PENDAHULUAN
1
Semua orang pasti pernah merasakan kecemasan. Dimana umumnya
dikarakteristikkan sebagai kekacauan, ketidak nyamanan, rasa samar dari
ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi, dan sering disertai dengan gejala
otonom seperti sakit kepala, keringat, palpitasi (berdebar), rasa sesak di dada,
rasa tidak enak di perut yang ringan, dan gelisah (diindikasikan bila tidak
mampu duduk atau berdiri dalam waktu yang lama) (Kaplan & Sadocks,
2007).
Kecemasan mempunyai dua komponen: kesadaran sensasi fisiologikal
(seperti palpitasi dan berkeringat); dan kesadaran bila menjadi gugup atau
ketakutan. Perasaan dipermalukan juga dapat meningkatkan kecemasan.
Kecemasan dapat mempengaruhi proses dan cara berpikir, persepsi, dan
belajar. Cemas dapat membuat kebingungan dan distorsi persepsi, bukan
hanya persepsi waktu dan tempat tapi juga seseorang dan arti dari suatu
kejadian. Distorsi ini dapat mengganggu pembelajaran dengan cara
menurunkan konsentrasi kita, menurunkan ingatan, dan merusak kemampuan
untuk menguhubungkan suatu masalah (Kaplan & Sadocks, 2007).
Kecemasan menghilangkan rasa aman dan merupakan suatu tanda
bahaya. Reaksi setiap manusia ialah berusaha menghilangkan bahaya itu atau
menghilangkan kecemasannya. Proses ini dinamakan mekanisme pertahanan
atau mekanisme penyesuaian diri, umpamanya represi, rasionalisasi, menarik
diri, agresi, identifikasi, pembentukan reaksi, kompensasi, fiksasi, regresi dan
disosiasi.
Jika mekanisme pertahanan tersebut gagal, individu akan berusaha
menghilangkan rasa cemasnya dengan mekanisme pembelaan yang lain. Sama
halnya dengan faal badan, maka fungsi mental juga berusaha mempertahankan
individu terhadap serangan atau bahaya. Hal ini terjadi tanpa disadari oleh
individu itu. Begitupun dengan jiwa, manusia itu hanya merasakan akibatnya,
seperti pada mekanisme pertahanan regresi hanya dilihat bahwa orang itu
bereaksi seperti anak kecil.
Meskipun kecemasan hilang dengan dipergunakannya salah satu atau
beberapa mekanisme pertahanan, hal ini belum berarti bahwa individu itu
tidak akan terganggu, mekanisme pertahanan juga dapat menghambat
2
pekerjaan sehari-hari atau menyusahkan individu dan/atau orang lain. Bila
orang itu terganggu jiwanya, berarti ia telah menggunakan mekanisme
pertahanan yang keliru (Maramis, 2005).
Dari keterangan di atas dapat kita simpulkan bahwa gangguan
kecemasan sangat mengganggu kinerja seseorang. Di lahan praktek yaitu
rumah sakit, para dokter muda dituntut untuk berhubungan langsung dengan
pasien dan memiliki resiko untuk salah. Takut akan salah tersebut lah yang
akan menimbulkan suatu kecemasan pada diri mereka. Kemudian dari cemas
tersebut akan timbul gejala baik fisik dan psikis seperti yang telah diuraikan di
atas.
Pengertian kesalahan di sini diartikan secara umum, yaitu perbuatan
yang secara objektif tidak patut dilakukan. Menurut Hoekema, kesalahan
dalam pelayanan kesehatan diartikan sebagai: .acted below the standard of
what be expected on an average in reasonableness of a follow professional in
similar circumstances and place. Sedangkan perngertian kelalaian menurut
kepustakaan yang terdapat pada kasus Bot V Riley, Hammon and Catamba
Memorial Hospital Tahun 1979, dirumuskan sebagai: Negligence is the lack of
ordinary care. It is the failure to do what a reasonable carefull and prudent
person would have done or doing of something which a reasonable person
would not have done on the accasion in question (Nasution, 2013).
Dalam sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya, Barang siapa
yang mengobati orang sakit dan sebelumnya tidak diketahui memiliki
keahlian, maka ia bertanggung jawab (HR. Abu Dawud no.4575, an-Nasai
no.4845 dan Ibnu Majah no. 3466. Hadits hasan. Lihat Silsilah al-Ahadits
ash-Shahihah no. 635)
3
maka pasien tersebut dapat meminta pertanggung jawaban baik perdata,
pidana, maupun administrasi.
