Anda di halaman 1dari 79

PRISKILA ANESTASIA S.

G1A113066

Panduan Skills Lab


Blok 6.3 Neuro Behavior

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI

2016
KONTRIBUTOR
KOORDINATOR BLOK :
SEKRETARIS BLOK :
TIM BLOK :

STUDENT CENTER TEACHING:

KATA PENGANTAR
Proses pembelajaran pada Blok 6.3 (Neuro Behavior) ini merupakan integrasi dari
ilmu neuro dan behavior. Dalam blok ini, mahasiswa akan mempelajari mengenai Neuro
dan Behavior. Ada banyak materi yang dipelajari dalam blok ini.
Untuk mendukung kemampuan tersebut, dalam blok ini mahasiswaakan dibekali
dengan keterampilan klinis yang akan bermanfaat dalam praktik di kehidupan nyata.
Keterampilan klinis yang akan dipelajari dalam Blok 6.3 terdiri atas keterampilan
komunikasi: menyampaikan berita buruk, memberi nasehat dan motivasi, rehabilitasi
medik-motorik (post stroke), pemeriksaan status mental, pemeriksaan refleks nervi
kranialis danrefleks patologis, pemeriksaan penilaian kesadaran dan menigeal sign. Untuk

1|Blok 6.3Neuro Behavior


masing-masing materi skill lab akan dilakukan dalam 3 sesi, yang pertama merupakan sesi
terbimbing dimana mahasiswa akan didampingi oleh seorang tutor untuk masing-masing
kelompok, sesi kedua adalah feedback (proses evaluasi), dan sesi ketiga adalah ujian
OSCE yang akan diadakan pada akhir semester.Untuk mendapatkan hasil yang maksimal,
mahasiswa diharapkan dapat membaca panduan skill lab terlebih dahulu sebelum
mengikuti skill lab dan mengikuti skill lab dengan sebaik-baiknya.

DAFTAR ISI
Kontibutor ..................................................................................................... 1
Kata Pengantar............................................................................................... 2
Daftar Isi......................................................................................................... 3
Daftar Kompetensi......................................................................................... 4
Keterampilan komunikasi............................................................................... 5
Rehabilitasi medik-motorik (post stroke)....................................................... 16
Pemeriksaan pskiatri dan MMSE................................................................... 26
Pemeriksaan nervi kranialis dan refleks patologis......................................... 29
Pemeriksaan kesadaran (GCS/PCS) dan tanda meningeal............................. 30

2|Blok 6.3Neuro Behavior


DAFTAR KOMPETENSI
Berdasarkan SKDI (Standar Kompetensi Dokter Indonesia) 2012, ada beberapa level
kompetensi yang harus dipenuhi oleh mahasiswa kedokteran untuk menjadi seorang
dokter.

Level kompentensi 1 (Knows) :Mengetahui dan menjelaskan


Lulusan dokter mampu menguasai pengetahuan teoritis termasuk aspek biomedik dan
psikososial keterampilan tersebut sehingga dapat menjelaskan kepada pasien/klien dan
keluarganya, teman sejawat, serta profesi lainnya tentang prinsip, indikasi, dan komplikasi
yang mungkin timbul. Keterampilan ini dapat dicapai mahasiswa melalui perkuliahan,
diskusi, penugasan, dan belajar mandiri,sedangkan penilaiannya dapat menggunakan ujian
tulis.

Level kompentensi 2 (Knows how) : Pernah melihat atau didemonstrasikan


Lulusan dokter menguasai pengetahuan teoritis dari keterampilan ini dengan penekanan
pada clinical reasoning dan problem solving serta berkesempatan untuk melihat dan
mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung
pada pasien/masyarakat. Pengujian keterampilan tingkat kemampuan 2 dengan

3|Blok 6.3Neuro Behavior


menggunakan ujian tulis pilihan berganda atau penyelesaian kasus secara tertulis dan/atau
lisan.

Level kompentensi 3 (shows) : Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah


supervisi.
Lulusan dokter menguasai pengetahuan teori keterampilan ini termasuk latarbelakang
biomedik dan dampak psikososial keterampilan tersebut, berkesempatan untuk melihat dan
mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung
pada pasien/masyarakat, serta berlatih keterampilan tersebut pada alat peraga dan/ atau
standardized patient. Pengujian keterampilan tingkat kemampuan 3 dengan menggunakan
Objective Structured Clinical Examination (OSCE) atau Objective Structured Assessment
of Technical Skills (OSATS).

Level kompentensi 4 (Does) : Mampu melakukan secara mandiri


Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilannya tersebut dengan menguasai seluruh
teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian
komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan
tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX,
portfolio, logbook, dsb.

4A. Keterampilan yang dicapai pada saat lulus dokter.


4B.Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip dan/atau
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB).

NO KETERAMPILAN LEVEL
KOMPETENSI
1 Rehabilitasi medik-motorik (post stroke)
2 Pemeriksaan psikiatri 4A
3 Pemeriksaan Tambahan (Mini Mental State 4A
Examination)
4 Pemeriksaan nervi kranialis 4A
5 Pemeriksaan refleks patologis 4A
6 Pemeriksaan kesadaran (GCS dan PCS) 4A
7 Pemeriksaan tanda meningeal 4A

4|Blok 6.3Neuro Behavior


PEMERIKSAAN KESADARAN: GLASGOW COMA SCALE
(GCS) / PAEDIATRIC COMA SCALE (PCS) DAN TANDA
MENINGEAL

a. TUJUAN
Umum
1. Mengetahui dan dapat melakukan pemeriksaan untuk menilai kesadaran.
2. Mengetahui dan dapat melakukan pemeriksaan untuk menilai tanda meningeal.
Khusus
1. Mahasiswa mengetahui definisi Glasgow Coma Scaledan Paediatric Coma
Scale.
2. Mahasiswa mengetahui indikasi pemeriksaan GCS dan PCS.
3. Melakukan prosedur pemeriksaan GCS dan PCS dengan baik dan benar.
4. Menjelaskan parameter normal hasil pemeriksaan GCS dan PCS.
5. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan GCS dan PCS.
6. Mahasiswa mengetahui definisi dan indikasi tanda meningeal .
7. Mengetahui dan dapat melakukan pemeriksaan tanda meningeal.
8. Mengetahui dam mampu interpretasi hasil pemeriksaan tanda menigeal.

b. RENCANA PEMBELAJARAN
Pra-sesi

5|Blok 6.3Neuro Behavior


Mengerjakan working plan (menjawab beberapa pertanyaan tentang GCS /
PCS dan tanda meningeal; referensi dalam menjawab adalah video, buku
panduan skill lab, kuliah dan referensi lain)
Template Working Plan

Pertanyaan untuk dijawab mahasiswa


i. Apakah definisi dari GCS dan PCS?
ii. Apakah indikasi dari GCS dan PCS?
iii. Apakah perbedaan GCS dan PCS?
iv. Apakah definisi dari tanda meningeal?
v. Apakah indikasi dari pemeriksaan tanda meningeal?
vi. Sebutkan 5 pemeriksaan tanda meningeal?
Pertanyaan yang diajukan mahasiswa harus berbeda antara mahasiswa
satu dengan yang lain, 1-6 pertanyaan.
Sesi Terbimbing
Sesi 1

Item waktu
Pengenalan dan diskusi workplan 10 menit
Demonstrasi GCS dan PCS 15 menit
Demonstrasi tanda menigeal 15 menit
Mahasiswa mencoba melakukan GCS, PCS dan tanda meningeal 110 menit
10 mahasiswa x 11 menit

Sesi 2 (pengambilan nilai)

Item waktu
Mahasiswa melakukan pemeriksaan GCS, PCS, tanda meningeal 150 menit
dan masing-masing dinilai dan diberi feedback 10 mahasiswa x
15 menit

c. SKENARIO KLINIS
Skenario GCS/PCS
Tn. C di bawa oleh keluarganya ke IGD RS Raden Mattaher dalam keadaan tidak
sadarkan.Lakukukan pemeriksaan pada pasien.
An. B di bawa orang tuanya ke IGD RS Raden Mattaher dalam keadaan tidak
sadarkan diri.Lakukan pemeriksaan pada pasien.
Skenario Tanda Meningeal
Tn. C di bawa oleh keluarganya ke IGD RS Raden Mattaher dalam keadaan tidak
sadarkan diri dan leher terlihat menegang.Lakukukan pemeriksaan tanda meningeal
pada pasien.

6|Blok 6.3Neuro Behavior


d. TINJAUAN TEORI
PEMERIKSAAN KESADARAN
Glasgow Coma Scale Kesadaran adalah pengolahan input tersebut sehingga
menghasilkan pola-pola output susunan saraf pusat menentukan kualitas kesadaran.
Sedangkan Pediatric Coma Scale untuk anak-anak.Input susunan saraf pusat dapat
dibedakan jadi 2 yaitu:
a. Spesifik : berasal dari semua lintasan aferen impuls protopatik, propioseptif,
dan perasaan panca indera. Lintasan ini menghubungkan satu titik pada tubuh
dengan suatu titik pada kortek perseptif primer.
b. Non spesifik : merupakan sebagian dari impuls aferen spesifik yang disalurkan
melalui aferen nonspesifik, menghantarkan setiap impuls dari titik manapun
dalam tubuh ke titik-titik pada seluruh kedua kortek serebri.
Indikasi

Apabila terjadi perubahan tingkat kesadaran dari berbagai faktor, termasuk


perubahan kimia otak seperti keracunan, kekurangan oksigen dan tekanan
intrakranial.

Syarat pemeriksaan

1) kondisi mata:
a. Pasien dengan kondisi mata bengkak
b. Ptosis: kelopak mata selalu jatuh, biasanya karena stroke
c. Exoptalmus: kelopak mata terbuka terus
d. Enoptalmus: kelopak mata menyempit

2) Adanya kelumpuhan
3) Fraktur
4) Ada sesuatu yang mengganggu verbalnya misalnya sedang dipasang NGT,
Goodell, ETT, fraktur mandibula, afasia (tidak bisa bicara), difagia dll

GLASGOW COMA SCALE

Tingkat kesadaransangat penting pada pasien cedera kepala. Glasgow coma Scale
sudah digunakan secara luas untuk menentukan tingkat kesadaran penderita. Glasgow
Coma Scale meliputi:

7|Blok 6.3Neuro Behavior


No. Aspek Yang Dinilai Skor
1 Eye / Mata
Kriteria
Spontan membuka mata 4
Composmentis
Membuka mata dengan perintah suara GCS 15 3
Somnolen atau letargi
Membuka mata dengan rangsang nyeri GCS 13-14 2
SoporoTidak
Komatus
membuka mata dengan rangsang apapunGCS 8-12 1
2Koma Verbal GCS 3-7
Berorientasi baik 5
Bingung (bisa membentuk kalimat tapi arti keseluruhan kacau) 4
Bisa membentuk kata tapi tidak bisa membentuk kalimat 3
Bisa mengeluarkan suara yang tidak memiliki arti 2
Tidak bersuara 1
3 Motorik
Menurut perintah 6
Dapat melokalisir rangsang nyeri 5
Menolak rangsangan nyeri pada anggota gerak 4
Reaksi fleksi/dekortikal (fleksi sendi siku atau pergelangan tangan) 3
Reaksi ekstensi spontan (ekstensi pada sendi siku disertai fleksi
2
spastik pergelangan tangan)
Tak ada gerakan 1
Pelaporan nilai GCS seperti E4, V5, M6 artinya eye 4, verbal 5 dan motorik 6.

PEDIATRIC COMA SCALE

Sedangkan Pediatric Coma Scale merupakan modifikasi dari Glasgow Coma Scale
karena pada anak-anak yang belum bisa berbicara akan menyulitkan pemeriksa dalam
menentukan skor verbal-nya.

Paediatric Coma Scale meliputi :

1. Eyes opening / Respon membuka mata

Spontan 4

Stimulus verbal 3

Nyeri 2

Tidak ada 1

8|Blok 6.3Neuro Behavior


2. Non verbal children & Best verbal response / respon verbal terbaik

Non verbal anak-anak Respon verbal terbaik Nilai


Tersenyum apabila Orientasi baik dan bisa
5
mendengar suara berbicara
Menangis dan interaksi Orientasi yang buruk dan
4
yang buruk bisa berbicara
Merasa kurang nyaman dan
Kata-kata yang tidak jelas 3
merintih: membuat suara
Mudah marah dan gelisah Suara yang tidak jelas 2
Tidak ada respon Tidak ada respon 1

3. Best motor response/ respon motorik terbaik

Mengikuti perintah 6

Dapat melokalisir nyeri 5

Menolak rangsangan nyeri pada anggota gerak 4 (withdrawal)

Reaksi fleksi/dekortikal 3

Ekstensi spontan 2

Tak ada gerakan 1

Interpretasi anak > 5 tahun:

Skor membuka mata + respon verbal/nonverbal terbaik + respon motorik

1. Skor minimum adalah 3, prognosis sangat buruk

2. Skor maksimum adalah 13-15, prognosis baik

3. Skor 7 kesempatan untuk sembuh besar

4. Skor 3-5 berpotensi fatal

Interpretasi anak< 5 tahun :

9|Blok 6.3Neuro Behavior


Untuk anak-anak usia dibawah 5 tahun memiliki skor lebih rendah karena
pengurangan terjadi pada respon motorik dan verbal:

1. Usia 0-6 bulan :

Respon verbal terbaik pada usia ini adalah menangis, skor yang diharapkan adalah 2

2. Usia 6-12 bulan :

Pada usia ini bayi sudah dapat membentuk suara, skor yang diharapkan adalah 3.

Bayi akan melokalisir nyeri tapi tidak menuruti perintah, skor yang diharapkan
adalah 4.

3. Usia 12-24 bulan :

Kata-kata yang diucapkan sudah dapat dimengerti, skor yang diharapkan adalah 4.

Bayi akan melokalisir nyeri tapi tidak menuruti perintah, skor yang diharapkan
adalah 4.

4. Usia 2-5 tahun :

Kata-kata yang diucapkan sudah dapat dimengerti,skor yang diharapkan adalah 4.

Bayi sudah menuruti perintah,skor yang diharapkan adalah 5.

5. Usia diatas 5 tahun :

Orientasi baik bila pasien mengetahui bahwa ia di rumah sakit,skor verbal normal
yang diharapkan adalah 5.

Skor normal berdasarkan umur :

0-6bulan 9
6-12bulan 11
12-24bulan 12
2-5tahun 13
> 5 tahun 14

PEMERIKSAAN TANDA MENINGEAL

Tanda-tanda meningeal timbul karena tertariknya radiks-radiks saraf tepi yang


hipersensitif karena adanya perangsangan atau peradangan pada selaput otak meninges
(meningitis) akibat infeksi, kimiawi ataupun karsinomatosis.Perangsangan meningeal bisa
terjadi juga akibat perdarahan subarachnoid.

Test-test untuk menguji ada tidaknya tanda meningeal banyak sekali, namun pada
dasarnya adalah variasi test pertama yang dikenalkan oleh Vladimir kering pada tahun

10 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
1884.Dokter akhli penyakit dalam dari Rusia ini memperhatikan adanya keterbatasan
ekstensi pasif sendi lutut pada pasien meningitis dalam posisi duduk maupun
berbaring.Sampai sekarang masih sering digunakan untuk tanda meningeal.

Selanjutnya Josep Brudzinski seorang ilmuan Polandia pada tahun 1909


mengenalkan tanda lain dalam mendeteksi adanya tanda meningeal. Tanda yang
diperkenalkan adalah gerakan fleksi bilateral di sensi lutu dan panggul yang timbul secara
reflektorik akibat difleksikannya kepala pasien ke depan sampai menyentuh dada. Tanda
ini dikenal sebagai tanda Brudzinski I.

