Anda di halaman 1dari 54

[(AAN DAERAH

I TIMUR
BEBERAPA PENGERTIAN
PERENCANAAN FISIK

Oleh
Ir. Djoko Sujarto, M.Sc.

PENERBIT BHRATARA KARYA AKSARA _ JAKARTA

lll
KATA PENGANTAR

Buku kecil ini berisi kumpulan materi perkuliahan 'Pengantar Tek-


nik Perencanaan Wilayah dan Kota' yang diberikan di Jurusan Tek-
nik Planologi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut
Teknologi Bandung. Di samping itu materi ini juga pernah diterbit-
kan dalam bentuk stensil oleh Fakultas Teknik Sipil dan Perencana-
an ITB dan sebagai 'Kapita Selekta' materi Kursus Perencanaan
Pembangunan oleh Badan Pendidikan dan Latihan, Departemen
Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dalam Negeri RI pada tahun 1981.
Hak penerbitan 1985 pada PT Bhratara Karya Aksara, Jakarta Isi utama materi ini dimaksudkan untuk memberikan pengenalan
terhadap perencanaan fisik umumnya dan perencanaan wilayah dan
kota pada khususnya. Materi yang diberikan, sesuai dengan maksud
tersebut, adalah sangat elementer; dengan harapan mudah diikuti
oleh mereka yang bermaksud mengenal secara awal pengertian pe-
rencanaan fisik.
Walaupun penekanan isi materi ini lebih kepada aspek perenca-
naan fisik, tetapi penulis merasa tidak dapat menghindarkan diri
dari penguraian tentang lingkup perencanaan lainnya seperti peren-
canaan sosial dan ekonomi, mengingat 'perencanaan pembangunan'
pada hakikatnya mencakup segi-segi yang luas lingkupnya menyang-
kut aspek fisik dan nonfisik. Dalam hubungan ini penulis juga meng-
anjurkan kepada pembaca untuk juga membaca materi lainnya yang
membicarakan soal perencanaan pembangunan umumnya.
Harapan penulis adalah, bahwa sekalipun materi yang ditulis di
sini masih garis besarnya saja tetapi dapatlah kiranya memberikan
gambaran tentang pengertian pokok perericanaan pembangunan wi-
layah dan kota umumnya dan khususnya aspek perencanaan fisik.
Semoga bermanfaat.
Djoko Sujarto

tv
Daftar Isi

Kata Pengantar v
I Pengertian dan Proses Perencanaan Fisik I
l.l Pengertian Dasar Perencanaan I
1.2 Proses Perencanaan Fisik 4
1.3 Perencanaan Fisik l0
1.4 Lingkup Perencanaan 14
II Perkembangan dan Lingkup Perencanaan Fisik 20
2.1 Perkembangan Peranan dan Lingkup Perencanaan
Fisik 2l
2.2 Distribusi Tata Ruang sebagai Kerangka Dasar Peren-
naan Fisik 23
2.3 Peranan Perencanaan Fisik pada Berbagai Lingkup 37
2.4 Komponen-komponen Dasar suatu Perencanaan Fisik 43
2.5 Analisis Pola Fisik 47
III Realisasi dan Pelaksanaan Pembangunan Fisik 50
3.1 Penataan Ruang Ssasaran dan Tujuan, Kegiatan, Fungsi
dan Obyek 50
3.2 Saran-saran Sasaran dan Tujuan 50
3.3 Saran-saran Kegiatan Fungsional 5l
3.4'Sasaran-sasaran untuk Obyek-obyek Pembangunan 51
3.5 Strategi Pelaksanaan 52
3.6 Pertimbangan Biaya dan keuntungan Suatu Perencana-
an Fisik 52
3.7 Penjadwalan dan Penahapan Rencana Fisik 54
3.8 Pengelolaan Pelaksanaan Rencana Fisik 54
3.9 Monitoring dan Evaluasi Rencana Fisik 55
IV Produk dan Model Perencanaan Fisik 56
4.1 Macam-macam Rencana Fisik 56

vrl
4.2 Rencana-rencana Khusus 60
4.3 Rencana Teknis Detail 62
4.4 Beberapa Model dalam Hubungan Perencanaan Fisik 62
V Dampak Lingkungan dari Perencanaan Pembangunan Fisik 80
5.1 Pengertian Dampak Lingkungan 8l
5.2 Parameter Lingkungan 82
5.3 Analisis DamPak Lingkungan 84
BAB I
5.4 Esensi ANDAL di dalam Perencanaan Fisik 9l
PENGERTIAN DAN PROSES PERENCANAAN FISIK
DAFTAR PUSTAKA 93

Seperti pengertian perencanaan pada umumnya, perencanaan fisik di


dalam usaha pencapaian hasilnya akan melalui suatu rangkaian pro-
ses tertentu. Pada rangkaian proses ini akan terkait berbagai aspek
baik yang bersifat sebagai pendorong, penunjang, maupun yang ber-
sifat sebagai penghambat serta umpan baliknya. Di dalam bab yang
pertama ini secara teoretis akan dikemukakan pengertian dasar peren-
canaan, proses perencanaan, perencanaan fisik sendiri, serta lingkup
skala perencanaan fisik.

I.l Pengertian Dosor Perencanaan

Dalam lingkup pengertian yang umum perencanaan dapat diartikan


sebagai suatu usaha untuk memanfaatkan sumber-sumber yang terse-
dia dengan memperhatikan segala keterbatasan dan pembatasan yang
ada guna mencapai suatu tujuan secara efisien dan efektif. Di dalam
usaha pencapaian ini prinsip pokok ekonomi, yaitu mencapai hasil
yang sebesar-besarnya dengan modal yang sekecil-kecilnya (prinsip
optimasi), akan selalu menjadi landasan. Di dalam suatu perencanaan

W
akan terkandung pengertian tujuan dan dimensi waktu. Dldalam tu-
juan akan dirumuskan keinginan dan sasaran yang.ingin dicapai se-
suai dengan kebutuhan. Dimensi waltu akan mencakup penentuan
waktu untuk mencapai keinginan dan sasaran itu supaya dapat meme-
nuhi kebutuhan pada masa mendatang.
Walaupun jangkauan suatu perencanaan untuk mencapai suatu
tb]"s1s
75 ler: \e tXS tujuan pada masa mendatang, tetapi di dalam pertimbangannya tidak

vlll
tktn lrl {lrn 5T4\-c
Perencanaan Fisik (2)

t
akan terlepas dari pengetahuan keadaan mada kinl dan masa yang Titik tolak berpikir perencanaan kedua adalah suatu pemikiran
yang lebih ditekankan semata-mata kepada sasaran dan tujuan yang
t'
lalu. Hal ini akan sangat penting di dalam pEnentuan proyeksi kebu-
tuhan di masa mendatang. Kecenderungan dfun pengalaman keadaan akan dicapai pada masa mendatang. Jadi, dalam pendekatan perenca-
masa lalu serta apa yang dapat dan belum da$at dipenuhi pada masa naan yang kedua ini suatu 'target' ideal yang ingin dicapai di masa
kini akan merupakan faktor-faktor pertimbangan untuk membuat mendatang merupakan faktor penentu yang sangat penting (target
I
taksiran kebutuhan di masa mendatang. : oriented planning). Target ini hanya didasarkan kepada keadaan '.

Di dalam perencanaan pada hakikatnya dikenal dua cara pende- masa kini serta proyeksi untuk meningkatkan keadaan sekarang ke
katan dan cara berpikir. Pertama, suatu titik tolak berpikir yang me- keadaan yang lebih baik di masa datang dan sedikit sekali atau bah-
mandang perencanaan sebagai suatu rangkaian pros'Qs untuk menca- kan tidak memperhatikan kecenderungan apa yang terjadi pada masa
pai sesuatu yang baik di masa mendatang dengan mer4pertimbangkan kini atau masa lalu (ihat Cambar 2).
kejadian-kejadian di masa lampau dan kenyataan di niasa kini.r
Dalam hal ini perencanaan yang disusun untuk (tencapai sasaran
t
dan tujuan masa mendatang akan mempertimbangkan pengalaman, Rencana Masa
kebutuhan, dan tuntutan yang berkembang padd ma':a lalu serta ke- Datang

butuhan, permasalahan, dan tuntutan pada masa liini. Berdasarkan Masa Kini
hal-hal itu kemudian dibuat proyeksi untuk kebutuhan dan tuntutan
masa mendatang yang ideal' Pada proses perencanhan ini kecen-
derungan yang terjadi pada saat ini akan sangat pentihg sebagai fak-
tor pertimbangan untuk menentukan arah dan tujuan perkembangan
di masa mendatang (lihat Gambar l). I
f
Proyeksi Berdasar
I
Rencana Masa
Masa Lalu Masa Kini
Datang l- _3'101
@BD ---+N Gambar 2

Ada pendapat bahwa di banyak negara yang sedang berkembang,


sifat faktor-faktor perkembangannya (yang) relatif cepat, keadaan
sosial, politik, dan perekonomian umumnya masih berubah-ubah
S6rta sejarah masa lalu merupakan suatu pengalaman yang pahit ka-
Gambor I rena kolonialisme. Oleh karena itu, perencanaan lebih didasarkan
kepada usgha pencapaian target yang ideal di masa mendatang untuk
mengejar ketinggalan. Sedangkan untuk melihat kegagalan pemba-
Titik tolak berpikir perencanaan yang demikian biasanya dikata- ngunan cukup dengan mempelajari pengalaman negara-negara yang
kan sebagai suatu proses perencanaan yang bermotifkan pemikiran telah maju. Di negara-negara yang telah maju dikenal istilah preser-
kecenderung at (trend oriented p lanning).
vationist at heart. Pertimbangan masa lalu sangat dipertimbangkan
di dalam perencanaan.
I Djoko Sujarto, Faktor sejarah Perkembangan Kota dalam Perencanoan Pembo-
Kedua titi& tolak berpikir untuk perencanaan tersebut di atas se-
ngunon Koto, Departemen Planologi FTSP-lTB, 1979. baiknya dilakukan secara bersama-sama, atau tergantung dari karak-

t
teristik dan jenis sasaran serta tujuan pembangunan yang axan dica- Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut
pai. Di sdmping itu, keadaan dan pola sosial, ekonomi, budaya, poli-
tik, dan geografis daerah perencanaan akan merupakan faktor yang
Masukan Proses Keluaran
sangat berpengaruh dan menentukan apakah kecenderungan perlu - -
diperhatikan.
NN
1.2 Proses Perencanqan
A. Proses
Fisik

Secara harfiah suatu proses dapat diartikan sebagai suatu kegiat-


**-oo-
-

-
Materi Penunjang
an 'pengolahan' suatu atau beberapa bahan 'masukan' (input)
untuk memperoleh suatu atau beberapa 'keluaran' (output).2 Se-
cara diagramatik kaitan antara masukan (input), proses, dan ke- Gambar 4
luaran (output) dapat digambarkan seperti berikut ini.

Suatu keluaran biasanya masih mempunyai kaitan yang mene-


rus (kontinu) dengan masukan. Suatu keputusan, misalnya, ma-
sih selalu mempunyai kaitan dan ketergantungan dengan kebijak-
an yang melandasinya. Oleh karena itu, di dalam keseluruhan
rangkaian kegiatan yang dimulai dari masukan, proses, dan ke-
luaran akan terdapat suatu jalur balik yang dikatakan umpan ba-
lik ataufeed back yang biasanya akan merupakan masukan baru
di dalam usaha pengembangan masukan semula dan keluaran
Gombar 3 atau output-nya. Misalnya suatu keputusan akan selalu disem-
purnakan dan dikembangkan berdasarkan masukan baru seba-
gai hasil pelaksanaan keputusan itu. Jadi, secara skematis dapat
digambarkan sebagai berikut.
Proses itu sendiri merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
berurutan dan berkaitan satu sama lain atau saling menunjang
Proses
untuk dapat menentukan suatu atau beberapa keputusan. Oleh
karena itu, suatu rangkaian proses sering pula dikatakan sebagai
rangkaian kegiatan sekuensial (sequential). Dalam kegiatan seha-
ri-hari penentuan suatu keputusan yang merupakan keluaran
Masukan
WW Keluaran

(output) dari proses hanya akan diawali oleh suatu atau bebera-
pa'kebijakan' sebagai masukan (input). Umpan balik
sebagai
ma sukan baru

2 Lihat Djoko Sujarto, Proses Perencanaan, Diktat Kuliah Pengantar Planologi,


Departemen Planologi FTSP-ITB, 1981. Gambar 5

4
Perencanaan Fisik (3)

i
Dari pembahasan di atas, jelaslah bahwa suatu proses pada Untuk kepentingan penentuan keputusan dengan lingkup ter-
hakikatnya adalah suatu rangkaian kegiatan yang merupakan tentu, dengan sendirinya diperlukan sejumlah data yang sesuai
langkah-langkah rasional untuk mencapai suatu keputusan seba- dengan lingkup kepentingan tertentu itu. Demikian pula untuk
gai keluarannya. kepentingan analisis, maka data itu perlu diseleksi dan disistema-
tisasikan untuk diolah sesuai dengan kebutuhan yang telah di-
B. Peranan Data di dalam Suatu Proses arahkan secara jelas. Selanjutnya sistematisasi dan tabulasi yang
Seperti telah ditekankan di atas bahwa suatu proses adalah rang- dilakukan juga telah disesuaikan dengan model analisis yang
kaian kegiatan rasional yang dilandasi oleh suatu kebijakan seba- akan dipakai di dalam lrroses itu.
gai masukan untuk dapat menentukan suatu keputusan sebagai
keluarannya. Jadi, untuk dapat mencapai suatu landasan pertim- C Proses di dalam Perencanoon
bangan yang rasional dan obyektif perlu didukung oleh data dan Perencanaan merupakan suatu usaha pemikiran secara rasional
informasi, baik yang mempunyai kaitan langsung dengan subyek untuk mencapai kebutuhan baru di masa mendatang. Suatu pe-
proses sebagai ndata utama' maupun yang mempunyai kaitan rencanaan ditentukan oleh tiga faktor yang penting, yaitu: faktor
yang tidak langsung sebagai 'data penunjang'. Data dan informa- waktu, ruang, dan sumber-sumber. Faktor waktu menyangkut
si ini dalam rangkaian proses juga akan merupakan masukan, di masa lalu, masa sekarang, dan masa mendatang. Ruang me-
samping masukan dasar yang berupa kebijakan tersebut di atas' nyangkut lingkup masa pencapaian dan sumber menyangkut alat,
Jadi, di dalam lingkup rangkaian proses itu sendiri akan terja- modal, serta cara yang dapat dipergunakan untuk mencapai cita-
di suatu rangkaian proses analisis untuk memperoleh dasar per- cita masa mendatang itu. -----
timbangan guna memperoleh sintesis yang akan melandasi kepu- /\,,/ \
tusan sebagai keluaran utama secara rasional dan obyektif. Seca- / _ waktu \
ra skematik dapat digambarkan sebagai berikut. i - R,rrnn I
\ - sumu-e. I
\/
I_
I
m
_Pp9ry.. -l
I
\,/
,r',-\,

(T;l
Y Rencarta

Rencana

Gambar 7

L-J Suatu perencanaan harus menghasilkan suatu rencana yang


L Umoanbalik
'masuk akal', dalam arti dapat diwujudkan secara nyata. Oleh
-J
karena itu, suatu rencana seharusnya dilandasi oleh suatu rang-
Gambar 6 kaian cara berpikir yang rasional dengan didasari oleh gambaran
keadaan masa kini dan pengalaman masa lalu. Jadi, jelas dr da-
b. Model Liechfield *Notahniel Liechfield (1968)
lam hal ini bahwa: Model perencanaan yang dilandasi oleh masukan yang lebih
luas meliputi perumusan sasaran dan tujuan sebagai kebijak-
a. Perencanaan akan merupakan suatu proses yang rasional.
an dasar, pembatasan lingkup pengertian kendala (con-
Dalam hal ini merupakan suatu proses kegratan pemiktran
dan tindakan.manusia yang didasari oleh proses pemikiran straints), di samping penelaahan yang menghasilkan data.
itu; Selanjutnya juga di dalam model Liechfield ini telah dikenal
b. Perencanaan merupakan suatu proses pemikiran untuk men- adanya umpan balik sebagai masukan baru bagi pengem-
bangan 'keluaran '.
capai tujuan dan sasaran di masa datang berdasarkan ke-
mampuan sumber yang ada serta pemanfaatannya secara
efektif dan efisien.
Sesuai dengan perkembangan peradaban, ilmu dan teknologi, ser-
ta tingkat kebutuhan dan lingkup perencanaan yang semakin
luas, maka proses perencanaan itu sendiri juga telah mengalami
suatu perkembangan. Perkembangan ini terjadi dalam pengerti-
an bahwa, "keluaran" dari suatu proses perencanaan yaitu sua.
tu rencana, bukan merupakan hasil akhir yang mutlak, tetapi
akan berkembang sesuai derigan dinamika perubahan. Jadi kare-
na adanya dinamika masyarakat, maka 'keluaran' atau 'renca-
na' itu perlu dievaluasi untuk memperoleh umpan balik bagi
'masukan' baru guna mengembangkan'keluaran' agar sesuai de-
ngan perkembangan yang terjadi. Maka dikenallah 'jalur umpan
Masuk-
an Baru
+-- -{ '*'*-{
balik'. Peninjauan
Di bawah ini akan dikemukakan beberapa model proses pe- Kembali dan
rencanaan yang dikemukakan oleh beberapa pemikir perencana- Umpan Balik
an terkemuka di negara-negara maju.3 Gambar,9
a. Model Geddesian (1925)
- Patrick Geddesyang dilandasi oleh pola
Model proses perencanaan klasik D" Perencanaon Fisik dan Proses Perencanaan
dasar: Survei (data) Analisis dan Sintesis (lihat Gambar
8).
-
Suatu perencanaan fisik merupakan pemikiran sistematik untuk
Diagram A mewujudkan tuntutan kebutuhan segi-segi non fisik yaitu sosial
r------'l
|
budaya, sosial ekonomi, politik yang diwujudkan dalam renca-
na-rencana pembangunan sosial budaya, sosial ekonomi, dan
.Analisis
L-- -- J politik. Dalam lingkup kaitan yang lebih luas, perencanaan fisik
juga harus mampu mewujudkan apa yang digariskan di dalam
Gambor 8 ideologi serta sasaran pembangunan nasional. Oleh karena itu
maka di dalam mewujudkan suatu rencana fisik pertimbangan
Citizen Participation in Planning, Pergamon Press, Ox' dasar pembangunan sosial, ekonomi dan politik dalam lingkup

fttrtr
,f
nasional, regional dan lingkup yang lebih khusus, akan merupa- Gombar 10 PROSES PERENCANAAN FISIK
kan rangkaian yang berkaitan di dalam proses perencanaannya' Masukan Proses Keluaran
Jadi di dalam proses perencanaan fisik ini, di samping data
dan informasi tentang keadaan geografis dan fisik daerah peren-
canaan, maka hal-hal yang digariskan di dalam GBHN, Repelita l- cBH" I
serta dasar landasannya yaitu falsafah negara dan ideologi serta
aspek-aspek lingkungan hidup akan merupakan masukan bagi Perumusan Sasaran
tersusunnya perencanaan fisik. Perumusan sasaran dan tujuan dan Tujuan Perumusan Strategi
pembangunan yang dijabarkan dari landasan pembangunan na- Pembangunan Daerah Pembangunan Daerah

sional tersebut akan merupakan titik tolak di dalam proses


pengembangan alternatif rencana. Hasil atau 'keluaran' dari
proses pengembangan rencana ini akan berupa rencana fisik
yang merupakan penjabaran nyata dari rencana-rencana kebu-
tuhan yang menyangkut aspek sosial budaya, sosial ekonomi
dan politik. Rencana fisik inilah yang kemudian akan menjadi
pedoman di dalam usaha mewujudkan tuntutan kebutuhan ma-
Dasar-dasar pertim-
syarakat tersebut. Secara diagramatik proses ini dapat digambar-
bangan Perencanaan
kan sebagai berikut: Pembangunan

