All Bab Minipro Gabungan
All Bab Minipro Gabungan
PENDAHULUAN
Hal ini juga terkait dengan hasil kesepakatan global MDGs (Millenium
Development Goals) yang lahir pada tahun 2000, yang mana pada butir
deklarasinya yang keempat, berkomitmen untuk menurunkan angka kematian bayi
dan balita menjadi dua pertiga, serta meningkatkan angka cakupan imunisasi
dasar. Sedangkan pada butir deklarasinya yang kelima, berkomitmen untuk
meningkatkan kesehatan ibu. Butir kelima dibagi lagi menuju butir 5A yang
bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu menjadi tiga perempat, serta
meningkatkan jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga medis. Dan butir 5B
yang bertujuan untuk menggalakkan kesehatan reproduksi, yang dibagi lagi ke
dalam beberapa subtopik seperti peningkatan penggunaan kontrasepsi, promosi
ANC (Ante Natal Care), penggalakan KB (Keluarga Berencana), serta
pengurangan angka kelahiran oleh ibu hamil usia remaja.
Atas dasar inilah, maka pada tahun 2009 Departemen Kesehatan RI mulai
menggalakkan suatu program yang disebut kelas ibu hamil. Program ini wajib
digalakkan secara rutin di Puskesmas atau Poskesdes atau Polindes. Kelas ibu
hamil merupakan sarana untuk belajar kelompok tentang kesehatan bagi ibu
hamil, dalam bentuk tatap muka yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, persalinan, perawatan nifas dan bayi
baru lahir, melalui praktik dengan menggunakan buku KIA. Kelas ibu hamil ini
1
biasanya difasilitasi oleh seorang bidan atau petugas kesehatan yang terkait
dengan kegiatan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang sebelumnya telah
mendapatkan pelatihan langsung dari Dinas Kesehatan.
Penyakit Menular Seksual atau PMS merupakan salah satu masalah kesehatan di
dunia. Salah satu penyakit yang merupakan PMS adalah HIV/AIDS (Human
Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome). HIV/AIDS
merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yaitu HIV yang merusak system
kekebalan tubuh manusia.
Kasus HIV/AIDS di Indonesia pertama kali ditemukan pada tahun 1987 di Bali,
akan tetapi penyebaran HIV di Indonesia meningkat setelah tahun 1995. Hal ini
dapat dilihat pada tes penapisan darah donor yang positif HIV meningkat dari 3
per 100.000 kantong pada tahun 1994 menjadi 4 per 100.000 kantong pada tahun
1998, kemudian menjadi 16 per 100.000 kantong pada tahun 2000. Peningkatan 5
kali lebih tinggi dalam waktu 6 tahun, dimana pada tahun 2000 terjadi
peningkatan penyebaran epidemik secara nyata melalui pekerja seks seperti data
dari Tanjung Balai Karimun Riau menunjukan pada tahun 1995 hanya ditemukan
1% pekerja seks yang HIV positif, akan tetapi pada tahun 2000 angka itu
meningkat menjadi 8,38%. Di Merauke prevalensi HIV pada pekerja seks amat
tinggi yaitu 26,5% sedangkan di Jawa Barat 5,5% dan di DKI Jakarta 3,36%.
Sejak tahun 1999 terjadi fenomena baru penyebaran HIV/AIDS yaitu infeksi HIV
mulai terlihat pada para pengguna narkoba suntik (IDU/Injecting Drug User).
Penularan pada kelompok IDU terjadi secara cepat karena penggunaan jarum
suntik bersama, sebagai contoh pada tahun 1999 hanya 18% IDU yang dirawat di
Rumah Sakit Jakarta terinfeksi HIV, akan tetapi tahun 2000 angka tersebut
meningkat dengan cepat menjadi 40% dan pada tahun 2001 menjadi 48%. Fakta
baru pada tahun 2002 menunjukan bahwa penularan infeksi HIV telah meluas ke
rumah tangga. Dalam laporan Eksekutif Menkes RI tentang ancaman HIV/AIDS
di Indonesia, dinyatakan bahwa pada tahun 2002 jumlah orang rawan tertular HIV
di Indonesia diperkirakan 13 juta sampai 20 juta orang dan jumlah orang dengan
HIV /AIDS diperkirakan antara 90.000-130.000 orang. Tanpa perencanaan
2
nasional yang koheren angka tersebut akan meledak mencapai 2,18 juta pada
2025.
