Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini, perkembangan industri kosmetik, detergen, produk-produk


perawatan diri (personal care products) semakin meningkat, dimana
meningkatnya produk-produk tersebut mengakibatkan kebutuhan bahan aktif
seperti surfaktan semakin meningkat pula. Surfaktan (surface active agent)
merupakan salah satu oleokimia turunan yang merupakan senyawa aktif yang
mampu menurunkan tegangan permukaan dan tegangan antaramuka suatu
cairan. Surfaktan memiliki gugus hidrofilik (biasa disebut bagian kepala,
dan yang suka air) dan hidrofobik (yang disebut bagian ekor, yang tidak suka
air). Sifat surfaktan inilah, sehingga surfaktan dapat digunakan sebagai
bahan penggumpal, pembusaan, dan emusifier oleh industri farmasi,
kosmetik, kimia, pertanian dan pangan serta industri produk perawatan diri
(personal care product).
Perkembangan industri kosmetik, detergen, produk-produk perawatan diri
(personal care) semakin meningkat. Dimana meningkatnya produk-produk
tersebut mengakibatkan kebutuhan bahan aktif seperti surfaktan meningkat
pula.
Detergen berasal dari bahasa latin yaitu detergere yang berarti
membersihkan. Detergen merupakan penyempurnaan dari produk sabun.
Detergen sering disebut dengan istilah detergen sintetis yang mana detergen
berasal dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan produk
terdahulu yaitu sabun, detergen mempunyai daya cuci yang lebih baik serta
tidak berpengaruh terhadap kesadahan air.
Kebutuhan detergen meningkat dengan adanya dua kelemahan sabun.
Pertaman, sabun merupakan garam dari asam lemah, arutannya agak basa
karena adanya hidrolisis parsial. Masaah kedua ialah bahwa sabun biasa
membentuk garam dalam air sadah yang mengandung kation logam-logam
tertentu seperti Ca, Mg, Fe, dan kation-kation tersebut menyebabkan garam-
garam natrium atau kalium dari asam karboksilat yang semula larut menjadi
garam-garam karboksilat yang tidak larutmengakibatkan warna cokelat pada
pakaian. Masalah sabun dapat dapat dikurangi dengan menciptakan detergen
Kosmetik dan personal care merupakan suatu kebutuhan bagi konsumen,
mulai dari remaja sampai yang tua dimana mempunyai fungsi masing-
masing. Secara umum kosmetik dan personal tersebut memberikan manfaat
sebagai Pembersih (rambut & kulit), Perlindungan kulit, penahan air,
Penghilang bau. Sebagai pengguna konsumen, tentunya menilai produk dari
segi warna, bau, tekstur, keamanan, dan aplikasi produk itu sendiri. Salah
satu dari penentuan faktor-faktor produk itu berkualitas adalah dari
penggunaan surfaktan.

1.2. Rumusan Masalah


Setiap hari kita pasti perlu menggunakan pakaian untuk menutupi aurat kita.
DETERGEN pasti kita sering mendengar kata tersebut, karena dengan
adanya deterjen memudahkan kita untuk membersihkan pakaian kita yang
kotor setelah kita pakai Detergen adalah campuran berbagai bahan yang
digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan
turunan minyak bumi,dibanding dengan sabun, detergen mempunyai
keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak
terpengaruh oleh kesadahan air. Akan tetapi pemakaiannyapun dapat
menjadikan dampak negative pada lingkungan kita.

Zat-zat yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari kebanyakan tidak dalam
keadaan murni, melainkan bercampur dengan dua atau lebih zat lainnya.
Campuran suatu zat akan mempertahankan sifat-sifat unsurnya. Oleh ksrena
itu suatu bahan kimia akan dipengaruhi oleh sifat, kegunaan, atau efek dari
zat-zat yang menyusunnya. Kekuatan pengaruh sifat masing-masing zat
bergantung pada kandungan zat dalam bahan bersangkutan. Banyak ragam
bahan kimia yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Pada makalah ini akan
dibahas beberapa diantaranya.