Sebelumnya Brudzinski juga telah memperkenalkan adanya tanda tungkai


kontralateral sebagai tanda perangsangan meningeal, yaitu gerakan fleksi di sendi panggul
dengan tungkai pada posisi lurus disendi lutut akan membangkitkan secara reflektorik
gerakan fleksi sendi lutut dan panggul kontralateral. Tanda ini dikenal sebagai Tanda
Brudzinski II.Urutan I dan II hanya menunjukkan urutan pemeriksaannya saja, bukan
urutan penemuannya.

Selain tanda-tanda yang sudah diseskripsikan di atas masih ada beberapa tanda
meningeal yang lain namun ada satu tanda lagi yang cukup penting yaitu kaku kuduk. Pada
pasien meningitis akan di dapatkan kekakuan atau tahanan pada kuduk nila difleksikan dan
diekstensikan.

Prosedur Pemeriksaaan

Untuk memudahkan pemeriksaan, pada keterampilan medik ini berturut-turut akan


dipelajari tanda-tanda meningeal sebagai berikut :

1. Kaku kuduk (Riginitas Nuchae)


2. Tanda Brudzinski I
3. Tanda Kernig
4. Tanda Lasegue
5. Tanda Brudzinski II

1. Kaku kuduk (Riginitas Nuchae)


Porsedur
Penderita berbaring terlentang di atas tempat tidur
Secara pasif kepala penderita dilakukan fleksi dan ekstensi
Interpretasi
Kaku kuduk dinyatakan positif jika sewaktu dilakukan gerakan, dagu penderita
tidak dapat menyentuh dua jari yang diletakkan di incisura jugularis, terdapat
suatu tahanan
2. Tanda Brudzinski I
Pasien berbaring terlentang
Tangan kiri pemeriksa diletakkan di bawah kepala pasien

11 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Kemudian dilakukan gerakan fleksi pada kepala pasien dengan cepat, gerakan
fleksi ini dilakukan semaksimal mungkin
Interpretasi

Tanda Brudzinksi positif jika sewaktu dilakukan gerakan fleksi kepala pasien
timbul fleksi involunter pada kedua tungkai

Gambar. Tanda Brudzinski I


3. Tanda Kernig
Pasien berbaring terlentang
Pemeriksa melakukan fleksi pada sendi panggul dan sendi lutut dari pasien
Kemudian dilakukan ekstensi pada sendi lutut
Interpretasi

Tanda kernig positif jika waktu dilakukan ekstensi sendi lutut < 135, timbul
rasa nyeri, sehingga ekstensi sendi lutut tidak bisa maksimal

Gambar. Tanda Kernig


4. Tanda Lesegue
Pasien berbaring telentang

12 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Pemeriksa mengangkat salah satu tungkai hingga terjadi bengkokan (fleksi pada
persendian panggul
Interpretasi
Tanda lasegue (+) jika timbul rasa sakit dan tahanan sebelum tungkai mencapai
sudut 70, normalnya tungkai dapat mencapai 70 tanpa rasa sakit dan tahanan,
kecuali pada usia lanjut hanya dapat mencapai 60

Gambar. Tanda Laseque


5. Tanda Brudzinski II
Pasien berbaring terlentang
Tungkai bawah pasien dilakukan fleksi secara pasif pada sendi panggul dan sendi
lutut (seperti Tanda Kernig)
Interpretasi

Tanda Brudzinski II positif jika sewaktu dilakukan gerakan di atas tadi, tungkai
yang kontralateral secara involunter ikut fleksi

Gambara. Tanda Brudzinski II


e. REFERNSI
1. MackrethB.Glasgowcomascaletrainingexercise.Matanuska-Susitna
BoroughDeptofPublicSafety.Availablefrom:URL:

13 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
www.chems.alaska.gov/EMS/documents/GCS_Activity_2003.

Accessed22ndMarch,2005.
2. ChildrennsComaScale(ModifiedGlasgowcomaScale,AdelaideComaScale).
Algorithm.Availableat:www.child-
neuro.org.uk/content/publish/algorithms/article_211.shtml -

51k.Accessed22ndMarch,2013.
3. MardjonoM,SidhartaP.Neurologiklinisdasar.6th ed.Jakarta:Dian Rakyat.1997;183-
5
4. Lumbantobing S, Neurologi Klinik, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2007.
5. Mahar Marjono, Neurologi Klinis Dasar, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta, 2008.

f. CHECKLIST
Pemeriksaan GCS

No. Aspekyangdinilai Nilai


0 1 2
I PemeriksaanGCS:
A. PemeriksaanEye/mata
1. Pemeriksamendekatipasiendanpasienspontanmembukamata
danmemandangpemeriksa:ada respon skor 4, tidak ada
respon lanjut ke point 2.
2. Pemeriksamemanggilnamapasien/memerintahkanpasienunt
uk membuka mata:ada respon skor 3, tidak ada respon
lanjut ke point 3.
3. Pemeriksamemberirangsangnyeriberupacubitan. Apabila
pasienmembukamataskor2, tidak ada respon ke point 4
4. Pemeriksamemberirangsangapapun(suarakeras/cubitan)pasi
entidakmembukamata:skor1.

B. PemeriksaanVerbal
5. Pemeriksamenanyakanorientasipasien (tempat, orang,
waktu), pasien menjawabdengan jelas,benardancepat:skor5,
tidak ada respon ke point 5.
6. Pemeriksamenanyakanorientasipadapasien,pasiendapatmenj
awabtapibingung,tidak tahuapa
yangterjadipadadirinya:skor4, tidak ada respon ke point 7.

14 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
7. Pemeriksamemberipertanyaantapipasientidakdapat
menjawabseluruhpertanyaandantidak dapat
menyelesaikanseluruhkalimat:skor3, tidak ada respon ke
point 8
8. Pemeriksamemberipertanyaandanpasienhanya

9 Pemeriksamemberikanrangsangtapipasientidakmengeluarka
nsuara/tidakada respon:skor1
C. Pemeriksaanmotorik
10. Pemeriksamemberiperintahdanpasiendapatmelaksanakanny
a:skor6, apabila tidak ada respon ke point 11.

11. Pemeriksamemberiperintah,apipasienmangabaikannya,diber
irangsangnyeripasien dapat melokalisirnyeri:skor 5, apabila
tidak ada respon ke point 12.
12. Pemeriksamemberirangsangnyeridanpasienberusaha
menolaknya : skor 4, apabila tidak ada respon ke point
13.
13. Pemeriksa memberi rangsang nyeri,kedua tangan pasien
menggenggam dan di kedua sisi tubuh di bagian atas
sternum (posisi dekortikasi) : skor 3, apabila tidak ada
respon ke point 14.
14. Pemeriksa memberi rangsang nyeri ,pasien meletakkan
kedua tangannya secara lurus dan kaku di kedua sisi tubuh
(posisi deserebrasi) : skor2, apabila tidak ada respon ke
point 15.
15. Pemeriksa memberi rangsang apapun pasien tidak
bergerak/tidak berespon : skor 1.

TOTAL NILAI

No. Aspekyangdinilai Nilai


1 2 3
II PemeriksaanPCS
A. Pemeriksaanmata/eye
1. Pemeriksamendekatipasiendanpasienspontanmembukamatadanme
mandangpemeriksa:skor4, apabila tidak ada respon ke point 2
2. Pemeriksamemanggilnamapasien/memerintahkanpasienuntukmem
buka mata:skor, apabilaa tidak ada respon ke point 3.

3. Pemeriksamemberirangsangnyeriberupacubitan,pasienakanmembu
kamata:skor2, apabila tidak ada respon ke point 4.
4. Pemeriksamemberirangsangapapun(suarakeras/cubitan)pasientidak
membukamata:skor1.

B. Pemeriksaannonverbal

15 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
5. Pemeriksamemberirangsangberupaobyek/mainanyangmenarikperh
atianpasiendan pasientersenyumsertabisa mengikutinyasaat
digerakkan:skor5,apabila tidak ada respon ke point 6.

6. Interaksipasiendenganpemeriksakurangbaik,pasiendapatmengucap
kankonsonansaat menangis:skor4, apabila tidak ada respon ke
point 7.
7. Pemeriksamencobaberinteraksidenganpasientapipasien
mengeluarkansuarayangtidak
konsisten(konsonan),danrintihansaatmenangis: skor3, apabila tidak
ada respon ke point 8.
8. Pasiengelisah,tidakbisaistirahat/diam,menangis:skor2, apabila
tidak ada respon ke point 9.
9. Pemeriksamemberirangsangantapipasientidakmemberikanresponte
rhadaprangsangapapun:skor1.

C. Pemeriksaanverbal
Pemeriksamenanyakanorientasipasien(tempat,orang,waktu),pasien
10. menjawab denganjelas, benar dan cepat : skor, apabila tidak ada
respon ke point 11.
Pemeriksamenanyakanorientasipadapasien,pasiendapatmenjawabta
11. pibingung, tidak tahuapa yangterjadipadadirinya:skor4, apabila
tidak ada respon ke point 12.
Pemeriksamemberipertanyaantapipasientidakdapat
12. menjawabseluruhpertanyaandantidak dapat
menyelesaikanseluruhkalimat:skor3, apabila tidak ada respon ke
point 13.
13. Pemeriksamemberipertanyaandanpasienhanyabisabergumam:skor2
, apabila tidak ada respon ke point 14.

14. Pemeriksamemberikanrangsangtapipasientidak
mengeluarkansuara/tidakada respon:skor1.
D. Pemeriksaanmotorik
15. Pemeriksamemberiperintahdanpasiendapat
melaksanakannya:skor6, apabila tidak ada respon ke point 16.
16. Pemeriksamemberiperintah,tapipasien
mangabaikannya,diberirangsangnyeripasien dapat
melokalisirnyeri:skor 5, apabila tidak ada respon ke point 17.
17. Pemeriksamemberirangsangnyeridanpasien
berusahamenolaknya:skor4, apabila tidak ada respon ke point 18.
18. Pemeriksamemberirangsangnyeri,keduatanganpasienmenggengga
mdandikeduasisitubuhdi
bagianatassternum(posisidekortikasi):skor3, apabila tidak ada
19. respon ke point 19.
Pemeriksamemberirangsangnyeri,pasienmeletakkankeduatanganny
asecaralurusdankakudikeduasisitubuh(posisideserebrasi):skor2,
apabila tidak ada respon ke point 20.
20. Pemeriksamemberirangsangapapunpasientidakbergerak/tidakberes
pon:skor1.

TotalNilai

Kaku kuduk (riginitas Nuchae)


16 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Mempersiapkan penderita berbaring terlentang di
2
atas tempat tidur
Secara pasif memfleksikan dan mengekstensikan
3
kepala penderita
Merasakan dan melaporkan ada tidaknya tahanan
4
pada leher/kuduk
Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan
5
kaku kuduk
JUMLAH SKOR

Tanda Brudzinski I
Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Mempersiapkan penderita berbaring terlentang di
2
atas tempat tidur
Mempersiapkan tangan kiri pemeriksa diletakkan
3
di bawah kepala pasien
Melakukan gerakan fleksi pada kepala pasien
4 dengan cepat dan gerakan fleksi ini dilakukan
semaksimal mungkin
Memperhatikan dan melaporkan ada tidaknya
5 refleks fleksi bilateral pada sendi panggul dan
sendi lutut
Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan
6
Brudzinski I
JUMLAH SKOR

Tanda Kernig
Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Mempersiapkan penderita berbaring terlentang di
2
atas tempat tidur
Pemeriksa melakukan fleksi pada sendi panggul
3
dan sendi lutut
4 Melakukan ekstensi pada sendi lutut
Memperhatikan dan melaporkan apakah pasien
5 merasa nyeri sehingga ekstensi tidak bisa
maksimal atau tidak

17 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan
6
tanda kernig
JUMLAH SKOR

Tanda Lasegue
Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Mempersiapkan penderita berbaring terlentang di
2
atas tempat tidur
Angkat salah satu tungkai hingga terjadi
3
bengkokan (fleksi) pada persendian panggul
Memperhatikan dan melaporkan apakah pasien
4 merasa sakit dan ada tahanan sehingga tungkai
tidak dapat mencapai 70
Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan
5
tanda kernig
JUMLAH SKOR

Tanda Budzinski II
Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Mempersiapkan penderita berbaring terlentang di
2
atas tempat tidur
Pada salah satu tungkai bawah pasien dilakukan
3 fleksi secara pasif pada sendi panggul dan sendi
lutut
Memperhatikan dan melaporkan ada tidaknya
4
refleks fleksi pada sendi lutut kontralateral
Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan
5
Brudzinski II
JUMLAH SKOR
Penjelasan :

0 Tidak dilakukan mahasiswa

1 dilakukan, tapi belum sempurna

2 dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan


mahasiswa karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan
dalam skenario yang sedang dilaksanakan)

18 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
PEMERIKSAAN REFLEKS NERVI KRANIALIS DAN
REFLEKS PATOLOGIS
a. TUJUAN
Umum
1. Mengetahui dan dapat melakukan pemeriksaan untuk menilai fungsi saraf
pusat (N.I-N.XII)
2. Mengetahui dan dapat melakukan pemeriksaan untuk menilai refleks patologis.
Khusus
1. Mengetahui definisi dari nervus kranialis.
2. Mengetahui indikasi dari pemeriksaan nervus kranialis.
3. Mengetahui dan dapat melakukan pemeriksaan untuk menilai nervus kranialis.
4. Mengetahui definisi dari refleks patologis.
5. Mengetahui indikasi dari pemeriksaan refleks patologis.
6. Mengetahui dan dapat melakukan pemeriksaan untuk menilai refleks patologis.
b. RENCANA PEMBELAJARAN
1) Pra-sesi
Mahasiswa diwajibkan membaca panduan modul skill lab dan melihat video
pemeriksaan nervi kranialis dan refleks patologis.
Mengerjakan working plan (menjawab beberapa pertanyaan tentang fungsi
nervi kranialis dan refleks patologis; referensi dalam menjawab adalah
video, buku panduan skill lab, kuliah dan referensi lain)
Template Working Plan

1. Pertanyaan untuk dijawab mahasiswa


i. Apakah definisi dari nervi kranialis?
ii. Apakah indikasi pemeriksaannervi kranialis?
iii. Sebutkan 5 pemeriksaan nervi kranialis?
iv. Apakah definisi refleks patologis?
v. Apakah indikasi dari pemeriksaan refleks patologis?
vi. Sebutkan 5 pemeriksaan refleks patologis?
2. Pertanyaan yang diajukan mahasiswa harus berbeda antara mahasiswa
satu dengan yang lain, 1-6 pertanyaan.
2) Sesi Terbimbing
Sesi 1

Item waktu
Pengenalan dan diskusi workplan 10 menit
Demonstrasi nervi kranialis 15 menit
Demonstrasi refleks patologis 15 menit
Mahasiswa mencoba melakukan nervi kranialis dan refleks 110 menit
patologis 10 mahasiswa x 11 menit

19 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Sesi 2 (Feedback)

Item waktu
Mahasiswa dinilaidan diberi feedback dalam melakukan 150 menit
pemeriksaan nervia kranaialis dan refleks patologis10 mahasiswa
x 15 menit

c. SKENARIO KLINIS
Tn. A datang ke klinik dr. B dengan keluhan kelopak mata sebelah tidak bisa dibuka
dan kaki kanan tidak bisa digerakkan. Periksa fungsi nervus karanialis refleks
patologis.

d. TINJAUAN TEORI
PEMERIKSAAN FUNGSI NERVI KRANIALIS
NERVUS OLFAKTORIUS (N I)
Teori

Nervus olfaktorius tersusun atas sel-sel nervus olfaktorius yang terdapat pada
mukosa rongga hidung bagian atas.Serabut saraf yang keluar dari badan sel saraf ini
memberntuk 20 berkas serabut saraf pada setiap sisi rongga hidung.Serabut-serabut ini
menembus lamina kribirformis ossis ethmidalis dan serabut-serabut sarafnya bersinaps
di neuron-neuron bulbus olfaktorius. Terdapat dua jenis sel yang menyusun bulbus
olfaktorius yaitu sel mitral dan sel berjambul (tufted calls). Serabut-serabut saraf yang
keluar dari kedua jenis sel tersebut membentuk berkas saraf yang disebut traktus
olfaktorius.

