Flow of Care
1. Penerimaan Pasien
Sumber pasien yang dirawat diruang Komering 1.1 berasal dari Intalasi Gawat
Darurat, Poli, Graha Specialis dan ruang rawat lainnya yang berada di
lingkungan rumah sakit umum Mohammad Hoesin Palembang. Perbandingan
penerimaan pasien berdasarkan ideal dan aktual terdapat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.5
Perbandingan Penerimaan Pasien Berdasarkan Ideal dan Aktual
N Ideal Aktual
o
1 Menerima informasi pasien baru Pasien yang dirawat di ruang
(pastikan nama pasien dalam 2 Komering 1.1 berasal dari Intalasi
suku kata, tanggal lahir, Medical Gawat Darurat, Poli, Graha
Record, DPJP, kelas yang Specialis dan ruang rawat lainnya
diinginkan) yang berada di lingkungan rumah
sakit umum Mohammad Hoesin
Palembang. Ruang Komering 1.1
berkoordinasi dengan bagian
informasi ketika menerima pasien
untuk di rawat inap dengan
menginformasikan nama pasien
dengan 2 suku kata, tanggal lahir,
nama DPJP, Diagnosa penyakit,
kelas/kamar yang diinginkan).
2 Penandatangan informed consent, Bagian informasi akan
cek status dan masukan data ke menghubungi ruang Komering 1.1
buku register pasien baru. apakah tersedia tempat untuk
pasien dengan masalah kesehatan
non infeksi dengan usia tertentu
yaitu dewasa berjenis kelamin laki-
laki, dengan lebih mendahulukan
bagian penyakit dalam.
3 Menyiapkan tempat tidur dan Jika tersedia tempat untuk pasien
peralatan/ sarana pendukung yang akan dirawat sesuai dengan
sesuai kebutuhan pasien yang kriteria pasien rawat inap
bersangkutan dengan teliti. Komering 1.1, maka petugas
kesehatan ruang Komering 1.1 akan
menyiapkan tempat tidur yang
akan ditempati pasien tersebut,
seperti memasang linen,
melengkapi peralatan bantal,
selimut dan memastikan oksigen
berfungsi dengan baik jika
dibutuhkan.
4 Cek kembali persiapan ruangan Berdasarkan observasi, perawat
dan beritahukan pada unit awal akan mengecek kembali persiapan
pasien masuk bahwa ruangan ruangan dan beritahukan pada unit
telah siap menerima pasien. awal pasien masuk bahwa ruangan
telah siap menerima pasien.
5 Mengantar pasien dan keluarga ke Ketika pasien tiba di ruangan,
tempat tidurnya. Memberi salam, perawat mengecek kelengkapan
memperkenalkan diri nama status, kim, identitas pasien serta
perawat yang bertanggungjawab. kelengkapan administrasi lainnya.
Kemudian, perawat mengantarkan
pasien ke kamar dan tempat tidur
yang akan ditempati. Perawat
memberi salam, memperkenalkan
diri nama perawat yang bertugas.
6 Mengkaji masalah pasien dan Perawat mengorientasikan ruangan
mengorientasikan pasien dan dan memasang identitas pasien.
keluarga terhadap lingkungan Pada saat penerimaan pasien baru,
kamar, sarana yang tersedia serta perawat juga melakukan serah
paraturannya. terima pasien dengan petugas unit
asal pasien dan
mendokumentasikannya. Perawat
mengkaji masalah pasien dan
mengorientasikan pasien dan
keluarga dengan lingkungan ruang
perawatan.
7 Mengobservasi kondisi dan Selain itu perawat memberikan
respon pasien untuk edukasi tentang patient safety serta
mengantisipasi kegawatdaruratan prosedur cuci tangan yang baik dan
pada pasien. benar kepada pasien dan
keluarganya, namun masih ada
beberapa pasien yang belum
mendapatkan edukasi sama sekali
selama di rawat di Komering 1.1
sebanyak 15% dari total pasien.
8 Perawat mengkaji vital sign dan Perawat tidak mengkaji vital sign
head to toe. dan head to toe pada saat pasien
datang.