0
2002 2003 2004 2006 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sumber : Laporan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng tahun 2002-
2011
Gambar 1. Jumlah kasus HIV/AIDS di kabupaten Buleleng tahun 2002-2011.
3
BAB II
PERENCANAAN KEGIATAN DI PUSKESMAS
Pangastulan
Target (%)
Kalianget
Sulanyah
Bubunan
Patemon
Program
Joanyar
Seririt
No
4
Keterangan Singkatan
K1 = kunjungan bumil 1
K4 = kunjungan bumil 4
PN = persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
KN1 = kunjungan neonatal 1
KF1 = kunjungan nifas 1
PK= Penanganan komplikasi obstetri
PKN=Penanganan komplikasi neonatus
Gambar 2.1. Diagram Batang yang menunjukkan jumlah kunjungan bumil K1-K4 pada tahun
2011. Sumber: Laporan Upaya Kesehatan Masyarakat PKM Seririt 1 tahun 2012.
5
Gambar 2.2. Diagram Batang yang menunjukkan sasaran balita, kunjungan balita, serta
kunjungan balita pada MTBS pada tahun 2011. Sumber: Laporan Upaya Kesehatan Masyarakat
PKM Seririt 1 tahun 2012.
6
agar tetap rajin memeriksakan diri beserta anaknya sebelum dan setelah kelahiran.
Salah satu intervensi yang bisa dilakukan adalah pelaksanaan kelas ibu hamil.
7
kemungkinan terjadi keguguran, sehingga efektif untuk melakukan senam hamil.
Jumlah peserta kelas ibu hamil maksimal sebanyak 10 orang setiap kelas.
8
Pada pelaksanaan kelas ibu hamil akan dibagi dalam tiga pertemuan. Setiap
pertemuan akan membahas materi-materi yang berbeda, dan jadwal pertemuan
disesuaikan dengan kesepakatan bersama antar peserta.
Pada pertemuan pertama diberikan penjelasan umum mengenai ibu hamil,
serta perkenalan peserta. Adapun beberapa materi yang disampaikan dalam
pertemuan pertama diantaranya mengenai apa itu kehamilan, perubahan tubuh ibu
selama kehamilan, serta keluhan umum pada saat hamil dan cara mengatasinya,
apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil, pengaturan gizi pada ibu hamil termasuk
pemberian tablet penambah darah untuk penanggulangan penyakit anemia, selain
itu juga pada pertemuan ini juga membahas mengenai perawatan kehamilan,
kesiapan psikologis menghadapi kehamilan, hubungan suami istri selama
kehamilan, obat yang boleh dan yang tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil,
tanda-tanda bahaya kehamilan, serta perencanaan persalinan dan pencegahan
komplikasi.
Pada pertemuan kedua diberikan penjelasan mengenai persalinan, tanda-
tanda persalinan, tanda bahaya pada persalinan, proses persalinan, serta inisiasi
menyusui dini, kemudian diberikan juga materi mengenai perawatan nifas,
bagaimana agar ibu dapat memberikan ASI eksklusif, bagaimana menjaga
kesehatan ibu nifas, tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas, serta KB pasca
persalinan.
Pada pertemuan ketiga diberikan penjelasan mengenai perawatan bayi,
mitos- mitos yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak, informasi dasar
mengenai pencegahan penyakit menular yaitu demam berdarah, dan pembagian
bubuk abate.
9
sesi.Media penyuluhan yang digunakan berupa flipchart, slide presentasi, dan
video senam ibu hamil.
2. Proses :
a. Kehadiran peserta
10
Indikator: peserta yang hadir sesuai dengan yang sudah didata sebelumnya
untuk mengikuti penyuluhan (kehadiran 100%)
b. Antusiasme dalam kegiatan
Indikator: keaktifan dalam bertanya, serta berdiskusi, atensi dalam
mendengarkan ceramah/penyuluhan.
