Chapter II PDF
Chapter II PDF
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gabungan serta kerja alat alat pengendalian otomatis itulah yang dinamakan
sistem pengendalian proses (process control system). Sedangkan semua peralatannya
yang membentuk sistem pengendalian disebut instrumentasi pengendalian proses
(process control instrumentation). Kedua hal terdsebut berhubungan satu sama lain,
namun keduanya mempunyai hakikat yang berbeda. Ilmu process control
instrumentation lebih terfokus pada penjelasan kerja alat sedangkan process control
system lebih terpusat pada kerja sistem tersebut.
a. Process (Proses)
b. Plant
c. System (sistem)
Sistem adalah kombinasi dari beberapa komponen yang bekerja bersama sama
dan melakukan suatu sasaran tertentu.
d. Controlled Variable
e. Manipulated Variable
Manipulated variable adalah input dari suatu proses yang dapat dimanipulasi
atau di ubah ubah besarnya agar process variable atau control variable
besarnya sama dengan set point
f. Disturbance (Gangguan)
g. Sensing Element
Sensing Element adalah bagian yang paling ujung suatu sistem pengukuran
(measuring system), bagian ini juga disebut dengan sensor atau primary
element.
Transducer adalah unit pengalih sinyal sedangkan transmitter adalah alat yang
berfungsi membaca sinyal sensing element dan mengubahnyya menjadi sinyal
yang dapat dimengerti oleh controller. Transmitter lebih khusus pemakainnya
dalam sistem pengukuran.
i. Measurrement Variable
Measurement variable adalah sinyal yang keluar dari transmitter. Besaran ini
merupakan cerminan besarnya sinyal sistem pengukuran.
j. Set point
Set point besar process variable yang dikehendaki. Sebuah controller akan
selalu berusaha menyamakan controlled variable dengan set point.
k. Error
Error adalah selisih antara set point dikurangi dengan measured variable.
Error bisa negatif dan bisa juga positif. Bila set point lebih besar dari measured
variable demikian sebaliknya bila set point lebih kecil dari measured variable
maka error akan negatif.
l. Controller
Controller adalah element yang mengerjakan tiga dari empat tahap langkah
pengendalian yaitu membandingkan set point dengan measurement variable,
menghitung berapa banyak koreksi yang dilakukan, dan mengeluarkan sinyal
koreksi sesuai dengan hasil perhitungan tadi. Controller sepenuhnya
menggantikan peran manusia dalam meengendalikan sebuah proses.
Controller sering diterjemahkan sebagai alat pengendali.
Umpan balik adalah sifat dari suatu sistem untaian tertutup yang
memungkinkan keluarannya bisa dibandingkan dengan masukan sistem itu
agar tindakan pengendalian yang tepat sebagai fungsi dari keluaran dan
masukannya bisa terjadi.
Persyaratan umum dari system pengendalian adalah setiap elemen dari system
pengendalian haruslah stabil. Ini merupakan persyaratan utama. Disamping kestabilan
mutlak, suatu system pengendalian harus mempunyai kestabilan relative yang layak,
jadi kecepatan respon harus cukup cepat dan menuju peredaman yang layak. Suatu
system pengendalian juga harus mampu memperkecil kesalahan sampai nol atau
sampai pada suatu harga yang dapat ditoleransi. Mari kita lihat sebuah contoh kasus
dari gambar dibawah ini:
Level
Pabrik
Set point
Tangki
mengubah bukaan valve sesuai dengan hasil perbandingan dan perhitungan tadi.
Langkah inilah yang disebut dengan langkah mengoreksi.
Sistem loop terbuka (open loop) adalah sistem pengendalian yang keluarannya
tidak berpengaruh pada aksi pengendalian. Jadi pada sistem pengendalian loop
terbuka, keluaran tidak diukur atau diumpan balikkan untuk dibandingkan dengan
masukan. Gambar 2.2 menunjukkan hubungan masukan keluaran untuk sistem
loop terbuka.
