I TIMUR
BEBERAPA PENGERTIAN
PERENCANAAN FISIK
Oleh
Ir. Djoko Sujarto, M.Sc.
lll
KATA PENGANTAR
tv
Daftar Isi
Kata Pengantar v
I Pengertian dan Proses Perencanaan Fisik I
l.l Pengertian Dasar Perencanaan I
1.2 Proses Perencanaan Fisik 4
1.3 Perencanaan Fisik l0
1.4 Lingkup Perencanaan 14
II Perkembangan dan Lingkup Perencanaan Fisik 20
2.1 Perkembangan Peranan dan Lingkup Perencanaan
Fisik 2l
2.2 Distribusi Tata Ruang sebagai Kerangka Dasar Peren-
naan Fisik 23
2.3 Peranan Perencanaan Fisik pada Berbagai Lingkup 37
2.4 Komponen-komponen Dasar suatu Perencanaan Fisik 43
2.5 Analisis Pola Fisik 47
III Realisasi dan Pelaksanaan Pembangunan Fisik 50
3.1 Penataan Ruang Ssasaran dan Tujuan, Kegiatan, Fungsi
dan Obyek 50
3.2 Saran-saran Sasaran dan Tujuan 50
3.3 Saran-saran Kegiatan Fungsional 5l
3.4'Sasaran-sasaran untuk Obyek-obyek Pembangunan 51
3.5 Strategi Pelaksanaan 52
3.6 Pertimbangan Biaya dan keuntungan Suatu Perencana-
an Fisik 52
3.7 Penjadwalan dan Penahapan Rencana Fisik 54
3.8 Pengelolaan Pelaksanaan Rencana Fisik 54
3.9 Monitoring dan Evaluasi Rencana Fisik 55
IV Produk dan Model Perencanaan Fisik 56
4.1 Macam-macam Rencana Fisik 56
vrl
4.2 Rencana-rencana Khusus 60
4.3 Rencana Teknis Detail 62
4.4 Beberapa Model dalam Hubungan Perencanaan Fisik 62
V Dampak Lingkungan dari Perencanaan Pembangunan Fisik 80
5.1 Pengertian Dampak Lingkungan 8l
5.2 Parameter Lingkungan 82
5.3 Analisis DamPak Lingkungan 84
BAB I
5.4 Esensi ANDAL di dalam Perencanaan Fisik 9l
PENGERTIAN DAN PROSES PERENCANAAN FISIK
DAFTAR PUSTAKA 93
W
akan terkandung pengertian tujuan dan dimensi waktu. Dldalam tu-
juan akan dirumuskan keinginan dan sasaran yang.ingin dicapai se-
suai dengan kebutuhan. Dimensi waltu akan mencakup penentuan
waktu untuk mencapai keinginan dan sasaran itu supaya dapat meme-
nuhi kebutuhan pada masa mendatang.
Walaupun jangkauan suatu perencanaan untuk mencapai suatu
tb]"s1s
75 ler: \e tXS tujuan pada masa mendatang, tetapi di dalam pertimbangannya tidak
vlll
tktn lrl {lrn 5T4\-c
Perencanaan Fisik (2)
t
akan terlepas dari pengetahuan keadaan mada kinl dan masa yang Titik tolak berpikir perencanaan kedua adalah suatu pemikiran
yang lebih ditekankan semata-mata kepada sasaran dan tujuan yang
t'
lalu. Hal ini akan sangat penting di dalam pEnentuan proyeksi kebu-
tuhan di masa mendatang. Kecenderungan dfun pengalaman keadaan akan dicapai pada masa mendatang. Jadi, dalam pendekatan perenca-
masa lalu serta apa yang dapat dan belum da$at dipenuhi pada masa naan yang kedua ini suatu 'target' ideal yang ingin dicapai di masa
kini akan merupakan faktor-faktor pertimbangan untuk membuat mendatang merupakan faktor penentu yang sangat penting (target
I
taksiran kebutuhan di masa mendatang. : oriented planning). Target ini hanya didasarkan kepada keadaan '.
Di dalam perencanaan pada hakikatnya dikenal dua cara pende- masa kini serta proyeksi untuk meningkatkan keadaan sekarang ke
katan dan cara berpikir. Pertama, suatu titik tolak berpikir yang me- keadaan yang lebih baik di masa datang dan sedikit sekali atau bah-
mandang perencanaan sebagai suatu rangkaian pros'Qs untuk menca- kan tidak memperhatikan kecenderungan apa yang terjadi pada masa
pai sesuatu yang baik di masa mendatang dengan mer4pertimbangkan kini atau masa lalu (ihat Cambar 2).
kejadian-kejadian di masa lampau dan kenyataan di niasa kini.r
Dalam hal ini perencanaan yang disusun untuk (tencapai sasaran
t
dan tujuan masa mendatang akan mempertimbangkan pengalaman, Rencana Masa
kebutuhan, dan tuntutan yang berkembang padd ma':a lalu serta ke- Datang
butuhan, permasalahan, dan tuntutan pada masa liini. Berdasarkan Masa Kini
hal-hal itu kemudian dibuat proyeksi untuk kebutuhan dan tuntutan
masa mendatang yang ideal' Pada proses perencanhan ini kecen-
derungan yang terjadi pada saat ini akan sangat pentihg sebagai fak-
tor pertimbangan untuk menentukan arah dan tujuan perkembangan
di masa mendatang (lihat Gambar l). I
f
Proyeksi Berdasar
I
Rencana Masa
Masa Lalu Masa Kini
Datang l- _3'101
@BD ---+N Gambar 2
t
teristik dan jenis sasaran serta tujuan pembangunan yang axan dica- Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut
pai. Di sdmping itu, keadaan dan pola sosial, ekonomi, budaya, poli-
tik, dan geografis daerah perencanaan akan merupakan faktor yang
Masukan Proses Keluaran
sangat berpengaruh dan menentukan apakah kecenderungan perlu - -
diperhatikan.
