Case PEB
Case PEB
PENDAHULUAN
1
memerlukan terapi antihipertensi dan pemilihan antihipertensi yang efektif serta
aman digunakan pada masa kehamilan (Lewis, 2007). Obat harus aman, efektif,
dan digunakan secara rasional untuk menghasilkan efek yang diinginkan. Terapi
dengan obat pada masa kehamilan memerlukan perhatian khusus karena ancaman
efek teratogenik obat dan perubahan fisiologis pada ibu sebagai respon terhadap
kehamilan. Obat dapat menembus sawar plasenta dan masuk ke dalam sirkulasi
darah janin (Sharma dkk., 2006; Schellack dan Schellack, 2011). Pemilihan obat-
obatan selama kehamilan harus mempertimbangkan rasio manfaat dan risiko bagi
ibu maupun janin untuk menghasilkan terapi yang aman dan rasional (Schellack
dan Schellack, 2011) sehingga dapat mengoptimalisasi pelayanan kesehatan
dalam memberikan terapi pada wanita hamil dengan gangguan hipertensi untuk
menurunkan morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi (WHO, 2011).
2
BAB II
STATUS PASIEN
I IDENTIFIKASI
Nama : Ny. H Binti S
Tanggal Lahir / Umur : 20 Januari 1996 / 21 tahun
Alamat : Jl. Pulau Sari II, Kel. Bukit Sangkal Kec.
Kalidoni, Kota Palembang
Suku : Sumatera
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Status : Menikah
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
MRS : 21 Mei 2017 (02:37:11)
No. RM : 1006974
Nama Suami : Tn. R
Pekerjaan Suami : Buruh
3
tinggi sebelum hamil (-), riwayat darah tinggi pada kehamilan ini (-).
Riwayat nyeri ulu hati (-), riwayat mual muntah (+), riwayat pandangan
mata kabur (-), riwayat kejang (-), riwayat sakit kepala (-). Os mengaku
hamil cukup bulan dan gerakan janin masih dirasakan, terutama di perut
bagian bawah.
Status Perkawinan
Menikah satu kali, lamanya 1 tahun
Status Reproduksi
Menarche : Usia 13 tahun
Siklus haid : 28 hari, teratur, lamanya 7 hari
Banyaknya : 2x ganti pembalut.
HPHT : 20 Agustus 2016
Status Persalinan
G1P0A0 : 1. Hamil ini
Riwayat Penggunaan KB
Tidak ada
Riwayat Pengobatan
Disangkal
4
Tekanan Darah : 160/110 mmHg
Nadi : 98 x/ menit, regular, isi dan tegangan cukup
Respirasi : 18 x/menit, reguler
Suhu : 36,5oC
Berat Badan : 64 kg
Tinggi Badan : 155 cm
PEMERIKSAAN KHUSUS
Kepala Normosefali, simetris, ekspresi tampak sakit ringan, warna
rambut hitam, rambut mudah dicabut (-)
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
bulat isokor, refleks cahaya (+/+), diameter 3mm/3mm.
Hidung : Tampak luar tidak ada kelainan, septum deviasi (-), cavum
nasi lapang, tidak keluar cairan, epistaksis (-).
Telinga : Tampak luar tidak ada kelainan, kedua meatus acusticus
externus lapang, tidak ada keluar cairan.
Mulut : Bibir kering (-), gusi berdarah (-), lidah pucat (-), atrofi papil
(-), tonsil T1/T1 tenang, faring tidak hiperemis.
Leher : JVP (5-2) cmH2O, struma (-), pembesaran KGB (-).
Thoraks
Paru-paru : I: Statis: simetris, tidak ada dada yang tertinggal.
dinamis: kiri sama dengan kanan, tidak ada dada yang
tertinggal. Tidak ada otot bantu pernapasan tambahan,
retraksi dinding dada (-)
P: Nyeri tekan (-), stem fremitus kanan = kiri
P: Sonor pada kedua lapangan paru
A: Vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing(-/-)
Jantung : I: Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis tidak teraba
P: Batas atas ICS II, batas kanan ICS IV linea sternalis
dextra, batas kiri ICS V linea midclavicularis sinistra
A: HR 98 x/menit, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : I: Cembung.