1.3. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini untuk mengetahui jenis surfaktan yang
terdapat dalam detergen, kosmetik dan personal care yang berhubungan
dengan compounding dan dispensing.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Surfaktan

Istilah surfaktan (surface active agent) merupakan salah satu oleokimia


turunan yang merupakan senyawa aktif yang mampu menurunkan tegangan
permukaan dan tegangan antar muka suatu cairan. Surfaktan memiliki gugus
hidrofilik (biasa disebut bagian kepala, dan yang suka air) dan hidrofobik
(yang disebut bagian ekor dan yang tidak suka air. Sifat surfaktan inilah,
sehingga surfaktan dapat digunakan sebagai bahan penggumpal, pembusaan,
dan emusifier oleh industri farmasi, kosmetik, kimia, pertanian dan pengan
serta industri produk (personal care).
Surfaktan adalah senyawa yang molekul-molekulnya mempunyai
duaujung yang berbeda interaksinya dengan air, yakni ujung satu
(biasadisebut kepala) yang suka air dan ujung satunya (yang disebut
ekor)yang tidak suka air. surfaktan dibagi atas surfaktan anionik,
kationik,nonionik, dan amfoterik. Surfaktan akan berbusa dengan baik
disegala jenis air dan akan dapat dibilas dengan mudah dan sempurna. Dalam
sampo modern, sabun telah diganti dengan bahan aktif yang disebut surfaktan
Sebagian besar sampo kini dalam kemasan 2 in 1,bahan pembersih sekaligus
conditioner. Bahan pembersihnya akan membersihkan rambut dan kulit
kepala, sementara conditioner-nyaakan membuat rambut lebih mudah disisir
ketika basah dan akan membuat rambut ketika kering lebih tampak berisi
(seolah lebihbesar volumenya) tanpa tampak beterbangan Pasalnya,
kimiawan sebelum tahun 1980-an percaya penuh bahwa tidak
mungkinmencampurkan bahan pembersih dan conditioner, seperti disebut
diatas pembersihnya adalah surfaktan anionik, sedangkan conditoner-nya
adalah surfaktan kationik
Penggunaan surfaktan sangat bervariasi, seperti bahan deterjen, kosmetik,
farmasi makanan, tekstil, plastik dan lain-lain. Beberapa produk pangan
seperti margarin, es krimdan lain-lain menggunakan surfaktan sebagai satu
bahannya. Syarat agar surfaktan dapat digunakan untuk produk pangan yaitu
bahwa surfaktan tersebut mempunyai nilai Hydrophyle Lypophyle Balance
(HLB) antara 2-16, tidak beracun, serta tidak menimbulkan iritasi.
Penggunaan surfaktan terbagi atas tiga golongan, yaitu sebagai bahan
pembasah, bahan pengemulsi dan bahan pelarut. Penggunaan surfaktan
inibertujuan untuk meningkatkan kestabilan emulsi dengan cara menurunkan
tegangan antarmuka, antara fasa minyak dan fasa air. Surfaktan dipergunakan
baik berbentu emulsi minyak dalam air maupun berbentuk emulsi air dalam
minyak (Masyithah, 2010).

2.1.1 Pembagian Surfaktan


a) Anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion.
Contohnya Alkyl Benzene Sulfonate (ABS), Linier Alkyl Benzene
Sulfonate (LAS), Alpha Olein Sulfonate (AOS)
b) Kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu kation.
Contohnya garam ammonium
c) Nonionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan contohnya
ester gliserin asam lemak, ester sorbiton asam lemak, ester sukrosa asam
lemak.
d) Amfoter yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif
dan negatif. Contohnya surfaktan yang mengandung asam amino.
e) Kandungan surfaktan didalam suatu produk deterjen biasanya sebanyak 8-
18%.

2.1.2. Mekanisme kerja surfaktan pada detergen


Surfaktan merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai dua ujung
yang berbeda, ujunghidrofil (suka air) dan ujung hidrofob (benci air/suka
lemak). Zat aktif ini berfungsi menurunkantegangan permukaan sehingga
dapat melepaskan kotoran pada pakaian. Lemak yang dimaksudpada zat
aktif ini tidak selalu berupa lemak karena makanan tapi dapat berupa noda
apa saja yangmengandung unsure C dan H. Pada awalnya surfaktan
membentuk misel dengan ujung hidrofil berikatan hydrogen dengan air,
sedangkan ujung hidrofobnya tertolak oleh air. Saat berdekatandengan noda
(mengandung unsure C dan H), ujung hidrofob akan menarik noda dari kain
danmembentuk misel baru. Mekanisme kerja surfaktan tidak melibatkan
pertukaran elektron sepertireaksi redoks. Yang terjadi pada mekanisme
kerja surfaktan adalah interaksi antara ekorhidrofolik dan hidrofobik dari
surfaktan.