NN
1.2 Proses Perencanqan
A. Proses
Fisik
-
Materi Penunjang
an 'pengolahan' suatu atau beberapa bahan 'masukan' (input)
untuk memperoleh suatu atau beberapa 'keluaran' (output).2 Se-
cara diagramatik kaitan antara masukan (input), proses, dan ke- Gambar 4
luaran (output) dapat digambarkan seperti berikut ini.
(output) dari proses hanya akan diawali oleh suatu atau bebera-
pa'kebijakan' sebagai masukan (input). Umpan balik
sebagai
ma sukan baru
4
Perencanaan Fisik (3)
i
Dari pembahasan di atas, jelaslah bahwa suatu proses pada Untuk kepentingan penentuan keputusan dengan lingkup ter-
hakikatnya adalah suatu rangkaian kegiatan yang merupakan tentu, dengan sendirinya diperlukan sejumlah data yang sesuai
langkah-langkah rasional untuk mencapai suatu keputusan seba- dengan lingkup kepentingan tertentu itu. Demikian pula untuk
gai keluarannya. kepentingan analisis, maka data itu perlu diseleksi dan disistema-
tisasikan untuk diolah sesuai dengan kebutuhan yang telah di-
B. Peranan Data di dalam Suatu Proses arahkan secara jelas. Selanjutnya sistematisasi dan tabulasi yang
Seperti telah ditekankan di atas bahwa suatu proses adalah rang- dilakukan juga telah disesuaikan dengan model analisis yang
kaian kegiatan rasional yang dilandasi oleh suatu kebijakan seba- akan dipakai di dalam lrroses itu.
gai masukan untuk dapat menentukan suatu keputusan sebagai
keluarannya. Jadi, untuk dapat mencapai suatu landasan pertim- C Proses di dalam Perencanoon
bangan yang rasional dan obyektif perlu didukung oleh data dan Perencanaan merupakan suatu usaha pemikiran secara rasional
informasi, baik yang mempunyai kaitan langsung dengan subyek untuk mencapai kebutuhan baru di masa mendatang. Suatu pe-
proses sebagai ndata utama' maupun yang mempunyai kaitan rencanaan ditentukan oleh tiga faktor yang penting, yaitu: faktor
yang tidak langsung sebagai 'data penunjang'. Data dan informa- waktu, ruang, dan sumber-sumber. Faktor waktu menyangkut
si ini dalam rangkaian proses juga akan merupakan masukan, di masa lalu, masa sekarang, dan masa mendatang. Ruang me-
samping masukan dasar yang berupa kebijakan tersebut di atas' nyangkut lingkup masa pencapaian dan sumber menyangkut alat,
Jadi, di dalam lingkup rangkaian proses itu sendiri akan terja- modal, serta cara yang dapat dipergunakan untuk mencapai cita-
di suatu rangkaian proses analisis untuk memperoleh dasar per- cita masa mendatang itu. -----
timbangan guna memperoleh sintesis yang akan melandasi kepu- /\,,/ \
tusan sebagai keluaran utama secara rasional dan obyektif. Seca- / _ waktu \
ra skematik dapat digambarkan sebagai berikut. i - R,rrnn I
\ - sumu-e. I
\/
I_
I
m
_Pp9ry.. -l
I
\,/
,r',-\,
(T;l
Y Rencarta
Rencana
Gambar 7
fttrtr
,f
nasional, regional dan lingkup yang lebih khusus, akan merupa- Gombar 10 PROSES PERENCANAAN FISIK
kan rangkaian yang berkaitan di dalam proses perencanaannya' Masukan Proses Keluaran
Jadi di dalam proses perencanaan fisik ini, di samping data
dan informasi tentang keadaan geografis dan fisik daerah peren-
canaan, maka hal-hal yang digariskan di dalam GBHN, Repelita l- cBH" I
serta dasar landasannya yaitu falsafah negara dan ideologi serta
aspek-aspek lingkungan hidup akan merupakan masukan bagi Perumusan Sasaran
tersusunnya perencanaan fisik. Perumusan sasaran dan tujuan dan Tujuan Perumusan Strategi
pembangunan yang dijabarkan dari landasan pembangunan na- Pembangunan Daerah Pembangunan Daerah
l0 ll
Perkembangan Kegiatan
an fungslonal masyarakat itu akan memerlukan pula berbagai sarana Usaha dan Sosial
pelayanan. Macam-macam sarana pelayanan berupa jaringan jalan Budaya Masyarakat
sebagai sarana pergerakan dan jaringan utilitas umum, seperti air mi'
num, sistem pembuangan, sistem drainase, jaringan listrik, dan ja-
ringan telepon. Perkembangan Kebutuhan Ruang
Dari gambaran di atas jelaslah kiranya bahwa aspek fisik akan me-
rupakan perwujudan nyata suatu tuntutan kebutuhan yang disebab- Perubahan Pola Tata Guna Tanah
kan oleh pertambahan manusia dan perkembangan kegiatan usaha - Pertambahan Bangunan
serta budayanya. Untuk mencapai tujuan perencanaan, yaitu meman- - Peningkatan Kebutuhan
Sarana Pelayanan Fisik
faatkan sumber daya yang ada seefisien dan seefektif mungkin, maka
perlu adanya suatu perencanaan fisik.
