Anda di halaman 1dari 74

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mahasiswa program sarjana kedokteran khususnya tingkat akhir
umumnya akan merasa cemas dan takut dalam menghadapi stase selanjutnya
yaitu stase coass (co-assistant) atau kepaniteraan klink. Dimana kepaniteraan
klinik merupakan suatu periode pendidikan dokter yang ditekankan pada
penerapan (aplikasi) teori-teori yang sebelumnya sudah didapat dari periode
praklinik (periode praklinik adalah periode dimana mahasiswa kedokteran
belajar dikampus seperti layaknya mahasiswa fakultas lain).
Kecemasan merupakan gejala normal pada manusia dan disebut
patologis bila gejalanya menetap dalam jangka waktu tertentu dan
mengganggu ketentraman individu. Kecemasan sangat mengganggu
homeostasis dan fungsi individu, karena itu perlu segera dihilangkan dengan
berbagai macam cara penyesuaian (Maramis, 2005).
Kecemasan adalah salah satu penyakit yang banyak tersebar diantara
manusia. Dalam bahasa Arab dikatakan bahwa bila sesuatu cemas, maka ia
akan bergerak dari tempatnya. Hingga bisa dikatakan bahwa bentuk
kecemasan adalah adanya perubahan atau goncangan yang berseberangan
dengan ketenangan yang Allah gambarkan dalam firman-Nya dalam surah al-
Fajr ayat 27-30, Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan
hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-
hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.
Ditambah lagi kecemasan merupakan gangguan mental terbesar.
Diperkirakan 20% dari populasi dunia menderita kecemasan (Gail, 2002) dan
sebanyak 47,7% remaja sering merasa cemas (Haryadi, 2007). Hampir 30 juta
orang terserang gangguan ini di Amerika, dengan penderita wanita berjumlah
dua kali lebih banyak dari pada laki-laki (Kaplan & Sadocks, 2007).
Gangguan kecemasan berhubungan dengan morbiditas yang signifikan
dimana lebih sering berlanjut kronik dan menjadi resisten terhadap terapi.

1
Semua orang pasti pernah merasakan kecemasan. Dimana umumnya
dikarakteristikkan sebagai kekacauan, ketidak nyamanan, rasa samar dari
ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi, dan sering disertai dengan gejala
otonom seperti sakit kepala, keringat, palpitasi (berdebar), rasa sesak di dada,
rasa tidak enak di perut yang ringan, dan gelisah (diindikasikan bila tidak
mampu duduk atau berdiri dalam waktu yang lama) (Kaplan & Sadocks,
2007).
Kecemasan mempunyai dua komponen: kesadaran sensasi fisiologikal
(seperti palpitasi dan berkeringat); dan kesadaran bila menjadi gugup atau
ketakutan. Perasaan dipermalukan juga dapat meningkatkan kecemasan.
Kecemasan dapat mempengaruhi proses dan cara berpikir, persepsi, dan
belajar. Cemas dapat membuat kebingungan dan distorsi persepsi, bukan
hanya persepsi waktu dan tempat tapi juga seseorang dan arti dari suatu
kejadian. Distorsi ini dapat mengganggu pembelajaran dengan cara
menurunkan konsentrasi kita, menurunkan ingatan, dan merusak kemampuan
untuk menguhubungkan suatu masalah (Kaplan & Sadocks, 2007).
Kecemasan menghilangkan rasa aman dan merupakan suatu tanda
bahaya. Reaksi setiap manusia ialah berusaha menghilangkan bahaya itu atau
menghilangkan kecemasannya. Proses ini dinamakan mekanisme pertahanan
atau mekanisme penyesuaian diri, umpamanya represi, rasionalisasi, menarik
diri, agresi, identifikasi, pembentukan reaksi, kompensasi, fiksasi, regresi dan
disosiasi.
Jika mekanisme pertahanan tersebut gagal, individu akan berusaha
menghilangkan rasa cemasnya dengan mekanisme pembelaan yang lain. Sama
halnya dengan faal badan, maka fungsi mental juga berusaha mempertahankan
individu terhadap serangan atau bahaya. Hal ini terjadi tanpa disadari oleh
individu itu. Begitupun dengan jiwa, manusia itu hanya merasakan akibatnya,
seperti pada mekanisme pertahanan regresi hanya dilihat bahwa orang itu
bereaksi seperti anak kecil.
Meskipun kecemasan hilang dengan dipergunakannya salah satu atau
beberapa mekanisme pertahanan, hal ini belum berarti bahwa individu itu
tidak akan terganggu, mekanisme pertahanan juga dapat menghambat
2
pekerjaan sehari-hari atau menyusahkan individu dan/atau orang lain. Bila
orang itu terganggu jiwanya, berarti ia telah menggunakan mekanisme
pertahanan yang keliru (Maramis, 2005).
Dari keterangan di atas dapat kita simpulkan bahwa gangguan
kecemasan sangat mengganggu kinerja seseorang. Di lahan praktek yaitu
rumah sakit, para dokter muda dituntut untuk berhubungan langsung dengan
pasien dan memiliki resiko untuk salah. Takut akan salah tersebut lah yang
akan menimbulkan suatu kecemasan pada diri mereka. Kemudian dari cemas
tersebut akan timbul gejala baik fisik dan psikis seperti yang telah diuraikan di
atas.
Pengertian kesalahan di sini diartikan secara umum, yaitu perbuatan
yang secara objektif tidak patut dilakukan. Menurut Hoekema, kesalahan
dalam pelayanan kesehatan diartikan sebagai: .acted below the standard of
what be expected on an average in reasonableness of a follow professional in
similar circumstances and place. Sedangkan perngertian kelalaian menurut
kepustakaan yang terdapat pada kasus Bot V Riley, Hammon and Catamba
Memorial Hospital Tahun 1979, dirumuskan sebagai: Negligence is the lack of
ordinary care. It is the failure to do what a reasonable carefull and prudent
person would have done or doing of something which a reasonable person
would not have done on the accasion in question (Nasution, 2013).
Dalam sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya, Barang siapa
yang mengobati orang sakit dan sebelumnya tidak diketahui memiliki
keahlian, maka ia bertanggung jawab (HR. Abu Dawud no.4575, an-Nasai
no.4845 dan Ibnu Majah no. 3466. Hadits hasan. Lihat Silsilah al-Ahadits
ash-Shahihah no. 635)

Dari rumusan di atas, dapat disimpulkan bahwa kesalahan dapat terjadi


akibat kurangnya pengetahuan, kurangnya pengalaman, dan pengertian, serta
mengabaikan suatu perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan. Apabila hal
itu dilakukan oleh dokter, baik dengan sengaja maupun karena kelalainnya
dalam upaya memberikan perawatan atau pelayanan kesehatan kepada pasien,

3
maka pasien tersebut dapat meminta pertanggung jawaban baik perdata,
pidana, maupun administrasi.
Uraian di atas menunjukkan betapa beratnya tanggung jawab yang
diemban seorang dokter. Terlebih para koas yang posisinya baru pertama kali
turun ke lapangan, walaupun dalam kenyataan praktisnya seorang koas harus
didampingi oleh supervisor dokter atau konsulen, namun tetap saja resiko
yang diambil bila melakukan kesalahan sangatlah besar. Tak pelak hal tersebut
menjadi alasan terjadinya kecemasan pada dokter-dokter muda atau koas.

1.2 Perumusan Masalah


Mahasiswa program sarjana kedokteran tingkat akhir fakultas
kedokteran Universitas Yarsi yang akan menghadapi stase kepaniteraan klinik
biasanya mereka akan mengalami kecemasan. Cemas adalah rasa takut
berlebihan terhadap sesuatu yang akan terjadi dimasa datang. Banyak hal
negatif yang merupakan dampak dari kecemasan apabila orang tersebut tidak
mengambil tindakan yang tepa dan tidak dibekali iman yang kuat. Kecemasan
yang timbul dapat berdampak buruk pada tingkat prestasi mereka dimana di
lapangan mereka akan berhadapan langsung dengan pasien. Kecemasan dapat
menimbulkan distorsi persepsi yang berefek pada penurunan konsentrasi pada
individu tersebut.

1.3 Pertanyaan Penelitian


Dari latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah prevalensi gangguan kecemasan pada mahasiswa
program sarjana kedokteran tingkat akhir Universitas Yarsi yang
akan menghadapi stase kepaniteraan klinik?
2. Faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi gangguan
kecemasan pada mahasiswa program sarjana kedokteran tingkat
akhir Universitas Yarsi yang akan menghadapi stase kepaniteraan
klinik?
3. Bagaimana upaya pencegahan terhadap timbulnya kecemasan agar
proses belajar mereka tidak terganggu?

4
4. Bagaimana gangguan kecemasan pada mahasiswa yang akan
menjalani stase kepaniteraan klinik dilihat dari perspektif Islam?

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya kecemasan dan
mengetahui prevalensi tingkat kecemasan pada mahasiswa fakultas
kedokteran tingkat akhir Universitas Yarsi yang akan menghadapi stase
kepaniteraan klinik dan perspektifnya menurut Islam.

1.4.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui prevalensi dari gangguan kecemasan pada
mahasiswa fakultas kedokteran tingkat akhir Universitas Yarsi yang
akan menghadapi stase kepaniteraan klinik.
2. Untuk mengetahui faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi
gangguan kecemasan pada mahasiswa program sarjana kedokteran
tingkat akhir Universitas Yarsi yang akan menghadapi stase
kepaniteraan klinik.
3. Untuk mengetahui upaya pencegahan terhadap timbulnya kecemasan
agar proses belajar mereka tidak terganggu.
4. Untuk mengatahui gangguan kecemasan pada mahasiswa yang akan
menjalani stase kepaniteraan klinik dilihat dari perspektif Islam.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Ilmiah (Akademis)
Untuk memperluas pengetahuan khususnya tentang Ilmu
Kesehatan Jiwa dan untuk memberikan data ilmiah dari prevalensi tingkat
kecemasan pada mahasiswa fakultas kedokteran tingkat akhir Universitas
Yarsi yang akan menghadapi stase kepaniteraan klinik, faktor yang
mempengaruhi, serta mengatahui gangguan kecemasan dalam perspektif
Islam.
1.5.2 Manfaat Praktis (Klinis)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi
untuk mahasiswa tingkat akhir yang akan menghadapi stase kepaniteraan
5
klinik tentang apa dampak kecemasan bagi mereka supaya nanti dalam
praktiknya dapat mengurangi gangguan kecemasan mereka, dan
bagaimana upaya pencegahan terhadap timbulnya kecemasan agar proses
belajar mereka tidak terganggu dan dilihat dari perspektif Islam.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 Pengertian Kecemasan
Cemas adalah rasa ketakutan tanpa ada stimulus yang jelas,
disertai perubahan fisiologis seperti takikardia, berkeringat, tremor, dan
lain-lain (Dorland, 2012). Kecemasan adalah sebuah sinyal peringatan;
memperingatkan ancaman yang akan terjadi dan membuat seseorang
dapat memperkirakan saat menghadapi suatu bahaya (Kaplan & Sadocks,
2007).
Gangguan kecemasan merupakan gangguan yang cirinya
mencakup ketakutan yang berlebihan, kecemasan, dan berkaitan dengan
gangguan perilaku. Takut adalah respon emosional terhadap ancaman
nyata atau akan terjadi segera, sedangkan cemas adalah antisipasi dari
ancaman di masa depan atau yang akan terjadi.
Perlu dibedakan antara takut dan cemas. Takut lebih sering
dikaitkan dengan suatu hentakan gairah otonom yang diperlukan untuk
melawan atau lari, perasaan tanda bahaya, dan sikap untuk kabur.
Sedangkan cemas lebih sering dikaitkan dengan ketegangan otot dan

6
kewaspadaan dalam persiapan menghadapi bahaya di masa depan dan
sikap waspada juga menghindar (DSM-5, 2013).
Menurut Kaplan & Sadocks, takut adalah sebuah sinyal
peringatan yang hampir sama dengan cemas, tapi harus dibedakan dari
cemas. Takut adalah sebuah respon terhadap suatu ancaman yang telah
diketahui, dari luar, pasti, atau non-konfliktual. Sedangkan cemas
merupakan sebuah respon terhadap ancaman yang belum diketahui, dari
dalam, samar atau tidak jelas, atau konfliktual.
Kecemasan dapat dikonseptualisasikan sebagai respon normal dan
adaptif yang dapat menyelamatkan nyawa, dan memperingatkan suatu
ancaman yang dapat melukai tubuh, sakit, keadaan tidak tertolong,
kemungkinan hukuman, atau frustasi sosial dan yang tubuh butuhkan.
Cemas mendorong seseorang untuk mengambil langkah yang penting
untuk mencegah ancaman atau mengurangi konsekuensi dari ancaman
tersebut.
Dorongan ini dibarengi dengan peningkatan aktivitas somatik dan
otonom yang dikontrol oleh interaksi antara sistem nervus simpatik dan
parasimpatik.

