Thalasemia dijelaskan pada tahun 1927 oleh Cooley et al., adalah jenis anemia berat
yang berhubungan dengan kelainan splenomegali dan abnormslitas tulang [1].
Homozigot beta talasemia, juga dikenal sebagai Cooley's anemia atau anemia
Mediterania terutama terlihat di populasi orang Mediterania [2]. populasi dunia sekitar 15
juta orang diperkirakan menderita penyakit thalasemia Di India hampir 12.000 bayi yang
lahir setiap tahun dengan hemoglobinopathy. Pada rata-rata 1: 25 masyarakat indis
adalah pembawa talasemia.
Kurangnya kemudahan dalam mendiagnosis pasien dengan anemia defisiensi besi,
yang merupakan salah satu hemoglobinopathy paling membingungkan. Dimana
thalassemia dan anemia defisiensi besi mempunyai karakteristik yang sama yaitu
dengan ditandai adanya hipokrom mikrositik dan kurangnya suplementasi besi, tetapi
pemberian suplementasi besi tidak dapat mengobati anemia pada pasien thalasemia.
Thalasemia dapat diklasifisikan berdasarkan rantai globinnya, yaitu beta thalassemia
mayor dengan kekurangan sintesis beta globin, sedangkan alpha thalassemia dengan
kekurangan sintesis alpha globin. Berkurangnya salah satu dari dua rantai sintesa globin
tersebut dapat menyebabkan akumulasi hemoglobin yang mengakibatkan hipokromik
dan mikrositik sel merah.
Thaasemia trait juga dikenal sebagai thalasemia minor yang bisa ditemukan pada
heterozigot individu dengan gangguan produksi rantai Alfa dan beta. Tetapi ini bukan
merupakan tanda-tanda klinis dari thalasemia, dan splenomegali juga jarang terjadi.
Pada beta thalassemia didapatkan kekurangan yang besar dalam memproduksi rantai
normal beta. Hal ini menyebabkan kelebihan rantai alphai yang tidak larut dan
cenderung memicu terbentuknya inklusi intraseluler yang merusak struktur eritrosit dan
mengakibatkan penghancuran sumsum tulang dan limpa yang prematur.
Beta Thalasemia Mayor yang dulunya bernama Cooley's anemia terjadi ketika kedua
gen yang diperlukan untuk produksi globin beta yang saling berpengaruh. Beta
thalasemia menunjukkan pada usia janin 6 bulan ketika hemoglobin dewasa telah
digantikan oleh hemoglobin fetus. Gambaran darah tepi yang disebabkan oleh gagalnya
pengiriman sinyal ke sumsum tulang untuk meningkatkan produksi eritrosit (melalui
eritropoietin), namun, produksi erirosit yang abnormal. Proses ini disebut erythropoesis
inefektif. Seiring berjalannya waktu, rongga sumsum (tulang tengkorak, tulang muka dan
tulang rusuk) mengalami (erythroid hiperplasia), menyebabkan bentuk wajah yang klasik
dan temuan-temuan radiograf. erythropoesis yang besar dalam tulang menyerang
korteks tulang, mengganggu pertumbuhan tulang dan menyebabkan abnormalitas
tulang lainnya. Eritrosit menjadi abnormal oleh sistem reticulo-endotelial dan diambil
oleh organ-organ yang engakibatkan hepatosplenomegaly Pada pasien yang tidak
diobati, kematian biasanya terjadi pada akhir dekade kedua dikarenaksn dari anemia
dan penyskit jantung congestive. Pasien ini membutuhkan transfusi yang terus menerus
untuk bertahan hidup (setiap dua sampai empat minggu).
Thalasemia intermedia adalah bentuk lain dari thalassemia beta berat. Pasien ini
membutuhkan transfusi darah tetapi tidak terus-menerus. Prognosis kasus tersebut jauh
lebih baik daripada pada pasien dengan thalasemis mayor dan perawatan gigi relatif
lebih sedikit. kriteria diagnostik utama pada sindrom intermedia ini sedikit ditemukan dan
dan sebagian besar berdasarkan nilai hemoglobin tanpa transfusi [3].
thalasemia alpha hasil dari delesi salah satu dari empat gen yang diperlukan untuk
membuat rantai alpha globin. rantai non alfa umumnya lebih larut dan agregasinya
kurang toksik. anemia hemolitik dan efektif erythropoesis cenderung kurang parah
dibandingkan dengan beta-thalassemia yang serupa tingkat ketidakseimbangan rantai
hemoglobinnya.