3. Output :
11
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
12
diikuti oleh 8 orang peserta yang berasal dari berbagai desa pada wilayah kerja
Puskesmas Seririt 1 seperti dari desa Kalianget, Patemon, Bubunan, Seririt, dan
Tangguwisia.
Pertemuan pertama diadakan pada tanggal 27 Januari 2013 mulai pukul
09.00 WITA. Diawali dengan absensi, dan dilanjutkan dengan pre test mengenai
materi awal yang akan diberikan. Sembari menunggu kegiatan pretest, kami dari
dokter internship beserta ibu bidan Murtiasih bekerja sama dalam mempersiapkan
tempat beserta sarana untuk memberikan penyuluhan. Penyuluhan dilakukan dari
kami sebagai dokter intenship dengan menggunakan slide presentasi yang
ditayangkan dengan bantuan LCD proyektor, kemudian juga dibantu dengan
media flipchart yang diberikan oleh ibu bidan Murtiasih. Adapun materi yang
disampaikan dalam pertemuan pertama diantaranya mengenai apa itu kehamilan,
perubahan tubuh ibu selama kehamilan, serta keluhan umum pada saat hamil dan
cara mengatasinya, apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil, pengaturan gizi pada
ibu hamil termasuk pemberian tablet penambah darah untuk penanggulangan
penyakit anemia, selain itu juga pada pertemuan ini juga membahas mengenai
perawatan kehamilan, kesiapan psikologis menghadapi kehamilan, hubungan
suami istri selama kehamilan, obat yang boleh dan yang tidak boleh dikonsumsi
oleh ibu hamil, tanda-tanda bahaya kehamilan, serta perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi. Pada pertemuan pertama ini kami dari dokter internship
juga menyelipkan pemberian materi mengenai materi Pencegahan Penularan
HIV-AIDS dari Ibu ke Bayi .Pertimbangan kami memberikan materi ini pada
pertemuan pertama, bukan pada pertemuan ketiga adalah untuk memberikan
informasi yang lebih dini mengenai bahaya HIV-AIDS dan bagaimana sedini
mungkin kita dapat mencegah penularannya dari ibu hamil kepada bayinya.
Kegiatan ini dirasa sangat menarik, membantu mereka untuk lebih
mengerti tentang kehamilan, dan mempersiapkan kelahiran. Kegiatan ini sangat
disambut baik oleh ibu-ibu peserta, yang mana bagi sebagian besarnya
pengalaman hamil pertama. Antusiasme mereka tergambar dengan munculnya
beberapa pertanyaan yang diajukan kepada kami khususnya masalah keluhan-
keluhan awal pada saat kehamilan. Untuk mengakrabkan suasana juga diselingi
dengan istirahat sejenak sambil menikmati snack yang disediakan ala kadarnya,
13
tidak lupa juga dalam kesempatan ini kami dokter internship serta ibu bidan
Murtiasih selalu menghimbau kepada peserta untuk mencatat nomor telepon kami,
tujuannya untuk memudahkan komunikasi, sehingga bila ada pertanyaan, keluhan,
atau kesulitan yang dialami pada masa kehamilan ini dapat ditanyakan langsung
dan menemukan solusinya. Setelah pemberian materi dengan slide dan melalui
media flipchart, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan senam ibu
hamilselama lebih kurang 15-20 menit. Senam ini bertujuan dapat membuat ibu
menjadi nyaman dengan kehamilannya, serta dapat memperlancar proses
persalinannya. Setelah kegiatan senam selesai, lalu dilanjutkan dengan acara
terakhir yaitu kegiatan post test dari materi yang telah disampaikan. Pre test dan
pos test ini sangat penting untuk mengevaluasi keberhasilan pelaksanaan kegiatan
kelas ibu hamil.
