Dokumen - Tips Fisiologi-Ereksi
Dokumen - Tips Fisiologi-Ereksi
Ereksi terjadi melalui rangkaian fisiologis dan biokimiawi yang kompleks, melibatkan
hormon dan syaraf. Ereksi biasanya dimulai dari rangsangan eksotik, yang menyebabkan
melepasnya zat di daerah dinding pembuluh darah penis. Zat tersebut akan merangsang enzim
guanilat siklase sehingga meningkatkan kadar siklik guanisin monofosfat (cGMP). Mekanisme
ereksi terdiri dari beberapa fase, yaitu :
Penis flaccid dibawah pengaruh saraf simpatis. Arteri inflow rendah (dibawah 15 cm/detik)
dan otot polos trabekula berkontraksi. Sinusoid kosong dan gas darah sama dengan darah
vena.
Pada dasarnya mekanisme ereksi terjadi melalui proses neurologis dan hemodinamik
yang dikontrol oleh faktor psikologis. Sehingga penyebab disfungsi ereksi dibagi menjadi faktor
psikologis dan faktor organik yang dapat disebabkan oleh kelainan pada pembuluh darah
(vaskulogenik), persarafan (neurogenik) dan hormon (endokrinologik). Rangsangan seksual akan
diolah pada susunan saraf pusat di beberapa tempat terutama di jaras supra spinal yaitu area
preoptik medial (MPOA) dan nukleus paraventrikularis (PVN) dihipotalamus dan hippokampus
yang merupakan pusat integrasi fungsi seksual dan ereksi
Rangsangan dari susunan saraf pusat akan dilanjutkan pada tingkat medula spinalis yang
mempunyai dua pusat persarafan ereksi, sistem persarafan parasimpatis yang merupakan pusat
rangsangan terjadinya ereksi (erektogenik) terletak pada segmen sakrum (S2 - S4) pada manusia
nukleus parasimpatis terutama terdapat di saraf preganglion parasimpatis pada columna
intermedio lateral medula spinalis sakrum S3. Akson parasimpatis akan melalui nervus pelvikus
menuju pleksus pelvis dan bersinap dengan persarafan post ganglion dimana akson menujun ke
nervus cavernosus. Sistem persarafan simpatis yang terutama menghambat ereksi (erektolitik)
pusatnya terletak pada kolumna intermedio lateral dan komisura dorsal abu abu pada segmen
torakolumbal (T11 L2) medula spinalis.
Penis di persarafi oleh sistem persarafan otonom (simpatis dan parasimpatis) pada daerah
pelvis kedua saraf bersatu membentuk nervus kavernosus yang masuk ke dalam korpus
kavernosus, korpus spongiosum dan gland penis untuk pengaturan aliran darah selama ereksi dan
detumesen. Sistem persarafan somatis yaitu nervus pundendus berperan sebagai sensorik penis
dan kontraksi dan relaksasi otot otot lurik bulbokavernosus dan isciokavernosus.
Sistem persarafan tersebut bertanggung jawab terhadap terjadinya tiga macan tipe ereksi
: psikogenik, refleksogenik dan nokturna. Ereksi psikogenik yang terjadi karena rangsangan
pendengaran, penciuman dan fantasi yang diolah pada susunan saraf pusat akan dilanjutkan pada
pusat ereksi di medula spinalis (T11-L2 dan S2-S4) sehingga terjadi ereksi. Ereksi refleksogenik
yang terjadi karena rangsangan perabaan pada organ genital dan sekitarnya, akan menuju pusat
ereksi di medula spinalis yang akan menimbulkan persepsi sensoris yang akan mengaktifkan
sistem saraf otonom untuk menyampaikan rangsangan pada nervus kavernosus sehingga terjadi
ereksi. Tipe ereksi ini akan tetap terjadi pada pasien dengan cedera medula spinalis diatas
segmen sakrum 2. Ereksi nokturna umumnya terjadi selama tidur rapid eye movement (REM).
Selama tidur REM akan mengaktifkan sistem saraf kolinergik yang terletak pada tegmentum
pontin lateral, sehingga terjadi peningkatan ketegangan penis.
Sumber pendarahan pada ereksi adalah arteri dorsalis penis dan arteri kavernosus kanan
dan kiri yang lebih berperanan pada prorses ereksi merupakan cabang akhir dari jalinan arteri
hipogastrik kavernosus. Arteri kavernosus bercabang membentuk arteri helisine, cabang dari
setiap arteri helisine langsung berakhir di ruangan lakuna tersebut. Sedangkan aliran pembuluh
balik dari korpus kavernosus keluar melalui venula subtunika yang terletak diantara bagian
perifer jaringan penegang (erectile) dengan tunika albugenia. Aliran vena dari ujung penis
mengalir terutama melalui vena dorsalis profunda, sedangkan aliran bagian pangkal krura
biasanya melalui vena kavernosus dan vena kruralis.
Ereksi akan terjadi diawali relaksasi otot polos korpus kavernosus penis. Dilatasi dinding
kavernosa dan arteri helisine menyebabkan darah mengalir memasuki ruangan-ruangan lakuna.
Selanjutnya, relaksasi otot polos trabekulum akan memperluas ruangan lakuna sehingga penis
menjadi membesar.
Tekanan darah sistemik yang disalurkan melewati arteri helisine akan lebih mendorong
dinding trabekulum ke arah tunika albugenia. Sebaliknya mekanan pleksus venula subtunika
sehingga menghambat pengembalian darah dari ruangan lakuna dan meningkatkan tekanan
dalam lakuna sehingga penis menjadi tegang. Adanya tekanan dalam lakuna selama periode
ereksi dihasilkan oleh keseimbangan antara tekanan perfusi arteri kavernosa dengan tahanan
terhadap pengeluaran aliran darah oleh kompresi venula subtunika. Pengurangan aliran darah
balik subtunika oleh penekanan mekanik ini, dikenal sebgai mekanisme oklusi vena korpora.