2.1.2 Gejala Kecemasan


Dalam menghadapi kecemasan, dimungkinkan akan terjadinya
gejala otonom yang bersifat berbeda-beda pada setiap orang. Diantaranya:
Diarrhea
Pusing, terasa seperti melayang
Hiperhidrosis (pengeluaran keringat yang berlebihan)
Hiper-refleks
Hipertensi
Palpitasi
Midriasis pupil
Gelisah
Sinkop (kehilangan kesadaran)
Takikardi
Kesemutan pada ekstremitas
Tremor
7
Sakit perut atau mual
Terdapat gangguan saluran kemih seperti frequency,
urgency, dan hesitancy
Aspek penting dari emosi adalah efek gejala tersebut pada
perhatian tertentu. Orang yang cemas umumnya memilih hal-hal pasti di
lingkungan mereka dan mengabaikan yang lainnya sebagai usaha mereka
untuk membuktikan jika mereka adil dalam mempertimbangkan kejadian
yang menakutkan (Kaplan & Sadocks, 2007).

2.1.3 Teori Kecemasan


A. Dalam Ilmu Psikologi
1. Teori Psikoanalitik
Freud menyatakan bahwa cemas merupakan hasil dari konflik
fisik antara ketidak sadaran seksual atau keinginan agresif dan ancaman
yang sesuai dari superego atau kenyataan di luar. Dalam merespon sinyal
tersebut, ego menggerakkan mekanisme pertahanan untuk mencegah
pikiran yang tidak dapat diterima dan perasaan dari kemunculannya
sampai kesadaran.
Salah satu konsekuensi dari munculnya gejala cemas sebagai
suatu sinyal lebih kepada sumber yang mendasari kecemasan mungkin
saja dikesampingkan. Dari perspektif psikodinamik, tujuan terapi
bukanlah menyingkirkan semua kecemasan, melainkan meningkatkan
toleransi penderita akan kecemasan.
2. Teori Perilaku
Teori perilaku mendalilkan bahwa kecemasan adalah suatu respon
yang dikondisikan pada stimulus lingkungan yang spesifik. Sebagai
contoh, seorang anak perempuan tumbuh dengan menerima perlakuan
kasar dari ayahnya mungkin akan menjadi cemas seketika jika ia melihat
seorang ayah dari orang lain yang bersikap keras juga. Jika
digeneralisasikan ia bisa sulit mempercayai laki-laki.
Pada contoh sosial, seorang anak dapat mengembangkan respon
kecemasannya dengan meniru kecemasan di lingkungan sekitarnya.
Seperti contohnya kecemasan dari orang tuanya.
3. Teori Eksistensi
8
Teori eksistensi merupakan contoh dari cemas menyeluruh,
dimana bukan stimulus spesifik yang menyebabkan perasaan cemas yang
kronik.Inti konsep dari teori ini adalah penderita tersebut merasa
hidupnya tak punya tujuan. Cemas adalah respon mereka untuk
mempersepsikan kehampaan arti dan eksistensi mereka (Kaplan
&Sadocks, 2007).

B. Dalam Ilmu Biologi


1. Sistem Nervus Otonom
Stimulasi pada sistem nervus otonom menyebabkan gejala tertentu
pada sistem kardiovaskular (takikardi), muskular (sakit kepala),
gastrointestinal (diare), dan pernafasan (takipnea).
2. Neurotransmitter
Tiga neurotransmitter utama yang berhubungan dengan
kecemasan adalah NE, serotonin, dan GABA.
a. Norepinefrin
Gejala kronik yang dialami pasien gangguan cemas seperti
serangan panik, insomnia, terkejut merupakan tanda meningkatnya
fungsi noradrenergik. Pasien yang menderita gangguan kecemasan
mungkin memiliki sistem noradrenergik yang teregulasi secara
buruk.
b. Poros Hypothalamic-Pituitary-Adrenal
Banyak bentuk dari stres psikologik meningkatkan sintesis
dan pelepasan kortisol. Kortisol dibuat untuk mengisi kembali
simpanan energi dan mengkontribusikannya untuk meningkatkan
gairah, kewaspadaan, perhatian, dan pembentukan memori;
menghambat pertumbuhan dan sistem reproduksi; dan penekanan
respon imun.
c. Corticotropine Releasing Hormone
Salah satu mediator stres yang terpenting adalah CRH, ia
mengkoordinasikan sikap adadptif dan perubahan fisiologik yang
timbul selama stres. Level CRH meningkat saat stres,
menyebabkan aktivasi aksis HPA dan meningkatkan pelepasan
kortisol serta dehydroepiandrosterone (DHEA). CRH juga
9
mengurangi keinginan untuk makan, aktivitas seksual,
pertumbuhan, dan sistem reproduksi.
d. Serotonin
Beberapa laporan menyatakan bahwa obat-obatan yang
menyebabkan pelepasan serotonin, menyebabkan peningkatan
kecemasan pada pasien dengan gangguan kecemasan.
e. GABA
Peranan GABA dalam gangguan kecemasan telah
dibuktikan oleh manfaat benzodiazepine sebagai salah satu obat
untuk beberapa jenis gangguan kecemasan. Beberapa pasien
dengan gangguan kecemasan diduga memiliki fungsi reseptor
GABA yang abnormal.
f. Aplysia
Contoh neurotransmitter gangguan kecemasan berdasarkan
penelitianAplysia Californica, oleh Eric Kandel, M.D. Aplysia
adalah siput laut yang bereaksi terhadap ancaman dengan bergerak
menjauh, masuk ke dalam cangkangnya, dan menurunkan
kebiasaan makannya. Kebiasaan tersebut dapat dikondisikan pada
manusia.
g. Neuropeptide Y
Neuropeptide Y (NPY) membalik efek regulasi pada CRH
dan sistem LCNE di otak yang penting dalam ekspresi cemas,
takut, dan depresi.
h. Galanin
Galanin adalah peptida yang pada manusia mengandung 30
asam amino. Galanin terlibat dalam banyak fungsi fisiologik dan
kebiasaan, termasuk belajar, memori, kontrol nyeri, pemasukan
makanan, kontrol neuroendokrin, regulasi kardiovaskular, dan yang
baru-baru ini, kecemasan. Percobaan pada tikus menunjukkan
bahwa galanin merupakan pusat pengelolaan modulasi kebiasaan
yang berhubungan dengan kecemasan (Kaplan & Sadocks, 2007).

2.1.4 Klasifikasi Tingkat Kecemasan

10
Empat level tingkat kecemasan antara lain adalah: kecemasan
ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan panik (Stuart & Laraia,
2005 dalam Angelina Roida Eka, 2012)
1. Mild Anxiety (Kecemasan Ringan)
Merupakan kecemasan yang terjadi akibat kejadian
sehari-hari selama hidup. Pada tingkat ini, seseorang akan
merasa waspada dan pandangan perseptual orang tersebut
meningkat. Seseorang itu lebih peka dalam melihat,
mendengar, dan merasakan. Tingkat kecemasan ini dapat
memotivasi diri untuk belajar dan membuat seseorang menjadi
lebih dewasa dan kreatif.
Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah
kelelahan, iritabel, dapat belajar dengan baik, motivasi
meningkat, dan tingkah laku sesuai situasi.
2. Moderate Anxiety (Kecemasan Sedang)
Pada tingkat ini seseorang hanya fokus pada urusan yang
akan dilakukan dengan segera termasuk mempersempit
pandangan perseptual sehingga apa yang dilihat, didengar, dan
dirasakan menjadi lebih sempit. Pada tingkat ini seseorang
akan fokus pada sumber kecemasan yang dihadapi dan mulai
membuat perencanaan tetapi ia masih dapat melakukan hal
lain jika menginginkan untuk melakukan hal lain tersebut.
Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini adalah
kelelahan meningkat, denyut jantung dan pernapasan
meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan
volume tinggi, kemampuan konsentrasi menurun, mudah
tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah, dan menangis.
3. Severe Anxiety (Kecemasan Berat)
Ditandai dengan pengurangan yang signifikan pada
pandangan konseptual. Seseorang akan menjadi fokus pada
sumber kecemasan yang dia rasakan dan tidak berpikir lagi
tentang hal lain. Semua perilaku yang muncul kemudian
bertujuan untuk mengurangi kecemasan.

11
Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah
mengeluh pusing, sakit kepala, mual, tidak dapat tidur
(insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, tidak dapat belajar
secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri, munculnya
keinginan yang tinggi untuk menghilangkan kecemasan,
perasaan tidak berdaya, bingung, dan disorientasi.
4. Panik
Panik ditandai dengan perasaan ketakutan dan teror luar
biasa karena mengalami kehilangan kendali terhadap dirinya.
Orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu
meskipun diberi pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi
pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil,
palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren tidak
dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak,
menjerit, mengalami halusinasi, dan delusi.

2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Kecemasan


Zakiah Daradjat (2010) mengemukakan beberapa faktor penyebab
kecemasan, yaitu:
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang
mengancam dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa
takut, karena sumbernya terlihat jelas dalam pikiran.
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan
hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani.
Kecemasan ini sering pula menyertai gejala-gejala gangguan
mental, yang kadang-kadang terlihat dalam bentuk yang umum.
c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa
bentuk. Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan
tidak berhubungan dengan apapun yang terkadang disertai
dengan perasaan takut yang mempengaruhi keseluruhan
kepribadian penderitanya.
Sedangkan menurut Stuart dan Laraia (2005), faktor yang
mempengaruhi kecemasan antara lain:

12
a. Usia dan tingkat perkembangan
Semakin tua usia seseorang atau semakin tinggi tingkat
perkembangan seseorang maka semakin banyak pengalaman
hidup yang dimilikinya. Pengalaman hidup yang banyak itu,
dapat mengurangi kecemasan.
b. Jenis kelamin
Kecemasan dapat dipengaruhi oleh asam lemak bebas dalam
tubuh. Pria mempunyai produksi asam lemak bebas lebih
banyak dibanding wanita sehingga pria beresiko mengalami
kecemasan yang lebih tinggi daripada wanita.
c. Pendidikan
Seseorang yang berpendidikan tinggi akan menggunakan
koping yang lebih baik sehingga memiliki tingkat kecemasan
yang lebih rendah dibandingkan dengan yang berpendidikan
rendah.
d. Sistem pendukung
Sistem pendukung merupakan kesatuan antara individu,
keluarga, lingkungan, dan masyarakat sekitar yang memberikan
pengaruh pada individu dalam melakukan sesuatu. Sistem
pendukung tersebut akan mempengaruhi mekanisme koping
individu sehingga mampu memberi gambaran kecemasan yang
berbeda.

2.1.6 Pengertian Co-Assistant Doctor

Coass merupakan singkatan dari Co-Assistant. Biasanya coass


dibahasa-indonesiakan menjadi koas. Koas merupakan suatu periode
pendidikan dokter yang ditekankan pada penerapan (aplikasi) teori-teori
yang sebelumnya sudah didapat dari periode preklinik.

Periode preklinik adalah periode dimana mahasiswa kedokteran


belajar dikampus seperti layaknya mahasiswa fakultas lain. Koas
memiliki hak dan kewajibannya sendiri dan hampir sama dengan hak dan
kewajiban dokter.
13
Undang-Undang No 36 Tahun 2009 Tentang kesehatan, Pasal 1
Ayat 6 mengatur bahwa: tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
Seseorang dibenarkan untuk melakukan tindakan pelayanan
kesehatan apabila telah melalui pendidikan formal mengenai penanganan
kesehatan dan telah mendapat kewenangan dari pihak yang bertanggung
jawab seperti kementerian kesehatan, atau departemen kesehatan dan
pihak lainnya yang dianggap bertanggung jawab dalam hal penanganan
kesehatan (Nasution, 2013).
Seorang tidak dibenarkan melakukan tindakan pelayanan
kesehatan apabila tidak memiliki keterampilan, pengetahuan termasuk
pengalaman yang sesuai ketentuan terkait mengenai bagaimana langkah
dan upaya dalam melaksanakan pelayanan kesehatan terhadap seorang
pasien. Hal ini karena kesehatan sangat berkaitan dengan kelangsungan
hidup seseorang yang jika menyalahi ketentuan pelayanan dapat berakibat
buruk pada pasiennya (Nasution, 2013). Hal ini diatur dalam Undang-
Undang No 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Pasal 73 Ayat 2
bahwa: Setiap orang dilarang menggunakan alat, metode atau cara lain
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan
kesan seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang
telah memiliki surat tanda registrasi dan/atau surat izin praktik.

Koas dan dokter mempunyai kewajiban untuk menghormati


pasien, bersikap profesional sesuai keilmuan, dan lainnya. Namun koas
tidak punya hak untuk berpraktik mandiri. Semua yang dilakukan koas
harus berada dibawah supervisor dokter pembimbingnya.