1.3 Perencanaan Fisik

Perencanaan fisik (physical planning) pada hakikatnya dapat diarti-


kan sebagai suatu usaha pengaturan dan penataan kebutuhan fisik
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dengan berbagai kegiat-
an fisiknya. Dalam lingkup yang luas, kebutuhan fisik ini berupa Renca- Renca-
na Pem- na Pem-
penyediaan kebutuhan ruang seperti lahan atau rumah beserta ber-
bangun- bangun-
bagai kelengkapannya. Lahan ini fungsinya akan disesuaikan dengan an Eko- an Sosial
beibagai macam kegiatan fungsional masyarakat yang akan ditem- nomi Budaya
patkan di atasnya. Perwujudan nyata kegiatan fungsional ini berupa
suatu keragaman pola tata guna tanah.
Struktui bangunan, seperti bangunan kegiatan ekono'mi, bangun-
pemerintah-
an sekblah, bangunan p.iuyunun kesehatan, banguhan
perumahan
an, bangunan pubrik, monumen dan pertamanan, serta Pertimbangan
akan mirupakan perwujudan fisik yang nyata dari suatu kawasan Aspek-aspek
Lingkungan
kegiatan fungsional tertentu. Hidup
Rencana Tata Ruang
dan Prasarana Fisik
Selanjutnyadidalamlingkupyanglebihterperincilagi,setiapla.
han dan bangunan yang dipergunakan untuk berbagai macam kegiat-

l0 ll
Perkembangan Kegiatan
an fungslonal masyarakat itu akan memerlukan pula berbagai sarana Usaha dan Sosial
pelayanan. Macam-macam sarana pelayanan berupa jaringan jalan Budaya Masyarakat
sebagai sarana pergerakan dan jaringan utilitas umum, seperti air mi'
num, sistem pembuangan, sistem drainase, jaringan listrik, dan ja-
ringan telepon. Perkembangan Kebutuhan Ruang
Dari gambaran di atas jelaslah kiranya bahwa aspek fisik akan me-
rupakan perwujudan nyata suatu tuntutan kebutuhan yang disebab- Perubahan Pola Tata Guna Tanah
kan oleh pertambahan manusia dan perkembangan kegiatan usaha - Pertambahan Bangunan
serta budayanya. Untuk mencapai tujuan perencanaan, yaitu meman- - Peningkatan Kebutuhan
Sarana Pelayanan Fisik
faatkan sumber daya yang ada seefisien dan seefektif mungkin, maka
perlu adanya suatu perencanaan fisik.
Melihat kepada rangkaian kaitan antara perkembangan dan per-
tumbuhan penduduk, perkembangan kegiatan usaha dan budaya ma-
syarakat, serta implikasinya terhadap usaha penyediaan sarana fisik-
nya, maka perencanaan aspek fisik tidak dapat dilihat secara tersen- Perencanaan Fisik
diri. Jadi, suatu perencanaan fisik akan mempunyai kaitan serta dan Tata Ruang

akan merupakan implikasi dan tindak lanjut perencanaan sosial bu-


Lingkungan yang Ideal Secara
daya, ekonomi, dan bahkan Politik.
Menyeluruh dan Terpadu
Suatu perencanaan fisik dari suatu lingkungan permukiman mi-
salnya, akan mencakup usaha pengaturan dan penataan hal-hal ber- Gambar I1
ikut.
a. Ruang dalam arti luas yang akan menghasilkan suatu susunan an segi-segi nonfisik, yaitu pembangunan sosial, sosial budaya, dan
pola tata guna tanah yang sesuai dengan kegiatan masyarakat ekonomi sebagai berikut.
yang akan dikembangkan.
Proyek fisik pembangunan sosial:
b. Kebutuhan ruang secara khusus yang diwujudkan dalam bentuk
- bangunan perumahan,
bangunan, seperti bangunan umum, bangunan perumahan, per-
- bangunan kesehatan,
tamanan, bangunan pabrik, bangunan kegiatan kebudayaan, - bangunan rekreasi,
pendidikan, kesehatan, dan terminal.
- bangunan pemerintahan,
c. Kebutuhan jaringan jalan dan utilitas umum, seperti: air minum, - bangunan pertemuan,
drainase, pembuangan, dan telkom. - bangunan olah raga,
Di dalam lingkup yang lebih khusus, perwujudan perencanaan fi- - pertamanan,
sik ini dapat diartikan pula sebagai suatu perencanaan tata ruang - jaringan utilitas umum.
(spatial planning). Secara diagramatis hubungan antara aspek non- Proyek fisik pembangunan sosial budaya:
fisik dan perencanaan fisik dapat digambarkan pada Gambar I l. - bangunan sekolah,
'sebagai contoh, berikut ini akan dikemukakan beberapa proyek - bangunan temPat ibadat,
pembangunan fisik yang merupakan perwujudan nyata pembangun- - bangunan kegiatan seni budaYa,
- bangunan musium dan sejarah.

t2 l3

./
Proyek fisik pembangunan sosial ekonomi: Di samping ketiga lingkup skala perencanaan di atas kita menge-
nal juga perencanaan sektoral, yaitu perencanaan suatu proyek khu-
- pasar dan perbelanjaan,
sus yang merupakan bagian dari program pembangunan nasional atau
- bangunan industri,
regional seperti pembangunan irigasi dan pembangunan jalan negara.
- pusat perkantoran dan perdagangan,
Keluaran fisik ketiga tingkatan skala perencallaan di atas serrekin be-
- bangunan pergudangan,
sar semakin menuju ke skala lingkup yang lebih kecil.
- pelabuhan laut,
Semakin kecil lingkup skala perencanaan itu semakin besarlah ke-
- pelabuhan udara,
terperincian serta penekanan'produk fisiknya. Dalam hubungan itu
- terminal dan stasiun kereta aPi,
dapat pula dikemukakan bahwa semakin besa.r lingkup skala perenca-
- jalan raya dan jalan kereta aPi.
naan semakin besar pula tekanan perencanaannya pada aspek yang si-
fatnya nonfisik, yaitu aspek sosial budaya da.n aspek ekonomi. Secara
1,.4 LingkupPerencanaan skematis hubungan itu dapat digambarkan pada diagram berikut ini.
Berdasarkan lingliupnya, perencanaan akan meliputi skala cakupan
yang berbeda-beda. Secara umum dikenal tiga skala perencanaan. Lingkup AsPek Aspek Aspek
Lingkup perencanaan yang pertama adalah Perencanaan Nasio- Perencanaan Sosial Budaya Ekonomi Fisik
nal, yaitu yang berlingkup negara seperti yang diwujudkan dalam Nasional x x o
bentuk suatu Rencana Pembangunan Nasional - REPELITA. Seca- Regional x x o
ra fisik, rencana pembangunan nasional ini dapat diwujudkan dalam Lokal o x x
bentuk suatu distribusi tata ruang nasional seperti misalnya yang di-
kemukakan dalam Kerangka Regionalisasi Nasional pada Repelita II
oleh Bappenas (lihat Gb. l2) atau yang pernah digagaskan oleh De- x produk dan penekanan perhatian pe-
partemen PU dalam bentuk Konsepsi Satuan Wilayah Pengembang- rencanaan diutamakan (besar).
an (SWP) dalam rangka Rencana Kerangka Umum Wilayah dan 0- produk dan penekanan perhatian
perencanaan sampai batas-batas
Rencana Total tahun anggaran 1980 - l98l (lihat Gb. l3). Di bawah-
nya adalah Rencana Pembangunan lingkup Regional, yang merupa- tertentu
kan perincian rencana pembangunan nasional ke dalam perencanaan o produk dan penekanan perhatian
bagian-bagian dari negara. Termasuk rencana pembangunan regio- perencanaan kecil.
nal ini seperti Rencana Pembangunan Propinsi, DT II Kabupaten,
wilayah khusus seperti Daerah Aliran Sungai (DAS), suatu wilayah
metropolitan seperti Jabotabek, Gerbangkertosusila, Bandung Raya
(lihat Gb. l4).
Selanjutnyarencanapembangunanskalalokalyaituyangmerupa-
pe-
kan penjabaian dari rencana regional ke dalam bagiannya seperti
rencanaan kota, desa atau kawasan fungsional khusus'

Secara fisik rencana dalam lingkup lokal ini dapat diperlihatkan


dalam contoh seperti pada Gambar l5 yaitu tentang Kerangka Pem-
bagian Wilayah dan Lingkungan Kota.

15
t4
l-
I

^\ - E
JE E6
-" : ats a) ! ft
z(
d :
-i,
2 i Et*3::".E
! c zzAA A6>t
- ] ) ]=
<L
lF
>s
\t
z:- zz a
a
5U
z
<
6
cd
=l
.-il ?z :
u .. ; AA
z> ;
J

?;Et ix <!q *
t
{ ?Ee 6E
f :E= z
g.l
o
:=@ 5eo
*Yz
,:; a
?a? 2.<
t, c t ;;:

c['b. )z
F
: --:6!I r;t
X<-
E
o So l;g /e tr
729
)o
z

a O E
:a =:^
ko
dt

i15l
=
!E
-.
^
.Yl 1<r* b0;
:Ei- ;
- p2 d,=x, I. .= q
7 ; zs ;ao< F.l I-l

o.
I t;= =ja iit
^L
t4
Bd
fr132 Sst
E c0n
'.0. d
\:
,\.\E E
,2 t T-r-i*?P t'E;
:E
E ^
:51
q o- N'
.\s S EE
s.:
-2r= HIHHa:: Ait
64
F
f ;.::?;S6F;Ez oJ
" :lr.l
Fb
o F:@E3-$d .:;
z
z
)o
;:,iE:;xEi:-rg :ff
2&
!

z i c =.-
a!. o
o dP
. E :9 H
A o
z 2 z
u t
F
E.'= a > o
^o =E
*2
I<
o : ;t9S 3h
0
z
c
:: ;<
:o
; < !- z aoa
*>
F
f - !5 o
z <Q
E. < c 3^ <) tz
OU
,g F : -9: - F

< L < u'ad


Z l1 ll
f- lro l.l
\r 8&HF 6ua
l1
o
l,

eesB o*E
3'ild

!x
u! i. . >L,

l6 t7

1",
WILAYAH PEMBANGUNAN JABAR
I wP Banten
2 wP Jabotabek
3 WP Purwasuka

I
4 WP Sukabumi
5 WP Bandung Raya
6 WP Cirebon
7 WP Priatim

lc, !'"1. ta.


\f ,\ ;

WILAYAH INTI PEMBANCUNAN BANDUNG RAYA

r _a_
_.rr-aa-

-. Padalarang l\ II C2
,

PEMBAGIAN WILAYAH DANLINCKUNGAN2 /


I r-ingr.u,gu;i;;,;;i-- 'r ''t

I crnuno-- ffi LingkunganPelabuhan i


I hut, - Banjaran I trng*rrgun rerqagangan \ .I

ffi Lingkrngan Pemerin(ahan '' .-r


I

I
j r-ingtunganpemerintahan f3l+iffi?},r,
I L--l I-ingturganPerumahan
I ( ffi Terminal

) Gambor 15
Distribusi Tata Ruang Lingkup Kota (Lokal)
Gambar 1y'. Distribusi Tata Ruang Lingkup Regional

l8 l9
Di dalam bab kedua ini akan dibahas tentang kelima segi pokok
mengenai distribusi tata ruang sehubungan dengan suatu rencana fisik
dengan mengambii contoh dari rencana kota Pontianak'
1

2.1 Perkembangqn Peranan dan Lingkup Perencanaan Fisik

Dalam perencanaan fisik termasuk semua perwujudan sasaran dan tu-


juan, fungsi, serta kegiatan pembangunan dalam bentuk distribusi
BAB II tata ruang dan jaringan prasarana lingkungan.
PERKEMBANGAN DAN LINGKUP PERENCANAAN FISIK Kalau kita tinjau urutan perkembangan sejarah perencanaan,
maka suatu perencanaan kota diidentikkan sepenuhnya sebagai pe-
rencanaan fisik. Pekerjaan seorang perencana kota sebagai yang me-
rencanakan perletakan jaringan jalan, rumah-rumah, pertamanan
kota, dan bangunan umum, tampaknya masih tetap merupakan suatu
Berbagai uraian yang membahas perkembangan perencanaan pada
citra yang berkembang di masyarakat luas. Citra ini kemudian ternya-
umumnya mengemukakan bahwa pada hakikatnya suatu pengertian
ta tidak benar karena terjadinya perkembangan di dalam lingkup pe-
manusia yang berkaitan dengan perencanaan dimulai dari perencana-
rencanaan kota yang tidak terlepas dari suatu usaha pengembangan
an fisik. Pendapat lama selalu mengasosiasikan pengertian perencana-
wilayah yang lebih luas.
an fisik dengan perencanaan kota atau lingkungan permukiman.
Sekarang yang dimaksud dengan perencanaan pembangunan, bu-
Akhir-akhir ini sempitnya pengertian itu semakin disadari. Perenca-
kan lagi seperti yang diartikan pada zaman lampau, di mana produk
naan sebenarnya menyangkut berbagai aspek kehidupan yang luas,
yaitu meliputi segi sosial budaya, ekonomi, dan politik. Sedangkan fisiklah yang merupakan perwujudannya. Perencanaan fisik hanya-
lah merupakan penjabaran dari hal-hal yang diinginkan di masa men-
perencanaan fisik merupakan bagian dari usaha untuk menjawab
datang darr tuntutan kebutuhan masyarakat yang menyangkut ke-
dan mewadahi perubahan-perubahan pada masyarakat yang aspek-
butuhan dan keadaan sosial budaya, sosial ekonomi, politik dan segi-
nya sangat luas itu.
segi non materiel lainnya. Di dalam pendidikan dan praktek peren-
Seperti telah dikemukakan pada bagian terdahulu dalam Bab I canaan saat ini perencana wilayah dan kota akan berkepentingan de-
bahwa perencanaan fisik pada hakikatnya merupakan usaha untuk ngan permasalahan sosial, budaya, ekonomi, lingkungan dalam arti
menjawab perkembangan masyarakat yang menyangkut segi sosial yang luas dan bahkan masalah sosial politik dan hankam. Segala per-
budaya, ekonomi, dan politik. masalahan ini akan mendasari suatu perencanaan fisik.
Perencanaan sosial, ekonomi, pembiayaan dan kelembagaan
Keluaran utama suatu perencanaan fisik adalah suatu distribusi mempunyai esensi yang menentukan bagi terwujudnya suatu rencana
tata ruang yang akan memberikan pengaturan dan pengarahan pena- fisik. Suatu prasangka bahwa perencanaan fisik selalu merypakan
taan ruang dan penyediaan jaringan sarana fisik. kendala (constraints) yang menentukan lingkup perencanaan pemba-
taan ruang dan penyediaan jaringan sarana fisik. Di dalam perenca- ngunan non fisik lainnya tampaknya tidak relevan lagi.
naan fisik ini akan tercakup lima segi pokok yang berkaitan dengan
Tetapi pergeseran dan pengembangan perencanaan pembangunan
hal penataan ruang yaitu: pendistribusian tata ruang penduduk; pen-
distribusian tata ruang sasaran dan tujuan pembangunan fisik; pen' I Dikutip dafi Masterplan Kotomadya pontianak 1970-tgn, Lembaga penelitian
distribusian kegiatan usaha; pendistribusian fungsi-fungsi kegiatan; Planologi bekerja sama dengan PT Cubahlaras di datam rangka kerja sama pe-
dan pendistribusian tata ruang obyek-obyek kegiatan. rencanaan Kota dengan pemerintah DT II Kotamadya pontianak. lgT}_lg7 l.

20 2t
Perencanaan Fisik (4)
ke arah lingkup perwilayahan yang lebih luas memang telah mengem- 2.2 Distribusi Toto Ruang sebogoi Kerangka Dosor Perencanoon Fi-
bangkan pentingnya suatu keluaran perencanaan fisik. sik
Jadi, semakin meningkatnya kompleksitas permasalahan yang me-
Manusia serta berbagai kegiatan usaha di dalam kehidupannya akan
nentukan dan berpengaruh dalam pembangunan, jelas akan menuntut
berlangsung di dalam ruang. Oleh karena itu pengelompokan manusia
pertimbangan yang lebih mendalam lagi dalam usaha perwujudannya.
yang menyangkut kegiatan usaha, kegiatan kemasyarakatan serta se-
Perencanaan fisik harus benar-benar merupakan hasil yang mencer-
gala sarana fisik yang menunjang kehidupannya terdapat dan terdis-
minkan lingkup permasalahan yang semakin meluas itu. Perubahan
tribusikan di dalam suatu lingkup ruang tertentu.
peranan perencanaan fisik ini juga telah mengubah pengertian dan
Perencanaan fisik, seperti telah dikemukakan terdahulu merupa-
lingkupnya. Dahulu pengertian perencanaan fisik lebih ditekankan
kan suatu pemikiran sistematis mengenai penataan ruang sehubungan
dan terbatas kepada penampilan design serta peraturan yang me-
dengan adanya manusia beserta kegiatan serta kebutuhannya tcr-
nyangkut pengembangan kegiatan-kegiatan fisik untuk kepentingan
sebut.
umum maupun individual. Saat ini perkembangan lingkup perencana-
Jadi di dalam perencanaan fisik, suatu pola tata ruang akan me-
an kota telah menuntut suatu interpretasi isi dan keperluan perenca-
rupakan produknya. Bagian pokok dari suatu perencanaan tata ru-
naan fisik secara lebih luas. Misalnya, apabila seorang perencana me-
ang fisik adalah suatu gambaran tentang distribusi berbagai aspek
ngerjakan suatu pola kebijaksanaan peningkatan ekonomi perkotaan,
yang berhubungan dengan manusia, kegiatan usaha serta sarana fisik
juga harus memikirkan usaha peningkatan kawasan perumahan. Pe-
yang menunjangnya.
nunjukan kawasan perumahan yang akan ditingkatkan itu merupa-
kan suatu perencanaan fisik yang tidak selalu harus disertai keputus- Secara teknis perencanaan, maka segala komponen kehidupan
dan kegiatan manusia akan diwujudkan sebagai suatu distribusi dari
an-keputusan design secara eksplisit, misalnya tidak selalu harus di-
ikuti oleh pembangunan jalan baru, perumahan baru, atau pemba- berbagai komponen dalam suatu daerah perencanaan.
Pada uraian ini akan dikemukakan distribusi tata ruang dari ber-
ngunan fisik lainnya. Dernikian pula suatu program pengembangan
bagai komponen kehidupan di dalam rangka perencanaan fisik. Con-
pelayanan sosial akan termasuk deskripsi jumlah dan macam-macam
pelayanan yang harus disediakan serta perencanaan fisik yang me-
toh-contoh yang dikemukakan terbatas kepada suatu lingkup kota
yang sebenarnya dapat dikemukakan pula hal yang sama
nyangkut penyebaran pusat-pusat pelayanan sosial itu. untuk ling-
kup wilayah yang lebih luas atau suatu lingkup kawasan yang lebih
Keadaan lain yang dapat dimasukkan ke dalam cara baru kegiatan kecil.
perencanaan fisik adalah penentuan lokasi pelabuhan udara, pengem-
Banyak disiplin dan kepentingan seperti geografi, arsitektur, tek_
bangan rute dan jadwal sistem angkutan umum' dan penyusunan pro-
gram pelestarian peninggalan sejarah. Di sini akan terkait pertim- nik sipil, ekonomi, pertanian, sosiologi, antropologi, kewiraswastaan
dan kesehatan masyarakat akan mendasarkan pula kepada pola dis-
bangan sosial ekonomi, dan sosial budaya.
tribusi tata ruang ini di dalam usahanya memecahkan permasalahan
Dari uraian di atas, maka perencanaan fisik harus didefinisikan yang menyangkut lingkup masing.masing disiplin dan kepentingan
dengan memasukkan hal-hal yang menyangkut pertimbangan seperti itu.
pada contoh-contoh di atas tanpa mengesampingkan aspek design
Dalam hubungan ini penganalisisan yang berdasatkan distribusi
struktur binaan yang ada. .Jadi, perencanaan fisik adalah suatu per-
tata ruang seperti tersebut di atas sama sekali tidaklah berarti akan
timbangan dan perwujudan distribusi tata tuang (spotial distribution)
menghasilkan suatu rencana fisik. perencanaan fisik akan memerlu-
dari kegiatan, tindakan, serta keadaan manusia untuk mencapai sa-
kan landasan pertimbangan yang lebih lanjut.
saran dan tujuan pembangurraosepgrti yang dirumuskan sebelumnya'
Berdasarkan pengertian ini sebenarnya peranan perencanaan fisik Suatu perencanaan pembangunan yang menyangkut berbagai segi
harus dikembangkan. kebutuhan yang umum secara fisik akan terwuiud setelah dilaksana-