9 Menyusun discharge planning Setelah pengkajian pasien selesai,
rencana keperawatan, selanjutnya perawat menyusun
memberikan laporan kepada rencana keperawatan dan diagnosa
dokter jaga yang kemudian keperawatan yang akan di angkat.
bertanggung jawab untuk
mengecek hasil pemeriksaan dan
mengevaluasi
(Sumber:Swanburg, 2002)
1. Pengeloaan Pasien
Tabel 2.6
Perbandingan Pengelolaan Pasien Berdasarkan Ideal dan Aktual
N Ideal Aktual
o
1 Pendekatan proses Keperawatan: Assesment pengkajian pasien di
Asuhan keperawatan adalah metode ruang rawat inap Komering 1.1
ilmiah yang digunakan secara dilakukan pada saat pasien masuk
sistematis untuk mengkaji dan ruangan, menentukan diagnosa,
mendiagnosa status kesehatan intervensi dilakukan dan
Pasien, merumuskan tujuan yang dievaluasi secara berkala sampai
hendak dicapai, menentukan pasien keluar ruangan. Semua
intervensi, mengevaluasi mutu tindakan di dokumentasikan ke
asuhan yang dilakukan terhadap dalam status pasien.
Pasien (Potter & Perry: 2005)
2 Standar Pengkajian Komponen Format pengkajian Asuhan
pengkajian keperawatan meliputi Keperawatan di ruang Komering
yang pertama adalah pengumpulan 1.1 disediakan oleh pihak rumah
data dengan kriteria: menggunakan sakit, di dalam format pengkajian
format yang baku, sistematis, diisi tersebut terdapat: identitas Pasien,
sesuai kolom yang tersedia, aktual antropometri, keluhan, alergi,
dan absah. Yang kedua adalah nyeri, tingkat ketergantungan,
pengelompokkan data: data resiko jatuh, resiko dekubitus,
biologis, psikologis, sosial, spiritual. pola eliminasi, pola istirahat dan
Kemudian merumuskan masalah tidur, status gizi dan nutrisi,
yang kriterianya: kesenjangan status riwayat penyakit dan tindakan
kesehatan dengan norma dan pola yang telah dilakukan, pengkajian
fungsi (Potter & Perry : 2005). khusus lansia, pengkajian luka.
b. Managemen Unit
1) Perencanaan dan Sumber daya/kekuatan kerja
a. Perencanaan Kebutuhan tenaga keperawatan
Kebutuhan tenaga keperawatan ditetapkan berdasarkan karakteristik
pasien, model penugasan, kebijakan pemerintah pusat tentang pengadaan
ketenagaan perawat dan kompetensi yang dipersyaratkan untuk mencapai
tujuan pelayanan keperawatan. Dasar pertimbangan ketenagaan perawat dan
bidan di RSMH mengacu pada ketentuan:
1) Keputusan MENKES RI nomor: 81/Menkes/SK/I/2004 tentang pedoman
penyusunan perencanaan SDM kesehatan di tingkat Propinsi, kab/kota
serta Rumah sakit, tahun 2004, dimana perhitungan ketenagaan
berdasarkan WISN (Work Load Indikator Staff Need).
2) Berdasarkan rumus formula Douglas jumlah tenaga perawat yang
dibutuhkan :
A X B X 365
(365 Hari libur X jam kerja / hari)
3) Panduan ketenagaan di RS, direktorat pelayanan keperawatan, direktur
jenderal pelayanan medik depkes RI tahun 2002, dimana perhitungan
ketenagaan mengacu kepada pendekatan karakteristik pasien dan unit
kerja.
4) Peraturan mentri kesehatan RI no: 340/Menkes/PER/III/2010 tentang
klasifikasi RS, pasal 7 point 8, dimana ketenagaan perawat dihitung
berdasarkan ratio perawat dengan tempat tidur yaitu: 1:1.