14
Seorang dokter muda tidak dibenarkan melakukan tindakan medis
bilamana tidak mendapat persetujuan dan perintah dari seorang dokter
karena belum mendapatkan surat izin praktik kedokteran sesuai yang
diatur dalam Pasal 36 Undang-Undang No.29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran. Dokter muda sebagai seorang mahasiswa yang
melaksanakan program pendidikan profesinya berada dibawah wewenang
seorang dokter pembimbing yang bertanggungjawab terkait kegiatan yang
dilaksanakannya di rumah sakit. Sekalipun secara teori telah melalui
pendidikan formal di Universitas, akan tetapi belum diperkenankan
mengambil keputusan sendiri dan melakukan penanganan kesehatan.

Oleh karena itu koas tidak bisa menegakkan diagnosis dan


memberikan terapi kepada pasien tanpa sepengetahuan dan sepersetujuan
dari dosen pembimbingnya yang biasanya disebut dengan konsulen.

Menjadi koas memang posisinya seperti serba tanggung.Mereka


menganamnesa pasien, memeriksa pasien, kemudian dilaporkan ke
pembimbing, dan dicek ulang pembimbing, baru dapat ditegakkan
diagnosis oleh pembimbing. Hal ini tidak jarang memberi kesan bagi
pasien, apakah mereka menjadi bahan percobaan.

Tentunya di sini perlu ada kesepahaman antara dua pihak. Koas


perlu bersikap profesional dan memberi rasa nyaman sehingga pasien
tidak dirugikan. Dan sebaliknya pasien perlu paham bahwa dirinya
bukanlah kelinci percobaan, tetapi dirinya terlibat sebagai guru bagi koas
sehingga koas pun bisa mengembangkan dirinya untuk menjadi dokter
yang baik kelak.

2.1.7 Hak dan Kewajiban Co Assistant Dokter

15
Dalam Pasal 14 Ayat 1 dan 2 Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1419 / Menkes / Per / X / 2005 tentang
Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter Gigi mengatur bahwa
seorang perawat, bidan, atau dokter muda tidak dibenarkan untuk
mengambil tindakan medis tanpa pelimpahan wewenang atau pemberian
instruksi dari dokter. Hal ini karena dokter bertanggung jawab atas
permasalahan yang di hadapi oleh pasiennya dan segala sesuatu yang
berkaitan dengan penanganan kesehatannya selama menjalani pelayanan
kesehatan di rumah sakit.
Semua kegiatan dokter muda yang langsung atau tidak langsung
berhubungan dengan pasien harus berdasarkan atas pendelegasian
kewenangan dan di bawah bimbingan instruktur klinik dan pembimbing
klinik. Jenis kewenangan yang didelegasikan tergantung pada masing-
masing bagian.
Yang dimaksud dengan instruktur klinik adalah:
1. Dokter spesialis;
2. Dokter yang diberi kewenangan (misalnya dokter umum, residen);
3. Staf lain bukan dokter yang diberi penugasan khusus dalam
mendidik dokter muda (misalnya fisioterapist, bidan, perawat,
radiographer, dll) yang bertanggung jawab di bagian terkait.
Yang dimaksud dengan pembimbing klinik adalah dokter spesialis
di masing-masing bagian di Rumah Sakit Pendidikan Utama. Tugas
umumnya adalah melakukan review kegiatan pembelajaran klinik
terhadap dokter muda pada periode tertentu.

Hak Dokter Muda


1. Mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengikuti putaran
pembelajaran klinik;
2. Mengetahui kompetensi yang akan diperoleh dalam setiap putaran di
suatu bagian;
3. Mendapatkan bimbingan dari instruktur klinik dan pembimbing klinik
selama menjalankan pembelajaran klinik;
4. Mengetahui aspek-aspek yang akan dinilai;

16
5. Mengikuti ujian setelah memenuhi segala persyaratan yang ditentukan
oleh masing-masing bagian dan atau fakultas;
6. Mendapatkan penilaian seadil dan seobyektif mungkin;
7. Mengetahui hasil penilaian;
8. Dalam hal tidak terpenuhinya hak-hak tersebut di atas maka dokter
muda berhak untuk mengajukan keberatan secara tertulis yang
ditujukan kepada kepala bagian yang bersangkutan untuk
mendapatkan penyelesaian yang adil.

Kewajiban Dokter Muda


1. Menaati peraturan dan menjalankan seluruh kegiatan pembelajaran
klinik yang ditetapkan oleh fakultas;
2. Mematuhi tata tertib dan peraturan yang ditetapkan di masing-masing
rumah sakit pendidikan utama, rumah sakit jejaring pendidikan dan
lahan pendidikan;
3. Mengucapkan janji dokter muda sebelum menjalankan pembelajaran
klinik;
4. Mengetahui jenis-jenis kewenangan yang boleh didelegasikan oleh
instruktur klinik;
5. Melaksanakan tugas klinik yang didelegasikan oleh instruktur klinik
dan pembimbing klinik sesuai dengan kewenangannya;
6. Terhadap pasien; bersikap wajar, sopan dan ramah; melakukan tugas
dengan sepenuh hati, tegas dan sesuai dengan kewenangan; tidak
diperkenankan mempermainkan pasien; dan memberikan pelayanan
terbaik sebagai ibadah.

2.1.8 Pengertian Mahasiswa Kedokteran


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi
mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. Sedangkan
Kedokteran adalah suatu ilmu, dan seni yang mempelajari tentang
penyakit, dan cara-cara penyembuhannya. Ilmu kedokteran adalah cabang
ilmu kesehatan yang mempelajari tentang cara mempertahankan
kesehatan manusia, dan mengembalikan manusia pada keadaan sehat
dengan memberikan pengobatan pada penyakit, dan cedera. Ilmu ini

17
meliputi tentang sistem tubuh manusia, dan penyakit serta
pengobatannya, dan penerapan dari pengetahuan tersebut.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa
kedokteran adalah orang yang terdaftar belajar di perguruan tinggi yang
dilatih untuk menjadi seorang dokter.

Mahasiswa kedokteran tingkat akhir yang akan menjalani stase kepaniteraan klinik

Hak dan kewajiban


2.2 Kerangka Teori Koas
Hukum yang mengatur

Faktor yang mempengaruhi

Teori kecemasan
Takut akan melakukan kesalahan dan kelalaian
Dalam ilmu psikologi
Dalam ilmu biologi

Gangguan kecemasan

Gejala kecemasan
Mekanisme pertahanan Diarrhea
Represi Pusing, terasa seperti melayang
Rasionalisasi Hiperhidrosis
Menarik diri Hiper-refleks
Agresi Hipertensi
Identifikasi Palpitasi
Regresi Midriasi pupil
Disosiasi, dll Gelisah, dll
18
Klasifikasi tingkat kecemasan
Ringan
Sedang
Berat
Panik
Gambar 2.1 Kerangka Teori
2.3 Kerangka Konsep

Mahasiswa kedokteran tingkat


akhir yang akan menjalani Koas
stase kepaniteraan klinik
Faktor yang
mempengaruhi

Gangguan kecemasan

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

2.4 Perumusan Hipotesis


Terdapat gangguan kecemasan pada mahasiswa program sarjana
kedokteran tingkat akhir Universitas Yarsi yang akan menjalani stase
kepaniteraan klinik

2.5 Definisi Operasional

19
Tabel 2.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Hasil Skala
Ukur Ukur Penguku-
ran
1. Kecemasan Sebuah Kuesioner L- -Cemas Ordinal
sinyal MMPI -Tidak
peringatan; dan cemas
memperi- TMAS
ngatkan
ancaman
yang akan
terjadi dan
membuat
seseorang
dapat
memperki-
rakan saat
menghada-
pi suatu
bahaya
2. Mahasiswa Orang yang Data Sesuai Nominal
program terdaftar Akademik data
sarjana belajar di akade-
kedokteran perguruan mik Fa-
tinggi yang kultas
dilatih Kedok-
untuk teran
menjadi Univer-
seorang sitas
dokter Yarsi

20
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif untuk
mendapatkan gambaran secara sistematis, dan akurat mengenai fakta-fakta.

3.2 Rancangan Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Observasi terhadap
variabel bebas (Mahasiswa program sarjana kedokteran tingkat akhir
Universitas Yarsi yang akan menjalani stase kepaniteraan klinik) dan
variabel terikat (Gangguan Kecemasan) dilakukan hanya sekali pada saat
yang sama.

3.3 Populasi
Batas populasi target yang digunakan dalam penelitian adalah
mahasiswa program sarjana kedokteran Universitas YARSI tingkat IV
(tahun akademik 2013) sebanyak 320 orang.

3.4 Sampel
21
Sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah mahasiswa
kedokteran umum Fakultas Kedokteran YARSI yang memenuhi kriteria:
3.4.1 Kriteria Inklusi

Bersedia diikutsertakan dalam penelitian dengan mengisi


kuisioner yang tersedia
3.4.2 Kriteria Eksklusi

Tidak menjawab kuesioner pada saat penelitian (Tidak masuk


kuliah dalam keadaan sakit maupun izin saat pembagian
kuesioner)

Turun kelas (Repeater)

Mahasiswa yang mempunyai gangguan kecemasan

3.5 Cara Penetapan Sampel


Setelah dilakukan pencuplikan dengan metode random sampling.
Pencuplikan random sederhana dilakukan terhadap mahasiswa program
sarjana kedokteran tingkat akhir Universitas Yarsi secara acak sehingga
masing-masing subjek atau unitpopulasi memiliki peluang yang sama dan
independen untuk terpilih ke dalam sampel (Murti, 2006).

3.6 Penetapan Besar Sampel


Peneliti menggunakan rumus Slovin karena penelitian ini merupakan
penelitian survei dan rumus tersebut lebih sederhana dan menghemat waktu
serta tepat. Sebagaimana rumus Slovin adalah sebagai berikut:
N
n=
1+ N e 2

Keterangan:

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi
22
e = Batas toleransi kesalahan (error tolerance) atau presisi

Berdasarkan jumlah populasi sebesar 320 mahasiswa, Peneliti


menetapkan error tolerance atau presisi sebesar 10% sehingga penelitan
memiliki tingkat akurasi atau tingkat kepercayaan 90% (Sevilla et.al, 2007).
Maka perhitungan sampel berdasarkan populasi dan error tolerance adalah
sebagai berikut:

320
n=
1+320 ( 10 )2

320
=76,19 dibulatkan menjadi77
4,2

Peneliti mengantisipasi apabila terjadi data yang kurang lengkap atau


responden berhenti di tengah jalan maka jumlah sampel ditambah sebanyak
10%. Koreksi atau penambahan jumlah sampel berdasarkan prediksi sampel
drop out dari penelitian. Rumus yang digunakan untuk koreksi jumlah
sampel adalah:
n
n = 1f

Keterangan:
n = besar sampel setelah dikoreksi
n = jumlah sampel berdasarkan estimasi sebelumnya
f = prediksi presentase sampel drop out
Jadi sampel minimal setelah ditambah dengan perkiraan sampel drop
out adalah sebagai berikut:
77 77
=
n = 10,1 0,9

= 85,55 dibulatkan menjadi 86


Responden yang akan terlibat dalam penelitian ini berdasarkan hasil
perhitungan adalah 86 orang.

3.7 Jenis Data


Jenis data yang digunakan adalah kualitatif yang diperoleh secara
langsung.
23
3.8 Cara Pengumpulan Dan Pengukuran Data
1. Dilakukan random sampling untuk memperoleh sampel sebanyak 86
mahasiswa
2. Responden mengisi lembar persetujuan menjadi responden
3. Responden mengisi kuesioner L-MMPI untuk mengetahui angka ketidak
jujuran subjek. Bila didapatkan angka 10 maka responden invalid dan
dikeluarkan dari sampel penelitian
4. Responden mengisi kuesioner TMAS untuk mengetahui angka
kecemasan. Responden dinyatakan cemas bila jumlah jawaban ya pada
pilihan yang favorable dan jumlah jawaban tidak pada pilihan yang
unfavorable 21
5. Data yang terkumpul akan disusun dan dianalisis

3.9 Instrumen Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data.
Instrumen ini dipilih berdasarkan keefektifan pengumpulan data serta
karakteristik responden yang tidak buta huruf. Kuisioner yang diajukan
berbentuk pertanyaan tertutup dengan model tanda silang (X).
3.9.1 Tes TMAS
Dalam penelitian ini digunakan instrumen pengukur
kecemasan Taylor Minnesota Anxiety Scale (TMAS) dari Janet
Taylor. Tingkat kecemasan akan diketahui dari tinggi rendahnya skor
yang didapatkan. Makin besar skor maka tingkat kecemasan makin
tinggi, dan makin kecil skor maka tingkat kecemasan makin rendah.
Kuesioner TMAS berisi 50 butir pertanyaan , dengan 2
pilihan ya dan tidak. Responden menjawab sesuai dengan
keadaan dirinya dengan memberi tanda (X) pada kolom jawaban ya
atau tidak. Jawaban ya pada pilihan yang favorable dan jawaban
tidak pada pilihan yang unfavorable diberi skor 1. Kemudian seluruh
skor dijumlahkan dan dicari rata-ratanya. Responden dinyatakan
cemas jika nilai total rata-rata dan tidak cemas jika nilai total <
rata-rata.

