Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

Sekitar 50.000 wanita meninggal setiap tahun akibat komplikasi terkait


preeklampsia dan eklampsia (Hezelgrave dkk., 2012). Preeklampsia dan
eklampsia adalah bentuk hipertensi dalam kehamilan yang paling menonjol
sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi (WHO,
2013).
Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi disertai proteinuria,
merupakan suatu gangguan multisistem yang terjadi setelah usia kehamilan 20
minggu. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang.
Preeklampsia dan eklampsia berkontribusi terhadap 10 15% dari total kematian
ibu di dunia. Sebagian besar kematian di negara berkembang diakibatkan oleh
eklampsia, sementara di negara maju lebih sering disebabkan oleh komplikasi dari
preeklampsia (Turner, 2010). Eklampsia menduduki urutan kedua setelah
perdarahan sebagai penyebab utama kematian ibu di Indonesia pada tahun 2010
(Hernawati, 2011).
Etiologi dan patofisiologi preeklampsia masih belum dapat dipahami
dengan jelas sehingga menjadi tantangan dalam pencegahan penyakit tersebut.
Strategi untuk mengatasi preeklampsia dan komplikasinya difokuskan pada
deteksi dini penyakit dan tatalaksana terapi yang tepat. Tatalaksana terapi
preeklampsia dan eklampsia bergantung pada ketersediaan pelayanan obstetri
emergensi termasuk antihipertensi, magnesium sulfat (antikonvulsan), dan
fasilitas yang diperlukan untuk persalinan (Hezelgrave dkk., 2012). Pengontrolan
tekanan darah ibu dengan antihipertensi penting untuk menurunkan insidensi
perdarahan serebral dan mencegah terjadinya stroke maupun komplikasi
serebrovaskular lain akibat preeklampsia dan eklampsia (Sidani dan Siddik-
Sayyid, 2011). Antikonvulsan diberikan untuk mencegah terjadinya kejang pada
preeklampsia dan mengatasi kejang pada eklampsia (Duley dkk., 2010).
Laporan terakhir menunjukkan bahwa guideline-guideline hipertensi
dalam kehamilan harus dapat mengidentifikasi batas tekanan darah yang

1
memerlukan terapi antihipertensi dan pemilihan antihipertensi yang efektif serta
aman digunakan pada masa kehamilan (Lewis, 2007). Obat harus aman, efektif,
dan digunakan secara rasional untuk menghasilkan efek yang diinginkan. Terapi
dengan obat pada masa kehamilan memerlukan perhatian khusus karena ancaman
efek teratogenik obat dan perubahan fisiologis pada ibu sebagai respon terhadap
kehamilan. Obat dapat menembus sawar plasenta dan masuk ke dalam sirkulasi
darah janin (Sharma dkk., 2006; Schellack dan Schellack, 2011). Pemilihan obat-
obatan selama kehamilan harus mempertimbangkan rasio manfaat dan risiko bagi
ibu maupun janin untuk menghasilkan terapi yang aman dan rasional (Schellack
dan Schellack, 2011) sehingga dapat mengoptimalisasi pelayanan kesehatan
dalam memberikan terapi pada wanita hamil dengan gangguan hipertensi untuk
menurunkan morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi (WHO, 2011).

2
BAB II
STATUS PASIEN

I IDENTIFIKASI
Nama : Ny. H Binti S
Tanggal Lahir / Umur : 20 Januari 1996 / 21 tahun
Alamat : Jl. Pulau Sari II, Kel. Bukit Sangkal Kec.
Kalidoni, Kota Palembang
Suku : Sumatera
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Status : Menikah
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
MRS : 21 Mei 2017 (02:37:11)
No. RM : 1006974
Nama Suami : Tn. R
Pekerjaan Suami : Buruh

II ANAMNESIS (Tanggal 21 Mei 2017)


Keluhan Utama
Mau melahirkan dengan hamil cukup bulan dan darah tinggi.

Riwayat Perjalanan Penyakit


Sejak 1 hari SMRS, os mengeluh perut mulas yang menjalar ke
pinggang hilang timbul yang semakin lama durasinya semakin lama,
semakin sering, semakin kuat, dan tidak hilang dengan berjalan. Os
kemudian berkunjung ke bidan untuk melahirkan dan dikatakan memiliki
darah tinggi sehingga harus dirujuk ke rumah sakit.
Sejak 2 jam SMRS, os mengeluh keluar air-air dari kemaluan, cairan
jernih dan tidak berbau. Riwayat keluar darah lendir (+). Riwayat darah

3
tinggi sebelum hamil (-), riwayat darah tinggi pada kehamilan ini (-).
Riwayat nyeri ulu hati (-), riwayat mual muntah (+), riwayat pandangan
mata kabur (-), riwayat kejang (-), riwayat sakit kepala (-). Os mengaku
hamil cukup bulan dan gerakan janin masih dirasakan, terutama di perut
bagian bawah.

Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat kencing manis disangkal
- Riwayat asma dan alergi disangkal
- Riwayat darah tinggi dan penyakit jantung disangkal.
- Riwayat penyakit menular seksual disangkal

Riwayat Dalam Keluarga


Riwayat darah tinggi dalam keluarga disangkal.

