Anda di halaman 1dari 25

a.

Flow of Care
1. Penerimaan Pasien
Sumber pasien yang dirawat diruang Komering 1.1 berasal dari Intalasi Gawat
Darurat, Poli, Graha Specialis dan ruang rawat lainnya yang berada di
lingkungan rumah sakit umum Mohammad Hoesin Palembang. Perbandingan
penerimaan pasien berdasarkan ideal dan aktual terdapat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.5
Perbandingan Penerimaan Pasien Berdasarkan Ideal dan Aktual
N Ideal Aktual
o
1 Menerima informasi pasien baru Pasien yang dirawat di ruang
(pastikan nama pasien dalam 2 Komering 1.1 berasal dari Intalasi
suku kata, tanggal lahir, Medical Gawat Darurat, Poli, Graha
Record, DPJP, kelas yang Specialis dan ruang rawat lainnya
diinginkan) yang berada di lingkungan rumah
sakit umum Mohammad Hoesin
Palembang. Ruang Komering 1.1
berkoordinasi dengan bagian
informasi ketika menerima pasien
untuk di rawat inap dengan
menginformasikan nama pasien
dengan 2 suku kata, tanggal lahir,
nama DPJP, Diagnosa penyakit,
kelas/kamar yang diinginkan).
2 Penandatangan informed consent, Bagian informasi akan
cek status dan masukan data ke menghubungi ruang Komering 1.1
buku register pasien baru. apakah tersedia tempat untuk
pasien dengan masalah kesehatan
non infeksi dengan usia tertentu
yaitu dewasa berjenis kelamin laki-
laki, dengan lebih mendahulukan
bagian penyakit dalam.
3 Menyiapkan tempat tidur dan Jika tersedia tempat untuk pasien
peralatan/ sarana pendukung yang akan dirawat sesuai dengan
sesuai kebutuhan pasien yang kriteria pasien rawat inap
bersangkutan dengan teliti. Komering 1.1, maka petugas
kesehatan ruang Komering 1.1 akan
menyiapkan tempat tidur yang
akan ditempati pasien tersebut,
seperti memasang linen,
melengkapi peralatan bantal,
selimut dan memastikan oksigen
berfungsi dengan baik jika
dibutuhkan.
4 Cek kembali persiapan ruangan Berdasarkan observasi, perawat
dan beritahukan pada unit awal akan mengecek kembali persiapan
pasien masuk bahwa ruangan ruangan dan beritahukan pada unit
telah siap menerima pasien. awal pasien masuk bahwa ruangan
telah siap menerima pasien.
5 Mengantar pasien dan keluarga ke Ketika pasien tiba di ruangan,
tempat tidurnya. Memberi salam, perawat mengecek kelengkapan
memperkenalkan diri nama status, kim, identitas pasien serta
perawat yang bertanggungjawab. kelengkapan administrasi lainnya.
Kemudian, perawat mengantarkan
pasien ke kamar dan tempat tidur
yang akan ditempati. Perawat
memberi salam, memperkenalkan
diri nama perawat yang bertugas.
6 Mengkaji masalah pasien dan Perawat mengorientasikan ruangan
mengorientasikan pasien dan dan memasang identitas pasien.
keluarga terhadap lingkungan Pada saat penerimaan pasien baru,
kamar, sarana yang tersedia serta perawat juga melakukan serah
paraturannya. terima pasien dengan petugas unit
asal pasien dan
mendokumentasikannya. Perawat
mengkaji masalah pasien dan
mengorientasikan pasien dan
keluarga dengan lingkungan ruang
perawatan.
7 Mengobservasi kondisi dan Selain itu perawat memberikan
respon pasien untuk edukasi tentang patient safety serta
mengantisipasi kegawatdaruratan prosedur cuci tangan yang baik dan
pada pasien. benar kepada pasien dan
keluarganya, namun masih ada
beberapa pasien yang belum
mendapatkan edukasi sama sekali
selama di rawat di Komering 1.1
sebanyak 15% dari total pasien.
8 Perawat mengkaji vital sign dan Perawat tidak mengkaji vital sign
head to toe. dan head to toe pada saat pasien
datang.
9 Menyusun discharge planning Setelah pengkajian pasien selesai,
rencana keperawatan, selanjutnya perawat menyusun
memberikan laporan kepada rencana keperawatan dan diagnosa
dokter jaga yang kemudian keperawatan yang akan di angkat.
bertanggung jawab untuk
mengecek hasil pemeriksaan dan
mengevaluasi
(Sumber:Swanburg, 2002)

1. Pengeloaan Pasien
Tabel 2.6
Perbandingan Pengelolaan Pasien Berdasarkan Ideal dan Aktual
N Ideal Aktual
o
1 Pendekatan proses Keperawatan: Assesment pengkajian pasien di
Asuhan keperawatan adalah metode ruang rawat inap Komering 1.1
ilmiah yang digunakan secara dilakukan pada saat pasien masuk
sistematis untuk mengkaji dan ruangan, menentukan diagnosa,
mendiagnosa status kesehatan intervensi dilakukan dan
Pasien, merumuskan tujuan yang dievaluasi secara berkala sampai
hendak dicapai, menentukan pasien keluar ruangan. Semua
intervensi, mengevaluasi mutu tindakan di dokumentasikan ke
asuhan yang dilakukan terhadap dalam status pasien.
Pasien (Potter & Perry: 2005)
2 Standar Pengkajian Komponen Format pengkajian Asuhan
pengkajian keperawatan meliputi Keperawatan di ruang Komering
yang pertama adalah pengumpulan 1.1 disediakan oleh pihak rumah
data dengan kriteria: menggunakan sakit, di dalam format pengkajian
format yang baku, sistematis, diisi tersebut terdapat: identitas Pasien,
sesuai kolom yang tersedia, aktual antropometri, keluhan, alergi,
dan absah. Yang kedua adalah nyeri, tingkat ketergantungan,
pengelompokkan data: data resiko jatuh, resiko dekubitus,
biologis, psikologis, sosial, spiritual. pola eliminasi, pola istirahat dan
Kemudian merumuskan masalah tidur, status gizi dan nutrisi,
yang kriterianya: kesenjangan status riwayat penyakit dan tindakan
kesehatan dengan norma dan pola yang telah dilakukan, pengkajian
fungsi (Potter & Perry : 2005). khusus lansia, pengkajian luka.