24
TMAS mempunyai derajat validitas yang cukup tinggi,
akan tetapidipengaruhi juga oleh kejujuran dan ketelitian responden
dalam mengisinya (Azwar, 2007). Karena itu peneliti menggunakan
tes L-MMPI untuk menghindari terjadinya perhitungan hasil yang
mungkin invalid karenakesalahan atau ketidak jujuran responden.
3.9.2 Tes L-MMPI (Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory)
L-MMPI merupakan tes kepribadian yang terbanyak
penggunaannya di dunia sejak tahun 1942. Dikembangkan oleh
Hathaway (psikolog) dan Mc Kinley (psikiater) dari Universitas
Minnesota, Minneapolis, USA sejak tahun 1930-an (Butcher, 2005).
Dalam penelitian ini hanya dipergunakan skala L dalam
keseluruhan tes MMPI. Skala L dipergunakan untuk mendeteksi
ketidak jujuran subjek termasuk kesengajaan subjek dalam
menjawab pertanyaan supaya dirinya terlihat baik (Graham, 2005).
Tes ini berfungsi sebagai skala validitas untuk
mengidentifikasi hasil yang mungkin invalid karena kesalahan atau
ketidak jujuran subjek penelitian. Tes terdiri dari 15 soal dengan
jawaban ya atau tidak dengan nilai batas skala adalah 10, artinya
apabila responden mempunyai nilai 10 maka jawaban responden
tersebutdinyatakan invalid.Dimana jawaban tidak dihitung 1 dan
ya dihitung 0.

3.10 Analisa Data


Setelah dilakukan pengumpulan data, langkah selanjutnya adalah
melakukan pengolahan data agar data yang masih terkesan bertebaran dapat
disusun sehingga lebih mudah dimanfaatkan dalam analisis oleh alat
analisisnya untuk menjawab tujuan penelitian.
Penelitian ini menggunakan analisis data univariat yang bertujuan
untuk mendeskripsikan karakteristik varibel yang diteliti. Penelitian analisis
univariat adalah analisis yang dilakukan dengan menganalisis tiap variabel
dari hasil penelitian (Notoadmojo, 2005). Analisis univariat berfungsi untuk

25
meringkas kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga
kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna.
Bentuk analisis univariat tergantung pada jenis data. Data kategorik
dengan melakukan penggolongan atau pengklasifikasian data sesuai dengan
yang ada di definisi operasional. Kelompok data dalam penelitian ini
termasuk jenis data kategorik sehingga analisis univariat yang digunakan
distribusi frekuensi dan presentase.

Menyusun tema dan masalah penelitian


Pengajuan masalah penelitian

Pembuatan dan revisi proposal penelitian


Penetapan instrument dan subjek penelitian

Ujian Proposal

Pengerjaan penelitian

Mahasiswa Kedokteran tingkat IV

Formulir biodata + kuisioner L-MMPI


3.11 Alur Penelitian

Subjek penelitian

Cemas
Pengumpulan dan analisis data
Kuisioner TMAS
Tidak Cemas

Kesimpulan
Pembuatan hasil penelitian dan kesimpulan
26

Revisi dan pengajuan sidang skripsi


Gambar 3.1 Alur Penelitian
3.12 Jadwal Penelitian
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
No Kegiatan Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan
Proposal
2. Penetapan
instrument
3. Uji proposal

No Kegiatan Juli Agustus September Oktober November

27
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
4. Pengumpulan data
5. Pengolahan data
dan analisa data
6. Penulisan laporan
7. Penyempurnaan
laporan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dipaparkan hasil serta pembahasan penelitian tentang
prevalensi gangguan kecemasan pada mahasiswa program sarjana kedokteran
Universitas Yarsi yang akan menjalani stase kepaniteraan klinik. Hasil penelitian
dipaparkan dengan analisis univariat berupa deskripsi karakterisik responden yakni
jenis kelamin dan prevalensi kecemasan mereka.

4.1 Karakteristik Responden


Tabel 4.1 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)
Laki-Laki 12 13,3
Perempuan 78 86,7
Total 90 100

28
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden terbanyak adalah
perempuan sebanyak 78 responden (86,7%) dikarenakan populasi perempuan
memang lebih banyak di fakultas kedokteran Universitas Yarsi, sedangkan
responden laki-laki hanya berkisar 12 responden.
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Menurut Umur
Umur Jumlah
20 25
21 50
22 12
24 3
Total 90

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa umur responden terbanyak pada
usia 21 tahun kemudian diikuti dengan 20, 22, dan 24. Dapat dihitung rata-rata
dari umur responden adalah 20,95 tahun.
4.2 Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan data dari 90 responden yang diambil acak
dari angkatan 2013 fakultas kedokteran Universitas Yarsi dimana mereka telah
mengisi dua kuesioner. Kuesioner pertama adalah L-MMPI dan yang kedua
adalah TMAS. Dari kuesioner tersebut, didapatkan 13 data responden invalid
dan sebanyak 77 terhitung valid dan telah mencapai jumlah minimal sampel.
Dari data yang terkumpul dilakukan scoring untuk menentukan
terdapat gangguan cemas atau tidak, kemudian didapatkan seperti tabel
berikut:
Tabel 4.3 Hasil Penelitian
Interpretasi Cemas Tidak Cemas
Total 50 27

Data di atas menunjukkan bahwa dari 90 responden, 50 diantaranya


mengalami kecemasan. Dapat dihitung prevalensi dari kecemasan pada
mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Yarsi yang akan menjalani stase
kepaniteraan klinik dengan rumus:
jumlah kasus
Prevalensi= x 1000
total individudalam populasi

29
50
= 77 x 1000

= 649,35
Hasil yang didapatkan sebesar 649,35 dibulatkan menjadi 650. Yang
berarti dari 1000 individu, terdapat 650 yang mengalami kecemasan. Jika
persamaan tersebut dimasukkan ke dalam populasi mahasiswa fakultas
kedokteran Universitas Yarsi angkatan 2013, maka dapat dituliskan sebagai
berikut:
650 n
=
1000 320

Maka n dapat didapatkan sebesar 208. Artinya, terdapat 208 anak


yang mengalami cemas dari total 320 mahasiswa.

35% Cemas
65% Tidak Cemas

Bagan 4.1 Presentase Cemas Mahasiswa Semester Tujuh FK Universitas


Yarsi

4.3 Pembahasan Penelitian


Data didapatkan dari 90 responden dimana mereka diminta untuk
mengisi kuesioner. Kuesioner pertama yaitu L-MMPI yang tujuannya untuk
mengetahui kejujuran responden. Dari 90 responden, didapatkan 13 responden
terhitung invalid atau dengan kata lain tidak jujur. Maka dari itu, 13 responden
tersebut akhirnya dikeluarkan dari sampel.

30
A. Prevalensi Gangguan Kecemasan pada Mahasiswa Program Sarjana
Kedokteran Tingkat Akhir Universitas Yarsi yang Akan Menghadapi
Stase Kepaniteraan Klinik
Dari hasil penelitian, terdapat 50 orang yang mengalami
kecemasan. Dimana setelah dihitung prevalensi nya, maka didapatkan
bahwa dari 1000 individu dalam populasi, terdapat 650 orang yang
menderita kecemasan. Jika dimasukkan ke dalam populasi mahasiswa
fakultas kedokteran Universitas Yarsi angkatan 2013, maka persamaan
tersebut dapat dimasukkan dan didapatkan hasil sebanyak 208 mahasiswa.
Angka tersebut terbilang sangat besar dimana sama dengan 2/3
populasi yang mengalami kecemasan. Hasil penelitian ini sesuai dengan
hipotesis awal yakni terdapat gangguan kecemasan pada mahasiswa
fakultas kedokteran Universitas Yarsi yang akan menjalani stase
kepaniteraan klinik. Dimana saat penelitian ini berlangsung, mahasiswa
tengah menjalani semester ke tujuh dalam pendidikannya.
Seperti yang diterangkan pada tinjauan pustaka, ganguan
kecemasan dapat berdampak negatif pada kinerja seseorang. Namun,
kecemasan dapat memiliki beberapa fungsi positif bila intensitasnya dalam
kadar sedang. Lain halnya bila intensitas tersebut menjadi berat sehingga
mempengaruhi kemampuan berfungsinya seseorang dalam kehidupan
sehari-hari karena orang tersebut jatuh ke dalam kondisi maladaptif yang
dicirikan dengan reaksi fisik dan psikologis yang berlebihan.

B. Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Gangguan Kecemasa


Kecemasan hadir karena emosi yang berlebihan. Selain itu,
keduanya mampu hadir karena lingkungan yang menyertainya, baik
lingkungan sekolah, keluarga maupun penyebabnya. Menurut Gaol (2004)
kecemasan timbul karena adanya ancaman atau bahaya yang tidak nyata
dan sewaktu-waktu terjadi pada diri individu serta adanya penolakan dari
masyarakat menyebabkan kecemasan berada di lingkungan yang baru
dihadapi.

31
Dari tinjauan tersebut, memungkinkan untuk mahasiswa
kedokteran merasa cemas dikarenakan rasa takut yang mereka alami.
Takut akan lingkungan baru yang akan mereka hadapi yang mana adalah
rumah sakit tempat mereka nantinya akan menjalani stase kepaniteraan
klinik. Penyebab rasa takut mereka juga bermacam-macam. Misalkan saja
karena takut akan salah melakukan intervensi kepada pasien atau takut
menghadapi tenaga kesehatan di rumah sakit seperti perawat dan dokter
konsulen.
Pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Yarsi angkatan
2013, rata-rata umur mereka adalah 21 tahun. Dimana pada umur ini tentu
saja mahasiswa belum memiliki pengalaman hidup yang banyak terutama
dalam menghadapi seorang pasien. Sehingga hal tersebut menimbulkan
kecemasan dalam diri mereka. Namun, tidak menutup kemungkinan
faktor-faktor lain seperti kondisi lingkungan keluarga, adanya penyakit
yang mendasari, serta emosi yang ditekan menjadi penyebab kecemasan
mereka.
Penelitian ini hanya bertujuan menunjukkan bahwa memang
terdapat kecemasan pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Yarsi
yang akan menjalani stase kepaniteraan klinik. Dan hal tersebut sudah
terbukti dimana didapatkan prevalensi yang cukup besar yaitu 208 per 320
mahasiswa.

C. Pencegahan Terhadap Timbulnya Gangguan Kecemasan


Angka prevalensi kecemasan yang tinggi pada mahasiswa fakultas
kedokteran angkatan 2013 Universitas Yarsi membuktikan bahwa
diperlukan upaya pencegahan terhadap timbulnya gangguan kecemasan.
Karena dampak kecemasan sendiri dapat menurunkan atau mempengaruhi
kinerja mahasiswa. Pecegahan timbulnya gangguan kecemasan ini dapat
dilakukan salah satunya dengan mengendalikan rasa cemas tersebut.
Pengendalian kecemasan adalah upaya dalam mengatasi
kecemasan yang mengganggu atau kecemasan yang tinggi. Pengendalian
32
kecemasan merupakan bagian dari pengendalian diri (self control). Clark
(1990), dan Cormier (1991) menjelaskan, bahwa istilah pengendalian diri
sering juga digunakan untuk menyatakan istilah; mengelola diri (self
management) yaitu proses dimana seseorang secara langsung mengubah
tingkah lakunya dengan sebuah cara atau beberapa cara, mengarahkan diri
(self regulation) yaitu menunjukkan tingkah laku mengarahkan diri dalam
mengubah tingkah laku, dan menolong diri sendiri (self help) yaitu
seseorang dapat membantu dirinya sendiri dalam memecahkan problem
tanpa bantuan orang lain atau terapis.
Dengan kata lain, pengendalian kecemasan adalah proses dimana
seseorang mampu menyadari tentang kecemasan yang ada pada dirinya
sendiri, dan mampu mengendalikannya tanpa bantuan orang lain atau
konselor. Pengendalian ini bukan menekan atau menghilangkan
kecemasan sama sekali, tetapi hanya menyadari dan mengendalikannya,
sehingga kecemasan yang ada tidak mengganggu tetapi menjadi sumber
motivasi untuk berbuat yang lebih baik.
Kecemasan yang muncul pada mahasiswa dikarenakan takut akan
lingkungan pada stase kepaniteraan klinik merupakan hal-hal yang
memang sudah tertanam dalam pikiran mereka. Artinya, ketakutan tersebut
belum terbukti dan hal ini dapat dikendalikan dengan pengendalian diri.
Dimulai dengan menanyakan pada diri sendiri tentang hal-hal yang
menjadi penyebab kecemasan mereka, kemudian memikirkan secara logis
bahwa apa yang mereka bayangkan atau pikirkan itu merupakan hal yang
irasional.
Setelah itu, kita bisa melakukan self regulation dimana kita
mengarahkan diri dan mengubah tingkah laku. Misalnya, jika alasan kita
cemas adalah karena takut salah mengintervensi pasien, atau takut salah
menjawab saat ditanya oleh konsulen, maka upaya pencegahannya adalah
dengan belajar giat dan banyak berlatih. Dengan cara seperti itu, maka kita
akan dapat meningkatkan rasa kepercayaan diri dan mengendalikan rasa

33
cemas berlebihan yang ada. Rasa cemas timbul karena emosi yang
berlebihan, maka dari itu pengendalian emosi juga dapat sangat membantu
mengurangi cemas dengan self regulation ini. Intinya adalah, kita dapat
mengarahkan diri kita untuk tidak bereaksi berlebihan terhadap ketakutan
kita.