Gambar Epitel Olfaktorius

Sensasi bau timbul akibat hantaran impuls oleh serabut-serabut saraf yang keluar
dari badan sel mitral ke korteks lobus piriformis dan amigdala, sedangkan sel
berjambul menghantarkan impuls olfaktorik ke hipotalamus untuk membangkitkan
refleks olfaktorikinetik yaitu timbulnya salivasi akibat mencium bau tertentu.

20 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Gambar Skema nervus olfaktorius

Syarat pemeriksaan

Jalan nafas harus bebas dari sumbatan dan penyakit (misalnya: sekret,
influenza, ISPA, sinusitis) karena dapat menganggu ketajaman penciuman.
Bahan yang dipakai harus dikenal oleh penderita.
Bahan yang dipakai bersifat non iritating (misal zat iritating: mentol,
amoniak, alkohol atau cuka).
Prosedur pemeriksaan

Memberitahukan kepada penderita bahwa daya penciumannya akan


diperiksa.
Melakukan pemeriksaan untuk memastikan tidak ada sumbatan atau
kelaianan pada rongga hidung.
Meminta penderita untuk menutup salah satu lubang hidung.
Meminta penderita untuk mencium bau-bauan tertentu (misalnya: ekstrak
kopi, ekstrak jeruk, vanili, atau tembakau) melalui lubang hidung yang
terbuka.
Meminta penderita menyebutkan jenis bau yang diciumnya.
Pemeriksaaan yang sama dilakukan juga untuk lubang hidung kontralateral.

21 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Gambar pemeriksaan N I

(Mosbys Guide to Physical Examination. Seidel HM. 2011)

Interpretasi

Terciumnya bau-bauan secara tepat menandakan fungsi nervus olfaktorius


kedua sisi adalah baik (normosmi)
Hilangnya kemampuaan mengenali bau-bauan (anosmia) yang bersifat
unilateral tanda ditemukan adanya kelainan pada rongga hidung merupakan
salah satu tanda yang mendukung adanya neoplasma pada lobus frontalis
cerebrum.
Anosmia yang bersifat bilateral tanpa ditemukan adanya kelainan pada
rongga hidung merupakan salah satu tanda yang mendukung adanya
meningioma pada cekungan olfaktorius pada cerebrum. Hal ini dapat terjadi
sebagai akibat trauma ataupun pada meningitis.
Pada usia lanjut dapat terjadi gangguan fungsi indra penciuman ini dapat
terjadi tanpa sebab yang jelas. Gangguan ini dapat berupa penurunan daya
penciuman (hiposmia). Bentuk gangguan lainnya dapat berupa kesalahan
dalam mengenali bau yang dicium (parosmia), misalnya minyak kayu putih
tercium sebagai bawang goreng.
Selain keadaan di atas dapat juga terjadi peningkatan kepekaan penciuman
(hiperosmia), keadaan ini dapat terjadi akibat trauma kapitis, tetapi
kebanyakan hiperosmia terkait dengan kondisi psikiatrik yang disebut
konversi histeri. Sensasi bau yang muncul tanpa adanya sumber bau disebut
halusinasi olfaktorik. Hal ini dapat muncul sebagai aura pada epilepsi
maupun pada kondisi psikosi yang terkait denagn lesi organik pada unkus.

NERVUS OPTIKUS (N II)


Teori

Nervus optikus tersusun atas serabut-serabut axon saraf yang berasal dari sel-sel
ganglionik di retina.Axon saraf yang berasal dari sel-sel saraf ganglionik di
retina.Axon saraf yang berasa dari sel-sel saraf tersebut bersinaps dengan serabut-

22 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
serabut dendrit sel-sel saraf pada area corpus geniculatum lateralis, pulvinar dan
collilus superior membentuk pusat visual primer.

Axon saraf yang berasal dari sel-sel saraf pada corpus geniculatum lateralis,
pulvinar dan collilus superior membawa impuls ke pusat visual di korteks yang
terletak pada cuneus.Perjalanan serabut saraf yang membentuk nervus optikus dapat
dilihat pada skema berikut ini.

Gambar skema nervus optikus

Fungsi nervus optikus dapat diperiksa dengan beberapa teknik pemeriksaan.


Pada bagian latihan akan dibatasi pada pemeriksaan visus dan lapangan pandang
(visual field) sedangkan funduskopi akan dilatihkan pada topik organosensoris.

Pemeriksaan Daya Penglihatan (Visus)

Pemeriksaan visus pada bagian neurologi pada umumnya tidak dikerjakan


menggunakan kartu snellen tetapi dengan melihat kemampuan penderita dalam
mengenali jumlah jari-jari, gerakan tangan dan sinar lampu.

Syarat pemeriksaan

Menggunakan pencahayaan ruangan yang terang.


Memastikan bahwa penderita tidak mempunyai kelainan pada mata
(misalnya: katarak, jaringan parut atau kekeruhan pada kornea, peradangan
pada mata [iritis, uveitis], glaukoma, korpus alineum).
Prosedur pemeriksaan

Memberitahukan kepada penderita bahwa akan diperiksa daya


penglihatannya.
Meminta penderita untuk menutup mata sebelah kiri untuk memeriksa mata
sebelah kanan.
Pemeriksan berada pada jarak 1-6 meter dari penderita.

23 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Meminta penderita untuk menyebutkan jumlah jari pemeriksa yang
diperlihatkan kepadanya.
Jika penderita tidak dapat menyebutkan jumlah jari dengan benar, maka
pemeriksa menggunakan lambaian tangan dan meminta penderita
menentukan arah gerakan tangan pemeriksa pada jarak 1 meter.
Jika penderita tidak dapat menentukan arah lambaian tangan, maka
pemeriksa menggunakan cahaya lampu senter dan meminta penderita untuk
menunjuk asal cahaya yang disorot ke arahnya (nasal, temporal, atas,
bawah) pada jarak 1 meter.
Menentukan visus penderita.
Melakukan prosedur yang sama untuk mata sebelah kiri.
Interpretasi

Menghitung jari

V= 6/6 penderita bisa hitung jari pada jarak 6 meter.


V= 5/60 penderita bisa hitung jari pada jarak 5 meter.
Dst.
Lambaian tangan

V= 1/300 penderita bisa melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter.


Cahaya lampu senter (Light Perception/LP)

V= 1/ (proyeksi baik) penderita dapat mengenali saat disinari dan tidak


disinari dari segala posisi.
V= 1/ (proyeksi salah) penderita dapat mengenali saat disinari dan tidak
disinari namun tidak bisa menentukan arah sinar.
V= 0 penderita tidak dapat mengenali sinar (No Light Perception/NLP).
Gambar pemeriksaan N II

Pemeriksaan Lapang Pandang

Pemeriksaan lapangan pandang bertujuan memeriksa batas-batas penglihatan


bagian perifer. Pemeriksaan ini dapat dikerjakan dengan 3 teknik, yaitu:

1. Test konfrontasi dengan tangan


2. Test dengan kampimeter
3. Test dengan perimeter
Dalam latihan pemeriksaan nervus cranialis ini jenis test pertama yang akan
dilatihkan, sedangkan test kedua dan ketiga akan dilatihkan pada topik organosensoris.

24 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Gambar Pemeriksaan Konfrontasi

(Lecture Notes: Neurology. Ginsberg L. 2005)

Syarat pemeriksaan

Lapang pandang pemeriksa harus normal.


Prosedur pemeriksaan

Meminta penderita duduk berhadapan dengan pemeriksa pada jarak 1


meter.
Meminta penderita menutup mata kirinya dengan tangan untuk memeriksa
mata kanan.
Meminta penderita melihat hidung pemeriksa.
Pemeriksa menggerakkan jari tangannya dari samping kanan ke kiri dan
dari atas ke bawah.
Meminta penderita untuk mengatakan bila masih melihat jari-jari tersebut.
Menentukan hasil pemeriksaan.
Mengulangi prosedur pemeriksaan untuk mata sebelah kiri dengan menutup
mata sebelah kanan.
Interpretasi

Bila penderita bisa melihat sampai menghilangnya jari pemeriksa dari


penglihatan pada saat yang bersamaan dengan pemeriksa berarti lapang
pandang penderita normal.
Bila penderita hanya sebagian bisa melihat sampai menghilangnya jari
pemeriksa dari penglihatan pada saat yang bersamaan dengan pemeriksa
berarti penderita mengalami hemianopsia. Hal ini bisa disebabkan adanya
tekanan intrakranial yang mempengaruhi jalnnya saraf optik atau serabut
saraf pada retina (misalnya: tumor)
Lapang pandang normal Derajat
Temporal 85
Temporal bawah 85
Bawah 55
Nasal 55
Nasal bawah 50
Nasal atas 55

25 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Atas 45
Atas temporal 55
% lapang pandang 485
Lapang pandang menciut
Temporal 45
Temporal bawah 25
Bawah 30
Nasal 25
Nasal bawah 25
Nasal atas 25
Atas 25
Atas temporal 35
% lapang pandang 235

NERVI OKULARIS (N III, IV, VI)


Teori

Nervi okularis terdiri dari nervus okulomotorius (NII), nervus troklearis (N IV),
nervus abdusen (N VI). Nervi ini terdiri dari dua komponen dengan fungsi yang
berbeda, yaitu:

Motor somatik, menginervasi empat dari enam otot-otot ekstraokular dan


muskulur levator pelpebra superior. Komponen ini berfungsi mengontrol
kontraksi otot ekstraokuler dalam melihat dan fiksasi objek penglihatan.
Motor viseral, memberikan inervasi parasimpatis pada muskulus
konstriktor pupil dan muskulus siliaris. Komponen ini bertanggu jawab
dalam refleks akomodasi pupil sebagai respon terhadap cahaya.
Pemeriksaan nervi okularis meliputi tiga hal, yaitu:

1. Pemeriksaan gerakan bola mata


2. Pemeriksaan kelopak mata
3. Pemeriksaan pupil

Gambar Nervi Okularis (N III, N IV, N VI)


Syarat pemeriksaan

26 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Menggunakan pencahayaan ruangan yang terang.
Prosedur pemeriksaan gerakan bola mata

Memberitahukan penderita bahwa akan dilakukan pemeriksaan terhadap


gereakan bola matanya.
Memeriksa ada tidaknya gerakan bola mata di luar kemauan penderita
(nistagmus).
Meminta penderita untuk mengikuti gerakan tangan pemeriksa yang
digerakkan ke segala jurusan.
Mengamati ada tidaknya hambatan pada pergerakan matanya (hambatan
dapat terjadi pada salah satu atau kedua mata).
Meminta penderita untuk menggerakkan sendiri bola matanya.
Interpretasi

Normal jika terdapat gerakan konjungat, gerakan diskonjugat/gerakan


konversio
Normal jika dolls eye movement (+) yaitu bila kepala diputar ke lateral
maka mata berdeviasi secara sinergis ke arah berlawanan.
Apabila ada paralisis lirikan ke atas berari tanda parinaud (+).
Apabila kondisi kedua mata tidak sejajar berarti stabismus (juling).
Apabila ada pergerakan mata di sekitar aksis anteroposterior disebut
gerakan okulogirik/okulograsi. Dapat menjadi krisis okulogirik apabila bola
mata terfiksir pada satu posisi, secara khas berputar ke arah atas selama
bermenit-menit atau berjam-jam. Krisis ini dapat ditemukan pada ensefalitis
epidemik atau parkinsonisme pascaensefalitis atau pemakaian agen-agen
antipsikosis.
Kelainan gerakan bola mata lainnya seperti: gangguan gerakan bola mata ke
samping, gangguan gerakan bola mata adduksi, ke bawah

Gambar Pemeriksaan gerakan bola mata

Prosedur pemeriksaan kelopak mata

Meminta penderita untuk membuka kedua mata dan menatap ke depan


selama satu menit.
Meminta penderita untuk melirik ke atas selama satu menit.
Meminta penderita untuk melirik ke bawah selama satu menit.

27 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Pemeriksa melakukan pengamatan terhadap celah mata dan
membandingkan lebar celah mata (fisura palpebralis) kanan dan kiri.
Interpretasi

Normal jika simetris kelopak mata kanan dan kiri.


Apabila celah kelopak mata menyempit berarti ptosis, enoftalmus,
blefarospasmus.
Apabila celah kelopak mata melebar berarti eksoftalmus, proptosis.

Prosedur pemeriksaan pupil

Meminta penderita untuk membuka kedua mata dan menatap ke depan.


Melihat diameter pupil dan bentuk bulatan pupil serta membandingkan
pupil kanan dan kiri.
Memeriksa refleks pupil terhadap cahaya direk: menyorotkan cahaya ke
arah pupil lalu mengamati perubahan diameter pupil dan perubahan
diameter pupil ketika cahaya dialihkan dari pupil.
Memeriksa refleks pupil terhdapat cahaya indirek: mengamati perubahan
pupil mata yang tidak disorot cahaya ketika mata yang satunya
mendapatkan sorotan cahaya langsung.
Memeriksa refleks akomodasi pupil: meminta penderita melihat telunjuk
pemeriksa pada jarak jauh. Kemudian penderita diminta untuk terus melihat
telunjuk pemeriksa yang digerakkan mendekati hidung penderita. Amati
gerakan bola mata dan diameter pupil.
Interpretasi

Normal

Apabila diameter pupil 2 mm-5 mm berarti normal.


Apabila bentuk pupil bulat reguler berarti normal.
Apabila diameter kedua pupil sama berarti isokor.
Apabila pupil mengecil secara spontal (miosis) ketika disorot cahaya berarti
refleks cahaya langsung positif (normal).
Apabila mengecilnya pupil yang tidak disorot cahaya berarti refleks
konsensual positif (normal). Hal ini disebabkan karena di dalam charisma
opticum sebagian dari neurit-neuritnya antar nucleus pretestalis kanan dan
kiri sehingga bila salah satu pupil membesar maka pupil yang lainnya juga
ikut membesar.
Apabila kedua sumbu pandang terfiksasi pada pandangan dekat berarti
refleks konvergensi positif (normal).
Apabila terjadi perubahan terkoordinasi bila mata beradaptasi pada
penglihatan yang dekat misalnya: pupil mengecil, konvergensi bola mata
dan pencembungan lensa.

28 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Abnormal

Apabila bentuk pupil iregurel seperti berbentuk meruncing, bentuk air (tear
drop) berarti abnormal. Hal ini dikarenakan adanya ruput bulbi.
Apabila pupil mengecil ketika tidak disorot cahaya berarti pinpoint pupil.
Hal ini dikarenakan trauma kepala, penggunaan obat seperti opioid,
iridosilitis.
Apabila kedua pupil mata tetap melebar ketika disorot cahaya berarti
midriasis maksimal. Hal ini terjadi pada orang meninggal.
Apabila diameter kedua pupil tidak sama berarti anisokor. Hal ini
dikarenakan peningkatan tekanan intrakranial
Apabila pupil bermiosis kerika diberikan refleks akomodasi tetapi tidak
bereaksi terhadap cahaya berarti pupil Argyll Robertson.
Apabila salah satu pupil yang sakit berukuran lenih besar, bereaksi lambat
pada saat akomodasi, serta baru bereaksi terhadap cahaya setelah berada
dalam keadaan terang atau gelap berarti pupil Adies/pupil tonik.