Pertemuan kedua diadakan pada tanggal 2 Februari 2013 mulai pukul
09.00 WITA. Seperti halnya pada pertemuan pertama, kegiatan diawali dengan
absensi serta pelaksanaan kegiatan pre test terlebih dahulu mengenai materi yang
akan diberikan. Persiapan tempat beserta sarana presentasi juga telah kami
lakukan sekitar 15 menit sebelum kegiatan dimulai untuk menunjang keberhasilan
jalannya acara. Pada pertemuan kedua materi yang diberikan sedikit lebih padat
sehingga memerlukan waktu yang agak lama, namun tidak mengurangi
antusiasme dari peserta dalam mengikuti jalannya kegiatan. Adapun materi yang
diberikan pada pertemuan kali ini diantaranya mengenai persalinan, tanda-tanda
persalinan, tanda bahaya pada persalinan, proses persalinan, serta inisiasi
menyusui dini, kemudian diberikan juga materi mengenai perawatan nifas,
bagaimana agar ibu dapat memberikan ASI eksklusif, bagaimana menjaga
kesehatan ibu nifas, tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas, serta KB pasca
persalinan. Materi tersebut nampaknya juga sangat menarik bagi ibu-ibu peserta
kegiatan, karena pada awalnya dari apa yang mereka tahu dan dengar bahwa
melahirkan itu sakit, berat, dan sangat melelahkan, kemudian di sini kami
berupaya memberikan penjelasan untuk mengurangi rasa cemas, dan ketakutan
mereka. Dalam hal ini selalu kita tekankan bahwa dengan mengetahui tanda-tanda
persalinan, dan bahaya persalinan, serta mengetahui bagaimana proses persalinan
yang sesungguhnya, para peserta kemudian mulai mengerti bahwa anggapan
14
mereka selama ini salah. Setelah sesi pemberian materi berlangsung cukup lama,
untuk melepaskan ketegangan dan sedikit relaksasi kami berikan kesempatan
untuk istirahat, sambil menikmati snack dan minum. Lalu pada akhir sesi
dilaksanakan kegiatan post test seperti halnya pada pertemuan pertama.
Pada pertemuan ketiga yang dilaksanakan pada tanggal 8 Februari 2013
mulai pukul 09.00 WITA. Seperti pada dua pertemuan sebelumnya, diawali
dengan kegiatan absensi serta pre test terlebih dahulu mengenai materi yang akan
diberikan. Setelah persiapan presentasi selesai dan peserta telah siap untuk
memulai kegiatan lalu dilanjutkan dengan kegiatan pemberian materi. Untuk
materi pertama dijelaskan mengenai jenis-jenis penyakit menular seksual,
gejalanya serta bagaimana pencegahannya. Di sini kami menampilkan slide dan
berisi mengenai gambar-gambar mengenai beberapa penyakit menular seksual
yang lumrah ditemui seperti sifilis, gonore, kondiloma. Awalnya saat diberikan
penjelasan mengenai hal tersebut ibu-ibu banyak yang kaget, takut jika mendapati
suami atau pasangannya atau bahkan mereka sendiri mengalami penyakit seperti
itu, namun dari kami sebagai pemberi materi kembali menegaskan bahwa sebisa
mungkin harus dilakukan pencegahan terutama dari perilaku seksual yang aman
dan baik dari masing-masing pasangan, dan edukasi kepada mereka seandainya
menemukan kasus-kasus seperti itu di lapangan misalnya saudara, atau kerabat
hendaknya jangan malu-malu untuk memeriksakan ke pelayanan kesehatan yang
terdekat agar mendapat penanganan lebih awal dan memberikan respons
pengobatan yang lebih baik.
Untuk mengurangi ketegangan pada sesi berikutnya kami menampilkan 2
buah video untuk memudahkan kami dalam penyampaian materi berikutnya yaitu
mengenai cara perawatan bayi serta bagaimana teknik dalam melakukan
pemijatan pada bayi khsusunya pada bayi yang baru lahir. Untuk materi ini juga
kami dibantu oleh ibu bidan Ni Made Sophi Pramita sebagai tenaga bidan
desadalam melakukan simulasi pada manekin yang sudah dipersiapkan.
Antusiasme kembali ditunjukkan dalam sesi kali ini terbukti dari ada 2 orang
sukarelawan yang ingin belajar langsung teknik memandikan, serta melakukan
pemijatan pada bayi tersebut. Kami memberikan kesempatan kepada kedua ibu ini
untuk memperagakan pada manekin teknik yang sudah diajarkan oleh ibu bidan
15
sebelumnya dan juga agar bisa dilihat oleh peserta yang lainnya. Kemudian
sembari memperagakan, dilakukan juga sedikit diskusi dan sharing pengalaman
mengenai beberapa mitos-mitos yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak,
karena sesuai kultur budaya Bali khususnya di Buleleng pada beberapa keluarga
masih percaya akan hal-hal tersebut.