Status Sosial Ekonomi dan Gizi


Sedang

Status Perkawinan
Menikah satu kali, lamanya 1 tahun

Status Reproduksi
Menarche : Usia 13 tahun
Siklus haid : 28 hari, teratur, lamanya 7 hari
Banyaknya : 2x ganti pembalut.
HPHT : 20 Agustus 2016

Status Persalinan
G1P0A0 : 1. Hamil ini

Riwayat Penggunaan KB
Tidak ada
Riwayat Pengobatan
Disangkal

III PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 21 Mei 2017)


PEMERIKSAAN FISIK UMUM
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis

4
Tekanan Darah : 160/110 mmHg
Nadi : 98 x/ menit, regular, isi dan tegangan cukup
Respirasi : 18 x/menit, reguler
Suhu : 36,5oC
Berat Badan : 64 kg
Tinggi Badan : 155 cm

PEMERIKSAAN KHUSUS
Kepala Normosefali, simetris, ekspresi tampak sakit ringan, warna
rambut hitam, rambut mudah dicabut (-)
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
bulat isokor, refleks cahaya (+/+), diameter 3mm/3mm.
Hidung : Tampak luar tidak ada kelainan, septum deviasi (-), cavum
nasi lapang, tidak keluar cairan, epistaksis (-).
Telinga : Tampak luar tidak ada kelainan, kedua meatus acusticus
externus lapang, tidak ada keluar cairan.
Mulut : Bibir kering (-), gusi berdarah (-), lidah pucat (-), atrofi papil
(-), tonsil T1/T1 tenang, faring tidak hiperemis.
Leher : JVP (5-2) cmH2O, struma (-), pembesaran KGB (-).
Thoraks
Paru-paru : I: Statis: simetris, tidak ada dada yang tertinggal.
dinamis: kiri sama dengan kanan, tidak ada dada yang
tertinggal. Tidak ada otot bantu pernapasan tambahan,
retraksi dinding dada (-)
P: Nyeri tekan (-), stem fremitus kanan = kiri
P: Sonor pada kedua lapangan paru
A: Vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing(-/-)
Jantung : I: Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis tidak teraba
P: Batas atas ICS II, batas kanan ICS IV linea sternalis
dextra, batas kiri ICS V linea midclavicularis sinistra
A: HR 98 x/menit, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : I: Cembung.
Pemeriksaan lain lihat pemeriksaan obstetrik
Ekstremitas : Akral hangat, palmar eritem (-/-), edema pretibial (-/-), akral
pucat (-/-), sianosis (-). poikilonikia (-), ptekie (-), ekimosis
(-)

5
PEMERIKSAAN OBSTETRIK
Pemeriksaan Luar
Inspeksi : Cembung
Palpasi : Tinggi fundus uteri 2 jari bawah processus xyphoideus (32
cm), memanjang, punggung kiri, kepala, penurunan 5/5, His 2x/10/35, DJJ
138 x/menit, TBJ 2945 gram.

Pemeriksaan Dalam
Inspekulo
Portio livide, OUE tertutup, fluor (-), fluksus (+) ketuban tidak aktif, E/L/P
(-), lakmus test (+) merah menjadi biru.
Vaginal toucher
Portio lunak, letak posterior, eff 75%, pembukaan 0 cm, ketuban (-), kepala
dan penunjuk sulit dievaluasi.
IV PEMERIKSAAN TAMBAHAN
Pemeriksaan Laboratorium (21 Mei 2017 pukul 04:21:27)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematologi
Hb 11,0 mg/dl 11,4-15,0 mg/dl
RBC 4,01 juta/m3 4,0-5,7 juta/m3
WBC 10100/m3 4,73-10,89 x 103/m3
Ht 35% 35-45 %
Trombosit 267.000/m3 189-436 x 103/m3
Diff. Count
Basofil 0 0-1%
Eosinofil 4 1-6%
Netrofil 70 50-70%
Limfosit 17 20-40%
Monosit 8 2-8%
Kimia Darah
SGOT 18 U/L 0-32 U/L
SGPT 375 U/L 240-480 U/L
Gula darah sewaktu 1162 mg/dL < 200 mg/dL
Ureum 11 16,6-48,5 mg/dL
Asam urat 4,60 < 5,7 mg/dL

6
Kreatinin 0,41 0,50-0,90 mg/dL
Kalsium 8,2 mg/dL 8,8-10,2 mg/dL
Magnesium 1,55 1,4-2,1 mEq/L
Natrium 142 135-155 mEq/L
Kalium 3,8 3,5-5,5 mEq/L
Urinalisis
Warna Kuning muda Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Berat jenis 1,020 1,003 1,030
pH 6,0 5-9
Protein Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Darah Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen 1 0,1 1,8
Nitrit Negatif Negatif
Leukosit esterase Negatif Negatif
Sedimen urine
Epitel Positif + Negatif
Leukosit 0-1 0-5
Eritrosit 0-1 0-1
Silinder Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Mukus Positif + Negatif
Jamur Negatif Negatif