4.4 Kekurangan Penelitian


Hasil penelitian tidak dapat dikategorikan dari cemas tingkat ringan,
sedang, dan berat. Karena instrumen penelitian yang digunakan tidak dapat
mengukur tingkat kecemasan secara spesifik. Instrument TMAS ini hanya
dapat menggambarkan apabila semakin tinggi score yang didapat, maka
semakin tinggi pula tingkat kecemasannya. Sedangkan nilai scoring untuk
pengelompokannya tidak ada. Oleh karena itu pada penelitian ini hasil yang
didapatkan seolah-olah sangat besar jumlah mahasiswa yang cemas. Namun
perlu diketahui bahwa gangguan kecemasan mereka tidak sepenuhnya
merupakan gangguan cemas berat namun bisa saja ringan ataupun sedang.

34
BAB V

PREVALENSI GANGGUAN KECEMASAN PADA MAHASISWA


PROGRAM SARJANA KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
YANG AKAN MENJALANI STASE KEPANITERAAN
KLINIK DITINJAU DARI ISLAM

5.1 Manusia dan Kesehatan dalam Islam

5.1.1 Manusia Menurut Ajaran Islam

Dilihat dari berbagai segi pandang ajaran Islam, manusia


didefinisikan sebagai makhluq (ciptaan), mukallaf (yang dibebani
kewajiban), mukarram (yang dimuliakan), mukhayyar (yang dipilih atau
mempunyai pilihan), natiqh (yang bertutur), dan lain-lain. Secara biologis,
manusia sama dengan tumbuhan dan binatang. Kelebihan manusia
disbanding dengan makhluk lain terletak pada potensi akal dan daya
psikologisnya yang dianugerahkan Allah swt., berbeda dengan
lingkungannya yang tidak punya alternatif dan pilihan bebas, demikian pula
malaikat, jin, iblis, dan setan adalah makhluk monoton, hanya punya satu
kecenderungan saja (Zuhroni, 2013).
35
Manusia dalam pandangan Islam tersusun dari dua unsur, jasmani dan
rohani. Tubuh manusia berasal dari materi mempunyai kebutuhan-kebutuhan
material, sedangkan roh manusia bersifat immateri mempunyai kebutuhan
spiritual. Badan, karena mempunyai nafsu biasa membawa kepada
kejahatan, sedangkan roh, karena berasal dari unsur yang suci mengajak
kepada kesucian. Jika seseorang hanya mementingkan hidup kematerian, ia
akan mudah dibawa hanyut oleh kehidupan yang tidak bersih, bahkan
dibawa hanyut kepada kejahatan. Oleh karena itu, pendidikan jasmani
manusia harus disempurnakan dengan pendidikan rohani. Roh manusia yang
ada dalam badan manusia harus mendapat latihan, sebagaimana juga badan
mendapat latihan. Latihan rohani bagi umat Islam yang diperlukan adalah
melakukan ibadat, shalat, puasa, haji, dan lain-lain.

5.1.2 Penyebutan Manusia dalam Alquran

Ada tiga kata yang digunakan Aquran untuk menyebut manusia, yaitu
(Zuhroni, 2013):

1. Kata yang terdiri dari huruf alif, nun, dan sn (insn, ins, ns, atau
uns).
2. Basyar atau al-Basyar.
3. Bani Adam, dan dzurriyat Adam.
Istilah-istilah tersebut digunakan Alquran dalam konteks yang
berbeda, antara lain, untuk menerangkan bahwa manusia berbeda dengan
makhluk lain, kejadian dan kemampuan aspek fisik serta amanah yang
diberikan kepadanya sebagai khalifah di muka bumi, dan sebagainya.

A. Insn, Ins, Ns, atau Uns


Kata insn terambil dari akar kata uns berarti jinak,
harmonis, dan tampak. Ada sementara ahli bahasa Arab yang
berpendapat kata tersebut terambil dan kata nasiya (lupa), atau nsa-
yanusu (berguncang). Dinamakan demikian karena manusia banyak
lupa dan ketika menghadapi berbagai kesulitan hidup, hati mereka

36
berguncang. Dalam Alquran kata Insn seringkali diperhadapkan
dengan kata jinn atau dalam bentuk jamaknya kata jnn. Jin
merupakan makhluk halus yang tidak tampak, sedangkan manusia
dalah makhluk yang nyata lagi ramah. Kata Insn juga menunjukkan
bahwa manusia sebagai makhluk yang dibebani tugas dan tanggung
jawab (mukallaf), seperti ditegaskan dalam ayat:

Artinya:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya


mereka mengabdi kepada-Ku (Q.s. Al-Dzriyt (51):56)

Kata Insn juga digunakan untuk menunuk kepada manusia


dengan seluruh totalitasnya, jiwa, dan raga. Dalam kata tersebut juga
mengandung pengertian bahwa manusia berbeda antara seseorang
dengan yang lain, akibat perbedaan fisik, mental, dan kecerdasannya.
Juga dinyatakan, Insn sebagai makhluk yang diberi ilmu
pengetahuan dan mengajarkannya kepada manusia lain, seperti
terdapat dalam ayat:

Artinya:

Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam, Dia


mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Q.s.
Al-Alaq (96):4-5).

Disebutkan pula dalam ayat yang lain:

Artinya:

Yang telah mengajarnya pandai berbicara (al-Bayn) (Q.s. Al-


Rahman (55):4).
37
Penggunaan kata Insn dalam contoh ayat di atas juga
menunjukkan pada perbedaan manusia dengan makhluk lain dari
sudut penerimaan ilmu.

B. Kata Basyar (al-Basyar)


Menurut ahli bahasa kata Basyar terambil dari akar kata yang
berarti penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata
yang sama lahir kata basyrah yang berarti kulit. Manusia dinamakan
demikian (basyar) karena kulitnya tampak jelas, dan berbeda dengan
kulit binatang. Kata ini disebutkan dalam Alquran sebanyak 36 kali
dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna (bentuk
bilangan dua) untuk menunjuk manusia dari sudut lahiriah serta
persamaannya dengan manusia seluruhnya. Karena itu, Nabi
Muhammad saw. diperintahkan untuk menyampaikan hakikat tersebut
kepada seluruh manusia, sebagaimana terdapat dalam ayat Alquran:

Artinya:

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang


diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu
adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan
dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh
dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat
kepada Tuhannya" (Q.s. Al-Kahfi (18):110)
38
Kata Basyar dalam banyak ayat Alquran juga mengisyaratkan
bahwa proses kejadiannya melalui tahap-tahap tertentu hingga
mencapai tahap kedewasaan, seperti melalui proses penciptaan dari
tanah, sebagaimana sebagian makhluk yang lain, diantaranya terdapat
dalam ayat Alquran:

Artinya:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan


kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang
berkembang biak. (Q.s. Ar-Ruum (30):20)

Kata Basyar dikaitkan dengan kedewasaan dalam kehidupan


manusia, yang menjadikannya mampu memikul tanggung jawab.
Karena itu pula, tugas kekhalifahan dibebankan kepadanya,
ditegaskan dalam pemberitaan Allah kepada Malaikat, seperti:

Artinya:

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:


"Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah
liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk
(Q.s. Al-Hijr (15):28)

39
Juga disebutkan dalam ayat yang lain:

Artinya:

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:


"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" (Q.s.
Al-Baqarah (2):30)

Penggunaan dua istilah berbeda dengan obyek yang sama, di


satu sisi dengan istilah insan dan dalam konteks lain dengan kata
basyar menunjukkan adalanya keterpaduan unsur kebendaan fisik dan
unsur rohani dalam diri manusia. Manusia merupakan gabungan
kekuatan tanah dan hembusan Ilahi (baina qabdlit Thin wa nafkhir
Ruh). Kekuatan tanah menunjukkan kejadiannya yang berunsurkan
material manakala kekuatan hembusan Ilahi menunjukkan kewujudan
unsur rohani dalam dirinya. Tubuh manusia terdiri dari roh dan jasad,
kedua unsur ini membentuk senyawa, sehingga terwujud proses dan

40
mekanisme hidup, terputusnya dua unsur ini berarti terjadinya
kematian.

C. Bani Adam
Bani Adam (keturunan Nabi Adam) dipergunakan untuk
menunjukkan penghargaan intelektual (berakal, mempunyai
kecerdasan tinggi) terhadap manusia yang berbeda dengan makhluk
lain. Dengan berbagai penggunaannya dalam Alquran
mengungkapkan kelebihan sebagian manusia atas sebagian yang lain.
Alquran yang menggunakan kata Bani Adam, antara lain terdapat
dalam ayat:

Artinya:

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami


angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki
dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
(Q.s. Al-Isra (17):70)

5.1.3 Potensi Manusia

Alquran banyak membicarakan tentang sifat-sifat dan potensi


manusia. Ada sejumlah ayat yang memuji dan memuliakan manusia,
diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Manusia memiliki sejumalh kelebihan, seperti benuk terbaik dan


kelebihan:

41
a. Penciptaan manusia dalam bentuk yang terbaik, seperti
ditegaskan dalam ayat:

Artinya:

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk


yang sebaik-baiknya. (Q.s. Al-Tin (95):4)

b. Manusia diberi kelebihan dibanding dengan kebanyakan


makhluk yang lain, seperti disebutkan dalam Q.s. Al-Isra (17):70
di atas.
2) Manusia memiliki berbagai potensi positif, seperti memiliki potensi
positif, seperti bersyukur, bersabar, belas kasih yang tinggi, jujur, benar,
terpercaya, dan lain-lain.
a. Dalam sejumlah ayat yang dimaksud adalah figur manusia
pilihan tertentu, seperti selalu bersyukur, seperti disebutkan
dalam ayat berikut:

Artinya:

Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu


berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya
kepadamu sebahagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak
bersyukur. (Q.s. Luqman (31):31)

b. Manusia memiliki potensi positif belas kasih yang tinggi seperti


disebutkan dalam ayat Alquran:

42
Artinya:

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu


sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat
menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas
kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (Q.s.
At-Taubah (9):128)

c. Manusia memiliki potensi selalu berlaku jujur, benar, dan


terpercaya, seperti terdapat dalam ayat Alquran:

Artinya:

Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail


(yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah
seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan
nabi. (Q.s. Maryam (19):54)

3) Namun demikian, di sisi lain sering pula manusia mendapat celaan


Tuhan karena kecenderungannya kepada yang negatif, diantaranya
adalah dzalim, banyak membantah, keluh kesah, dan sebagainya:
a. Manusia sering berlaku aniaya (dzalim) dan mengingkari nikmat,
seperti ditegaskan dalam ayat:

Artinya:

Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan


segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu
menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim
dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (Q.s. Ibrahim (14):34)

43
b. Manusia memiliki sifat sangat banyak membantah, seperti
disebutkan dalam ayat:

Artinya:
Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia
dalam Al Quran ini bermacam-macam perumpamaan. Dan
manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah. (Q.s.
Al-Kahfi (18):54)

c. Manusia sering berkeluh kesah lagi kikir, seperti disebutkan


dalam ayat:

Artinya:

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi


kikir. (Q.s. Al-Maarij (70):19)

4) Di samping potensi positif dan negatif di atas, diterangkan pula bahwa


manusia memiliki sifat lemah dan bodoh.
a. Manusia memiliki sifat lemah, seperti disebutkan dalam ayat:

Artinya:

Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia


dijadikan bersifat lemah. (Q.s. An-Nisa (4):28)

b. Manusia juga bodoh, seperti disebutkan dalam ayat:


44
Artinya:

Sesungguhnya manusia itu amat dzalim dan amat bodoh (Q.s.