3 Standar Diagnosa Keperawatan Format pengkajian Asuhan


Diagnosa keperawatan dirumuskan Keperawatan di ruang Komering
berdasarkan data subjektif dan 1.1 disediakan oleh pihak rumah
objektif yang merupakan respon sakit, di dalam format pengkajian
individu terhadap masalah yang tersebut terdapat: identitas Pasien,
aktual dan potensial, dianalisa dan antropometri, keluhan, alergi,
dibandingkan dengan norma fungsi nyeri, tingkat ketergantungan,
kehidupan. Diagnosa dihubungkan resiko jatuh, resiko dekubitus,
dengan etiologi, kesenjangan dan pola eliminasi, pola istirahat dan
pemenuhan kebutuhan dasar Pasien tidur, status gizi dan nutrisi,
yang dapat diintervensi sesuai riwayat penyakit dan tindakan
dengan kewenangan perawat. yang telah dilakukan, pengkajian
Komponen terdiri dari masalah, khusus lansia, pengkajian luka.
etiologi, dan tanda dan gejala (PES)
atau terdiri dari masalah dan
penyebab (PE).
Diagnosa keperawatan bersifat
aktual apabila ada masalah
kesehatan Pasien yang sudah nyata
terjadi dan bersifat potensial apabila
masalah kesehatan Pasien
kemungkinan besar akan terjadi
(Sumber: Potter & Perry, 2005).
4 Standar Implementasi Keperawatan Perawat di ruang Komering 1.1
Implementasi keperawatan adalah melakukan tindakan sesuai
pengelolaan dan perwujudan dari dengan rencana perawatan,
rencana keperawatan oleh perawat melakukan order dokter,
dan Pasien yang meliputi tindakan melakukan edukasi PPI, mengurus
yang telah direncanakan oleh administrasi, dan tindakan sesuai
perawat maupun Pasien dan keluhan pasien berdasarkan alur
kolaborasi dengan tim kesehatan pelapor.
lainnya. Implementasi dilaksanakan
sesuai dengan rencana keperawatan,
menyangkut bidang bio, psiko,
sosial dan spiritual pasien.
Menjelaskan setiap tindakan
keperawatan yang akan dilkukan
pada Pasien atau keluarga sesuai
waktu yang telah ditentukan dan
menggunakan sumber daya yang
ada. Melaksanakan perbaikan
tindakan berdasarkan respon Pasien,
menerapkan prinsip septik dan
antiseptik serta memperhatikan rasa
aman dan nyaman, privasi, dan
mengutamakan keselamatan Pasien.
Setelah melakukan tindakan,
tindakan tersebut dicatat, pasien dan
alat dirapikan dan dalam
melaksanakan tindakan keperawatan
berpedoman kepada prosedur teknis
yang telah ditentukan serta
intervensi pemenuhan KDM Pasien.
5 Standar Evaluasi Evaluasi dilakukan oleh perawat
Evaluasi keperawatan adalah pelaksana di ruang Komering 1.1
perbandingan yang sistematis dan dilakukan dengan menggunakan
terencana tentang kesehatan Pasien format penulisan SOAP.
dengan tujuan yang telah
ditetapkan, melakukan secara
berkesinambungan dengan
melibatkan Pasien dan tenaga
kesehatan lainnya.Setiap tindakan
keperawatan dilakukan evaluasi.
Evaluasi hasil menggunakan
indikator yang ada pada perumusan
tujuan. Evaluasi segara dicatat dan
dikomunikasikan, evaluasi juga
melibatkan Pasien, keluarga dan tim
kesehatan yang dilakukan sesuai
standar (Sumber:Potter & Perry,
2005).
6 Dokumentasi Keperawatan Semua tindakan keperawatan
Dokumentasi keperawatan ditulis di format catatan
merupakan bukti dari pelaksanaan perkembangan terintegrasi,
keperawatan yang menggambarkan assement nyeri dan penilaian
pendekatan proses keperawatan dan resiko jatuh, kardeks, dan rencana
catatan tentang respon Pasien perawatan.
terhadap tindakan medis, tindakan
keperawatan dan reaksi pasien
terhadap penyakit (Depkes, 1994).
Pencatatan askep dilakukan secara
individu yang dilakukan selama
Pasien dirawat inap dan rawat jalan.
Dokumentasi dapat digunakan
sebagai bahan informasi,
komunikasi dan laporan yang
dilakukan setelah tindakan selesai
dilaksanakan. Penulisan
dokumentasi harus jelas dan ringkas
serta menggunakan istilah yang
baku dan sesuai dengan pelaksanaan
proses keperawatan. Setiap
pencatatan harus mencantumkan
inisial/paraf /nama perawat yang
melakukan tindakan dan waktunya.
Dokumentasi menggunakan
formulir yang baku dan disimpan
sesuai peraturan yang berlaku.
(Sumber: Potter & Perry, 2005 )

b. Managemen Unit
1) Perencanaan dan Sumber daya/kekuatan kerja
a. Perencanaan Kebutuhan tenaga keperawatan
Kebutuhan tenaga keperawatan ditetapkan berdasarkan karakteristik
pasien, model penugasan, kebijakan pemerintah pusat tentang pengadaan
ketenagaan perawat dan kompetensi yang dipersyaratkan untuk mencapai
tujuan pelayanan keperawatan. Dasar pertimbangan ketenagaan perawat dan
bidan di RSMH mengacu pada ketentuan:
1) Keputusan MENKES RI nomor: 81/Menkes/SK/I/2004 tentang pedoman
penyusunan perencanaan SDM kesehatan di tingkat Propinsi, kab/kota
serta Rumah sakit, tahun 2004, dimana perhitungan ketenagaan
berdasarkan WISN (Work Load Indikator Staff Need).
2) Berdasarkan rumus formula Douglas jumlah tenaga perawat yang
dibutuhkan :
A X B X 365
(365 Hari libur X jam kerja / hari)
3) Panduan ketenagaan di RS, direktorat pelayanan keperawatan, direktur
jenderal pelayanan medik depkes RI tahun 2002, dimana perhitungan
ketenagaan mengacu kepada pendekatan karakteristik pasien dan unit
kerja.
4) Peraturan mentri kesehatan RI no: 340/Menkes/PER/III/2010 tentang
klasifikasi RS, pasal 7 point 8, dimana ketenagaan perawat dihitung
berdasarkan ratio perawat dengan tempat tidur yaitu: 1:1.