Test Dipstick
Protein (++)

Pemeriksaan USG
- Tampak janin tunggal hidup presentasi kepala
- Biometri :
Biparental Diameter (BPD) : 9,18 cm
Head Circumference (HC) : 32,29 cm
Abdominal Circumference (AC) : 31,79 cm
Femur Length (FL) : 7,80 cm
Estimation Fetal Weight (EFW) : 2958 gr
- Plasenta di corpus posterior
- Ketuban cukup, AFI 2,2 cm

7
Kesimpulan : hamil 39 minggu janin tunggal hidup presentasi kepala

Indeks Gestosis
0 1 2 3

Edema sesudah
Tidak ada Pre-tibial Umum -
istirahat baring

Proteinuria + ++ +++ ++++


kuantitatif
Esbach (gr%) (<0,5) (0,5-2) (2-5) (>5)

TD sistolik <140 140-160 160-180 >180

TD diastolik <90 90-100 100-110 >110

Indeks gestosis : MRS (21/05/2017 pukul 02.37 WIB) : 5

V DIAGNOSIS KERJA
G1P0A0 hamil 39 minggu belum inpartu dengan PEB, janin tunggal hidup
presentasi kepala.

VI PROGNOSIS
Prognosis Ibu : dubia ad bonam
Prognosis Janin : dubia ad bonam

VII TATALAKSANA (Planning / P)


Observasi TTV, HIS, DJJ, tanda inpartu
Observasi balance cairan dan diuresis pasang kateter menetap
Stabilisasi
IVFD RL gtt xx/menit
Inj. MgSO4 sesuai protokol (injeksi pertama i.m 8 gr, 4 gr boka dan 4
gr boki selanjutnya i.m 4 gr boka atau boki tiap 6 jam hingga 24
jam postpartum)
Nifedipin 3x10 mg p.o
Konsul PDL & Mata
Evaluasi sesuai satgas gestosis
Rencana Partus Pervaginam

8
VIII LAPORAN PERSALINAN
21 Mei 2017
Jenis Persalinan :
Pervaginam
Pada pukul 11:20 : tampak parturien ingin mengedan kuat. Portio tidak
teraba. Pembukaan lengkap. Kepala. Ketuban (-). Hodge III+, penunjuk
UUK kanan depan.
Pukul 11:30
Lahir neonatus hidup, perempuan, BB 2900 gr, PB: 49 cm, Apgar Score 8/9,
LK 34 cm, anus (+), mekonium (-), dilakukan manajemen aktif kala III,
injeksi oksitosin 10 IU, perdarahan uterus (-), peregangan tali pusat.
Pukul 11:35
Lahir lengkap plasenta, BP 500 gram, PTP 50 cm, ukuran 18x19 cm 2,
dilakukan eksplorasi tidak didapatkan sisa plasenta. Perdarahan aktif (-).
dilakukan penjahitan jalan lahir. Keadaan umum ibu post partum baik.

9
IX FOLLOW UP
(21 Mei 2017, 05:00 WIB)
S Mau melahirkan dengan hamil cukup bulan dan darah tinggi
O St.Present
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Sensorium : compos mentis
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Resp rate : 20 x/menit
Suhu : 36,6C
St. Obstetrik
PL : FUT 2 jbpx (32 cm), memanjang, puki, kepala, penurunan 3/5,
His 2x/10/35, DJJ 142 x/menit, TBJ 2945 gram.
VT : Portio lunak, medial, eff 75%, pembukaan 3 cm, ketuban (+),
kepala Hodge I-II, dan penunjuk sutura sagitalis lintang.

IG : 3 (edema (-), protein urin (+), sistole (150), diastole (90))


A G1P0A0 hamil 39 minggu inpartu kala I fase laten dengan PEB JTH
presentasi kepala
P - Observasi TTV, HIS, DJJ, dan kemajuan persalinan
- IVFD RL gtt XX/menit
- Inj MgSO4 40% sesuai protokol
- Nifedipin 10 mg/8 jam
- Drip akselerasi dengan oksitosin 5 IU gtt XX/menit sampai his
adekuat
- Rencana persalinan pervaginam

10
(21 Mei 2017, 08:00 WIB)
S Mau melahirkan dengan hamil cukup bulan dan darah tinggi
O St.Present
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Sensorium : compos mentis
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Nadi : 89 x/menit
Resp rate : 20 x/menit
Suhu : 36,7C
St. Obstetrik
PL : FUT 2 jbpx (32 cm), memanjang, puki, kepala, penurunan 2/5,
His 3x/10/35, DJJ 136 x/menit, TBJ 2945 gram.
VT : Portio lunak, anterior, eff 100%, pembukaan 6 cm, ketuban (+),
kepala Hodge II-III, dan penunjuk SSL.
A G1P0A0 hamil 39 minggu inpartu kala I fase aktif dengan PEB JTH
presentasi kepala
P - Observasi TTV, HIS, DJJ, dan kemajuan persalinan
- IVFD RL gtt XX/menit
- Inj MgSO4 40% sesuai protokol
- Nifedipin 10 mg/8 jam
- Drip akselerasi dengan oksitosin 5 IU gtt XX/menit sampai his
adekuat
- Rencana persalinan pervaginam

