


dirangkumnya segera dikucupnya serta
dahiku berapi pancaran neraka
sejuk sentosa turun ke kalbu

Demikian engkau;
ibu, bapa, kekasih pula
berpadu satu dalam dirimu
mengawas daku dalam dunia.i mahkota gapura astana rela.

Kenangan
Tambak beriak intan terberai
kemuncak bambu tunduk melambai
mas kumambang mengisak sampai
merenungkan mata kesuma teratai.

Senyap sentosa sebagai sendu


tanjung melampung merangkum kupu
hanya bintang cemerlang mengambang
diawang terbentang sepanjang pandang
Dalam sunyi kudus mulia
murca kanda dibibir kesumba
undung dinda melindung kita
heran kanda menajubkan jiwa

Dinda berbisik rapat di telinga


lengan melengkung memangku kepala
putus-putus sekata dua;
"kunang-kunang mengintai kita"...

Anda mungkin juga menyukai