Gambar Pemeriksaan pupil

(Lecture Notes: Neurology. Ginsberg L. 2005)

NERVUS TRIGEMINUS (N V)
Teori

Nervus trigeminus merupakan nervus cranialis V yang berfungsi menginervasi


bagian muka dan kepala.Nernus ini mempunyai 3 cabang yaitu cabang yang
menginervasi dahi dan mata (ophtalmic V1), pipi (maxillary V2), dan muka bagian
bawah serta dagu (mandibular V3). Ketiga cabang nervus V ini bertemu pada satu area
yang disebut ganglion Gasery, yang selanjutnya menuju batang otak melalui pons
menuju badan-badan sel nukleus nervi trigemini. Dari sini informasi yang diterima
diolah untuk selanjutnya dikirim ke korteks serebri untuk menimbulkan kesadaran
akan sensasi fasial.

Nervus trigeminus bertanggung jawab terhadap sensasi raba, nyeri, dan


temperatur pada muka.Selain itu nervus ini juga mengontrol gerakan otot yang
berperan dalam mengunyah makanan.Perlu diingat nervus ini tidak berperan dalam
pengaturan gerakan wajah yang diatur oleh nervus VII.

29 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Pemriksaan N V meliputi pemeriksaan motorik dan sensorik. Adapun prosedur
pemeriksaannya adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan fungsi motorik :


a. Meminta penderita untuk merapatkan gigi sekuat-kuatnya.
b. Pemeriksa mengamati muskulus measseter dan muskulus temporalis
(normal: kekuatan kontraksi sisi kanan dan kiri sama)
c. Meminta penderita untuk membuka mulut
d. Pemeriksa mengamati apakah dagu tampak simetris dengan acuan gigi seri
atas dan bawah (apabila ada kelumpuhan, dagu akan terdorong ke arah lesi).
Interpretasi

Kekuatan kontraksi sisi kanan dan kiri sama berarti normal.


Kegagalan kontraksi pada setiap sisi wajah lesi V1
Kegagalan kontraksi pada salah satu sisi wajah lesi VII
Penciutan otot temporalis dan masseter: jarang. Biasanya disebabkan
oleh distrofi miotonik, kelainan motor neuron, distrofi fasio-skapulo-
humeral.
Kelemahan penutupan rahang sangat jarang .kelemahan pembukaan
rahang seperti rahang menyimpang ke satu sisi lesi. Hal ini disebabkan
lesi unilateral nervus V motorik.

Gambar Pemeriksaan motorik nervus trigeminus


(Mosbys Guide to Physical Examination. Seidel HM. 2011)

2. Pemeriksaan fungsi sensorik :


a. Melakukan pemeriksaan sensai nyeri dengan jarum pada daerah dahi, pipi
dan rahang bawah.
b. Melakukan pemeriksaan sensasi suhu dengan kapas yang dibasahi air
hangat pada daerah dahi, pipi dan rahang bawah.
Interpretasi

Pengurangan subjektif sensasi kornea V1 parsial

30 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Gambar Pemeriksaan sensorik nervus trigeminus

(Mosbys Guide to Physical Examination. Seidel HM. 2011)

3. Melakukan pemeriksaan refelks kornea : cabang ophtalmik nervus V


a. Menyentuh kornea dengan ujung kapas (normal penderita akan menutup
mata / berkedip).
b. Menanyakan apakah penderita dapat merasakan sentuhan tersebut.
Interpretasi

Penderita akan menutup mata/berkedip berarti normal.


Tidak ada refleks tanda dini dan tanda objektif lesi nervus trigeminus
sensorik.
Kesalahan umum

Konjungtiva yang tersentuh, bukannya kornea.


Terhalang karena pemakaian lensa kontak.
Lidi kapas terlalu cepat diarahkan sehingga merangsang untuk
mengedip.

Gambar Pemeriksaan refleks kornea


(Textbook of Physical Diagnosis: History and Examination. Swartz MH. 2011)

4. Melakukan pemeriksaan refleks masseter :


a. Memeriksa penderita untuk sedikit membuka mulutnya.
b. Meletakkan jari telunjuk kiri pemeriksa di garis tengah dagu penderita.
c. Mengetok jari telunjuk kiri pemeriksa dengan jari tengah tangan kanan
pemeriksa atau dengan palu refleks

31 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
d. Mengamati respon yang muncul
Interpretasi

Kontraksi muskulus masseter dan mulut akan menutup.


Refleks rahang : tidak ada gerakanrefleks rahang negarif, gerakan
minimal normal, gerakan cepat refleks rahang meningkat.

NERVUS FACIALIS (N VII)


Teori

Nervus facialis (N VII) mempunyai komponen somatosensorik eferen dan


aferen dengan fungsi yang dapat dibedakan, yaitu:

1. Brachial motor (special visceral efferent) yang menginervasi otot-otot


facialis, otot digastik bagian belakang, otot stylohhyoideus dab
stapedius.
2. Viseral motor (general visceral efferent) yang menberikan inervasi
parasimpatik pada kelenjar lakrimal, submandibular dan sublingual serta
mukosa menginervasi mukosa nasofaring, palatum durum dan mole.
3. Sensorik khusus (special afferent) yang memberikan sensasi rasa pada
2/3 anterior lidah dan inervasi palatum durum dan mole.
4. Sensorik umum (general somatik afferent) yang menimbulkan sensasi
kulit pada konka, auricula dan area di belakang telinga.
Serabut syaraf yang membentuk brachial motor merupakan komponen N VII
yang paling dominan, sedangkan ketiga komponen serabut lainnya menggabung
menjadi satu terpusah dari brachial motor.Gabungan dari ketiga serabut terakhir
membentuk nervus intermedius.

Pemeriksaan fungsi nervus N II meliputi:

a. Pemeriksaan motorik nervus fasialis.


b. Pemeriksaan viseromotorik nervus intermedius.

Pemeriksaan Motorik Nervus Facialis

Prosedur pemeriksaan

Meminta penderita untuk duduk dengan posisi istirahat (rileks).


Pemeriksa mengamati muka penderita bagian kiri dan kanan apakah
simetris atau tidak.

32 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Pemeriksan mengamati lipatan dahi, tinggi alis, lebar celah mata, lipatan
kulit nasolabial dan sudut mulut.
Meminta penderita menggerakkan mukanya dengan cara sbb:
o Mengerutkan dahi, bagian yang lumpuh lipatannya tidak dalam.
o Mengangkat alis.
o Menurup mata dengan rapat, lalu pemeriksa mencoba membuka
dengan tangan.
o Memoncongkan bibir atau nyengir.
o Meminta penderita menggembungkan pipinya, lalu pemeriksa
menekan pipi kiri dan kanan untuk mengamati apakah kekuatannya
sama. Bila ada kelumpuhan maka angin akan keluar dari bagian
yang lumpuh.
Interpretasi

Apabila wajah simetris, kekuatan normal dan gerakan spontal (+) berarti
normal.
Apabila wajah asimetris dengan disertai kekuatan dahi lebih kuat daripada
wajah bagian bawah berarti kelumpuhan Upper Motor Neuron (UMN)
unilateral. Hal ini dikarenakan stroke, demielinisais, tumor.
Apabila wajah asimetris dengan disertai kekuatan dahi sama dengan wajah
bagian bawah berarti kelumpuhan Lower Motor Neuron (LMN) unilateral.
Hal ini disebabkan lesi di nervus fasialis atau nukleus pada pons seperti
Bells palsy (sering), lesi vaskular pons, infeksi herpes, tumor parotis
(sangat jarang).
Apabila wajah asimetris tanpa kelemahan otot berarti dapat dicurigai
kongenital.
Apabila wajah simetris dengan disertai kelemahan dahi bilateral sama
dengan wajah bagian bawah berarti kelumpuhan Lower Motor Neuron
(LMN) bilateral. Hal ini disebabkan sarkoidosis, sindrom Guillain Barre
(sering), miastenia gravis, miopati (sangat jarang).
Apabila wajah simetris dengan disertai kekuatan dahi bilateral lebih kuat
daripada wajah bagian bawah berarti kelumpuhan Upper Motor Neuron
(UMN) bilateral. Hal ini disebabkan paralisis pseudobulbar, kelainan motor
neuron.
Apabila wajah simetris dengan kekuatan normal namun gerakan spontan
sedikit berarti paralisis emosional. Hal ini bisa disebabkan parkinsonisme.

33 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Gambar Pemeriksaan motorik nervus fasialis

(Mosbys Guide to Physical Examination. Seidel HM. 2011)

Pemeriksaan Viserosensorik

Syarat pemeriksaan

Lidah penderita terus menerus dijulurkan keluar.


Penderita tidak diperkenankan bicara.
Penderita tidak diperkenankan menelan.
Prosedur pemeriksaan

Meminta penderita menujurkan lidah.


Meletakkan gula, asam, atau sesuatu yang pahit pada sebelah kiri dan kanan
dari 2/3 bagian depan lidah.
Meminta penderita untuk menuliskan apa yang dirasakannya pada secarik
kertas.
Interpretasi

Apabila penderita dapat merasakan dengan benar berarti normal.


Apabila penderita tidak dapat merasakan dengan benar berarti abnormal.

NERVUS VESTIBULOCOCLEARIS (N VIII)


Teori

Nervus vestibulococlearis (N VIII) terdiri dari dua berkas syaraf, yaitu:

1. Nervus cochlearis yang bertanggung jawab menghantarkan impuls


pendengaran.
2. Nervus vestibularis yang bertanggung jawab menghantarkan impuls
keseimbangan.

34 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Pemeriksaan fungsi nervus N III meliputi:

c. Pemeriksaan fungsi pendengaran.


d. Pemeriksaan fungsi vestibular/keseimbangan.

Pemeriksaan Fungsi Pendengaran

Syarat pemeriksaan

Di tempat yang sunyi atau jauh dari bunyi yang bising.


Fungsi pendengaran pemeriksa harus normal.
1. Pemeriksaan Weber
Tujuan pemeriksaan

Untuk membandingkan daya transport melalui tulang di telinga kanan dan kiri
penderita.

Prosedur pemeriksaan

Petik ujung garpu tala atau ketuk ujung garpu tala dengan meja.
Letakkan garpu tala di dahi/glabella/vertex penderita.
Interpretasi

Apabila kiri dan kanan sama keras berarti normal (penderita tidak dapat
menentukan dimana yang lebih keras)
Apabila terdapat tuli konduksi di sebelah kiri maka terdengar sebelah kiri
lebih keras, mislnya pada otitis media.
Apabila terdapat tuli sensorineural di sebelah kiri maka penderita akan
terdengar lebih keras sebelah kanan.
Gambar Pemeriksaan test
Weber

(Textbook of Physical
Diagnosis: History and
Examination. Swartz
MH. 2011)

2. Pemeriksaan Rinne
Tujuan pemeriksaan

Untuk membandingkan pendengaran melalui tulang udara dari penderita.

Prosedur pemeriksaan

Petik ujung garpu tala atau ketuk ujung garpu tala dengan meja.

35 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Letakkan garpu tala pada planum mastoid sampai penderita tidak dapat
mendengarnya lagi.
Kemudian pindahkan garpu tala ke depan meatus akustikus eksternus.
Interpretasi

Apabila masih terdengar bunyi berdenging di depan meatus akustikus


eksternus berarti normal atau tuli sensorineueral, tes rinne positif. (pada
telinga sehat, pendengaran melalui udara di dengar lebih lama daripada
melaui tulang)
Apabila tidak terdengar bunyi berdenging di depan meatus akustikus
eksternus berarti tuli konduksi, tes rinne negatif.

Gambar Pemeriksaan tes Rinne


(Textbook of Physical Diagnosis: History and Examination. Swartz MH. 2011)

3. Pemeriksaan Schwabach
Tujuan pemeriksaan

Untuk membandingkan hantaran tulang penderita dengan hantaran tulang


pemeriksa.

Prosedur pemeriksaan

Petik ujung garpu tala atau ketuk ujung garpu tala dengan meja.
Letakkan pada prossesus mastoideus penderita.
Bila penderita sudah tidak mendengar lagi bunyi getaran garpu tala, maka
segera garpu tala dipindahkan ke prosseus mastoideus pemeriksa.
Interpretasi

Apabila pemeriksa tidak mendengar bunyi yang berdenging berarti hantaran


tulang penderita baik, Schwabach normal.
Apabila pemeriksa masih mendengar bunti yang berderdenging berarti
hantaran tulang penderita kurang baik, Schwabach memendek.

Pemeriksaan Fungsi Keseimbangan

1. Pemeriksaan Tes Kalori

36 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Prosedur pemeriksaan

Penderita berbaring dengan kepala di atas bantal dengan sudut 30 sehingga


Kanalis Semisirkularis Lateral berada pada posisi vertikal
Masukkan air dingin (30) ke dalam telinga selama 40 detik (sebanyak 250
ml).
Penderita diminta untuk memandang lurus ke depan, kemudian perhatikan
kedua matanya.
Ulangi pada telinga lainnya.
Lanjutkan dengan menggunakan air hangat (44) seperti langkah dengan
menggunakan air dingin.
Interpretasi

Bila telinga kiri dimasukkan air dingin timbul nistagmus ke kanan,


begitupun telinga kanan. Bila telinga kiri dimasukkan air hangat akan
timbul nistagmus ke kiri, begitupun telinga kanan. Hal ini membuktikan
bahwa respon normal.
Respon yang menurun terhadap rangsangan dengan air dingin dan air
hangat pada salah satu telinga berarti paresis kanalis. Disebabkan lesi
kanalis semisirkularis (penyakit Meniere) atau kerusakan saraf (merupakan
penyebab tuli sensorineural neuronitis vestibular)
Pada pasien yang tidak sadarkan diri respon normal adalah apabila
dimasukkan air dingin akan terjadi gerakan kedua mata ke arah rangsangan.
Sedangkan ketika dimasukkan air hangat akan terjadi gerakan tonik kedua
mata menjauhi rangsangan.

2. Pemeriksaan tes Past Pointing


Prosedur pemeriksaan

Penderita duduk berhadapan dengan pemeriksa.


Pemeriksa mengangkat jari telunjuk di depan pemeriksa.
Penderita diminta untuk menyentuh ujung jari pemeriksa dengan jari
telunjuk.
Penderita menutup mata dan diminta untuk mengulanginya lagi.
Interpretasi

Apabila penderita dapat melakukannya berarti normal.


Apabila jari telunjuk penderita sangat jauh dari ujung jari pemeriksa berarti
abnormal. Hal ini dapat dikarenakan penyakit sereberal.

NERVUS GLOSOFARINGEUS (N IX)


Teori

37 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Nervus glosofaringeus (N IX) terdiri dari serabut-serabut motorik dan
sensorik.Serabut motoriknya sebagian bersifat somatomotorik dan sebagian lainnya
bersifat sekretomotorik.

Pemeriksaan Nervus Glosofaringeus

Prosedur pemeriksaan

Penderita diminta untuk membuka mulutnya.


Dengan spatel tongue tekan lidah ke arah bawah.
Minta penderita untuk mengucapkan a-a-a panjang.
Perhatikan bentuk uvula dan lengkung langit-langit.
Sentuh bagian belakang lidah atau dinding pharing kanan dan kiri.
Perhatikan respon yang terjadi pada penderita.
Interpretasi

Uvula simetris, langit-langit yang sehat akan bergerak ke atas, dan terjadi
refleks muntah ketika disentuh berarti normal.
Apabila uvula tidak simetris dan tampak mitik tertarik ke sisi yang sehat
berarti adanya gangguan pada m. Stylopharingeus.
Lengkung langit-langit di sisi yang sakit tidak akan bergerak ke atas.
Apabila disentuh bagian belakang atau pharing kanan dan kiri tidak terjadi
refleks muntah berati adanya gangguan sensibilitas.