Berdasarkan pengkajian di ruangan Komereng 1.1 jumlah perawat yang


bekerja di ruang Komering 1.1 tidak sesuai dengan metode douglass yang
seharusnya jumlah perawat di ruangan Komering 1.1 sebanyak 26 pasien. ,
karena keterbatasan jumlah tenaga perawat di ruang Komering 1.1.
Tabel 2.8
Ketenagaan Berdasarkan Beban Kerja
N Kategori SDM Kebutuhan Yang ada Kekurangan
o
1 Kepala ruangan 1 1 0
2 Ketua tim 3 3 0
3 Perawat 40 15 25
pelaksana
4 Pekarya 5 5 0
5 Tata usaha 1 1 0
6 Gizi 1 1 0
Total 51 26 25

2) Kajian SDM
Jumlah tenaga keperawatan di Ruang Komering 1.1 yaitu sebanyak 18
orang dan tenaga non medis sebanyak 7 orang. Pemberian asuhan
keperawatan di Komering 1.1 dilakukan oleh Katim dan perawat pelaksana
yang dikoordinir oleh kepala ruangan yang bertanggung jawab atas
pemberian pelayanan keperawatan secara menyeluruh oleh semua petugas
yang ada diruangan tersebut. Berikut ini klasifikasi sumber daya di ruang
rawat inap Komering 1.1 yaitu:

Tabel 2.9
Distribusi SDM berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Jumlah
1 S1 Keperawatan (Ners) 7 orang
2 S1 Keperawatan 1 orang
3 D III Keperawatan 11 orang
TOTAL 19 orang

Tabel 2.10
Distribusi SDM berdasarkan Masa Kerja
No Masa Kerja Jumlah
1 5 tahun 14 orang
2 5 - 15 tahun 2 orang
3 16 25 tahun 3 orang
TOTAL 19 orang

Tabel 2.11
Distribusi SDM berdasarkan Jumlah Tenaga Perawat
No Tenaga Perawat Jumlah
1 Kepala Ruangan 1 orang
2 Ketua Tim 3 orang
3 Perawat Pelaksana 15 orang
TOTAL 19 orang

Tabel 2.12
Distribusi SDM berdasarkan status kepagawaian
No Status golongan Jumlah
1 PNS 7 orang
2 BLU 12 orang
TOTAL 19 orang

Tabel 2.13
Distribusi SDM berdasarkan jenis kelamin
No Jenis kelamin Jumlah
1 Laki-laki 2 orang
2 Perempuan 17 orang
TOTAL 19 orang

Tabel 2.14
Distribusi SDM berdasarkan golongan
No Jenis kelamin Jumlah
1 II C 2 orang
2 II D 1 orang
3 III A 1 orang
4 III B -
5 III C 3 orang
5 IV A -
6 BLU 12 orang
TOTAL 19 orang

Tabel 2.15
PelatihandanPendidikanLanjut
No Nama Pendidikan Pelatihan
1 Linda Arayni, S.Kep, Ners 1. INSTRUKTUR KLINIK/CI (Th : 2010)
S.Kep,Ners 2. KREDENSIAL KEPERAWATAN (Th :
2014)
3. PERAWATAN LUKA (Th : 2014)
4. K3 (Th : 2015)
5. PATIENT SAFETY (Th : 2015)
6. BHD (Th : 2015)
7. EKG (Th : 2015)
8. ASESOR PERAWAT KLINIK (Th :
2015)
9. PPI ( Th : 2017)
2 Dewi Mariana, D3 perawat 1. SERVICE EXCELLENT
AMK (KOMUNIKASI EFEKTIF/ETIKA
KEPERAWATAN (Th : 2012)
2. PPI ( Th : 2017)
3. BHD (Th : 2014)
4. PRE ANALITIK & PLEBOTOMY (Th :
2013)
5. K3 (Th : 2015)
6. PATIENT SAFETY (Th : 2015)
7. PPGD (Th : 2013)

3 Chandra yati, AMK D3 perawat 1. SERVICE EXCELLENT


(KOMUNIKASI EFEKTIF/ETIKA
KEPERAWATAN (Th : 2012)
2. PPI ( Th : 2017)
3. BHD (Th : 2015& 2016)
4. PRE ANALITIK & PLEBOTOMY
(Th : 2013)
5. K3 (Th : 2015)
6. PPI (Th : 2017)
7. PATIENT SAFETY (Th : 2015&
2016)
8. PPGD (Th : 2013)
9. PERAWATAN LUKA (Th: 2017)
10. PRE ANALITIK & PLEBOTOMY
(Th : 2013)
4 Desi Amanda, AMK D3Perawat 1. BHD (Th : 2015)
2. PATIENT SAFETY (Th : 2015)
3. PERAWATAN LUKA (Th: 2017)
4. WORKSHOP AKREDITASI (Th: 2014)

5 DianiAfrida, AMK D3Perawat 1. PATIENT SAFETY (Th: 2016)


6 Reni Ratih R, D3 Perawat 1. BHD (Th : 2016)
S.Kep 2. K3 (Th : 2015)
3. PATIENT SAFETY (Th : 2015)
4. PPI (Th: 2016)
5. PPGD (Th: 2009)
6. WORKSHOP PHLEBOTOMI (Th:
2015)
7 Ocvaliandiny, D3 Perawat 1. BHD (Th : 2015)
Skep 2. K3 (Th : 2015)
3. PATIENT SAFETY (Th : 2015)
4. WORKSHOP PLEBOTOMY (Th: 2015)

8 Perawati, S.Kep D3 Perawat 1. BHD (Th : 2010)


2. K3 (Th: 2010)
3. PATIENT SAFETY (Th: 2010)
4. PPI (Th. 2017)
5. WORKSHOP AKREDITASI (2014)
9 Leonardo S.KepNers 1. BHD (Th: 2016)
Tambunan,Skep 2. K3 (Th: 2015)
Ns 3. PATIENT SAFETY (Th: 2016)
4. BTCLS (Th: 2015)
10 Marlena, AMK D3 Perawat 1. BHD (Th: 2016)
2. K3 (Th: 2016)
3. PATIEN SAFETY (Th: 2017)

11 LikaHandayani, S, Ners 1. BHD (Th : 2016)


Kep, Ners 2. K3 (Th : 2016)

12 MitaFransisca, Ners 1. BHD (Th : 2016)


Skep, Ners 2. PATIENT SAFETY (Th : 2016)