Pemeriksaan lain lihat pemeriksaan obstetrik
Ekstremitas : Akral hangat, palmar eritem (-/-), edema pretibial (-/-), akral
pucat (-/-), sianosis (-). poikilonikia (-), ptekie (-), ekimosis
(-)
5
PEMERIKSAAN OBSTETRIK
Pemeriksaan Luar
Inspeksi : Cembung
Palpasi : Tinggi fundus uteri 2 jari bawah processus xyphoideus (32
cm), memanjang, punggung kiri, kepala, penurunan 5/5, His 2x/10/35, DJJ
138 x/menit, TBJ 2945 gram.
Pemeriksaan Dalam
Inspekulo
Portio livide, OUE tertutup, fluor (-), fluksus (+) ketuban tidak aktif, E/L/P
(-), lakmus test (+) merah menjadi biru.
Vaginal toucher
Portio lunak, letak posterior, eff 75%, pembukaan 0 cm, ketuban (-), kepala
dan penunjuk sulit dievaluasi.
IV PEMERIKSAAN TAMBAHAN
Pemeriksaan Laboratorium (21 Mei 2017 pukul 04:21:27)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematologi
Hb 11,0 mg/dl 11,4-15,0 mg/dl
RBC 4,01 juta/m3 4,0-5,7 juta/m3
WBC 10100/m3 4,73-10,89 x 103/m3
Ht 35% 35-45 %
Trombosit 267.000/m3 189-436 x 103/m3
Diff. Count
Basofil 0 0-1%
Eosinofil 4 1-6%
Netrofil 70 50-70%
Limfosit 17 20-40%
Monosit 8 2-8%
Kimia Darah
SGOT 18 U/L 0-32 U/L
SGPT 375 U/L 240-480 U/L
Gula darah sewaktu 1162 mg/dL < 200 mg/dL
Ureum 11 16,6-48,5 mg/dL
Asam urat 4,60 < 5,7 mg/dL
6
Kreatinin 0,41 0,50-0,90 mg/dL
Kalsium 8,2 mg/dL 8,8-10,2 mg/dL
Magnesium 1,55 1,4-2,1 mEq/L
Natrium 142 135-155 mEq/L
Kalium 3,8 3,5-5,5 mEq/L
Urinalisis
Warna Kuning muda Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Berat jenis 1,020 1,003 1,030
pH 6,0 5-9
Protein Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Darah Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen 1 0,1 1,8
Nitrit Negatif Negatif
Leukosit esterase Negatif Negatif
Sedimen urine
Epitel Positif + Negatif
Leukosit 0-1 0-5
Eritrosit 0-1 0-1
Silinder Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Mukus Positif + Negatif
Jamur Negatif Negatif
Test Dipstick
Protein (++)
Pemeriksaan USG
- Tampak janin tunggal hidup presentasi kepala
- Biometri :
Biparental Diameter (BPD) : 9,18 cm
Head Circumference (HC) : 32,29 cm
Abdominal Circumference (AC) : 31,79 cm
Femur Length (FL) : 7,80 cm
Estimation Fetal Weight (EFW) : 2958 gr
- Plasenta di corpus posterior
- Ketuban cukup, AFI 2,2 cm
7
Kesimpulan : hamil 39 minggu janin tunggal hidup presentasi kepala
Indeks Gestosis
0 1 2 3
Edema sesudah
Tidak ada Pre-tibial Umum -
istirahat baring
V DIAGNOSIS KERJA
G1P0A0 hamil 39 minggu belum inpartu dengan PEB, janin tunggal hidup
presentasi kepala.
VI PROGNOSIS
Prognosis Ibu : dubia ad bonam
Prognosis Janin : dubia ad bonam
8
VIII LAPORAN PERSALINAN
21 Mei 2017
Jenis Persalinan :
Pervaginam
Pada pukul 11:20 : tampak parturien ingin mengedan kuat. Portio tidak
teraba. Pembukaan lengkap. Kepala. Ketuban (-). Hodge III+, penunjuk
UUK kanan depan.