Masukan Keluaran
Control Plant
Masukan Keluaran
Controller Plant
Elemen Ukur
TIC
Tower /
Feed Water Tangki LIC
FIC
Steam
reboiler
Valve
Bottom Product
t
Kc
Ti 0
m(t) = Kce(t) + e(t )dt .....(2.1)
de(t )
m(t) = Kce(t) + KcTd ................................................(2.2)
dt
1
t
de(t )
m(t) = Kc e(t ) e(t ) Td
Ti 0 dt
...(2.3)
suatu fungsi lain F (S), dimana S menyatakan suatu bidang kompleks yang dapat
dituliskan sebagai S = dimana (sigma) adalah bagian nyata, dan = bagian
Dimana :
s = Varible kompleks
Proses kebalikan dari penemuan fungsi waktu dari transformasi laplace balik.
Notasi untuk transformasi laplace balik adalah L-1. Jadi
Y [ Masukan]
Fungsi Alih G(s) =
X [ Keluaran ]
Y (s)
= .....(2.6)
X (s)
Dengan menggunakan fungsi alih dapat dinyatakan dengan sistem dinamik dengan
persamaan aljabar dalam S. Jika pangkat tertinggi dari S dalam penyebut fungsi alih
sama dengan n, maka sistem tersebut disebut orde ke-n.
Fungsi Alih
Fungsi Alih
G(s)
Gambar 2.6 menunjukkan diagram blok sistem pengendalian loop tertutup. Keluaran
C(s) diumpan balikkan ke titik penjumlahan untuk dibandingkan dengan masukan
acuan R(s). Keluaran blok C(s) diperoleh dengan mengalikan fungsi aliih G(s) dengan
masukan blok E(s). Setiap sistem pengendalian dapat dinyatakan denggan dengan
suatu digram blok yang terdiri dari beberapa blok titik penjumlahan dan titik cabang.
Titik cabang adalah titik tempat sinyal keluaran blok secara bersamaan menuju ke
blok lain atau titik penjumlahan.
R(s) C(s)
G(s)
H(s)
Gambar 2.7 Sistem pengendalian loop tertutup dengan umpan balik H(s)
Peranan lainnya dari sitem umpan balik adalah memodifikasi keluaran sebelum
dibandingkan dengan masukan. Dalam hal ini, sinyal umpan balik yang diumpankan
ke titik penjumlahan untuk dibandingkan dengan sinyal masukan dapat ditulis :
C ( s) G( s)
.......(2.7)
R( s ) 1 G ( s ) H ( s )
Tanda negatif (-) pada persamaan 2.7 digunakan untuk sistem umpan balik positif
sedangkan tanda positif (+) digunakan untuk sistem umpan balik negatif.
point dari sistem sedangkan waktu (t) mewakili waktu pencapaian dari set point
tersebut. Ketidakstabilan merupakan suatu keadaan yang tidak menguntungkan bagi
suatu sistem pengendalian loop tertutup. Jelas untuk memperoleh nilai yang
memberikan manfaat praktis sebuah sistem pengendalian haruslah stabil. Untuk
menentukan apakah suatu sistem itu stabil atau tidak, terdapat berbagai macam cara
yang dapat digunakan.
2. Jika ada koefisien koefisien yang berharga nol atau negatif di mana paling
tidak terdapat satu koefisien yang berharga positif, maka terdapat satu atau
lebih akar khayal atau yang mempunyai bagian nyata positif. Oleh karena itu,
pada kasus ini, sistem tidak stabil. Jika kita hanya tertarik pada kestabilan
mutlak, maka tidak perlu mengikuti prosedur selanjutnya. Ingat bahwa semua
koefisien harus positif. Ini merupakan syarat perlu.
3. Jika semua koefiisien berharga positif, maka disusun persamaan dalam suatu
barisan (arrays) yang menyerupai sebuah matriks dengan bentuk sebagai
berikut:
Sn
Sn-1
Sn-2
Sn-3
Sn-4
S2
S1
S0
a1 a 2 a 0 a3
b1
a1
a1 a 4 a 0 a5
b2
a1
a1 a 6 a 0 a 7
b3
a1
dan seterusnya.
