Anda di halaman 1dari 4

Pertumbuhan protocorm like body (PLB) tanaman anggrek, pada umumnya dibagi

menjadi 5 kategori perubahan morfologi, yaitu (1) yellowish plb adalah PLB berwarna putih
kekuningan, transparan, kompak, dan keras; (2) greenish plb adalah PLB berwarna kehijauan;
(3) shootlike bodies adalah PLB yang telah membentuk primordia daun tunggal dan berwarna
hijau muda; (4) tunas adalah PLB yang telah membentuk satu atau dua calon daun dengan
lamina yang jelas, berwarna hijau tua, kadang-kadang dengan nodul calon akar pada bagian
basal; dan (5) planlet adalah bentuk pertumbuhan lebih lanjut dari tunas yang telah
membentuk daun dan akar yang jelas (Dorusposari, 2003).
Dorusposari, B. 2003. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Kinetin dan Naphtalene Asetic Acid
terhadap Pembentukan dan Perkembangan Meristem Ujung Batang Tanaman Anggrek
Hibrida Phalaenopsis Star of Rio secara In Vitro. Skripsi. Fakultas Biologi. UGM.
Yogyakarta.

Menurut Arditti dan Ernst(1993)PLBadalah massa sel yang


menyerupaiprotocorm,sedangkanprotocormadalah suatustruktur yang merupakan
perkembangan dariperkecambahan biji pada anggrek, protocom memiliki hypocotyl seperti
struktur yang terdapat pada bennih tanaman angiospermae (Cribb,1999).

PLBmerupakan bagianvegetatif dari sejumlah anggrek di dalam kulturyang membentuk


struktur yang menyerupaiprotocormberbentuk bulat dan mengkilap, yangdapat diperbanyak
secara tak terbatas atau dapatdiinduksi untuk meregenerasikan tanamanlengkap
(Zulkarnain2009).
Zulkarnain. 2009.Kulturjaringantanaman.Bumi Aksara,Jakarta
.

Pada penelitian ini secara deskriptif diketahui biji yang tumbuh pada media VW relatif
lebih banyak jika dibandingkan dengan biji anggrek yangditumbuhkan pada media KC
maupun MS. Hasil penelitian ini serupa dengan pernyataan yang dikemukakan oleh
[5]bahwa Media tumbuh yang biasa digunakan untuk perkecambahan biji anggrek adalah
media Vacint and Went(VW). Sedangkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh [63],
menjelaskan bahwa media KC merupakan jenis media yang terbaik untuk pertumbuhan
biji anggrek D. capraberdasarkan total persentase pertumbuhan dan perkembangan yang
tertinggi. Sedangkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh [43] menjelaskan bahwa
media dasar MS (Murashige dan Skoog, 1962) menghasilkan persentase
perkecambahan biji dan pertumbuhan protocorm anggrek Phalaenopsis amabilis terbaik
dibandingkan formulasi media yang lain (Knudson C, Vacin dan Went, dan hyponex
hijau).
[5] Bey Y, Syafii W dan Sutrisna. 2006. Pengaruh Pemberian Giberelin (Ga3) Dan Air Kelapa Terhadap
Perkecambahan Bahan Biji Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilisBl) Secara In Vitro. Jurnal Biogenesis Vol.
2(2):41-46. ISSN : 1829-5460
[63] Widiyatmanto, Puput Perdana. 2012. Pengaruh Jenis Media Dan Konsentrasi Naa (Naphthalene
AceticAcid) Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan Biji (Dendrobium capra) J.J Smith Secara In
Vitro.Skripsi. Biologi FMIPA ITS, Surabaya.
[43] Ramadiana, Sri, Rizka Dwi Hidayati, Dwi Hapsoro dan Yusnita. 2007. Pengaruh Pepton Terhadap
Pengecambahan Biji Anggrek(Phalaenopsis amabilis) Dan Dendrobium Hybrids In Vitro. Jurusan Budidaya
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Lampung.

Menurut hasil penelitian Hardiana dkk (2012) rata-rata persentase perkecambahan biji
Dendrobium taurulinum J. J. SmithPada mediaVW sebesar 1,3 %, pada media KC sebesar
0,3 % dan pada media MS sebesar 0 %. Dimana jenis media dan penambahan sukrosa pada
beberapa tingkat konsentrasi tidak memberikan pengaruh dalam pertumbuhan dan
perkecambahan biji Dendrobium taurulinum. Semuanya menunjukkan persentase
pertumbuhan biji yang rendah.
Hardiana. L, Ermavitalini. D dan Nurfadilah. S. 2012. Pertumbuhan dan Perkembangan Biji
Anggrek Dendrobium taurulinum J. J. Smith Pada BeberapaJenis Media dan Konsentrasi
Sukrosa secara In Vitro. Jurnal tidak terpublikasi

PLB adalah tanda biji berkecambah dan berbentuk bulatan yang siap membentuk
pucuk dan akar sebagai awal perkecambahan pada biji yang tidak
memilikiendosperm (Beyet al., 2006)

Menurut penelitian Muawanah (2005) menggunakan tambahan


ekstrak pisang pada media kultur anggrekDendrobium canayo. Ummi
(2008), menggunakan ekstrak pisang ambon 50 gr/Lpada kultur pisang
rajabulu (Musa paradisiaca L.), menghasilkan jumlah tunas sebesar 3,1
tunas, panjang tunas 11,6 cm, jumlah daun sebesar 6,8 daun, panjang
daun 5,9 cm, jumlah akar 8,3 akar, serta panjang akar 9,0cm.