2.2 Detergen
Deterjen pada umumnya mencekup setiap bahan pembersih termasuk
sabun, namun kebanyakan dihubungkan dengan deterjen sintetik. Deterjen
dapat mempunyai sifat tidak membentuk endapan dengan ion-ion logam
divalen dalam air sadah.
Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk
membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.
Dibanding dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain
mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan
air. Deterjen merupakan garam natrium dari asam sulfonat (http//www.chem-
is-try.org).
Deterjen telah lama digunakan dalam stabilisasi emulsi dan deterjen ini
merupakan jenis pengemulsi yang paling efisien. Meskipun tindakan tersebut
dapat dikatakan sebagai pengemulsi, maka dapat diketahui bahwa bahan-
bahan yang dapat digunakan sama baiknya dalam memecahkan emulsi (Lata,
1976).
Molekul dan ion yang diadsorpsi pada antarmuka dinamakan zat-aktif
permukaan, atau surfaktan. Pernyataan lain adalah amfifil, yang mengingatkan
bahwa molekul atau ion mempunyai afinitas tertentu baik terhadap pelarut
polar maupun nonpolar, amfifil secara dominan (kuat) bisa hidrofilik (suka
air), lipofilik (suka minyak). Sebagai contoh, alkohol yang mempunyai rantai-
lurus, amina-amina dan asam-asam adalah amfifil yang berubah dari hidrofilik
dominan menjadi lipofilik apabila jumlah atom karbon dalam rantai karbon
naik. Jadi, etil alkohol bercampur dengan air dalam segala perbandingan.
Sebagai bandingannya, kelarutan dalam air dari amil alkohol adalah sangat
kecil, sedang etil alkohol bisa dikatakan sangat lipofilik dan tidak larut dalam
air.
Amfifilik merupakan sifat dari zat aktif permukaan yang dapat
menyebabkan zat ini diadsorpsi pada antarmuka. Jadi dalam suatu dispersi
dalam air dari amil alkohol, gugus alkoholik polar dapat bergabung dengan
molekul-molekul air. Tetapi, bagian nonpolar ditolak karena gaya adhesif
yang dapat terjadi dengan air adalah kecil dibandingkan dengan gaya kohesif
antara molekul-molekul air yang berdekatan. Akibatnya, amfifil tersebut
diadsorpsi pada antarmuka (Martin, 1993).
Pada antarmuka udara/air, rantai-rantai lipofilik diarahkan keatas masuk
dalam udara, pada antarmuka minyak/air mereka bergabung dengan fase
minyak. Dengan cara berorientasi demikian pada antarmuka minyak/air, maka
molekul-molekul surfaktan membentuk suatu jembatan antara fase polar dan
fase nonpolar yang menyebabkan terjadinya transisi antara kedua fase tersebut
lebih baik. Untuk membuat agar amfifil terkonsentrasi pada antarmuka, maka
amfifil harus seimbang, dengan pengertian dengan pengertian gugus-gugus
yang larut dalam air harus seimbang dengan gugus-gugusnya yang larut dalam
minyak (Moechtar, 1989).

2.3. Formulasi kandungan deterjen

2.3.1. formulasi kandungan deterjen sebagai bahan pembentuk


Pembentuk berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan
cara menonaktifkan mineral penyebab kesadahan air. Contoh bahan
pembentuk yang terdapat dalam deterjen antara ialah Sodium Tri Poly
Phosphate (STPP), Sodium Phosphate, Nitriloacetic Acid (NTA), Ethylene
Diamine Tetra Acetate (EDTA). Secara umum kadar bahan pembentuk
sebanyak 20-45%.
2.3.2. Formulasi kandungan deterjen sebagai bahan pengisi
Pengisi adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai
kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh
bahan yang digunakan ialah Sodium sulfate (Borax) dan Anti-Foaming
Agents, yang memberikan gerak bebas pada deterjen dalam bentuk padat
bereaksi secara bebas di air serta Anti-Foaming Agents berfungsi sebagai
pereduksi jumlah busa. Sodium Silikat juga digunakan sebagai bahan
penghambat korosi pada mesin cuci. Umumnya bahan Pengisi terkandung
didalam deterjen sebanyak 5-45%.