Selanjutnya harga harga c1 c2 c3 dst ditentukan dengan cara yang sama yaitu:
b1 a3 a1b2
c1
b1
b1 a5 a1b3
c2
b1
b1 a 7 a1b4
c3
b1
dan seterusnya.
Dan harga d1 ditentukan dengan cara yang sama yaitu :
c1b2 b1c 2
d1
c1
c1b3 b1c3
d2
c1
Proses ini diteruskan sampai baris ke-n secara lengkap. Susunan yang lengkap
dari koefisien berbentuk segitiga (triangular), dimana jumlah baris adalah sebanyak
pangkat tertinggi dari S ditambah satu. Perlu diperhatikan bahwa didalam
menyusunnya suatu baris dapat dibagi atau dikalikan dengan suatu bilangan positif
untuk menyederhanakan perhitungan numeric berikutnya tanpa mengubah kesimpulan
kestabilan.
Kriteria kestabilan Routh menyatakan bahwa banyaknya akar akar dari
persamaan 2.15 yang mempunyai bagian nyata positif sama dengan banyaknya
perubahan tanda dari koefisien pada kolom pertama dari susunan tersebut. Harus
diperhatikan bahwa harga eksak dari suku suku pada kolom pertama tidak perlu
diketahui, tetapi yang perlu diperhatikan adalah tanda tandanya saja. Syarat perlu dan
cukup adalah semua koefisien dari persamaan 2.15 haruslah bertanda positif dan
semua suku pada kolom pertama dari susunan tersebut haruslah positif.
n-1 n-3 0 0
n n-2 0 0
A= n-1 n-3 . 0
n n-2 0
..
Semua akar persamaan cirri mempunyai bagian nyata negatif jika dan hanya > 0,
untuk I = 1,2,,n. (Syahreza, Andi. 2010).
Selain dengan metoda Routh dan Hurwitz sistem pengendalian juga dapat
diannalisa dengan metoda respon frekuensi. Berdasarkan persamaan G(s) dari sistem
pengendalian yang telah kita dapatkan, kita dapat melalukan uji tingkat kestabilan
berdasarkan Kualitatif sistem. Melalui uji ini akan memberikan gambaran seberapa
stabilkah sistem pengendalian temperatur dan tekanan dalam menangani dinamisasi
proses. (Syahreza, Andi.2010)
(a)
(b)
Gambar 2.8 Contoh Gambar (a) dan (b) adalah Grafik kestabilan sistem
Maximum Overshoot (Mp) adalah nilai puncak kurva respon diukur dari
satuan. Apabila nilai akhir keadaan tunak responnya jauh dari satu, maka biasa
digunakan persen overshoot maksimum, dan didefinisikan oleh
Peak Time (tp) , waktu puncak adalah waktu yang diperlukan respon untuk
mencapai
puncak pertama overshoot. Kriteria 2 % atau 5 %
Rise Time (tr), waktu naik adalah waktu yang dibutuhkan oleh respon untuk
naik dari 5% ke 95% atau 10% ke 90% dari nilai steady state.
Error Steady State (Ess) adalah Besarnya kesalahan pada keadaan tunak .
Settling Time (ts), waktu tunak adalah waktu yang dibutuhkan respon untuk
mencapai keadaan stabil (keadaan tunak) atau dianggap stabil.
Delay Time (tp), waktu tunda adalah waktu yang diperlukan oleh respon untuk
mencapai setengah dari nilai steady state tunak untuk waktu pertama.
Sistem dikatakan stabil apabila respon sistem mendekati harga set-point, walaupun
diperlukan waktu untuk itu. Pada respon underdamped, respon melesat di atas harga
set-point kemudian berosilasi yang pada akhirnya tercapai kondisi steady state. Pada
respon overdamped, walaupun respon tidak pernah melesat di atas set-point
diperlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai kondisi steady state. Sedangkan
pada respon critically damped, respon tidak pernah melesat di atas set-point dan dapat
mencapai kondisi steady state dalam waktu singkat. Tetapi hal ini tidak mencerminkan
respon critically damped lebih bagus dari overdamped atau underdamped. Masing-
masing respon tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan, dan juga tergantung
pada proses variabel yang dikendalikan. Ada proses variabel yang membutuhkan
respon sistem yang cepat, dan ada juga yang membutuhkan respon sistem yang
lambat.