Uraian di atas menunjukkan betapa beratnya tanggung jawab yang
diemban seorang dokter. Terlebih para koas yang posisinya baru pertama kali
turun ke lapangan, walaupun dalam kenyataan praktisnya seorang koas harus
didampingi oleh supervisor dokter atau konsulen, namun tetap saja resiko
yang diambil bila melakukan kesalahan sangatlah besar. Tak pelak hal tersebut
menjadi alasan terjadinya kecemasan pada dokter-dokter muda atau koas.
4
4. Bagaimana gangguan kecemasan pada mahasiswa yang akan
menjalani stase kepaniteraan klinik dilihat dari perspektif Islam?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
kewaspadaan dalam persiapan menghadapi bahaya di masa depan dan
sikap waspada juga menghindar (DSM-5, 2013).
Menurut Kaplan & Sadocks, takut adalah sebuah sinyal
peringatan yang hampir sama dengan cemas, tapi harus dibedakan dari
cemas. Takut adalah sebuah respon terhadap suatu ancaman yang telah
diketahui, dari luar, pasti, atau non-konfliktual. Sedangkan cemas
merupakan sebuah respon terhadap ancaman yang belum diketahui, dari
dalam, samar atau tidak jelas, atau konfliktual.
Kecemasan dapat dikonseptualisasikan sebagai respon normal dan
adaptif yang dapat menyelamatkan nyawa, dan memperingatkan suatu
ancaman yang dapat melukai tubuh, sakit, keadaan tidak tertolong,
kemungkinan hukuman, atau frustasi sosial dan yang tubuh butuhkan.
Cemas mendorong seseorang untuk mengambil langkah yang penting
untuk mencegah ancaman atau mengurangi konsekuensi dari ancaman
tersebut.
Dorongan ini dibarengi dengan peningkatan aktivitas somatik dan
otonom yang dikontrol oleh interaksi antara sistem nervus simpatik dan
parasimpatik.
10
Empat level tingkat kecemasan antara lain adalah: kecemasan
ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan panik (Stuart & Laraia,
2005 dalam Angelina Roida Eka, 2012)
1. Mild Anxiety (Kecemasan Ringan)
Merupakan kecemasan yang terjadi akibat kejadian
sehari-hari selama hidup. Pada tingkat ini, seseorang akan
merasa waspada dan pandangan perseptual orang tersebut
meningkat. Seseorang itu lebih peka dalam melihat,
mendengar, dan merasakan. Tingkat kecemasan ini dapat
memotivasi diri untuk belajar dan membuat seseorang menjadi
lebih dewasa dan kreatif.
Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah
kelelahan, iritabel, dapat belajar dengan baik, motivasi
meningkat, dan tingkah laku sesuai situasi.
2. Moderate Anxiety (Kecemasan Sedang)
Pada tingkat ini seseorang hanya fokus pada urusan yang
akan dilakukan dengan segera termasuk mempersempit
pandangan perseptual sehingga apa yang dilihat, didengar, dan
dirasakan menjadi lebih sempit. Pada tingkat ini seseorang
akan fokus pada sumber kecemasan yang dihadapi dan mulai
membuat perencanaan tetapi ia masih dapat melakukan hal
lain jika menginginkan untuk melakukan hal lain tersebut.
Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini adalah
kelelahan meningkat, denyut jantung dan pernapasan
meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan
volume tinggi, kemampuan konsentrasi menurun, mudah
tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah, dan menangis.
3. Severe Anxiety (Kecemasan Berat)
Ditandai dengan pengurangan yang signifikan pada
pandangan konseptual. Seseorang akan menjadi fokus pada
sumber kecemasan yang dia rasakan dan tidak berpikir lagi
tentang hal lain. Semua perilaku yang muncul kemudian
bertujuan untuk mengurangi kecemasan.
11
Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah
mengeluh pusing, sakit kepala, mual, tidak dapat tidur
(insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, tidak dapat belajar
secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri, munculnya
keinginan yang tinggi untuk menghilangkan kecemasan,
perasaan tidak berdaya, bingung, dan disorientasi.
4. Panik
Panik ditandai dengan perasaan ketakutan dan teror luar
biasa karena mengalami kehilangan kendali terhadap dirinya.
Orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu
meskipun diberi pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi
pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil,
palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren tidak
dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak,
menjerit, mengalami halusinasi, dan delusi.