11
(21 Mei 2017, 10.00WIB)

S Mau melahirkan dengan hamil cukup bulan dan darah tinggi


O St.Present
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Sensorium : compos mentis
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 94 x/menit
Resp rate : 20 x/menit
Suhu : 36,7C
St. Obstetrik
PL : FUT 2 jbpx (32 cm), memanjang, puki, kepala, penurunan 1/5,
His 4x/10/40, DJJ 140 x/menit, TBJ 2945 gram.
VT : Portio lunak, anterior, eff 100%, pembukaan 8 cm, ketuban (+),
kepala Hodge III-IV, dan penunjuk UUK.

IG : 1 (edema (-), protein urin (+), sistole (130), diastole (80))


A G1P0A0 hamil 39 minggu inpartu kala I fase aktif dengan PEB JTH
presentasi kepala
P - Observasi TTV, HIS, DJJ, dan kemajuan persalinan
- IVFD RL gtt XX/menit
- Inj MgSO4 40% sesuai protokol
- Nifedipin 10 mg/8 jam
- Drip akselerasi dengan oksitosin 5 IU gtt XX/menit sampai his
adekuat
- Rencana persalinan pervaginam

12
(21 Mei 2017, 11.30WIB)

S Mau melahirkan dengan hamil cukup bulan dan darah tinggi


O St.Present
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Sensorium : compos mentis
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 96 x/menit
Resp rate : 20 x/menit
Suhu : 36,7C
St. Obstetrik
PL : FUT 2 jbpx (32 cm), memanjang, puki, kepala, penurunan 0/5,
His 4x/10/40, DJJ 142 x/menit, TBJ 2945 gram.
VT : Portio lunak, anterior, eff 100%, pembukaan 10 cm, ketuban
(+), kepala Hodge III-IV, dan penunjuk UUK.

IG : 1 (edema (-), protein urin (+), sistole (130), diastole (80))


A G1P0A0 hamil 39 minggu inpartu dengan PEB JTH presentasi
kepala
P - Informed consent
- Pimpin persalinan
- IVFD RL gtt XX/m

13
(21 Mei 2017, 12.30WIB)

S Habis melahirkan dengan darah tinggi


O St.Present
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Sensorium : compos mentis
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Resp rate : 20 x/menit
Suhu : 36,6C
St. Obstetrik
PL : FUT 2 jbpx, kontraksi baik, perdarahan aktif (-), lochia (+)
rubra, vulva tenang, luka hecting episiotomi tenang
A P1A0 post partum spontan dengan PEB
P - Observasi perdarahan, kontraksi, TTV
- IVFD RL gtt xx/menit
- Kateter urin menetap 24 jam post partum
- ASI on demand
- Mobilisasi bertahap
- Vulva higiene
- Diet rendah garam
- Medikamentosa : - Injeksi MgSO4 40 % sesuai protokol
- Cefadroxil 500 mg/ 12 jam p.o
- Asam mefenamat 500 mg
- Metildopa 250 mg/ 8 jam p.o
- Neurodex 1 tab / 24 jam

14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN


3.1.1 Definisi
Hipertensi dalam kehamilan adalah peningkatan tekanan darah selama
kehamilan yang timbul dengan tekanan sistolik paling rendah 140 mmHg atau
tekanan diastolik paling rendah 90 mmHg, yang diukur sedikitnya tiap 4 jam pada
wanita yang sebelumnya normotensi. Definisi hipertensi berat adalah peningkatan
tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg (sistolik) atau 110 mmHg
(diastolik).2

3.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi yang dipakai di Indonesia adalah berdasarkan Report of The
National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood
Pressure in Pregnancy tahun 2001, ialah:6
1 Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20
minggu dan menetap sampai 12 minggu pasca persalinan.
2 Preeklampsia-eklampsia. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah
20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. Eklampsia adalah
preeklampsia berat yang disertai dengan kejang-kejang dan/atau koma.
3 Superimposed preeklampsia adalah hipertensi kronik yang disertai tanda-
tanda preeklampsia atau hipertensi kronik disertai proteinuria.
4 Hipertensi gestasional (transient hypertension)adalah hipertensi yang timbul
setelah umur kehamilan 20 minggu tanpa disertai proteinuria dan hipertensi
menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan atau kehamilan dengan tanda-
tanda preeklampsia tanpa proteinuria.
Sebagai batasan yang disebut hipertensi dalam kehamilan adalah kenaikan
tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 mmHg pada
dua kali pemeriksaan yang berjarak 4 jam atau lebih dan proteinuria, jika protein
dalam urine melebihi 0,3 gr/24 jam atau dengan pemeriksaan kualitatif minimal
positif (+) satu.