22- 23
kan. Sebagai pedoman pelaksanaan fisik tersebut akan diperlukan Kenyataan di kota-kota pada negara yang sedang berkembang
suatu rencana pembangunan fisik yaitu yang yang menjabarkan ke- umumnya termasuk di Indonesia kepadatan penduduk di kawas_
an pusat umumnya tinggi. Hal ini mengingat keadaan umumnya
butuhan nyata dari berbagai segi yang digariskan pada rencana pem-
bahwa prasarana angkutan belum mantap, sehingga penauaut
bangunan umum tersebut. Misalnya suatu analisis perencanaan ten-
tang kondisi sosial dari suatu wilayah dan menghasilkan usulan-usul-
akan berusaha menempatkan dirinya sedekat mungkin dengan
tempat mereka bekerja, yaitu pada atau dekat kawasan produk_
an program pengembangan sosial, seperti peningkatan pendidikan
masyarakat, kesadaran kesehatan masyarakat, peningkatan moral tif (lihat Gambar l6).
. Gambar 16
dan lainJain, maka produk perencanaan tersebut belumlah merupa- Distribusi Tata Ruang,Kependudukan Kota
kan suatu rencana fisik apabila belum dijabarkan menjadi rencana- KOTAMADYA PONTIANAK
rencana penunjang pengembangan sosial tersebut secara fisik, seperti
lokasi, penyebaran dan pengadaan fasilitas pendidikan, perbaikan sa-
nitasi dan kualitas lingkungan, pengadaan fasilitas peribadatan dan
lainJain.
Jadi, seperti telah dikemukakan terdahulu bahwa variabel utama
yang mendukung pendistribusian tata ruang di dalam perencanaan fi-
sik meliputi lima lingkup sebagai berikut ini.
a. Distribusi Tata Ruang Penduduk
Suatu perwujudan tata ruang dari aspek kependudukan di dalam rxi4g
perencanaan fisik adalah pola kepadatan pendudukan. Untuk
mencapai efisiensi dan efektivitas penggunaan lahan maka pola
pendistribusian (penyebaran) penduduk perlu direncanakan.
Di dalam perencanaan fisik gambaran tentang pendistribusian
penduduk ini dapat dikemukakan dalam bentuk peta kepadatan
penduduk baik keadaan saat ini maupun yang direncanakan di
masa datang sesuai dengan kemampuan dan ketersediaan lahan.
Pola distribusi kepadatan penduduk ini mempunyai kaitan de-
ngan kebijaksanaan yang akan melandasi usaha-usaha pem-
bangunan.
Sebagai suatu contoh, misalnya pada kota-kota di negara in-
dustri maju kebijaksanaan distribusi kepadatan penduduk secara (
tata ruang ini adalah bahwa di kawasan pusat kota jumlah pendu- KEPADATAN PENDUDUK
duk per satu satuan luas tertentu rendah, mengingat kawasan ter- tr 9Ol -30ooratrg,/Ha
seout merupakan pusat kegiatan produktif. B l0l -2morang./Ha
Jadi lahan di kawasan ini seintensif mungkin digunakan untuk IE 5l - looorang,/Ha
kegiatan yang bersifat produktif. Pada kawasan transisi berkepa- I 3l
-sooraog,/Ha
XFj:::: ll
datan tinggi dan sedang dan pada kawasan pinggiran kota berke- -30orang/Ha
sf;;r lo orang/ Ha Sumber Bagian Planologi D P U Kodya pontianal
padatan rendah. 1969 _
'970

24 25
KOTAMADYAIPONTIANAK
Di dalam usaha pendistribusian tata ruang selanjutnya pola-
pola khusus seperti tersebut di atas perlu dilandasi oleh kebijaksa- _.r._{4-?4c
naan pembangunan yang sesuai dengan kondisi dan situasi ma- !:s.k
syarakat dan pembangunan tertentu.

Distribusi Tato Ruang ObYek


Dalam hubungannya dengan perencanaan fisik, distribusi tata ru-
ang akan menyangkut penyebaran obyek seperti: bangunan' ta-
man, pohon, jalur jalan, saluran pembuangan dan drainase, ja-
ringan air minum, dan listrik. Obyek-obyek itu tentu ada yang ke-
cil seperti: tempat sampah atau rambu-rambu jalan, ada yang be-
s. ra eft
sar siperti: bangunan pabrik, kawasan industri atau pelabuhan Ke Djerudju

samudra (lihat Gambar l7).


perencana fisik se-
Kalau kita kembali kepada citra mengenai
perti aiurait<an terdahulu, maka tampaknya pendistribusian ob- \
(
pe-
yek-obyek secara tata ruang ini akan merupakan tugas utama
yang
,"n"unu kota. Selanjutnya dapat pula dikemukakan hal-hal
Iebih luas dalam hubungannya dengan peranan perencana kota
dalam pendistribusian tata ruang ini.
Penentuan lokasi pemadam kebakaran dan pelayanan ambu-
lans juga merupakan suatu bentuk perencanaan fisik untuk men-
capai disttibusi yang efektif dalam permasalahan pelayanan
pela-
umum. Demikian pula obyek-obyek berskala besar seperti:
buhan, lapangan terbang, pusat pertokoan, kawasan industri'
dan pusat instalasi harus direncanakan dan ditempatkan berda-
sarkan pola tata ruang yang sesuai. Sekalipun fungsi obyek-ob-
yek itu merupakan hal yang penting bagi pertimbangan perencana
iisik, tetapi masih banyak pertimbangan-pertimbangan lainnya
yang perlu menjadi perhatian perencana. Misalnya, suatu jalan FASILITAS PERDAGANGAN
ffi
Skata l:50.0fl)

iuyu tutut memenuhi kebutuhan fungsi pengangkutan' Tetapi f,t Pag


karena jalan merupakan suatu obyek fisik, maka akan mempu- o Hotel
nyai dampak yang sangat penting terhadap kualitas lingkungan iE 3iJi", Sumber : Bagian planologi D P U Kodya Pontimk 1969.

hidup yang dilalui jalur jalan itu. Rumahcadai


Pelelangao Ikan Gombar l7
Penentuan dampak apa yang akan terjadi dan pihak mana ^
Distribusi Tata Ruang Obyek Perkotaan
yang akan terpengaruh merupakan suatu hal yang sangat kritis di
iatam pendistribusian tata ruang obyek-obyek itu. Demikian pula
di dalam perencanaan suatu kawasan pusat kota, maka kualitas
estetika obyeknya sama pentingnya dengan fungsi bangunan yang
ada di dalamnYa.

26 27
Jadi, pendistribusian tata ruang obyek-obyek perkotaan itu
akan merupakan permasalahan yang sangat kompleks yang me- KOTAMADYA PONTIANAK
nyangkut bukan hanya perletakannya yang memerlukan kesesuai- , -/./--._
an dengan fungsi dan kepentingannya saja, tetapi juga pada ben- I

tuk dan kualitas visual, peranan simbolik suatu lingkungan serta


/,i
interaksinya dengan obyek-obyek lain dan kegiatan masyarakat-
nya. , tl ,l

Distribusi Tato Ruang Fungsi Kegiatan


Di dalam pendistribusian tata ruang fungsi kegiatan, perhatian
perencanaan ditekankan kepada pertimbangan peranan suatu ke-
giatan. Distribusi tata ruang fungsi kegiatan akan mempunyai
kaitan yang erat dengan distribusi tata ruang obyek seperti telah
diterangkan terdahulu. Distribusi tata ruang fungsi kegiatan ini
juga merupakan bagian yang sangat penting dari perencanaan
fisik (lihat Gambar l8).
l/
Pendistribusian fungsi-fungsi pelayanan yang sesuai merupa- \/
kan sesuatu yang sangat dasar di dalam kesejahteraan suatu kota. .1 .

/' ".t.
Misalnya, penyediaan dan perletakan jaringan pembuangan, r \'. /.
Y\
drainase, air minum, listrik, dan jaringan telekomunikasi mem- , \.''l'\ Y
/.',,.,^,,\, / '. \
punyai kaitan yang sangat erat dengan pola pengembangan ka-
wasan perumahan dan kawasan perdagangan suatu kota.
\)r \
f/'.
,)'{
Pengalaman di beberapa kota di manapun menunjukkan Komplex Pemerintahan regional/DsT I
A
bahwa pendistribusian fungsi-fungsi pelayanan dapat mempe- . Kantor pemerintah (kora) ,/\\
ngaruhi pertumbuhan kota. Demikian pula, penempatan pela-
yanan angkutan seperti: jaringan jalan, sistem angkutan umum, f Komplex pemerintahan regional/DST I'
1,i" N
/
tanda-tanda lalu lintas, dan perparkiran akan mempunyai penga-
ruh terhadap pertumbuhan dan penurunan pola perekonomian
kota. Misalnya, perbaikan perhubungan antara suatu kota dan
@
@f
!
Komplex militer/A.D.
Komplex kepolisian

KomplexAngkatanLaut /!
/ffiSkala I | 50.000

bagian daerah pinggiran kota dapat menimbulkan daya tarik un- ,\/t'..
tuk bertempat tinggal di daerah pinggiran itu. Sebaliknya, suatu
pengembangan sistem angkutan umum di bagian pusat kota \/ !
Sumber: Bagian planologi D.P.U. Kodya pontianak 1969
akan dapat menyebabkan bertahannya penduduk untuk bertem-
pattinggal di bagian tengah kota. Gambar 18. Distribusi Tata Ruang Kegiatan Fungsional kota
Fungsi pelayanan dapat membentuk suatu perkembangan li-
near atau suatu kawasan yang mengelompok. Di beberapa kota
yang telah maju keteraturannya seperti Jakarta misalnya, penen-
tuan pos polisi, pemadam kebakaran,.dan sistem sanitasi didistri-

28 29
busikan berdasarkan kepada tungsi kawasan yang akan dilayani- atau Kota Administratif. Dalam hal ini peraturan peruntukan,
nya. Sedangkan penempatan sekolah, puskesmas, dan kantor pos yang didasarkan kepada kegiatan pemerintah dalam hal perun-
biasanya didasarkan kepada wilayah pelayanan. tukan tanah, akan memerlukan peraturan dan tindakan khusus.
Selanjutnya ada juga jenis fungsi pelayanan umum yang pe- Sedangkan pemrograman adalah berdasarkan kegiatan yang
nyebarannya tidak didasarkan kepada kawasan spesifik maupun mendorong tindakan-tindakan pembangunan secara spesifik.
wilayah pelayanan, melainkan didasarkan kepada kepentingan Kedua jenis kegiatan pemerintah kota tersebut di atas biasa-
seluruh kota. Misalnya fungsi-fungsi rekreasi dan kebudayaan nya tercakup di dalam peraturan perundangan atau tindakan ad-
yang menyediakan pelayanan kepada wilayah yang lebih luas. ministratif yang akan nrempengaruhi distribusi tata ruang dari
Perletakannya jelas harus mempunyai ekses yang baik ke berba- tata laku dan tindakan masyarakat, baik sektor swasta dan per-
gai pemusatan kelompok masyarakat dan lingkungan yang mem- usahaan maupun lembagaJembaga lain yang di luar kewenangan
bentuk kota serta dapat meminimalkan dampak negatif terhadap langsung pemerintah kota.
daerah sekitarnya. Suatu bentuk rencana perkotaan yang dikenal adalah perun-
Sekalipun distribusi tata ruang fungsi pelayanan mempunyai tukan tanah (zoning1. Dalam hal ini kota dibagi-bagi ke dalam
kaitan langsung dengan distribusi obyek atau komponen fisik, berbagai macam kawasan kegiatan. Setiap kawasan itu merupa-
masih ada masalah khusus yang menyangkut perencanaan fisik kan bagian suatu perangkat pembatasan yang berfungsi meng-
ini. Penentuan lingkup daerah pengawasan kepolisian atau dae- arahkan cara penggunaan tanah secara fungsional dan efektif.
rah pelayanan sekolah merupakan masalah yang lain daripada pe- Misalnya, suatu daerah hanya diperuntukkan bagi suatu kawa-
nentuan letak spesifik bangunan pos polisi dan bangunan seko- san perumahan dengan tingkat kepadatan yang tidak melebihi 60
lah. jiwa per hektar, daerah lainnya diperuntukkan bagi kawasan ke-
Mengusulkan pengadaan pusat rekreasi utama pada bagian giatan perdagangan, kegiatan industri, kawasan perumahan
tertentu suatu kota merupakan masalah yang berlainan dengan dengan kepadatan tinggi, atau untuk kawasan-kawasan kegiatan
penentuan letak dan design suatu taman kota yang spesifik. Dis- khusus lainnya seperti pusat rekreasi dan lembaga-lembaga. Per-
tribusi tata ruang fungsi-fungsi pelayanan harus ditinjau sebagai untukan tanah yang teratur dan sistematik juga berfungsi seba-
satu perangkat kerangka yang saling bertumpang tindih dan ber- gai cara pengendalian nilai-nilai estetis suatu lingkungan. Selan-
kaitan satu dengan yang lain. Dengan perkataan lain, jaringan jutnya masih banyak lagi kegiatan perkotaan yang sangat terikat
utilitas, sistem pengangkutan, pos polisi, pemadam kebakaran, oleh peraturan khusus, misalnya suatu kawasan yang bernilai
dan bangunan sekolah tidaklah berdiri sendiri tanpa kaitannya sejarah akan membatasi usaha-usaha perombakan atau pemu-
satu dengan yang lain, tetapi mempunyai hubungan fungsional garan struktur bangunannya, atau bahkan akan melarang sama
yang erat atau bahkan bercampur dalam suatu kawasan tertentu. sekali pembongkaran demi menjaga kelestarian nilai-nilai seja-
rah tersebut. Demikian pula, pemerintah kota dapat melaksana-
Perencanaan fisik fungsi-fungsi itu biasanya sangat kompleks
kan peraturan bangunan pada suatu kawasan khusus, misalnya
dan sering memerlukan suatu tinjauan ke depan mengenai fung-
di dalam rangka program perbaikan kampung, untuk mening-
si-fungsi pelayanan umum secara menyeluruh, sehingga pendis-
katkan kualitas lingkungan, kondisi bangunan serta untuk me-
tribusian setiap fungsi kegiatan harus dipertimbangkan.
ngurangi keinginan berspekulasi tanah di kawasan pusat kota.
d. Distribusi Toto Ruang Aktivitqs Hal itu juga merupakan salah satu usaha dalam kaitannya de-
Distribusi tata ruang aktivitas mempunyai kaitan dengan peratur- ngan kegiatan pendistribusian tata ruang. Berlawanan dengan
an peruntukan tlatt pcmrograman pembangunan pemerintahan pembatasan perkembangan kegiatan, program tertentu juga da-
kota seperti Dacrah 'Iingkat II Kotamadya, Kota Kabupaten, pat mendorong perkembangan kegiatan fungsional di kawasan

30 3l
I--
lainnya. Program seperti itu yang biasanya bersifat pengem' pek kegiatan kota secara terpadu, misalnya kawasan perumahan
bangan ekonomi dan sosial. Misalnya, penunjukan suatu daerah
atau kawasan pusat kota dengan kawasan kegiatan perdagangan,
untuk diremajakan dimaksudkan untuk meningkatkan bentuk dengan sistem jaringan jalan, atau dengan kegiatan-kegiatan
pembangunan tertentu di suatu bagian kota. Namun, tidak se-
khusus seperti pusat rekreasi, taman atau pusat pemerintahan.
lalu suatu usaha peremajaan kota itu akan menghasilkan per-
kembangan dan peningkatan yang menguntungkan. Banyak con-
toh khususnya di kota-kota besar bahwa program perbaikan
kampung mungkin saja mengakibatkan beberapa implikasi yang
negatif.
Program-program seperti di atas juga merupakan bagian dari
suatu usaha pengembangan perencanaan kota secara fisik.
Pendistribusian tata ruang berbagai kegiatan secara umum s(;,-
tidak terlepas dari pendistribusian secara tata ruang dari obyek- m;.*l uAs
obyek dan kegiatan fungsional tertentu. Gambaran yang memi-
sahkan antara distribusi tata ruang dari berbagai kegiatan kota,
obyek-obyek perkotaan serta kegiatan fungsional khusus hanya-
lah karena adanya permasalahan-permasalahan khusus yang me-
nyangkut lingkup masing-masing. Distribusi kegiatan perkotaan
secara keseluruhan di dalam perencanaan fisik kota diwujudkan \
dalam bentuk pola tata guna tanah (lihat Gambar l9).

e. Dbtribusi Tata Ruong Sasaron dan Tuiuan Pembongunan


Secara fisik 'sasaran' dan 'tujuan' (goal and obiective) dapat di-
gambarkan dalam bentuk distribusi tata ruang sasaran dan tujuan
pembangunan. Adakalanya di dalam suatu proses perencanaan
distribusi tata ruang sasaran dan tujuan pembangunan ini dikata- LEGENDA
kan sebagai 'rencana strategi' (lihat Gambar 2O).'Rencana stra- Lll suBcENrER
tegi'l akan mencakup distribusi dari berbagai obyek dan fungsi I INDUSTRI
ffi prnoecaNc,lN
\
kegiatan utama dari daerah yang direncanakan. Distribusi tata S peuertNragarq_- JALAN RAYA UTAMA
ruang sasaran dan tujuan pembangunan kota ini akan merupakan TERMINALAIR JALANPROTOKOL \
\
ffi TenutNeloaut- JALAN EKONOMI UTAMA
=
ffi pBI-esuHeNt
suatu pola kebijaksanaan pokok dari suatu perencanaan fisik. fllm UNIVERSITAS
Pola kebijaksanaan itu akan memberikan penjelasan cara &Efr penuL{eHeNKEPADATANTINccT
,ri.,ll ppnuuagnNKEpADATANRENDAH
perencana menjabarkan sasaran dan tujuan pemUangunan kota fil RUANGANTERBUKA KOTAMADYA
ffi
dalam berbagai segi kegiatan. Pendistribusian sasaran dan tuju-
MELITER
PONTIANAK
an serta cara pencapaiannya dapat dilakukan dari berbagai as-
Gombor 19
Lihat Djoko Sujarto, Rencana Struktur Kol4. Publikasi terbatas, Fakultas Tek- Tata Guna Lahan (Distribusi Tata Ruang Aktivitas)
nik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Bandung, 1980.