2.3.3. Formulasi kandungan deterjen sebagai bahan tambahan


Bahan tambahan ini biasanya ditambahkan sebagai pelengkap dan tidak
berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen, misalnya pewangi,
pelarut, pemutih, pewarna dan lain-lain. Bahan tambahan yang
ditambahkan lebih dimaksudkan untuk komersialisasi. Contoh bahan yang
sering ditambahkan yaitu Sodium Perkarbonat dan Sodium Perborat, suatu
bahan tambahan yang memiliki daya pemutih. Bahan lainnya yaitu enzim,
yang berfungsi sebagai penghilang noda-noda yang besifat biologis seperti
darah. Persentasi banyak bahan tambahan yang ada di dalam suatu deterjen
sebanyak 15-30%.
Surfaktan merupakan bahan utama deterjen, sejak tahun 1960 surfaktan
AlkyBenzene Sulfonate (ABS) digunakan sebagai formula didalam
deterjen. Konsentrasi surfaktan di dalam air permukaan dengan gas (udara),
padatan (kotoran), dan cair (minyak) dapat menyebabkan pembasahan dan
menjadi media pembersih yang sangat baik. Ini dikarenakan surfaktan
memiliki struktur ampifilik, dimana salah satu bagian dari molekul
tergolong ionik atau polar dengan kekuatan tarik menarik pada air, dan
pada bagian lain termasuk golongan hidrokarbon dengan sifat menolak air.
Selain bahan-bahan diatas Lauril alkil sulfonat sangat dibutuhkan dalam
pembuatan detergen khususnya untuk detergen lunak dimana lebih ramah
terhadap lingkungan dan dapat dirusak oleh mikroorganisme. Sumber
utama lauril alkil sulfonat berasal dari industri perminyakan (Pratama,
2008).

2.4. Kosmetik dan personal care

Kosmetik dan personal care merupakan suatu kebutuhan bagi konsumen,


dimana mempunyai fungsi masing-masing. Secara umum kosmetik dan
personal tersebut memberikan manfaat sebagai Pembersih (rambut & kulit),
Perlindungan kulit, penahan air, Penghilang bau. Sebagai pengguna
konsumen, tentunya menilai produk dari segi warna, bau, tekstur, keamanan,
dan aplikasi produk itu sendiri. Salah satu dari penentuan faktor-faktor
produk itu berkualitas adalah dari penggunaan surfaktan.
Syarat-syarat suatu kosmetik dalam aplikasinya :
a) Memberikan kulit yang sehat

b) Menjaga kelembaban

c) Bebas dari kotoran dan tidak toksik

d) Tidak memberikan efek iritasi

e) Tidak menimbulkan alergi

Surfaktan merupakan senyawa yang dapat menurukan tegangan


permukaan suatu system, dimana adalah subtansi yang dalam keadaan rendah
mempunyai sifat dapat terabsorbsi pada sebagian atau seluruh antar muka
sistem. Surfaktan mempunyai gugus hidrofil dan lipofil yang seimbang
sehingga mampu menjadi jembatan penghubung antara polar dan nonpolar
yang dapat menyebabkan terjadinya interaksi antara ke 2 fase tersebut dengan
baik.
Pada kosmetik dan personal care, surfaktan juga memiliki syarat-syarat.
Syarat syaratnya seagai surfaktan :
Syarat :
1. Anti alergi
2. Anti iritasi
3. Bau dan warna berlebihan tidak anjurkan
4. Reaksi yang merugikan diminimalkan
5. Bebas dari kotoran dan tidak toksik

Untuk meminimalkan risiko medis, pembuat kosmetik cenderung


menggunakan surfaktan polimer. Selain itu surfaktan anionik, kationik,
nonionik, dan amfoterik juga dapat digunakan. Beberapa penelitian
menggunakan surfaktan alami karena lebih aman untuk aplikasi.
Dan fungsi dari surfaktan yang berperan dalam kosmetik itu sendiri yaitu :
1. Surfactants, Cleansing Agents
2. Surfactants, Emulsifying Agents
3. Surfactants, Foam Boosters
4. Surfactants, Hydrotropes
5. Surfactants, Solubilizing Agents
6. Surfactants, Suspending Agents

2.4.1. Jenis-jenis surfaktan yang digunakan dalam kosmetik dan personal


care :

a) Surfaktan anionik
Surfaktan anionik adalah memiliki muatan negatif pada kepala. Termasuk
pada kelompok-kelompok seperti asam karboksilat, sulfat, asam sulfonat,
asam fosfat dan turunannya, dan berguna untuk aplikasi yang memerlukan
pembersihan (perlengkapan mandi dan busa).
Surfaktan Asam Karboksilat : stearat berguna untuk produk
seperti deodoran dan antiperspirant. Garam (natrium stearat)
membuat sabun yang sangat baik.
Sulfat : natrium lauril sulfat (SLS), amonium sulfat lauril (ALS),
atau teretoksilasi, natrium sulfat laureth (SLES) dalam penggunaan
pembuatan sabun. Surfaktan tersebut pembuat foam sangat baik,
agen pembersih, dan relatif murah.
Asam sulfonat : umumnya lebih ringan dibandingkan sulfat.
Mereka termasuk Taurates (berasal dari taurin), Isethionates
(berasal dari asam isethionic), sulfonat olefin, dan Sulfosuccinates.
Alasan mereka tidak digunakan lebih sering adalah bahwa mereka
lebih mahal untuk diproduksi.