Sistem dikatakan tidak stabil apabila respon sistem tidak pernah mencapai
harga set point. Pada respon sustain oscillation (oscillatory), respon sistem akan terus
berosilasi dengan amplitudo tetap. Sedangkan pada respon undamped, respon sistem
akan terus berosilasi dengan amplitudo yang semakin membesar. Pada sistem Control,
kedua respon tersebut jelas tidak pernah dikehendaki. Pada kondisi tersebut, control
valve akan terus membuka dan menutup secara tidak beraturan yang akan merusak
sistem.
Melalui metoda analisis respons frekuensi kita dapat melihat nilai dari
overshoot sistem dan settling time (Ts) dari sistem tersebut. Berdasarkan persamaan
model sistem kita dapat melakukan analisis respon frekuensi dengan menggunakan
simulink MatLAB. Dengan mengatur nilai propotional band,kita dapat melihat
kestabilan dari sistem. Nilai propotional band dapat diatur dari 50 %,
100%,150%,200%,250% hingga 500 %. Berdasarkan propotional bandnya kita dapat
membuat diagram bloknya. ( Heni S. Jendra. 2010)
1. Dalam teknis panas, dikatakan bahwa panas bisa berubah menjadi usaha(energi
mekanis), usaha juga bisa berubah menjadi panas, jika sejumlah tertentu panas
hilang, maka sejumlah usaha yang menghilang, begitu sebaliknya. Ketika ada
sejumlah usaha yang hilang, maka pasti ada sejumlah panas yang
berhubungan.
2. Hukum ini menerangkan arah, keadaan dan keadaan konversi panas ke usaha.
Jika mesin pemanas bekerja,tidak hanya ada sumber panas untuk penyerapan,
tapi juga ada sumber dingin untuk pelepasan panas. Dalam konversi panas-
usaha, pasti ada bagian dari perpindahan panas yang berasal dari sumber panas
menuju sumber dingin, efisiensi mesin pemanas harus lebih kecil dari 100%.
Deaerator adalah alat yang berfungsi untuk membuang gas-gas yang terkandung dalam
air umpan boiler, setelah melalui proses pemurnian air (watertreatment). Selain itu deaerator
juga berfungsi sebagai pemanas awal air pengisi ketelsebelum disalurkan ke dalam
boiler. Deaerator ini bekerja berdasarkan sifat dar ioksigen yang kelarutanya pada air akan
berkurang dengan adanya kenaikan suhu. Deaerator terdiri dari dua drum dimana drum
yang lebih kecil merupakantempat pemanasan pendahuluan yang berfungsi membuang gas-
gas dari bahan airketel sedangkan drum yang lebih besar merupakan tempat penampungan bahan
airketel yang jatuh dalam drum yang lebih kecil di atasnya. Pada drum yang lebih kecil
terdapat spray nozle yang berfungsi untuk menyemprotkan bahan air ketel
menjadibutiran-butiran halus agar proses pemanasan dan pembuangan gas-gas dari
bahan airketel lebih sempurna. Selain itu pada drum yang lebih kecil disediakan satu
saluranvent agar gas-gas dapat terbuang (bersama steam) ke atmosfir.Unsur utama dalam
menentukan keberhasilan dari proses ini adalah kontak fisik antara bahan air ketel dengan panas
yang diberikan oleh uap. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses deaerator adalah :
a. Jumlah aliran air kondensat
b. Jumlah aliran bahan air ketel
c. Tekanan dalam deaerator
d. Level air dalam deaerator
e. Besarnya temperatur yang diberikan
Kelima faktor diatas adalah berhubungan erat satu sama lainnya. Jika salah satu
tidak bekerja dengan baik dapat berpengaruh jelek terhadap sistem air umpan,
sistemkondensat dan juga menaikan pemakaian bahan kimia yang lebih tinggi.