2) Kajian SDM
Jumlah tenaga keperawatan di Ruang Komering 1.1 yaitu sebanyak 18
orang dan tenaga non medis sebanyak 7 orang. Pemberian asuhan
keperawatan di Komering 1.1 dilakukan oleh Katim dan perawat pelaksana
yang dikoordinir oleh kepala ruangan yang bertanggung jawab atas
pemberian pelayanan keperawatan secara menyeluruh oleh semua petugas
yang ada diruangan tersebut. Berikut ini klasifikasi sumber daya di ruang
rawat inap Komering 1.1 yaitu:
Tabel 2.9
Distribusi SDM berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Jumlah
1 S1 Keperawatan (Ners) 7 orang
2 S1 Keperawatan 1 orang
3 D III Keperawatan 11 orang
TOTAL 19 orang
Tabel 2.10
Distribusi SDM berdasarkan Masa Kerja
No Masa Kerja Jumlah
1 5 tahun 14 orang
2 5 - 15 tahun 2 orang
3 16 25 tahun 3 orang
TOTAL 19 orang
Tabel 2.11
Distribusi SDM berdasarkan Jumlah Tenaga Perawat
No Tenaga Perawat Jumlah
1 Kepala Ruangan 1 orang
2 Ketua Tim 3 orang
3 Perawat Pelaksana 15 orang
TOTAL 19 orang
Tabel 2.12
Distribusi SDM berdasarkan status kepagawaian
No Status golongan Jumlah
1 PNS 7 orang
2 BLU 12 orang
TOTAL 19 orang
Tabel 2.13
Distribusi SDM berdasarkan jenis kelamin
No Jenis kelamin Jumlah
1 Laki-laki 2 orang
2 Perempuan 17 orang
TOTAL 19 orang
Tabel 2.14
Distribusi SDM berdasarkan golongan
No Jenis kelamin Jumlah
1 II C 2 orang
2 II D 1 orang
3 III A 1 orang
4 III B -
5 III C 3 orang
5 IV A -
6 BLU 12 orang
TOTAL 19 orang
Tabel 2.15
PelatihandanPendidikanLanjut
No Nama Pendidikan Pelatihan
1 Linda Arayni, S.Kep, Ners 1. INSTRUKTUR KLINIK/CI (Th : 2010)
S.Kep,Ners 2. KREDENSIAL KEPERAWATAN (Th :
2014)
3. PERAWATAN LUKA (Th : 2014)
4. K3 (Th : 2015)
5. PATIENT SAFETY (Th : 2015)
6. BHD (Th : 2015)
7. EKG (Th : 2015)
8. ASESOR PERAWAT KLINIK (Th :
2015)
9. PPI ( Th : 2017)
2 Dewi Mariana, D3 perawat 1. SERVICE EXCELLENT
AMK (KOMUNIKASI EFEKTIF/ETIKA
KEPERAWATAN (Th : 2012)
2. PPI ( Th : 2017)
3. BHD (Th : 2014)
4. PRE ANALITIK & PLEBOTOMY (Th :
2013)
5. K3 (Th : 2015)
6. PATIENT SAFETY (Th : 2015)
7. PPGD (Th : 2013)
1. Reward
Setiap pekerja memiliki lembar penilaian kinerja yang dinilai langsung oleh
kepala ruangan per bulan. Hasil dari kinerja pegawai sangat berpengaruh pada
remunerasi yang didapatkan setiap bulannya. Semakin baik kinerja pegawai maka
semakin besar jumlah remunerasi yang didapat. Selain remunerasi, rumah sakit juga
memiliki program tahunan yaitu pemilihan perawat atau pegawai teladan.
Mekanismenya melalui rekomendasi Karu berdasarkan penilaian tertentu lalu
diajukan ke Ka.Instalasi yang selanjutnya akan diteruskan kepada panitia untuk
dinilai. Jika memenuhi persyaratan maka pegawai tersebut berhak mendapat gelar
pegawai atau perawat teladan.