32
33
t-
Pendistribusian tata ruang sasaran dan tujuan dapat terjadi
dalam berbagai tingkat dan akan melibatkan berbagai segi. Misal-
nya, beberapa kawasan perumahan dapat ditentukan sebagai
kawasan yang perlu ditingkatkan kualitasnya.
Sasaran dan tujuan umum pembangunan ini dapat mencakup
usaha pembangunan perumahan baru, perbaikan kampung, reha-
bilitasi jaringan utilitas umurrlr penyediaan dana untuk pening-
katan kegiatan perdagan'gan, pembangunan taman-taman kota
dan penghijauan, atau pengembangan peraturan bangunan. Oleh
karena adanya kebutuhan yang berbeda, maka perwujudan nyata
sasaran dan tujuan suatu perbaikan lingkungan akan mempunyai
bentuk dan isi yang berbeda-beda bagi setiap lingkungan.
Sasara.n dan tujuan pembangunan umum yang dapat dikata-
kan sebagai landasan penting bagi kebijaksanaan perencanaan
fisik adalah perkembangan ekonomi. Perwujudan sasaran dan
tujuan ini juga akan mencakup berbagai macam obyek. Fungsi
dan kegiatan terdistribusikan ke dalam berbagai macam pola ta-
ta ruang. Misalnya, dalam suatu proyek pembangunan ekonomi,
yaitu penentuan suatu daerah menjadi kawasan industri. Peren-
canaannya akan mencakup pembangunan jaringan jalan, jaring-
an utilitas umum, serta penyesuaian jaringan penghubung yang
telah ada saat itu. Juga perencanaan sesuatu kawasan perda-
gangan merupakan bagian sasaran dan tujuan pembangunan
ekonomi. Hasil perencanaan ini misalnya suatu peruntukan ta-
nah bagi kegiatan perdagangan yang akan mendorong ke pem-
bangunan pusat-pusat perbelanjaan. Selanjutnya sebagai bagian
sasaran dan tujuan pembangunan ekonomi lainnya, juga terca-
LEGENDA
kup perkembangan aspek peraturan perundangan mengenai dis-
E;r-XI:fE Perumahan
tribusi hak milik dan pajak usaha untuk dapat menarik investasi
ffi Pusat pemerintahan
$S$$ Industri baru pada kawasan yang sesuai bagi pembangunan kota.
f
--77a etggrtaan khusus
P
Penjabaran pendistribusian tata ruang sasaran dan tujuan
fiE:T-Tl Jalur hilau
Pusatutama pembangunan kota yang menyangkut ,kepentingan berbagai pi-
I
O Sub pusat
hak merupakan masalah yang paiing sulit di dalam perencanaan
fisik. Meman8 sedikit atau banyak, suatu pendistribusian sasar-
an dan tujuan akan merupakan suatu bagian dari proses politik.
Gambar 20. Rencana Strategi
Harus kita akui bahwa kepentingan masyarakat banyak akan
selalu disertai oleh kepentingan berbagai pihak, seperti kepen-
tingan kalangan eksekutif, legislatif, swasta, organisasi nonpe-

34 35
namis dan luwes. Dengan perkataan lain, isi sasaran dan tujuan
merintah, lembaga vertikal, dan organisasi politik, yang masing-
itu sebenarnya akan berkembang dan berubah sesuai dengan di-
masing mempunyai kepentingan atas obyek, fungsi, serta kegiat-
namika masyarakat. Arah dan kepentingan nyata dari sasaran
an pembangunan sesuai dengan sasaran dantujuanyang telah
dan tujuan pembangunan sering bertentangan dengan penampil-
dirumuskan oleh masing-masing pihak itu. Keadaan inilah yang
an setiap sasaran dan tujuan yang luas ragamnya. Di sinilah ki-
sering menimbulkan suatu hasil pembangunan yang dianggap
ranya pentingnya suatu pengertian serta penghayatan sasaran
menguntungkan bagi pihak tertentu dan dianggap tidak efisien
dan tujuan pembangunan umum yang sebenarnya dalam lingkup
dan tidak efektif bagi pihak yang lainnya, tetapi berkategori ke-
pentingan umum. makro telah digariskan pada GBHN dan Repelita nasional.
Yang penting, penjabaran nyata sasaran dan tujuan pembangun-
Pendistribusian obyek, fungsi, dan aktivitas pembangunan
an itu harus dikembalikan kepada apa yang digariskan pada
cukup memberikan implikasi yang luas, tetapi distribusi sasaran
GBHN dan Repelita itu. Dengan demikian, keragaman sasaran
dan tujuan pembangunan akan lebih kompleks di dalam usaha
dan tujuan pembangunan tetap akan terarah secara mantap
perwujudannya. Selanjutnya, penentuan dasar pertimbangan un-
untuk kepentingan masyarakat banyak.
tuk merumuskan sasaran dan tujuan yang rasional dirasakan se-
makin sulit. Misalnya, apakah suatu sasaran dan tujuan akan 2.3 Peronan Perenconoan Fisik pada Berbagai Lingkup
pasti diterima apabila telah dapat diperkirakan akan menimbul-
Perencana fisik adalah mereka yang tugas utamanya menjabarkan se-
kan dampak positif yang kecil terhadap kota secara keseluruhan cara profesional segala akibat perkembangan masyarakat serta kegiat-
tetapi akan mempunyai dampak negatif yang besar sekali terha- an dan kepentingannya ke dalam suatu pola tata ruang. Dengan per-
dap suatu lingkungan Perumahan. kataan lain, perencanaan fisik dengan landasan keahlian profesional-
Memang, suatu sasaran dan tujuan pembangunan yang man- nya harus mampu memberikan rekomendasi di dalam menata dan
tap sulit sekali atau bahkan tidak mungkin untuk diciptakan lebih mendistribusikan berbagai kegiatan masyarakat secara tata ruang.
dahulu. Pengalaman telah banyak menunjukkan bahwa sehebat Pada bagian terdahulu telah dibahas bahwa lingkup kegiatan perenca-
apa pun data yang menunjang, masih saja terdapat atau muncul naan fisik dapat mencakup skala kecil, misalnya skala kota atau ling-
hal-hal yang tidak dapat diduga sebelumnya. Keadaan ini jelas kungan, dan skala luas, misalnya nasional atau regional. Berdasarkan
akan sangat berpengaruh pada sasaran dan tujuan pembangunan lingkup skala perencanaan itu, maka dapatlah perhnan perencanaan
seperti yang telah dirumuskan terdahulu. fisik dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu: perencanaan
Sebenarnya suatu kebijaksanaan perencanaan fisik mengenai perencanaan fisik dalam lingkup regio-
fisik dalam lingkup nasional,
pendistribusian tata ruang tidaklah terbatas pada sebuah doku-
nal, perencanaan fisik dalam lingkup lokal, dan perencanaan fisik
men yang dilengkapi dengan peta-peta rencana (yang biasanya di-
dalam lingkup kegiatan swasta.
susun oleh pemerintah daerah) saja. Kebijaksanaan perencanaan
fisik sebenarnya terdiri atas sejumlah dokumen, sejumlah perun- a. Perencanan Fisik dalam Lingkup Nasional
dengan, sejumlah ketetapan yang berlaku, dan berbagai macam
program yang digariskan dan dikemukakan oleh berbagai pihak
Kalau kita telaah, semua instansi di tingkat pemerintah pusat
mempunyai kewenangan dalam perencanaan fisik sesuai dengan
mulai dari pihak eksekutif, Iegislatif, instansi vertikal, pihak
lingkup kepentingannya secara sektoral. Departemen-departemen
swasta, instansi militer, organisasi nonpemerintah, dan organisasi
yang langsung kaitannya dengan perencanaan pembangunan fisik
politik sampai kepada lembagalembaga informal terkecil seperti
khususnya dalam kaitannya dengan pengembangan wilayah da_
RT dan RW.
pat disebutkan antara lain: Departemen pekerjaan Ump6, p._
Jadi, suatu pendistribusian tata ruang sasaran dan tujuan partemen Perhubungan, Departemen perindustrian, Departemen
pembangunan harus dikembangkan sebagai suatu proses yang di-

37
36 Perencanaan Fisik (5)
\
undang-undang pokok agraria, undang-undang lingkungan hi-
Pertanian, Departemen Pertambangan dan Energi, Kantor Men'
dup, dan mungkin kelak kalau telah ada undang-undang tata
teri Negara Kependududukan dan Lingkungan Hidup, Departe- ruang kota, undang-undang tata ruang wilayah, dan undang-
men Transmigrasi dan dalam beberapa hal khusus Departemen
undang'tata guna tanah, akan mempunyai pengaruh pada per-
Dalam Negeri.
aturan-peraturan daerah yang menyangkut pembangunan fisik'
Dalam hubungan ini peranan Bappenas dengan sendirinya
seperti peraturan bangunan (bouwverorderning) dan ketentuan
jugu ,"ngut penttg. Perencanaan fisik pada tingkat nasional
tata ruang kegiat- peruntukan tanah (zon i n g ).
umumnya tidak mempertimbangkan distribusi
* r""uiu spesifik dan mendetail' Jadi, perencanaan fisik
pada b. Perencanaan Fisik pada Tingkat Regionol
penggarisan kebijaksana-
iirgtut nasi,onal hanyalah terbatas pada Instansi yang berwenang dalam perencanaan fisik pada tingkatan
un-u.u* dan kriteria administrasi pelaksanaannya' Misalnya' regional di Indonesia adalah pemerintah daerah tingkat I (peme-
pro-
,u"iu progrum subsidi untuk pembangunan perumahan atau rintah daerah propinsi). Di samping adanya dinas-dinas daerah
gru* p.tU"ikan kampung dalam tingkat nasional tidak akan
maupun vertikal (kantor wilayah), badan yang berwenang meng-
membahas
membicarakun p.r.n.una;n terperinci dan tidak akan koordinasikan perencanaan pembangunan sosial budaya, ekono-
dampak program ini terhadap suatu daerah di sua-
secara spesifik mi, dan fisik adalah Bappeda Tingkat I di setiap propinsi.2 Pada
tu kota. tingkat regional ini terdapat instansi-instansi yang secara lang-
Yang akan dibicarakan dalam lingkuR nasional ini
hanyalah'
yang sung berwenang dalam menangani perencanaan pembangunan fi-
misalnya, daerah atau kota yang memenuhi kriteria-kriteria sik antara lain Dinas PU Propinsi, Dinas Lalu Lintas Jalan Ra-
dan studi
ditetapkan, keadaan struktur pendapatan umumnya, ya, dan Kanwil-Kanwil.
penentuan
telayakan dalam skala yang luas. Jadi, pemilihan dan
perumahan atau program Di dalam perencanaan pembangunan kota Bappeda Tingkat I
daerah-daerah untuk pembangunan juga dapat merupakan koordinator perencanaan pembangunan
prtUuit", kampung di dalam kota masing-masing menjadi wewe-
pemerintahan lokal (Daerah menyangkut perencanaan sosial budaya, ekonomi, dan fisik.
nang para perencana fisik di tingkat
Walaupun perencanaan pembangunan kota dan kabupaten kon-
fingfat II) berdasarkan rencana nasional dan regional sebagai sisten serta sejalan dengan ketentuan sera rencana pembangunan
pedomannya.
yang telah digariskan dalam rencana nasional dan regional, dae-
Walaupun rencana pembangunan nasional tidak dapat secara
rah-daerah tingkat [I itu sendiri masih mempunyai kewenangan
Iangsung menjabarkan rencana fisik datam tingkat lokal, tetapi
mengurus perencanaan fisiknya sendiri. Yang penting dalam hal
r.tirg t"t uti bahwa program pembangunan tingkat nasional sa- ini adalah pengertian timbal balik dan kompromi di dalam peren-
ngat-mempengaruhi program pembangunan fisik yang disusun
program- canaan fisik kota dan ftafusputen sedemikian rupa, sehingga selu-
aahm tingkat lokal. Sebagai contoh, ketidaksinkronan
(APBD) dan pusat (APBN) ruh kegiatan perencanaan fisile dapat dikoordinasikan dan sin-
program dana pembangunan daerah
pelaksanaan suatu program kron dengan program nasional dan regional. Misalnya,.pemerin-
sering menyebabkan kepincangan
p"*i"ngunun fisik, misalnya bongkar pasang untuk rehabilitasi tah daerah tingkat I yang akan membuat keputusan mengenai
jaringan utilitas kota' Demikian pula kebijaksanaan ekonomi dan perencanaan suatu pusat rekreasi regional seharusnya memikir-
nasional akan sangat kan pula apa kaitan serta dampaknya terhadap.rencana-rencana
moneter yang digariskan di dalam tingkat fisik yang telah atau sedang disusun oleh pemerintah daerah
berpenganrh kepada rencana pembangunan
fisik di tingkat re-
gional dan lokal.
SelanjutnYa, juga Peraturan perundangan khususnya Yang
2 Lihat Keppres No. 15 tahun 1974 tentang Penetapan Badan Perencanaan Pemba-
jalan, ngunan Daerah (Bappeda)
menyangkut Pembangunan fisik, seperti undang-undang

39
38
tingkat II. Contoh lain misalnya, rencana fisik pembangunan annya lebih banyak menyangkut komponen fisik dibandingkan
pendidikan tinggi di suatu kota, selain dilandasi oleh kepenting- aspek fisik pada lingkup perencanaan nasional dan regional.
an pendidikan pada tingkat nasional juga perlu dipikirkan impli- Penanganan perencanaan.pembangunan fisik di tingkat lokal
kasi serta dampaknya terhadap perkembangan daerah tingkat II seperti kotamadya atau kabupaten ini biasanya dibebankan kepa-
tempat kota perguruan tinggi itu akan dialokasikan. Kesemua- da dinas-dinas, seperti Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Tata Kota,
nya itu tentu akan menimbulkan permasalahan baik yang me- Din35 11s6.rsihan 613n Keindahan Kota, Dinas pengawasan pem_
nyangkut segi fisik maupun yang menyangkut segi nonfisik, apa- bangunan Kota, Dinas Kesehatan, dan perusahaan Daerah
bila tidak dikoordinasikan di dalam suatu perencanaan fisik Air
Minum. Seperti juga di'dalam lingkup perencanaan nasional dan
yang terpadu antara lingkup regional dan lingkup lokal. regional, maka perencanaan fisik di dalam tingkat lokal ini juga
Masalah yang sering menyulitkan adalah koordinasi pemba- akan memerlukan suatu koordinasi. Dalam hal ini peranan
koor-
ngunan fisik dengan kota atau wilayah lain yang berbatasan. Se- dinatif dari Bappeda'Tingkat II akan sangat penting. Berdasar_
ring timbul masalah yang disebabkan oleh usaha-usaha perenca- kan Keppres No. 27 tahun r9g0, telah ditetapkan Badan peren-
naan fisik suatu kotamadya dengan kabupaten atau sebaliknya, canaan Pembangunan Daerah Tingkat II.
Umumnya wilayah kotamadya di Indonesia berada di tengah-te- Pada beberapa kotamadya dan kabupaten sebelum adanya
ngah suatu wilayah kabupaten. Oleh karena itu dapatlah dime- Keppres No. 27 tahun 1980 itu telah terdapat badan yang dikenal
ngerti kiranya bahwa permasalahan selalu timbul di dalam rangka sebagai Bappemko (Badan perencanaan pembangunan Kota) dan
perencanaan fisiknya. Dalam hubungan inilah sebenarnya peran- Bappemka (Badan Perencanaan pembangunan Kabupaten). Ba_
an Bappeda tingkat I selaku koordinator perencanaan pemba- dan ini sebenarnya yang harus bertindak sebagai koordinator pe-
ngunan daerah sangat penting. rencanaan fisik pada tingkat lokal itu.
Instansi khusus lainnya yang mungkin dapat digolongkan Memang perlu diakui, bahwa kesulitan koordinasi antara be_
mempunyai peranan perencanaan dalam tingkat regional juga ter- berapa dinas yang menangani perencanaan fisik ini masih sering
dapat di dalam fungsi perencanaan regional di negara kita. In- dialami. Masalah koordinasi ini semakin dirasakan lagi apabili
stansi demikian ini misalnya otorita atau proyek khusus, seperti menyangkut dinas-dinas eksekutif daerah dengan dinas-dinas ver_
Otorita Proyek Jatiluhur, Proyek Pembangunan Kali Brantas, tikal. Masalah pemasangan jaringan telekomunikasi, air minum,
Proyek Pembangunan DAS Citanduy, Proyek Pembangunan dan gorong-gorong merupakan contoh masalah koordinasi yani
DAS Bengawan Solo, dan Proyek Administrasi Pelabuhan, Ren- sering menimbulkan persoalan pembangunan fisik di hampir sel
cana fisik yang menyangkut proyek khusus itu dengan sendirinya mua kota besar di Indonesia. pada negara_negara yang telah ma_
akan mempunyai dampak fisik terhadap perkembangan wilayah ju, seperti Inggris dan Amerika Serikat, sejak l5 tahun terakhir
atau kota di sekitarnya. Misalnya, perencanaan fisik suatu DAS ini telah dikembangkan badan-badan khusus dari pemerintah
(Daerah Aliran Sungai) jelas akan mempunyai pengaruh terhadap kota untuk menangani program-program peremajaan kota atau
perkembangan wilayah dan kota-kota di dalam DAS itu. urban renewal programmes. Badan otorita ini diberi wewenang
khusus untuk menangani pengaturan kembali pola p"nggun"ui
Perencanaun Fisik dalam Lingkup Lokal
tanah, fungsi, serta perencanaan fisik terperinci bagian_bagian
Semakin kecil lingkup skala perencanaan, akan semakin besarlah terbangun suatu kota.
lingkup yang menyangkut aspek-aspek fisiknya. Demikianlah Di negara kita, khususnya di kota-kota besar seperti: Jakarta,
apabila perencanaan pada lingkup lokal, seperti daerah tingkat Surabaya, Semarang, Medan, dan Bandung, program-program
II, kotamadya, dan kabupaten, desa atau lingkungan, maka segi- peremajaan mungkin belum mencakup suatu areal yang
besar.
segi yang menonjol di dalam kegiatan perencanaan pembangun- Jadi, masih terbatas menyangkut beberapa hektar areal atau be_

q 41

l&
Perencanaan suatu kawasan perumahan oleh perusahaan real es-
berapa bangunan saja. Dengan demikian adanya suatu otoritA
tate, perencanaan kota oleh badan-badan usaha konsultan swasta
khusus untuk menangani program peremajaan itu belum sangat yang mulai berkembang akhir-akhir ini merupakan indikasi keter-
dirasakan keperluannya. Penanganannya masih terbatas oleh libatan pihak swasta di dalam kegiatan perencanaan fisik yang le-
dinas-dinas tertentu di dalam pemerintah kota saja.
bih luas itu. Dalam hubungan itu jelas bahwa adanya hubungan
Dari program-program perbaikan kampung yang mulai dija- serta saling mengerti antara pemerintahan di daerah dan pihak
Iankan kembali, terutama sejak akhir dekade 1970-an, tampak se- swasta ini perlu dibina karena perencanaan fisik yang dibuat
makin dirasakan perlu adanya suatu otorita khusus. Hal ini ter- oleh pihak swasta itu akan mempunyai dampak lingkungan seca-
utama mengingat luasnya areal perencanaan serta kompleksnya ra keseluruhan. Kesesuaian dengan sasaran dan tujuan pemba-
permasalahan yang tersangkut di dalamnya. Badan-badan khusus ngunan, konsistensi dengan rencana fisik yang telah disusun oleh
ieperti proyek Mohamad Husni Thamrin (MHT) di DKI Jakarta, pemerintah, serta keteraturan yang dilandasi oleh peraturan per-
Proyek W.R. Supratman di Kotamadya Surabaya, dan Proyek undangan yang berlaku, merupakan faktor-faktor yang harus
Dewi Sartika di Kotamadya Bandung, merupakan contoh betapa menjadi perhatian para perencana fisik yang bergerak di sektor
perlunya badan-badan khusus tersebut.
ba- kegiatan swasta.
Keluaran (output) perencanaan fisik yang dihasilkan oleh
Pihak swasta yang terkecil adalah individu atau perorangan.
dan-badaninididalamrangkamenanganimasalah.masalahpar. Keterlibatan individu atau perorangan di dalam perencanaan fi-
sial perkotaan dengan sendirinya harus konsisten dan di
dalam
sik juga tidak kalah pentingnya di dalam menimbulkan dampak
kerangkaperencanaanfisikkotaSecarakeseluruhanataurenca- terhadap perkembangan fisik lingkungan secara menyeluruh. Pe-
na induk kota. Kesulitan yang sering terjadi adalah masalah rencanaan pembangunan rumah untuk kepentingan pribadi jelas
koordinasi antara dinas tata kota, yang seyogyanya menangani akan mempunyai dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Oleh
masalah perencanaan fisik kota secara keseluruhan' dan dinas- karena itu, selayaknyalah bahwa perencanaan fisik yang dibuat
dinas ke-
dinas sekioral lainnya, seperti: dinas pekerjaan umum' oleh perorangan untuk kepentingan sendiri harus juga memper-
yang mena-
sehatan, dan dinas kebersihan dan keindahan kota, hatikan peraturan perundangan serta ketentuan yang berlaku.
ngani perencanaan fisik secara sektoral' Kesulitan ini biasanya Peraturan bangunan, peraturan zoning, perizinan membangun
nienyangkut masalah hirarkis birokratis, yang secara fungsional (IMB), serta pengawasan pembangunan sebenarnya merupakan
DinasTataKotaseharusnyamenjadikoordinatorpelaksanaan alat-alat yang dimaksudkan agar perencanaan fisik yang dibuat
perencanaan fisik semua sektor perkotaan, tetapi secara hirarkis oleh individu-individu itu dapat sinkron dan sesuai dengan pe-
ua"tut berjenjang sama dengan dinas-dinas sektoral lainnya' rencanaan fisik keseluruhan yang disusun dalam lingkup skala
lokal yang lebih luas.
d. perencanaan l.'isik di dalsm Lingkup KeSiatan sektor swasta

Perencanaan fisik yang dibuat oleh pihak swasta akan mempu- 2.4 Komponen-komponen Dasar suatu Perencanaan Fisik
nyai dampak yang cukup penting seperti juga perencanaan fisik
yang dibuat oleh pihak pemerintah. Substansi suatu rencana fisik akan sangat ditentukan oleh sasaran dan
"
Lingt<up kegiatan perencanaan fisik pihak swasta di Indonesia tujuan rencana, ruang lingkup rencana, serta luas daerah perencana-
semula memang hanya terbatas pada skala yang sangat terbatas annya. Sebagai suatu contoh yang jelas di dalam pembahasan ini akan
seperti perencanaan perumahan, perencanaan jaringan utilitas dikemukakan suatu rencana fisik kota yang aspek-aspek fisiknya
umum, perencanaan bangunan pusat perbelanjaan' Namun sejak akan merupakan komponen yang menonjol.
dekade terakhir ini keterlibatan pihak swasta di dalam perencana- Seperti telah dijelaskan pada pembahasan terdahulu, suatu renca_
an fisik untuk lingkup skala yang lebih luas mulai berkembang.