13 Marina Tanjung, D3 perawat 1. BHD (Th : 2016)


AMK

14 Apriyandi, AMK D3 perawat 1. PATIENT SAFETY (Th : 2014)

15 Kiki Sandra, D3 perawat 1. BHD (Th : 2015)


S.Kep, M.Kes 2. K3 (Th : 2016)
3. PATIENT SAFETY (Th : 2015)
4. PERAWATAN LUKA (Th: 2017)
16 Msy. Ners 1. PATIENT SAFETY (Th : 2017)
HastiniApriyanti, 2. PPGD ( Th : 2012)
S.Kep, Ners 3. WORKSHOP AKREDITASI (Th: 2014)
17 Rika Lestari, AMK D3 perawat 1. PATIENT SAFETY (Th : 2017)
2. PPGD ( Th : 2012)
3. WORKSHOP AKREDITASI (Th: 2014)

18 RiskaYuniarty, Ners 1. BHD (Th : 2016)


S.kep, Ners 2. K3 (Th : 2016)
3. PATIENT SAFETY (Th : 2016)
4. PPI (Th: 2016)
19 AmrinaMuchtar, 1. PATIENT SAFETY (Th: 2017)
S.kep, Ners

Sistem reward dan punishment

1. Reward
Setiap pekerja memiliki lembar penilaian kinerja yang dinilai langsung oleh
kepala ruangan per bulan. Hasil dari kinerja pegawai sangat berpengaruh pada
remunerasi yang didapatkan setiap bulannya. Semakin baik kinerja pegawai maka
semakin besar jumlah remunerasi yang didapat. Selain remunerasi, rumah sakit juga
memiliki program tahunan yaitu pemilihan perawat atau pegawai teladan.
Mekanismenya melalui rekomendasi Karu berdasarkan penilaian tertentu lalu
diajukan ke Ka.Instalasi yang selanjutnya akan diteruskan kepada panitia untuk
dinilai. Jika memenuhi persyaratan maka pegawai tersebut berhak mendapat gelar
pegawai atau perawat teladan.
Reward yang diberlakukan di rumah sakit ini juga ada yang bersifat non
financial yaitu reward yang meliputi pengadaan seminar-seminar atau pelatihan-
pelatihan khusus yang bertujuan untuk mengembangkan wawasan serta potensi yang
dimiliki oleh pegawai atau perawat tersebut. Bagi pegawai atau perawat yang
memiliki kompetensi tertentu, mereka pun mendapat kesempatan untuk diikut
sertakan dalam program tugas belajar hingga promosi jabatan sesuai dengan
persyaratan yang berlaku.

INDEKS KINERJA INDIVIDU

NO Indikator yang dinilai Definisi operasional


A KUANTITAS
1. Jumlah pasien yang Data jumlah pasien yang dirawat/diasuh
dirawat/jumlah pasien yang
diasuh.
B KUALITAS
1. Pengkaijan : mengumpulkan Jumlah assessment pasien baru terisi penuh dan
data pasien benar dalam 1x24 jam

2. Menentukan masalah Jumlah diagnosa keperawatan yang sesuai


keperawatan dan diagnose dengan hasil pengkajian
keperawatan

3. Menentukan rencana asuhan Terlaksana nya tujuan keperawatan dengan


keperawatan target waktu terukur, dan rencana tindakan
keperawatan

4. Implementasi keperawatan Jumlah tindakan keperawatan sesuai dengan


rencana asuhan keperawatan baik mandiri
maupun kolaborasi

5. Mengevaluasi keberhasilan Dilakukan evaluasi keperawatan sesuai dengan


tindakan riwayat perkembangan pasien (SOAP)

6. Melakukan pendokumentasian Jumlah rekam medis yang terdokumentasi


keperawatan dengan benar, tulisan jelas, tidak menggunakan
tipe x, tercatat jam, tanggal, tanda tangan,
nama jelas, dan cap perawat.

7. Penerapan IPSG ( sasaran 1. Identifikasi pasien


keselamatan pasien) 2. Komunikasi efektif
3. Pelaksanaan 5 benar dalam pemberian obat

C PERILAKU
1. Keberadaan Keberadaan secara fisik di RSUP Dr.
Moehamad Hoesin Palembang sesuai dengan
jam dinas (berdasarkan absensi finger print)
dengan skalaukur = (>90=0,10,75%-
90%=0,05;75%=0)

2. Kepatuhan Taat pada peraturan yang berlaku di


lingkungan RSUP Dr. Moehamad Hoesin
Palembang meliputi.
1. Apel bulanan
2. Uniform
3. ID card

3. Kerja sama dan komunikasi Selalu siap dan bekerja sama dan
berkomunikasi serta menerima kritik dengan
baik

3) Pengaturan Staf
1) Pengaturan Jadwal Dinas
Ruang Komering 1.1 menggunakan model layanan keperawatan
dengan metode TIM, dimana di ruangan Komering 1.1 di bagi menjadi 3 tim
yang masing-masing dipimpin oleh ketua tim yang dipilih langsung oleh Karu
(Kepala Ruangan) dengan kriteria tertentu seperti masa kerja, kemampuan
dalam memberikan pelayanan pada pasien, kepribadian dan tanggung jawab.
Jumlah jam kerja perawat setiap bulannya tidak lebih dari 170 jam yang dibagi
menjadi 3 shift yaitu pagi (7 jam), siang (7 jam), malam (10 jam). Lama
batasan jam kerja ini Komering 1.1 mengacu pada jam kerja yang berlaku di
lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jadwal dinas pegawai
di Komering 1.1 diatur langsung oleh Karu tetapi Karu memberikan kebijakan
untuk pegawainya apabila ada kepentingan khusus, Karu menerapkan sistem
buku request jadwal, dimana sebelum jadwal bulan selanjutnya disusun,
karyawan yang mempunyai kepentingan tersebut bisa menulis dibuku tersebut.
Karu sedapat mungkin mengatur jadwal tersebut sehingga kondisi ruangan
tidak kekurangan karyawan. Menurut Karu metode ini cukup efektif untuk
menghindari penukaran jadwal dan meminimalisir karyawan untuk izin, untuk
karyawan yang sakit ada kebijakan khusus yang berlaku di RSMH
Sedangkan untuk cuti tahunan, Karu mempunyai kebijakan untuk
mengatur jadwal cuti bagi semua pegawai setiap akhir tahun. Cuti tahunan
yang telah di atur pada akhir tahun tersebut akan dilaksanakan pada tahun
berikutnya. Setiap bulannya dibatasi hanya 2 orang saja yang cuti , yaitu 1
orang cuti di minggu pertama bulan tersebut dan 1 orang lagi cuti pada 2
minggu terakhir.Kebijakan ini diberlakukan untuk menghindari kekurangan
jumlah perawat dalam melaksanakan tugasnya untuk memberikan pelayanan
kepada pasien. Untuk perawat dengan jadwal dinas shift, jadwal liburnya telah
ditentukan sesuai dengan jadwal dinas yang telah disusun oleh Karu,
sedangkan perawat dengan jadwal nonshift mengikuti jam kerja yang berlaku
di lingkungan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Pada setiap shift kerja terdapat penanggung jawab, misalnya shift pagi
penangggung jawabnya yaitu Katim masingmasing sedangkan shift sore dan
malam penanggung jawabnya ditentukan oleh Karu dengan kriteria tertentu,
sehingga apabila terdapat masalah atau kesulitan selama bekerja pada shift
tersebut penanggung jawab dapat langsung menghubungi Karu, begitu pula
sebaliknya. Karu memantau ruangan melalui penanggung jawab masing-
masing shift.