b) Surfaktan kationik
Surfaktan kationik memiliki muatan positif pada kepala. Termasuk
kationik yaitu seperti Amin, Alkylimidazolines, Amin Alkoxylated, dan
Senyawa Amonium Quaternized (atau Quats).
Surfaktan kationik paling signifikan yang digunakan dalam
kosmetik yaitu Quats. Quats seperti klorida Cetrimonium dan Klorida
Stearalkonium memberikan dasar untuk kondisioner rambut banyak.
Masalah dari surfaktan kationik biasanya tidak kompatibel dengan
surfaktan anionik. sulit untuk menghasilkan produk yang secara bersamaan
bersih. Surfaktan kationik juga bisa menyebabkan iritasi sehingga ini harus
dipertimbangkan ketika menggunakan kosmetik dengan kationik.

c) Surfaktan amfoter
Contohnya termasuk Lauriminodipropionate Natrium dan
Lauroamphodiacetate Dinatrium.Amphoterics terutama digunakan dalam
kosmetik sebagai surfaktan sekunder. Amfoterik dapat membantu
meningkatkan busa,dan bahkan mengurangi iritasi. Juga digunakan untuk
shampoo bayi dan produk pembersih lain yang memerlukan kelembutan.
Kekurangan adalah bahwa mereka tidak memiliki sifat pembersihan yang
baik dan tidak berfungsi dengan baik sebagai emulsifier.
d) Surfaktan Non ionik
Surfaktan yang tidak bermuatan. Paling sering digunakan sebagai
emulsifier, bahan pendingin, dan agen pelarut. Nonionics utama yang
digunakan untuk kosmetik termasuk alkohol, alkanolamides, ester, dan
oksida amina.
Surfaktan non ionik yang umum digunakan yaitu surfaktan
teretoksilasi tetapi surfaktan ini dapat bersifat karsinogenik.
Alkohol seperti setil alkohol atau stearil digunakan dalam krim dan
lotion untuk memberikan kelembutan pada kulit. Alkohol juga membantu
menstabilkan emulsi dan dapat mengurangi iritasi. Oksida amina seperti
oksida Cocamidopropylamine digunakan untuk meningkatkan busa dalam
produk pembersih. Ester polisorbat juga bahan pelarut yang sangat baik
untuk minyak wangi.
Pada kosmetik juga digunakan surfaktan yang alami karena dilihat
dari segi keamanannya. Berikut ini beberapa surfaktan alami yang
digunakan dalam kosmetik dan personal care :
Surfaktan natural : penggunaan surfaktan ini tidak terlalu banyak.
Contoh :
Dihasilkan dari lanolin (lemak wool), piotsteroid diekstrak dari variasi
tanaman dan sarang lilin lebah.
Kelas surfaktan alami lainnya adalah protein contoh kasein dalam susu.

2.4.2. Emulsi kosmetik


1. Emulsi air dalam minyak (W / O), dengan HLB berkisar 3-6
2. Emulsi minyak dalam air (O / W), dengan HLB berkisar 8-18
Karakteristik utama emulsi yang dalam kosmetik:
1. Pembentukan emulsi
2. Kestabilan emulsi
3. Reologi
Komponen utama emulsi yaitu :
1. Fase air
2. Fase minyak
3. Pengemulsi
Contoh emulsifier : ester sorbitan, sorbitan gliseril ester, silikon kopolimer,
sukrosa ester, ester ortofosfat, polyglycerol ester, surfaktan polimer, protein
dan oksida amina.
a) Emulsi kosmetik dalam skala industri
Teknik dalam pembuatan emulsi kosmetik : prinsip fase inversi
Contoh :
1. Untuk membuat emulsi O / W dimulai dengan emulsi W / O yang
dapat diperoleh pada suhu tinggi (di atas suhu HLB dari emulsi).
2. Kemudian Emulsi W / O didinginkan dengan cepat untuk
menghasilkan emulsi O / W. Atau, emulsi W / O, melarutkan
surfaktan dalam fase minyak dan secara bertahap dan
menambahkan air saat pencampuran.
3. Ketika air mencapai tingkat tertentu, inversi ke emulsi O / W
emulsi akan terjadi.
4. Emulsi ini memiliki distribusi ukuran lebih kecil dibandingkan
sistem yang diproduksi oleh langsung pengemulsi minyak menjadi
larutan surfaktan.