12
a. Usia dan tingkat perkembangan
Semakin tua usia seseorang atau semakin tinggi tingkat
perkembangan seseorang maka semakin banyak pengalaman
hidup yang dimilikinya. Pengalaman hidup yang banyak itu,
dapat mengurangi kecemasan.
b. Jenis kelamin
Kecemasan dapat dipengaruhi oleh asam lemak bebas dalam
tubuh. Pria mempunyai produksi asam lemak bebas lebih
banyak dibanding wanita sehingga pria beresiko mengalami
kecemasan yang lebih tinggi daripada wanita.
c. Pendidikan
Seseorang yang berpendidikan tinggi akan menggunakan
koping yang lebih baik sehingga memiliki tingkat kecemasan
yang lebih rendah dibandingkan dengan yang berpendidikan
rendah.
d. Sistem pendukung
Sistem pendukung merupakan kesatuan antara individu,
keluarga, lingkungan, dan masyarakat sekitar yang memberikan
pengaruh pada individu dalam melakukan sesuatu. Sistem
pendukung tersebut akan mempengaruhi mekanisme koping
individu sehingga mampu memberi gambaran kecemasan yang
berbeda.
14
Seorang dokter muda tidak dibenarkan melakukan tindakan medis
bilamana tidak mendapat persetujuan dan perintah dari seorang dokter
karena belum mendapatkan surat izin praktik kedokteran sesuai yang
diatur dalam Pasal 36 Undang-Undang No.29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran. Dokter muda sebagai seorang mahasiswa yang
melaksanakan program pendidikan profesinya berada dibawah wewenang
seorang dokter pembimbing yang bertanggungjawab terkait kegiatan yang
dilaksanakannya di rumah sakit. Sekalipun secara teori telah melalui
pendidikan formal di Universitas, akan tetapi belum diperkenankan
mengambil keputusan sendiri dan melakukan penanganan kesehatan.
15
Dalam Pasal 14 Ayat 1 dan 2 Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1419 / Menkes / Per / X / 2005 tentang
Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter Gigi mengatur bahwa
seorang perawat, bidan, atau dokter muda tidak dibenarkan untuk
mengambil tindakan medis tanpa pelimpahan wewenang atau pemberian
instruksi dari dokter. Hal ini karena dokter bertanggung jawab atas
permasalahan yang di hadapi oleh pasiennya dan segala sesuatu yang
berkaitan dengan penanganan kesehatannya selama menjalani pelayanan
kesehatan di rumah sakit.
Semua kegiatan dokter muda yang langsung atau tidak langsung
berhubungan dengan pasien harus berdasarkan atas pendelegasian
kewenangan dan di bawah bimbingan instruktur klinik dan pembimbing
klinik. Jenis kewenangan yang didelegasikan tergantung pada masing-
masing bagian.
Yang dimaksud dengan instruktur klinik adalah:
1. Dokter spesialis;
2. Dokter yang diberi kewenangan (misalnya dokter umum, residen);
3. Staf lain bukan dokter yang diberi penugasan khusus dalam
mendidik dokter muda (misalnya fisioterapist, bidan, perawat,
radiographer, dll) yang bertanggung jawab di bagian terkait.
Yang dimaksud dengan pembimbing klinik adalah dokter spesialis
di masing-masing bagian di Rumah Sakit Pendidikan Utama. Tugas
umumnya adalah melakukan review kegiatan pembelajaran klinik
terhadap dokter muda pada periode tertentu.
16
5. Mengikuti ujian setelah memenuhi segala persyaratan yang ditentukan
oleh masing-masing bagian dan atau fakultas;
6. Mendapatkan penilaian seadil dan seobyektif mungkin;
7. Mengetahui hasil penilaian;
8. Dalam hal tidak terpenuhinya hak-hak tersebut di atas maka dokter
muda berhak untuk mengajukan keberatan secara tertulis yang
ditujukan kepada kepala bagian yang bersangkutan untuk
mendapatkan penyelesaian yang adil.
17
meliputi tentang sistem tubuh manusia, dan penyakit serta
pengobatannya, dan penerapan dari pengetahuan tersebut.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa
kedokteran adalah orang yang terdaftar belajar di perguruan tinggi yang
dilatih untuk menjadi seorang dokter.