Al-Azhab (33):72)

5) Manusia dalam hidupnya memiliki ketergantungan dan memerlukan


bantuan yang lain, manusia tidak memiliki, apa-apa (fakir), bersifat
tergesa-gesa, sering membantah, sering ingkar dan tidak berterima kasih
kepada Tuhan, sering berkeluh kesah dam gelisah serta kikir, berputus
asa bila ada kesusahan, dan kadang-kadang ingat Tuhan karena ada
penderitaan.
a. Manusia adalah fakir, tidak memiliki apa-apa, antara lain,
ditegaskan dalam ayat:

Artinya:

Hai manusia, kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah


Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha
Terpuji. (Q.s. Fathir (35):15)

b. Manusia bersifat tergesa-gesa, antara lain, ditegaskan dalam ayat:

Artinya:
Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa
untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.
(Q.s. Al-Isra (17):11)

c. Manusia sering membantah, antara kain, ditegaskan dalam ayat:

45
Artinya:

Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia


dalam Al Quran ini bermacam-macam perumpamaan. Dan
manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah. (Q.s.
Al-Kahfi (18):54)

d. Manusia sering ingkar dan tidak berterima kasih kepada Tuhan,


antara lain, ditegaskan dalam ayat:

Artinya:
Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih
kepada Tuhannya, (Q.s. Al-Adiyat (100):6)

e. Sering berkeluh kesah dan gelisah serta kikir, antara lain,


ditegaskan dalam ayat:

Artinya:

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi


kikir. (Q.s. Al-Maarij (70):19)

f. Berputus asa bila ada kesusahan, antara lain, ditegaskan dalam


ayat:

Artinya:

Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, (Q.s. Al-


Maarij (70):20)

g. Kadang-kadang ingat Tuhan karena pendertitaan, antara lain,


ditegaskan dalam ayat:
46
Artinya:

Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami


dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah
Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui
(jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa
kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah
menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu
memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan. (Q.s. Yunus
(10):12)

Hal-hal di atas bukan berarti bahwa ayat-ayat Alquran bertentangan


satu dengan lainnya, tetapi ayat-ayat tersebut menunjukkan beberapa
kelemahan manusia yang harus dihindari dan menunjukkan beragamnya
jenis manusia. Di samping itu, juga menunjukkan bahwa manusia
mempunyai potensi (kesediaan) untuk menempati tempat tertinggi sehingga
ia terpuji, atau berada di tempat yang rendah sehingga menjadi tercela.

Dengan sifat-sifat kemuliaan dan sifat-sifat insani yang berkaitan


dengan keterbatasan dan kekurangan tersebut, Allah swt. membebankan
misi-misi khusus kepada manusia untuk menguji dan mengetahui siapa yang
jujur dalam beriman dan dusta dalam beragama, seperti ditegaskan dalam
ayat Alquran:

Artinya:
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya
kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya
47
Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta. (Q.s. Al-Ankabut (29):2-3)

5.1.4 Kesehatan Menurut Islam

Agama kita yaitu Islam sungguh luar biasa dalam memberikan


perhatian terhadap persoalan kesehatan. Karena kesehatan merupakan salah
satu unsur penunjang utama dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT
dan bekerja serta aktivitas lainnya. Imam asy-syatibhi dalam Kitabnya Fi
Ushul Al-Ahkam, mengatakan bahwa tujuan kehadiran agama Islam dalam
rangka menjaga agama, jiwa, akal, jasmani, harta dan keturunan. Oleh
karena itu dalam melaksanakan tujuan kehadiran agama Islam tersebut,
maka kesehatan memegang peranan yang sangat urgen. Tanpa adanya
kondisi kesehatan seseorang , maka dengan sendirinya berbagai upaya untuk
memenuhi kewajiban pokok akan sulit dilaksanakan. Dengan kata lain dapat
disimpulkan bahwa kesehatan merupakan modal pokok dalam mencapai
tujuan kehadiran agama.

Dalam khasanah Islam ada dua terminologi populer yang artinya


sehat yaitu Ash Shihah dan Al Afiat. Menurut salah satu ulama bahwa
makna Ash Shihah itu adalah bentuk kesehatan yang meliputi
jasmani/raga/lahiriah sedangkan Al Afiat adalah bentuk kesehatan yang
meliputi rohani/jiwa/ batiniah. Islam jauh-jauh hari sudah memberikan
petunjuk secara jelas, komplit dan terpadu tentang konsep pentingnya
menjaga kesehatan baik secara jasmani maupun rohani.

Sesuai dengan Sunnah Nabi umat Islam diajarkan untuk senantiasa


mensyukuri nikmat kesehatan yangdiberikan oleh Allah SWT. Bahkan bisa
dikatakan kesehatan adalah nikmat Allah SWT yang terbesar yang harus
diterima manusia dengan rasa syukur. Bentuk syukur terhadap nikmat Allah
karena telah diberi nikmat kesehatan adalah senantiasa menjaga kesehatan.
Firman Allah dalam Al Quran:

48
Artinya:

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;


"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Q.s. Ibrahim (14):7)

A. Kesehatan Fisik

Telah disinggung bahwa dalam tinjauan ilmu kesehatan dikenal


berbagai jenis kesehatan, yang diakui pula oleh pakar-pakar Islam antara
lain kesehatan jasmaniah, rohaniah, dan sosial. Memang banyak sekali
tuntutan agama ynag merujuk kepada ketiga jenis kesehatan itu. Dalam
konteks kesehatan fisik, misalnya seperti sabda Nabi Muhammad SAW:

Dari Abdullah bin Amr bin al -Ash dia berkata bahwa


Rasulullah saw telah bertanya (kepadaku):

Benarkah kamu selalu berpuasa di siang hari dan dan selalu


berjaga di malam hari? Aku pun menjawab: ya (benar) ya Rasulullah.
49
Rasulullah saw pun lalu bersabda: Jangan kau lakukan semua itu.
Berpuasalah dan berbukalah kamu, berjagalah dan tidurlah kamu,
sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu, matamu
mempunyai hak atas dirimu, dan isterimu pun mempunyai hak atas
dirimu. (Hadis Riwayat al-Bukhari dari Abdullah bin Amr bin al-
Ash)

Demikian Nabi SAW menegur beberapa sahabatnya yang


bermaksud melampaui batas dalam beribadah, sehingga kebutuhan
jasmaniahnya terabaikan dan kesehatannya terganggu. Pembicaraan
literature keagamaan tentang kesehatan fisik, dimulai dengan meletakkan
prinsip: pencegahan lebih baik daripada pengobatan.

B. Kesehatan Rohani

Ilmu yang mengkaji jiwa yang sehat adlah psikologi, dan yang
mengkaji tentang jiwa yang abnormal adalah psikiatri. Para pakar ilmu
kesehatan mental menyatakan bahwa sehat dan tidaknya jiwa seseorang
dapat dilihat dari tingkah lakunya. Jika tingkah lakunya normal, maka
dikatakan bahwa orang itu sehat jiwanya, dan sebaliknya, jika tingkah
lakunya tidak normal, dikatakanlah bahwa orang itu mengalami sakit
jiwa, gangguan jiwa, atau gila.

Disamping kesehatan fisik, ajaran Islam juga memperhatikan


kesehatan jiwa dengan perhatian yang tinggi. Kesehatan mental
merupakan satu cabang dari ilmu jiwa. Banyak definisi kesehatan mental
diberikan oleh para ahli sesuai dengan pandangan dan bidang masing-
masing. Setelah mengemukakan berbagai rumusan, Zakiah Daradjat,
pakar ilmu kesehatan mental Islam menyimpulkan bahwa kesehatan
mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan dan
penyakit jiwa, menyesuaikan diri, dan memanfaatkan segala potensi dan

50
bakat yang ada semaksimal mungkin dan membawa kepada kebahagiaan
bersama serta tercapainya keharmonisan jiwa dalam hidup.

Keterkaitan kesehatan psikis dengan agama dinyatakan oleh


Dadang Hawari, bahwa dari semua cabang ilmu kedokteran, ilmu
kedokteran jiwa (psikiatri) dan ksehatan jiwa adalah yang paling dekat
dengan agama. Bahkan ada titik temu diantara keduanya. Berbagai
laporan penelitian menunjukkan ada indikasi kuat bahwa komitmen
agama mampu mencegah dan melindungi seseorang dari penyakit, atau
mempertinggi kemampuan seseorang dalam mengatasi penderitaan dan
mempercepat proses penyembuhan. Sejalan dengan itu, peranan iman
dan takwa sangat banyak terhadap rasa percaya diri, sehingga lebih
mampu bersabar dalam menghadapi setiap beban hidup, merasa ikhlas
dan rela, qanaah, zuhud, merasa aman, tenang, sakinah, dan lebih ceria,
itu semua dapat menjadi obat mujarab terhadap sakit jiwa dan sakit hati.
Bahkan, berbagai praktek ubudiyah, seperti shalat, dzikir, puasa, haji,
dan lain-lain mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kesehatan jiwa.

Dalam berbagai ayat al-Quran ditegaskan dan dijamin bahwa


barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, ia berbuat kebajikan,
maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka tidak
gelisah, takut akan mati, takut gagal, dan berbagai ketakutan yang lain,
atau cemas akan kebutuhannya tidak dapat dipenuhi, baik kebutuhan
makan, minum, atau seksual.

Dalam hal demikian, ilmu kesehatan mental sekuler


memberikan solusi penanganannya tidak mengkaitkannya dengan
pendekatan teologis. Menurut Islam, untuk menanganinya
pendekatannya adalah melalui dzikir Allah dalam arti yang seluas-
luasnya, sebagaimana dinyatakan dalam ayat al-Quran:

51
Artinya:

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram


dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram. (Q.s. Al-Rad (13):28)

Berbagai praktek keagamaan, disamping bernilai ubudiah juga


memiliki hikmah tertentu, diantaranya berkaitan dengan kesehatan jiwa,
diharapkan agar tercipta kedamaian, ketenangan, dan rasa aman sehingga
terjauhkan dari rasa depresi.

5.2 Kecemasan dalam Islam

Kecemasan adalah salah satu penyakit yang banyak tersebar diantara


manusia. Dalam bahasa Arab dikatakan bahwa bila sesuatu cemas, maka ia
akan bergerak dari tempatnya. Hingga bisa dikatakan bahwa bentuk

52
kecemasan adalah adanya perubahan atau goncangan yang berseberangan
dengan ketenangan yang Allah gambarkan dalam firman-Nya :

Artinya:

Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu


dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah
hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku. (Q.s. Al-Fajr (89):27-
30)

Kecemasan lahir dari adanya ketakutan akan masa depan atau akan
terjadi sesuatu yang tidak diharapkan ataupun adanya pertentangan dalam diri.
Bisa dibilang kecemasan lebih parah dari ketakutan biasa. Ketakutan
umumnya akan hilang dengan hilangnya penyebab yang memunculkannya.
Namun, kecemasan yang sudah muncul seolah akan tetap menjadi lingkaran
setan dalam dirinya. Apabila salah satu penyebab kemudian hilang, maka akan
timbul sebab lainnya yang datang dari bisikan setan.

Kecemasan bisa jadi datang dengan tiba-tiba dan hanya sementara


sebagaimana yang dikenal pada saat ini dalam kehidupan manusia. Dan,
terkadang pula menimpa manusia beberapa waktu, beberapa hari. Terkadang
dalam jangka waktu yang lama, terkadang sebentar tergantung keadaan yang
ada. (Said Az-Zahrani, 2005)

5.2.1 Penyebab Kecemasan Menurut Islam

Sesungguhnya manusia tidak dilahirkan dengan penuh ketakutan


ataupun kecemasan. Sesungguhnya ketakutan dan kecemasan itu hadir
karena adanya emosi yang berlebih. Selain itu, keduanya pun mampu hadir
karena lingkungan yang menyertainya, baik lingkungan keluarga, sekolah

53
maupun pekerjaan. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa penyebab
hadirnya kecemasan antara lain sebagai berikut. (Athena, 2014)

a. Rumah yang penuh pertengkaran ataupun salah pengertian atau penuh


dengan kesalahpahaman serta adanya ketidakpedulian orang tua terhadap
anak-anaknya.

b. Lingkungan yang memfokuskan pada persaingan memperebutkan materi


ataupun pertengkaran demi mempertahankan hidup dan juga yang
menumbuhkan ambisi manusia hingga mampu mengalahkan akhlak dan
hati nuraninya.

c. Menurut Adil Fathi (2004) salah satu penyebab kecemasan yang dialami
oleh kebanyakan orang adalah rasa jengkel pada diri mereka dengan
tingkah laku dan perbuatan orang lain atau mereka merasa diabaikan
oleh orang lain, sehingga ia merasa rendah diri. Berawal dari hal itulah,
ia mulai merasa rendah diri dan tidak dihormati oleh orang lain.
Akibatnya, ia sering merasa sedih karena ia telah berbuat baik kepada
mereka, namun mereka tidak membalasnya dengan kebaikan bahkan
mereka membalasnya dengan penolakan.

Dalam Islam, kekecewaan karena pengabaian tidak akan terjadi


karena dasar atau niat dari melakukan setiap kebaikan adalah karena Allah
SWT. Jadi apakah akan mendapat balasan atas kebaikan atau tidak,
seseorang tak akan mengkhawatirkannya karena keyakinan bahwa setiap
balasan sudah diatur oleh Maha Pemberi Balasan.

