Anda di halaman 1dari 4

Fase-fase ereksi

Ereksi terjadi melalui rangkaian fisiologis dan biokimiawi yang kompleks, melibatkan
hormon dan syaraf. Ereksi biasanya dimulai dari rangsangan eksotik, yang menyebabkan
melepasnya zat di daerah dinding pembuluh darah penis. Zat tersebut akan merangsang enzim
guanilat siklase sehingga meningkatkan kadar siklik guanisin monofosfat (cGMP). Mekanisme
ereksi terdiri dari beberapa fase, yaitu :

1. Fase permulaan dalam keadaan masih lemas (flasid)

Penis flaccid dibawah pengaruh saraf simpatis. Arteri inflow rendah (dibawah 15 cm/detik)
dan otot polos trabekula berkontraksi. Sinusoid kosong dan gas darah sama dengan darah
vena.

2. Fase pengisian darah


Stimulasi saraf parasimpatis memnyebabkan dilatasi arteri dengan arteri flow meningkat
drastis lebih dari 30 cm / detik. Relaksasi trabekula menyebabkan pengisiang sinusoid tanpa
peningkatan secara signifikan tekanan intrakavernosa.

3. Fase pembesaran (tumesensi)


Tekanan intrakevernosa mulai meningkat. Tekanan meningkat diatas tekanan diastolik
tekanan darah, flow arteri terus meningkat hanya selama fase sistolik. Sinusoid membesar dan
beberapa menekan pleksus vena subtunika. Penis memanjang dan membesar ke kapasitas
maksimal.

4. Fase tegak (ereksi)


Tekanan intrakavernosa terus meningkat sekitar 90 % tekanan darah sistolik. Aliran darah
arteri ke dalam penis menurun tetapi masih lebih besar dari selama fase flaccid. Pembesaran
tekanan sinusoid pada pleksus vena subtunika mengurang aliran ke vena eminen. Pada saat ini
gas darah sama dengan gas darah arteri.
5. Fase tegak dan keras (rigrit)
Dibawah pengaruh saraf pudenda, kontraksi otot ischiokavernosa, memeras krura dan
meningkatkan tekanan intrakavernosa diatas tekanan darah sistolik. Penis menjadi kaku dan
tegak. Otot ischiokavernosa dapat berkontraksi volunter atau dibawah pengaruh reflek
bulbokavernosa (yang maintain kekakuan selama penetrasi). Arteri inflow tidak dapat masuk
lagi dan vena eminen menutup sempurna. Ketika otot rangka menjadi lelah terjadi penurunan
tekanan intrakavernosa kembali ke level fase ereksi penuh, mengikuti sirkulasi kembali ke
jaringan kavernosa.

6. Fase pelemasan kembali (detumensensi)


Sedikit peningkatan tekanan intrakevernosa, mungkin diinduksi oleh stimulasi simpathetik
yang menutup outflow vena.Kontraksi otot polos trabekula, arteri helisina berkontriksi dan
tekanan intrakavernosa menurun, terjadi penurunan tekanan vena subtunika dan peningkatan
outflow vena.Stimulasi simpatetik menurun secara cepat arteri inflow dan tekanan
intrakavernosa, dengan peningkatan outflow dalam vena dan detumesen cepat.

Sistem Persarafan Ereksi

Pada dasarnya mekanisme ereksi terjadi melalui proses neurologis dan hemodinamik
yang dikontrol oleh faktor psikologis. Sehingga penyebab disfungsi ereksi dibagi menjadi faktor
psikologis dan faktor organik yang dapat disebabkan oleh kelainan pada pembuluh darah
(vaskulogenik), persarafan (neurogenik) dan hormon (endokrinologik). Rangsangan seksual akan
diolah pada susunan saraf pusat di beberapa tempat terutama di jaras supra spinal yaitu area
preoptik medial (MPOA) dan nukleus paraventrikularis (PVN) dihipotalamus dan hippokampus
yang merupakan pusat integrasi fungsi seksual dan ereksi

Rangsangan dari susunan saraf pusat akan dilanjutkan pada tingkat medula spinalis yang
mempunyai dua pusat persarafan ereksi, sistem persarafan parasimpatis yang merupakan pusat
rangsangan terjadinya ereksi (erektogenik) terletak pada segmen sakrum (S2 - S4) pada manusia
nukleus parasimpatis terutama terdapat di saraf preganglion parasimpatis pada columna
intermedio lateral medula spinalis sakrum S3. Akson parasimpatis akan melalui nervus pelvikus
menuju pleksus pelvis dan bersinap dengan persarafan post ganglion dimana akson menujun ke
nervus cavernosus. Sistem persarafan simpatis yang terutama menghambat ereksi (erektolitik)
pusatnya terletak pada kolumna intermedio lateral dan komisura dorsal abu abu pada segmen
torakolumbal (T11 L2) medula spinalis.