43
42

u
na kota di Indonesia ini, apakah itu dibuat oleh instansi pemerintah
ataupun oleh suatu badan konsultan perencanaan swasta, pada akhir- ;HfJlffiI*riff",;", r.ung perrama. Daram tahapan
-n data dan
ini, perencana
nya harus diakui dan disahkan sebagai pedoman dan alat pemba- perti dari ,rnius, informasi berbagai
macam sumbe.,
ngunan yang menjadi wewenang serta tanggung jawab pemerintah. daninstansl;:J;?'i1.iltp[f se_

DI dalam bagian ini akan dibahas komponen-komponen suatu jenis pakan suaru kesiarT
,1,.:gl:io,i, ?"rr'
i?,1;-"j.;ilruH*Xfl
j*l
rencana yang dibuat oleh dan untuk kepentingan pemerintah kota di membutuhkan koordi_
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat kota itu. Rencana kota ini
akan memuat pendistribusian tata ruang sasaran dan tujuan pemba- iir"l,f.Tffi
nik,
,;:;T:ili:,*#lfti:;1,,,bid,.;;;;,il;;.,"
ahli ekonomi, anri s"rioiJei,;;I;:,rXi1ff
ngunan, obyek perkotaan, fungsi perkotaan, serta aktivitas perkota-
an. Komponen rencana fisik kota pada hakikatnya terdiri atas empat
para pengusaha
real ast:t:. u"rii il:;jr,#lJ :"I_
hal pokok sebagai berikut.
;lTil[:j;|;Hf ip r"f , ;;; """iiis"
srtuasi
H,",
permasalahan ini
d ok um en res
mi. Sekari -
Suatu analisis keseluruhan permasalahan yang akan menunjukkan
potensi bagi rencana fisik yang akan dibuat. Sekalipun seperti telah ;:rilm.,
"J;,ffi lT::rli,tryi:i','x,f
, H;?il'tr"',:tr,:fi
ki"f ffi [:*ffi
diungkapkan terdahulu, bahwa rencana fisik merupakan perwujudan
perkembangan masyarakat serta kegiatan usahanya, tetapi bukanlah Hil ii ff 1 ; ;.,'tx,# ;:il,::ix,
merupakan suatu usaha terakhir dari proses pemecahan suatu masa-
lah. a. Lator Belakang Sejarah
Rencana fisik akan merupakan suatu jalan untuk menuju ke suatu Proses serta urutan perkembangan
tujuan pembangunan yang lebih luas seperti perkembangan ekonomi,
serta kesejahteraan sosial atau peningkatan dan perbaikan kualitas
kehidupan. Jadi, tahapan pertama dari penganalisisan untuk peme-
ringkungan ,*upur-_t,,
lam rangkaian perencanaar. ;;";;ff
fisik
;:tX l?,l1"ti;:,1, .,Xl
5.1j.31 k.iuaiun, perkembangan,
dan arah kecenderungan
cahan masalah dalam hubungannya dengan suatu perencanaan fisik suatu tita *#U"rikan gambarr,
,_.rru
adalah menelaah permasalahan yang luas untuk melihat apakah suatu
flll fiH:l;ili,fl;,; G;ffi;?upan kota iru. Di aaram
perencanaan fisik benar-benar akan merupakan jawabannya. Pen-
.ut,p',"euiuilil:ffi *,,:l#i{ffi
tingnya penelaahan ini untuk meyakinkan bahwa rencana fisik itu se-
suai dengan usaha-usaha pemecahan bagi masalah yang ada di kota
dap suatu lingkungan
program pem bangu
;",:ff
yru_, ;]ilffi; terakhir, yans berupa
I;J.T:lr:ffi *i:.
itu. Sebagai contoh misalnya, tujuan umum program pembangunan nan baru r",r,,.i"'i
jumlah penduduk, iilaksanak an, peru bahan
adalah program perbaikan kampung. Dalam hubungan ini kampung- pergeseran Kawasan
Hvr'vrerd, kawasan terbangun,
penggunaan tanah. serta pola
kampung yang akan diperbaiki telah ditentukan. Masalahnya adalah
apakah alokasi dana akan lebih diperbesar untuk usaha pembangun- . Suatu gambaransejarah perkembangan yang teliti
nncr merupakan suaru
an sosial, kelembagaan, dan pembangunan ekonominya. Jawaban- teknlt yan;:-;;;ar berh2lgs dan terpe_
nya adalah bahwa suatu perencanaan fisik akan dipertimbangkan di datam
hanya apabila dapat terkoordinasi secara baik antara berbagai ke- l'Jfiffi 1:1il':i-:::J'b"b,';'i;;k;"br,kotp",^usar.h.n62p
datang.3 'tanul pula cara-cara pemecahannr;
giatan sektor pembangunan itu. Rencana itu sendiri tidak akan ada ffi;
manfaatnya, kecuali hal itu sejak awal dapat diintegrasikan dengan
rencana-rencana pembangunan sosial, ekonomi, dan perlembagaan
yang menyeluruh. ' 3::"iiT.:':l:::tl utnva : Djoko' sujarto, Fa k t o r
Tindakan yang membatasi lingkup rencana fisik itu merupakan i:!ir!::r::y:,!!:vy,,',;;;i,ii,i'i?i,{,',
losi, Fakultas r"rrit iiril
ii'ri;:;;#;,T:,
Y4ill?nTxX
44 etie"'64**
I
Plr
i

b. Deskripsi Keqdoan Daerah Perencanoan Sekarong e. Kegiatan-kegiatan


Gambaran keadaan dan kegiatan suatu kota yang menyeluruh Akhirnya dalam bagian ini pula diarahkan dan dirumuskan pe-
dan mutakhir akan merupakan dasar pertimbangan yang sangat ngembangan kegiatan-kegiatan yang merupakan lanjutan atau
penting dalam usaha mengatasi permasalahan kota. Pada haki- keluaran suatu usaha perbaikan. Sekalipun kebutuhan dasar dan
katnya dalam deskripsi ini termasuk karakteristik sosial ekonomi, sumber potensial telah dianalisis, belum tentu semuanya itu akan
keadaan fisiografi, dan program kegiatan masyarakat lainnya. memenuhi kebutuhan yang diharapkan dalam rencana. Jadi,
Dalam program perbaikan lingkungan, variabel sosial ekono- sumber yang tersedia belum tentu akan memenuhi kebutuhan da-
mi akan mencakup aspek ketenagakerjaan dan lapangan kerja, sar masyarakat yang diharapkan. Dalam hubungan ini suatu stra-
struktur umur dan jenis kelamin penduduk, pola pendapat, pola tegi pengembangan kegiatan yang akan dilakukan harus dirumus-
tingkat pendidikan, dan mobilitas penduduk. Kondisi fisik dasar kan secara terperinci. Jenis aktivitas apa yang akan berkembang?
dan binaan dalam hubungan ini mencakup karakteristik dan po- Sektor-sektor mana yang akan mengembangkan kegiatan-kegiat-
la perumahan, kepadatan rumah, jaringan utilitas umum, keada- an itu? Apakah hasil kegiatan itu?
an pertanahan, pusat kegiatan perdagangan, dan struktur fisik
lingkungan lainnya. Kelima komponen kegiatan pertama di dalam proses perencanaan fi-
Dalam program kegiatan masyarakat tercakup program pen' sik tersebut di atas dengan sendirinya tidak mutlak demikian. Luas-
didikan dan rekreasi, latihan kerja, kesejahteraan sosial, pelayan- nya komponen analisis itu dapat saja berkembang atau terbatas ter-
an kesehatan, program permodalan, kegiatan pemerintah di da- gantung kepada luasnya lingkup daerah perencanaan, luasnya ling-
lam sektor sosial dan produksi. kup permasalahan, serta unsur yang harus diperhatikan di dalam
suatu lingkup perencanaan tertentu.
Kebutuha n Dasar M as.Y ara ka t
per-
Kebutuhan dasar masyarakat yang spesifik merupakan suatu 2.5 Anolisis Pola Fisik
timbangan yang mendasar di dalam penganalisisan untuk menen-
Selain peta, grafik, serta deskripsi yang menunjukkan keadaan suatu
tukan kebutuhan masyarakat di masa datang. Kebutuhan dasar
daerah perencanaan sekarang, sering pula diperlukan materi data la-
ini harus dapat dikelompokkan berdasarkan prioritas dan ke
innya yang akan menunjang penyusunan suatu rencana fisik. Data
dalam komponen-komponen yang sistematis.
eengelompokan ini dapat meliputi kebutuhan dasar sosial, itu meliputi antara lain sebagai berikut.
ekonomi, dan fisik yang disesuaikan dengan pengelompokan ma-
syarakat, seperti keiompok berdasarkan umur' pekerjaan,
pendi- a. Pola Penggunaan Tunah
d-ik"r, dan pendapatan. Pengidentifikasian kebutuhan dasar ma- Pertama yang sangat penting adalah peta penggunaantanah (land
syarakat ini merupakan langkah pertama yang penting di dalam use), yaitu peta yang menunjukkan pola penggunaan tanah untuk
menyusun rencana fisik. berbagai macam kegiatan fungsional perkotaan, seperti: kawasan
perumahan, perdagangan, pemerintahan, industri, jalur hijau,
d. Sumber DoYa Potensial
maka ruang terbuka dan tanah kosong, dan bangunan umum.
Dalam kaitannya dengan kebutuhan dasar masyarakat'
*utu ping.nalin serti analisis sumber daya potensial harus di-
proses perencanaan fisik. Aspek yang perlu di- b. Jaringon Utilitas (Jmum
lakukan di dalam
telaah dalam hubungan ini mencakup ketersediaan dan sumber Peta jaringan utilitas umum yang mencakup: jaringan air bersih,
jaringan pembuangan dan drainase, jaringan gas, jaringan listrik,
dana, sumber kelembagaan, serta sumber daya manusia dar''
alam. dan jaringan telekomunikasi.

46 47

t
c. Pola Tronsportasi d. Untuk memecahkan masalah kebutuhan ruang secara rasional
Peta jaringan jalan yang menunjukkan berbagai klasifikasi tek-
dan konkrit yang disesuaikan dengan kondisi dan kendala yang
nis, klasifikasi fungsi, serta kondisi setiap jalan. menyangkut suatu wilayah perencanaan tertentu.
Macam-macam fasilitas angkutan umum, terminal dan per- e. Untuk menentukan skala dan proporsi ruang dan massa bangun-
hentian bis. Masalah lalu lintas seperti kemacetan, rambu-rambu, an pada perencanaan fisik yang lebih terperinci.
volume lalu lintas, dan tingkat kecelakaan.
d. Kondisi Fisik Lingkungon f. Menjembatani lingkupJingkup kegiatan dari berbagai disiplin pe-
rencana, khususnya para perencana bidang-bidang yang Lersifat
Peta yang menggambarkan kondisi struktur dan lingkungan seca-
nonfisik dengan para perencana bidang-bidang fisik.
ra keseluruhan. Dalam peta ini harus dapat ditunjukkan kondisi
struktur bangunan maupun suatu kawasan fungsional secara ke-
seluruhan, perumahan, pusat perdagangan, bangunan umum, in-
dustri, dan lain-lain.
Dari penilaian kondisi ini harus dapat dikemukakan suatu
analisis bagian mana yang dapat dipertahankan, dipelihara, di-
bongkar, atau dikembangkan. Gambaran organisasi bentuk "tata
massa dan pola struktur fisik seperti pola jaringan jalan dan tata
bangunan, pola vegetasi, gambaran tiga dimensional' dan ben-
tuk-bentuk arsitektur juga sangat penting diketahui. Selanjutnya
suatu penggambaran citra lingkungan visual juga akan merupa-
kan salah satu pertimbangan di dalam perencanaan fisik.
Dalam hubungan ini, pengetahuan tentang perancangan kota
atau urban design akan sangat penting dalam memberikan pengarah-
an dan pedoman dalam hal:a
a. Penjabaran rencana pembangunan yang menyeluruh menjadi
rencana-rencana fisik terperinci.
b. Menentukan modul kebutuhan ruang bagi penempatan suatu
atau beberapa kegiatan fungsional seperti yang ditetapkan di da-
lam rencana umum kota.
c. Untuk menjabarkan rencana umum menjadi rencana teknis
(engineering).

4 Lihat Djoko Sujarto Suatu Tinjauan tentang Aspek Llrbon Design dengan Sorot-
an ke Beberapa Keadaan Perkembangan Kota di Indonesia, Materi perkuliahan
Lingkungan Visual, Fakultas Teknik Sipil dan perencanaan, Institut Teknologi
Bandung, 1981. Lihat juga, Kevin Lynch, Image of The City; MIT press Cam-
bridge, 1969.

48 49

t
n

nunjukkan sasaran dan tujuan yahg akan diterapkan pada


berbagai
daerah perencanaan. Misalnya, dalam suatu rencana peremajaan
kota, beberapa kawasan direncanakan sebagai purat perdagangan,
dan yang lainnya akan dipelihara sebagai bagian kota yang ternilai
estetis.
Biasanya setiap sasaran dan tujuan pembangunan digambarkan
dengan suatu gambar yang spesifik atau yang secara garis
besar me-
BAB III nunjukkan bagaimana sasaran dan tujuan pembangunan
itu akan di-
REALISASI DAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN FISIT jabarkan secara nyata.

3.3 Saran-saran Kegiatan Fungsional


Seperti pada lingkup perencanaan umumnya, pada proses perencana-
an fisik juga akan dihasilkan suatu alternatif rencana. Alternatif ini Di dalam setiap rencana, seharusnya setiap sasaran
dan tujuan yang
harus dinilai dalam rangka untuk memperoleh suatu rencana yang di- dirumuskan berkaitan dengan setiap kegiaian yang
akan dikembang_
perkirakan akan paling menguntungkan. Salah satu hal yang dapat kan. 1a4i, setiap usaha perwujudan tegiatan berarti
merealisasikan
memberikan gambaran keberhasilan suatu rencana adalah dapat di- sasaran dan tujuan tersebut. Di daram perencanaan
pengembangan
realisasikannya rencana itu sesuai dengan apa yang diharapkan. Un- suatu lingkungan, misalnya, suatu peta yang menunjukkan
sasaran
tuk mencapai hal ini akan dibutuhkan cara penataan ruang yang baik, dan tujuan perbaikan perumahan akan dibedakan
ke iatam r."*u.u,
strategi pembangunan yang tepat, pengelolaan dan pengendalian yang yang dikenakan peraturan zoning yang baru
berlaku, yang hanya
baik, sistem monitoring serta evaluasi yang sistematis dan efektif. mengalami pemeliharaan, pengendalian, dan pemugaran,
atau peru-
Bab ini akan membahas bagaimana rencana fisik itu dapat direali- mahan yang sama sekali baru.
sasikan dalam melaksanakan pembangunan fisik. Demikian pula suatu. sasaran dan tujuan pembangunan
kegiatan
perdagangan akan diperinci ke dalam
kigiatan konsolidasi keliatan
3.1 Penatoan Ruang Sasaran dan Tujuan, Kegiaton, Fungsi dan perdagangan yang telah ada, kemungkinan kesempatan
invesia-siba-
Obyek ru untuk pengembangan kegiatan perdagangan baru.
Alternatif rencana untuk menempatkan berbagai kegiatan di atas
Keluaran utama yang harus dihasilkan oleh suatu perencanaan fisik
perlu ditelaah. Setiap kegiatan harus dapat digambarfan
adalah suatu saran yang spesifik apa yang akan dikembangkan bagi ,..uru;Lh,
hubungannya dengan sasaran dan tujuan yang telah dirumusian.
suatu lingkungan. Pengembangan saran ini bukan sekedar mengaju-
kan hasil analisis seperti yang dikemukakan terdahulu, tetapi juga 3.4 Saron-soran untuk Obyek-obyek pemban1unan
merupakan fungsi keahlian, kelembagaan, dan pertimbangan yang
kritis. Umumnya rencana fisik akan mengemukakan saran-saran pemba_
ngunan atau penyesuaian obyek-obyek fisik. perencanaan
Dalam hubungan ini umumnya akan dihasilkan beberapa alterna- ouyix risit
tif pemikiran. Suatu evaluasi kelayakan atas alternatif itu akan meng- ini dengan sendirinya akan dilandasi kriteria dan dibatasi oreh
sasaran
hasilkan salah satu alternatif yang terbaik. dan tujuan, kegiatan, serta fungsi yang dirumuskan.
Oleh karena pe-
rencanaan obyek fisik ini memerlukan pemikiran yang
mendetail,
maka peranan profesional dari berbagai keahlian thusus]seperti
3,2 Sora.n-saran Sasoron don Tujuon
tek, arsitek lansekap, dan insinyur sipil amat penting. M.r.ra
arsi-
r*"ru
Sasaran dan tujuan yang disarankan umumnya dihasilkan dari hasil teknis detail akan menggambarkannya bagaimana *jro ouyet<
iisit
4nalisis yang menyeluruh. Suatu rencana fisik juga harus dapat me- itu serta beberapa perkiraan biaya pembangrnunrya.

50
5l

I
lr
para ahli spesialis ini akan memberikan gambaran teknis dan este- mang harus diakui bahwa membuat perkiraan biaya dan keuntungan
tis yang merupakan kegitan lanjutan dari perencanaan skala yang me- suatu rencana fisik akan merupakan hal yang sangat sulit" Dalam
nyeluruh. Gambar-gambar ini akan mencakup antara lain sketsa-sket- pembiayaan, misalnya, termasuk bukan hanya pengeluaran modal
sa artistik, model-model dan bentuk arsitektonis, dan segi teknis awal saja, tetapi juga dana-dana operasional yang dibutuhkan di da-
konstruksi. Peranan perencana fisik di sini adalah menelaah dan me- lam pemeliharaan fungsi-fungsi, kegiatan, serta obyek_obyek fisik
nilai apakah kesemua perencanaan detail tadi sesuai dan memenuhi yang dibangun.
kebutuhan-kebutuhan seperti yang dirumuskan di dalam sasaran dan
tujuan pembangunan yang telah digariskan di dalam rencana umum. Dalani modal dan biaya operasional termasuk unsur-unsur seperti
Rencana-rencana detail itu dapat dikemukakan dalam beberapa personal administraif dan ahli, peralatan dan material, serta buruh.
alternatif rencana fisik, dengan melandaskan kepada hasil pertim- Mengingat sulitnya membuat perkiraan biaya, maka biasanya hal itu
bangannya, kemudian menentukan keputusan rencana mana yang dilaksanakan dalam beberapa tahapan dan selanjutnya perkiraan
paling memenuhi kebutuhan itu. biaya yang lebih terperinci akan dilaksanakan oleh dinas-dinas de-
Dalam beberapa keadaan sering pula terjadi bahwa suatu tim pe- ngan sektor-sektor pembangunan yang bersangkutan. Apabila di da-
rencana fisik, yang biasanya merupakan tim interdisiplin, mempunyai lam kegiatan pelaksanaan itu secara langsung melibatkan pihak kon-
kemampuan untuk secara sekaligus membuat rencana obyek fisik de- sultan dan pemborong swasta, maka suatu .prosedur pelelangan
tail tadi. Dalam hal demikian, dengan sendirinya akan diperlukan harus dilaksanakan. Dalam hal ini setiap pemborong yang akan
suatu kelengkapan dan kemampuan tim perencana fisik yang akan mengikuti lelang itu akan membuat usulan biaya pembangunan.
membutuhkan sumber dana dan tenaga ahli yang cukup besar. Demikian pula, memperkirakan keuntungan merupakan suatu hal
yang sulit.
3.5 Strategi Pelaksonoan
Kelayakan rencana fisik yang diusulkan akan sangat ditentukan oleh Di dalam suatu proyek pembangunan kebutuhan umum, biasanya
isi usulan-usulan yang dirumuskan di dalamnya. Kelayakan seharus- oleh pemerintah, bukan hanya masalah pendapatan daerah saja yang
nya dipertimbangkan sebelum suatu rencana itu akan direalisasikan. harus dipertimbangkan, tetapi juga faktor-faktor lainnya, ,.p..ti p._
ladi, uagaimana suatu rencana ini akan dilaksanakan harus dipikir- ningkatan kesejahteraan, peningkatan kualitas hidup, dan keamanan
tan iejat< dari awal, bersamaan dengan penentuan dan perumusan lingkungan. selanjutnya pelaksanaan rencana fisik iuatu bagian ter-
waktu, sasaran, dan tujuan, serta perincian rencana' tentu akan mempunyai pengaruh terhadap bagian rain yang tidak ter-
Memang, tidak ada suatu metode atau rumus umum cara melaksa- masuk di dalam perencanaan. Misalnya, pembangunan sUatu kegiat_
nakan rencana. Akan tetapi umumnya pertimbangan-pertimbangan an fungsional tertentu besar kemungkinan akan membuka kesempat-
yang dapat dikembangkan di dalam menentukan strategi pelaksanaan an kerja baru, atau akan mengubah pola pergerakan dan angkuian,
rencana-adalah perhitungan biaya dan keuntungan (cost and benefit), dan akan menirqgkatkan lingkup kemampuan pelayanan dari suatu
penahapan pelaksanaan berdasarkan pertimbangan prioritas, masa- lingkungan yang luas.
iah proseaui pengelolaan, dan hal-hal yang menyangkut pertimbang-
an bagaimana rencana itu bisa dievaluasi dan dimonitor secara efek-
Biasanya suatu rencana fisik akan berisi pula perkiraan biaya,
yang meliputi perincian biaya awal dan biaya operasional jangka pen-
tif.
dek. Apabila proyek itu meliputi lingkup yang besar atau diperkira_
3.6 Pertimbangan Biaya dan Keuntungan suotu Perencanoan Fistk kan akan mempunyai implikasi yang luas secara sosial politis, misal-
ny1, ma\a suatu analisis biaya dan keuntungan (benefit cost analysb)
Hal yang sangat penting di dalam masalah pelaksanaan rencana ada- perlu dibuat.untuk melihat dampaknya terhadap lingkungan
Iah aspek pembiayaan dan program pengembangan permodalan. Me-
,..ur"
keseluruhan.