NERVUS VAGUS (N X)
Teori

Nervus vagus (N X) terdiri dari 5 komponen dengan fungsi yang berbeda.


Kelima komponen tersebut adalah:

Btachial motor (eferen viseral khusus) yang bertanggung jawab terhadap


koordinasi otot-otot volunter faring, sebagian besar laring dan salah satu
otot ekstrinsik lidah.
Viseral motor (eferen viseral umum) yang bertanggung jawab terhadap
inervasi parasimpatik otot-otot dan kelenjar faring, laring dan viseral
thoraks dan abdomen.
Viseral sensori (eferen viseral umum) yang memberikan informasi viseral
dari laring, esophagus, trachea dan visera abdominal dan thorakal serta
membawa informasi dari reseptor tekanan dan kemoreseptor aorta.
Sensori umum ( aferen somatik umum) yang memberikan informasi
sensorik umum dari kulit belakang daun telinga, meatus acusticus eksterna,
permukaan luar membrana tympani dan faring.
Sensori khusus merupakan cabang minor dari nervus vagus yang
bertanggung jawab menimbulkan sensasi rasa dari daerah epiglotis.

38 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Pemeriksaan Nervus Vagus

Prosedur pemeriksaan

Penderita diminta untuk membuka mulutnya.


Dengan spatel tongue tekan lidah ke arah bawah.
Minta penderita untuk mengucapkan a-a-a panjang.
Perhatikan bentuk uvula dan lengkung langit-langit.
Sentuh bagian belakang lidah atau dinding pharing kanan dan kiri.
Perhatikan respon yang terjadi pada penderita.
Ambil laringoskop dan masukkan ke dalam mulut sampai terlihat pita suara
pada cermin laringoskop.
Minta penderita untuk mengucapkan a-a-a panjang.
Perhatikan gerakan pita suara dan bunyi suara penderita.
Interpretasi

Uvula simetris, langit-langit yang sehat akan bergerak ke atas, dan terjadi
refleks muntah ketika disentuh berarti normal.
Pita suara bergerak sewaktu fonasi atau inspirasi dan suara penderita
terdengar baik berarti normal.
Apabila uvula tidak simetris dan tampak mitik tertarik ke sisi yang sehat
berarti adanya gangguan pada m. Stylopharingeus.
Lengkung langit-langit di sisi yang sakit tidak akan bergerak ke atas.
Apabila disentuh bagian belakang atau pharing kanan dan kiri tidak terjadi
refleks muntah berati adanya gangguan sensibilitas.
Apabila pita suara tidak bergerak sewaktu fonasi atau inspirasi berarti ada
kelumpuhan satu sisi pita suara.
Apabila suara penderita menjadi parau berarti kedua sisi pita suara
mengalami kelumpuhan sehingga pita suara akan berada di garis tengah dan
tidak bergerah sama sekali.

NERVUS AKSESORIUS (N XI)


Teori

Nervus aksesorius (N XI) tersusun atas komponen kranial dan spinal yang
merupakan serabut motorik. Kedua komponen tersebut menginervasi otot yang
berbeda, yaitu:

Brachial motor (komponen kranial) yang bertanggung jawab memberikan


inervasi otot-otot laring dan faring.
Brachial motor (komponen spinal) yang bertanggung jawab memberikan
inervasi otot-otot trapezius dan sternikledomastoideus.

39 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Pemeriksaan Nervus Aksesorius

1. Pemeriksaan m. sternikleidomeastoideus
Prosedur pemeriksaan

Penderita diminta menolehkan kepalanya ke arah sisi yang sehat.


Raba m. Sternocleidomastoideus.
Interpretasi

Apabilam. Sternokleidomastoideus teraba menegang berarti normal.


Apabila m. Sternokleidomastoideus teraba tidak menegang berarti terdapat
paralisis N. XI di sisi tersebut.
2. Pemeriksaan m. trapezius
Prosedur pemeriksaan

Perhatikan/inspeksi kesimetrisan bahu.


Kedua tangan pemeriksa diletakkan di atas kedua bahu penderita.
Penderita diminta untuk mengangkat bahunya, kemudian pemeriksa tahan.
Perhatikan kesimetrisan bahu.
Penderita diminta untuk mengesktensikan kepalanya, kemudian ditahan
gerakan tersebut.
Interpretasi

Apabila simetris berarti normal.


Apabila penderita dapat mengangkat bahu dan mengekstensikan kepala
berarti normal.
Apabila tidak simetris berarti abnormal (biasanya sisi yang sakit lebih
rendah dari sisi yang sehat).
Apabila penderita kepala tidak dapat diekstensikan dan bahu tidak dapat
diangkat berarti ada kelemahan m. Trapezius satu sisi.

NERVUS HIPOGLOSSUS (N XII)


Teori

Nervus hipoglossus (N XII) hanya mempunyai satu komponen motor somatik.


Nervus ini menginervasi semua otot intrinsik dan sebagian besar otot ekstrinsik lidah
(genioglosus, styloglosusu dan hyoglosus)

Prosedur pemeriksaan

Penderita diminta utnuk berbicara.


Perhatikan apakah perkataannya diucapkan dengan baik.
Meinta penderita membuka mulut dan melakukan inspeksi lidah dalam
keadaan diam.

40 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Meminta penderita menjulurkan lidah dan melakukan ispeksi lidah dalam
keaadaan dijulurkan.
Interpretasi

Apabilaperkataan yang diucapkan baik dan lidah simetris/lurus berarti


normal.
Apabila perkataan yang diucapkan tidak baik berarti disatria.
Apabila dalam keadaan diam, lidah tidak simetris berarti tonus menurun
(biasanya bergeser ke daerah yang sehat).
Apabila dalam keadaan menjulurkan lidah terjadi deviasi berarti ada
kelumpuhan n. XII (lidah akan berdeviasi ke sisi yang sakit). Biasanya
terjadi karena kerusakan lower motor neuron (LMN) unilateral (jarang). Hal
ini disebabkan syringomyelia, meningitis basalis, kelainan motor neurom
dini, tumor foramen magnum.

Gambar Pemeriksaan nervus hipoglosus

(Mosbys Guide to Physical Examination. Seidel HM. 2011)

PEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS

Refleks patologis adalah refleks-refleks yang tidak dapat dibangkitkan pada orang-
orang sehat, kecuali pada bayi dan anak kecil.Kebanyakan merupakan gerakan
reflektorik defensif atau postural yang pada orang dewasa yang sehat terkelola dan
ditekan oleh aktivitas susunan piramidal.Anak kecil umur antara 4-5 tahun masih
belum memiliki susunan piramidal yang sudah bermyelinisasi penuh, sehingga
aktivitas susunan piramidalnya masih belum sempurna.Maka dari itu gerakan
reflektorik yang diniliai sebagai refleks patologis pada orang dewasa tidak selamanya
patologis jika dijumpai pada anak kecil.Tetapi pada orang dewasa refleks patologis
selalu merupakan tanda lesi Upper Motor Neuron (UMN).Manifestasi lesi pada UMN
biasanya berupa kelemahan atau kelumpuhan anggota gerak yang bersifat spastik.
Pemeriksaan refleks patologis merupakan salah satu pemeriksaan penting dalam
bidang neurologi.Pemeriksaan refleks patologis dapat menunjukkan adanya lesi
Upper Motor Neuron (UMN). Refleks patologis yang penting adalah:
1. Refleks Hoffman dan Trommer
2. Refleks Babinski
3. Refleks Chaddock

41 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
4. Refleks Oppenheim
5. Refleks Gordon
6. Refleks Schaefer
7. Refleks Rossolimo dan Mendel-Bechterew
Refleks-refleks patologis itu sebagian besar bersifat refleks dalam dan sebagian
lainnya bersifat refleks superfisial. Reaksi yang diperlihatkan oleh refleks patologis itu
sebagian besar adalah sama akan tetapi mempunyai nama yang bermacam-macam
karena dibangkitkan dengan cara yang berbeda. Misalnya refleks plantaris dengan
respon ekstensor dahulu dikenal dengan nama tanda Babinski. Kemudian ditemukan
metode lain untuk membangkitkannya yang dikenal sebagai modifikasi Babinski,
yaitu refleks Chaddokc, Oppenheim, Schaefer, dan Gordon. Refleks Babinski dan
modifikasi yang positif menunjukkan adanya lesi di traktus piramidalis, refleks
Babinski tidak ditemukan pada orang sehat kecuali pada bayi kurang dari 1 tahun
karena myelinisasi pada traktus tersebut belum sempurna.Refleks Rossolimo-Mendel
Bechterew jika positif menunjukkan adanya lesi di traktus piramidalis medula spinalis
maupun kapsula interna.
Kelainan motoris akibat lesi di UMN selain ditandai dengan adanya refleks
patologis juga dapat ditandai dengan hiperreflesia dari refleks-refleks
fisiologis.Hiperrefleksia seringkali diiringi dengan klonus yaitu kontraksi otot yang
berulang-ulang setelah dilakukan perangsangan tertentu.

Prosedur Pemeriksaaan

1. Refleks Hoffman dan Trommer


Prosedur
Dilakukan dengan ekstensi jari tengah pasien. Refleks Hoffman diperiksaan
dengan cara melakukan petikan pada kuku jari tengah. Refleks Trommer
diperikksa dengan cara mencolek ujung jari tengah.
Interpretasi
Refleks Hoffman-Tromner positif jika timbul gerakan fleksi pada ibu jari, jari
telunjuk dan jari-jari lainnya.

Gambar Refleks Hoffman dan Trommer

1. Refleks Babinski

42 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Prosedur
Goreskan ujung palu refleks pada telapak kaki pasien.Goreskan dimulai
pada tumit menuju ke atas dengan menyusuri bagian lateral telapak kaki,
kemudian setelah sampai pada pangkal kelingking, goresan dibelokkan ke medial
sampai akhir pada pangkal jempol kaki.
Interpretasi
Refleks Babinski positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari kaki yang disertai
pemekaran jari-jari yang lain.

Gambar Refleks Babinski

2. Refleks Chaddock
Prosedur
Dilakukan goresan dengan ujung palu refleks pada kulit dibawah maleolus
eksternus.Goresan dilakukan dari atas ke bawah (dari proksimal ke distal).
Interpretasi
Refleks Chaddock positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari kaki yang disertai
pemekaran jari-jari yang lain.

Gambar Refleks Chaddock

3. Refleks Oppenheim
Prosedur
Dengan menggunakan jempol dan jari telunjuk pemeriksa, tulang tibia
penderita diurut dari atas ke bawah.
Interpretasi
Refleks Oppenheim positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari yang disertai
pemekaran jari-jari yang lain.

43 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Gambar Refleks Oppenheim

4. Refleks Gordon
Prosedur
Dilakukan pemijatan pada otot betis pasien.
Interpretasi
Refleks Gordon positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari yang disertai
pemekaran jari-jari yang lain.

Gambar Refleks Gordon

5. Refleks Schaefer
Prosedur
Dilakukan pemijatan pada tendo Archilles penderita.
Interpretasi
Refleks Schaefer positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari yang disertai
pemekaran jari-jari yang lain.
6. Refleks Rossolimo dan Mendel-Bechterew
Prosedur
Refleks Rossolimo diperiksa dengan cara melakukan ketukan palu refleks
pada telapak kaki di daerah basis jari-jari pasien. Refleks Mendel-Bechterew
diperiksa dengan menggunakan palu reflkes pada daerah dorsum pedis basis jari-
jari kaki pasien.
Interpretasi
Refleks Rossolimo-Mendelpositif jika timbul fleksi plantar jari-jari kaki nomor 2
sampai nomor 5.

44 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Gambar Refleks Rossolimo

e. REFERENSI
Lumbantobing S, Neurologi Klinik, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2007.
Mahar Marjono, Neurologi Klinis Dasar, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta, 2008.
Suwono W J. 1996. Diagnosis Topik Neurologi: Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala.
EGC: Jakarta
Suwono W J. 1996. Panduan Praktis Pemeriksaan Neurologis. EGC: Jakarta
Weiner H L, Levitt L P. 2001. Buku Saku Neurologi. EGC: Jakarta

f. CHECKLIST
Pemeriksaan Nervus Olfaktorius

Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
Memberitahukan kepada penderita bahwa daya
1
penciumannya akan diperiksa
Melakukan pemeriksaan untuk mamastikan tidak
2
ada sumbatan atau kelainan pada rongga hidung
Meminta penderita untuk menutup salah satu
3
lubang hidung
Meminta penderita untuk mencium bau-bauan
tertentu (misalnya: ekstrak kopi, ekstrak jeruk,
4
vanili, atau tembakau) melalui lubang hidung
yang terbuka
Meminta penderita menyebutkan jenis bau yang
5
diciumnya
Pemeriksaan yang sama dilakukan juga untuk
6
lubang hidung yang satunya
7 Melaporkan hasil pemeriksaan n. Olfaktorius
JUMLAH SKOR

Pemeriksaan Nervus Optikus

1. Pemeriksaan Daya Penglihatan (Visus)

45 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
Memberitahukan kepada penderita bahwa akan
1
diperiksa daya penglihatannya
Memastikan bahwa penderita tidak mempunyai
kelainan pada mata (misalnya: katarak, jaringan
2
parut atau kekruhan pada kornea, peradangan pada
mata [iritis, uveitis], glaukoma, korpus alienum
Pemeriksan berada pada jarak 1-6 meter dari
3
penderita
Meminta penderita untuk menyebutkan jumlah
4
jari pemeriksa yang diperlihatkan kepadanya
Jika penderita tidak dapat menyebutkan jumlah
jari dengan benar, maka pemeriksa menggunakan
5 lambaian tangan dan meminta penderita
menentukan arah gerakan tangan pemeriksa pada
jarak 1 meter
Jika penderita tidak dapat menentukan arah
lambaian tangan, maka pemeriksa menggunakan
6 cahaya lampu senter dan meminta penderita untuk
menunjuk asal cahaya yang disorot ke arahnya
(nasal, temporal, atas, bawah) pada jarak 1 meter
7 Menentukan visus penderita
Melakukan prosedur yang sama untuk mata
8
sebelah kiri
JUMLAH SKOR

2. Pemeriksaan Lapang Pandang


Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
Meminta penderita duduk berhadapan dengan
1
pemeriksa pada jarak 1 meter
Meminta penderita menutup mata kirinya dengan
2
tangan untuk memeriksa mata kanan
3 Meminta penderita melihat hidung pemeriksa
Pemeriksa menggerakkan jari tangannya dari
4
samping kanan ke kiri dan dari atas ke bawah
Meminta penderita untuk mengatakan bila masih
5
melihat jari-jari tersebut
6 Menentukan hasil pemeriksaan
Mengulangi prosedur pemeriksaan untuk mata
7
sebelah kiri dengan menutup mata sebelah kanan