Mahasiswa kedokteran tingkat akhir yang akan menjalani stase kepaniteraan klinik
Teori kecemasan
Takut akan melakukan kesalahan dan kelalaian
Dalam ilmu psikologi
Dalam ilmu biologi
Gangguan kecemasan
Gejala kecemasan
Mekanisme pertahanan Diarrhea
Represi Pusing, terasa seperti melayang
Rasionalisasi Hiperhidrosis
Menarik diri Hiper-refleks
Agresi Hipertensi
Identifikasi Palpitasi
Regresi Midriasi pupil
Disosiasi, dll Gelisah, dll
18
Klasifikasi tingkat kecemasan
Ringan
Sedang
Berat
Panik
Gambar 2.1 Kerangka Teori
2.3 Kerangka Konsep
Gangguan kecemasan
19
Tabel 2.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Hasil Skala
Ukur Ukur Penguku-
ran
1. Kecemasan Sebuah Kuesioner L- -Cemas Ordinal
sinyal MMPI -Tidak
peringatan; dan cemas
memperi- TMAS
ngatkan
ancaman
yang akan
terjadi dan
membuat
seseorang
dapat
memperki-
rakan saat
menghada-
pi suatu
bahaya
2. Mahasiswa Orang yang Data Sesuai Nominal
program terdaftar Akademik data
sarjana belajar di akade-
kedokteran perguruan mik Fa-
tinggi yang kultas
dilatih Kedok-
untuk teran
menjadi Univer-
seorang sitas
dokter Yarsi
20
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3 Populasi
Batas populasi target yang digunakan dalam penelitian adalah
mahasiswa program sarjana kedokteran Universitas YARSI tingkat IV
(tahun akademik 2013) sebanyak 320 orang.
3.4 Sampel
21
Sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah mahasiswa
kedokteran umum Fakultas Kedokteran YARSI yang memenuhi kriteria:
3.4.1 Kriteria Inklusi
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
22
e = Batas toleransi kesalahan (error tolerance) atau presisi
320
n=
1+320 ( 10 )2
320
=76,19 dibulatkan menjadi77
4,2
Keterangan:
n = besar sampel setelah dikoreksi
n = jumlah sampel berdasarkan estimasi sebelumnya
f = prediksi presentase sampel drop out
Jadi sampel minimal setelah ditambah dengan perkiraan sampel drop
out adalah sebagai berikut:
77 77
=
n = 10,1 0,9
24
TMAS mempunyai derajat validitas yang cukup tinggi,
akan tetapidipengaruhi juga oleh kejujuran dan ketelitian responden
dalam mengisinya (Azwar, 2007). Karena itu peneliti menggunakan
tes L-MMPI untuk menghindari terjadinya perhitungan hasil yang
mungkin invalid karenakesalahan atau ketidak jujuran responden.
3.9.2 Tes L-MMPI (Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory)
L-MMPI merupakan tes kepribadian yang terbanyak
penggunaannya di dunia sejak tahun 1942. Dikembangkan oleh
Hathaway (psikolog) dan Mc Kinley (psikiater) dari Universitas
Minnesota, Minneapolis, USA sejak tahun 1930-an (Butcher, 2005).
Dalam penelitian ini hanya dipergunakan skala L dalam
keseluruhan tes MMPI. Skala L dipergunakan untuk mendeteksi
ketidak jujuran subjek termasuk kesengajaan subjek dalam
menjawab pertanyaan supaya dirinya terlihat baik (Graham, 2005).
Tes ini berfungsi sebagai skala validitas untuk
mengidentifikasi hasil yang mungkin invalid karena kesalahan atau
ketidak jujuran subjek penelitian. Tes terdiri dari 15 soal dengan
jawaban ya atau tidak dengan nilai batas skala adalah 10, artinya
apabila responden mempunyai nilai 10 maka jawaban responden
tersebutdinyatakan invalid.Dimana jawaban tidak dihitung 1 dan
ya dihitung 0.
25
meringkas kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga
kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna.
Bentuk analisis univariat tergantung pada jenis data. Data kategorik
dengan melakukan penggolongan atau pengklasifikasian data sesuai dengan
yang ada di definisi operasional. Kelompok data dalam penelitian ini
termasuk jenis data kategorik sehingga analisis univariat yang digunakan
distribusi frekuensi dan presentase.
Ujian Proposal
Pengerjaan penelitian
Subjek penelitian
Cemas
Pengumpulan dan analisis data
Kuisioner TMAS
Tidak Cemas
Kesimpulan
Pembuatan hasil penelitian dan kesimpulan
26
27
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
4. Pengumpulan data
5. Pengolahan data
dan analisa data
6. Penulisan laporan
7. Penyempurnaan
laporan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dipaparkan hasil serta pembahasan penelitian tentang
prevalensi gangguan kecemasan pada mahasiswa program sarjana kedokteran
Universitas Yarsi yang akan menjalani stase kepaniteraan klinik. Hasil penelitian
dipaparkan dengan analisis univariat berupa deskripsi karakterisik responden yakni
jenis kelamin dan prevalensi kecemasan mereka.
28
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden terbanyak adalah
perempuan sebanyak 78 responden (86,7%) dikarenakan populasi perempuan
memang lebih banyak di fakultas kedokteran Universitas Yarsi, sedangkan
responden laki-laki hanya berkisar 12 responden.