Melihat kepada rangkaian kaitan antara perkembangan dan per-
tumbuhan penduduk, perkembangan kegiatan usaha dan budaya ma-
syarakat, serta implikasinya terhadap usaha penyediaan sarana fisik-
nya, maka perencanaan aspek fisik tidak dapat dilihat secara tersen- Perencanaan Fisik
diri. Jadi, suatu perencanaan fisik akan mempunyai kaitan serta dan Tata Ruang
t2 l3
./
Proyek fisik pembangunan sosial ekonomi: Di samping ketiga lingkup skala perencanaan di atas kita menge-
nal juga perencanaan sektoral, yaitu perencanaan suatu proyek khu-
- pasar dan perbelanjaan,
sus yang merupakan bagian dari program pembangunan nasional atau
- bangunan industri,
regional seperti pembangunan irigasi dan pembangunan jalan negara.
- pusat perkantoran dan perdagangan,
Keluaran fisik ketiga tingkatan skala perencallaan di atas serrekin be-
- bangunan pergudangan,
sar semakin menuju ke skala lingkup yang lebih kecil.
- pelabuhan laut,
Semakin kecil lingkup skala perencanaan itu semakin besarlah ke-
- pelabuhan udara,
terperincian serta penekanan'produk fisiknya. Dalam hubungan itu
- terminal dan stasiun kereta aPi,
dapat pula dikemukakan bahwa semakin besa.r lingkup skala perenca-
- jalan raya dan jalan kereta aPi.
naan semakin besar pula tekanan perencanaannya pada aspek yang si-
fatnya nonfisik, yaitu aspek sosial budaya da.n aspek ekonomi. Secara
1,.4 LingkupPerencanaan skematis hubungan itu dapat digambarkan pada diagram berikut ini.
Berdasarkan lingliupnya, perencanaan akan meliputi skala cakupan
yang berbeda-beda. Secara umum dikenal tiga skala perencanaan. Lingkup AsPek Aspek Aspek
Lingkup perencanaan yang pertama adalah Perencanaan Nasio- Perencanaan Sosial Budaya Ekonomi Fisik
nal, yaitu yang berlingkup negara seperti yang diwujudkan dalam Nasional x x o
bentuk suatu Rencana Pembangunan Nasional - REPELITA. Seca- Regional x x o
ra fisik, rencana pembangunan nasional ini dapat diwujudkan dalam Lokal o x x
bentuk suatu distribusi tata ruang nasional seperti misalnya yang di-
kemukakan dalam Kerangka Regionalisasi Nasional pada Repelita II
oleh Bappenas (lihat Gb. l2) atau yang pernah digagaskan oleh De- x produk dan penekanan perhatian pe-
partemen PU dalam bentuk Konsepsi Satuan Wilayah Pengembang- rencanaan diutamakan (besar).
an (SWP) dalam rangka Rencana Kerangka Umum Wilayah dan 0- produk dan penekanan perhatian
perencanaan sampai batas-batas
Rencana Total tahun anggaran 1980 - l98l (lihat Gb. l3). Di bawah-
nya adalah Rencana Pembangunan lingkup Regional, yang merupa- tertentu
kan perincian rencana pembangunan nasional ke dalam perencanaan o produk dan penekanan perhatian
bagian-bagian dari negara. Termasuk rencana pembangunan regio- perencanaan kecil.
nal ini seperti Rencana Pembangunan Propinsi, DT II Kabupaten,
wilayah khusus seperti Daerah Aliran Sungai (DAS), suatu wilayah
metropolitan seperti Jabotabek, Gerbangkertosusila, Bandung Raya
(lihat Gb. l4).
Selanjutnyarencanapembangunanskalalokalyaituyangmerupa-
pe-
kan penjabaian dari rencana regional ke dalam bagiannya seperti
rencanaan kota, desa atau kawasan fungsional khusus'
15
t4
l-
I
^\ - E
JE E6
-" : ats a) ! ft
z(
d :
-i,
2 i Et*3::".E
! c zzAA A6>t
- ] ) ]=
<L
lF
>s
\t
z:- zz a
a
5U
z
<
6
cd
=l
.-il ?z :
u .. ; AA
z> ;
J
?;Et ix <!q *
t
{ ?Ee 6E
f :E= z
g.l
o
:=@ 5eo
*Yz
,:; a
?a? 2.<
t, c t ;;:
c['b. )z
F
: --:6!I r;t
X<-
E
o So l;g /e tr
729
)o
z
a O E
:a =:^
ko
dt
i15l
=
!E
-.
^
.Yl 1<r* b0;
:Ei- ;
- p2 d,=x, I. .= q
7 ; zs ;ao< F.l I-l
o.