b) Nano emulsi dalam kosmetik


c) Mikroemulsi dalam kosmetik
Karena transparansi, mikroemulsi diaplikasikan formulasi kosmetik,
misalnya rambut styling gel, gel parfum, perlengkapan mandi, gel tabir
surya
Liposom (bilayers multilamellar) yang dihasilkan dari dispersi dari
fosfolipid, misalnya lesitin, dalam air dengan agitasi sederhana.
d) Emulsi ganda
Transparan dan rangenya sekitar 50-200nm. nano-emulsi stabil terhadap
creaming atau sedimentasi, flokulasi dan koalesensi. Salah satu
keuntungan dari nano-emulsi adalah film oklusif tinggi yang dapat
terbentuk pada aplikasi untuk kulit. Ukuran kecil dapat masuk ke
permukaan kulit. Aplikasi lain nano-emulsi adalah kemampuan untuk
meningkatkan penetrasi aktif (misalnya vitamin, antioksidan, dll) ke dalam
kulit. Ini karena area permukaan yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan kasar emulsi. Lebih dikenal dengan emulsi dalam emulsi, yaitu
suatu emulsi tipe tertentu yang didispersikan lagi dalam suatu fase
pendispersi.
Emulsi ganda a/m/a atau w/o/w yaitu air dalam minyak dalam air.
Biasanya emulsi tersebut stabil bila menggunakan kombinasi surfaktan
hidrofilik dan surfaktan hidrofobik. Perbandingan jumlah surfaktan yang
digunakan sangat penting untuk mencapai emulsi ganda yang stabil
Kriteria utama dalam emulsi ganda :
Terdapat 2 pengemulsi, dimana satu dengan HLB yang rendah dan satunya
lagi dengan HLB yang tinggi.
Skema pembuatan emulsi ganda w/o/w
Beberapa variabel formulasi harus dipertimbangkan dalam pembuatan
emulsi ganda :
1. Pengemulsi w/o primer, HLB surfaktan yang digunakan rendah
Seperti : decaoleate decaglycerol; campuran triglycerol trioleate dan
sorbitan trioleate; kopolimer blok ABA dari PEO dan asam
polyhydroxystearic.
2. Fraksi volume Pemulsi primer W / O atau O / W: fraksi volume
biasanya antara 0,4 dan 0,6 yang dihasilkan, tergantung pada
persyaratan.
3. Sifat dari fase minyak: minyak parafin berbagai (misalnya
heptamethyl nonana), minyak silikon, kedelai dan minyak nabati
lainnya dapat digunakan
4. Pengemulsi sekunder O / W : HLB surfaktan tinggi atau polimer
dapat digunakan, misalnya Tween 20, poli (etilena oksida)-poli
(propilena oksida) kopolimer blok (Pluronics).
5. volume fraksi Sekunder: ini dapat bervariasi antara 0,4 dan 0,8,
tergantung pada konsistensi yang diperlukan.
6. sifat dan konsentrasi elektrolit: misalnya NaCl, CaCl2, MgCl2 atau
MgSO4.
7. pengental dan aditif lainnya: dalam pembuatan gel, misalnya poli
(asam metakrilat) karboksimetil selulosa
8. Proses: untuk membuat emulsi primer, kecepatan tinggi mixer
seperti Elado (Ystral), Ultraturrax atau Silverson dapat digunakan.
Untuk pembuatan emulsi sekunder, pencampuran geser rendah
diperlukan dalam pengaduk. Waktu pencampuran, kecepatan perlu
dioptimalkan.

2.4.3 Surfaktan polimer dalam kosmetik


Penggunaan surfaktan polimer sebagai emulsifier dan dispersan yang
diinginkan karena berat molekul tinggi tidak dapat menembus kulit dan
surfaktan ini tidak menyebabkan kerusakan pada aplikasinya. Selain itu
material dgn berat molekul tinggi seperti selulosa hidroksietil dan xanthan
digunakan dalam formulasi banyak sebagai pengatur reologi (untuk
mengontrol konsistensi produk) dan merupakan komponen penting untuk
stabilisasi emulsi dan suspensi.
Contoh : material silikon Seperti poli dimetil siloksan, Aminofunctional
silikon yang memberikan manfaat pada rambut.