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Menurut Umur
Umur Jumlah
20 25
21 50
22 12
24 3
Total 90
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa umur responden terbanyak pada
usia 21 tahun kemudian diikuti dengan 20, 22, dan 24. Dapat dihitung rata-rata
dari umur responden adalah 20,95 tahun.
4.2 Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan data dari 90 responden yang diambil acak
dari angkatan 2013 fakultas kedokteran Universitas Yarsi dimana mereka telah
mengisi dua kuesioner. Kuesioner pertama adalah L-MMPI dan yang kedua
adalah TMAS. Dari kuesioner tersebut, didapatkan 13 data responden invalid
dan sebanyak 77 terhitung valid dan telah mencapai jumlah minimal sampel.
Dari data yang terkumpul dilakukan scoring untuk menentukan
terdapat gangguan cemas atau tidak, kemudian didapatkan seperti tabel
berikut:
Tabel 4.3 Hasil Penelitian
Interpretasi Cemas Tidak Cemas
Total 50 27
29
50
= 77 x 1000
= 649,35
Hasil yang didapatkan sebesar 649,35 dibulatkan menjadi 650. Yang
berarti dari 1000 individu, terdapat 650 yang mengalami kecemasan. Jika
persamaan tersebut dimasukkan ke dalam populasi mahasiswa fakultas
kedokteran Universitas Yarsi angkatan 2013, maka dapat dituliskan sebagai
berikut:
650 n
=
1000 320
35% Cemas
65% Tidak Cemas
30
A. Prevalensi Gangguan Kecemasan pada Mahasiswa Program Sarjana
Kedokteran Tingkat Akhir Universitas Yarsi yang Akan Menghadapi
Stase Kepaniteraan Klinik
Dari hasil penelitian, terdapat 50 orang yang mengalami
kecemasan. Dimana setelah dihitung prevalensi nya, maka didapatkan
bahwa dari 1000 individu dalam populasi, terdapat 650 orang yang
menderita kecemasan. Jika dimasukkan ke dalam populasi mahasiswa
fakultas kedokteran Universitas Yarsi angkatan 2013, maka persamaan
tersebut dapat dimasukkan dan didapatkan hasil sebanyak 208 mahasiswa.
Angka tersebut terbilang sangat besar dimana sama dengan 2/3
populasi yang mengalami kecemasan. Hasil penelitian ini sesuai dengan
hipotesis awal yakni terdapat gangguan kecemasan pada mahasiswa
fakultas kedokteran Universitas Yarsi yang akan menjalani stase
kepaniteraan klinik. Dimana saat penelitian ini berlangsung, mahasiswa
tengah menjalani semester ke tujuh dalam pendidikannya.
Seperti yang diterangkan pada tinjauan pustaka, ganguan
kecemasan dapat berdampak negatif pada kinerja seseorang. Namun,
kecemasan dapat memiliki beberapa fungsi positif bila intensitasnya dalam
kadar sedang. Lain halnya bila intensitas tersebut menjadi berat sehingga
mempengaruhi kemampuan berfungsinya seseorang dalam kehidupan
sehari-hari karena orang tersebut jatuh ke dalam kondisi maladaptif yang
dicirikan dengan reaksi fisik dan psikologis yang berlebihan.
31
Dari tinjauan tersebut, memungkinkan untuk mahasiswa
kedokteran merasa cemas dikarenakan rasa takut yang mereka alami.
Takut akan lingkungan baru yang akan mereka hadapi yang mana adalah
rumah sakit tempat mereka nantinya akan menjalani stase kepaniteraan
klinik. Penyebab rasa takut mereka juga bermacam-macam. Misalkan saja
karena takut akan salah melakukan intervensi kepada pasien atau takut
menghadapi tenaga kesehatan di rumah sakit seperti perawat dan dokter
konsulen.
Pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Yarsi angkatan
2013, rata-rata umur mereka adalah 21 tahun. Dimana pada umur ini tentu
saja mahasiswa belum memiliki pengalaman hidup yang banyak terutama
dalam menghadapi seorang pasien. Sehingga hal tersebut menimbulkan
kecemasan dalam diri mereka. Namun, tidak menutup kemungkinan
faktor-faktor lain seperti kondisi lingkungan keluarga, adanya penyakit
yang mendasari, serta emosi yang ditekan menjadi penyebab kecemasan
mereka.
Penelitian ini hanya bertujuan menunjukkan bahwa memang
terdapat kecemasan pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Yarsi
yang akan menjalani stase kepaniteraan klinik. Dan hal tersebut sudah
terbukti dimana didapatkan prevalensi yang cukup besar yaitu 208 per 320
mahasiswa.