46 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
JUMLAH SKOR

Pemeriksaan Nervi Okularis

Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
Pemeriksaan gerakan bola mata
Memberitahukan penderita bahwa akan dilakukan
1
pemeriksaan terhadap gereakan bola matanya
Memeriksa ada tidaknya gerakan bola mata di luar
2
kemauan penderita (nistagmus)
Meminta penderita untuk mengikuti gerakan
3 tangan pemeriksa yang digerakkan ke segala
jurusan
Mengamati ada tidaknya hambatan pada
4 pergerakan matanya (hambatan dapat terjadi pada
salah satu atau kedua mata)
Meminta penderita untuk menggerakkan sendiri
5
bola matanya
Pemeriksaan kelopak mata
Meminta penderita untuk membuka kedua mata
6
dan menatap ke depan selama satu menit
Meminta penderita untuk melirik ke atas selama
7
satu menit
Meminta penderita untuk melirik ke bawah selama
8
satu menit
Pemeriksa melakukan pengamatan terhadap celah
9 mata dan membandingkan lebar celah mata (fisura
palpebralis) kanan dan kiri
Pemeriksaan pupil
Meminta penderita untuk membuka kedua mata
10
dan menatap ke depan
Melihat diameter pupil dan bentuk bulatan pupil
11
serta membandingkan pupil kanan dan kiri
Memeriksa refleks pupil terhadap cahaya direk:
menyorotkan cahaya ke arah pupil lalu mengamati
12
perubahan diameter pupil dan perubahan diameter
pupil ketika cahaya dialihkan dari pupil
Memeriksa refleks pupil terhdapat cahaya indirek:
mengamati perubahan pupil mata yang tidak
13
disorot cahaya ketika mata yang satunya
mendapatkan sorotan cahaya langsung
14 Memeriksa refleks akomodasi pupil: meminta

47 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
penderita melihat telunjuk pemeriksa pada jarak
jauh. Kemudian penderita diminta untuk terus
melihat telunjuk pemeriksa yang digerakkan
mendekati hidung penderita. Amati gerakan bola
mata dan diameter pupil
JUMLAH SKOR

Pemeriksaan Nervus Trigeminus

Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
Pemeriksaan Motorik
Meminta penderita untuk merapatkan gigi sekuat-
1
kuatnya
Pemeriksa mengamati m. Maseter dan m.
2
Temporalis
3 Meminta penderita untuk membuka mulut
Pemeriksan mengamati apakah dagu tampak
4
simetris dengan acuan gigi seri atas dan bawah
Pemeriksaan Fungsi Sensorik
Melakukan pemeriksaan sensasi nyeri dengan
5
jarum pada daerah dahi, pipi dan rahang bawah
Melakukan pemeriksaan sensasi suhu dengan
6 kapas yang dibasahi air hangat pada daerah dahi,
pipi dan rahang bawah
Pemeriksaan Refleks Kornea
7 Menyentuh kornea dengan ujung kapas
Menanyakan apakah penderita dapat merasakan
8
sentehun tersebut
Pemeriksaan Refleks Masseter
Meminta penderita untuk sedikit membuka
9
mulutnya
Meletakkan jari telunjuk kiri pemeriksa di garis
10
tengah dagu penderita
Mengetuk jari telunjuk kuru pemeriksa dengan jari
11 tengah tangan kanan pemeriksa atau dengan palu
reflex
12 Mengamati respon yang muncul
JUMLAH SKOR

Pemeriksaan Nervus Facialis

48 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
Pemeriksaan Motorik
Meminta penderita untuk duduk dengan posisi
1
istirahat (rileks)
Pemeriksa mengamati muka penderita bagian kiri
2
dan kanan apakah simetris atau tidak
Pemeriksan mengamati lipatan dahi, tinggi alis,
3 lebar celah mata, lipatan kulit nasolabial dan sudut
mulut
Pemeriksan mengamati apakah dagu tampak
4
simetris dengan acuan gigi seri atas dan bawah
Meminta penderita menggerakkan mukanya
dengan cara sbb:
Mengerutkan dahi, bagian yang lumpuh
lipatannya tidak dalam
Mengangkat alis
Menurup mata dengan rapat, lalu pemeriksa
5 mencoba membuka dengan tangan
Memoncongkan bibir atau nyengir
Meminta penderita menggembungkan
pipinya, lalu pemeriksa menekan pipi kiri dan
kanan untuk mengamati apakah kekuatannya
sama. Bila ada kelumpuhan maka angin akan
keluar dari bagian yang lumpuh
Pemeriksaan Viserosensorik
6 Meminta penderita menjulurkan lidah
Meletakkan gula, asam, garam atau sesuatu yang
7 pahit pada sebelah kiri dan kanan dari 2/3 bagian
depan lidah
Meminta penderita untuk menuliskan apa yang
8
dirasakannya pada secarik kertas
9 Melaporkan hasil pemeriksaan n. Facialis
JUMLAH SKOR

Pemeriksaan Nervus Vestibulocochlearis

Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
Pemeriksaan Fungsi Pendengaran
Pemeriksaan Weber
Petik ujung garpu tala atau ketuk ujung garpu tala
1
dengan meja

49 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
2 Letakkan garpu tala di dahi/glabella penderita
Pemeriksaan Rinne
Petik ujung garpu tala atau ketuk ujung garpu tala
3
dengan meja
Letakkan garpu tala pada planum mastoid sampai
4
penderita tidak dapat mendengarnya lagi
Kemudian pindahkan garpu tala ke depan meatus
5
akustikus eksternus
Pemeriksaan Schwabach
Petik ujung garpu tala atau ketuk ujung garpu tala
6
dengan meja
7 Letakkan pada prossesus mastoideus penderita
Bila penderita sudah tidak mendengar lagi bunyi
8 getaran garpu tala, maka segera garpu tala
dipindahkan ke prosseus mastoideus pemeriksa
Menjelaskan interpretasi pemeriksaan fungsi
9
pendengaran
Pemeriksaan Fungsi Keseimbangan
Pemeriksaan Test Kalori
Penderita berbaring dengan kepala di atas bantal
10 dengan sudut 30 sehingga Kanalis Semisirkularis
Lateral berada pada posisi vertical
Masukkan air dingin (30) ke dalam telinga
11
selama 40 detik (sebanyak 250 ml)
Penderita diminta untuk memandang lurus ke
12
depan, kemudian perhatikan kedua matanya
13 Ulangi pada telinga lainnya
Lanjutkan dengan menggunakan air hangat (44)
14
seperti langkah dengan menggunakan air dingin
Pemeriksaan Test Past Pointing
15 Penderita duduk berhadapan dengan pemeriksa
Pemeriksa mengangkat jari telunjuk di depan
16
pemeriksa
Penderita diminta untuk menyentuh ujung jari
17
pemeriksa dengan jari telunjuk
Penderita menutup mata dan diminta untuk
18
mengulanginya lagi
Menjelaskan interpretasi pemeriksaan fungsi
19
keseimbangan
JUMLAH SKOR

Pemeriksaan Nervus Glosofaringeus

Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2

50 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
1 Penderita diminta untuk membuka mulutnya
2 Dengan spatel tongue tekan lidah ke arah bawah
Minta penderita untuk mengucapkan a-a-a
3
panjang
Perhatikan bentuk uvula dan lengkung langit-
4
langit
Sentuh bagian belakang lidah atau dinding pharing
5
kanan dan kiri
6 Perhatikan respon yang terjadi pada penderita
7 Melaporkan hasil pemeriksaan n. Glosofaringeus
JUMLAH SKOR

Pemeriksaan Nervus Vagus

Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1 Penderita diminta untuk membuka mulutnya
2 Dengan spatel tongue tekan lidah ke arah bawah
Minta penderita untuk mengucapkan a-a-a
3
panjang
Perhatikan bentuk uvula dan lengkung langit-
4
langit
Sentuh bagian belakang lidah atau dinding pharing
5
kanan dan kiri
6 Perhatikan respon yang terjadi pada penderita
Ambil laringoskop dan masukkan ke dalam mulut
7
sampai terlihat pita suara pada cermin laringoskop
Minta penderita untuk mengucapkan a-a-a
8
panjang
Perhatikan gerakan pita suara dan bunyi suara
9
penderita
10 Melaporkan hasil pemeriksaan n. Vagus
JUMLAH SKOR

Pemeriksaan Nervus Aksesorius

Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
Pemeriksaan m. sternikleidomeastoideus
Penderita diminta menolehkan kepalanya ke arah
1
sisi yang sehat
2 Raba m. Sternocleidomastoideus
Pemeriksaan m. trapezius

51 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
3 Perhatikan/inspeksi kesimetrisan bahu
Kedua tangan pemeriksa diletakkan di atas kedua
4
bahu penderita.
Penderita diminta untuk mengangkat bahunya,
5
kemudian pemeriksa tahan
6 Perhatikan kesimetrisan bahu
Penderita diminta untuk mengesktensikan
7
kepalanya, kemudian ditahan gerakan tersebut
JUMLAH SKOR

Pemeriksaan Nervus Hipoglossus

Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1 Perhatikan/inspeksi kesimetrisan bahu
Kedua tangan pemeriksa diletakkan di atas kedua
2
bahu penderita
Penderita diminta untuk mengangkat bahunya,
3
kemudian pemeriksa tahan
4 Perhatikan kesimetrisan bahu
Penderita diminta untuk mengesktensikan
5
kepalanya, kemudian ditahan gerakan tersebut
6 Melaporkan hasil pemeriksaan n. Hipoglossus
JUMLAH SKOR

Pemeriksaan Refleks Hoffman-Trommer

Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Mempersiapkan penderita pada posisi siap
2
dilakukan pemeriksaan
3 Melakukan ekstensi jari tengah penderita
Melakukan petikan pada kuku jari tengah
4 penderita (Hoffman) dan colekan pada ujung jari
tengah (Trommer)
Mengamati dan melaporkan respons refleks yang
5
terjadi
Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan
6
Hoffman-Trommer
JUMLAH SKOR

Pemeriksaan Refleks Babinski

52 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Mempersiapkan penderita berbaring terlentang di
2
atas tempat tidur
Menggoreskan ujung palu refleks pada telapak
3
kaki pasien dengan benar
Memperhatikan dan melaporkan respons refleks
4
yang terjadi
Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan
5
Babinski
JUMLAH SKOR

Pemeriksaan Refleks Chaddock

Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Mempersiapkan penderita berbaring terlentang di
2
atas tempat tidur
Melakukan goresan dengan ujung palu refleks
3
pada kulit di bawah meleolus eksternus
Memperhatikan dan melaporkan respons refleks
4
yang terjadi
Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan
5
Chaddock
JUMLAH SKOR

Pemeriksaan Refleks Oppenheim

Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Mempersiapkan penderita berbaring terlentang di
2
atas tempat tidur
Dengan jempol dan jari telunjuk pemeriksa diurut
3
tulang tibia dari atas ke bawah
Memperhatikan dan melaporkan respons refleks
4
yang terjadi
Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan
5
Oppenheim
JUMLAH SKOR

Pemeriksaan Refleks Gordon

53 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Mempersiapkan penderita berbaring terlentang di
2
atas tempat tidur
3 Melakukan pemijatan pada otot betis penderita
Memperhatikan dan melaporkan respons refleks
4
yang terjadi
Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan
5
Gordon
JUMLAH SKOR

Pemeriksaan Refleks Schaeffer

Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Mempersiapkan penderita berbaring terlentang di
2
atas tempat tidur
3 Melakukan pemijatan pada tendon Achilles
Memperhatikan dan melaporkan respons refleks
4
yang terjadi
Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan
5
Schaeffer
JUMLAH SKOR

Pemeriksaan Refleks Rossolimo

Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Mempersiapkan penderita berbaring terlentang di
2
atas tempat tidur
Melakukan ketokan dengan palu refleks pada
3
telapak kaki di daerah basis jari-jari penderita
Memperhatikan dan melaporkan respons refleks
4
yang terjadi
Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan
5
Rossolimo
JUMLAH SKOR

Pemeriksaan Refleks Mendel-Bechterew

No Aspek Yang Dinilai Skor

54 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
0 1 2
1 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Mempersiapkan penderita berbaring terlentang di
2
atas tempat tidur
Melakukan perkusi dengan palu refleks pada
3
derah dorsum pedis basis jari-jari kaki
Memperhatikan dan melaporkan respons refleks
4
yang terjadi
Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan
5
Mendel-Bechterew
JUMLAH SKOR

Penjelasan :

0 Tidak dilakukan mahasiswa

1 dilakukan, tapi belum sempurna

2 dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan


mahasiswa karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan
dalam skenario yang sedang dilaksanakan)

PEMERIKSAAN PSIKIATRI
a. TUJUAN
1. Mampu menjelaskan pengertian gangguan jiwa
2. Mengetahui jenis-jenis pemeriksaan psikiatri.
3. Mengetahui prosedur diagnosis gangguan jiwa.
4. Dapat melakukan pemeriksaan psikiatri.
5. Dapat mendiagnosis gangguan jiwa.
6. Dapat melakukan Mini Mental State Examination.

b. RENCANA PEMBELAJARAN
Pra Sesi
1. Mahasiswa diwajibkan untuk membaca buku panduan skills lab.
2. Mahasiswa diwajibkan membuat workplan yang terdiri atas :
a. Mencari penjelasan dari tiap-tiap kata yang terdapat dalam status psikiatri, terutama
penjelasan dari hasil pemeriksaan yang terdapat dalam checklist status mental.
b. Pada pengantar Blok, mahasiswa diberikan video mengenai kasus gangguan jiwa.
Kemudian, mahasiswa diberikan tugas untuk mengamati dan menarik kesimpulan

55 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
dari video tersebut dalam bentuk laporan kasus dengan mengisi status psikiatri yang
telah dicari penjelasannya terlebih dahulu.
c. Membuat pertanyaan mengenai hal-hal yang tidak dimengerti setelah membacadan
mencari penjelasan dari status psikiatri dalam panduan skill lab.
3. Workpland dikumpulkan pada saat sesi 1 skills lab.

Sesi 1
a. Introduction 10
b. Pretest dan pembahasan pertanyaan workplan 15
c. Demontrasi dari fasilitator 15
d. Mahasiswa mencoba melakukan pemeriksaan psikiatri dan fasilitator memberikan
feedback. 11x10 110

Sesi 2
- Mahasiswa melakukan pemeriksaan psikiatri dan MMSE dan dievaluasi oleh fasilitator
@15 x 10 150

c. SKENARIO KLINIS
Skenario Pemeriksaan Psikiatri

Tn. Z (27 tahun) dibawa oleh keluarganya ke Rumah Sakit Jiwa Jambi karena
mengamuk besar kepada seluruh keluarganya di rumah.Istrinya mengatakan bahwa
Tn.Z memang sering marah-marah dirumah pada istri dan anaknya sejak 1 tahun yang
lalu.Akan tetapi, keluhan ini tidak terus menerus terjadi dan semakin memberat sejak
2 bulan terakhir. Istirnya juga mengatakan bahwa Tn.Z sering menuduh anaknya ingin
meracuninya bahkan ia sudah tidak mau keluar rumah karena menurutnya ada orang-
orang yang akan membunuhnya. Istri Tn.Z juga sering memergoki Tn.Z sedang
berbicara sendiri di kamar dan belakangan ini hal tersebut semakin sering.Lakukan
pemeriksaan psikiatri pada pasien ini, diagnosis, dan rencana terapi.

