Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika
Oleh :
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Abstraksi
E
ra Reformasi di Indonesia telah membawa banyak perubahan. Proses
desentralisasi terus bergulir dalam menjalankan fungsi pemerintahan. Saat
ini setiap daerah mempunyai otonomi yang lebih besar. Namun hal ini juga
menjadi masalah baru, yaitu masih kurangnya kualitas SDM (Sumber Daya Manusia)
untuk dapat melaksanakan jalannya proses peningkatan di segala bidang. Dengan
demikian dalam rangka meningkatkan kualitas SDM Pemerintah Daerah atau jajaran
tertinggi dalam proses pengambilan keputusan, dibutuhkan fasilitas yang memadai,
misalnya buku-buku yang berisi tentang teknologi pengelolaan lingkungan.
1
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika
Diketahui dalam pengolahan air limbah digunakan tiga macam metode, yaitu
proses fisika, kimia dan biologi. Masing-masing metode proses itu mempunyai
keuntungan dan kerugiannya masing-masing. Dalam praktek di lapangan banyak
dijumpai penggabungan proses fisika dan kimia dalam pengolahan air limbah dan
selanjutnya baru proses secara biologi. Melalui tulisan ini para pembaca dari
berbagai instansi, seperti Bappeda, Bapedalda, Dinas PU, Dinas Perindustrian,
Dinas Kebersihan, Dinas Kesehatan, dan yang lainnya, diharapkan dapat mengenal
dan membedakan beberapa metode pengolahan limbah sehingga dapat
menerapkan dengan tepat jenis pengolahan yang sesuai dengan kualitas limbah
yang akan diolah. Pada akhirnya dengan pengetahuan pengolahan limbah ini, dapat
menjadi penggerak dilaksanakannya pembangunan instalasi-instalasi pengolahan
limbah, baik yang sederhana ataupun yang lebih komplek, sehingga dapat
mencegah terjadinya pencemaran yang lebih luas lagi.
2
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
Berdasarkan bentuknya limbah dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu limbah
padat, cair dan gas. Berdasarkan sumbernya limbah dapat digolongkan menjadi
beberapa jenis, yaitu limbah domestik (rumah tangga), limbah industri dan limbah
dari bidang institusional (hotel, pasar, restauran, rumah sakit, perkantoran). Selama
bertahun-tahun berbagai metode pengolahan limbah cair telah banyak
dikembangkan. Pada kebanyakan situasi, umumnya menggunakan kombinasi atau
urutan dari beberapa metode yang telah dikembangkan sebelumnya. Digunakannya
suatu urutan metode tertentu sangat tergantung pada kualitas bahan baku serta
kualitas hasil olahan yang diinginkan. Pada prinsipnya metode proses pengolahan
limbah dapat diklasifikasi dalam 3 jenis proses, yaitu proses fisika, proses kimia dan
proses biologi. Walaupun seringkali dalam suatu pengolahan ketiga proses ini
dikombinasikan, namun umumnya dapat juga proses-proses ini dianggap terpisah.
Pada bab berikut akan dibahas mengenai pengolahan limbah cair yang
khusus dengan proses fisika. Proses-proses yang akan dibahas adalah proses yang
telah umum diterapkan di instalasi-instalasi pengolahan limbah. Juga akan
ditampilkan teori-teori yang mendasari terjadinya setiap proses pengolahan serta
peralatan-peralatan yang umum digunakan. Namun yang perlu diingat ialah bahwa
metode pengolahan limbah dengan proses fisika, merupakan sebagian dari
beberapa metode pengolahan. Banyak instalasi pengolahan limbah menerapkan
seluruh metode secara berurutan untuk memperoleh produk akhir yang memenuhi
syarat. Tetapi biasanya pengolahan limbah dengan proses fisika seringkali
dipadukan dengan proses secara kimiawi dan gabungan dari keduanya disebut
Physico-Chemical Tratment.