Reward yang diberlakukan di rumah sakit ini juga ada yang bersifat non
financial yaitu reward yang meliputi pengadaan seminar-seminar atau pelatihan-
pelatihan khusus yang bertujuan untuk mengembangkan wawasan serta potensi yang
dimiliki oleh pegawai atau perawat tersebut. Bagi pegawai atau perawat yang
memiliki kompetensi tertentu, mereka pun mendapat kesempatan untuk diikut
sertakan dalam program tugas belajar hingga promosi jabatan sesuai dengan
persyaratan yang berlaku.
C PERILAKU
1. Keberadaan Keberadaan secara fisik di RSUP Dr.
Moehamad Hoesin Palembang sesuai dengan
jam dinas (berdasarkan absensi finger print)
dengan skalaukur = (>90=0,10,75%-
90%=0,05;75%=0)
3. Kerja sama dan komunikasi Selalu siap dan bekerja sama dan
berkomunikasi serta menerima kritik dengan
baik
3) Pengaturan Staf
1) Pengaturan Jadwal Dinas
Ruang Komering 1.1 menggunakan model layanan keperawatan
dengan metode TIM, dimana di ruangan Komering 1.1 di bagi menjadi 3 tim
yang masing-masing dipimpin oleh ketua tim yang dipilih langsung oleh Karu
(Kepala Ruangan) dengan kriteria tertentu seperti masa kerja, kemampuan
dalam memberikan pelayanan pada pasien, kepribadian dan tanggung jawab.
Jumlah jam kerja perawat setiap bulannya tidak lebih dari 170 jam yang dibagi
menjadi 3 shift yaitu pagi (7 jam), siang (7 jam), malam (10 jam). Lama
batasan jam kerja ini Komering 1.1 mengacu pada jam kerja yang berlaku di
lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jadwal dinas pegawai
di Komering 1.1 diatur langsung oleh Karu tetapi Karu memberikan kebijakan
untuk pegawainya apabila ada kepentingan khusus, Karu menerapkan sistem
buku request jadwal, dimana sebelum jadwal bulan selanjutnya disusun,
karyawan yang mempunyai kepentingan tersebut bisa menulis dibuku tersebut.
Karu sedapat mungkin mengatur jadwal tersebut sehingga kondisi ruangan
tidak kekurangan karyawan. Menurut Karu metode ini cukup efektif untuk
menghindari penukaran jadwal dan meminimalisir karyawan untuk izin, untuk
karyawan yang sakit ada kebijakan khusus yang berlaku di RSMH
Sedangkan untuk cuti tahunan, Karu mempunyai kebijakan untuk
mengatur jadwal cuti bagi semua pegawai setiap akhir tahun. Cuti tahunan
yang telah di atur pada akhir tahun tersebut akan dilaksanakan pada tahun
berikutnya. Setiap bulannya dibatasi hanya 2 orang saja yang cuti , yaitu 1
orang cuti di minggu pertama bulan tersebut dan 1 orang lagi cuti pada 2
minggu terakhir.Kebijakan ini diberlakukan untuk menghindari kekurangan
jumlah perawat dalam melaksanakan tugasnya untuk memberikan pelayanan
kepada pasien. Untuk perawat dengan jadwal dinas shift, jadwal liburnya telah
ditentukan sesuai dengan jadwal dinas yang telah disusun oleh Karu,
sedangkan perawat dengan jadwal nonshift mengikuti jam kerja yang berlaku
di lingkungan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Pada setiap shift kerja terdapat penanggung jawab, misalnya shift pagi
penangggung jawabnya yaitu Katim masingmasing sedangkan shift sore dan
malam penanggung jawabnya ditentukan oleh Karu dengan kriteria tertentu,
sehingga apabila terdapat masalah atau kesulitan selama bekerja pada shift
tersebut penanggung jawab dapat langsung menghubungi Karu, begitu pula
sebaliknya. Karu memantau ruangan melalui penanggung jawab masing-
masing shift.