52 53
Perencanaan Fisik (6)
3.7 Penjadwalon dan Penahapon Rencana Fisik 3.9 Monitoring dan Evoluasi Rencana l:isik

Di dalam setiap perencanaan, maka program yang dirumuskan de- Perincian program pelaksanaan mencakup kegiatan monitoring pe-
ngan kendala waktu merupakan faktor hubungan yang sangat pen- laksanaan rencana, yaitu untuk mengikuti secara terus-meneru*p"-
ting. Kedua hal itu pada hakikatnya merupakan suatu hubungan yang kah pelaksanaan rencana telah dilakukan sesuai dengan sasaran dan
seharusnya bersifat koordinatif . tujuannya. Kemudian kegiatan evaluasi, yaitu usaha penilaian hasil
akhir untuk melihat dpakah hasil pelaksanaan itu sesuai denga-n apa
Suatu proyek mungkin bisa menemui kegagalan apabila kompo-
yang dimaksudkan pada awal p"nyurunun rencana fisik itu.
nen-komponen berbagai macam'kegiatan yang akan dikembangkan
itu tidak terkoordinasi dengan faktor waktu. Dalam hal ini, jelas pe- Umumnya fungsi nionitoring merupakan birgian di dalam struktur
pengelolaan rencana fisik. Pada setiap keadaan selama proses pelak-
rencanaan fisik itu harus dapat menghayati serta mengerti secara men-
sanaan rencana itu, suatu atau beberapa kegiatirn dapat saja dibatal-
dalam logika urutan berbagai kegiatan yang akan dikembangkan
kan, disesuaikan, atau ditambah, dengan tujuan untuk meyakinkan
Biasanya penjadwalan kegiatan itu harus dikoordinasikan pula de-
bahwa pelaksanaan rencana itu sesuai dengan yang dikehendaki atau
ngarr pembiayaan, terutama untuk suatu rencana fisik yang memer-
lukan beberapa tahun untuk penyelesaiannya. untuk selalu dapat menyesuaikan keadaan dengan setiap perkem_
bangan yang terjadi.l Memang, hasil pelaksanaan itu tidak selalu
Tahapan pelaksinaan rencana fisik umumnya disusun berdasar- akan seratus persen sesuai dengan yang direncanakan. Keadaan yang
kan rangkaian kebutuhan yang saling mengait satu sama lain. Misal- tak terduga akan menyebabkan perlunya pengembangan rencana, se_
nya, pembangunan perumahan seharusnya dilaksanakan bersamaan hingga kebutuhan serta unsur-unsurnya akan memerlukan perubah-
dengan pelaksanaan instalasi air minum dan pembangunan
jaringan an dan pengembangan.
pembuangan, sedangkan pembangunan taman atau pusat pertokoan
Evaluasi hasil pelaksanaan rencana fisik dilaksanakan setelah
dapat dilaksanakan setelah perumahan selesai. Memang dalam bebe- rencana itu selesai dan dioperasikan. Suatu evaluasi akan menilai
rafa hal penahapan pelaksanaan rencana pembangunan fisik ini juga mengukur apakah rencana itu memenuhi sasaran dan tujuan
semura.
juga
seiing menimbulkan implikasi yang luas yang kadang-kadang Evaluasi juga akan mengungkapkan semua akibat poritir maupun
menyangkut masalah sosial politik. Misalnya, suatu penggusuran dae- negatif yang tidak terduga dari setiap proyek. DemikLn pula evaiua-
rah okuposi liar atau pemindahan suatu kawasan karbna terkena pro- si akan dapat memberikan gambaran keberhasilan dan kegagal"r, gu-
yek pembangunan kepentingan umum' seperti jalan dan bangunan gasan-gagasan yang digariskan di dalam rencana fisik itu.
instatasi air minum, sering menimbulkan implikasi sosial politis yang Perlu diakui bahwa evaluasi atas rencana-rencana fisik khususnya
cukup luas. oleh karena itu, penahapannya harus dipertimbangkan dan rencana yang lebih luas umumnya di Indonesia belumiah dilaksa-
benai-benar agar dapat memperkecil atau menetralisasikan implikasi nakan secara efektif. Masih banyak rencana kota maupun rencana
itu. pembangunan lainnya yang belum sempat dievaluasi sehingga pe-
nyempurnaan atau revisinya juga praktis belum bisa dilakukan seca-
3.8 Pengeloloon Pelaksonaan Rencana Fisik ra efektif. Namun demikian, saat ini semakin disadari bahwa berda-
Sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya modal, sarkan pengalaman, penyempurnaan suatu rencana hanya dapat di-
harus dimanfaatkan secara terarah dan tepat guna. Dalam hubungan lakukan dari waktu ke waktu apabila proses evaluasi ini telah dapat
ini faktor sistem pengelolaan akan memegang peranan penting' diintensifkan.
Pelaksanaan suatu.rencana fisik akan sangat bergantung kepada 3 Lihat selanjutnya, Djoko Sujarto, Monitoring dan Evaluasi proyek pembangun-
struktur pengelolaan yang baik untuk melaksanakan kegiatan-kegiat- on Kota, diktat perkuliahan bagi para pejabat pemerintah tingkat II Kotamadya
an yang sgsuai dengan urutan kepentingannya. Bandung tentang 'Monitoring dan Evaluasi pembangunan, Bandung lggl.

54 55

L
IT

kup usaha-usaha pengembangan fisik kota secara menyeluruh.


Oleh karena itu, rencana induk sering pula disebut rencana me_
nyeluruh (comprehensive plan). Rencana menyeluruh ini dimak_
sudkan untuk mengkoordinasikan, mengorganisasikan, serta
mengarahkan sumber-sumber perkembangan sosial, ekonomi,
budaya, politik, dan fisik suatu kota serta daerah sekitarnya seca_
ra rasional dan produktif.
BAB IV Melihat lingkup itu jelaslah kiranya bahwa jangkauan suatu
PRODUK DAN MODEL PERENCANAAN FISIK rencana menyeluruh atau masterplankota sangat ambisius.l Sua-
tu rencana induk merupakan suatu dokumen resmi yang menca-
kup perangkat sasaran dan tujuan pembangunan serta pola kebi-
Lingkup rencana fisik seharusnya sesuai dengan sasaran dan tujuan jaksanaan untuk mencapai sasaran dan tujuan itu.
perencanaan itu sendiri. Besar kecilnya lingkup daerah perencanaan Sebagian besar kota di Indonesia, khususnya kotamadya_ko_
serta sasaran dan tujuan yang ingin dicapai akan menentukan macam tamadya telah memiliki atau sedang menyusun rencana induknya.
rencana fisik. Demikian pula untuk kebutuhan sasaran dan tujuan untuk beberapa kota rencana induk itu telah disahkan, tetapi se-
tertentu serta kendala (constraints) yang berlaku akan diperlukan bagian besar tidak lebih dari sekedar pengesahan di tingkafdae-
model perencanaan dan analisis tertentu pula. rah tingkat II.2 Sekalipun demikian, beberapa kota telah melak_
Bab IV ini secara singkat akan mengemukakan macam-macam sanakan pembangunannya dengan berpedoman kepada rencana
dan lingkup rencana fisik, serta beberapa model sederhana yang lazim induk itu. Seperti telah disinggung pula pada uraian terdahulu
dipakai pada perencanaan kota khususnya. bahwa rencana induk adalah suatu pola kebijaksanaan jangka
panjang untuk pendistribusian tata ruang obyek-obyek, fungsi,
4.1 Macam-macam Rencana Fbik kegiatan, sasaran, dan tujuan pembangunan (lihat Gambar 2lJ.
Dalam lingkup skala daerah perencanaannya atau teritorialnya telah Rencana Induk sebenarnya akan merupakan wadah yang
kita ungkapkan bahwa rencana fisik dapat mencakup skala nasional, mengkoordinasikan kegiatan pemerintah daerah tingkat II dan
skala regional, dan skala lokal. Kalau kita perinci lagi, maka di da- akan mengatur kegiatan pembangunan sektor swasta dan perse_
lam lingkup perencanaan skala lokal, misalnya suatu kota, akan me- orangan. Rencana induk disusun berdasarkan penelaahan serta
liputi pula beberapa jenis perencanaan fisik dengan sasaran, lingkup, studi-studi yang meliputi survei dan analisis keadaan kota secara
serta kedetailahnya yang berbeda. Jadi, di dalam lingkup kota dike- keseluruhan serta analisis terperinci keadaan pola tata ruang fisik
nal macam-macam rencana fisik seperti berikut. sekarang. Memang suatu kritik dan pembicaraan mengenai efek_
tif dan tidak efektifnya suatu rencana induk telah meluas, teruta-
a. Rencana Induk Kota ma sejak dua dekade terakhir ini. Negara Inggris sebagai pencetus
ide rencana induk ini telah lama meninggalkan dan mengganti-
Rehcana induk kota ini mungkin secara klasik dik-enal pula di In-
donesia dengan istilah masterplon kota. Istilah lain untuk rencana
induk kota yang akhir-akhir ini dipakai pula di negara kita adalah
Rencana Umum Kota (RUK). I Lihat Djoko Sujarto, Perencanaon Struktur Kota, Bahan Kuliah Departemen pla_
Landasan pokok suatu rencana menyeluruh adalah suatu nologi ITB, diterbitkan oreh Fakultas Teknik Sipil dan perencanaan, IT'B
l9gl.
a Djoko Sujarto, op. cit.
jangkauan jangka panjang antara 20 sampai 30 tahun dan menca-

56 57

t
T

a
d
ln
lt rx q
: t
? EE
;n
88
::

FE Er a
u(!
e
,
tr SsiE
tr
,'i;
"1 (B
76-:
Z'd
)t
$r
gEE
E E EEo-= EE 6d

-g -9
!{ I Eg'FE 9tr
=g'
tro0
o=
d!
EE { "qsEt E*, (!tr
9=
cq trtr
ET. S 6Ee6 Eeii
&c-lO-ooo-&.Y,Y o(; oo
dv
ttll
5o
(E
JI JI o6
b0 b0
d
U)
gU F F JO
irYE
rB
=F^;l 'C
d- d d d=o0
!LU
(!qo o o
(!
d A 6f<
o
oo
cap a H
c Es
d d
o
LUL
9E (! cB ?ES o
o
o
a.
o
dq
oGG
O- -:H V )4 \Z;A

{ E-l
Fd
an
:?
es EEEE
g:
EE$
LEGENDA
tu qis a =3-tsn {gt$E fEI
f
Pcrumahun
Perumahannon-urban
I----_-l Daerahpenghijauanatam
F=-i .[,alur tegangan tinggi
F6

sc EEtE; EEEEE ffi Industri FFI Rawa


'6E
^3 Fffil Pusat lingkungan fi/fl lnstalasikhtsus
Oi o. f, Pusatkota ru Ind\stti ekslilaktil
a Pusat perumahan Jalanrayautama

-:
d\/
rd -v
=
EB
EE
^-rt<s
$B (E
o
q
Frlf,ifi
I
Jalur hijau
Pur"tol"hragaregional -
Jalan sekunder
Jalan kereta api

H9
=
'O(!d
.EPs
ax c s*
dX HS
d,
-O
-
Lapangan terbang

U= YU
&
cS
&<- 5: & D Gambar2l Rencana Umum Kota

59
58
,l

kannya dengan rencana struktur (structur plafl'3


Di satu fit dikutukan bahwa suatu rencana induk yang me-
"t
nyeluruh, dingan cakupan sasaran dan tujuan yang lengkap' ada-
lah esensial sebagai suatu pedoman umum pembangunan kota'
lain pihak'
Rencana induk tidak perlu sempurna perinciannya' Di
re'icana induk jangkauan dimensi waktu-
dikatakan bahwa suaiu
nya terlalu panjang serta serta cukupan sasaran dan tujuannya
Rencana Peruntukan
terlaluluasdanu-biriur,sehinggadiragukankeefektifannyadi
(Zoning)
dalam realisasinYa. Analisa Tapak
. Jadi, suatu rencana induk pada hakikatnya
lebih bersifat se-
Terperinci
bagai suatu proses pembentukan kebijaksanaan umum daripada
seb=agai suatu produk perencanaan fisik yang spesifik' Dokumen
,"n.u.u induk terdiri dari beberapa bagian yang mengemukakan
Standar
berbagai komponen perencanaan yang diusulkan' Perencanaan
Biasanya dokumen rencara induk meliputi tiga bagian utama,
yaitu: dokumen yang berisi komplikasi data hasil survei, doku-
men kedua yang berisi hasil analisis data dan dokumen ketiga
yang berisi uraian dan penjelasan rencana fisik kota.
ielanjutnya di dalam penjabaran serta perwujudan yang lebih
nyata dalam rangka pembinaan pedoman pembangunan kota,
,in.unu induk ini perlu didetailkan. Umumnya urutan pendetail- Unsur Rencana
(Rencana Teknis Terperinci)
an rencana induk kota adalah sebagai berikut.

4.2 Rencona-rencana Khusus

Rencana khusus adalah rencana fisik suatu bagian kota atau kawasan
fungsional tertentu suatu kota. Pada hakikatnya rencana khusus me-
rupakan pengisian dan pendetailan rencana induk (masterplan) dan
rencana peruntukan tanah kota,4 (lihat skema tentang prosedur pen-
detailan rencana kota pada Gambar 22).

Monitoring

Lihat Djoko Sujarto, Rencana struktur Koto, Fakultas Teknik Sipil dan Peren-
canaan, InstituiTeknologi Bandung, Diktat kuliah Perencanaan Kota, Bandung Pelaksanaan Pembangunan Kota
1981.
Kota'
Lihat Djoko Sujarto, Rencana Struktur Kola, Bahan Kuliah Perencanaan
FTSP.ITB 1981.
Gambar 22

60

t
rr
Di dalam lingkup rencana khusus yang sifatnya detail ini
selain
faktor-faktor makro, seperti aspek penentuan lokasi, lingkup pela-
yanan, land use, dan jaringan perhubungan, maka aspek-aspek teknis
konstruksi dan arsitektur, seperti pertimbangan urbon design dan
lanscaping, mendapatkan perhatian yang besar. Untuk jelasnya, ma-
ka beberapa contoh rencana khusus dapat kami kemukakan sebagai
berikut.
l. Rencana khusus kegiatan kelembagaan, misalnya rencana kam-
pus, rencana pusat pemerintah (lihat Cambar 23).
2. Rencana kawasan permukiman transmigrasi (lihat Cambar Vl).
3. Rencana kawasan perumahan kota (lihat Gambar 25a).
4. Rencana perbaikan kawasan kampgng kota (lihat Gambar 25b).

4.3 Rencana Teknis Detail


Rencana teknis detail merupakan perencanaan fisik terperinci yang
bersifat teknis (engineering). Rencana teknis detail ini dimaksudkan
Rencana Tapak Kampus ITB (Sumber: MASTERPLAN ITB)
sebagai pedoman teknis dalam pelaksanaan. Jadi dengan sendirinya
suatu rencana teknis detail akan menekankan faktor ketelitian dan ke.-
tepatan. Sebagai contoh hal-hal yang termasuk rencana teknis detail,
antara lain rencana pembentukan lahan (groding plon), perencanaan
pembagian persil (subdivision), dan bentuk serta konstruksi bangun-
an (lihat Gambar-gambar 26; 27 ; 28; 29, 3O).

4.4 Beberopa Model dolam Hubungan Perencanaon Fisik


pada hakikat-
Seperti telah dikemukakan terdahulu perencanaan fisik
,yu...up"kan perwujudan nyata dan tidak dapat terlepas dari pe-
.in.unuu' aspek-aspek nonfisik seperti: ekonomi, sosial budaya dan
politik, serta keamanan. Dari pengertian dasar ini jelaslah bahwa ke-
luurur-yung diharapkan dari suatu perencanaan fisik adalah suatu
penyediaan wadah guna menempatkan serta melayani pembangunan
bu-
masyarakat dengan segala kegiatan usahanya dan kegiatan sosial
dayanya.
Dalam hubungan ini maka keluaran perencanaan fisik merupa- Rencana Tapak Kegiatan Pemerintahan Bale Endah
Kabupaten Bandung (Sumber: LAPI ITB)
kan hasil nyata dari pemanfaatan sumber daya alam secara efisien
dan efektif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang dikem- Cambor 23
bangkan. Mengingat unsur-unsur dasarnya yang akan terkait dalam Rencana Tapak Kegiatan Kelembagaan
perencanaan fisik seperti

62 63
FT Ir

I - Loka'i eroyek Pembangunan


aonroh Penrmahan di Bandune

A. Penggunaan Tanah Semula

4,'o* Stmber: DPMB Dep. PU

Gambar 24 Gambar 25 a
Rencana Tapak Pemukiman Transmigrasi Rencana Perumahan Kota Perbaikan Lingkungan Fisik Kampung

64 65
tr
Daerah Perencanaan

ltJ/
2/ saris konrur
t

\N
Renqna Tapak
Bangunan

@cotlpotorgl
ffirittlurug;
--.-kontur
lama
W (B

J
tr
baru

-kontur
o
*-/ .o
t /-__/ _./ , E
o
L-/ 1

.,/ A
F:
6t

Rencana Jalan
--/ (3
,l'j stl
@lc,t
ffirn
kontur lama I
koniurbeu
X.B
60
=l'.. -o

- N7=
^---/ I
oo
M S,1

1" \\
Gambar 26
Pembentukanlahan (Grading)

6 67

rl
{ T
Bentuk bangunan

\'1
s
N
/6
/o
-/
6
ol I
i t RencanaKonstruksi Bangunan
ro
.
I
R l'-'J. -.-
\o
I

r
t_t
^
I \/ /s
\o

{
N

I
o! I e.t

I I

r1.o!-r
sumber: 3rd International Course for
Development Cycle project
Gambar 29 Rencana leknls l)etatl Bouwcentrum Rotterdam l97l

68 Perencanaan Fisik (7) 69

t
letak geografis,
keadaan topografis,
keadaan vegetasi,
keadaan hidrologi,
keadaan geologi dan kemampuan lahan,
berbagai sumber daya alam din ketenagaan,

c
pola penggunaan tanah timumnya,

l-
maka jelas suatu cara atau model-model analisa maupun.perencana-
==l A- Rencana Tata Letak
-.-.uu.i annya akan sangat memerlukan data, informasi serta cara pendekatan
yang bersifat kuantitatif.
Model-model perencanaan wilayah dan kota secara kuantitatif
telah berkembang terutama sejak akhir dekade 1960-an. Sekedar
gambaran singkat mengenai model analisis dan teknik perencanaan
dapat dikemukakan beberapa saja sebagai contoh dari sekian banyak
model dan teknik perencanaan yang telah dikembangkan sebagai
berikut ini.s
1. Model Anolisa Perencanoan
a. Analisis threshold atau Analisis Ambang (Boleslaw Malizs
1968)'6
Penggunaan analisis perluasan wilaYah kota
pengembangan kawasan terhangun
baru.
analisis kemampuan kawasan berkem-
bang.
Faktor penentu : - keadaan fisiografi
il keadaan pola penggunaan tanah
jaringan utilitas umum dan jaringan
II jalan.
Prinsip efisiensi dan efektivitas pengembangan
i1 lahan secara ekonomi.
+ffi+-715-+
+-6I+
C. Pembagian Ruang Terperinci 5 Dapat dipelajari lebih lanjut: Colin Lee, Models in Planning, Pergamon Press,
Sumber : A. DeChiara et'al. Oxford 1975.
Gambar 30 B. International Course 6 J. Kozlowski, J.T. Hughes, Rosalind Brown, Threshold Analysis, The Architec-
Rencana Detail ture Press, London. 1972.