2) Pelaksanaan Overan
Mekanisme overan diruangan yaitu perawat mempunyai buku operan
masing-masing tim, perawat yang bertugas setiap shift menulis dibuku tersebut
yang berisikan tentang pasien masing-masing begitu juga untuk shift
selanjutnya, sehingga komunikasi diantara perawat yang bertugas tetap
terjaga. Buku laporan tersebut dibacakan setiap operan shift jaga sehingga tim
lainnya dapat mengetahui dan dapat saling mengingatkan selama operan
berlangsung, perawat juga bertugas mencatat apa saja hal yang di operkan oleh
perawat yang dinas sebelumnya. Setelah operan secara lisan selesai, perawat
beserta Karu operan langsung ke ruangan pasien untuk melihat keadaan pasien
saat operan dan memperkenalkan diri kepada pasien bahwa perawat tersebut
yang bertugas saat itu.
Selain operan dengan buku operan, perawat juga melakukan metode
operan dengan menggunakan SBAR. SBAR adalah metode serah terima
dimana tertuliskan apa saja tindakan yang telah dilakukan serta tindakan yang
akan dilakukan oleh perawat yang bertugas selanjutnya. SBAR juga berisikan
instruksi dokter yang bersifat cito via telepon yang nantinya dokter selaku
DPJP akan memvalidasinya dengan membubuhkan tanda tangan pada SBAR
tersebut dalam waktu <24 jam.
Berdasarkan observasi melalui format penilaian evaluasi kegiatan
handover dari PSIK FK UNSRI setiap aspek sudah dilakukan dengan total
persentase 100 %.

3) Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan belum pernah dilaksanakan. Kegiatan yang telah
dilaksanakan di ruangan adalah DRK (Diskusi Refleksi Kasus). Jika berbentuk
kasus, DRK langsung dilaksanakan ke pasien.
Tabel 2.13
Perbandingan Ronde Keperawatan Berdasarkan Ideal dan Aktual
Ideal Aktual
Ronde keperawatan adalah kegiatan Berdasarkan hasil observasi di ruang
yang bertujuan untuk mengatasi Komering 1.1, didapatkan
masalah keperawatan pasien yang kesimpulan bahwa ronde
dilaksanakan oleh perawat disamping keperawatan belum pernah tetapi
melibatkan pasien untuk membahas ruang Komering 1.1 memiliki agenda
dan melaksanakan asuhan kegiatan yang disebut DRK (Diskusi
keperawatan. Refleksi Kasus) dimana telah
Pada kasus tertentu, harus dilakukan ditentukan sebelumnya mengenai
oleh perawat primer dan/atau konselor, topik dan judul yang akan dibahas.
kepala ruangan, perawat Diskusi yang dilakukan dapat berupa
associateyang perlu juga melibatkan pembahasan mengenai kasus pasien
seluruh anggota tim kesehatan yang belum teratasi atau dapat
(Nursalam, 2002). berupa kesenjangan antara teori, SPO
Karakteristik : aktual di lapangan.Kegiatan DRK
1) Pasien dilibatkan secara langsung tersebut dihadir oleh seluruh perawat
2) Pasien merupakan fokus kegiatan ruang Komering 1.1, Karu, Ka.
3) Perawat Primer dan Pelaksana dan Instalasi, Bidang Keperawatan,
konselor melakukan diskusi Komite Keperawatan serta
bersama narasumber terkait.
4) Konselor memfasilitasi kreativitas
5) Konselor membantu
mengembangkan kemampuan
Perawat Primer dan Pelaksana
dalam meningkatkan kemampuan
mengatasi masalah

Kriteria pasien yang dipilih untuk


dilakukan ronde keperawatan adalah :
1) Mempunyai masalah keperawatan
yang belum teratasi meskipun
sudah dilakukan tindakan
keperawatan
2) Pasien dengan kasus baru atau
jarang terjadi.

4) Pendokumentasian Askep
Tabel 2.15
Perbandingan Dokumentasi Keperawatan Berdasarkan Ideal dan Aktual
Ideal Aktual
Dokumentasi pengkajian mencakup : Berdasarkan hasil studi dokumentasi
a) pengumpilan data dilakukan penerapan standar asuhan
dengan anamnesis, observasi, keperawatan pada 38 arsip status
pemerikasaan fisik dan pasien didapatkan hasil bahwa:
penunjang, sumber data adalah Komering 1.1 96% sudah baik dalam
klien, keluarga atau orang yang melakukan dokumentasi pengkajian.
terkait, Data yang dikumpulkan Data telah dikaji sesuai dengan
difokuskan untuk pengkajian, data dikelompokkan
mengidentifikasi berdasarkan bio-psiko-sosial-
spiritual, pengkajian data dilakukan
sejak pasien masuk sampai pulang
dan masalah telah dirumuskan
berdasarkan kesenjangan antara
status kesehatan dengan norma dan
pola fungsi kehidupan. Namun, pada
pendokumentasian tidak dituliskan
etiologi dari diagnosa yang muncul.
Pada diagnosa nyeri, tidak
dipaparkan PQRST dari nyeri
tersebut pada pengkajian analisa
data. Saat observasi juga terdapat
pendokumentasian askep yang tidak
sinkron yaitu pada catatan
perkembangan pada hari tersebut
nyeri skala 7 namun pada monitoring
tidak dicantumkan. Pada saat malam
pasien mengalami demam 38,7o C
tapi tidak ditulis pada catatan
perkembangan.
Kurang data subjektif dan data
objektif dalam penegakan diagnosa
keperawatan. Data yang dituliskan
tidak sesuai dengan kondisi pasien
yang sesungguhnya, perawat
cenderung mengikuti status terdahulu
tanpa melakukan pengkajian ulang.