Kecemasan seringkali merampas kenikmatan dan kenyamanan


hidup, serta membuat mereka selalu gelisah dan tidak bisa tidur
lelapsepanjang malam. Ada beberapa hal yang selalu menyebabkan situasi
tersebut terjadi di antaranya :

1. Lemahnya keimanan dan kepercayaan terhadap Allah Swt.


54
2. Kurangnya tawakkal mereka terhadap Allah Swt.
3. Terlalu sering memikirkan kejayaan masa depannya dan apa yang
akan terjadi kelak dengan pola pikir dan cara pandang yang negative
terhadap dunia dan seisinya.
4. Rendahnya permohonan mereka tentang tujuan dari penciptaan
mereka.
5. Selalu tergantung pada diri sendiri dan sesama manusia lain dalam
urusan di dunia, sehingga lupa menggantungkan hidupnya kepada
Allah Swt.
6. Mudah dipengaruhi oleh hawa nafsu ketamakan, keserakahan,
ambisi, keegoisan yang berlebihan.
7. Meyakini bahwa keberhasilan berada di tangan manusia sendiri atau
ditentukan oleh usahanya sendiri.
Akan tetapi, sesungguhnya manusia tidak dilahirkan dengan penuh
ketakutan ataupun kecemasan. Pada dasarnya ketakutan dan kecemasan
hadir karena adanya luapan emosi yang berlebihan. Selain itu, keduanya
hadir karena adanya faktor lingkungan yang menyertainya, misalnya
sekolah, keluarga, dan sosial (pekerjaan dan budaya masyarakat).

5.3 Stase Kepaniteraan Klinik Menurut Islam

Coass merupakan singkatan dari Co-Assistant. Biasanya coass


dibahasa-indonesiakan menjadi koas. Koas merupakan suatu periode
pendidikan dokter yang ditekankan pada penerapan (aplikasi) teori-teori yang
sebelumnya sudah didapat dari periode preklinik.

Periode preklinik adalah periode dimana mahasiswa kedokteran belajar


dikampus seperti layaknya mahasiswa fakultas lain. Koas memiliki hak dan
kewajibannya sendiri dan hampir sama dengan hak dan kewajiban dokter.

Dalam islam, hukum menuntut ilmu adalah fardhu ain bagi islam laki-
laki maupun islam perempuan. Agar mereka tergolong menjadi umat yang
55
cerdas, jauh dari kabut kejahiliahan dan kebodohan, disamping wajib menurut
perintahnya Allah dan Rasulnya juga agar mampu menjalankan perintah-Nya
dan meninggalkan larangan-Nya.

Islam menentukan bahwa setiap manusia harus menghormati manusia


yang lainnya, karena Allah sebagai khalik sendiri menghormati manusia,
sebagai mana ayat Al-Quran:

Artinya:

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut


mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik
dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan. (Q.s. Al-Israa (17):70)

Dokter maupun paramedis haruslah tidak memaksakan sesuatu kepada


pasien, segala tindakan yang harus mereka kerjakan haruslah dengan suka rela
dan atas keyakinan.

Seperti yang telah diterangkat ayat di atas, bahwa setiap kehidupan


manusia haruslah dimuliakan. Oleh karena itu, walaupun seorang koas pun
harus tetap bertanggung jawab akan apa yang dikerjakannya. Seperti ayat Al-
Quran di bawah ini:

56
Artinya:

Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya (Q.s.
Al-Muddatstsir (74):38)

Allah SWT menyatakan dalam Al-Quran:

Artinya:

Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan


apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan.
Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh
Mahfuzh). (Q.s. Yaasiin (36):12)

Ayat ini menegaskan bahwa tanggang jawab itu bukan saja terhadap
apa yang diperbuatnya akan tetapi melebar sampai semua akibat dan bekas-
bekas dari perbuatan tersebut. Orang yang meninggalkan ilmu yang
bermanfaat, sedekah jariyah atau anak yang sholeh , kesemuanya itu akan
meninggalkan bekas kebaikan selama masih berbekas sampai kapanpun. Dari
sini jelaslah bahwa orang yang berbuat baik atau berbuat jahat akan mendapat
pahala atau menanggung dosanya ditambah dengan pahala atau dosa orang-
orang yang meniru perbuatannya. Hal ini ditegaskan dalam ayat di bawah ini:

57
Artinya:

(ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan


sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebahagian dosa-dosa orang yang
mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka
disesatkan). Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu. (Q.s. An-
Nahl (16):25)

5.4 Gangguan Kecemasan Pada Mahasiswa yang Akan Menjalani Stase


Kepaniteraan Klinik Menurut Islam

Seperti yang telah dijelaskan pada bab kajian pustaka, bahwa cemas
adalah rasa ketakutan tanpa ada stimulus yang jelas, disertai perubahan
fisiologis seperti takikardia, berkeringat, tremor, dan lain-lain. Kecemasan
adalah sebuah sinyal peringatan; memperingatkan ancaman yang akan terjadi
dan membuat seseorang dapat memperkirakan saat menghadapi suatu bahaya.
Kecemasan yang terjadi muncul karena ketakutan mahasiswa saat
harus berhadapan dengan pasien secara langsung. Selain itu, ketakutan
mungkin terjadi saat mahasiswa koas khawatir akan melakukan kesalahan
pada waktu melakukan penanganan medis walaupun para koas tidak
diperkenankan untuk melakukan diagnosis.
Intervensi koas pada penanganan pasien inilah yang menjadi beban
tanggung jawab bagi para setiap koas. Melakukan praktek pelayanan
kesehatan tanpa memiliki keahlian, baik tidak memiliki keahlian sama sekali
dalam bidang kedokteran, atau memiliki sebagian keahlian tapi bertindak
diluar keahliannya. Orang yang tidak memiliki keahlian di bidang kedokteran

58
kemudian nekat membuka praktek, telah disinggung oleh Nabi SAW dalam
sabda beliau:



Artinya:

Barang siapa yang mengobati orang sakit dan sebelumnya tidak


diketahui memiliki keahlian, maka ia bertanggung jawab (HR. Abu Dawud
no.4575, an-Nasai no.4845 dan Ibnu Majah no. 3466. Hadits hasan. Lihat
Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah no. 635)

Kesalahan ini sangat berat, karena menganggap remeh kesehatan dan


nyawa banyak orang, sehingga para Ulama sepakat bahwa Mutathabbib
(pelaku pengobatan yang bukan ahlinya) harus bertanggung jawab jika timbul
masalah dan harus dihukum agar jera dan menjadi pelajaran bagi orang lain.
Beban tanggung jawab yang dipikul dokter ataupun koas sangatlah
besar. Ditambah para koas belum punya pengalaman menangani pasien,
sehingga hal tersebut menimbulkan rasa cemas.

Artinya:

(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan wajahnya


kepada Allah, sedang ia muhsin, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya
dan tidak ada rasa takut menimpa mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati. (Q.s. Al-Baqarah (2): 112)

Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah menjelaskan makna ayat


tersebut. Wajah adalah bagian termulia dari jasmani manusia. Pada wajah
terdapat mata, hidung, dan mulut atau lidah. Kegembiraan dan kesedihan,
amarah, rasa takut, dan sedih, bahkan semua emosi manusia tampak pada
wajah. Wajah adalah gambaran identitas manusia, sekaligus menjadi lambang

59
seluruh totalitasnya. Ayat ini jelas mengandung unsur psikologi mengenai
bagaimana manusia menyerahkan seluruh emosinya kepada Allah Swt.

Wajah adalah bagian termulia dari tubuh manusia yang tampak. Kalau
yang termulia telah tunduk, maka yang lain pasti telah serta merta tunduk
pula. Siapa yang menyerahkan wajahnya dengan tulus kepada Allah, dalam
arti ikhlas beramal dan itu adalah amal baik, maka baginya ganjaran di sisi
Tuhan-nya. Amal di sini bukan sembarang amal, tetapi amal yang
menjadikan ia wajar dinamai dalam ukuran Allah sebagai seorang muhsin
yang lebih banyak kebaikannya dari keburukannya. Ganjaran mereka adalah
masuk surga, bahkan mungkin lebih dari surga, yakni ridha-Nya, dan
kenikmatan memandang wajah-Nya. Hal ini diistilahkan al-Quran
dengan Tiada rasa takut menimpa mereka, tidak juga mereka bersedih
hati.

Dengan menyerahkan wajah kepada Allah, yang berarti adalah


segala emosi takut, sedih, marah, khawatir dan sebagainya maka seseorang
akan merasa tentram dan tidak akan merasa takut atas apa yang akan terjadi
di kemudian hari. Tidak ada yang perlu dicemaskan atau ditakutkan, karena
keyakinan terhadap ketetapan Tuhan dan penyerahan diri kepada-Nya.

60
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari penelitian didapat bahwa paling banyak responden berjenis


kelamin perempuan yaitu sebanyak 86,7% hal tersebut terjadi karena populasi
perempuan memang lebih banyak di fakultas kedokteran Universitas Yarsi,
sedangkan responden laki-laki hanya berkisar 13,3%. Responden pada
penelitian ini paling banyak berusia 21 tahun yaitu berjumlah 50 orang.
Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa dari 77 responden valid, 50
diantaranya mengalami kecemasan sedangkan 27 sisanya tidak. Prevalensi
yang didapatkan yaitu 650 per 1000 individu. Bila persamaan tersebut
dimasukkan ke dalam populasi mahasiswa fakultas kedokteran Universitas
Yarsi angkatan 2013, maka didapatkan hasil sebanyak 208 mahasiswa yang
mengalami kecemasan.

Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan.


Diantaranya adalah usia dan tingkat perkembangan, jenis kelamin, pendidikan,
dan sistem pendukung. Pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Yarsi
angkatan 2013, rata-rata umur mereka adalah 21 tahun. Dimana pada umur ini
tentu saja mahasiswa belum memiliki pengalaman hidup yang banyak
terutama dalam menghadapi seorang pasien. Sehingga hal tersebut
menimbulkan kecemasan dalam diri mereka. Namun, tidak menutup
61
kemungkinan faktor-faktor lain seperti kondisi lingkungan keluarga, adanya
penyakit yang mendasari, serta emosi yang ditekan menjadi penyebab
kecemasan mereka.

Pengendalian kecemasan adalah salah satu cara untuk mengatasi


kecemasan yang menggaggu. Pengendalian tersebut adalah dengan self
control yang terdiri dari self management, self regulation, dan self help.
Dengan kata lain, pengendalian kecemasan adalah proses dimana seseorang
mampu menyadari tentang kecemasan yang ada pada dirinya sendiri, dan
mampu mengendalikannya tanpa bantuan orang lain atau konselor.

Kecemasan adalah salah satu penyakit yang banyak tersebar diantara


manusia. Dalam bahasa Arab dikatakan bahwa bila sesuatu cemas, maka ia
akan bergerak dari tempatnya. Hingga bisa dikatakan bahwa bentuk
kecemasan adalah adanya perubahan atau goncangan yang berseberangan
dengan ketenangan yang Allah gambarkan dalam surat Al-Fajr ayat 27-30.
Dalam surat Al-Baqarah ayat 112, dijelaskan bahwa manusia hendaknya
menyerahkan seluruh emosinya kepada Allah SWT. Dengan menyerahkan
wajah kepada Allah, yang berarti adalah segala emosi takut, sedih, marah,
khawatir dan sebagainya maka seseorang akan merasa tentram dan tidak akan
merasa takut atas apa yang akan terjadi di kemudian hari. Tidak ada yang
perlu dicemaskan atau ditakutkan, karena keyakinan terhadap ketetapan Tuhan
dan penyerahan diri kepada-Nya.

6.2 Saran

Tingginya prevalensi kecemasan pada mahasiswa, menandakan


rendahnya pengendalian diri mahasiswa. Dimulai dengan menanyakan pada
diri sendiri tentang hal-hal yang menjadi penyebab kecemasan mereka,
kemudian memikirkan secara logis bahwa apa yang mereka bayangkan atau
pikirkan itu merupakan hal yang irasional. Setelah itu, kita bisa melakukan
self regulation dimana kita mengarahkan diri dan mengubah tingkah laku.

62
Misalnya, jika alasan kita cemas adalah karena takut salah mengintervensi
pasien, atau takut salah menjawab saat ditanya oleh konsulen, maka upaya
pencegahannya adalah dengan belajar giat dan banyak berlatih. Dengan cara
seperti itu, maka kita akan dapat meningkatkan rasa kepercayaan diri dan
mengendalikan rasa cemas berlebihan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Adil Fathi. (2004). Membangun Positive Thinking Secara Islam.


Jakarta: Gema Insani Press.

American Psychiatric Association.(2013). Diagnostic and Statistical Manual of


Mental Disorders 5th Edition DSM-5. American Psychiatric Association:USA.
Hal 189-194.

Al-Jauziyyah, Ibnul Qayyim. (2002). Membersihkan Hati dari Gangguan Setan.


Jakarta: Gema Insani Press.

Azwar.(2007). Konsep Pengukuran Validitas. Jakarta: Gunadharma Press. Hal 60.


Butcher, James N. (2005).A Beginners Guide To The MMPI-2.2nd ed.
Washington D.C: American Psychological Association. Hal 3-5.
Graham, John R. (1990). MMPI-2 Assessing Personality And Psychopatology.
New York: Oxford University Press. Hal 23-25.
Maramis, W. F., (2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University
Press: Surabaya. Hal 258-260.
Murti, Bhisma. 2006. Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif
dan Kualitatif di Bidang Kesehatan.Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press. Hal 58.