15
3.1.3 Faktor Risiko
Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya hipertensi dalam
kehamilan, yang dapat dikelompokkan dalam faktor risiko sebagai berikut:2,6
1 Umur > 40 tahun
2 Nullipara
3 Multipara dengan riwayat preeklampsia sebelumnya
4 Multipara dengan kehamilan oleh pasangan baru
5 Multipara yang jarak kehamilan sebelumnya 10 tahun atau lebih
6 Riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan
7 Kehamilan multipel
8 IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus)
9 Hipertensi Kronik
10 Penyakit Ginjal
11 Sindrom antifosfolipid (APS)
12 Kehamilan dengan inseminasi donor sperma, oosit atau embrio
13 Obesitas sebelum hamil

3.2 PREEKLAMPSIA
3.2.1 Penegakkan Diagnosis
Penegakkan diagnosis preeklampsia dibagi dalam golongan ringan dan
berat. Berikut ini merupakan penggolongannya:6
1. Preeklampsia Ringan
Preeklampsia ringan didiagnosis berdasarkan atas timbulnya hipertensi
disertai proteinuria dan/ atau edema setelah kehamilan 20 minggu.

a Hipertensi: tekanan sistolik/diastolik 140/90 mmHg


b Proteinuria: 300 mg dalam 24 jam
c Edema: edema generalisata
2. Preeklampsia Berat
Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik

160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110 mmHg disertai

proteinuria 5 gram dalam 24 jam. Preeklampsia digolongkan


preeklampsia berat bila ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut:6
a Tekanan darah mencapai 160/110 mmHg. Tekanan darah ini tidak
menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan sudah
menjalani tirah baring

16
b Proteinuria 5 g/ 24 jam
c Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam
d Kenaikan kadar kreatinin plasma
e Gangguan visus: skotoma dan pandangan kabur
f Gangguan otak: nyeri kepala dan edema serebri
g Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat
teregangnya kapsula Glisson)
h Edema paru-paru dan sianosis
i Hemolisis mikroangiopatik
j Trombositopenia berat: 100.000 sel/ mm3 atau penurunan
trombosit dengan cepat
k Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoseluler): peningkatan kadar
alanin dan aspartate aminotransferase
l Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat
m Sindrom HELLP

Preeklampsia berat yang disertai dengan kejang menyeluruh dan koma


disebut eklampsia. Sebelumnya terdapat gejala-gejala prodorma akan terjadinya
kejang yang disebut sebagai impending eclampsia.Gejala-gejalaimpending
eclampsiaberupa berupa nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah,
nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan darah.

3.2.2 Etiologi
Penyebab preeklampsia meliputi banyak faktor, antara lain faktor ibu,
plasenta, dan janin.Etiologi yang dianggap penting mencakup invasi trofoblastik
abnormal pada pembuluh darah uterus, toleransi imunologis yang bersifat
maladaptif, maladaptasi maternal terhadap perubahan kardiovaskulerdan faktor-
faktor genetik.2,6

3.2.3 Patofisiologi
Penyebab preeklampsia hingga kini belum diketahui dengan jelas. Banyak
teori mengemukakan tentang terjadinya preeklampsia, tetapi tidak ada satu pun

17
dari teori tersebut yang dianggap mutlak benar. Teori-teori yang sekarang banyak
dianut adalah sebagai berikut:2,6,7
1 Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta
Pada preeklampsia tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan arteri
spiralis dan jaringan matriks sekitarnya (Gambar 1). Lapisan otot arteri
spiralis tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak mungkin
untuk mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis relatif
mengalami vasokonstriksi, dan terjadi kegagalan remodeling arteri
spiralis. Lalu, aliran darah uteroplasenta menurun hingga terjadi hipoksia
dan iskemia plasenta. Dampak iskemia plasenta akan menimbulkan
perubahan-perubahan lainnya

Gambar 1. Invasi trofoblas.7

2 Teori Iskemia Plasenta, Radikal Bebas, dan Disfungsi Endotel


a. Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/ radikal bebas
Kegagalan invasi trofoblas akan mengakibatkan plasenta iskemik.
Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan
oksidan atau radikal bebas. Salah satu oksidan yang dihasilkan plasenta
iskemia adalah radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap
membran sel endotel pembuluh darah. Membran sel endotel akan rusak
sehingga komponen asam lemak tidak jenuh berubah menjadi peroksida
lemak. Peroksida lemak tidak hanya merusak membran sel, tapi juga akan
merusak nukleus, dan protein sel endotel

18
b. Disfungsi sel endotel
Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi
kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari membran sel
endotel. Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terjadinya
disfungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel. Keadaan
ini disebut disfungsi endotel. Pada waktu terjadi kerusakan sel endotel
yang mengakibatkan disfungsi sel endotel, maka akan terjadi:
Gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi sel
endotel, adalah memproduksi prostaglandin sehingga produksi
prostasiklin (PGI2) suatu vasodilator kuat akan turun
Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami
kerusakan. Agregasi trombosit ini adalah untuk menutup tempat-
tempat di lapisan endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi
trombosit memproduksi tromboksan (TXA2) suatu vasokonstriktor
kuat. Dalam keadaan normal perbandingan kada
prostasiklin/tromboxan lebih tinggi kadar prostasiklin (lebih tinggi
vasodilator). Pada preeklampsia kadar tromboksan lebih tinggi dari
kadar prostasiklin sehingga terjadi vasokonstriksi dengan terjadi
kenaikan tekanan darah
Perubahan khas pada sel endotel kapiler glomerulus (glomerular
endotheliosis)
Peningkatan permeabilitas kapiler
Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor, yaitu endotelin yang
bersamaan dengan turunnya Nitric Oxide (NO)
Peningkatan faktor koagulasi.