I t;= =ja iit
^L
t4
Bd
fr132 Sst
E c0n
'.0. d
\:
,\.\E E
,2 t T-r-i*?P t'E;
:E
E ^
:51
q o- N'
.\s S EE
s.:
-2r= HIHHa:: Ait
64
F
f ;.::?;S6F;Ez oJ
" :lr.l
Fb
o F:@E3-$d .:;
z
z
)o
;:,iE:;xEi:-rg :ff
2&
!
z i c =.-
a!. o
o dP
. E :9 H
A o
z 2 z
u t
F
E.'= a > o
^o =E
*2
I<
o : ;t9S 3h
0
z
c
:: ;<
:o
; < !- z aoa
*>
F
f - !5 o
z <Q
E. < c 3^ <) tz
OU
,g F : -9: - F
eesB o*E
3'ild
!x
u! i. . >L,
l6 t7
1",
WILAYAH PEMBANGUNAN JABAR
I wP Banten
2 wP Jabotabek
3 WP Purwasuka
I
4 WP Sukabumi
5 WP Bandung Raya
6 WP Cirebon
7 WP Priatim
r _a_
_.rr-aa-
-. Padalarang l\ II C2
,
I
j r-ingtunganpemerintahan f3l+iffi?},r,
I L--l I-ingturganPerumahan
I ( ffi Terminal
) Gambor 15
Distribusi Tata Ruang Lingkup Kota (Lokal)
Gambar 1y'. Distribusi Tata Ruang Lingkup Regional
l8 l9
Di dalam bab kedua ini akan dibahas tentang kelima segi pokok
mengenai distribusi tata ruang sehubungan dengan suatu rencana fisik
dengan mengambii contoh dari rencana kota Pontianak'
1
20 2t
Perencanaan Fisik (4)
ke arah lingkup perwilayahan yang lebih luas memang telah mengem- 2.2 Distribusi Toto Ruang sebogoi Kerangka Dosor Perencanoon Fi-
bangkan pentingnya suatu keluaran perencanaan fisik. sik
Jadi, semakin meningkatnya kompleksitas permasalahan yang me-
Manusia serta berbagai kegiatan usaha di dalam kehidupannya akan
nentukan dan berpengaruh dalam pembangunan, jelas akan menuntut
berlangsung di dalam ruang. Oleh karena itu pengelompokan manusia
pertimbangan yang lebih mendalam lagi dalam usaha perwujudannya.
yang menyangkut kegiatan usaha, kegiatan kemasyarakatan serta se-
Perencanaan fisik harus benar-benar merupakan hasil yang mencer-
gala sarana fisik yang menunjang kehidupannya terdapat dan terdis-
minkan lingkup permasalahan yang semakin meluas itu. Perubahan
tribusikan di dalam suatu lingkup ruang tertentu.
peranan perencanaan fisik ini juga telah mengubah pengertian dan
Perencanaan fisik, seperti telah dikemukakan terdahulu merupa-
lingkupnya. Dahulu pengertian perencanaan fisik lebih ditekankan
kan suatu pemikiran sistematis mengenai penataan ruang sehubungan
dan terbatas kepada penampilan design serta peraturan yang me-
dengan adanya manusia beserta kegiatan serta kebutuhannya tcr-
nyangkut pengembangan kegiatan-kegiatan fisik untuk kepentingan
sebut.
umum maupun individual. Saat ini perkembangan lingkup perencana-
Jadi di dalam perencanaan fisik, suatu pola tata ruang akan me-
an kota telah menuntut suatu interpretasi isi dan keperluan perenca-
rupakan produknya. Bagian pokok dari suatu perencanaan tata ru-
naan fisik secara lebih luas. Misalnya, apabila seorang perencana me-
ang fisik adalah suatu gambaran tentang distribusi berbagai aspek
ngerjakan suatu pola kebijaksanaan peningkatan ekonomi perkotaan,
yang berhubungan dengan manusia, kegiatan usaha serta sarana fisik
juga harus memikirkan usaha peningkatan kawasan perumahan. Pe-
yang menunjangnya.
nunjukan kawasan perumahan yang akan ditingkatkan itu merupa-
kan suatu perencanaan fisik yang tidak selalu harus disertai keputus- Secara teknis perencanaan, maka segala komponen kehidupan
dan kegiatan manusia akan diwujudkan sebagai suatu distribusi dari
an-keputusan design secara eksplisit, misalnya tidak selalu harus di-
ikuti oleh pembangunan jalan baru, perumahan baru, atau pemba- berbagai komponen dalam suatu daerah perencanaan.
Pada uraian ini akan dikemukakan distribusi tata ruang dari ber-
ngunan fisik lainnya. Dernikian pula suatu program pengembangan
bagai komponen kehidupan di dalam rangka perencanaan fisik. Con-
pelayanan sosial akan termasuk deskripsi jumlah dan macam-macam
pelayanan yang harus disediakan serta perencanaan fisik yang me-
toh-contoh yang dikemukakan terbatas kepada suatu lingkup kota
yang sebenarnya dapat dikemukakan pula hal yang sama
nyangkut penyebaran pusat-pusat pelayanan sosial itu. untuk ling-
kup wilayah yang lebih luas atau suatu lingkup kawasan yang lebih
Keadaan lain yang dapat dimasukkan ke dalam cara baru kegiatan kecil.
perencanaan fisik adalah penentuan lokasi pelabuhan udara, pengem-
Banyak disiplin dan kepentingan seperti geografi, arsitektur, tek_
bangan rute dan jadwal sistem angkutan umum' dan penyusunan pro-
gram pelestarian peninggalan sejarah. Di sini akan terkait pertim- nik sipil, ekonomi, pertanian, sosiologi, antropologi, kewiraswastaan
dan kesehatan masyarakat akan mendasarkan pula kepada pola dis-
bangan sosial ekonomi, dan sosial budaya.