Menurut hasil penelitian Fithriyandini dkk (2015) dengan menggunakan eksplan yang
berasal nodus tangkai anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis) menunjukkan
bahwa media MS dengan penambahan BAP 2,5 ppm menghasilkan jumlah
PLB lebih banyak yaitu 21,67 buah, waktu muncul tunas lebih cepat yaitu 3 MST,
jumlah tunas yang dihasilkan paling tinggi yaitu 3,33 tunas dan juga jumlah daun
yang dihasilkan lebih banyak yaitu 6 helai.
Fithriyandini. A, Maghfoer. M.D., Wardiyat. T. 2015. Pengaruh Media Dasar Dan 6-
Benzylaminopurine (Bap) Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan Nodus
Tangkai Bunga Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis) Dalam Perbanyakan Secara
In Vitro. Jurnal Produksi Tanaman, Volume 3, Nomor 1, Januari2015, hlm. 43-49

Berdasakan hasil penelitian Rupawan dkk (2014) pertumbuhan


anggrekVanda lebih sesuai pada komposisi media VW yang
ditambahkan 2 ppm giberelin dan 250 mLair kelapa per liter media
dengan rata-rata tinggi planlet,jumlah tunas, jumlah daun dan
jumlah akar yang terbentuk masing-masing 1,82cm, 2,55tunas,
2,00helai daundan 2,25helai akar per planlet.
Rupawan. I. M., Basri. Z., dan Bustami. M. 2014. Pertumbuhan
Anggrek Vanda(vanda sp) Pada Berbagai Komposisi
Media Secara In Vitro. e-J.Agrotekbis. 2 (5) : 488-494

Dasar teori yang digunakandalam pelaksanaan teknik kultur


jaringanadalah teori totipotensi,yang dikemukakanoleh
Schleidendan Schwann(Suryowinoto, 1991) yang menyatakan
bahwa setiap sel mempunyai kemampuan totipotensi. Totipotensi
adalah kemampuan setiap sel, dari mana saja sel tersebut diambil,
apabila diletakkan dalam media yang sesuai dan lingkungan yang
sesuai
akan dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang
sempurna, artinya dapat bereproduksi, berkembang biak secara
normal melalui biji atau spora(Sriyanti dan Wijayani, 1994).

Menurut Yusnita (2003), komponen media kultur yang lengkap adalah air
destilata (akuades), hara-hara makro dan mikro,gula (umumnya sukrosa)
sebagai sumber energi, vitamin, asam amino, bahan organik lain, zat
pengatur tumbuh, suplemen berupa bahan-bahan alami, agar-agar atau
gelrite sebagai pemadat media. Menurut Hartmann & Ketser (1983), media
yang paling sering digunakan dalam kultur jaringan adalah media MS (Mu
rashige dan Skoog). Media dengan formulasi MS adalah media yang
paling cocok untuk perkembangan kultur dan organogenesis (Vasil, 1985).
Selain itu media ini memiliki keistimewaan, karena mengandung nitrat,
kalium, danamonianya tinggi (Wetter & Constabel, 1991).

Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Hendaryono (2002),


bahwamasing-masing media mempunyai spesifikasi kecocokan bagi jenis
tanaman

Secara garis besar komponen media kultur terdiri dari bahan anorganik
yang meliputi hara makro, hara mikro,bahan organik yang meliputi zat
pengatur tumbuh (ZPT), karbohidrat, bahan pemadat dan bahan tambahan
lainnya (Wetter, 1991).

Weier et al(1974), melaporkan bahwa apabila dalam perbandingan


sitokinin lebih besar dari auksin, maka hal ini akan memperlihatkan
stimulasi pertumbuhan tunas dan daun. Sebaliknya apabila sitokinin lebih
rendah dari auksin, maka ini akan mengakibatkan stimulasi pada
pertumbuhan akar. Sedangkan apabila perbandingan sitokinin dan
auksinberimbang, maka pertumbuhan tunas, daun dan akar akan
berimbang pula.

Indrianto (2003) menyebutkan bahwa struktur kalus yang remah bersifat embriogenik,
dan yang berwarna hijau menunjukkan kalus yang sehat dan berpotensi untuk
beregenerasi membentuk tanaman. Pembentukan kloroplas (warna hijau pada
tumbuhan) pada protokorm anggrek (dari biji) sangat tergantung dengan adanya gula
karena biji anggrek tidak atau sedikit memiliki cadangan makanan (Arditti, 1991)

Dari hasil penelitian .... media Kn C, VW dan medium pupuk Growmore memberikan
persentase kultur berkecambah sebesar 100% untuk biji Dendrobium, Phalaeonopsis,
Vanda dan Cymbidium. Persentase kultur berkecambah 93,75% terjadi pada media
pupuk Vitabloom sedangkan persentase kultur berkecambah terendah terjadi pada
media MS (>50%). Selain memberikan persentase kultur berkecambah terendah,
waktu perkecambahan terlama (12 MST) juga terjadi pada media MS

Anda mungkin juga menyukai