33
cemas berlebihan yang ada. Rasa cemas timbul karena emosi yang
berlebihan, maka dari itu pengendalian emosi juga dapat sangat membantu
mengurangi cemas dengan self regulation ini. Intinya adalah, kita dapat
mengarahkan diri kita untuk tidak bereaksi berlebihan terhadap ketakutan
kita.
34
BAB V
Ada tiga kata yang digunakan Aquran untuk menyebut manusia, yaitu
(Zuhroni, 2013):
1. Kata yang terdiri dari huruf alif, nun, dan sn (insn, ins, ns, atau
uns).
2. Basyar atau al-Basyar.
3. Bani Adam, dan dzurriyat Adam.
Istilah-istilah tersebut digunakan Alquran dalam konteks yang
berbeda, antara lain, untuk menerangkan bahwa manusia berbeda dengan
makhluk lain, kejadian dan kemampuan aspek fisik serta amanah yang
diberikan kepadanya sebagai khalifah di muka bumi, dan sebagainya.
36
berguncang. Dalam Alquran kata Insn seringkali diperhadapkan
dengan kata jinn atau dalam bentuk jamaknya kata jnn. Jin
merupakan makhluk halus yang tidak tampak, sedangkan manusia
dalah makhluk yang nyata lagi ramah. Kata Insn juga menunjukkan
bahwa manusia sebagai makhluk yang dibebani tugas dan tanggung
jawab (mukallaf), seperti ditegaskan dalam ayat:
Artinya:
Artinya:
Artinya:
Artinya:
Artinya:
Artinya:
39
Juga disebutkan dalam ayat yang lain:
Artinya:
40
mekanisme hidup, terputusnya dua unsur ini berarti terjadinya
kematian.
C. Bani Adam
Bani Adam (keturunan Nabi Adam) dipergunakan untuk
menunjukkan penghargaan intelektual (berakal, mempunyai
kecerdasan tinggi) terhadap manusia yang berbeda dengan makhluk
lain. Dengan berbagai penggunaannya dalam Alquran
mengungkapkan kelebihan sebagian manusia atas sebagian yang lain.
Alquran yang menggunakan kata Bani Adam, antara lain terdapat
dalam ayat:
Artinya:
41
a. Penciptaan manusia dalam bentuk yang terbaik, seperti
ditegaskan dalam ayat:
Artinya:
Artinya:
42
Artinya:
Artinya:
Artinya:
43
b. Manusia memiliki sifat sangat banyak membantah, seperti
disebutkan dalam ayat:
Artinya:
Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia
dalam Al Quran ini bermacam-macam perumpamaan. Dan
manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah. (Q.s.
Al-Kahfi (18):54)
Artinya:
Artinya:
Artinya:
Artinya:
Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa
untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.
(Q.s. Al-Isra (17):11)
45
Artinya:
Artinya:
Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih
kepada Tuhannya, (Q.s. Al-Adiyat (100):6)
Artinya:
Artinya:
Artinya:
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya
kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya
47
Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta. (Q.s. Al-Ankabut (29):2-3)
48
Artinya:
A. Kesehatan Fisik
B. Kesehatan Rohani
Ilmu yang mengkaji jiwa yang sehat adlah psikologi, dan yang
mengkaji tentang jiwa yang abnormal adalah psikiatri. Para pakar ilmu
kesehatan mental menyatakan bahwa sehat dan tidaknya jiwa seseorang
dapat dilihat dari tingkah lakunya. Jika tingkah lakunya normal, maka
dikatakan bahwa orang itu sehat jiwanya, dan sebaliknya, jika tingkah
lakunya tidak normal, dikatakanlah bahwa orang itu mengalami sakit
jiwa, gangguan jiwa, atau gila.
50
bakat yang ada semaksimal mungkin dan membawa kepada kebahagiaan
bersama serta tercapainya keharmonisan jiwa dalam hidup.
51
Artinya:
52
kecemasan adalah adanya perubahan atau goncangan yang berseberangan
dengan ketenangan yang Allah gambarkan dalam firman-Nya :
Artinya:
Kecemasan lahir dari adanya ketakutan akan masa depan atau akan
terjadi sesuatu yang tidak diharapkan ataupun adanya pertentangan dalam diri.
Bisa dibilang kecemasan lebih parah dari ketakutan biasa. Ketakutan
umumnya akan hilang dengan hilangnya penyebab yang memunculkannya.
Namun, kecemasan yang sudah muncul seolah akan tetap menjadi lingkaran
setan dalam dirinya. Apabila salah satu penyebab kemudian hilang, maka akan
timbul sebab lainnya yang datang dari bisikan setan.