Skenario Mini Mental State Examination

Bapak M usia 70 tahun, datang ke poliklinik jiwa di RSJ Prov. Jambi bersama
menantunya. Dari keterangan menantunya didapatkan keterangan bahwa Bapak M
sudah mulai sering lupa, terutama lupa akan hal-hal yang baru saja terjadi, misalnya
sudah diberi sarapan oleh menantunya tetapi Bapak M mengatakan belum diberikan

56 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
sarapan, kadang Bapak M lupa di mana dia tinggal. Sebelumnya Bapak M seorang
yang sopan santun, supel, pandai bergaul dan tidak suka menyakitkan orang lain.
Lakukan pemeriksaan MMSE pada pasien ini !

d. TINJAUAN TEORI
Gangguan jiwa merupakan gangguan fungsi luhur otak oleh karena faktor organik
atau anorganik dengan gejala klinik nyata dan menimbulkan distres serta ketidakmampuan
dalam fungsi sosial. Gangguan jiwa ditegakkan bilamana terdapat gejala klinis yang nyata
berupa sindroma perilaku dan psikologi (terdapat gangguan fungsi kognitif, afektif dan
psikomotor), ditemukan kondisi penderitaan atau distress berupa rasa nyeri, tak nyaman,
disfungsi organ, dan lainnya serta timbulnya disabilitas dalam aktivitas kehidupan sehari-
hari yang biasa dan diperlukan untuk perawatan diri dan kelangusngan hidup (mandi,
berpakaian, makan, pekerjaan, sosial, dan lainnya). Jenis-jenis pemeriksaan psikiatri terdiri
atas :

1. Pemeriksaan tidak langsung (indirect examination)


Alloanamnesis merupakan anamnesis yang dilakukan kepada keluarga,
saudara atau teman dekat penderita dengan tujuan untuk mendapatkan
informasi tentang penderita.
Autoanamnesis merupakan anamnesis yang dilakukan langsung kepada
penderita.
2. Pemeriksaan langsung (direct examination)
Pemeriksaan fisik (status internus dan neurologis)
Pemeriksaan khusus psikiatri
- penampilan umum
- mood
- proses pikir
- gangguan persepsi
- orientasi
- ingatan fungsi intelektual
- insight
- judgment
- kontrol impuls
- dan lain-lain
3. pemeriksaan tambahan (Mini Mental State Examination) atau penunjang
(laboratorium, radiologi, dan lain-lain).

Proses diagnosis gangguan jiwa mengikuti prosedur klinis yang lazim dilakukan
dalam praktik kedokteran klinis, yaitu meliputi langkah-langkah sebagai berikut :

57 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
1. Mempersiapkan lembar catatan medik (status psikiatri).
2. Melakukan anamnesis (alloanamnesis atau autoanamnesis).
3. Merencanakan pemeriksaan medis dan atau non medis lainnya bila diperlukan.
4. Melakukan diagnosis multiaksial.
Diagnosis pada pemeriksaan psikiatri dibagi kedalam lima aksis sebagai berikut :
1) Aksis I :
a. Gangguan klinis
b. Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis

2) Aksis II :
a. Gangguan kepribadian
b. Retardasi mental
3) Aksis III : Kondisi medik umum
4) Aksis IV : Masalah psikososial dan lingkungan
5) Aksis V : Penilaian fungsi secara global (GAF)
Setelah diagnosis ditegakkan, terapi dapt diberikan berupa farmakoterapi,
psikoterapi, terapi sosial, terapi okupasional dan lainnya. Berdasarkan Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan jiwa (PPDGJ) III di Indonesia, gangguan jiwa
dibagi menjadi :
1. Gangguan mental organik.
2. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif.
3. Skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham.
4. Gangguan mood/afektif.
5. Gangguan neurotic, gangguan somatoform, dan gangguan terkait stres.
6. Gangguan kepribadian dan perilaku dewasa.
7. Sindroma perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik.
8. Retardasi mental.
9. Gangguan perkembangan psikologis.
10. Gangguan perilaku dan emosional dengan onset usia anak dan remaja.

PSYCHIATRIC HISTORY TAKING


Riwayat psikiatri adalah catatan tentang riwayat penyakit, gangguan jiwa, dan
riwayat hidup pasien yang diperlukan untuk memahami siapa pasien, dari mana pasien
berasal dan perkiraan akan kearah mana pasien selanjutnya pada masa mendatang. Adapun
hal-hal yang perlu diketahui dalam anamnesis psikiatri :
1. Data pribadi.
2. Keluhan utama.
3. Riwayat perjalanan penyakit sekarang.
a. Awitan
b. Faktor presipitasi

4. Riwayat penyakit atau gangguan sebelumnya.


a. Psikiatri.

58 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
b. Medik.
c. Penggunaan Zat.
5. Riwayat keluarga pasien.
6. Riwayat hidup.
a. Prenatal dan perinatal
b. Masa kanak awal (samapai 3 tahun)
c. Masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
d. Masa remaja
e. Masa dewasa
a) Riwayat pekerjaan, perkawinan/berpasangan/pacaran
b) Riwayat pendidikan
c) Riwayat militer
d) Riwayat agama/kehidupan beragama
e) Aktivitas sosial dan situasi kehidupan sekarang
f) Riwayat pelanggaran hukum
f. Riwayat psikoseksual
g. Riwayat keluarga
h. Impian, fantasi dan nilai-nilai.

PEMERIKSAAN PSIKIATRI KHUSUS (PEMERIKSAAN STATUS MENTAL)


Pemeriksaan status mental adalah bagian dari pemeriksaan status klinis yang
menggambarkan jumlah total observasi pemeriksa dan kesan tentang pasien psikiatri saat
wawancara. Garis besar pemeriksaan status mental adalah sebagai berikut :
1. Gambaran umum
a. Penampilan
b. Perilaku dan Akitivitas Psikomotor
c. Sikap terhadap pemeriksa
2. Mood dan Afek
3. Bicara
4. Gangguan persepsi
5. Pikiran
a. Proses atau bentuk pikiran
b. Isi pikiran
6. Sensorium dan Kognitif
a. Kesadaran dan tingkat kecerdasan.
b. Orientasi.
c. Daya ingat.
d. Konsentrasi dan perhatian.
e. Kapasitas membaca dan menulis.
f. Kemampuan visuospasial.
g. Pikiran abstrak.
h. Sumber informasi dan kecerdasan.
7. Pengendalian impuls
8. Pertimbangan dan tilikan (insight)
9. Reliabilitas (judgement)

59 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
PEMERIKSAAN TAMBAHAN (MINI MENTAL STATE EXAMINATION)

Mini Mental State Examination (MMSE) adalah yang digunakan untuk memeriksa
dan mendeteksi gangguan fungsi kognitif terdiri atas 30 item pertanyaan yang mencakup
orientasi (10 pertanyaan), pendaftaran (3 pertanyaan), perhatian/ perhitungan (1
pertanyaan), ingatan/ memori (3 pertanyaan), bahasa (8 pertanyaan), dan rekonstruksi (1
pertanyaan).

Hal ini biasanya digunakan dalam pengobatan untuk menyaring demensia. Hal ini
juga digunakan untuk memperkirakan tingkat keparahan kerusakan kognitif pada titik
waktu tertentu dan mengikuti jalannya perubahan kognitif pada individu dari waktu ke
waktu, sehingga menjadikannya sebagai cara yang efektif untuk mendokumentasikan
respons seseorang terhadap pengobatan.

Dalam rentang waktu sekitar 10 menit itu sampel berbagai fungsi, termasuk
aritmatika, memori, dan orientasi. Hal ini diperkenalkan oleh Folstein et al.pada tahun
1975. Tes ini bukanlah hal yangs sama seperti pemeriksaan status mental. Bentuk MMSE
standar yang saat ini diterbitkan oleh Sumber Daya Penilaian Psikologis didasarkan pada
konseptualisasi yang aslinya 1975 dengan modifikasi berikutnya oleh penulis.

Pemeriksaan membutuhkan sekitar 5 menit untuk dilakukan.Gangguan kognitif hadir


jika skor MMSE kurang dari 25 dari 30 pertanyaan. Hasil pemeriksaan tergantung pada
usia pasien dan tingkat pendidikan. Oleh karena itu, dalam melakukan pemeriksaan
MMSE, kita harus memperhatikan kedua variabel tersebut. Nilai rata-rata pemeriksaan
MMSE berdasarkan Tingkat Usia dan Tingkat Pendidikan.

Usia Tingkat Pendidikan


Tingkat 4 (SD) Tingkat 8 Menengah Atas Mahasiswa
(SMP)
18-24 22 27 29 29
25-29 25 27 29 29
30-34 25 26 29 29
35-39 23 26 28 29
40-44 23 27 28 29
45-49 23 26 28 29
50-54 23 27 28 29
55-59 23 26 28 29

60 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
60-64 23 26 28 29
65-69 22 26 28 29
70-74 22 25 27 28
75-79 21 25 27 28
80-84 20 25 25 27
>84 19 23 26 27

Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum melakukan pemeriksaan MMSE :

1. Minimal Pendidikan SMP


2. Sadar
3. Kerjasama
4. Tidak ada gangguan bicara
5. Tidak ada gangguan menulis dan membaca

Interpretasi

Setiap skor 25 poin (dari 30) secara efektif normal (utuh). Di bawah ini, nilai dapat
mengindikasikan tingkat : parah ( 9 poin), sedang (10-20 poin) atau ringan (21-24 poin).
Skor baku juga mungkin perlu dikoreksi untuk tingkat pendidikan dan usia. Rendah
dengan skor sangat rendah berkorelasi erat dengan kehadiran demensia, meskipun
gangguan mental lainnya juga dapat menyebabkan temuan abnormal pada pengujian
MMSE.Kehadiran masalah murni fisik juga dapat mengganggu interpretasi jika tidak
mencatat, misalnya, pasien mungkin secara fisik tidak dapat mendengar atau membaca
petunjuk dengan benar, atau mungkin memiliki defisit motorik yang mempengaruhi
keterampilan menulis dan menggambar.

CONTOH STATUS PSIKIATRI

61 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
No :

Nama :

Dokter :

Tanggal :

STATUS PSIKIATRI

LAB/UPF PSIKIATRI

FK. UNJA

KETERANGAN PRIBADI PASIEN


Nama:.....
Jenis Kelamin:.....
Tempat & Tgl Lahir/Umur:.....
Status Perkawinan:.....
Bangsa:.....
Suku:.....
Agama:.....
Pendidikan:.....
Pekerjaan:.....
Alamat & Telp:.....
Nama & Alamat keluarga terdekat di Medan:.....
Dengan siapa pasien tinggal pada saat ini:.....

KETERANGAN DIRI ALLO / INFORMANT :


Nama:..... Lk/Pr.
Umur:.....
Pekerjaan:.....
Pendidikan:.....
Alamat & Telp:.....

62 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Hubungan dengan pasien:.....
Keakraban dengan pasien:.....
Sudah berapa lama mengenal pasien:.....
Kesan pemeriksa/dokter terhadap keterangan yang diberikannya:.....

ANAMNESIS
Keterangan / Anamnesis dibawah ini diperoleh dari (lingkari angka dibawah ini):
1. Pasien Sendiri (Autoanamnesis)
2. Informant (Alloanamnesis)

1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf yang
sesuai):
a. Sendiri
b. Keluarga\
c. Polisi
d. Hakim/Jaksa
e. Dll.
2. Sebab utama pasien datang meminta pertolongan di Lab. Psikiatri atau di opname :
........................................................................................
3. Keluhan utama pasien dan telah berapa lama keadaan ini telah berlangsung :
......................................................................................
4. Riwayat perjalanan penyakit sekarang ini (buat laporan singkat secara kronologis dari
awal sampai keadaan saat ini) yang meliputi : kapan terjadinya; gejala-gejala utama;
bagaimana perjalanan penyakitnya; apakah dapat pengobatan (dokter, dukun, dsb) dan
bagaimana hasilnya.
....................................................................................................................
5. Riwayat penyakit sebelumnya ( bila ada ) : tanyakan tentang serangan pertama pada
usia berapa , adakah faktor pencetus dan atau trauma psikis sebagai penyebab , sudah
berapa lama/kali serangan ini, dan berikan gambaran klinik tentang serangan terdahulu
ini.
..................................................................................................................
6. Riwayat keluarga pasien

BAPAK IBU

63 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Bangsa: - -
Suku: - -

Agama: - -

Pendidikan: - -
- -
Pekerjaan:
- -
Umur:
- -
Alamat:
- -
Hubungan dengan Pasien:
- -
Kepribadian (menurut....)
- -

Pasien bersaudara : ...... orang , dan pasien anak ke : ......


Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung, untuk pasien
sendiri lingkari nomornya.
1. Lk/Pr (......)
2. Lk/Pr (......)
3. Lk/Pr (......)
4. Lk/Pr (......)
5. Dst.
Gambarkan kepribadian masing-masing saudara pasien, dan sikap pasien terhadap
masing-masing saudara tersebut.
1. .................... ..............
2. .................... ..............
3. .................... ..............
4. .................... ..............
5. Dst.
Orang-orang lain yang tinggal di rumah pasien, dengan gambaran kepribadiannya,
dan bagaimana hubungan pasien dengan mereka.
1. .......................
2. .......................
3. Dst.
Apakah ada riwayat penyakit jiwa atau kebiasaan-kebiasaan dan penyakit-penyakit
fisik (yang ada kaitannya dengan gangguan jiwa) pada anggota keluarga pasien :
............................................................................................................
Gambaran dari situasi rumah yang pernah didiami pasien :

64 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
..................................................................................................
Dan lain-lain.
7. Gambaran kepribadian dan riwayat hidup pasien sebelum sakit (pramorbid) :
7.1. Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan. Meliputi keadaan ibunya sewaktu
hamil dan melahirkan.
Apakah lahir aterm / prematur ; normal / abnormal
Apakah ada trauma lahir.
Apakah pasien anak yang direncanakan/ diinginkan, atau sebaliknya.
7.2. Riwayat masa bayi dan kanak-kanak
Pertumbuhan fisik: ( lambat , biasa , cepat).
Minum ASI atau susu lain.
Usia mulai bicara : (......tahun)
Usia mulai jalan : (......tahun)
Problem makan : (..........)
Deprivasi maternal : (...........)
7.3. Simtom-simtom neurotik yang dijumpai pada masa kanak-kanak, misalnya:
mengisap jari ( ) ; ngompol ( ) ; night teror ( ); gagap( ); tics( ); gigit kuku
( ) ;dll.
7.4. Kesehatan fisik masa kanak-kanak :
Pernahkah demam tinggi disertai gangguan mental , kejang-kejang atau penyakit-
penyakit lainnya.
......................................................
......................................................
7.5. Masa Sekolah :
Umur mulai sekolah dan meninggalkan sekolah; studi/interest yang difavoritkan;
kesanggupan khusus; aktivitas ekstra kurikuler;
Sikap terhadap guru, teman-teman sekelas, dan aktifitas sekolah.
Kemampuan disekolah dan hobi.
Apakah ada tingkah laku anti sosial.
..................................................
..................................................
..................................................

65 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
7.6. Masa Remaja :
Fobi ( ) ; masturbasi ; ( ) ; ngompol ( ) ; lari dari rumah ( ) ; kenakalan remaja (
) ; merokok ( ) ; penggunaan obat terlarang ( ) ; alkoholisme ( ) ; problem berat
badan ( ) ; perasaan rendah diri ( ) ; dll.
7.7. Riwayat Pekerjaan :
Kapan mulai bekerja ; sebab - sebab pindah kerja ; apakah ada kepuasan kerja dan
pekerjaan - pekerjaan yang pernah dilakukan.
Keadaan ekonominya ; bagaimana ambisinya ; apakah ada konflik - konflik dalam
pekerjaan ( dalam hubungan dengan atasan / bawahan dan kelompok ).
........................................................
........................................................
7.8. Percintaan, perkawinan dan kehidupan seksual :
Kapan dan bagaimana haid pertama; masturbasi; pendidikan seks; hubungan
seksual pertama kali; dll.
Apakah perkawinan didahului dengan pacaran ( ) ; kawin paksa ( ) ; kurang
disetujui orang tua ( ) ; kawin lari ( ) ; kawin terpaksa ( ).

Keterangan pribadi dari suami dan istri.


Nama : ..........................
Umur : ..........................
Bangsa / Suku : .............
Agama : ........................
Pendidikan : ...................
Pekerjaan : ....................
Apakah ada perbedaan menyolok dengan pasangannya dalam hal :
Pendidikan : ( )
Status ekonomi : ( )
Usia : ( )
Agama : ( )
Kultural : ( )
Lain-lain : ( )
Pernah mengalami kepuasan seksual ?