2. Teori Intoleransi Imunologi antara Ibu dan Janin


Pada plasenta preeklampsia, terjadi penurunan ekspresi Human Leucocyte
Antigen-G (HLA-G). Berkurangnya HLA-G akan menghambat invasi
trofoblas ke dalam desidua. Selain itu, penurunan ekspresi HLA-G juga
berperan terhadap penolakan hasil konsepsi (plasenta).

3. Teori Adaptasi Kardiovaskular Genetik

19
Pada preeklampsia, akan terjadi kehilangan daya refrakter terhadap bahan
vasokonstriktor, dan peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan
vasopresor. Banyak peneliti telah membuktikan bahwa peningkatan
kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor pada hipertensi dalam
kehamilan sudah terjadi pada trimester I (pertama).

3.2.4 Komplikasi
Komplikasi terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita preeklamsia dan eklampsia.8

3.2.5 Tatalaksana
1. Terapi Medikamentosa
Medikamentosa yang diberikan untuk menangani kejang, hipertensi, dan
edema.6,9
a.
Obat Anti Kejang
-
Magnesium sulfat
Loading dose : initial dose : diberikan 4 gram(40% dalam 10 cc) i.v,
selama 15 menit.
Maintenance dose : diberikan infus 6 gram dalam larutan RL/ 6 jam,
atau diberikan 4-5 gram i.m. Selanjutnya dapat diberikan diberikan 4
gramMgSO4 i.m tiap 4-6 jam.
Akan tetapi, sebelum pemberian MgSO4, harus diperhatikan syarat-
syarat pemberian sebagai berikut:

Tersedia antidotum MgSO4 bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium
glukonas 10% =1g (10% dalam 10cc) diberikan i.v dalam 3
menit.

Refleks patella (+) kuat.

Frekuensi pernapasan > 16 kali/menit, tidak ada tanda-tanda
distresss napas.

Urine output >100 cc
Perlu diketahui bahwa magnesium sulfat harus dihentikan bila
terdapat tanda-tanda intoksikasi setelah 24 jam pasca persalinan atau
24 jam setelah kejang berakhir.
- Diazepam
Initial dose : diberikan 10mg i.v, selama 2 menit.

20
Maintenance dose : diberikan infus 40 mg dalam 500 ml larutan
Ringer laktat dan tidak melebihi 100 mg/ 24 jam.

b. Obat Anti Hipertensi


- Antihipertensi lini pertama : Nifedipin, dosis 10 - 20 mg per oral,
diulangi setelah 30 menit, maksimum 120 mg dalam 24 jam.
- Antihipertensi lini kedua :
Sodium nitroprusside: 0,25g i.v/kg/menit, infus: ditingkatkan
0,25g i.v/kg/ 5 menit,
Diazokside : 30-60mg i.v/ 5 menit: atau i.v infus
10mg/menit/dititrasi.
Obat anti hipertensi golongan diuretik tidak diberikan secara rutin
kecuali terdapat edema paru, payah jantung kongestif atau edema
anasarka. Diuretik yang umumnya digunakan ialah furosmide.

2. Pengelolaan Obstetrik
a. Aktif (Terminasi)
Tindakan aktif, yaitu kehamilan diakhiri (diterminasi) tanpa
memandang umur kehamilan dilakukan dengan indikasi sebagai
berikut:
- Keadaan ibu
Kehamilan >37 minggu
Adanya tanda impending eklampsia
Perawatan konservatif gagal : 6 jam setelah pengobatan medisinal
terjadi kenaikan TD atau 24 jam setelah pengobatan medisinal
gejala tidak berubah.
- Keadaan janin
Adanya tanda gawat janin
Adanya pertumbuhan janin terhambat (IUGR)
- Laboratorium : adanya tanda-tanda sindrom HELLP
Kehamilan diterminasi setelah hemodinamika dan metabolisme ibu
stabil. Stabilisasi dicapai dalam 4-8 jam setelah salah satu keadaan
berikut :