Karena ini merupakan pertemuan terakhir tidak lupa ibu bidan Murtiasih
juga menjelaskan mengenai persiapan-persiapan pasangan menjelang kelahiran
antara lain harus mempunyai tabungan untuk persalinan, pakaian untuk bayi yang
akan dilahirkan, dan tentunya pembuatan akta kelahiran segera setelah bayi lahir.
Meskipun kelihatannya sepele namun terkadang beberapa keluarga melupakan
pembuatan akta kelahirannya bahkan sampai terkena denda karena keterlambatan
dalam pembuatannya, maka hal ini juga menjadi perhatian kami dengan harapan
segera setelah kelas pertemuan ini berakhir ibu hamil akan menjadi siap
menghadapi proses kehamilannya. Dan tidak lupa pada akhir sesi ini diadakan
post test yang ketiga sebagai evaluasi yang terakhir.
16
BAB IV
EVALUASI KEGIATAN
17
pedoman pelaksanaan Kelas Ibu Hamil. Prosentase jawaban yang benar untuk
setiap soal pre-test dibandingkan dengan jawaban benar pada post-test. Setiap
jawaban dari peserta kemudian dicocokkan sesuai dengan kunci jawaban yang
telah tersedia. Selanjutnya dapat diamati dan disimpulkan, apakah terdapat
peningkatan nilai post-test dibanding dengan pre-test. Pada pertemuan kelas
pertama, dari 8 orang ibu hamil 7 diantaranya (87,5%) mengalami peningkatan
nilai dan semuanya berada di atas nilai 75,00, 1 orang peserta yang tetap
mempertahankan nilainya sempurna yaitu nilai 100 dari nilai pretestnya (12,5%),
dan total 4 orang mendapat nilai sempurna pada post-test (50%). Kemudian pada
pertemuan kelas kedua didapatkan hasil semua peserta mengalami kenaikan nilai
dari nilai pretestnya (100%), dan 2 orang pada penilaian post-test mendapat nilai
sempurna 100 (25%). Pada pertemuan kelas ketiga semua peserta juga mengalami
peningkatan nilai pada post-test (100%) dan terdapat 2 orang yang mendapat nilai
sempurna (25%). Pada kegiatan kali ini juga telah mencapai target di mana
keseluruhan nilai post-test telah melewati nilai batas minimal yaitu di atas 70.
4.4 HAMBATAN
Secara umum tidak ditemukan hambatan yang berarti. Kegiatan sudah berjalan
dengan baik sebagaimana rencana awal.
4.5 MANFAAT
Manfaat yang didapatkan dengan adanya pelaksanaan kelas ibu hamil ini tentu
saja sangat besar, baik bagi pelaksana kegiatan (pemberi materi yaitu dari ibu
bidan dan dari dokter internship) maupun bagi peserta. Bagi penyuluh, kegiatan
ini tentunya melatih kemampuan untuk berinteraksi dengan masyarakat desa
dalam konteks medis, meningkatkan pengetahuan mengenai ibu hamil.
Sedangkan manfaat yang didapat oleh peserta penyuluhan adalah peningkatan
pemahaman mengenai mengenai tanda-tanda bayi lahir sehat dan tanda bayi sakit,
perkembangan bayi/anak, mitos selama kehamilan, infeksi menular seksual, HIV
dan AIDS serta gerakan latihan senam ibu hamil, latihan pernafasan dan mengejan
yang benar yang dapat dipraktekkan sendiri di rumah sehingga proses persalinan
nantinya dapat berjalan lancar dan lebih tenang.
18
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Telah dilakukan proses identifikasi dan analisis masalah pada program KIA
di Puskesmas Seririt 1 berkaitan dengan angka sasaran balita serta angka
kunjungan balita. Didapatkan terjadinya disparitas, dimana angka sasaran
balita serta angka kunjungan balita di Puskemas Seririt 1 mencapai 26,30%.