Dokumentasi diagnosa mencakup: Berdasarkan hasil studi dokumentasi


a) Proses diagnosis terdiri dari penerapan standar asuhan
analisis, interpretasi data, keperawatan pada 38 arsip status
identifikasimasalah klien dan pasien didapatkan hasil bahwa:
perumusan diagnosa 70% penegakan diagnosa telah
keperawatan. cukup baik.Namun ada 30% yang
b) Diagnosa keperawatan terdiri dari masih kurang dalam penegakan
masalah, etiologi, tanda atau diagnosa keperawatan dikarenakan
gejala atau terdiri atas masalah diagnose keperawatan Berdasarkan
dan penyebab standar pengisian status rekam medis
c) bekerjasama dengan klien, dan menggunakan daftar masalah namun
petugas kesehatan lain untuk pada diagnosa yang terdapat pada
memvalidasi diagnosis ruangan hanya tertulis Nyeri tidak
keperawatan terdapat hubungan dengan etriologi
d) melakukan pengkajian ulang, yang seharusnya ada. Pada beberapa
merevisi diagnosis berdasar dan askep pasien di temukan diagnosa
terbaru intoleransi aktivitas sampai beberapa
e) Merumuskan diagnosa ke hari padahal saat observasi pasien
perawatan aktual/potensial sudah dapat mentoleransi
aktivitasnya.

Dokumentasi perencanaan mencakup: Berdasarkan hasil studi dokumentasi


a) Berdasarkan pada diagnosa penerapan standar asuhan
keperawatan keperawatan pada 38 buah arsip
b) Disusun menurut urutan prioritas status pasien didapatkan hasil bahwa:
c) Rumusan tujuan mengandung Komering 1.1 77% telah cukup baik
komponen pasien/subjek, dalam membuat dokumentasi
perubahan, perilaku, kondisi perencanaan. Kekurangannya
pasien dan atau kriteria waktu terletak pada tidak adanya revisi dari
d) Rencana tindakan mengacu pada rencana tindakan sebelumnya jika
tujuan dengan kalimat perintah, intervensi sebelumnya tidak berhasil.
terinci dan jelas Dokumentasi perencanaan yang di
e) Rencana tindakan buat cenderung mengacu pada
menggambarkan keterlibatan rencana kolaborasi dibandingkan
pasien/keluarga rencana mandiri perawat, namun
f) Rencana tindakan masih ada 5% buku status yang tidak
menggambarkan kerja sama terdapat care plan.
dengan tim kesehatan lain. Berdasarkan hasil 77% tersebut,
termasuk dalam kategori baik
(Arikunto, 2006).
Dokumentasi tindakan mencakup: Berdasarkan hasil studi dokumentasi
a) Tindakan dilaksanakan mengacu penerapan standar asuhan
pada rencana keperawatan keperawatan pada 38 arsip status
b) Perawat mengobservasi respon pasien didapatkan hasil bahwa:
pasien terhadap tindakan Berdasarkan observasi tanggal 29-30
keperawatan Mei 2017, perawat melakukan
c) Revisi tindakan berdasarkan hasil implementasi sesuai dengan
evaluasi perencanaan, perawat menjelaskan
d) Semua tindakan yang telah tindakan yang akan dilakukan
dilaksanakan dicatat ringkas dan sebanyak 85%. Terdapat 15%
jelas perawat yang belum menerapkan
prinsip universal precaution yaitu
melakukan cuci tangan sebelum
tindakan dan mengidentifikasi pasien
dengan tepat sebelum melakukan
tindakan, perawat mengobservasi
respon pasien terhadap tindakan
keperawatan, perawat merevisi
tindakan berdasarkan hasil evaluasi,
dan mencatat tindakan secara ringkas
dan jelas.
Pada saat pengkajian pada buku
status pasien, perawat tidak
menuliskan implementasi
keperawatan untuk mengatasi
nyeri , padahal di diagnosa terdapat
diagnosa nyeri sebanyak 5%.

Dokumentasi evaluasi mencakup: Berdasarkan hasil studi dokumentasi


a) Evaluasi mengacu pada tujuan penerapan standar asuhan
b) Hasil evaluasi dicatat keperawatan pada 38 arsip status
pasien didapatkan hasil bahwa:
Evaluasi dicatat di status pasien yang
dilakukan per shift jaga sebanyak
79% sudah menuliskan SOAP sesuai
dengan SOP Rumah sakit dan tidak
mencontek dengan SOAP
sebelumnya. Sebanyak 21% soap
dari 38 buku status masih ditemukan
kesamaan dengan sift sebelumnya
atau hanyak menulus ulang soap
sebelumnya. Kelengkapan data
pasien seperti monitoring nyeri,
monitoring pemantauan harian
dilengkapi pada saat pasien pulang.

Dokumentasi catatan asuhan Berdasarkan hasil studi dokumentasi


keperawatan mencakup: penerapan standar asuhan
a) Menulis pada format yang baku keperawatan pada 38 arsip status
b) Pencatatan dilakukan sesuai pasien didapatkan hasil bahwa:
dengan tindakan yang Format baku penulisan disediakan
dilaksanakan oleh rumah sakit. Berdasarkan
c) Pencatatan ditulis dengan jelas, observasi tanggal 29 30 Mei 2017,
ringkas, istilah yang baku dan 89 % perawat setiap pencatatan
benar dilakukan dengan mencantumkan
d) Setiap melakukan inisial/paraf/nama perawat yang
tindakan/kegiatan perawat melakukan tindakan dan waktunya.
mencantumkan paraf/nama jelas, Penulisan dokumentasi digunakan
dan tanggal jam dilakukan bahasa yang jelas dan ringkas tetapi
tindakan masih ada perawat sebanyak 11%
e) Berkas catatan keperawatan yang menggunakan istilah yang tidak
disimpan sesuai dengan ketentuan baku, seperti penulisan rencana
yang berlaku menggunakan R/ atau selesai
dituliskan S/
Pada saat pengkajian ditemukan
penulisan diagnosa nyeri, dimana
seharusnya ditulis nyeri akut atau
nyeri kronis pada saat
pendokumentasian tetapi perawat
hanya menuliskan nyeri saja.