- Pemberian obat kejang terakhir

- Kejang terakhir
- Pemberian obat anti hipertensi terakhir

21
- Penderita mulai sadar
Cara mengakhiri kehamilan (terminasi) dilakukan berdasarkan
keadaan obstetrik pada waktu itu, apakah sudah inpartu atau belum. Bila
belum inpartu maka lakukan induksi persalinan (amniotomi, drip
oksitosin dengan syarat skor Bishop 5) dan tindakan seksio cecarea (SC)
dipilih bila syarat drip oksitosin tidak terpenuhi (12 jam sejak drip
oksitosin belum masuk fase aktif). Bila inpartu kala I (fase laten), dalam
6 jam tetap pada fase laten maka dilakukan tindakan SC. Sedangkan bila
pada kala I (fase aktif) dilakukan amniotomi dan tetes pitosin namun
dalam 6 jam pembukaaan masih tidak lengkap, maka sebaiknya
dilakukan tindakan SC. Kala II (tindakan dipercepat sesuai dengan
syarat yang dipenuhi).2,6 Pada pasien eklampsia dianjurkan untuk
melakukan persalinan secara seksio sesaria. Indikasi untuk sesio sesaria
adalah serviks masih lancip, tertutup pada primigravida, kepala janin
masih tinggi, dan atau adanya prasangkaan disproporsi sefalopelvik.2,6,9
3. Konservatif
Tindakan konservatif dilakukan dengan indikasi kehamilan preterm <37
minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia dan keadaan janin
baik.2,6,9
Algoritma Tatalaksana

22
Gambar 2. Algoritma tatalaksana preeklampsia tanpa gejala berat.2
Algoritma Tatalaksana Preeklampsia Berat

23
Gambar 3. Algoritma tatalaksana preeklampsia berat

24
3.2.6 Prognosis
Dubia (Tergantung indeks gestosis, makin tinggi indeks gestosis makin
jelek prognosis).

Tabel 1. Indeks Gestosis


0 1 2 3

Edema sesudah istirahat Tidak


Pre-tibial Umum -
baring ada

Proteinuria kuantitatif + ++ +++ ++++

Esbach (gr%) (<0,5) (0,5-2) (2-5) (>5)

TD sistolik <140 140-160 160-180 >180

TD diastolik <90 90-100 100-110 >110

25
BAB IV
ANALISIS KASUS

Ny. H Binti S usia 21 tahun G1P0A0 hamil 39 minggu dirujuk ke RSMH


dengan keluhan mau melahirkan dengan hamil cukup bulan dan darah tinggi. Pada
riwayat perjalanan penyakitnya didapatkan Sejak 1 hari SMRS, os mengeluh
perut mulas yang menjalar ke pinggang hilang timbul yang semakin lama
durasinya semakin lama, semakin sering, semakin kuat, dan tidak hilang dengan
berjalan. Os kemudian berkunjung ke bidan untuk melahirkan dan dikatakan
memiliki darah tinggi sehingga harus dirujuk ke rumah sakit. Sejak 2 jam
SMRS, os mengeluh keluar air-air dari kemaluan, cairan jernih dan tidak berbau.
Riwayat keluar darah lendir (+). Riwayat darah tinggi sebelum hamil (-), riwayat
darah tinggi pada kehamilan ini (-). Riwayat nyeri ulu hati (-), riwayat mual
muntah (+), riwayat pandangan mata kabur (-), riwayat kejang (-), riwayat sakit
kepala (-). Hal ini menunjukkan kemungkinan adanya tanda-tanda inpartu. Os
mengaku hamil cukup bulan dan gerakan janin masih dirasakan. Hal ini
menunjukkan kemungkinan janin hidup.
Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah pada pasien 160/110
mmHg, dan pemeriksaan tanda vital lain seperti nadi, frekuensi nafas dan suhu
dalam batas normal. Hasil anamnesis dan pemeriksaan tanda vital tersebut
mengarahkan diagnosis ibu ini kepada hipertensi dalam kehamilan. Apabila dilihat
dari usia kehamilan ibu yang sudah 39 minggu dapat menyingkirkan diagnosis
hipertensi kronik dan superimposed preeklampsia (Hamil < 20 minggu). Selain itu
pada pemeriksaan fisik dalam batas normal dan pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan proteinuria ++. Dengan didapatkannya tanda adanya hipertensi,
proteinuria, maka pasien ini didiagnosis preeklampsia berat karena memenuhi
kriteria dari preeklampsia berat yaitu tekanan sistolik 160 mmHg dan diastolik
110 mmHg, dan proteinuria ++.
Pada pemeriksaan luar didapatkan tinggi fundus uteri 2 jari di bawah
prosesus xiphoideus (32 cm), dengan bagian yang berada pada bagian fundus uteri
adalah bokong. Letak memanjang, punggung teraba disebelah kiri, bagian