2.5. Contoh industri formulasi personal care serta peran dari surfaktan

2.5.1. Pembuatan shaving (bahan pencukur)


Persiapan formulasi dalam mencukur :
1. Formulasi pencukuran basah
2. Formulasi pencukuran kering
3. Formulasi setelah pencukuran
Bahan pencukur : sabun (garam natrium atau kalium) sebagai pelunak
jenggot saat pencukuran. Surfaktan yang digunakan seperti sulfat dan
natrium sulfat eter lauril dimasukkan untuk menghasilkan busa yang stabil.
Contoh lain : Humektan seperti gliserol juga dapat dimasukkan untuk
menahan kelembaban dan mencegah pengeringan busa selama mencukur.
dari jenis aerosol, dimana hidrokarbon propelan (misalnya butana)
digunakan untuk mengeluarkan busa. Non-aerosol namun jarang
digunakan.
Dry shaving
Menggunakan pencukur elektrik dengan menggunakan losion sebagai
pelunak. Dimana losion tersebut mengandung ester asam lemak atau
asam miristat.
Formulasi setelah mencukur
untuk mengurangi kulit iritasi dan memberikan rasa nyaman. Dengan
adanya efek pendingin. Ditambahkan juga antiseptik untuk menjaga kulit
bebas dari infeksi bakteri. Sebagian besar formulasi after-shave berbentuk
gel gel, yang tidak berminyak dan mudah untuk digosokkan pada kulit.

2.5.2. Bar Soap

Formulasi awal yaitu : garam asam lemak sederhana, seperti natrium atau
kalium palmitat. Ditambahkan surfaktan seperti sulfat atau natrium eter
cocomonoglyceride cocoglyceryl sulfonat yang mencegah presipitasi
dengan ion kalsium.
Fungsi bahan dalam bar soap :
1. antibakteri,
2. deodoran,
3. peningkat busa,
4. anti-iritasi bahan,
5. vitamin,
6. Aditif bar soap termasuk antioksidan, agen chelating, agen opasitas
(titanium dioksida), brighteners optik, pengikat, peliat (untuk kemudahan
pembuatan), anticracking agen, pigmen pearlescent, fragrants
ditambahkan untuk memberikan bau yang menyenangkan pada bar
soap.

2.5.3. Sabun tangan cair


Surfaktan yang digunakan olefin sulfonat alfa, lauril sulfat atau
eter sulfat lauril. Bahan lain : Busa penguat seperti cocoamides, agen
pelembab seperti gliserin. Polimer seperti polyquaternium-7 untuk
pelembab. Poliglukosida alkil, bahan-bahan lain seperti protein, minyak
mineral, silikon, lanolin, untuk memberikan keharuman untuk sabun cair.

2.5.4. Foam dalam Bahan mandi


Surfaktan dasar yang digunakan dalam formulasi mandi busa yang
anionik, nonionik atau amfoter bersama-sama dengan beberapa stabilisator
busa, fragrants dan solublisers cocok

2.5.5. Produk perlindungan kulit


Fungsi-fungsi penting berikut:
1. Perlindungan fisik, melindungi terhadap ultraviolet (UV) radiasi.
2. Perlindungan terhadap bahan asing berbahaya, termasuk air dan mikro
organisme.
3. Mengendalikan kehilangan cairan, garam, hormon Memberikan
termoregulasi tubuh oleh penguapan air (melalui kelenjar keringat).

Gliserin sebagai pelembab selain itu sorbitol, propilen glikol. Poli


etilen glikol (dengan berat molekul dalam kisaran 200-600 untuk liposom
atau vesikel, neosomes juga dapat digunakan sebagai pelembab kulit.
Emolien dapat digambarkan sebagai produk menghaluskan . Seperti, zat
hidrofilik seperti gliserin, sorbitol.
2.5.6. Bahan pelindungan rambut
Fungsi :
1. Perawatan dan stimulasi metabolisme kulit kepala
2. Perlindungan dan perawatan batang rambut
Sampo
Fungsi utama dari sampo adalah membersihkan rambut dan kulit kepala
dari kotoran. Shampoo juga mengendalikan ketombe dan perlindungan
matahari.
Syarat :
a) bahan Aman (toksisitas rendah, sensitisasi rendah dan iritasi mata
yang rendah)
b) substantivitas rendah dari surfaktan;
c) tidak adanya bahan yang dapat merusak rambut.
Kondisioner pada sampo :
surfaktan kationik : amonium klorida seperti stearil dimetil benzil,
cetyltrimethylammonium klorida, amonium klorida distearyl dimetil atau
stearamidopropyldimethyl amina.
Rambut mudah terurai, meluruskan digunakan adalah kalsium
thioglycollate.