Pada teori

2. Lingkungan Kerja
a. Lingkungan Fisik
Dari hasil kajian situasi di ruangan yang dikaitkan dengan peraturan ideal dari
Kemenkes RI tahun 2012 yaitu:
1. Batas ruang rawat Komering 1.1 sebelah timur berbatasan dengan ruang
Komering 1.2 dipisahkan oleh tangga, bagian selatan berbatasan dengan
ruang Rupit 1.1 lantai satu dipisahkan oleh selasar, sebelah barat berbatasan
dengan masjid, sebelah utara berbatasan dengan ruang seilincah dipisahkan
oleh jalan setapak.
2. Gedung atau bangunan Komering 1.1 berada jauh dari tempat-tempat
pembuangan kotoran dan mesin generator atau mesin lainnya sehingga dapat
meningkatkan kenyamanan dan ketenangan pasien rawat inap.
3. Untuk tata letak ruang, ruang perawat Komering 1.1 berada pada satu garis
linier dengan konter dan ruang perawat sehingga mudah untuk dijangkau
oleh pasien jika memerlukan bantuan perawat dan perawat juga dapat tetap
bisa melakukan pengawasan terhadap pasien lebih efektif dan efisien
4. Selain ruang perawatan, ruang Komering 1.1 memiliki ruangan lainnya
seperti ruang kepala ruangan, ruang dokter muda, ruang persiapan, ruang B3
dan gudang.
5. Kelengkapan Peralatan
Kekurangan :vaccum central tidak berfungsi dengan baik, sehingga harus
menggunakan suction portable saat ini masih dalam perbaikan.
Kerapian: susunan dalam lemari peralatan kurang tertata rapi dan banyak
tumpukan
Tempat: Tempat penyimpanan peralatan dan tindakan yang tersedia di
ruang Komering 1.1 kurang luas.

6. Letak toilet
STANDAR PERMENKES RUANG KOMERING 1.1
Toilet atau kamar mandi umum
yang aksesibel harus dilengkapi Di ruang komering 1.1 toilet
dengan tampilan rambu/simbol belum ada rambu/simbol disable
"disabel" pada bagian luarnya. pada bagian luar toilet
Toilet atau kamar kecil umum
harus memiliki ruang gerak yang Toilet di ruang komering 1.1
cukup untuk masuk dan keluar kurang luas dan bertingkat
pengguna kursi roda. sehingga susah untuk akses
Ketinggian tempat duduk kloset masuk kursi roda
harus sesuai dengan ketinggian
pengguna kursi roda sekitar (45 -
50 cm)
Toilet atau kamar kecil umum
harus dilengkapi dengan Pada tiap toilet telah tersedia
pegangan rambat (handrail) yang handrail
memiliki posisi dan ketinggian
disesuaikan dengan pengguna Di tiap toiet belum disediakan
kursi roda dan penyandang cacat tissu, ada bak untuk
yang lain. Pegangan disarankan penampungan air dan tempat
memiliki bentuk siku-siku untuk sabun
mengarah ke atas untuk Lantai pada toilet komering 1.1
membantu pergerakan pengguna tidak licin
kursi roda.
Letak kertas tissu, air, kran air Pintu toilet bergungsi dengan
atau pancuran (shower) dan baik mudah dibuka dan ditutup
perlengkapan-perlengkapan
seperti tempat sabun dan
pengering tangan harus dipasang
sedemikian hingga mudah
digunakan oleh orang yang
memiliki keterbatasan
keterbatasan fisik dan bisa Kunci pintu toilet fleksible
dijangkau pengguna kursi roda. mudah untuk dibuka
Permukaan lantai harus tidak
licin dan tidak boleh Pada tiap toilet sudah ada tombol
menyebabkan genangan. emergency yang mudah digapai
Pintu harus mudah dibuka dan oleh pasien bila sewaktu waktu
ditutup untuk memudahkan terjadi keadaan darurat atau
pengguna kursi roda. bencana
Kunci-kunci toilet atau grendel
dapat dibuka dari luar jika terjadi
kondisi darurat.
Pada tempat-tempat yang mudah
dicapai, seperti pada daerah pintu
masuk, dianjurkan untuk
menyediakan tombol bunyi
darurat (emergency sound button)
bila sewaktu-waktu terjadi
sesuatu yang tidak diharapkan.

b. Lingkungan Non Fisik


1) Gambaran hubungan perawat dengan pasien dan keluarga
Hubungan yang terjalin antara perawat dengan pasien dan keluarga
pasien ini sudah baik, dimana terlihat dari komunikasi yang tampak baik,
pasien atau keluarga dapat langsung menyampaikan keluhan dan perawat
dengan tanggap mengatasi keluhan pasien atau keluarga. Akses antara
pasien dengan perawat dekat, karena letak nurse station yang linier sehingga
memudahkan akses antara pasien dan keluarga pasien dengan perawat.
Setiap ruangan dibagi per-tim, sehingga setiap ruangan pasien memlikii
perawat penanggung jawab sesuai dengan timnya. Perawat melakukan
tugasnya sebagai tenaga profesional yang bertanggung jawab dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien, dan pasien yang menerima
tindakan asuhan keperawatan juga ikut aktif dalam proses penyembuhannya
seperti mau mengikuti anjuran yang diberikan oleh perawat berupa penkes.
2) Gambaran hubungan perawat dengan perawat
Perawat melakukan tugasnya masing-masing karena telah dibagi
menjadi 3 tim ( tim 1, tim 2 dan tim 3) dan 3 shift yaitu pagi, sore dan
malam. Namun saat temannya dari tim lain sedang membutuhkan bantuan,
maka perawat dari tim yang lain ikut membantu. Hubungan perawat dengan
perawat tampak terjalin dengan baik dalam hal komunikasi dan kerja sama.
3) Gambaran hubungan perawat dengan pramubakti
Hubungan perawat dengan pramubakti terlihat akrab, terlihat dari
ketika mereka sedang berbincang-bincang tanpa memandang status
pekerjaan dan dapat saling membantu. Saat perawat meminta tolong kepada
pramubakti, perawat akan menggunkanan komunikasi yang baik.

4) Gambaran hubungan perawat dengan profesi lainnya


Hubungan perawat dengan profesi lainnya sudah terjalin baik, itu
terlihat dari saling menghormati dan dapat berkolaborasi dengan baik
sebagai mitra. Masing-masing melakukan tugas dan kewajibannya sesuai
dengan profesi nya.