3
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika
BAB 2
KLASIFIKASI
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
S
eperti telah diuraikan pada bagian pendahuluan, pengolahan limbah cair
dapat diklasifikasikan ke dalam tiga metode yaitu pengolahan fisik, kimia
dan biologi. Penerapan masing-masing metode tergantung pada kualitas air
baku dan kondisi fasilitas yang tersedia. Dalam tabel berikut ditampilkan kontaminan
yang umum ditemukan dalam air limbah serta sistem pengolahan yang sesuai untuk
menghilangkannya.
Pathogens Khlorinasi K
4
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
Ozonisasi K
Land treatment F
5
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika
2.2.1. Screening
Pada umumnya setiap sistem pengolahan limbah cair mempunyai unit alat
penyaring awal/pendahuluan. Proses penyaringan awal ini disebut screening dan
tujuannya adalah untuk menyaring atau menghilangkan sampah/benda padat yang
besar agar proses berikutnya dapat lebih mudah lagi menanganinya. Dengan
hilangnya sampah-sampah padat besar maka transportasi limbah cair pasti tidak
akan terganggu, misalnya bila proses transportasi limbah cair diakomodasikan dalam
sebuah saluran terbuka atau pun tertutup yang mengalir secara gravitasi, maka tidak
akan dijumpai penyumbatan di sepanjang jaringan saluran. Disamping itu, bila
limbah cair perlu dipindahkan dengan menggunakan pompa, maka proses screening
sungguh berfungsi menghilangkan bahan atau benda-benda yang dapat
membahayakan atau merusak pompa limbah cair tersebut. Jadi proses screening
melindungi pompa dan peralatan lainnya.
6
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
2.2.2. Aerasi
Sistem aerator air terjun yang umum digunakan adalah : Aerator Spray,
Aerator Cascade, Aerator Multiple-Tray. Pada aerator spray, air dipaksakan masuk
melalui nozzle, seperti pada air mancur. Pada aerator cascade air disebarkan
dengan cara mengalirkan pada lempengan tipis yang disusun seperti tangga atau
sekat agar terjadi turbulensi untuk mencampurkan udara yang terabsorpsi dalam
cairan dan agar cairan terangkat ke permukaan sehingga terjadi kontak dengan
udara. Pada Aerator multiple-tray cairan dialirkan ke bagian atas dari beberapa tahap
tray yang berisi butiran medium seperti arang, batu atau butiran keramik. Air
teraerasi saat mengalir melalui medium yang ada pada tray, dan kemudian cairan
jatuh dari tray ke tray.
Pada sistem difusi udara, udara dimasukkan ke dalam cairan yang akan
diaerasi dalam bentuk gelembung-gelembung yang naik melalui cairan tersebut.
Ukuran gelembung bervariasi dari yang besar hingga yang halus, tergantung pada
alat aerasi. Alat aerasi yang umum adalah difuser porous, difuser non-porous dan
difuser U-tube. Aerator mekanik dihasilkan dengan cara memecah permukaan air
limbah secara mekanik. Dengan timbulnya interface cairan-udara yang besar, maka
terjadi perpindahan oksigen dari atmosfir ke dalam air.
7
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika
Pada sistem ini digunakan turbin sistem hybrid yang melibatkan impeler dan
sumber udara. Udara yang keluar dari bagian bawah impeler, dipecah menjadi
gelembung yang halus dan merembes ke seluruh tangki akibat gerakan pompa pada
impeler. Pada pengolahan air limbah, proses aerasi diterapkan untuk menghilangkan
senyawa organik dan non-organik yang volatile, memberikan oksigen untuk proses
biologi, dan untuk meningkatkan kandungan oksigen pada air yang telah diolah.
2.2.3. Mixing
2.2.4. Flokulasi
8
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
1. Disain inlet dan outlet sedemikian rupa sehingga tidak terjadi short-circuit dan
pecah flok.
2. Kecepatan minimum tidak lebih kecil dari 15,2 cm/menit namun tidak lebih dari
45,7 cm/menit, dengan waktu tinggal untuk pembentukkan flok paling sedikit 30
menit.