2) Pelaksanaan Overan
Mekanisme overan diruangan yaitu perawat mempunyai buku operan
masing-masing tim, perawat yang bertugas setiap shift menulis dibuku tersebut
yang berisikan tentang pasien masing-masing begitu juga untuk shift
selanjutnya, sehingga komunikasi diantara perawat yang bertugas tetap
terjaga. Buku laporan tersebut dibacakan setiap operan shift jaga sehingga tim
lainnya dapat mengetahui dan dapat saling mengingatkan selama operan
berlangsung, perawat juga bertugas mencatat apa saja hal yang di operkan oleh
perawat yang dinas sebelumnya. Setelah operan secara lisan selesai, perawat
beserta Karu operan langsung ke ruangan pasien untuk melihat keadaan pasien
saat operan dan memperkenalkan diri kepada pasien bahwa perawat tersebut
yang bertugas saat itu.
Selain operan dengan buku operan, perawat juga melakukan metode
operan dengan menggunakan SBAR. SBAR adalah metode serah terima
dimana tertuliskan apa saja tindakan yang telah dilakukan serta tindakan yang
akan dilakukan oleh perawat yang bertugas selanjutnya. SBAR juga berisikan
instruksi dokter yang bersifat cito via telepon yang nantinya dokter selaku
DPJP akan memvalidasinya dengan membubuhkan tanda tangan pada SBAR
tersebut dalam waktu <24 jam.
Berdasarkan observasi melalui format penilaian evaluasi kegiatan
handover dari PSIK FK UNSRI setiap aspek sudah dilakukan dengan total
persentase 100 %.
3) Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan belum pernah dilaksanakan. Kegiatan yang telah
dilaksanakan di ruangan adalah DRK (Diskusi Refleksi Kasus). Jika berbentuk
kasus, DRK langsung dilaksanakan ke pasien.
Tabel 2.13
Perbandingan Ronde Keperawatan Berdasarkan Ideal dan Aktual
Ideal Aktual
Ronde keperawatan adalah kegiatan Berdasarkan hasil observasi di ruang
yang bertujuan untuk mengatasi Komering 1.1, didapatkan
masalah keperawatan pasien yang kesimpulan bahwa ronde
dilaksanakan oleh perawat disamping keperawatan belum pernah tetapi
melibatkan pasien untuk membahas ruang Komering 1.1 memiliki agenda
dan melaksanakan asuhan kegiatan yang disebut DRK (Diskusi
keperawatan. Refleksi Kasus) dimana telah
Pada kasus tertentu, harus dilakukan ditentukan sebelumnya mengenai
oleh perawat primer dan/atau konselor, topik dan judul yang akan dibahas.
kepala ruangan, perawat Diskusi yang dilakukan dapat berupa
associateyang perlu juga melibatkan pembahasan mengenai kasus pasien
seluruh anggota tim kesehatan yang belum teratasi atau dapat
(Nursalam, 2002). berupa kesenjangan antara teori, SPO
Karakteristik : aktual di lapangan.Kegiatan DRK
1) Pasien dilibatkan secara langsung tersebut dihadir oleh seluruh perawat
2) Pasien merupakan fokus kegiatan ruang Komering 1.1, Karu, Ka.
3) Perawat Primer dan Pelaksana dan Instalasi, Bidang Keperawatan,
konselor melakukan diskusi Komite Keperawatan serta
bersama narasumber terkait.
4) Konselor memfasilitasi kreativitas
5) Konselor membantu
mengembangkan kemampuan
Perawat Primer dan Pelaksana
dalam meningkatkan kemampuan
mengatasi masalah
4) Pendokumentasian Askep
Tabel 2.15
Perbandingan Dokumentasi Keperawatan Berdasarkan Ideal dan Aktual
Ideal Aktual
Dokumentasi pengkajian mencakup : Berdasarkan hasil studi dokumentasi
a) pengumpilan data dilakukan penerapan standar asuhan
dengan anamnesis, observasi, keperawatan pada 38 arsip status
pemerikasaan fisik dan pasien didapatkan hasil bahwa:
penunjang, sumber data adalah Komering 1.1 96% sudah baik dalam
klien, keluarga atau orang yang melakukan dokumentasi pengkajian.
terkait, Data yang dikumpulkan Data telah dikaji sesuai dengan
difokuskan untuk pengkajian, data dikelompokkan
mengidentifikasi berdasarkan bio-psiko-sosial-
spiritual, pengkajian data dilakukan
sejak pasien masuk sampai pulang
dan masalah telah dirumuskan
berdasarkan kesenjangan antara
status kesehatan dengan norma dan
pola fungsi kehidupan. Namun, pada
pendokumentasian tidak dituliskan
etiologi dari diagnosa yang muncul.