tribusi tata ruang ini di dalam usahanya memecahkan permasalahan
Dari uraian di atas, maka perencanaan fisik harus didefinisikan yang menyangkut lingkup masing.masing disiplin dan kepentingan
dengan memasukkan hal-hal yang menyangkut pertimbangan seperti itu.
pada contoh-contoh di atas tanpa mengesampingkan aspek design
Dalam hubungan ini penganalisisan yang berdasatkan distribusi
struktur binaan yang ada. .Jadi, perencanaan fisik adalah suatu per-
tata ruang seperti tersebut di atas sama sekali tidaklah berarti akan
timbangan dan perwujudan distribusi tata tuang (spotial distribution)
menghasilkan suatu rencana fisik. perencanaan fisik akan memerlu-
dari kegiatan, tindakan, serta keadaan manusia untuk mencapai sa-
kan landasan pertimbangan yang lebih lanjut.
saran dan tujuan pembangurraosepgrti yang dirumuskan sebelumnya'
Berdasarkan pengertian ini sebenarnya peranan perencanaan fisik Suatu perencanaan pembangunan yang menyangkut berbagai segi
harus dikembangkan. kebutuhan yang umum secara fisik akan terwuiud setelah dilaksana-
22- 23
kan. Sebagai pedoman pelaksanaan fisik tersebut akan diperlukan Kenyataan di kota-kota pada negara yang sedang berkembang
suatu rencana pembangunan fisik yaitu yang yang menjabarkan ke- umumnya termasuk di Indonesia kepadatan penduduk di kawas_
an pusat umumnya tinggi. Hal ini mengingat keadaan umumnya
butuhan nyata dari berbagai segi yang digariskan pada rencana pem-
bahwa prasarana angkutan belum mantap, sehingga penauaut
bangunan umum tersebut. Misalnya suatu analisis perencanaan ten-
tang kondisi sosial dari suatu wilayah dan menghasilkan usulan-usul-
akan berusaha menempatkan dirinya sedekat mungkin dengan
tempat mereka bekerja, yaitu pada atau dekat kawasan produk_
an program pengembangan sosial, seperti peningkatan pendidikan
masyarakat, kesadaran kesehatan masyarakat, peningkatan moral tif (lihat Gambar l6).
. Gambar 16
dan lainJain, maka produk perencanaan tersebut belumlah merupa- Distribusi Tata Ruang,Kependudukan Kota
kan suatu rencana fisik apabila belum dijabarkan menjadi rencana- KOTAMADYA PONTIANAK
rencana penunjang pengembangan sosial tersebut secara fisik, seperti
lokasi, penyebaran dan pengadaan fasilitas pendidikan, perbaikan sa-
nitasi dan kualitas lingkungan, pengadaan fasilitas peribadatan dan
lainJain.
Jadi, seperti telah dikemukakan terdahulu bahwa variabel utama
yang mendukung pendistribusian tata ruang di dalam perencanaan fi-
sik meliputi lima lingkup sebagai berikut ini.
a. Distribusi Tata Ruang Penduduk
Suatu perwujudan tata ruang dari aspek kependudukan di dalam rxi4g
perencanaan fisik adalah pola kepadatan pendudukan. Untuk
mencapai efisiensi dan efektivitas penggunaan lahan maka pola
pendistribusian (penyebaran) penduduk perlu direncanakan.
Di dalam perencanaan fisik gambaran tentang pendistribusian
penduduk ini dapat dikemukakan dalam bentuk peta kepadatan
penduduk baik keadaan saat ini maupun yang direncanakan di
masa datang sesuai dengan kemampuan dan ketersediaan lahan.
Pola distribusi kepadatan penduduk ini mempunyai kaitan de-
ngan kebijaksanaan yang akan melandasi usaha-usaha pem-
bangunan.
Sebagai suatu contoh, misalnya pada kota-kota di negara in-
dustri maju kebijaksanaan distribusi kepadatan penduduk secara (
tata ruang ini adalah bahwa di kawasan pusat kota jumlah pendu- KEPADATAN PENDUDUK
duk per satu satuan luas tertentu rendah, mengingat kawasan ter- tr 9Ol -30ooratrg,/Ha
seout merupakan pusat kegiatan produktif. B l0l -2morang./Ha
Jadi lahan di kawasan ini seintensif mungkin digunakan untuk IE 5l - looorang,/Ha
kegiatan yang bersifat produktif. Pada kawasan transisi berkepa- I 3l
-sooraog,/Ha
XFj:::: ll
datan tinggi dan sedang dan pada kawasan pinggiran kota berke- -30orang/Ha
sf;;r lo orang/ Ha Sumber Bagian Planologi D P U Kodya pontianal
padatan rendah. 1969 _
'970
24 25
KOTAMADYAIPONTIANAK
Di dalam usaha pendistribusian tata ruang selanjutnya pola-
pola khusus seperti tersebut di atas perlu dilandasi oleh kebijaksa- _.r._{4-?4c
naan pembangunan yang sesuai dengan kondisi dan situasi ma- !:s.k
syarakat dan pembangunan tertentu.
26 27
Jadi, pendistribusian tata ruang obyek-obyek perkotaan itu
akan merupakan permasalahan yang sangat kompleks yang me- KOTAMADYA PONTIANAK
nyangkut bukan hanya perletakannya yang memerlukan kesesuai- , -/./--._
an dengan fungsi dan kepentingannya saja, tetapi juga pada ben- I
/' ".t.
Misalnya, penyediaan dan perletakan jaringan pembuangan, r \'. /.