5.2.7. Sunscreens
Perlindungan terhadap sinar UV (UV A, UV B, UV C) dan dilakukan
pemberikan SPF.
Syarat :
a) penyerapan maksimum UV-B dan UV-A
b) efektifitas Tinggi pada dosis rendah.
c) agen Non-volatile stabilitas terhadap fisik.
d) Kompatibilitas dengan bahan lain
e) kelarutan yang cukup, emolien atau dalam fase air.
f) Tidak adanya efek dermato-toxological dengan kulit.
g) Resistensi terhadap hilang oleh keringat.
Filter UV-B : sinamat, benzofenon, p-aminobenzoic acid, salisilat,
kamper
derivatif dan benzimidazosulphonates fenil.
filter UV-A : methanes dibenzoyl, anthranilates dan turunannya
kamper.
Beberapa bahan alami sunscreens, misalnya camomile atau ekstrak aleo,
asam caffeic.

2.5.8. Produk make up


kriteria untuk diterima oleh konsumen:
(1) Peningkatan, pembasahan penyebaran dan adhesi dari komponen warna.
(2) terasa lembut pada kulit.
(3) Perlindungan UV dan tidak adanya iritasi
Foundation dengan komposisi
Humektan sebagai pelembab , minyak mineral, ester seperti sebagai
isopropil miristat minyak silikon atau mudah menguap (misalnya
cyclomethicone), ester lesitin, surfaktan rendah HLB atau fosfat sebagai
agen pembasahan. magnesium aluminium silikat, selulosa gusi, xanthan,
selulosa hidroksietil atau hydrophob sebagai agen pengental , pengawet
seperti metil paraben
Foundation cair
Cairan anhidrat pigmen / pengisi (40-50%), agen pembasah HLB rendah
(seperti polisorbat 85), seperti emolien sebagai dimethicone
dikombinasikan dengan alkohol lemak cair dan beberapa ester (misalnya
oktil palmitat). Lilin, seperti stearil dimethiicone atau mikrokristalin atau
carnuba lilin

2.5.9. Lipstik dengan komposisi

1. Pelarut hidrofilik seperti glikol atau alkohol tetrahydrofurfuryl.


2. Bahan baku untuk basis lipstik termasuk ozocerite (minyak penyerap
yang baik juga mencegah kristalisasi),
3. mikrokristalin ceresin lilin (yang juga merupakan penyerap minyak
yang baik),
4. Vaseline(Yang membentuk sebuah film kedap air),
5. lilin lebah(yang meningkatkan resistensi terhadap fraktur),
6. Miristil miristat (yang meningkatkan transfer ke kulit),
7. laktat setil dan meristyl (Yang membentuk emulsi dengan kelembaban
pada bibir dan tidak lengket)
8. Carnuba lilin (pengikat minyak yang meningkatkan titik leleh dasar dan
memberikan permukaan kilau),
9. lanolin derivatif, olyl alkohol dan isopropil miristat.

2.5.10. Maskara dan eyeliner


Anhidrat dengan pelarut suspensi,emulsi w/o dan emulsi o/w.
Tahan terhadap air dengan penambah;an polimer emulsi, misalnya poli
(vinil asetat).
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

1) Surfaktan dapat digunakan sebagai bahan penggumpal, pembusaan, dan


emusifier oleh industri farmasi, kosmetik, kimia, pertanian dan pangan serta
industri produk perawatan diri (personal care product).

2) Kosmetik dan personal care merupakan suatu kebutuhan bagi konsumen,


mulai dari remaja sampai yang tua dimana mempunyai fungsi masing-masing.
Secara umum kosmetik dan personal tersebut memberikan manfaat sebagai
Pembersih (rambut & kulit), Perlindungan kulit, penahan air, Penghilang bau.
Sebagai pengguna konsumen, tentunya menilai produk dari segi warna, bau,
tekstur, keamanan, dan aplikasi produk itu sendiri. Salah satu dari penentuan
faktor-faktor produk itu berkualitas adalah dari penggunaan surfaktan.

3) Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk


membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.
Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain
mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.

3.2. Saran

1) Salah satu dari penentuan faktor-faktor produk itu berkualitas adalah dari
penggunaan surfaktan. Untuk itu cermati produk kosmetik dan personal care
sebelum penggunaannya.

2) Sebaiknya menggunakan detergen daripada sabun cuci biasa karena


detergen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih
baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17135/4/Chapter%20II.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17135/5/Chapter%20I.pdf

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/53021/BAB%20II%20Tinj
auan%20Pustaka.pdf?sequence=3

http://eprints.undip.ac.id/3102/1/jurnalku.pdf

http://id.scribd.com/doc/89252784/surfaktan-makalah

http//www.chem-is-try.org

http://gochemistgirl.wordpress.com/2012/02/17/surfaktan-dalam-kosmetik-dan-
personal-care/

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/46818/BAB%20I%20Pend
ahuluan_%202011sai.pdf?sequence=4

Anda mungkin juga menyukai