3. Pengaduk sebaiknya dijalankan dengan kecepatan yang bervariasi, kecepatan
paddle berkisar antara 15,2 cm sampai dengan 76,2 cm/detik. Tangki flokulasi
dan sedimentasi diletakkan sedekat mungkin. Kecepatan aliran air berflokulasi
dalam saluran ke dalam tangki sedimentasi tidak lebih kecil dari 15,2 cm/detik,
namun tidak boleh lebih dari 45,7 cm/detik.
4. Untuk pelengkap proses flokulasi pada pengolahan berskala kecil, lebih cocok
menggunakan sistem baffle dari pada sistem pencampuran mekanik.
2.2.5. Sedimentasi
9
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika
bergabung menjadi gumpalan yang lebih besar dalam proses flokulasi. Dengan
terbentuknya gumpalan-gumpalan besar, maka beratnya akan bertambah, sehingga
karena gaya beratnya gumpalan-gumpalan tersebut akan bergerak ke bawah dan
mengendap pada bagian dasar tangki sedimentasi.
Bak sedimentasi dapat berbentuk segi empat atau lingkaran. Pada bak ini
aliran air limbah sangat tenang untuk memberi kesempatan padatan/suspensi untuk
mengendap. Kriteria-kriteria yang diperlukan untuk menentukan ukuran bak
sedimentasi adalah : surface loading (beban permukaan), kedalaman bak dan waktu
tinggal. Waktu tinggal mempunyai satuan jam, cara perhitungannya adalah volume
tangki dibagi dengan laju alir per hari. Beban permukaan sama dengan laju alir (debit
volume) rata-rata per hari dibagi luas permukaan bak, satuannya liter per meter
persegi per hari.
Q
Vo = ; Vo = laju limpahan / beban permukaan (liter per hari per m2)
A Q = aliran rata-rata harian, liter per hari
A = total luas permukaan (m2)
Waktu tinggal dihitung dengan membagi volume bak dengan laju alir masuk,
satuannya jam. Nilai waktu tinggal adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengisi bak
dengan kecepatan seragam yang sama dengan aliran rata-rata per hari.
10
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
Kedalaman bak sama dengan kedalaman air yang dihitung dari dasar bak
hingga saluran pelimpah keluar, ketinggian ini diluar kelebihan kedalaman akibat ada
sedikit kemiringan pada dasar bak. Beban pelimpahan keluar (beban pintu) sama
dengan nilai rata-rata overflow harian dibagi dengan panjang pelimpahan total,
dinyatakan dalam liter per hari per linear meter.
Pada bak bentuk persegi panjang, perbandingan panjang dan lebar bervariasi
3 : 1 atau 5 : 1, dengan kedalaman air 2,1 meter hingga 2,4 meter. Laju overflow
untuk sedimentasi awal berkisar antara 1500 dan 3000 liter per hari dan disain yang
umum adalah 2300 liter/hari. Contoh ukuran suatu bak pengendapan :
Dimensi :
Lebar =5m
Panjang =3m
Kedalaman air efektif =2m
Tinggi ruang bebas = 0,5 m (disesuaikan dengan kondisi lapangan).
Waktu Tinggal (Retention Time) rata-rata = 5 Jam
Waktu tinggal pada saat beban puncak = 2,5 Jam ( asumsi jumlah
limbah 2 x jumlah rata-rata).
Beban permukaan (surface loading) rata-rata = 10 m3/m2.hari.
Beban permukaan pada saat puncak = 20 m3/m2.hari.
Kriteria Standar : waktu tinggal = 2 jam
Beban permukaan = 20 50 m3/m2.hari. (JWWA)
Pada umumnya aliran air pada tangki sedimentasi mempunyai sistem up-flow
yaitu air mengalir dari bawah ke atas secara vertikal menuju ke tempat pengeluaran
yang berada di bagian atas. Partikel-partikel akan mengendap ke bawah berlawanan
arah dengan aliran air. Partikel yang mempunyai kecepatan pengendapan lebih
besar dari laju pelimpahan (Q/A), akan mengendap dan dapat dipisahkan.