Y\
drainase, air minum, listrik, dan jaringan telekomunikasi mem- , \.''l'\ Y
/.',,.,^,,\, / '. \
punyai kaitan yang sangat erat dengan pola pengembangan ka-
wasan perumahan dan kawasan perdagangan suatu kota.
\)r \
f/'.
,)'{
Pengalaman di beberapa kota di manapun menunjukkan Komplex Pemerintahan regional/DsT I
A
bahwa pendistribusian fungsi-fungsi pelayanan dapat mempe- . Kantor pemerintah (kora) ,/\\
ngaruhi pertumbuhan kota. Demikian pula, penempatan pela-
yanan angkutan seperti: jaringan jalan, sistem angkutan umum, f Komplex pemerintahan regional/DST I'
1,i" N
/
tanda-tanda lalu lintas, dan perparkiran akan mempunyai penga-
ruh terhadap pertumbuhan dan penurunan pola perekonomian
kota. Misalnya, perbaikan perhubungan antara suatu kota dan
@
@f
!
Komplex militer/A.D.
Komplex kepolisian
KomplexAngkatanLaut /!
/ffiSkala I | 50.000
bagian daerah pinggiran kota dapat menimbulkan daya tarik un- ,\/t'..
tuk bertempat tinggal di daerah pinggiran itu. Sebaliknya, suatu
pengembangan sistem angkutan umum di bagian pusat kota \/ !
Sumber: Bagian planologi D.P.U. Kodya pontianak 1969
akan dapat menyebabkan bertahannya penduduk untuk bertem-
pattinggal di bagian tengah kota. Gambar 18. Distribusi Tata Ruang Kegiatan Fungsional kota
Fungsi pelayanan dapat membentuk suatu perkembangan li-
near atau suatu kawasan yang mengelompok. Di beberapa kota
yang telah maju keteraturannya seperti Jakarta misalnya, penen-
tuan pos polisi, pemadam kebakaran,.dan sistem sanitasi didistri-
28 29
busikan berdasarkan kepada tungsi kawasan yang akan dilayani- atau Kota Administratif. Dalam hal ini peraturan peruntukan,
nya. Sedangkan penempatan sekolah, puskesmas, dan kantor pos yang didasarkan kepada kegiatan pemerintah dalam hal perun-
biasanya didasarkan kepada wilayah pelayanan. tukan tanah, akan memerlukan peraturan dan tindakan khusus.
Selanjutnya ada juga jenis fungsi pelayanan umum yang pe- Sedangkan pemrograman adalah berdasarkan kegiatan yang
nyebarannya tidak didasarkan kepada kawasan spesifik maupun mendorong tindakan-tindakan pembangunan secara spesifik.
wilayah pelayanan, melainkan didasarkan kepada kepentingan Kedua jenis kegiatan pemerintah kota tersebut di atas biasa-
seluruh kota. Misalnya fungsi-fungsi rekreasi dan kebudayaan nya tercakup di dalam peraturan perundangan atau tindakan ad-
yang menyediakan pelayanan kepada wilayah yang lebih luas. ministratif yang akan nrempengaruhi distribusi tata ruang dari
Perletakannya jelas harus mempunyai ekses yang baik ke berba- tata laku dan tindakan masyarakat, baik sektor swasta dan per-
gai pemusatan kelompok masyarakat dan lingkungan yang mem- usahaan maupun lembagaJembaga lain yang di luar kewenangan
bentuk kota serta dapat meminimalkan dampak negatif terhadap langsung pemerintah kota.
daerah sekitarnya. Suatu bentuk rencana perkotaan yang dikenal adalah perun-
Sekalipun distribusi tata ruang fungsi pelayanan mempunyai tukan tanah (zoning1. Dalam hal ini kota dibagi-bagi ke dalam
kaitan langsung dengan distribusi obyek atau komponen fisik, berbagai macam kawasan kegiatan. Setiap kawasan itu merupa-
masih ada masalah khusus yang menyangkut perencanaan fisik kan bagian suatu perangkat pembatasan yang berfungsi meng-
ini. Penentuan lingkup daerah pengawasan kepolisian atau dae- arahkan cara penggunaan tanah secara fungsional dan efektif.
rah pelayanan sekolah merupakan masalah yang lain daripada pe- Misalnya, suatu daerah hanya diperuntukkan bagi suatu kawa-
nentuan letak spesifik bangunan pos polisi dan bangunan seko- san perumahan dengan tingkat kepadatan yang tidak melebihi 60
lah. jiwa per hektar, daerah lainnya diperuntukkan bagi kawasan ke-
Mengusulkan pengadaan pusat rekreasi utama pada bagian giatan perdagangan, kegiatan industri, kawasan perumahan
tertentu suatu kota merupakan masalah yang berlainan dengan dengan kepadatan tinggi, atau untuk kawasan-kawasan kegiatan
penentuan letak dan design suatu taman kota yang spesifik. Dis- khusus lainnya seperti pusat rekreasi dan lembaga-lembaga. Per-
tribusi tata ruang fungsi-fungsi pelayanan harus ditinjau sebagai untukan tanah yang teratur dan sistematik juga berfungsi seba-
satu perangkat kerangka yang saling bertumpang tindih dan ber- gai cara pengendalian nilai-nilai estetis suatu lingkungan. Selan-
kaitan satu dengan yang lain. Dengan perkataan lain, jaringan jutnya masih banyak lagi kegiatan perkotaan yang sangat terikat
utilitas, sistem pengangkutan, pos polisi, pemadam kebakaran, oleh peraturan khusus, misalnya suatu kawasan yang bernilai
dan bangunan sekolah tidaklah berdiri sendiri tanpa kaitannya sejarah akan membatasi usaha-usaha perombakan atau pemu-
satu dengan yang lain, tetapi mempunyai hubungan fungsional garan struktur bangunannya, atau bahkan akan melarang sama
yang erat atau bahkan bercampur dalam suatu kawasan tertentu. sekali pembongkaran demi menjaga kelestarian nilai-nilai seja-
rah tersebut. Demikian pula, pemerintah kota dapat melaksana-
Perencanaan fisik fungsi-fungsi itu biasanya sangat kompleks
kan peraturan bangunan pada suatu kawasan khusus, misalnya
dan sering memerlukan suatu tinjauan ke depan mengenai fung-
di dalam rangka program perbaikan kampung, untuk mening-
si-fungsi pelayanan umum secara menyeluruh, sehingga pendis-
katkan kualitas lingkungan, kondisi bangunan serta untuk me-
tribusian setiap fungsi kegiatan harus dipertimbangkan.