Pukul 11:30
Lahir neonatus hidup, perempuan, BB 2900 gr, PB: 49 cm, Apgar Score 8/9,
LK 34 cm, anus (+), mekonium (-), dilakukan manajemen aktif kala III,
injeksi oksitosin 10 IU, perdarahan uterus (-), peregangan tali pusat.
Pukul 11:35
Lahir lengkap plasenta, BP 500 gram, PTP 50 cm, ukuran 18x19 cm 2,
dilakukan eksplorasi tidak didapatkan sisa plasenta. Perdarahan aktif (-).
dilakukan penjahitan jalan lahir. Keadaan umum ibu post partum baik.
9
IX FOLLOW UP
(21 Mei 2017, 05:00 WIB)
S Mau melahirkan dengan hamil cukup bulan dan darah tinggi
O St.Present
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Sensorium : compos mentis
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Resp rate : 20 x/menit
Suhu : 36,6C
St. Obstetrik
PL : FUT 2 jbpx (32 cm), memanjang, puki, kepala, penurunan 3/5,
His 2x/10/35, DJJ 142 x/menit, TBJ 2945 gram.
VT : Portio lunak, medial, eff 75%, pembukaan 3 cm, ketuban (+),
kepala Hodge I-II, dan penunjuk sutura sagitalis lintang.
10
(21 Mei 2017, 08:00 WIB)
S Mau melahirkan dengan hamil cukup bulan dan darah tinggi
O St.Present
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Sensorium : compos mentis
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Nadi : 89 x/menit
Resp rate : 20 x/menit
Suhu : 36,7C
St. Obstetrik
PL : FUT 2 jbpx (32 cm), memanjang, puki, kepala, penurunan 2/5,
His 3x/10/35, DJJ 136 x/menit, TBJ 2945 gram.
VT : Portio lunak, anterior, eff 100%, pembukaan 6 cm, ketuban (+),
kepala Hodge II-III, dan penunjuk SSL.
A G1P0A0 hamil 39 minggu inpartu kala I fase aktif dengan PEB JTH
presentasi kepala
P - Observasi TTV, HIS, DJJ, dan kemajuan persalinan
- IVFD RL gtt XX/menit
- Inj MgSO4 40% sesuai protokol
- Nifedipin 10 mg/8 jam
- Drip akselerasi dengan oksitosin 5 IU gtt XX/menit sampai his
adekuat
- Rencana persalinan pervaginam
11
(21 Mei 2017, 10.00WIB)
12
(21 Mei 2017, 11.30WIB)
13
(21 Mei 2017, 12.30WIB)
14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi yang dipakai di Indonesia adalah berdasarkan Report of The
National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood
Pressure in Pregnancy tahun 2001, ialah:6
1 Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20
minggu dan menetap sampai 12 minggu pasca persalinan.
2 Preeklampsia-eklampsia. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah
20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. Eklampsia adalah
preeklampsia berat yang disertai dengan kejang-kejang dan/atau koma.
3 Superimposed preeklampsia adalah hipertensi kronik yang disertai tanda-
tanda preeklampsia atau hipertensi kronik disertai proteinuria.
4 Hipertensi gestasional (transient hypertension)adalah hipertensi yang timbul
setelah umur kehamilan 20 minggu tanpa disertai proteinuria dan hipertensi
menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan atau kehamilan dengan tanda-
tanda preeklampsia tanpa proteinuria.
Sebagai batasan yang disebut hipertensi dalam kehamilan adalah kenaikan
tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 mmHg pada
dua kali pemeriksaan yang berjarak 4 jam atau lebih dan proteinuria, jika protein
dalam urine melebihi 0,3 gr/24 jam atau dengan pemeriksaan kualitatif minimal
positif (+) satu.