7. SOP SAK
5. Pelaksanaan Patientsafety
Di ruangan Komering 1.1 untuk meningkatkan patien safety diberikan pelatihan-
pelatihan kepada perawat dan petugas kesehatan di rumah sakit, pelatihan-pelatihan
tersebut terkait dengan 6 sasaran keselamatan pasien (patient safety) diantaranya
pelatihan komunikasi efektif, pelatihan pasien sefty, pelatihan PPI dasar, dan pelatihan
K3 RS. Berikut ini pelaksanaan patient Safety di ruang Komering 1.1 berdsarkan
pengkajian di ruang Komering 1.1 :
1) Kejadian Dekubitus
Pasien di ruangan Komering 1.1 terdiri dari pasien penyakit dalam,bedah dan
berbagai penyakit non infeksi lainnya. Saat melakukan kajian situasi di ruang
Komering 1.1, sebagian pasien mengalami gangguan mobilitas fisik, penurunan
sensoris persepsi, masalah nutrisi dan masalah gangguan kulit. Berdasarkan data
Februari - Mei 2017 didapatkan hasil bahwa tidak terdapat pasien yang mengalami
kejadian dekubitus yaitu 0%.
2) Kesalahan Pemberian Obat oleh Perawat
Berdasarkan data dari bulan Februari - Mei 2017 didapatkan hasil tidak
terdapat kesalalahan dalam pemberian obat oleh perawat.Ketelitian pemberian obat
dilakukan oleh perawat diruang rawat inap komering 1.1.Pasien di ruang Komering
1.1 memiliki gelang identitas sebagai alat identifikasi pasien sehingga mencegah
terjadinya kesalahan dalam pemberian obat. Sistem Double Check juga diterapkan
sebagai pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat. Rute (cara) dan dosis obat
diberi sesuai instruksi dokter. Waktu pemberian obat injeksi sesuai dengaan intruksi
dokter, namun dalam pemberian obat oral di berikan langsung pada saat siang hari
untuk obat sampai malam pada hari itu.
Saat pengkajian situasi, perawat masing-masing tim menggunakan 1 troli
untuk berkeliling ke semua ruangan di Komering 1.1. Ada kemungkinan waktu
pemberian obat terlambat 30 menit, karena saat pemberian obat ada kemungkinan
melakukan tindakan yang lain selain terapi injeksi seperti, GV, pasang infus baru, dan
tindakan lain. Dokumentasi pemberian obat tertulis di kardeks obat dengan
mencantumkan jam, inisial nama dan paraf perawat yang memberikan obat.

3) Pasien Jatuh
Di ruang Komering 1.1 setiap ada pasien baru maka akan dilakukan scoring resiko
jatuh. Pasien dengan resiko jatuh sedang dan tinggi akan diberikan edukasi pada
keluarganya dan diberikan gelang resiko jatuh (kuning) pada pasien. Pada tempat
tidur pasien akan dipasang lugo segitiga kuning dan protokol resiko jatuh.Perawat
Komering 1.1 mengidentifikasi jenis gelang yang dipakai pasien ketika memasuki
ruang rawat. Berdasarkan hasil pengkajian1 pada tanggal 29-31 Mei 2017 tanda
resiko jatuh serta protokol pasien jatuh pada bed pasien sudah terpasang. Namun
pasien saat ini tidak ada yang memiliki resiko tinggi jatuh sehingga tidak ada pasien
yang terpasang klip kuning.
4) Cidera Akibat Restrain
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 29-31 mei 2017 tidak
ditemukan pasien yang di restrain di ruang Komering 1.1 sehingga tidak terdapat
cidera akibat restrain.
5) Infeksi Nosokomial
a. Pemakaian Handscoon
Di ruang rawat inap Komering 1.1, Handscoon digunakan saat melakukan
tindakan invasif dan akan menyentuh cairan tubuh pasien serta diganti tiap pasien.
b. Cuci tangan 6 langkah
Dari hasil pengkajian perawat masih ada yang tidak melakukan cuci tangan 6
langkah dengan benar pada 5 moment yakni sebelum kontak dengan pasien,
sebelum melakukan tindakan aseptik, setelah kontak dengan pasien, setelah
terkena cairan tubuh pasien dan setelah terpapar lingkungan pasien, perawat juga
telah melakukan edukasi cara mencuci tangan pada keluarga pasien.
Pada pasien, setelah dilakukan observasi pada pasien di ruang rawat inap
Komering 1.1, baik pasien maupun keluarga jarang sekali melakukan cuci tangan
6 langkah setelah maupun sebelum kontak dengan pasien. Pasien dan keluarga
juga mengatakan penyuluhan dan edukasi mengenai cuci tangan 6 langkah telah
dilakukan oleh perawat namun mereka malas menerapkannya karena terlalu
merepotkan.
c. Pemilihan sampah
Pemilihan sampah meliputi sampah infeksius pada kotak sampah kuning, kotak
sampah hijau untuk sampah non infeksius. Pembuangan vial/ampul, botol infus
dan spuit/benda tajam juga dibuang terpisah dengan sampah lainnya serta
memiliki wadah pembuangan masing-masing secara terpisah.
Pemilihan sampah yang benar telah disosialisasikan perawat ruangan pada pasien
dan keluarga pasien. Perawat juga menegur pasien atau keluarga pasien ketika
terlihat membuang sampah di tempat sampah yang tidak sesuai

6) Flebitis
Perawat di ruangan Komering 1.1 melakukan tindakan dengan mengikuti teknik
aseptik selama melakukan tindakan invasif pada pasien. Perawat memperhatikan
tempat pemasangan infus. Perawat juga memantau lama pemasangan IV Line. Jika
sudah 3 hari atau apabila terdapat tanda-tanda flebitis maka akan diganti dengan IV
Line yang baru. Perawat juga menggunakan jarum yang sesuai dengan ukuran vena
dan tempat injeksi yang akan dilakukan, memantau secara berkala area IV line saat
pemberian terapi injeksi melalui IV, menjelaskan pada pasien agar segera melapor ke
perawat jika merasakan atau menemukan tanda dan gejala dari flebitis.Perawat
memilih perangkat IV yang tepat serta mengikuti pedoman pengenceran obat, untuk
mencegah partikel dan untuk memastikan bahwa obat atau solusi tidak terlalu pekat.
Saat analisa situasi, perawat memberitahukan kepada pasien jika pasien merasa
nyeri atau bengkak kemerahan di tempat pemasangan infus maka harus segera
melaporkan pada perawat. Saat ada pasien yang mengeluhkan tangannya yang
terpasang infus bengkak, maka perawat langsung mengecek dan memastikannya,
setelah itu langsung mengganti pemasangan infus pada area vena yang lain.
8.

Anda mungkin juga menyukai