Sebelum terjadi proses pengolahan air pada Thermal Deaerator, ada beberapa tahap
proses yang dilakukan oleh unit utilities. Dalam hal ini ada beberapa unit yaitu:
Sumber air yang digunakan diambil dari sungai disekitar pabrik yang kemudian dialirkan
melalui pipa ke dalam kolam buatan yang berada di dekat Pabrik Murini Sam Sam I. Sebelum
digunakan, air tersebut diolah terlebih dahulu karena masih mengandung partikel partikel,
lumpur dan kotoran lain.
Selanjutnya air dialirkan ke clarifier dan diaduk dengan putaran rendah agar kotoran yang
terbawa mengendap oleh gaya gravitasi. Endapan lumpur akan di blow-down sedangkan air yang
over flow dialirkan ke clearwell. Dalam aliran clearwell ditambahkan larutan soda pH-nya netral.
Clearwell juga berfungsi sebagai tempat penampungan sementara sebelum air dimasukkan ke
sand filter(dengan cara dipompakan) yang merupakan penyaring dengan media pasir untuk
menghilangkan kotoran-kotoran yang tidak mengendap di clarifier.
Portable water storage tank yang menampung air untuk keperluan sehari - hari dipabrik
dan perumahan. Air ini ditambahkan klorin sebagai disinfeksi.
Filtered water storage tank yang menampung air untuk keperluan air hydrant, air
pendingin (cooling water) dan service water lainnya. Untuk menghilangkan klorin, bau
dan warnanya, maka air dimasukkan ke karbon filter yang berisi karbon aktif pH air ini
diharapkan berkisar 7 7.5.
b. Unit Demineralisasi
Air yang digunakan dalam proses produksi adalah air yang tidak mengandung mineral.
Kandungan mineral yang harus dihilangkan diantaranya adalah Ca2+, Na2+, HCO3, SO4 dan CT.
Air dari filtered water storage tank dimasukkan ke cation exchanger untuk
menghilangkan ion-ion negatif agar pH air berkisar antara 8,6 8,9.Daerasi dilakukan dengan
menambahkan NaOH (caustic soda). Untuk menyempurnakan Demineralisasi, amak digunakan
mixed bed polisher yang berisi resin yang menukar kation dan anion agar air yang keluar memiliki
pH 6,1-6,2 yang ditampung di demineralized water storage tank( ada dua buah) sebelum dialirkan
ke pembangkit steam.
Sebelum diumpan ke boiler air yang berasal dari demineralized storage tank harus diolah
dulu untuk menghilangkan gas gasnya. Gas gas yang dihilangkan adalah CO2 dan O2 yang
menyebabkan korosi. Untuk menghilangkan gas ini dilakukan dengan cara skripping
menggunakan steam bertekanan rendah dengan alat yang disebut deaerator ditambahkan dengan:
Sehingg pH air berubah dari 6.1-6.2 (sebelum masuk Deaerator) menjadi 8.5-9.5( pH air keluar)
dan setelah keluar dari deaerator air tersebut akan diumpan ke boiler. (Hadi Cokro, 2009)
1. Semakin rendah suhu air, kandungan oksigen yang terkandung semakin besar.
2. Tekanan yang besar dapat memaksa lebih banyak molekul oksigen masuk ke
dalam
ruang di antara molekul air.
3. Kemurnian air juga mempengaruhi kelarutan oksigen. Air yang murni
memungkinkan
oksigen terlarut lebih banyak. (Pranita, 2010)
gasyang larut didalam air dipaksa keluar sehingga konsentrasi oksigen dalam air turun.
Mekanisme proses deaerasi pada deaerator spray dapat diterangkan secara
garisbesar yaitu sebagai berikut. Apabila uap masuk ke dalam deaerator maka
kontak antara uap dengan air yang masuk akan terjadi di zona deaerasi pertama.