Pada diagnosa nyeri, tidak
dipaparkan PQRST dari nyeri
tersebut pada pengkajian analisa
data. Saat observasi juga terdapat
pendokumentasian askep yang tidak
sinkron yaitu pada catatan
perkembangan pada hari tersebut
nyeri skala 7 namun pada monitoring
tidak dicantumkan. Pada saat malam
pasien mengalami demam 38,7o C
tapi tidak ditulis pada catatan
perkembangan.
Kurang data subjektif dan data
objektif dalam penegakan diagnosa
keperawatan. Data yang dituliskan
tidak sesuai dengan kondisi pasien
yang sesungguhnya, perawat
cenderung mengikuti status terdahulu
tanpa melakukan pengkajian ulang.
Pada teori
2. Lingkungan Kerja
a. Lingkungan Fisik
Dari hasil kajian situasi di ruangan yang dikaitkan dengan peraturan ideal dari
Kemenkes RI tahun 2012 yaitu:
1. Batas ruang rawat Komering 1.1 sebelah timur berbatasan dengan ruang
Komering 1.2 dipisahkan oleh tangga, bagian selatan berbatasan dengan
ruang Rupit 1.1 lantai satu dipisahkan oleh selasar, sebelah barat berbatasan
dengan masjid, sebelah utara berbatasan dengan ruang seilincah dipisahkan
oleh jalan setapak.
2. Gedung atau bangunan Komering 1.1 berada jauh dari tempat-tempat
pembuangan kotoran dan mesin generator atau mesin lainnya sehingga dapat
meningkatkan kenyamanan dan ketenangan pasien rawat inap.
3. Untuk tata letak ruang, ruang perawat Komering 1.1 berada pada satu garis
linier dengan konter dan ruang perawat sehingga mudah untuk dijangkau
oleh pasien jika memerlukan bantuan perawat dan perawat juga dapat tetap
bisa melakukan pengawasan terhadap pasien lebih efektif dan efisien
4. Selain ruang perawatan, ruang Komering 1.1 memiliki ruangan lainnya
seperti ruang kepala ruangan, ruang dokter muda, ruang persiapan, ruang B3
dan gudang.
5. Kelengkapan Peralatan
Kekurangan :vaccum central tidak berfungsi dengan baik, sehingga harus
menggunakan suction portable saat ini masih dalam perbaikan.
Kerapian: susunan dalam lemari peralatan kurang tertata rapi dan banyak
tumpukan
Tempat: Tempat penyimpanan peralatan dan tindakan yang tersedia di
ruang Komering 1.1 kurang luas.
6. Letak toilet
STANDAR PERMENKES RUANG KOMERING 1.1
Toilet atau kamar mandi umum
yang aksesibel harus dilengkapi Di ruang komering 1.1 toilet
dengan tampilan rambu/simbol belum ada rambu/simbol disable
"disabel" pada bagian luarnya. pada bagian luar toilet
Toilet atau kamar kecil umum
harus memiliki ruang gerak yang Toilet di ruang komering 1.1
cukup untuk masuk dan keluar kurang luas dan bertingkat
pengguna kursi roda. sehingga susah untuk akses
Ketinggian tempat duduk kloset masuk kursi roda
harus sesuai dengan ketinggian
pengguna kursi roda sekitar (45 -
50 cm)
Toilet atau kamar kecil umum
harus dilengkapi dengan Pada tiap toilet telah tersedia
pegangan rambat (handrail) yang handrail
memiliki posisi dan ketinggian
disesuaikan dengan pengguna Di tiap toiet belum disediakan
kursi roda dan penyandang cacat tissu, ada bak untuk
yang lain. Pegangan disarankan penampungan air dan tempat
memiliki bentuk siku-siku untuk sabun
mengarah ke atas untuk Lantai pada toilet komering 1.1
membantu pergerakan pengguna tidak licin
kursi roda.