Sementara partikel yang lebih ringan yang kecepatannya lebih kecil akan terbawa ke
pintu pengeluaran air. Tangki sedimentasi dapat berbentuk empat persegi panjang,
lingkaran atau bujur sangkar. Pada prinsipnya tanki ini didisain agar air bergerak
secara perlahan dan seragam dengan seminimal mungkin terjadi aliran pendek.
11
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika
Ada dua jenis proses penyaringan yang umum digunakan, yaitu penyaringan
lambat dan penyaringan cepat. Penyaringan lambat adalah penyaringan dengan
memanfaatkan energi potensial air itu sendiri, artinya hanya melalui gaya gravitasi.
Penyaringan ini dilakukan secara terbuka dengan tekanan atmosferik. Sedangkan
penyaringan cepat adalah penyaringan dengan menggunakan tekanan yang
melebihi tekanan atmosfir.
12
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
Laju operasi untuk penyaringan ditentukan oleh kualitas air baku, pengolahan
kimia yang diterapkan dan media filter. Pada umumnya laju penyaringan pada
saringan pasir cepat adalah 82,4 liter per menit/m2. Sistem yang ada pada saat ini
dapat menaikkan aliran hingga 206 liter per menit/m2. Unggun saringan yang terdiri
dari dua jenis media, yaitu arang dan pasir menghasilkan lapisan media arang yang
butirannya besar (berat jenis 1,4-1,6) berada diatas media pasir yang lebih halus
(berat jenis 2,6). Susunan media dari atas ke bawah kasar-halus, akan
memudahkan aliran air. Flok yang besar akan tertahan butiran arang di bagian
atas/permukaan unggun.
Sementara materi yang lebih halus di butiran pasir di bagian bawah. Oleh
karena itu pada unggun saringan yang kedalamannya tinggi dapat mencegah
terjadinya penyumbatan yang terlalu dini di permukaan. Pada proses penyaringan
cepat atau dengan tekanan, air dialirkan ke dalam unggun dengan tekanan. Saringan
tekan umumnya tidak digunakan pada sistem pengolahan yang berskala besar
karena keterbatasan ukuran. Saringan tekan lebih banyak digunakan pada
pengolahan domestik berskala kecil.
Proses pencucian balik pada unit alat penyaringan lambat dibutuhkan waktu
yang lebih lama. Sedangkan pada unit penyaringan cepat, proses pencucian balik
(backwashing) dapat dilakukan dengan lebih mudah dan lebih cepat. Dengan
tekanan yang umumnya cukup besar, maka butiran media penyaring akan terangkat
mengambang, sehingga butiran-butiran pengotor atau endapan yang melekat akan
mudah hanyut dalam aliran air cucian yang mengalir lebih cepat dari bawah ke atas.
13
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika
2.2.7. Adsorpsi
Adsorpsi adalah penumpukan materi pada interface antara dua fasa. Pada
umumnya zat terlarut terkumpul pada interface. Proses adsorpsi memanfaatkan
fenomena ini untuk menghilangkan materi dari cairan. Banyak sekali adsorbent yang
digunakan di industri, namun karbon aktif merupakan bahan yang sering digunakan
karena harganya murah dan sifatnya nonpolar. Adsorbent polar akan menarik air
sehingga kerjanya kurang efektif. Pori-pori pada karbon dapat mencapai ukuran 10
angstrom. Total luas permukaan umumnya antara 500 1500 m2/gr. Berat jenis
kering lebih kurang 500 kg/m3.
Pada saat ini penggunaan gas stripping hanya terbatas pada pengolahan air
limbah. Zat-zat yang umum di stripping adalah amonia, hidrogen sulfida, sulfur
dioxide dan phenol. Pada proses stripping air dialirkan ke bawah melalui media ring
atau pada permukaan yang beralur. Sementara udara bersih atau gas lain dialirkan
berlawanan arah. Sistem ini disebut teknik packed column. Pada sistem ini, aliran
gas ke atas (disebut stripping gas) mengambil gas-gas terlarut yang akan
dihilangkan dalam cairan.