15
3.1.3 Faktor Risiko
Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya hipertensi dalam
kehamilan, yang dapat dikelompokkan dalam faktor risiko sebagai berikut:2,6
1 Umur > 40 tahun
2 Nullipara
3 Multipara dengan riwayat preeklampsia sebelumnya
4 Multipara dengan kehamilan oleh pasangan baru
5 Multipara yang jarak kehamilan sebelumnya 10 tahun atau lebih
6 Riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan
7 Kehamilan multipel
8 IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus)
9 Hipertensi Kronik
10 Penyakit Ginjal
11 Sindrom antifosfolipid (APS)
12 Kehamilan dengan inseminasi donor sperma, oosit atau embrio
13 Obesitas sebelum hamil
3.2 PREEKLAMPSIA
3.2.1 Penegakkan Diagnosis
Penegakkan diagnosis preeklampsia dibagi dalam golongan ringan dan
berat. Berikut ini merupakan penggolongannya:6
1. Preeklampsia Ringan
Preeklampsia ringan didiagnosis berdasarkan atas timbulnya hipertensi
disertai proteinuria dan/ atau edema setelah kehamilan 20 minggu.
16
b Proteinuria 5 g/ 24 jam
c Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam
d Kenaikan kadar kreatinin plasma
e Gangguan visus: skotoma dan pandangan kabur
f Gangguan otak: nyeri kepala dan edema serebri
g Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat
teregangnya kapsula Glisson)
h Edema paru-paru dan sianosis
i Hemolisis mikroangiopatik
j Trombositopenia berat: 100.000 sel/ mm3 atau penurunan
trombosit dengan cepat
k Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoseluler): peningkatan kadar
alanin dan aspartate aminotransferase
l Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat
m Sindrom HELLP
3.2.2 Etiologi
Penyebab preeklampsia meliputi banyak faktor, antara lain faktor ibu,
plasenta, dan janin.Etiologi yang dianggap penting mencakup invasi trofoblastik
abnormal pada pembuluh darah uterus, toleransi imunologis yang bersifat
maladaptif, maladaptasi maternal terhadap perubahan kardiovaskulerdan faktor-
faktor genetik.2,6
3.2.3 Patofisiologi
Penyebab preeklampsia hingga kini belum diketahui dengan jelas. Banyak
teori mengemukakan tentang terjadinya preeklampsia, tetapi tidak ada satu pun
17
dari teori tersebut yang dianggap mutlak benar. Teori-teori yang sekarang banyak
dianut adalah sebagai berikut:2,6,7
1 Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta
Pada preeklampsia tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan arteri
spiralis dan jaringan matriks sekitarnya (Gambar 1). Lapisan otot arteri
spiralis tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak mungkin
untuk mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis relatif
mengalami vasokonstriksi, dan terjadi kegagalan remodeling arteri
spiralis. Lalu, aliran darah uteroplasenta menurun hingga terjadi hipoksia
dan iskemia plasenta. Dampak iskemia plasenta akan menimbulkan
perubahan-perubahan lainnya
18
b. Disfungsi sel endotel
Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi
kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari membran sel
endotel. Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terjadinya
disfungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel. Keadaan
ini disebut disfungsi endotel. Pada waktu terjadi kerusakan sel endotel
yang mengakibatkan disfungsi sel endotel, maka akan terjadi:
Gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi sel
endotel, adalah memproduksi prostaglandin sehingga produksi
prostasiklin (PGI2) suatu vasodilator kuat akan turun
Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami
kerusakan. Agregasi trombosit ini adalah untuk menutup tempat-
tempat di lapisan endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi
trombosit memproduksi tromboksan (TXA2) suatu vasokonstriktor
kuat. Dalam keadaan normal perbandingan kada
prostasiklin/tromboxan lebih tinggi kadar prostasiklin (lebih tinggi
vasodilator). Pada preeklampsia kadar tromboksan lebih tinggi dari
kadar prostasiklin sehingga terjadi vasokonstriksi dengan terjadi
kenaikan tekanan darah
Perubahan khas pada sel endotel kapiler glomerulus (glomerular
endotheliosis)
Peningkatan permeabilitas kapiler
Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor, yaitu endotelin yang
bersamaan dengan turunnya Nitric Oxide (NO)
Peningkatan faktor koagulasi.