63
Nasution, B. J. (2013). Hukum Kesehatan Pertanggung Jawaban Dokter. PT
Rineka Cipta: Surabaya.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metode Penelitian Kesehatan, Rineka
Cipta : Jakarta.
Sadock B. J., Sadock V. A., (2007). Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry 10th Edition. Lippincott Williams, a Wolters
Kluwer Business:USA. Hal 579-586.

Said Az-Zahrani, Musfir. (2005). Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani Press.

Semiun, Yustinus. (2010). Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius.

Shihab, M. Quraisy. (2002). TAFSIR AL-MISBAH Pesan, Kesan dan Keserasian


al- Quran. Jakarta: Lentera Hati.

Sugiyono.(2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Bandung :


Alfabeta. Hal 56-69.

Tadjudin, Ibin Kutibin. (2007). Psikoterapi Holistik Islami. Bandung: Kutibin

Zuhroni. (2013). Dasar dan Sumber Syariat Islam Edisi Revisi. Jakarta: Bagian
Agama Universitas Yarsi. Hal 40-57.

Zuhroni, Nur Riani, et all. (2003). Islam Untuk Disiplin Ilmu Kesehatan dan
Kedokteran 2. Jakarta: Departemen Agama RI. Hal 73-83.

Athena. (2014). http://www.jendelasastra.com/wawasan/artikel/gangguan-


kecemasan-anxiety-disorder-dalam-islam-dan-psikologi-generel-anxiety-
disorder/ (diakses pada tanggal 18 September 2016)
http://www.medex-online.info/index.php/news/read/698576567-apakah-itu-
coass-.html (diakses pada tanggal 25 Februari 2016)

64
ANGGARAN PENELITIAN

A. Anggaran Dana Persiapan Penelitian


Tabel 1. Anggaran Dana Persiapan
No Item Biaya
.
1. Pencetakan Proposal Penelitian : Rp 200.000,-
Cetak Proposal @ Rp 1.000,- x 200
lembar untuk 5 Jilid ( 1 Proposal @
40 lembar)
2. Penjilidan Proposal Penelitian Rp 25.000,-
5 Jilid Proposal x Rp 5.000,-
B. Anggaran Dana Pelaksanaan Penelitian
Tabel 2. Anggaran Dana Pelaksanaan
No Item Biaya
.
1. Pencetakan Kuisioner : Rp 315.000,-
65
Cetak Lembar Kuisioner @ Rp
500,- x 90 rangkap @7 lembar
2. Reward untuk responden @ Rp Rp 420.000,-
5.000,- x 84 orang
C. Anggaran Dana Pelaporan Penelitian
Tabel 3. Anggaran Dana Pelaporan
No Item Biaya
.
1. Cetak Hasil Penelitian @ Rp 500,- x Rp 1.112.500,-
445 lembar untuk 5 Jilid ( 1 Hasil
Penelitian @ 89 lembar)
2. Penjilidan Hasil Penelitian Rp 250.000,-

5 Jilid x Rp 50.000,-

TOTAL Rp 2.322.500,-

BIODATA PENELITI

Nama : Edita Mayda Devana

Nomor Pokok Mahasiswa : 1102013091

Tempat, Tanggal Lahir : Yogyakarta, 21 Mei 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Fakultas/Program Studi : Kedokteran

Alamat Rumah : Jl. Cempaka Putih Tengah 3 no.16 Jakarta Pusat

Alamat E-mail : devaribi@gmail.com

Riwayat Pendidikan

Tahun 2013 Sekarang : Fakulas Kedokteran, Universitas YARSI

66
Tahun 2010 2013 : SMA Negeri 1 Denpasar, Bali

Tahun 2007 2010 : SMP Negeri 1Denpasar, Bali

Tahun 2001 2007 : SD Muhammadiyah 3 Denpasar, Bali

LAMPIRAN 1

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth. Jakarta, September 2016


Calon Responden

Dengan Hormat,
Saya adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI angkatan
2013.Saat ini saya sedang melakukan penelitian yang berjudul Prevalensi
Gangguan Kecemasan Pada Mahasiswa Program Sarjana Kedokteran Universitas
YARSI yang Akan Menjalani Stase Kepaniteraan Klinik Dengan pembimbing
penelitian Dr. H. Nasruddin Noor, Sp.KJ.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan kerugian bagi saudara sebagai
responden. Peneliti juga akan menjaga hak-hak saudara dengan cara tidak
memaksa untuk menjadi responden untuk mengisi kuesioner yang peneliti
67
berikan. Nama responden tidak akan dicantumkan dan akan dihilangkan setelah
data diolah dam penelitian ini selesai.
Mohon kesediaan saudara untuk bersedia menjadi responden dengan
menandatangani lembar persetujuan dan mengisi kuesioner sesuai dengan
petunjuk yang diberikan dengan jujur dan apa adanya berdasarkan pengalaman
anda. Tidak ada jawaban yang salah maupun benar.
Terimakasih atas partisipasi dan bantuan anda dalam penelitian saya ini.

Hormat Saya,

Peneliti,

(Edita Mayda Devana)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Judul : Prevalensi Gangguan Kecemasan Pada Mahasiswa Program


Sarjana Kedokteran Universitas YARSI yang Akan Menjalani
Stase Kepaniteraan Klinik
Peneliti : Edita Mayda Devana
Pembimbing : Dr. H. Nasruddin Noor, Sp.KJ.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : ..

NPM : ..

Menyatakan bersedia menjadi responden dan ikut berpatisipasi untuk


mengisi kuesioner dalam penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti dan mengisi
lembar kuesioner sesuai petunjuk yang diberikan dan dengan jujur apa adanya.
Jika ada pertanyaan yang membuat responden tidak nyaman, maka responden
berhak untuk mengundurkan diri.Kerahasiaan informasi dan identitas saudara
68
dijamin oleh peneliti dan hanya dipergunakan untuk keperluan penelitian ini.Jika
ada hal-hal yang kurang jelas, saya dapat menghubungi peneliti langsung (Edita
Mayda Devana, 082236287879).

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya tanpa


ada unsur paksaan dari pihak manapun.

Jakarta, September 2016

Peneliti Responden

(Edita Mayda Devana) ( )

LAMPIRAN 3

ISIAN DATA PRIBADI RESPONDEN

Petunjuk:
1. Dalam mengerjakan angket-angket berikut ini tidak ada jawaban yang
benar atau salah. Yang dibutuhkan adalah jawaban yang jujur dan apa
adanya, sehingga semua jawaban dianggap benar.
2. Setiap jawaban anda adalah sangat berharga dan penting, sehingga anda
dimohon tidak melewatkan satupun pertanyaan yang diajukan.
3. Jawaban-jawaban dan data-data yang anda isi akan terjamin
kerahasiaannya.
4. Peneliti sangat menghargai kerjasama anda dan mengucapkan terimakasih.

IDENTITAS RESPONDEN

Nama :
NIM :
Umur :
Angkatan :
Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
69
Jurusan sewaktu SMU :
Nomor telepon / HP :
Angket ini diisi pada : Tanggal.......Bulan.........Tahun 2016

LAMPIRAN 4
Kuesioner Lie-Score Minnesota Multiphase Personality Inventory
(L-MMPI)

Berilah tanda (X) pada kolom ya bila pertanyaan dibawah ini sesuai
dengan perasaan/keadaaan anda, berilah tanda (X) pada kolom tidak bila
pernyataan tidak sesuai dengan yang anda rasakan.

No Pernyataan Ya Tidak
1 Sekali-kali saya berfikir tentang hal-hal yang buruk untuk
diutarakan
2 Kadang-kadang saya ingin mengumpat/ mencaci maki
3 Saya tidak selalu mengutarakan hal yang benar
4 Saya tidak membaca tajuk rencana setiap surat kabar

5 Saya kadang-kadang marah

6 Apa yang dapat saya kerjakan hari ini, kadang-kadang saya tunda
sampai besok
7 Bila saya tidak enak badan, kadang saya mudah tersinggung
8 Sopan santun saya di rumah tidak sebaik jika bersama orang lain

9 Bila saya yakin tidak seorangpun melihatnya, mungkin sekali saya


akan menyelundup nonton tanpa karcis
10 Saya lebih sering menang daripada kalah dalam suatu permainan

11 Saya ingin mengenal orang-orang penting, karena dengan demikian


saya merasa menjadi orang penting
12 Saya tidak selalu menyukai setiap orang yang saya kenal

70
13 Kadang-kadang saya menggunjingkan orang lain

14 Kadang-kadang saya memilih yang tidak saya kenal dalam suatu


pemilihan
15 Sekali-kali saya tertawa jika mendengar lelucon porno
LAMPIRAN 5

KUESIONER INSTRUMEN T-MAS


Petunjuk
1. Bacalah baik-baik setiap pernyataan dibawah ini.
2. Pilihlah alternatif jawaban yang sudah tersedia sesuai dengan kata hati anda
kemudian berilah tanda silang (X) pada kolom yang sudah disediakan.
3. Diharapkan semua item pernyataan diisi.

No Apakah akhir-akhir ini, Anda Ya Tidak


1. Merasa tidak cepat lelah.
2. Seringkali mengalami perasaan mual.
3. Yakin tidak lebih penggugup daripada orang lain.
4. Merasa jarang sakit kepala.
5. Sering merasa tegang waktu bekerja.
6. Mengalami kesukaran mengadakan konsentrasi pada suatu
masalah.
7. Merasa khawatir jika memikirkan masalah.
8. Sering merasakan tangan anda gemetar bila mencoba untuk
berbuat sesuatu.
9. Tidak mudah tersipu-sipu seperti kebanyakan orang lain.
10. Merasa diare satu kali atau lebih dalam sebulan.
11. Merasa khawatir bila akan terjadi kegagalan atau kesialan dalam
hidup anda.
12. Tidak pernah tersipu-sipu bila terjadi sesuatu pada diri anda.
13. Merasa takut muka anda menjadi merah karena malu.
14. Sering mengalami mimpi yang menakutkan pada waktu tidur
malam hari.
15. Merasa tangan dan kaki anda biasanya cukup hangat.
16. Mudah sekali berkeringat meskipun tidak panas.
17. Terkadang berkeringat yang bercucuran ketika malu, dan hal ini
membuat anda jengkel.
18. Hampir tidak pernah berdebar-debar dan jarang bernafas
tersenggal-senggal.
19. Sering merasa lapar terus-menerus.
20. Jarang terganggu oleh rasa sembelit (sakit perut) karena sukar
buang air.
71
21. Jarang terganggu oleh sakit perut.
22. Tidak bisa tidur, ketika mengkhawatirkan sesuatu.
23. Merasa tidur anda sering terganggu dan tidak nyenyak.
24. Seringkali bermimpi tentang sesuatu yang sebaiknya tidak
diceritakan kepada orang lain.
25. Mudah merasa segar.
26. Merasa lebih sensitif atau peka daripada kebanyakan orang lain.
27. Seringkali mengkhawatirkan diri anda jika terjadi suatu hal.
28. Menginginkan kebahagiaan seperti orang lain yang anda lihat.
29. Selalu tenang-tenang dan tidak mudah kecewa atau putus asa.
30. Mudah menangis.
31. Seringkali mencemaskan terhadap suatu hal atau seseorang.
32. Merasa gembira setiap waktu.
33. Merasa gelisah ketika menunggu.
34. Pada waktu-waktu tertentu, merasa tidak tenang sehingga tidak
dapat duduk terlalu lama.
35. Kadang-kadang merasa gembira sekali sehingga sukar tidur.
36. Kadang-kadang mengalami kesukaran-kesukaran yang
bertumpuk-tumpuk sehingga tidak dapat duduk terlalu lama.
37. Meyakini bahwa kadang-kadang merasa khawatir tanpa suatu
alasan tertentu terhadap suatu hal yang tidak berarti.
38. Tidak sepenakut teman anda yang lain.
39. Seringkali merasa takut pada benda atau manusia yang anda tahu
tidak akan menyakiti anda.
40. Seringkali merasa sebagai orang yang tidak berguna.
41. Mengalami kesukaran untuk memusatkan perhatian terhadap
suatu pekerjaan.
42. Biasanya penakut.
43. Biasanya yakin pada diri sendiri.
44. Seringkali dalam keadaan tenang.
45. Merasa hidup ini merupakan beban bagi anda setiap waktu.
46. Befikir bahwa anda tidak punya arti apa-apa.
47. Benar-benar merasa kurang percaya diri pada diri sendiri.
48. Kadang-kadang merasa bahwa diri anda akan kacau.
49. Merasa takut akan kesukaran-kesukaran yang harus anda hadapi
dalam keadaan kritis.
50. Sepenuhnya percaya pada diri anda sendiri.
Skor :

72
LAMPIRAN 6

73
74

Anda mungkin juga menyukai