ngurangi keinginan berspekulasi tanah di kawasan pusat kota.
d. Distribusi Toto Ruang Aktivitqs Hal itu juga merupakan salah satu usaha dalam kaitannya de-
Distribusi tata ruang aktivitas mempunyai kaitan dengan peratur- ngan kegiatan pendistribusian tata ruang. Berlawanan dengan
an peruntukan tlatt pcmrograman pembangunan pemerintahan pembatasan perkembangan kegiatan, program tertentu juga da-
kota seperti Dacrah 'Iingkat II Kotamadya, Kota Kabupaten, pat mendorong perkembangan kegiatan fungsional di kawasan
30 3l
I--
lainnya. Program seperti itu yang biasanya bersifat pengem' pek kegiatan kota secara terpadu, misalnya kawasan perumahan
bangan ekonomi dan sosial. Misalnya, penunjukan suatu daerah
atau kawasan pusat kota dengan kawasan kegiatan perdagangan,
untuk diremajakan dimaksudkan untuk meningkatkan bentuk dengan sistem jaringan jalan, atau dengan kegiatan-kegiatan
pembangunan tertentu di suatu bagian kota. Namun, tidak se-
khusus seperti pusat rekreasi, taman atau pusat pemerintahan.
lalu suatu usaha peremajaan kota itu akan menghasilkan per-
kembangan dan peningkatan yang menguntungkan. Banyak con-
toh khususnya di kota-kota besar bahwa program perbaikan
kampung mungkin saja mengakibatkan beberapa implikasi yang
negatif.
Program-program seperti di atas juga merupakan bagian dari
suatu usaha pengembangan perencanaan kota secara fisik.
Pendistribusian tata ruang berbagai kegiatan secara umum s(;,-
tidak terlepas dari pendistribusian secara tata ruang dari obyek- m;.*l uAs
obyek dan kegiatan fungsional tertentu. Gambaran yang memi-
sahkan antara distribusi tata ruang dari berbagai kegiatan kota,
obyek-obyek perkotaan serta kegiatan fungsional khusus hanya-
lah karena adanya permasalahan-permasalahan khusus yang me-
nyangkut lingkup masing-masing. Distribusi kegiatan perkotaan
secara keseluruhan di dalam perencanaan fisik kota diwujudkan \
dalam bentuk pola tata guna tanah (lihat Gambar l9).
32
33
t-
Pendistribusian tata ruang sasaran dan tujuan dapat terjadi
dalam berbagai tingkat dan akan melibatkan berbagai segi. Misal-
nya, beberapa kawasan perumahan dapat ditentukan sebagai
kawasan yang perlu ditingkatkan kualitasnya.
Sasaran dan tujuan umum pembangunan ini dapat mencakup
usaha pembangunan perumahan baru, perbaikan kampung, reha-
bilitasi jaringan utilitas umurrlr penyediaan dana untuk pening-
katan kegiatan perdagan'gan, pembangunan taman-taman kota
dan penghijauan, atau pengembangan peraturan bangunan. Oleh
karena adanya kebutuhan yang berbeda, maka perwujudan nyata
sasaran dan tujuan suatu perbaikan lingkungan akan mempunyai
bentuk dan isi yang berbeda-beda bagi setiap lingkungan.
Sasara.n dan tujuan pembangunan umum yang dapat dikata-
kan sebagai landasan penting bagi kebijaksanaan perencanaan
fisik adalah perkembangan ekonomi. Perwujudan sasaran dan
tujuan ini juga akan mencakup berbagai macam obyek. Fungsi
dan kegiatan terdistribusikan ke dalam berbagai macam pola ta-
ta ruang. Misalnya, dalam suatu proyek pembangunan ekonomi,
yaitu penentuan suatu daerah menjadi kawasan industri. Peren-
canaannya akan mencakup pembangunan jaringan jalan, jaring-
an utilitas umum, serta penyesuaian jaringan penghubung yang
telah ada saat itu. Juga perencanaan sesuatu kawasan perda-
gangan merupakan bagian sasaran dan tujuan pembangunan
ekonomi. Hasil perencanaan ini misalnya suatu peruntukan ta-
nah bagi kegiatan perdagangan yang akan mendorong ke pem-
bangunan pusat-pusat perbelanjaan. Selanjutnya sebagai bagian
sasaran dan tujuan pembangunan ekonomi lainnya, juga terca-
LEGENDA
kup perkembangan aspek peraturan perundangan mengenai dis-
E;r-XI:fE Perumahan
tribusi hak milik dan pajak usaha untuk dapat menarik investasi
ffi Pusat pemerintahan
$S$$ Industri baru pada kawasan yang sesuai bagi pembangunan kota.
f
--77a etggrtaan khusus
P
Penjabaran pendistribusian tata ruang sasaran dan tujuan
fiE:T-Tl Jalur hilau
Pusatutama pembangunan kota yang menyangkut ,kepentingan berbagai pi-
I
O Sub pusat
hak merupakan masalah yang paiing sulit di dalam perencanaan
fisik. Meman8 sedikit atau banyak, suatu pendistribusian sasar-
an dan tujuan akan merupakan suatu bagian dari proses politik.