Pada saat cairan turun di dalam kolom, cairan mengeluarkan gas terlarut
sementara gas pada phasa gas masuk ke dalam air. Perpindahan gas terjadi karena
adanya ketetapan hukum mass transfer gas dan cairan. Efisiensi perpindahan
tergantung pada :
Distribusi atau penyebaran air ke seluruh permukaan kolom
Luas area interface gas-cairan
Kemurnian dari stripping gas, untuk mencegah pengotoran air yang diolah
Distribusi gas stripping dalam kolom.
14
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
2.2.9. Flotasi
V = g/18 . ( l - g) . d2
Dari persamaan ini dapat disimpulkan, bahwa semakin besar diameter gelembung
semakin besar pula kecepatan naiknya.
15
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika
Pada proses klarifikasi air permukaan atau air industri digunakan sistem recycle
pressurization.
Pada kasus pemekatan lumpur, digunakan full-flow pressurization atau recycle
pressurization,
16
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
Penerapan Flotasi
Padatan terlarut dapat dipisahkan dari air atau air limbah melalui penggunaan
membran semipermiable yang mempunyai diameter pori berukuran 3 angstrom.
Apabila pemisahan terjadi dengan melewatkan air melalui membran maka proses
disebut osmosis atau hyperfiltration. Proses sebaliknya yaitu melewatkan molekul
atau ion terlarut melalui membran disebut proses dialysis. Sebagai tenaga
penggeraknya dapat berupa fisik (tekanan), kimia (konsentrasi), panas (temperatur)
atau listrik. Penerapan proses membran adalah desalinasi air untuk penggunaan air
domestik dan air industri, pengolahan limbah industri dan pengambilan kembali
(recovery) materi berharga dari aliran air buangan.
Reverse Osmosis
17
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika
Lumpur yang dihasilkan dari proses sedimentasi diolah lebih lanjut untuk
mengurangi sebanyak mungkin air yang masih terkandung didalamnya. Proses
pengolahan lumpur yang bertujuan mengurangi kadar air tersebut sering disebut
dengan pengeringan lumpur. Ada empat cara proses pengurangan kadar air, yaitu
secara alamiah, dengan tekanan (pengepresan), dengan gaya sentrifugal dan
dengan pemanasan.
Tetapi bila lumpur mengandung bahan yang berbahaya (misalnya logam berat
& phenol), maka kolam lumpur harus terbuat dari beton dan pada bagian bawah
kolam harus mempunyai saluran rembesan larutan yang kemudian harus diolah
kembali. Cara pengeringan seperti ini memang tergolong mudah dan murah, namun
membutuhkan waktu yang lama, serta tidak sesuai untuk lumpur yang mengandung
zat-zat berbahaya yang mudah menguap. Secara periodik kolam lumpur harus
dikeruk untuk memindahkan lumpur kering. Bila lumpur kering masih mengandung
18
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
unsur yang berbahaya, maka masih harus ditangani secara khusus, misalnya diolah
lebih lanjut dengan pembakaran (incineration).
19
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika
20
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
BAB 3
CONTOH DISAIN
B
erikut ini adalah contoh untuk desain Bak Pengendap, Koagulasi dan
Flokulasi.
Perhitungan:
21
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika
Panjang = 6m
Lebar = 1,25 m
Waktu tinggal = 6 m x 1,25m x 2m = 3000 dt = 1 jam
5 l/dt
3.2. Koagulasi
Desain untuk bahan kimia (alumunium sulfat), jumlah dosis didapat dari jar test.