19
Pada preeklampsia, akan terjadi kehilangan daya refrakter terhadap bahan
vasokonstriktor, dan peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan
vasopresor. Banyak peneliti telah membuktikan bahwa peningkatan
kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor pada hipertensi dalam
kehamilan sudah terjadi pada trimester I (pertama).
3.2.4 Komplikasi
Komplikasi terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita preeklamsia dan eklampsia.8
3.2.5 Tatalaksana
1. Terapi Medikamentosa
Medikamentosa yang diberikan untuk menangani kejang, hipertensi, dan
edema.6,9
a.
Obat Anti Kejang
-
Magnesium sulfat
Loading dose : initial dose : diberikan 4 gram(40% dalam 10 cc) i.v,
selama 15 menit.
Maintenance dose : diberikan infus 6 gram dalam larutan RL/ 6 jam,
atau diberikan 4-5 gram i.m. Selanjutnya dapat diberikan diberikan 4
gramMgSO4 i.m tiap 4-6 jam.
Akan tetapi, sebelum pemberian MgSO4, harus diperhatikan syarat-
syarat pemberian sebagai berikut:
Tersedia antidotum MgSO4 bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium
glukonas 10% =1g (10% dalam 10cc) diberikan i.v dalam 3
menit.
Refleks patella (+) kuat.
Frekuensi pernapasan > 16 kali/menit, tidak ada tanda-tanda
distresss napas.
Urine output >100 cc
Perlu diketahui bahwa magnesium sulfat harus dihentikan bila
terdapat tanda-tanda intoksikasi setelah 24 jam pasca persalinan atau
24 jam setelah kejang berakhir.
- Diazepam
Initial dose : diberikan 10mg i.v, selama 2 menit.
20
Maintenance dose : diberikan infus 40 mg dalam 500 ml larutan
Ringer laktat dan tidak melebihi 100 mg/ 24 jam.
2. Pengelolaan Obstetrik
a. Aktif (Terminasi)
Tindakan aktif, yaitu kehamilan diakhiri (diterminasi) tanpa
memandang umur kehamilan dilakukan dengan indikasi sebagai
berikut:
- Keadaan ibu
Kehamilan >37 minggu
Adanya tanda impending eklampsia
Perawatan konservatif gagal : 6 jam setelah pengobatan medisinal
terjadi kenaikan TD atau 24 jam setelah pengobatan medisinal
gejala tidak berubah.
- Keadaan janin
Adanya tanda gawat janin
Adanya pertumbuhan janin terhambat (IUGR)
- Laboratorium : adanya tanda-tanda sindrom HELLP
Kehamilan diterminasi setelah hemodinamika dan metabolisme ibu
stabil. Stabilisasi dicapai dalam 4-8 jam setelah salah satu keadaan
berikut :
- Kejang terakhir
- Pemberian obat anti hipertensi terakhir
21
- Penderita mulai sadar
Cara mengakhiri kehamilan (terminasi) dilakukan berdasarkan
keadaan obstetrik pada waktu itu, apakah sudah inpartu atau belum. Bila
belum inpartu maka lakukan induksi persalinan (amniotomi, drip
oksitosin dengan syarat skor Bishop 5) dan tindakan seksio cecarea (SC)
dipilih bila syarat drip oksitosin tidak terpenuhi (12 jam sejak drip
oksitosin belum masuk fase aktif). Bila inpartu kala I (fase laten), dalam
6 jam tetap pada fase laten maka dilakukan tindakan SC. Sedangkan bila
pada kala I (fase aktif) dilakukan amniotomi dan tetes pitosin namun
dalam 6 jam pembukaaan masih tidak lengkap, maka sebaiknya
dilakukan tindakan SC. Kala II (tindakan dipercepat sesuai dengan
syarat yang dipenuhi).2,6 Pada pasien eklampsia dianjurkan untuk
melakukan persalinan secara seksio sesaria. Indikasi untuk sesio sesaria
adalah serviks masih lancip, tertutup pada primigravida, kepala janin
masih tinggi, dan atau adanya prasangkaan disproporsi sefalopelvik.2,6,9
3. Konservatif
Tindakan konservatif dilakukan dengan indikasi kehamilan preterm <37
minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia dan keadaan janin
baik.2,6,9
Algoritma Tatalaksana
22
Gambar 2. Algoritma tatalaksana preeklampsia tanpa gejala berat.2
Algoritma Tatalaksana Preeklampsia Berat
23
Gambar 3. Algoritma tatalaksana preeklampsia berat
24
3.2.6 Prognosis
Dubia (Tergantung indeks gestosis, makin tinggi indeks gestosis makin
jelek prognosis).