Diagnosis dari thalassemia melibatkan tiga pendekatan [4].
Hitung darah lengkap, tes hematologikal ini memberikan gambaran umum dari sel-sel
darah. Jika MCV dan MCH berkurang maka efisiensi zat besi dikesampingkan dan
thalasemia harus dipertimbangkan. pada thalassemia menunjukkan RBC anisocytosis,
poikilocytosis berinti dan memiliki distribusi hemoglobin yang tidak merata.
(memproduksi sel target yang terlihat seperti bull's eyes di bawah mikroskop).
ii. screen test Talasemia atau tes thalasemia haemoglobinopathy. Tes ini menentukan
jenis dan jumlah dari haemoglobin(Hb). Tes ini dilakukan setelah diduga
haemoglobinopathy berdasarkan riwayat keluarga atau hiyung darah lengkap. HB A (
adalah jenis normal Hb yang ditemukan pada orang dewasa. Meningkatnya Hb A2
adalah parameter penting yang menentukan terjadinya beta talasemia. HB F juga
meningkat pada beta thalassemia. HB H inklusi ( tetramer) merupakan sebuah tes
definitif untuk mengkonfirmasi alpha talasemia pada orang dewasa. Bart hemoglobin (
tetramer) terlihat pada bayi baru lahir dengan thalasemia .
Iii. Analisis mutasi DNA. Test ini digunakan untuk menentukan delesi dan mutasi pada
gen yang memproduksi globin Alfa dan beta .ini tidak secara rutin digunakan tetapi
digunakan bila haemoglobinopathy tidak bisa ditentuksn dengan tes skrining thalasemia
atau ketika mutasi yang terjadi sedang dicari untuk menentukan haemoglobinopathy
5.3 Splenektomi:
Timbulnya hypersplenism mengindikasikan perlunya transfusi darah. Ini
memperburuk persoalan yang ditimbulkan oleh akumulasi besi. adanya
leucopenia dan trombositopenia secara tiba-tiba dapat menghilangkan spleen.
Namun, sekuel dari Splenektomi adalah risiko sepsis mendadak yang
disebabkan oleh mikroorganisme yang tidak berkapsul. pasien tersebut sering
menerima profilaksis setiap hari.
Oral chelators biasanya digunakan oleh pasien thalassemia. Efek samping dari
deferiprone oral termasuk hepatitis, agranulositosis dan neutropenia.
Deferasirox dapat mempengaruhi fungsi ginjal dan juga menyebabkan hepatitis,
perdarahan gastrointestinal dan cytopenia [16]. Kemungkinan keterlibatan sistem
imunitas tubuh sebagai efek samping dari obat ini, itulah mengapa antibiotik
wajib diberikqn pada pasien thalassemia. Berhati-hati lah dalam memilih jenis
dan dosis obat seperti non steroid anti-inflamasi dan antibiotik tertentu untuk
fungsi hati dan ginjal kemungkinan dapat terjadinya perdarahan gastrointestinal.
Perencanaan para pasien ini dengan melakukan sedasi anestesi sangat penting
ketika ingin merencanakan perawatan gigi dari yang paling sederhana juga
memastikan peningkatan pra-, intra- dan pasca kontrol operasi.
manajemen gigi pasien thalassemia membutuhkan perhatian khusus karena
pasien bisa saja menjadi seorang pasien jantung, diabetes, splenectomised atau
pasien dengan kompromais imunitas dan fungsi hati. Seorang dokter gigi harus
memiliki pengetahuan yang mendalam dalam mengelola pasien-pasien
thalasemia. Cara terbaik yaitu dengan pendekatan multidisiplin yang melibatkan
ahli bedah gigi, Hematologi, dan orthodontist untuk memberikan perawatan gigi
pada pasien dengan tumor jinak darah dyscrasia.