53
maupun pekerjaan. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa penyebab
hadirnya kecemasan antara lain sebagai berikut. (Athena, 2014)
c. Menurut Adil Fathi (2004) salah satu penyebab kecemasan yang dialami
oleh kebanyakan orang adalah rasa jengkel pada diri mereka dengan
tingkah laku dan perbuatan orang lain atau mereka merasa diabaikan
oleh orang lain, sehingga ia merasa rendah diri. Berawal dari hal itulah,
ia mulai merasa rendah diri dan tidak dihormati oleh orang lain.
Akibatnya, ia sering merasa sedih karena ia telah berbuat baik kepada
mereka, namun mereka tidak membalasnya dengan kebaikan bahkan
mereka membalasnya dengan penolakan.
Dalam islam, hukum menuntut ilmu adalah fardhu ain bagi islam laki-
laki maupun islam perempuan. Agar mereka tergolong menjadi umat yang
55
cerdas, jauh dari kabut kejahiliahan dan kebodohan, disamping wajib menurut
perintahnya Allah dan Rasulnya juga agar mampu menjalankan perintah-Nya
dan meninggalkan larangan-Nya.
Artinya:
56
Artinya:
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya (Q.s.
Al-Muddatstsir (74):38)
Artinya:
Ayat ini menegaskan bahwa tanggang jawab itu bukan saja terhadap
apa yang diperbuatnya akan tetapi melebar sampai semua akibat dan bekas-
bekas dari perbuatan tersebut. Orang yang meninggalkan ilmu yang
bermanfaat, sedekah jariyah atau anak yang sholeh , kesemuanya itu akan
meninggalkan bekas kebaikan selama masih berbekas sampai kapanpun. Dari
sini jelaslah bahwa orang yang berbuat baik atau berbuat jahat akan mendapat
pahala atau menanggung dosanya ditambah dengan pahala atau dosa orang-
orang yang meniru perbuatannya. Hal ini ditegaskan dalam ayat di bawah ini:
57
Artinya:
Seperti yang telah dijelaskan pada bab kajian pustaka, bahwa cemas
adalah rasa ketakutan tanpa ada stimulus yang jelas, disertai perubahan
fisiologis seperti takikardia, berkeringat, tremor, dan lain-lain. Kecemasan
adalah sebuah sinyal peringatan; memperingatkan ancaman yang akan terjadi
dan membuat seseorang dapat memperkirakan saat menghadapi suatu bahaya.
Kecemasan yang terjadi muncul karena ketakutan mahasiswa saat
harus berhadapan dengan pasien secara langsung. Selain itu, ketakutan
mungkin terjadi saat mahasiswa koas khawatir akan melakukan kesalahan
pada waktu melakukan penanganan medis walaupun para koas tidak
diperkenankan untuk melakukan diagnosis.
Intervensi koas pada penanganan pasien inilah yang menjadi beban
tanggung jawab bagi para setiap koas. Melakukan praktek pelayanan
kesehatan tanpa memiliki keahlian, baik tidak memiliki keahlian sama sekali
dalam bidang kedokteran, atau memiliki sebagian keahlian tapi bertindak
diluar keahliannya. Orang yang tidak memiliki keahlian di bidang kedokteran
58
kemudian nekat membuka praktek, telah disinggung oleh Nabi SAW dalam
sabda beliau:
Artinya:
Artinya:
59
seluruh totalitasnya. Ayat ini jelas mengandung unsur psikologi mengenai
bagaimana manusia menyerahkan seluruh emosinya kepada Allah Swt.
Wajah adalah bagian termulia dari tubuh manusia yang tampak. Kalau
yang termulia telah tunduk, maka yang lain pasti telah serta merta tunduk
pula. Siapa yang menyerahkan wajahnya dengan tulus kepada Allah, dalam
arti ikhlas beramal dan itu adalah amal baik, maka baginya ganjaran di sisi
Tuhan-nya. Amal di sini bukan sembarang amal, tetapi amal yang
menjadikan ia wajar dinamai dalam ukuran Allah sebagai seorang muhsin
yang lebih banyak kebaikannya dari keburukannya. Ganjaran mereka adalah
masuk surga, bahkan mungkin lebih dari surga, yakni ridha-Nya, dan
kenikmatan memandang wajah-Nya. Hal ini diistilahkan al-Quran
dengan Tiada rasa takut menimpa mereka, tidak juga mereka bersedih
hati.