Contoh:
Perhitungan:
Alumunium sulfat (BJ = 2,2 kg/l) yang dibutuhkan = 40 mg/l x 5 l/dt = 200 mg/dt
Kapasitas = 1,344 m3
Kedalaman = 1,0 m
Panjang = 1,2 m
Lebar = 1,2 m
22
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
3.3. Flokulasi
Tenaga motor = V x m x G2
Ef
23
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika
BAB 4
PENUTUP
D
alam praktek pengolahan air limbah kebanyakan proses-proses fisika
digabungkan, dipadukan dan diakomodasi dalam satu kesatuan dengan
proses kimia, yaitu yang dikenal dengan nama Physico-Chemical
Treatment. Beberapa keuntungan pengolahan air limbah dengan Physico-Chemical
Treatment adalah dapat mengurangi suspended solid dan BOD cukup tinggi, dapat
mengurangi phosphat sampai 70-90%, proses pengolahannya mempunyai toleransi
terhadap temperatur, material beracun dan aliran yang tidak kontinyu, dan unit
pengolahan membutuhkan ruang yang lebih kecil dibandingkan dengan unit
pengolahan biologi. Kerugiannya adalah membutuhkan investasi yang tinggi, operasi
butuh energi cukup tinggi dan banyak menghasilkan lumpur.
24
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
DAFTAR PUSTAKA
25
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika
LAMPIRAN
(A)
(B)
(C) (D)
26
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
(A) (B)
(C) (D)
OO.. (E)
OOO. (F)
27
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika
28
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
29
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika
30
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
A B C
31
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika
32
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
33
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika
34
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
35
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika
36
Tabel 2. Jumlah Air Limbah Yang Dibuang Ke Badan Air Di Jakarta
(Sebagai Satu Studi Kasus Dan Bahan Perbandingan)
Jakarta Pusat 179.432 (78,0) 45.741 (19,9) 4.722 (2,1) 229.895 46,6
Kondisi Utara 143.506 (68,6) 20.622 (9,9) 45.188 (21,6) 209.316 15,0
Saat ini Barat 210.790 (79,2) 35.770 (13,4) 19.424 (7,3) 265.984 20,6
(1987) Selatan 247.350 (85,1) 35.146 (12,1) 8.015 (2,8) 290.511 19,9
37
Timur 256.947 (80,2) 35.372 (11,0) 28.088 (8,8) 320.407 17,1
Jakarta Pusat 253.756 (67,0) 121.227 (32,0) 3.906 (1,0) 378.889 76,8
Kondisi Utara 266.233 (57,0) 60.298 (13,1) 135.485 (29,3) 462.016 33,1
akan Barat 398.882 (76,6) 86.312 (16,6) 35.718 (6,9) 520.912 40,4
Datang Selatan 468.354 (84,0) 87.205 (15,6) 3.328 (0,4) 557.887 38,2
(2010) Timur 495.461 (74,1) 93.891 (14,0) 79.194 (11,8) 668.546 35,6
Jakarta Pusat 42.433 (76,9) 10.568 (19,1) 2.192 (4,0) 55.191 11,2
Kondisi Utara 34.159 (57,0) 4.763 (8,0) 20.970 (35,0) 59.892 4,3
saat ini Barat 49.827 (74,3) 8.264 (12,3) 9.017 (13,4) 67.108 5,2
(1987) Selatan 58.361 (83,1) 8.120 (11,6) 3.721 (5,3( 70.202 4,8
38
Timur 60.486 (74,0) 8.173 (10,0) 13.037 (16,0) 81.696 4,4
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika
Jakarta Pusat 57.216 (65,7) 28.004 (32,2) 1.806 (2,1) 87.026 17,6
Kondisi Utara 60.604 (44,2) 13.929 (10,1) 62.615 (45,7) 137.148 9,8
akan Barat 89.917 (71,1) 19.937 (15,8) 16.505 (13,1) 126.359 9,8
datang Selatan 105.354 (83,2) 20.144 (15,9) 1.075 (0,9) 126.573 8,7
(2010) Timur 111.121 (65,6) 21.687 (12,8) 36.599 (21,6) 169.407 9,0
TOTAL 424.212 (65,7) 103.701 (16,0) 118.600 (18,3) 646.513 9,9
38