Sedangkan untuk angka kesenjangan antara angka sasaran balita serta angka
kunjungan balita merujuk pada MTBS adalah 17,30%.
3. Pada pelaksanaannya, peserta kelas ibu hamil dibatasi dari umur kehamilan 4
sampai 36 minggu. Kegiatan ini bertempat di Ruang Pembinaan Kader
Puskesmas Seririt 1, Desa Seririt, Kabupaten Buleleng. Kegiatan ini
dilaksanakan melalui kolaborasi antara dokter internship yang bertugas di
Puskesmas Seririt 1, dengan bidan pemegang program KIA-KB serta bidan
Desa Tangguwisia yang telah mendapat pelatihan dari Dinas Kesehatan
setempat. Kegiatan ini dibagi dalam tiga pertemuan dimana pada setiap
pertemuan selalu diawali pre-test dan diakhiri dengan post-test. Pertemuan
19
pertama diadakan pada tanggal 27 Januari 2013 dengan materi seputar
mengenai kehamilan [tanda-gejala serta risikonya], pengaturan gizi selama
kehamilan, sisi psikologis, hubungan suami istri selama kehamilan, obat yang
boleh dan yang tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil, perencanaan
persalinan dan pencegahan komplikasi serta praktek senam hamil. Pertemuan
kedua diadakan pada tanggal 02 Februari 2013 dengan materi yang diberikan
mengenai seputar persalinan, tanda-tanda persalinan, inisiasi menyusui dini,
perawatan nifas, teknik pemberian ASI eksklusif, bagaimana menjaga
kesehatan ibu nifas, tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas, serta KB
pasca persalinan. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 08 Februari
2013, yang dibagi menjadi beberapa sesi, yaitu materi pertama dijelaskan
mengenai jenis-jenis penyakit menular seksual, gejalanya serta bagaimana
pencegahannya; lalu sesi kedua ditampilkan video mengenai cara perawatan
bayi serta bagaimana teknik dalam melakukan pemijatan pada bayi
khsusunya pada bayi yang baru lahir; dan sesi ketiga dilakukan diskusi dan
sharing pengalaman mengenai beberapa mitos-mitos yang berkaitan dengan
kesehatan ibu dan anak yang sering ditemui di Bali.
4. Dari evaluasi yang dilakukan, terlihat bahwa pihak puskesmas dan bidan desa
memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan penyuluhan yang
dilaksanakan. Dimana jumlah peserta yang mengikuti penyuluhan sudah
sesuai dengan target yaitu 8 orang (antara 7-10 orang; maksimal 10 orang).
Sementara berkaitan dengan penyerapan dan pemahaman materi, yang
dievaluasi dari pre-dan post test, menunjukkan terdapat adanya peningkatan
prosentase jawaban benar pada post-test dibandingkan dengan pre-test pada
setiap peserta. Manfaat yang didapatkan dengan adanya pelaksanaan kelas
ibu hamil ini tentu saja sangat besar, baik bagi penyuluh maupun bagi peserta
Dari pemaparan laporan ini, saran ataupun rekomendasi yang dapat penulis
sampaikan adalah sebagai berikut.
20
pada periode ini saja. Hal ini karena kelas ibu hamil merupakan sarana
untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk
tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, perawatan
kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi baru lahir, mitos,
penyakit menular dan akte kelahiran.
3. Perlu dilakukan sosialisasi kelas ibu hamil pada tokoh agama, tokoh
masyarakat dan stakeholder sebelum kelas ibu hamil dilaksanakan.
Melalui kegiatan sosialisasi ini diharapkan semua unsur masyarakat dapat
memberikan respon dan dukungan sehingga kelas ibu hamil dapat
dikembangkan dan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2011
22
LAMPIRAN
23
DAFTAR HADIR PESERTA KELAS IBU HAMIL
MENGETAHUI,
24
DAFTAR NILAI PESERTA
ANTENATAL CLASS PUSKESMAS SERIRIT 1
MENGETAHUI,
25
LAMPIRAN DOKUMENTASI KEGIATAN MINI PROJECT
Gambar 4. Para peserta kelas antenatal sedang melakukan senam ibu hamil.
26
Gambar 5. Salah satu peserta tampak memperagakan cara memandikan
bayi
27