60
BAB VI
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
62
Misalnya, jika alasan kita cemas adalah karena takut salah mengintervensi
pasien, atau takut salah menjawab saat ditanya oleh konsulen, maka upaya
pencegahannya adalah dengan belajar giat dan banyak berlatih. Dengan cara
seperti itu, maka kita akan dapat meningkatkan rasa kepercayaan diri dan
mengendalikan rasa cemas berlebihan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
63
Nasution, B. J. (2013). Hukum Kesehatan Pertanggung Jawaban Dokter. PT
Rineka Cipta: Surabaya.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metode Penelitian Kesehatan, Rineka
Cipta : Jakarta.
Sadock B. J., Sadock V. A., (2007). Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry 10th Edition. Lippincott Williams, a Wolters
Kluwer Business:USA. Hal 579-586.
Said Az-Zahrani, Musfir. (2005). Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani Press.
Zuhroni. (2013). Dasar dan Sumber Syariat Islam Edisi Revisi. Jakarta: Bagian
Agama Universitas Yarsi. Hal 40-57.
Zuhroni, Nur Riani, et all. (2003). Islam Untuk Disiplin Ilmu Kesehatan dan
Kedokteran 2. Jakarta: Departemen Agama RI. Hal 73-83.
64
ANGGARAN PENELITIAN
5 Jilid x Rp 50.000,-
TOTAL Rp 2.322.500,-
BIODATA PENELITI
Riwayat Pendidikan
66
Tahun 2010 2013 : SMA Negeri 1 Denpasar, Bali
LAMPIRAN 1
Dengan Hormat,
Saya adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI angkatan
2013.Saat ini saya sedang melakukan penelitian yang berjudul Prevalensi
Gangguan Kecemasan Pada Mahasiswa Program Sarjana Kedokteran Universitas
YARSI yang Akan Menjalani Stase Kepaniteraan Klinik Dengan pembimbing
penelitian Dr. H. Nasruddin Noor, Sp.KJ.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan kerugian bagi saudara sebagai
responden. Peneliti juga akan menjaga hak-hak saudara dengan cara tidak
memaksa untuk menjadi responden untuk mengisi kuesioner yang peneliti
67
berikan. Nama responden tidak akan dicantumkan dan akan dihilangkan setelah
data diolah dam penelitian ini selesai.
Mohon kesediaan saudara untuk bersedia menjadi responden dengan
menandatangani lembar persetujuan dan mengisi kuesioner sesuai dengan
petunjuk yang diberikan dengan jujur dan apa adanya berdasarkan pengalaman
anda. Tidak ada jawaban yang salah maupun benar.
Terimakasih atas partisipasi dan bantuan anda dalam penelitian saya ini.
Hormat Saya,
Peneliti,
LAMPIRAN 2
NPM : ..
Peneliti Responden
LAMPIRAN 3
Petunjuk:
1. Dalam mengerjakan angket-angket berikut ini tidak ada jawaban yang
benar atau salah. Yang dibutuhkan adalah jawaban yang jujur dan apa
adanya, sehingga semua jawaban dianggap benar.
2. Setiap jawaban anda adalah sangat berharga dan penting, sehingga anda
dimohon tidak melewatkan satupun pertanyaan yang diajukan.
3. Jawaban-jawaban dan data-data yang anda isi akan terjamin
kerahasiaannya.
4. Peneliti sangat menghargai kerjasama anda dan mengucapkan terimakasih.
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
NIM :
Umur :
Angkatan :
Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
69
Jurusan sewaktu SMU :
Nomor telepon / HP :
Angket ini diisi pada : Tanggal.......Bulan.........Tahun 2016
LAMPIRAN 4
Kuesioner Lie-Score Minnesota Multiphase Personality Inventory
(L-MMPI)
Berilah tanda (X) pada kolom ya bila pertanyaan dibawah ini sesuai
dengan perasaan/keadaaan anda, berilah tanda (X) pada kolom tidak bila
pernyataan tidak sesuai dengan yang anda rasakan.
No Pernyataan Ya Tidak
1 Sekali-kali saya berfikir tentang hal-hal yang buruk untuk
diutarakan
2 Kadang-kadang saya ingin mengumpat/ mencaci maki
3 Saya tidak selalu mengutarakan hal yang benar
4 Saya tidak membaca tajuk rencana setiap surat kabar
6 Apa yang dapat saya kerjakan hari ini, kadang-kadang saya tunda
sampai besok
7 Bila saya tidak enak badan, kadang saya mudah tersinggung
8 Sopan santun saya di rumah tidak sebaik jika bersama orang lain
70
13 Kadang-kadang saya menggunjingkan orang lain
72
LAMPIRAN 6
73
74