66 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Kehidupan rumah tangga : bahagia atau cekcok
Apakah ada :
Problem hubungan seksual : ( )
Problem rumah tangga : ( )
Bagaimana peranan suami / isteri dalam manajemen keuangan keluarga dan
mendidik anak ?
Bagaimana sikap terhadap kehamilan dan memiliki anak serta praktek
kontrasepsi ?
7.9. Anak-anak pasien yang meliputi:
Urutan anak-anak :
Jenis kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Kepribadian :
Kesehatan fisik dan mental :
Bagaimana sikap pasien terhadap anak-anaknya itu :
............................................................
............................................................
7.10. Situasi sosial saat ini :
Apakah pasien tinggal dirumah sendiri; rumah kontrak; rumah orang tua atau
serumah dengan orang tua / mertua; atau diasrama / perumahan komplek.
Apakah disekitar rumah pasien hiruk-pikuk.
.........................................................
.........................................................
7.11. Kepribadian sebelumnya :
Bagaimana hubungan sosialnya ; aktifitas kemasyarakatan ; perhatian terhadap
sekitarnya ; hidup emosi ; pandangan moral; inisiatif ; kehidupan fantasi ; kebiasaan-
kebiasaan ; kehidupan agama ; dll.
................................................................
7.12. Kejadian yang paling mengesankan / stressor
psikososial ................................................................
................................................................
8. Riwayat penyakit fisik yang pernah diderita pasien yang mungkin ada hubungan
dengan gangguan kejiwaan (setelah melewati usia kanak-kanak).

67 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
......................................................................
9. Pernahkah suicide, atau berhubungan dengan pihak polisi/ penegak hukum?
.....................................................................
10. Riwayat penggunaan alkohol/ & obat bius/

PEMERIKSAAN PSIKIATRIK KHUSUS


A. GAMBARAN UMUM :
1. Penampakan :
Sikap tubuh :......
Berpakaian :......
Kesehatan fisik :......
Marah (+/-); Takut (+/-);
Apatis (+/-); Bingung (+/-);
Kelihatan seperti tua (+/-);
Kelihatan seperti muda (+/-);
Kelihatan seperti pria (+/-);
Kelihatan seperti wanita (+/-);
Telapak tangan basah (+/-);
Dahi berkeringat (+/-);
Gelisah (+/-); Tension (+/-);
Suara tertahan (+/-);
Mata Terbelalak (+/-);
2. Tingkah laku dan Aktifitas Psikomotor :
Cara berjalan :......
Mannerisme (+/-); Tics (+/-);
Lenggok :......
Steroetipi (+/-); Echopraksia (+/-); Kikuk (+/-); Cekatan (+/-);
Lemah lembut (+/-); Badannya kaku (+/-); Hypoaktif (+/-); Stupor (+/-);
Hyperaktif (+/-); Agitasi (+/-); Gangguan psikomotor Lainnya (+/-);
3. Pembicaraan :
Arus pembicaraan : biasa, cepat atau lambat.
Penekanan pada pembicaraan (+/-); Bimbang (+/-); Emosional (+/-); Monoton
(+/-); Keras (+/-); Berbisik (+/-); Bicaranya tak terang (+/-); Komat-kamit (+/-);
Gagap (+/-); Echolalia (+/-); Mudah bicara (+/-); Spontanitas (+/-);
Produktifitas (+/-);
Bagaimana perbendaharaan bahasanya ?
Gangguan pembicaraan yang lain ?

4. Sikap terhadap pemeriksa :


Koperatif (+/-); Penuh perhatian (+/-); Berterus terang (+/-); Menggoda (+/-);
Bermusuhan (+/-); Suka main-main (+/-); Berusaha supaya disayangi (+/-); Selalu
menghindar (+/-); Berhati-hati (+/-);.
5. Kesadaran :
Apakah ada penurunan kesadaran ( Somnolent ; sopor ; soporocoma ; coma )
Apakah kesadarannya berubah, atau terganggu.

68 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
B. ALAM PERASAAN (MOOD) :
Depresi (+/-); Putus asa (+/-); Mudah terangsang (+/-); Cemas (+/-); Takut (+/-);
Marah (+/-); Mudah mengeluarkan isi hatinya (+/-); Euforia (+/-); Merasa berdosa
(+/-); Malas (+/-); Merasa sia-sia (+/-); Merasa rendah diri (+/-);
Alam perasaan tumpul / datar (+/-); Alam perasaan inappropriate (+/-); Alam
perasaan dangkal (+/-);.

C. PROSES PIKIR :
Psikosis (+/-); Flight of ideas (+/-); Inkoherensia (+/-) ; Pikiran lambat (+/-);
Pikiran bimbang (+/-);.\
Apakah bicara spontan atau hanya kalau ditanya.
Apakah jawaban pasien benar-benar menjawab pertanyaan.
Apakah jawabannya tujuannya terarah, relevan?
Asosiasi longgar (+/-)
Reality testing : Kekurangan hubungan sebab akibat (+/-); Keterangannya tidak
logis (+/-); Circumstantiality (+/-); Tangentiality (+/-); Menyimpang dari pokok
pembicaraan (+/-); Selalu memberikan alasan-alasan (+/-); Perseverasi (+/-);
Blocking (+/-); Distractibility (+/-);
Wordsalad (+/-); Clang association (+/-); Neologisme (+/-); Preokupasi tentang
penyakitnya (+/-); Obsesi (+/-); Fobi (+/-); Pikiran suicide (+/-);Homicide (+/-);
Hypochondriasis (+/-);
Dorongan antisosial spesifik (+/-);
Waham (+/-); Bila ada tentukan isinya ; sistematis / nonsistematis ; scundair /
primair ; bagaimana sikap pasien terhadap waham tersebut.
Ideas of reference (+/-); Idea of influence (+/-);.
Bagaimana bentuk pikirannya ; apakah ada pikiran abstrak.
Apakah ada gangguan pikiran lainnya ?

D. GANGGUAN PERSEPSI :
Halusinasi (+/-); Ilusi (+/-); (bila ada maka harus ditentukan pula jenisnya ; isinya ;
waktu terjadinya ; siang / malam).
Depersonalisasi (+/-);
Derealisasi (+/-).

E. ORIENTASI :
Disorientasi waktu (+/-) \
Disorientasi tempat (+/-) \
Disorientasi diri (+/-)
Disorientasi situasi (+/-)

F. INGATAN :

69 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Apakah terganggu ? , bila terganggu apakah amnesia / dementia. Bila amnesia,
apakah ingatan lama / baru; apakah amnesia Retrograde / Anterograde.
Gangguan ingatan lainnya ?

G. FUNGSI INTELEKTUAL :
Bagaimana tentang pengetahuan umumnya dan dugaan taraf intelegensianya ?
.........................................................
.........................................................

H. INSIGHT :
Nyatakan bagaimana derajad kesadaran dan pengertian pasien bahwa dia adalah sakit.
..........................................................
..........................................................

I. JUDGMENT :
1. Yang bersifat sosial : - Baik
- Terganggu
2. Yang bersifat personal : - Baik
- Terganggu

J. KONTROL IMPULS :
Adakah pasien sanggup untuk mengontrol kebenciannya ; agresifitasnya ; dorongan
seksual ; dll.

K. REAKSI EMOSIONAL :
Umpamanya bagaimana reaksi / ekspresinya ketika membicarakan keluarga, atau hal-
hal yang menggembirakan / menyedihkan.
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
L. TULISAN , KARANGAN, GAMBAR YANG DIBUAT PASIEN SENDIRI .
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
M. PEMERIKSAAN PSIKIATRIK KHUSUS LAINNYA
............................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
N. PEMERIKSAAN INTERNA.
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
O. PEMERIKSAAN NEUROLOGIK .
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
P. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK KHUSUS
LAINNYA. ........................................................................................................................

70 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
............................................................................................................................................
....................
Q. PEMERIKSAAN OLEH PSIKOLOG / PETUGAS SOSIAL DAN LAIN-
LAIN. ................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............
R. RESUME. .........................................................................................................................
............................................................................................................................................
..................
S. DIAGNOSIS BANDING :
1. ................................................
2. ................................................
3. ................................................
Dst.

T. DIAGNOSIS :
Aksis I :
Aksis II :
Aksis III :
Aksis IV :
Aksis V :

U. PSIKODINAMIKA. .........................................................................................................
............................................................................................................................................
..................................
V. TERAPI. ............................................................................................................................
............................................................................................................................................
................
W. USUL.
1. Pemeriksaan prosedur spesialistik,
2. Konsultasi pada disiplin medik lain yang diperlukan.

X. PENILAIAN PERUBAHAN KEADAAN SECARA


KESELURAHAN. ..............................................................................

e. REFERENSI

71 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
f. CHECKLIST

CHECKLIST PSYCHIATRIC HISTORY TAKING


(ANAMNESIS)

Score
No. Kriteria
0 1 2
Menanyakan identitas pasien : nama, umur, pendidikan
1 terakhir, status perkawinan, pekerjaan, tempat tinggal dan
agama
2 Menanyakan keluhan utamanya
Menanyakan tentang perjalanan penyakit sekarang
3 a. Onset
b. precipitating factors
Menyakan tentang riwayat penyakit yang lalu
a. psikiatri
4
b. medical
c. riwayat menggunakan obat-obatan dan alkohol
5 Menanyakan tentang riwayat keluarga
6 Menanyakan tentang personal history
a. prenatal dan perinatal
b. early childhood (0-3 tahun)
c. Middle childhood (3-11 tahun)

72 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
d. Late childhood (pubertas dan remaja)
e. Adulthood : meliputi riwayat, marital dan
relationship history, riwayat pendidikan, agama,
aktivitas sosial
f. Riwayat sexual
g. Fantasi dan mimpi
h. hasil

Keterangan :
Score 0 : tidak dapat melakukan
Score 1 : mampu melakukan tetapi tidak sempurna
Score 2 : mampu melakukan dengan benar

Total score
Final Score = x 100% = ..
32

CHECKLIST FOR PSYCHIATRIC EXAMINATION

Score
No Aspect Examination Result
0 1 2
Healthy, sickly ill at ease, posed, old
1 General appearance looking, young looking, dishelved,
childlike, bizzare
Mannerisms, tics, gestures, twitches,
stereotyped behavior, echopraxia,
hyperactivity, agitation,
2 Motoric behavior combativeness, flexibility, rigidity,
gait, agility, describe restlessness,
wringing of hands, pacing, any
aimless/purposeless activity
Cooperative, friendly, attentive,
interested, frank, seductive,
3 Attitude during interview defensive, contemptuous, perplexed,
apathetic, hostile, playful,
ingratiating, evasive, guarded
Depressed, despairing, irritable,
anxious, angry, expansive, euphoric,
4 Mood
empty, guilty, hopeless, futile, self
contemptuous, frightened, perplexed
Within normal range, constricted,
5 affect blunted, flat, appropriate,
anappropriate

73 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Speech
Talkative, garrulous, valuble,
taciturn, non spontaneous, normally
a. quantity of speech
responsive to cues from the
6 interviewer, remming, mutisme
Rapid or slow, pressured, hesitant,
emotional, dramatic, monotonous,
b. quality of speech
loud, whispered, slurred, staccato,
mumbled, remming
Hallucination, illusion,
7 Perceptual disorders depersonalization, derealization,
formification
Delusions, preoccupations,
obsessions, compulsions, phobias,
plans, intentions, recurrent ideas
8 Thought content
about suicide or homicide,
hypochondriacal symptoms,
antisocial urges
Flight of ideas, blocking,
9 Thought process tangentiality (incoherent, clang
association, punning, neologism)
Awereness of environment, attention
span, clouding of consciousness,
10 Alertness fluctuation in level of awareness,
somnolence, stupor, lethargy, fugue
state, coma
Orientation
a. time Good / bad
11
b. place Good / bad
c. person Good / bad
Memory
a. remote memory Good / bad
12
b. recent memory Good / bad
c. immediate memory Good / bad
13 Concentration and calculation Good / bad
14 Information and intelligence Good / bad
15 Judgment Good / bad
16 Insight level Good / bad
Final Score = Total score x 100% =
38

74 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
CHECKLIST OF MMSE

Skor
NO Kriteria
0 1 2
Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
1
Menanyakan pasien pertanyaan 1 dan 2 (pada appendix
2
MMSE)
Menanyakan pasien untuk mengingat 3 kata (pertanyaan
3
no 3)
Meminta pasien untuk menghitung mundur dengan selisih
4 7 dimulai dari angka 100 atau eja secara mundur kata
MESRA
Meminta pasien untuk menyebutkan 3 objek yang telah
5
disebutkan pada pertanyaan no 3
Meminta pasien untuk menyebutkan benda yang anda
6
tunjuk (pertanyaan no 6)
7 Meminta pasien untuk mengulang (pertanyaan no 7)
Meminta pasien untuk mengikuti perintah anda
8
(pertanyaan no 8)
Meminta pasien untuk membaca dan mengikuti apa yang
9
diperintahkan (pertanyaan no 9)
Meminta pasien untuk menuliskan kalimat yang lengkap
10
(pertanyaan no 10)
11 Meminta pasien untuk menggambar (pertanyaan no 11)

75 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
12 Mencatat hasil pemeriksaan
TOTAL SCORE

Keterangan
Skor0 :tidakdilakukansamasekali
Skor1 :dilakukantidaksempurna
Skor2 :dilakukandengansempurna

SKOR PENILAIAN :

Jumlah Skor yang diperoleh x 100 = .................................


34

Appendix
MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)
Nilai
NO Tes Penilaian
Total
ORIENTASI
Sekarang ini Tahun berapa ? 1
Bulan apa ? 1
1 Tanggal berapa ? 1
Hari apa ? 1
Musim apa? 1
Kita dimana Negara mana ? 1
Propinsimana ? 1
2 Kota mana ? 1
Rumahsakitmana ? 1
Ruangapa / tingkatberapa ? 1
PENCATATAN
Sebutkan 3 objek dengan waktu satu detik tiap objek.
Kemudian minta pasien menyebutkan ketiga objek
3 3
tersebut. Ulangi jawaban pasien sampai dapat menyebut
ketiganya.
ATENSI DAN KALKULASI
4 Seri tujuh, minta pasien untuk menghitung mundur 5
dengan selisih 7 dimulai dari angka 100. Berikan 1 nilai
untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5

76 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
jawaban. Alternative lain : eja secara mundur kata
MESRA
MENGINGAT KEMBALI
Minta pasien untuk menyebutkan 3 objek yang telah
5 dipelajari pada pertanyaan no.3 berikan satu nilai untuk 3
jawaban yang benar.
BAHASA
Tunjuk pada sebuah pensil dan sebuah arloji tangan.
6 Minta pasien untuk menyebutkan nama benda yang anda 2
tunjuk.
Minta pasien untuk mengulang : tanpa, bila, dan, atau,
7 1
tetap
Minta pasien untuk mengikuti 3 tahap tugas:
ambil lipatan kertas dengan tangan kanan anda
8 3
lipat kertas menjadi dua
letakkan kertas di atas lantai
Minta pasien membaca dan melakukan tugas yang
9 dibacanya 1
mohon pejamkan mata anda
Minta pasien untuk menulis kalimat pilihan sendiri pada
10 2 garis (kalimat mengandung subjek dan objek dan harus 1
mempunyai arti. Abaikan kesalahan eja saat menilai.
Minta pasien untuk menyalin gambar di bawah ini
(berikan nilai 1 bila semua sisi dan sudut tergambar utuh
11 1
dan gambar yang saling memotong merupakan sebuah
segi empat).

Alat bantu no. 9 :


MohonPejamkan Mata Anda

77 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
78 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r

Anda mungkin juga menyukai