7l
Gambar di bawah ini memperlihatkan pola fisiografis utama. Di sini
terlihat beberapa limitasi untuk perkembangan kota (seperti: tanah
yang masih perlu dimatangkan, tanah yang tidak mungkin dikembang-
kan, dan daerah pertanian atau hutan yang secara ekonomis harus
diperhatikan.

Gambar 3l
Kemungkinan dan kecenderungan perkembangan fisik

Rumus pokok : Cd=Cn+Ca


Cd : biaya pembangunan
Cn = biaya normal
Ca : biaya tambahan
l'---'--:.-
I--l trnut rung cocok untuk bangunan
Kecenderungan Cn* Cu, C6* = Cn* + Ca*
Ej l-]l t"nah y"ng memerlukan pematangan (terlalu miring, perlu
Perkembangan konstruksi yans khusus)

ffi.ffi'fl
- ,unun ,ung tidak mungkin untuk bangunan (rawa-rawa)
A
E-l *ituyur, uliran sungai/perairan (watershed)
B
C H.,ffi| nu,u,
D F4 julunk"..tu-rpi
E
Gambar 32A
Limitasi Fisiografis

Berikut ini dikemukakan sebagian dari langkahJangkah teknis pelak-


sanaan analisis threshotd (lihat Gb. 32A;328,32C dan 32D)'

12 73
#r

Gambar di bawah ini memperlihatkan hasil analisis mengenai kemung-


gambar
kinan perubahan-perubahan pola land zse. Gambar ini merupakan Gambar di bawah ini memperlihatkan kemungkinan perluasan sistem
hanya ditunjukkan pola land yang sesuai fia-
yanla sangat disederhanakan, '4se
ringan) utilitas umum. Di sini hanya ditinjau jaringan air dan sistem pern-
untuk p"rry"ruaian dan yang perlu diremajakan' Hasil ini sangat
penting bangunan. Untuk keperluan yang sama akan diperlukan pula peta-peta
untuk iapat menghitung kapasitas penampungan penduduk dari daerah yang menunjukkan jaringan jalan raya, ketenagaan (listrik, gas)
dan lain-
yang akan dikembangkan. Juga penentuan lokasi untuk industri baru diper- lain
lihatkan sebagai faktor penggerak kota baru.

LEGENDA
fo-l tenaraai'
K^MY Fl ;u.ng"n;"I"n
012 !:-/ jalan kolektor utama dan perairan F4 latan tereta api
LEGENDA I | lwater;utama

l!! ,ndu,t.i
,.rlun untuk industri (lokasi vang pasti)
E
Friffi,q
pertamanan

hutan
;El sumber persediaan air (mencukupi
LYYI(I lebLruhan - 100.000 orang)
instalasi pengolahan pembuansan airl
ffi

ffiffi
sun8aizoerairan

huran n
ffi [i].ll!l

f,:l-l wil"yuh yang disekatzisolasi (teoretis) E tanah pertanian


lfu koloran(sewage)
tT----- wilayah yang
' L-----l disekar/isolasi (teorilis)
6-1
I '-.j
wilayahaliransungai/perairan
(warershed)

!L*TH*I k"*urun perumahan (2-3 tinskat)


E
t---]
jalan kereta api (yang ada dan usulan) l7-fl kemungkinan perluasan sisrem uriliras umum yang relah ada

Wl .u*un-.umahgandeng Fr! jaringan jalan

baik
Gambar 32 C
llllJflilflI] o..uunsunan dalam. kondisi vang Kemungkinan Perluasan Sistem Utilitas Umum yang Telah Ada Sekarang
cocok untuK aoaplasr

Gambar 32 B
Kemungkinan-Kemungkinan untuk Mengubah Tata Guna Lahan

75
74
b. Analisis Daya Tarik Model Gravity (Teori Hansen).7
Penggunaan
-
: mendistribusikan penduduk ke kawas-
an yang akan dikembangkan.
Faktor penentu : - jumlah penduduk keseluruhan dan
proyeksinya;
jumlah tenaga kerja dari sektor dasar
.(basic industries);
luas daerah yang dapat dikembangkan;
indeks aksesibilitas.
Prinsip : mendistribusikan penduduk berdasar-
kan faktor aksesibilitas ke tempat ker-
ja.
Rumus umum didasarkan pada model gravitasi atau model po-
tensial.
Tahap perhitungan:
Hitung indeks aksesibilitas untuk setiap kawasan:
-
RUMUS o,, = a
dijb
EffigAM
Eqr#
ffiffi
ffi
ffiEh A = indeks aksesibilitas dari kawasan i ke j.
OI?
ffi
E : jumlah renaga kerja di kawasan j.
LEGENDA d - jarak fisik dari i kej.
f ]
'fanah yang cocok untuk bangunan
E jalankereta-api b : nilai eksponen.
r --:-:1
Lr t lanah ycrlg mcmellukan pcmalanBall sunsai/perairan
A,l : indeks aksesibilitas untuk kawasan i dalam hu-
-.J iI bungannya dengan kawasan-kawasan lainnya.
Iii:Iil ranah yang tidak cocok untuk [- uilavah aliran sunsai/Derairan
L-\
ffi bangunan 1*aierned) Hitung potensi pengembangan yaitu dengan cara menga-
U:liAl hutanyangdipcrlahankan prc5cr\asi P@ garis threshold pertama - likan indeks aksesibilitas dengan luas kawasan yang
r--_l
| --.--1 wilalah yang di.eLar i\ola\i 0eorilis) Eq saris threshold pertama mungkin untuk pengembangan.
l-
l4t
L _U Jarrngan lalan
D1 : A1H1

Gambar 32D Di = potensi pengembangan di kawasafl i.


Alternatif Kemungkinan Perluasan Kota Ai : indeks aksesibilitas dari kawasan i.
Hi : luas kawasan yang mungkin dikembangkan di
kawasan i.
7 Colin Lee, ibid.

76 11
r
Hitung potensi pengembangan keseluruhan yaitu dengan
c. Analisis superimpose (tumpang tindih; a

cara: min5umlahkan potensi pengembangan dari masing- Penggunaan menentukan daerah yang paling baik un-
masing kawasan kemudian besarnya potensi pengem- tuk perkembangan.
jumlah se-
bangan di masing-masing kawasan dibagi oleh Faktor penentu semua aspek fisik lingkungan dari daerah
luruh potensi Pengembangan. perencanaan.
Di Prinsip memperoleh lahan yang sesuai dengan ke-
RUMUS DR=ZE butuhan perencanaan (kesesuaian lahan).
i Metode superimpose dari berbagai keadaan dari
DR - potensi pengembangan keseluruhan (relatif)' daerah perencanaan.
D;' - potensi pengembangan di kawasan i' Penilaian dilakukan atas dasar metode
Dt = jumlah seluruh potensi pengembangan' pembobotan dan penilaian skor
Untuk menentukan jumlah penduduk yang akan dialoka- (weighting and scoring).
sikan di masing-masing kawasan yang potensial adalah
dengan cara mengalikan hasil proyeksi total penduduk
Misalnya : Kemiringan tanah (slope)

untuk masa mendatang dengan D*. l. Rendah ru Daya dukung tanah

Di ffi
Jadi: Pt : Ptot x=-- 2. Kurang
=--i!=:l
LDi 3. Sedang
trai:H
[:;::ir:,1
Jaringan drainase

Pi : jumlah.penduduk yang dapat dialokasikan di ka- 4. Cukup LI


P,o, = jumlahkeseluruhanpenduduk' '5. Baik sekali I.: r:: r::r::':l
D.
= potensi pengembangan keseluruhan'
E
Jumlah score tertinggi merupakan
-- Kawasan 2 daerah yang paling sesuai.

1,2,4,5
Site P Jumlah score I I
Site Q Jumlah score 12
Site R Jumlah score 12
Kawasan terbangun JS Site S Jumlah score 14
t, 4,4.5
Site T Jumlah score l3
Site U Jumlah score II

- -Kawasan 4 U
t, 5,3,2

Kawasan 5 Gombar 34
Kawasan 6 Tahapan Teknis Analisis penggabungan (superimpose).
Kawasan terbangun
Selanjutnya dapat dibaca, Mochtarram K, Sieve Mapfor Site Selection: With Por-
Gambar 33
ticttlar Application to Settlement Planning in theTransmigrotion Areo ol lambi -
Kawasan yang mungkin dapat dikembangkan berdasarkan model Hansen (pendistribu-
Indonesia, Thesis M.Sc. Departement of Town and Country Planning, University
sian penduduk berdasarkan lapangan kerja, indeks keterhubungan dan ketersediaan
ofCardiff,1981.
lahan)

78 79
,T
Dalam bab terakhir ini secara sepintas akan dikemukakan penger-
tian, lingkup dan proses serta esensi ANDAL tersebut dalam kaitan-
nya dengan usaha perencanaan pembangunan fisik.

5.1 Pengertian Dampak Lingkungan

Sebelum kita mengerti tentang arti dari Darnpak Lingkungan seyogya-


nyalah untuk secara harfiah mengerti tentang arti lingkungan (envi-
BAB V ronment) dan dampak (impaci) itu sendiri.
DAMPAK LINGKUNGAN DARI PERENCANAAN PEMBA' Seperti sering telah kita alami sehari-hari di dalam masyarakat
NGUNAN FISIK bahwa 'lingkungan' atatt environment dapat mempunyai arti yang
luas dan bermacam-macam bagi setiap orang. Pengertiannya akan
tergantung dari sudut mana orang itu melihat serta menanggapinya.
Beruntunglah kiranya Indonesia sebagai salah satu negara yang se- ' Lingkungan dapat diartikan sebagai suatu keadaan alam dengan
dang berkembang ini karena kita bisa belajar dari negara-negara in- pemandangan yang indah, udara yang segar, serta air yang jernih.
dustii maju mengenai dampak setiap usaha pembangunan' Mengingat Lingkungan dapat diartikan suatu tempat di mana kehidupan ber-
luasnya lingkup pembangunan maka dampak ini tidak hanya terbatas bagai makhluk dan tanaman berlangsung. Lingkungan dapat pula di-
kepaia aspik lingkungan fisik saja tetapi juga terhadap segala aspek artikan sebagai permukiman binaan manusia atau lingkungan tempat
yang menyangkut kehidupan manusia.
- (ruang) di mana manusia berada serta menyesuaikan kehidupannya.
iering dikatakan bahwa negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia ini menghadapi dilema antara membangun dengan meman- Pengertian ini kemudian berkembang, di mana lingkungan dikait-
faatkan segala sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan kan dengan 'ekologi' di mana terkandung pengertian hubungan tim-
bal balik antara makhluk hidup dan tanaman, pangan, ancaman ter-
dan kekhawatiran terhadap kerusakan dan kesirnaan sumber daya
hadap kehidupan, dan lainJain. Tetapi pada hakikatnya lingkungan
tadi. Memang di negara maju sangat disadari bahwa mereka telah me-
lupakan segi-segi lingkungan selama ini. Baru-baru sajalah disadari dapatlah diartikan sebagai penggabungan dari pengertian-pengertian
kembali betapa faktor lingkungan memegang peranan penting di da- di atas ditambah dengan konsep-konsep pengertian 'yang lainnya,.
lam pembangunan.l Lingkungan tidak terbatas kepada air, tanaman, udara dan makh-
luk hidup saja tertapi juga segala struktur alami dan binaan manusia
Khususnya di dalam kaitan pembangunan fisik maka masalah yang kesemuanya membentuk lingkungan hidup kita secara keselu-
pe-
dampak lingtungan ini sangat jelas. Demikianlah, maka di dalam
harusnya ruhan.
,.r."nuun pembangunan fisik suatu dampak lingkungan Para ahli dalam bidang 'lingkungan' kemudian mengatakan
merupakan suatu pemikiran yang sudah dapat diperkirakan' Dengan
di- bahwa lingkungan terbentuk oleh unsur-unsur biofisis dan sosio eko-
dapainya *"^p"rtirukan ini maka dampak-dampak negatif dapat
nomis. Jadi tata guna tanah, sistem transportasi, struktur permukim-
peikecil apabila tidak mungkin ditiadakan sama sekali'
an kota dan desa, pola sosial budaya, pola ekonomi bahwa juga pola
Dalam kaitan ini telah dikembangkan Environmental Impact Ana-
sosial politik serta juga masalah tingkat karbon monoksida, zat pa-
//sis atau dikenal dengan Analisis Dampak Lingkungan yang dising- dat dalam air dan pola vegetasi kesemuanya merupakan karakteris-
KatADL atauANDAL. tik lingkungan hidup kita.
l%tara masalah pembangunan dengan lingkungan hidup ini mulai dikem- Pengertian 'dampak' atau impact berarti semua perubahan baik
bangkan sejak konferensi habitat di Stockholm pada tahun l97l' yang bersifat positif maupun negatif yang ditimbulkan oleh setiap

80 8l
V Tl
usaha ataupun kegiatan alami. Jadi, Dampak Lingkungan dapat diar-
c. Parameter kontroversial yaitu parameter lingkungan yang karena
tikan sebagai setiap perubahan baik yang menguntungkan maupun usaha-usaha pembangunan fisik mendapat dampak lingkungan
yang merugikan sifatnya sebagai akibat dari usaha perubahan dan pe- tertentu. Atas dampak yang terjadi ini kemudian timbul suatu re-
ng"-uungu.r lingkungan hidup oleh manusia ataupun sebagai akibat aksi yang bertentangan dari masyarakat umum.
dari kegiatan alami. Jadi, pengamatan serta analisis atas parameter lingkungan sangatlah
penting di dalam proses Analisis Dampak Lingkungan. Parameter-
5.2 Parameter Lingkunganz parameter lingkungan yang harus dianalisis pada operasi ANDAL
meliputi:3
Untuk dapat mengaitkan kegiatan pembangunan fisik dengan dam-
pak lingkungan yang potensial maka perlulah kiranya untuk'meng- A. Dampak lingkungan langsung:
kategorikan unsur-unsur lingkungan. Faktor fisis biologis:
Seperti diketahui, suatu lingkungan merupakan suatu sistem di udara
mana terdapat interaksi antara berbagai macam parameter lingkung-
- air
an di dalamnya. Suatu dampak terhadap parameter lingkungan ter-
- lahan
tentu betapa pun kecilnya akan mempunyai dampak lainnya baik
- aspek ekologi hewan dan tumbuhan
langsung maupun tidak langsung terhadap parameter lingkungan
- suara
yung luinnya. Misalnya suatu pembentukan lahan (zoningl untuk sumber daya alam termasuk kebutuhan energi
pembangunan perumahan dapat menyebabkan erosi tanah di tempat
-
Faktor sosial budaya:
iain karena adanya dislokasi batu-batuan atau dapat menyebabkan hi- tata cara hidup
langnya tingkat kesuburan tanah karena terhikisnya lapisan atas (top - pola kebutuhan psikologis
soil)lahan tersebut. - sistem psikologis
Parameter lingkungan ini di dalam Analisis Dampak Lingkungan - kebutuhan lingkungan sosial
juga dikenal sebagai atribut (ciri-ciri) lingkungan' Parameter atau pola sosial budaya
atribut lingkungan ini dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu: -
Faktor ekonomi
a. Parameter terperinci yang dapat dipergunakan untuk menjelas- ekonomi regional dan ekonomi perkotaan
kan keadaan lingkungan di mana setiap perubahan dari parame- pendapatan dan pengeluaran sektor publik
ter ini akan merupakan indikator dari perubahan-perubahan - konsumsi dan pendapatan per kapita
dalam lingkungan yang bersangkutan. -
b. Parameter umum yaitu suatu tinjauan singkat atas parameter B. Dampak lingkungan yang tidak langsung:
lingkungan yang secara umum dapat menggambarkan sifat dari perluasan pemanfaatan lahan
dampak-dampak yang potensial terhadap lingkungan.
-
,Jadi, pada taraf ini tinjauan parameter ini dapat berguna
untuk meryberikan kesimpulan menyeluruh tentang dampak 3 R.K. Jain, Ph.D., L.V. Urban Ph.D., G.S. Stacey, Ph.D., Environmental Im-
lingkungan yang potensial serta memberikan suatu informasi pact Analysis-A New Dimension in Decision Making, Van Nostrand and Rein-
hold Environmental Engineering Series, 1977.
umum untuk para pengelola pembangunan.
Lihat juga, Dr.R.E. Suriaatmadja, Anolisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
-
Teknik dan Metode, materi perkuliahan Ekologi pada Jurusan Perencanaan Wi-
layah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan perencanaan, ITB, 19g0.
2 Dapat puladikatakan sebagai unsur-unsur lingkungan atau atribut lingkungan.