Letak kertas tissu, air, kran air Pintu toilet bergungsi dengan
atau pancuran (shower) dan baik mudah dibuka dan ditutup
perlengkapan-perlengkapan
seperti tempat sabun dan
pengering tangan harus dipasang
sedemikian hingga mudah
digunakan oleh orang yang
memiliki keterbatasan
keterbatasan fisik dan bisa Kunci pintu toilet fleksible
dijangkau pengguna kursi roda. mudah untuk dibuka
Permukaan lantai harus tidak
licin dan tidak boleh Pada tiap toilet sudah ada tombol
menyebabkan genangan. emergency yang mudah digapai
Pintu harus mudah dibuka dan oleh pasien bila sewaktu waktu
ditutup untuk memudahkan terjadi keadaan darurat atau
pengguna kursi roda. bencana
Kunci-kunci toilet atau grendel
dapat dibuka dari luar jika terjadi
kondisi darurat.
Pada tempat-tempat yang mudah
dicapai, seperti pada daerah pintu
masuk, dianjurkan untuk
menyediakan tombol bunyi
darurat (emergency sound button)
bila sewaktu-waktu terjadi
sesuatu yang tidak diharapkan.
7. SOP SAK
5. Pelaksanaan Patientsafety
Di ruangan Komering 1.1 untuk meningkatkan patien safety diberikan pelatihan-
pelatihan kepada perawat dan petugas kesehatan di rumah sakit, pelatihan-pelatihan
tersebut terkait dengan 6 sasaran keselamatan pasien (patient safety) diantaranya
pelatihan komunikasi efektif, pelatihan pasien sefty, pelatihan PPI dasar, dan pelatihan
K3 RS. Berikut ini pelaksanaan patient Safety di ruang Komering 1.1 berdsarkan
pengkajian di ruang Komering 1.1 :
1) Kejadian Dekubitus
Pasien di ruangan Komering 1.1 terdiri dari pasien penyakit dalam,bedah dan
berbagai penyakit non infeksi lainnya. Saat melakukan kajian situasi di ruang
Komering 1.1, sebagian pasien mengalami gangguan mobilitas fisik, penurunan
sensoris persepsi, masalah nutrisi dan masalah gangguan kulit. Berdasarkan data
Februari - Mei 2017 didapatkan hasil bahwa tidak terdapat pasien yang mengalami
kejadian dekubitus yaitu 0%.
2) Kesalahan Pemberian Obat oleh Perawat
Berdasarkan data dari bulan Februari - Mei 2017 didapatkan hasil tidak
terdapat kesalalahan dalam pemberian obat oleh perawat.Ketelitian pemberian obat
dilakukan oleh perawat diruang rawat inap komering 1.1.Pasien di ruang Komering
1.1 memiliki gelang identitas sebagai alat identifikasi pasien sehingga mencegah
terjadinya kesalahan dalam pemberian obat. Sistem Double Check juga diterapkan
sebagai pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat. Rute (cara) dan dosis obat
diberi sesuai instruksi dokter. Waktu pemberian obat injeksi sesuai dengaan intruksi
dokter, namun dalam pemberian obat oral di berikan langsung pada saat siang hari
untuk obat sampai malam pada hari itu.
Saat pengkajian situasi, perawat masing-masing tim menggunakan 1 troli
untuk berkeliling ke semua ruangan di Komering 1.1. Ada kemungkinan waktu
pemberian obat terlambat 30 menit, karena saat pemberian obat ada kemungkinan
melakukan tindakan yang lain selain terapi injeksi seperti, GV, pasang infus baru, dan
tindakan lain. Dokumentasi pemberian obat tertulis di kardeks obat dengan
mencantumkan jam, inisial nama dan paraf perawat yang memberikan obat.