25
BAB IV
ANALISIS KASUS
26
terbawah adalah kepala, dapat disimpulkan janin cukup bulan dan berada pada
presentasi kepala.
Detak jantung janin 138 x/menit menyingkirkan kemungkinan kegawatan
janin, dan taksiran berat janin 2945 gram sehingga dapat diperkirakan berat janin
ibu ini berat bayi lahir normal sesuai usia kehamilan.
Pada pemeriksaan dalam didapatkan portio lunak, letak posterior,
pembukaan 0 cm, kepala dan penunjuk sulit dievaluasi, ketuban (-). Hal ini
menunjukkan bahwa saat pasien baru datang belum menunjukkan tanda-tanda
inpartu.
Dengan adanya kehamilan disertai tekanan darah tinggi dan proteinuria
maka dapat ditegakkan diagnosis pasien ini yaitu G1P0A0 hamil 39 minggu belum
inpartu dengan PEB janin tunggal hidup presentasi kepala.
Faktor risiko yang memungkinkan terjadinya PEB pada pasien ini yaitu
primigravida. Sedangkan faktor risiko lainnya seperti, riwayat keluarga pernah
preeklampsia/eklampsia, obesitas, usia ekstrim, penyakit ginjal dan hipertensi
sebelum hamil, hiperplasentosis, dan lain-lain tidak dijumpai.
Sesuai dengan protokol, maka pasien diberi obat-obatan medikamentosa
berupa obat antikejang (MgSO4) dan obat antihipertensi (Nifedipine). MgSO4
diberikan untuk meningkatkan ambang rangsang terhadap kejang, dimana his
pada persalinan merupakan rangsangan kuat untuk terjadinya kejang. Nifedipine
diberikan sebagai obat anti hipertensi, dimana indikasi diberikannya obat
antihipertensi pada pasien ialahdengan tekanan sistolik 160 mmHg dan diastolik
110 mmHg. Selain itu pengelolaan pasien PEB, selain mencegah terjadinya
kejang dan pengobatan hipertensi, juga mencakup pengelolaan cairan karena
penderita memiliki resiko tinggi terjadinya edema paru dan oliguria. Oleh karena
itu, monitoring input cairan dan output cairan sangat penting dan harus dilakukan.
Cara terminasi pilihan pada kasus ini adalah secara pervaginam.
Lahir neonatus hidup, perempuan, BB 2900 gr, PB: 49 cm, Apgar Score 8/9,
STSGA. Lahir lengkap plasenta, BP 500 gram, PTP 50 cm, ukuran 18x19 cm2.
dilakukan eksplorasi tidak didapatkan sisa plasenta. Tidak ada perdarahan aktif,
keadaan umum ibu post partum baik.
1.
27
DAFTAR PUSTAKA
28
11. Sidani, M. dan Siddik-Sayyid, S.M., 2011, Preeclampsia, A New
Perspective in 2011, The Middle East Journal of Anesthesiology, 21 (2),
207 216.
12. Turner, A.J. 2010. Diagnosis and Management of Preeklampsia: an
Update. International Jounal of Womens Health 2 327 -337
13. World Health Organization (WHO). trends in maternal mortality:1990 to
2013;2014[site2015Mei06].www.who.int/reproductivehealth/publication/
monitoring/maternal-mortality-2013/en/
14. WHO, 2006, WHO Recommendations for The Use of Magnesium Sulphate
at The Primary Health Care Level, 1 4, World Health Organizatin,
Geneva.
15. WHO, 2011, WHO Recommendations for Prevention and Treatment of
Preeclampsia and Eclampsia, 4 28, World Health Organization, Geneva
29