Penis di persarafi oleh sistem persarafan otonom (simpatis dan parasimpatis) pada daerah
pelvis kedua saraf bersatu membentuk nervus kavernosus yang masuk ke dalam korpus
kavernosus, korpus spongiosum dan gland penis untuk pengaturan aliran darah selama ereksi dan
detumesen. Sistem persarafan somatis yaitu nervus pundendus berperan sebagai sensorik penis
dan kontraksi dan relaksasi otot otot lurik bulbokavernosus dan isciokavernosus.

Sistem persarafan tersebut bertanggung jawab terhadap terjadinya tiga macan tipe ereksi
: psikogenik, refleksogenik dan nokturna. Ereksi psikogenik yang terjadi karena rangsangan
pendengaran, penciuman dan fantasi yang diolah pada susunan saraf pusat akan dilanjutkan pada
pusat ereksi di medula spinalis (T11-L2 dan S2-S4) sehingga terjadi ereksi. Ereksi refleksogenik
yang terjadi karena rangsangan perabaan pada organ genital dan sekitarnya, akan menuju pusat
ereksi di medula spinalis yang akan menimbulkan persepsi sensoris yang akan mengaktifkan
sistem saraf otonom untuk menyampaikan rangsangan pada nervus kavernosus sehingga terjadi
ereksi. Tipe ereksi ini akan tetap terjadi pada pasien dengan cedera medula spinalis diatas
segmen sakrum 2. Ereksi nokturna umumnya terjadi selama tidur rapid eye movement (REM).
Selama tidur REM akan mengaktifkan sistem saraf kolinergik yang terletak pada tegmentum
pontin lateral, sehingga terjadi peningkatan ketegangan penis.

Fisiologi Ereksi pada Penis

Sumber pendarahan pada ereksi adalah arteri dorsalis penis dan arteri kavernosus kanan
dan kiri yang lebih berperanan pada prorses ereksi merupakan cabang akhir dari jalinan arteri
hipogastrik kavernosus. Arteri kavernosus bercabang membentuk arteri helisine, cabang dari
setiap arteri helisine langsung berakhir di ruangan lakuna tersebut. Sedangkan aliran pembuluh
balik dari korpus kavernosus keluar melalui venula subtunika yang terletak diantara bagian
perifer jaringan penegang (erectile) dengan tunika albugenia. Aliran vena dari ujung penis
mengalir terutama melalui vena dorsalis profunda, sedangkan aliran bagian pangkal krura
biasanya melalui vena kavernosus dan vena kruralis.

Ereksi akan terjadi diawali relaksasi otot polos korpus kavernosus penis. Dilatasi dinding
kavernosa dan arteri helisine menyebabkan darah mengalir memasuki ruangan-ruangan lakuna.
Selanjutnya, relaksasi otot polos trabekulum akan memperluas ruangan lakuna sehingga penis
menjadi membesar.

Tekanan darah sistemik yang disalurkan melewati arteri helisine akan lebih mendorong
dinding trabekulum ke arah tunika albugenia. Sebaliknya mekanan pleksus venula subtunika
sehingga menghambat pengembalian darah dari ruangan lakuna dan meningkatkan tekanan
dalam lakuna sehingga penis menjadi tegang. Adanya tekanan dalam lakuna selama periode
ereksi dihasilkan oleh keseimbangan antara tekanan perfusi arteri kavernosa dengan tahanan
terhadap pengeluaran aliran darah oleh kompresi venula subtunika. Pengurangan aliran darah
balik subtunika oleh penekanan mekanik ini, dikenal sebgai mekanisme oklusi vena korpora.

Anda mungkin juga menyukai