26
terbawah adalah kepala, dapat disimpulkan janin cukup bulan dan berada pada
presentasi kepala.
Detak jantung janin 138 x/menit menyingkirkan kemungkinan kegawatan
janin, dan taksiran berat janin 2945 gram sehingga dapat diperkirakan berat janin
ibu ini berat bayi lahir normal sesuai usia kehamilan.
Pada pemeriksaan dalam didapatkan portio lunak, letak posterior,
pembukaan 0 cm, kepala dan penunjuk sulit dievaluasi, ketuban (-). Hal ini
menunjukkan bahwa saat pasien baru datang belum menunjukkan tanda-tanda
inpartu.
Dengan adanya kehamilan disertai tekanan darah tinggi dan proteinuria
maka dapat ditegakkan diagnosis pasien ini yaitu G1P0A0 hamil 39 minggu belum
inpartu dengan PEB janin tunggal hidup presentasi kepala.
Faktor risiko yang memungkinkan terjadinya PEB pada pasien ini yaitu
primigravida. Sedangkan faktor risiko lainnya seperti, riwayat keluarga pernah
preeklampsia/eklampsia, obesitas, usia ekstrim, penyakit ginjal dan hipertensi
sebelum hamil, hiperplasentosis, dan lain-lain tidak dijumpai.
Sesuai dengan protokol, maka pasien diberi obat-obatan medikamentosa
berupa obat antikejang (MgSO4) dan obat antihipertensi (Nifedipine). MgSO4
diberikan untuk meningkatkan ambang rangsang terhadap kejang, dimana his
pada persalinan merupakan rangsangan kuat untuk terjadinya kejang. Nifedipine
diberikan sebagai obat anti hipertensi, dimana indikasi diberikannya obat
antihipertensi pada pasien ialahdengan tekanan sistolik 160 mmHg dan diastolik
110 mmHg. Selain itu pengelolaan pasien PEB, selain mencegah terjadinya
kejang dan pengobatan hipertensi, juga mencakup pengelolaan cairan karena
penderita memiliki resiko tinggi terjadinya edema paru dan oliguria. Oleh karena
itu, monitoring input cairan dan output cairan sangat penting dan harus dilakukan.
Cara terminasi pilihan pada kasus ini adalah secara pervaginam.
Lahir neonatus hidup, perempuan, BB 2900 gr, PB: 49 cm, Apgar Score 8/9,
STSGA. Lahir lengkap plasenta, BP 500 gram, PTP 50 cm, ukuran 18x19 cm2.
dilakukan eksplorasi tidak didapatkan sisa plasenta. Tidak ada perdarahan aktif,
keadaan umum ibu post partum baik.
1.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Angsar, M.D., 2010, Hipertensi Dalam Kehamilan, dalam Saifudin, A.B.,


Rachimhadi, T., dan Wiknjosastro, G.H., (Eds.), Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo, Edisi IV, 530 561, Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta.
2. Cunningham, F.G., Gant, N.F., Leveno, K.J., Gilstrap, L.C., Hauth, J.C.,
dan Wenstrom, K.D., 2001, Obstetri Williams, diterjemahkan oleh
Hartono, A., Suyono, J.Y., dan Pendit, B.U., Edisi XXI, Volume I, 624
673, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
3. Duley, L., Henderson-Smart. D.J., Walker. G.J.A., dan Chou, D., 2010,
Magnesium Sulphate Versus Diazepam for Eclampsia (Review), Cochrane
Database of Systematic Reviews, 12, 1 14.
4. Hernawati, I., 2011, Analisis Kematian Ibu di Indonesia Tahun 2010
Berdasarkan Data SDKI, Riskesdas, dan Laporan Rutin KIA, disampaikan
pada Pertemuan Teknis Kesehatan Ibu di Bandung, 6 April 2011.
5. Hezelgrave, N.L., Duffy, S.P., dan Shennan, A.H., 2012, Preventing The
Preventable: Pre-eclampsia and Global Maternal Mortality, Obstetrics,
Gynaecology, and Reproductive Medicine, 22 (6), 170 172.
6. Lewis, G., 2007, Saving Mothers Lives: Reviewing Maternal Deaths to
Make Motherhood Safer 2003 2005, 72 85, Confidential Enquiry Into
Maternal and Child Health, London
7. Norwitz, E.R. dan Schorge, J.O., 2006, At A Glance Obstetri dan
Ginekologi, diterjemahkan oleh Artsiyanti E.P., D., Edisi II, 74 75, 88
89, Penerbit Erlangga, Jakarta.
8. POGI, 2006, Panduan Penatalaksanaan Hipertensi dalam Kehamilan,
Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI, Semarang
9. Schellack, G. dan Schellack, N., 2011, Pharmacotherapy During
Pregnancy Childbirth, and Lactation: Principles to Consider, South African
Pharmaceutical Journal, 78 (3), 12 17.
10. Sharma, R., Kapoor, B., dan Verma, U., 2006, Drug Utilization Pattern
During Pregnancy in North India, Indian Journal of Medical Sciences, 60,
277 287.

28
11. Sidani, M. dan Siddik-Sayyid, S.M., 2011, Preeclampsia, A New
Perspective in 2011, The Middle East Journal of Anesthesiology, 21 (2),
207 216.
12. Turner, A.J. 2010. Diagnosis and Management of Preeklampsia: an
Update. International Jounal of Womens Health 2 327 -337
13. World Health Organization (WHO). trends in maternal mortality:1990 to
2013;2014[site2015Mei06].www.who.int/reproductivehealth/publication/
monitoring/maternal-mortality-2013/en/
14. WHO, 2006, WHO Recommendations for The Use of Magnesium Sulphate
at The Primary Health Care Level, 1 4, World Health Organizatin,
Geneva.
15. WHO, 2011, WHO Recommendations for Prevention and Treatment of
Preeclampsia and Eclampsia, 4 28, World Health Organization, Geneva

29

Anda mungkin juga menyukai