Uaptersebut akan memecah air dan sekaligus menghilangkan oksigen yang
terkandung didalam air dan uap yang masuk ke dalam zona deaerasi kedua akan
menghilangkansisa-sisa oksigen.
2. Deaerator Vakum
Mekanisme kerja deaerator vakum dapat dijelaskan karena gas-gas yang
terlarut dalam air dihilangkan dengan menggunakan ejaktor uap atau dengan
pompa vakum, untuk memperoleh vakum yang diperlukan. Besarnya vakum tergantung
pada suhu air, akan tetapi biasanya 730 mm Hg. Sistem deaerasi dengan
menggunakan deaerator vakum dapat dikatakan tidak seefesien deaerator uap,
dan konsentrasi oksigen dalam air hanya dapat diturunkansampai kira-kira 0,2
ppm dan karbon dioksida berkisar antara 2-10 ppm. Tergantungkonsentrasi sebelum
deaerasi.
Untuk Deaerator yang dipakai dalam penelitian ini yaitu ini Deaerator terpadu
yaitu penggabungan antara tray dan spay dan tidak memiliki kepala. Cara kerja
Deaerator jenis ini yaitu ketika air masuk ke dalam deaerator, air akan mengalami 2
tahap deaerasni. Kondensasi utamanya diuraikan ke atom mejadi kecil dengan alat
semprotan khusus, dan kapasitas air ditentukan oleh jumlah lubang penyemprot air
yang dikontrol oleh per yang mengontrol muatan pada bagian atas. Oleh karena itu,
ukuran air yang menetes dan sudut semprotan tidak akan berubah bersama dengan
output deaerator. Tetesan air kecil ini melewati ruang uap(low pressure) di dearator
dengan kecepatan tinggi. Tekanan parsial gas pada uap kecil dan tetesan air kecil
melewati ruang uap bercampur dan bertukar panas penuh. Gas non kondensasi
dilepaskan ke udara. Inilah proses deaerasi awal. Pada saat air jatuh ke stork tank,
disini air akan mengalami deaerasi kedua. Pada saat di stork tank air akan
disemprotkan steam(high pressure) dari bagian bawah sehingga proses yang terjadi
seperti pada proses pemasakan air yaitu secara konveksi. Setelah disemprotkan steam
maka saat kondisi air telah mencapai level yang ditetapkan dan air mencapai
temperatur dan tekanan saturasi, maka gas tersebut akan dilepaskan ke udara dan air
keluar menuju boiler.
Control valve terdiri dari dua bagian besar yaitu actuator dan valve. Actuator
merupakan bagian yang mengerjakan bukaan dan tutupan valve. Sedangkan valve
merupakan komponen mekanis yang menentukan besarnya pressure yang masuk ke
prosses. Actuator dan valve harus melakukan koreksi berdasarkan sinyal manipulated
variable yang dikeluarkan dari control room. Dalam suatu prosses control loop control
valve merupakan final element control sedangkan dalam analisis perilaku dinamis dan
karakteristik control valve adalah suatu penentu kestabilan sistem.
2.7.1 Actuator
Karena kontruksinya, ada valve yang terbuka dengan turunnya stem dan ada
pula yang tertutup dengan turunnya stem. Pilihan kerja ini, pertama ditentukan oleh
kebutuhan mekanika fluida valve, apakah harus terbuka pada saat stem turun atau
pada saat stem naik. Kemudian ditentukan oleh kebutuhan kontruksi valve demi
kepentingan tekanan proses. Setelah ditentukan jenis valve baru ditenytukan jenis
actuator, biasanya digunakan actuator pneumatic yang bekerja pada diaphragm.
Semua kombinasi actuator dan valve ini dibuat untuk menciptakan control
valve yang fail close dan fail open. Kedua kondisi ini diciptakan demi kepentingan
proses. Pegas harus menggerakkan stem untuk menutup atau membuka valve yang
saat sumber energi (pneumatic maupun electric) mati (fail). Karena kontruksinya
actuatornya, control valve yang fail close disebut juga air to open sedangkan yang fail
open disebut air to close.