82 83
pengembangan kawasan terbangun dianalisis, kemudian perlu disusun suatu Pernyataan Dampak Ling-
- pengembangan kawasan hiburan (rekreasi) kungan atau Environmental Impact Stotement (EIS) atau disebut
- perubahan gaya hidup karena meningkatnya daya mobilitas PDL. Tahapan proses ANDAL dan PDL dapat digambarkan sebagai
masyarakat. berikut:
TAHAP I PENGUMPULAN DATA BASIS

5.3 Analisis Damltak Lingkungan


PENGIDENTIFIKASIAN
TAHAP II TINDAKAN,PEMBANGUNAN
Berdasarlian pengertian dampak lingkungan di atas dapatlah dikemu-
kakan bahwa Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) adalah suatu
studi tentang kemungkinan perubahan-perubahan yang terjadi dalam PENGIDENTIFIKASIAN
berbagai karakteristik sosial ekonomis dan biologis dari suatu ling- TAHAP III KEGIATAN PEMBANGUNAN
kungan yang mungkin disebabkan oleh suatu tindakan yang direnca-
nakan ataupun tindakan pembangunan yang telah dilaksanakan dan
merupakan ancaman terhadap lingkungan. PENGUJIAN
TAHAP IV CIRI.CIRI LINCKUNGAN
Analisis Dampak Lingkungan merupakan suatu cara pendekatan
sistematis guna menilai dampak tersebut. Suatu hasil Analisis Dam-
pak Lingkungan harus sudah dihayati serta dimengerti oleh berbagai PENGEVALUASIAN
kelompok ahli yang mempunyai hubungan dengan pembangunan TAHAP V DAMPAK LINGKUNGAN
baik sosial budaya, ekonomi, polkam maupun fisik.
Pembangunan fisik akan mempunyai dampTy (impact) yang luas
sekali terhadap lingkungan hidup. Dampak ini dapat bersifat positif TAHAP VI
tetapi juga dapat bersifat negatif. Oleh karena itu suatu pengamatan
terhadap dampak yang disebabkan oleh usaha-usaha pembangunan
fisik tersebut akan sangat penting di dalam upaya mengenddlikan TAHAP VII PENILAIAN ALTERNATIF
pembangunan fisik.
Tahap mula yang sangat penting di dalam proses ANDAL ialah PENGANALISISAN:
pengumpulan data basis. Data basis ini akan memberikan gambaran . DAMPAK LINGKUNGAN
- KEADAAN-KEADAAN
tentang keadaan lingkungan sebelum suatu tindakan pengembangan TAHAP VIII
YANG TIDAK SESUAI
dilaksanakan. Selanjutnya diperkirakan dsgan proyeksi-proyeksi . MASALAH.MASALAH
bagaimana keadaannya bila tindakan itu dilaksanakan. Bila ternyata UTAMA LINCKIJNGAN
tindakan itu menimbulkan dampak yang tidak sesuai terhadap ling-
kungan dapat pula dikemukakan alternatif-alternatif pemecahannya. TAHAP IX PERSIAPAN DOKUMEN
Alternatif ini bisa berupa perubahan terhadap macam tindakan yang ANDAL DAN PDL
dir'encanakan. Kesemuanya bertujuan untuk menjamin kelestarian
kualitas lingkungan hidup yang memang harus dipelihara pengem-
TAHAP X PEMROSESAN DOKUMEN
bangannya.
Setelah apa-apa yang diproyeksikan mengenai dampak lingkung- Gambar 35
annya yang mungkin terjadi serta alternatif konsepsi pemecahannya 5ksrn6 Jahapan Proses ADL

84 85
Perencanaan Fisik (8)
w-
s t

Tahapan pertama merupakan kegiatan penelaahan (survei) di


lapangan untuk memperoleh data dan informasi dasar, baik
yang berupa data sekunder maupun primer.
II Pada tahapah kedua dilakukan pengidentifikasian setiap tindak-
an pembangunan. Dalam hal ini perlu dirumuskan akibat-akibat
yang ditimbulkan oleh setiap usaha pembangunan terhadap
lingkungan. Jadi, pada tahapan ini harus dapat diidentifikasi-
kan mengenai program pembangunan fisik tertentu dalam kait-
annya dengan daftar program-program pembangunan fisik yang
diperkirakan akan mempunyai dampak lingkungan yang pen- I Jalan
ting. - JalanKA
- Jalan raya
Apabila program pembangunan itu termasuk kategori seper- - Perhub. sungai
ti dalam daftar tersebut maka langkahJangkah dari mulai tahap - Perhub. udara
pengidentifikasian kegiatan sampai dengan tahap penilaian al- II Operasi fasilitas
ternatif pemecahan harus dianalisis secara mendalam. Sedang- penunjang
kan apabila tidak ada dalam daftar maka analisis dilakukan se- - Pengusahaan aspal
cara garis besar saja karena dampaknya tidak akan mempunyai - Semen

pengaruh yang berarti. - Prod. logam/baja


- Gudangbahanbakar
III Tahapan ketiga merupakan langkah di mana kegiatan yang ber- - Gudang material
kaitan dengan pelaksanaan proyek atau program harus diidenti- - Personal
fikasikan secara mendetail. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat di- - Pengadaan utilitas
- Penumpukan sisa
kelompokkan menjadi kawasan-kawasan fungsional. Untuk - Sistempembuangan
masing-masing kawasan fungsional maka kegiatan terperinci III Persiapan lahan
yang berhubungan dengan proyek-proyek atau program-pro- - Cleoring lahan
gram yang dilaksanakan dapat dikembangkan. - Penebanganpohon
- Pembongkaranba-
IV. Pada tahapan keempat ini harus dilakukan pengujian atau para- ngunan yanl ada
meter-parameter lingkungan baik yang memberikan Dampak - Penumpukan sisa
Lingkungan langsung maupun yang tidak langsung. Dalam ta- pembongkaran
hapan ini pengamat juga harus dapat mengidentifikasikan ka-
wasan-kawasan mana saja yang memerlukan bantuan keahlian ry Pembentukanlahan
- Perataan permukaan
tertentu untuk memecahkan permasalahan yang ditimbulkan - Galiandanurugan
oleh dampak tersebut. - Penyesuaian lahan
V. Dengan mempergunakan daftar macam-macam kegiatan fung- - Pergeseran kembali
- Perataan lahan
sional dan parameter lingkungan seperti yang dihasilkan pada
tahapan ketiga di atas kemudian dibuat suatu daftar matriks
dengan memperlihatkan hubungan antara kegiatan fungsional
dan parameter lingkungan seperti tertera pada halaman berikut Gombar 36
dan parameter lingkungan
Matiks kegiatan fungsional

86 87
ini (lihat matriks Gambar 36). Dengan matriks itu dimaksudkan
untuk:

a. Mengidentifikasikan dampak potensial terhadap lingkung-


an dengan cara memberikan notasi 'X' pada kolom dan
I
baris yang sesuai di atas matrikstersebut;
b. menginventarisasikar data dasar dari parameter-parameter
yang terkena dampak.
c. sedapat mungkin untuk mengkuantitatifkan semua dam-
pak.
Sebagai contoh suatu proyek pembangunan 4(X) unit perumahan
dengan rata-rata kebutuhan persil minimal 180 meter periegi
akan memerlukan lahan yang cukup luas. Hal ini jelas akan da-
pat berakibat pada terjadinya erosi, meningkatkan ganggudn
terhadap benda-benda padat dalam air dari sungai-sungai dan
menurunkan nilai DO (Dissolved Oxygen). Keadaan ini ditandai
dengan tanda 'X' di atas matriks di atas untuk semua akibat
dampak yang negatif dan tanda '+ , untuk akibat dampak yang
positif. Kalau kita teliti matriks di atas jelaslah kiranya bahwa di
dalam kegiatan tersebut akan diperlukan suatu hubungan yang
sifatnya interdisipliner.
VI. Tahap yang keenam ini merupakan penyimpulan dampak
terhadap lingkungan. Semua dampak potensial yang telah ditan-
dai 'X' dan '+' pada matriks di dalam tahapan V di atas kemu-
dian disimpulkan di dalam matriks kesimpulan dampak ling-
kungan seperti pada contoh berikut ini. Untuk kolom dan baris
dampak-dampak negatif dan positif dapat dijelaskan dengan
cara memberikan notasi ber\pa pewarnaan dengan ketebalan
yang berbeda. Misalnya untuk keseluruhan dampak negatif
diberi tanda warna hitam penuh dan untuk keseluruhan dampak
positif dengan arsiran (ihat matriks Gb. 3Z).
vII. Tahapan ini merupakan peninjauan terhadap alternatif-alterna-
tif yang diajukan. Dalam hubungan ini peninjauan akan meng-
hasilkan hal-hal berikut.

a. Tidak adaialternatif tindakan yang lainnya kecuali yang te-


lah dipertimbangkan terdahulu.

88

t
\

Yr
e=
3H

Cara pengisian :
Dampak positif
- pada jalur atas
Dampak negatip
padajalur bawah
V IL
<E
sk
zo
r 3:#"*
<H
AZ E 3.1Tff-
Tidak ada
Dampak ber-
arti
Cara perincian Parameter Lingkungan :

Udara: -Faktordifusi Air : - ResaPan Lahan : -Runtuhan Surrn : -Efekpsikologis


Variasi aliran Erosi Efek tata laku
-Partikulat
- - guna Efek fisik
- Oksida belerang
- Kandungan minYak - Tata -
dst.
- Hidrokarbon
- Kandungan radio aktiP
dst,
-dst.Tanah,kritis
dst.
Sosio ekonomis Sunrbcr Daya :- Sumber bahan bakar
Sumber non BBM
Faktor manusia :- Tata kehidupan FaktorEkonomi : -Stabilitas - Segi Estetika
- Kebutuhan fisik
- Ekonomi Wilayah -
Komunitas Pendapatar\sektor publik
- -
Gombar 37
Matriks Kesimpulan Dampak Lin3kunjtrr
t-
b. Alternatif-alternatif dikaitkan dengan macam-macam di- 5.4 Esensi ANDAL di dalam Perencanoan Fisik
sain dan,/atau kegiatan tertentu.
c. Alternatif untuk mengganti pola kebutuhan hidup yang Esensi ANDAL terhadap pembangunan fisik telah cukup dijelaskan
saat ini berlaku. pada uraian terdahulu.
Jadi, ANDAL ini juga seharusnya merupakan suatu bagian yang
VIII. Tahapan kedelapan merupakan penganalisisan data. Maksud integral dari keseluruhan rangkaian proses perencanaan umumnya
analisis ini adalah untuk mempertimbangkan jawaban terhadap dan perencanaan fisik lShususnya.
pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
Seperti juga telah dibahas di dalam Bab I mengenai proses peren-
suatu pelaksanaan program pembangunan akan
- Apakah
mempunyai akibat yang berlawanan terhadap kualitas ling-
canaan fisik jelaslah kiranya bahwa urutan sekuensial perencanaan fi-
sik dapat dikemukakan sebagai berikut.
kungan?
Apakah tindakan pembangunan yang dilakukan dianggap
a. Langkah pertama adalah merumuskan sasaran dan tujuan
- bertentangan dari segi lingkungan?
pembangunan.

Apakah tindakan pembangunan itu termasuk urutan yang


b. Langkah kedua merumuskan pola kebijaksanaan dan pro-
- penting di dalam program pendanaan?
gram.
c. Langkah ketiga tindakan pelaksanaan pembangunan.
Apabila jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas ada- Sementara itu terhadap ketiga langkah di atas juga direncanakan pro-
lah positif maka perencanaan proyek harus mempersiapkan sua- gram-program pendanaan dan prosedur legalisasinya (aspek peratur-
tu PDL (Pernyataan Dampak Lingkungan). Apabila tidak di- an perundangan).
perlukan adanya PDL, sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Berdasarkan kesemua komponen pelaksanaan rencana pemba-
maka harus dinyatakan dalam suatu Deklarasi Negatif yang di-
ngunan di atas kemudian diadakan pengidentifikasian mengenai
katakan sebagai Negative Declaration (ND).
akibat-akibat yang dapat ditimbulkan oleh pelaksanaan program ter-
Di samping itu kemungkinan adanya reaksi masyarakat sebut.
umum terhadap suatu atau beberapa proyek yang akan diba-
Apabila akibat itu ada dan positif maka suatu ANDAL perlu di-
ngun perlu pula diperhatikan pada tahapan ini.
adakan sebelum langkah lanjut pelaksanaan dilakukan. Sedangkan
IX. Tahapan kesembilan adalah persiapan pendokumenan kesg- apabila akibat itu tidak ada maka dibuat Deklarasi Negatif dan pe-
luruhan hasil Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) atau laksanaan pembangunan dapat dilaksanakan.
hasil Pernyataan Dampak Lingkungan (pDL) atau Deklarasi Apabila ANDAL harus diadakan maka perlu ditinjau kembali
Negatif (DN). mengenai alternatif-alternatif rencana yang diusulkan. Kemudian al-
X. Tahapan yang terakhir adalah pendokumenan lengkap dari ternatif terpilih akan menjadi pedoman di dalam tahap pelaksanaan
ANDAL, PDL atau 'Deklarasi Negatif'yang harus dilakukan pembangunan. Hasil pelaksanaan ini kemudian dievaluasi dan hasil
oleh suatu instansi tertentu yang akan melaksanakan pemba- evaluasi ini akan memberikan masukan (input) baru bagi penyem-
ngunan fisik. purnaan, penyesuaian, revisi dan,/atau pengembangan rencana untuk
masa mendatang.
Pengarahan pendokumenan ini harus dikonsultasikan de_
ngan instansi pemerintah daerah di mana proyek itu akan di_ Secara diagramatis esensi ANDAL di dalam proses perencanaan
bangun agar dapat diberi petunjuk cara memrosesnya serta fisik tersebut dapat digambarkan sebagai berikut (lihat diagram Gb.
mengkoordinasikan dokumen hasil analisis tersebut. 38).

90 9t

Ll
Landasan
Pembangunan
GBHN

Sasaran dan
Tujuan
Pembangunan
il DAFTAR PUSTAKA

ri l. Alonso, Prof. W. Intrbduction to Planning, Bahan Kuliah


l1 Pengantar Ilmu Merancang bagian Planologi, PPSR - ITB,
rl 1962
1l 2.Catanese, J. Anthony; Snyder, James C. (ed.). Introduction to
rl Urban Planning, McGraw Hill Book, 1979
11
,.1 3.Chadwick, G.F. A System View of Planning, Pergamon Press,
Tahapan
tq ii Oxford, l97l
Pelaksanaan - Aparat pengelolaan z
Pembangunan - Peraturan perundangan l1 4.Chiara, Joseph De. Planning Design Criteria, McGraw Hill
0r Book, New York, 1978
ll
= 1l
5. Colin. Models in Planning. Pergamon Press, Oxford.
Masukan dari
6. Doebele, Prof. W. Introduction to Plonning, Bahan kuliah Peng-
Masyarakat Umum
antar Planologi, Bagian Planologi, Departemen Ilmu Tek-
li nik-ITB, Bandung, I 959-1960.
Pengembangan ll 7. Fagence, Michael. Citizen Porticipotion in Planning, Pergamon
Pelaksanaan
Alternatif Press, Oxford, 1977
Baru 8. Gillie, J.B. An Approoch to Town Planning, Mouton, The Ha-
gue-Paris, 1977.
- Perubahan 9. Harg, Ian Mc. Design in Nature, Doubleday/Natural History
- Penyesuaian Press, New York, 1969
- Pembatalan 10. Jain, R.K. Ph. D.; Urban L.V. Ph. D.: Stacey, G.S. Ph. D. En-
Alternatif rl
vironmental Impact Anolysis A New Dimension in Deci-
rl -
sion Making, Van Nostrand Reinhold Environmental Series,
l1 1977
l1 I l.
Jackson. Survey for Town ond Country Planning, Hutchinson
tt University Library, London, 1968
12. Kettle, P. A Comparison of the Planning BalanceSheet ond the
rl
Goals Achievement Matrix Method of Evaluation, Paper
=J no. 7, -School of Environmental Studies, University College
London, 1972
13. Kozlowski, J; Hughes, J.T. Threshold Analysis" 'The Architec-
Gambar i&
tural Press, London Halsted Press, New York, 1972
Bagan Alir ADL dalam Proses Perencanaan Fisik -
92 93
14. Lichfield, N.; Kettle, P.; Whitebread, M. Evqluation in the Plan-
ning Process, Pergamon Press, 1975
15. Lynch, Kevin. The Image of the City, The MIT Press dan Har-
vard University Press, Cambridge, 1965
16. Marsh, William M. Environmental Analysis
- For Land Use
ond Site Planning, McGraw Hill Book, New York, 1978
BACAAN SELANJUTNYA YANIG DIANJURKAN
17. Mcloughlin, J.B. Urbqn and Regional Planning a System Ap-
proach, Faber, London, 1969
18. Munn, R.E. Environmental Impoct Assessment Principles and
Bab I
Procedures, John Wiley and Sons, Chichester, New York,
Brisbane, Toronto, 1975
19. Rubenstein, Harvey M. A Guide to Site and Environmental Plon-
l. Michael Fagence, Citizen participation in planning, pergamon
Press, Oxford, 1977 .
ning, John Wiley and Sons, Inc., New York London,
1969
- 2. J.B. MclouEhlin, flrban and Regionol Planning a System Ap-
proach, Faber, Lcndon 1969.
20. Sujarto, Djoko. Proses Perenconson, Diktat Kuliah Departemen
Planologi, FTSP - ITB, Bandung, l98l
3. E. Chadwick , A System View of planning, pergamon press, 1971.
4. Djoko Sujarto, Proses Perencanusn, Diktat Kuliah Departemen
Planologi, FTSP-ITB, 198i.
21. Sujarto, Djoko. Foktor Sejaroh Perkembongan Kota dalam Pe-
renconaan Pembangunan Koto, Diktat Kuliah Perencanaan
5. Djoko Sujarto, Faktor Sejorah perkembangan Kota dalarn pe-
re ncq noan Pem ba nguna n Kot a.
Kota, diterbitkan terbatas oleh jurusan Planologi, FTSP -
ITB, Bandung,1979
6. Djoko Sujarto, Beberapa Pengertian pokok Mengenai Kota, De-
partemen Planologi, ITB 1971.
22. Sujarto Djoko. Rencana Struktur Koto, FTSP - ITB, l98l
23. Sujarto, Djoko. Proses Perkembangan dan Perencanaan Kota,
Diktat Perkuliahan Departemen Planologi, FTSP-ITB, 1977
24. Sujarto, Djoko. Evaluasi dan Monitoring Proyek Pembongunan Bab II
Kota, Paper Lokakarya Evaluasi dan Monitoring Proyek
Pembangunan, Kotamadya Bandung, Bandung, l98l l. Anthony J. Catanese, James C. Snyder (ed), Introduction to [Jr_
25. Sujarto, Djoko. Suatu Tinjouon tentang Aspek Urbon Disoin de-
bon Planning, McGraw Hill Book, doy,1979.
ngan Soroton ke Beberapa Keadaan Perkembangqn Kots di 2. J.B. Gillie, An Approach to Town planning,
Indonesia, Diktat kuliah Jurusan Planologi, FTSP - ITB, Djoko Sujarto, Proses Perkembangsn don perencanaan Koto,
Bandung, 1981
Diktat Perkuliahan Departemen Planologi, FTSp-ITB 1977.
26. Sujarto, Djoko. Beberapa Pengertian Pokok Mengenai Kota, 4. Prof. W. Doebele, Introduction rc planning, Bahan kuliah peng_
Departemen Planologi, ITB, 1971
antar Planologi, Bagian planologi, Departemen Ilmu Tek_
27. Suriaatmadja, Dr. R.E. Analisis Dampak Lingkungon (ANDAL)
nik, ITB 1959-1960.
dun Metode, Catatan kuliah Departemen Planolo-
-gi, Teknik
FTSP - ITB, bandung, 1978
5. Prof. W. Alonso, Introduction to planning, Bahan kuliah peng_
antar Ilmu Merancang bagian planologi, DpSR - ITB 1962.
28. Whitebread, M. Evaluation in Plonning Process, Paper no. 3,
6. Kevin Lynch, Imoge of the C:ity, MIT Press.
S.E.S., University College London, 1972 7. Djoko Sujarto, Rencqns Struktur Kola, FTSp-ITB l9gl.

94 95
Bab III
l. M. Liechfield, P. Kettle, M. Whitebread, Evaluation in the Plan- - Teknik dan Metode, Catatan Kuliah, Departemen Plano-
ning Process, Pergamon Press, 1975. logi, FTSP - ITB 1.978 (Tidak dipublikasikan).
2. P. Kettle, A Comparison of the Planning Balance Sheet ond the 3. R.K. Jain, Ph. D.; L.V. Urban, Ph. D; C.S. Stacey, Ph. D.,,En-
Goals
- Achievement Mstrix Method of Evaluation, Paper
No. 7, School of Environmental Studies, University College
vironmental Impact Anolysis - A New Dimension in Deci-
sion Making, Van Nostrand Reinhold Environmental Series
London, 1972. 1977.
3. M. Whitebread, Evaluation in the Plonning Process, Paper No. 3, 4. Ian Mc Harg, Design in Nature, Doublesday./Natural History
S.E.S., [Jniversity College London, 1972. Press, Doubleday & Co., Inc., New York, 1969.
4. Djoko Sujarto, Evuluqsi don Monitoring Proyek Pembangunan
Kota, Paper Lokakarya Evaluasi dan Monitoring Proyek
Pembangunan, Kotamadya Bandung, Bandung, 1981.

Bab IV

Anthony J. Catanese, James C. Snyder (ed), Introduction to Ur-


bon Planning McGraw Hill Book Co,1979.
Joseph De Chiara, Planning Design Criteria.
Kevyn Lunch, Image of the City, MIT Press, 1971.
Rubenstein, A Guide to Site and Environmental Planning,
Colin, Models in Plonning, Pergamon Press, Oxford.
J.T. Hugher, J. Kozbuskt, Threshold Analysis,
Jackson, Survey for Town and Country Planning,
William M. Marsh, Environmentol Anolysis - For lond use and
site pldnning, McGraw Hill, New York, 1978.
Djoko Suj4rto, Suatu Tinjouan Tentong Aspek Urbon Design -
Dengan Sorotsn ke Beberapa Keadaan Perkembongsn Kota
di Indonesia, Diktat Kuliah Jurusan Planologi, Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Bandung,
1981.

Batr V

l. R.E. Munn (Ed), Environmentql Impact Assessment Principles,


and Procedures, John Willey and Sons, Chichester, New
York, Brisbane, Toronto, 197 5.
2. Dr. R.E. Suriaatmadj a, Analisis DAmpak Lingkungan (ANDAL)

96
97

Anda mungkin juga menyukai