3) Pasien Jatuh
Di ruang Komering 1.1 setiap ada pasien baru maka akan dilakukan scoring resiko
jatuh. Pasien dengan resiko jatuh sedang dan tinggi akan diberikan edukasi pada
keluarganya dan diberikan gelang resiko jatuh (kuning) pada pasien. Pada tempat
tidur pasien akan dipasang lugo segitiga kuning dan protokol resiko jatuh.Perawat
Komering 1.1 mengidentifikasi jenis gelang yang dipakai pasien ketika memasuki
ruang rawat. Berdasarkan hasil pengkajian1 pada tanggal 29-31 Mei 2017 tanda
resiko jatuh serta protokol pasien jatuh pada bed pasien sudah terpasang. Namun
pasien saat ini tidak ada yang memiliki resiko tinggi jatuh sehingga tidak ada pasien
yang terpasang klip kuning.
4) Cidera Akibat Restrain
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 29-31 mei 2017 tidak
ditemukan pasien yang di restrain di ruang Komering 1.1 sehingga tidak terdapat
cidera akibat restrain.
5) Infeksi Nosokomial
a. Pemakaian Handscoon
Di ruang rawat inap Komering 1.1, Handscoon digunakan saat melakukan
tindakan invasif dan akan menyentuh cairan tubuh pasien serta diganti tiap pasien.
b. Cuci tangan 6 langkah
Dari hasil pengkajian perawat masih ada yang tidak melakukan cuci tangan 6
langkah dengan benar pada 5 moment yakni sebelum kontak dengan pasien,
sebelum melakukan tindakan aseptik, setelah kontak dengan pasien, setelah
terkena cairan tubuh pasien dan setelah terpapar lingkungan pasien, perawat juga
telah melakukan edukasi cara mencuci tangan pada keluarga pasien.
Pada pasien, setelah dilakukan observasi pada pasien di ruang rawat inap
Komering 1.1, baik pasien maupun keluarga jarang sekali melakukan cuci tangan
6 langkah setelah maupun sebelum kontak dengan pasien. Pasien dan keluarga
juga mengatakan penyuluhan dan edukasi mengenai cuci tangan 6 langkah telah
dilakukan oleh perawat namun mereka malas menerapkannya karena terlalu
merepotkan.
c. Pemilihan sampah
Pemilihan sampah meliputi sampah infeksius pada kotak sampah kuning, kotak
sampah hijau untuk sampah non infeksius. Pembuangan vial/ampul, botol infus
dan spuit/benda tajam juga dibuang terpisah dengan sampah lainnya serta
memiliki wadah pembuangan masing-masing secara terpisah.
Pemilihan sampah yang benar telah disosialisasikan perawat ruangan pada pasien
dan keluarga pasien. Perawat juga menegur pasien atau keluarga pasien ketika
terlihat membuang sampah di tempat sampah yang tidak sesuai
6) Flebitis
Perawat di ruangan Komering 1.1 melakukan tindakan dengan mengikuti teknik
aseptik selama melakukan tindakan invasif pada pasien. Perawat memperhatikan
tempat pemasangan infus. Perawat juga memantau lama pemasangan IV Line. Jika
sudah 3 hari atau apabila terdapat tanda-tanda flebitis maka akan diganti dengan IV
Line yang baru. Perawat juga menggunakan jarum yang sesuai dengan ukuran vena
dan tempat injeksi yang akan dilakukan, memantau secara berkala area IV line saat
pemberian terapi injeksi melalui IV, menjelaskan pada pasien agar segera melapor ke
perawat jika merasakan atau menemukan tanda dan gejala dari flebitis.Perawat
memilih perangkat IV yang tepat serta mengikuti pedoman pengenceran obat, untuk
mencegah partikel dan untuk memastikan bahwa obat atau solusi tidak terlalu pekat.
Saat analisa situasi, perawat memberitahukan kepada pasien jika pasien merasa
nyeri atau bengkak kemerahan di tempat pemasangan infus maka harus segera
melaporkan pada perawat. Saat ada pasien yang mengeluhkan tangannya yang
terpasang infus bengkak, maka perawat langsung mengecek dan memastikannya,
setelah itu langsung mengganti pemasangan infus pada area vena yang lain.
8.