Gambar 20. Rencana Strategi
Harus kita akui bahwa kepentingan masyarakat banyak akan
selalu disertai oleh kepentingan berbagai pihak, seperti kepen-
tingan kalangan eksekutif, legislatif, swasta, organisasi nonpe-
34 35
namis dan luwes. Dengan perkataan lain, isi sasaran dan tujuan
merintah, lembaga vertikal, dan organisasi politik, yang masing-
itu sebenarnya akan berkembang dan berubah sesuai dengan di-
masing mempunyai kepentingan atas obyek, fungsi, serta kegiat-
namika masyarakat. Arah dan kepentingan nyata dari sasaran
an pembangunan sesuai dengan sasaran dantujuanyang telah
dan tujuan pembangunan sering bertentangan dengan penampil-
dirumuskan oleh masing-masing pihak itu. Keadaan inilah yang
an setiap sasaran dan tujuan yang luas ragamnya. Di sinilah ki-
sering menimbulkan suatu hasil pembangunan yang dianggap
ranya pentingnya suatu pengertian serta penghayatan sasaran
menguntungkan bagi pihak tertentu dan dianggap tidak efisien
dan tujuan pembangunan umum yang sebenarnya dalam lingkup
dan tidak efektif bagi pihak yang lainnya, tetapi berkategori ke-
pentingan umum. makro telah digariskan pada GBHN dan Repelita nasional.
Yang penting, penjabaran nyata sasaran dan tujuan pembangun-
Pendistribusian obyek, fungsi, dan aktivitas pembangunan
an itu harus dikembalikan kepada apa yang digariskan pada
cukup memberikan implikasi yang luas, tetapi distribusi sasaran
GBHN dan Repelita itu. Dengan demikian, keragaman sasaran
dan tujuan pembangunan akan lebih kompleks di dalam usaha
dan tujuan pembangunan tetap akan terarah secara mantap
perwujudannya. Selanjutnya, penentuan dasar pertimbangan un-
untuk kepentingan masyarakat banyak.
tuk merumuskan sasaran dan tujuan yang rasional dirasakan se-
makin sulit. Misalnya, apakah suatu sasaran dan tujuan akan 2.3 Peronan Perenconoan Fisik pada Berbagai Lingkup
pasti diterima apabila telah dapat diperkirakan akan menimbul-
Perencana fisik adalah mereka yang tugas utamanya menjabarkan se-
kan dampak positif yang kecil terhadap kota secara keseluruhan cara profesional segala akibat perkembangan masyarakat serta kegiat-
tetapi akan mempunyai dampak negatif yang besar sekali terha- an dan kepentingannya ke dalam suatu pola tata ruang. Dengan per-
dap suatu lingkungan Perumahan. kataan lain, perencanaan fisik dengan landasan keahlian profesional-
Memang, suatu sasaran dan tujuan pembangunan yang man- nya harus mampu memberikan rekomendasi di dalam menata dan
tap sulit sekali atau bahkan tidak mungkin untuk diciptakan lebih mendistribusikan berbagai kegiatan masyarakat secara tata ruang.
dahulu. Pengalaman telah banyak menunjukkan bahwa sehebat Pada bagian terdahulu telah dibahas bahwa lingkup kegiatan perenca-
apa pun data yang menunjang, masih saja terdapat atau muncul naan fisik dapat mencakup skala kecil, misalnya skala kota atau ling-
hal-hal yang tidak dapat diduga sebelumnya. Keadaan ini jelas kungan, dan skala luas, misalnya nasional atau regional. Berdasarkan
akan sangat berpengaruh pada sasaran dan tujuan pembangunan lingkup skala perencanaan itu, maka dapatlah perhnan perencanaan
seperti yang telah dirumuskan terdahulu. fisik dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu: perencanaan
Sebenarnya suatu kebijaksanaan perencanaan fisik mengenai perencanaan fisik dalam lingkup regio-
fisik dalam lingkup nasional,
pendistribusian tata ruang tidaklah terbatas pada sebuah doku-
nal, perencanaan fisik dalam lingkup lokal, dan perencanaan fisik
men yang dilengkapi dengan peta-peta rencana (yang biasanya di-
dalam lingkup kegiatan swasta.
susun oleh pemerintah daerah) saja. Kebijaksanaan perencanaan
fisik sebenarnya terdiri atas sejumlah dokumen, sejumlah perun- a. Perencanan Fisik dalam Lingkup Nasional
dengan, sejumlah ketetapan yang berlaku, dan berbagai macam
program yang digariskan dan dikemukakan oleh berbagai pihak
Kalau kita telaah, semua instansi di tingkat pemerintah pusat
mempunyai kewenangan dalam perencanaan fisik sesuai dengan
mulai dari pihak eksekutif, Iegislatif, instansi vertikal, pihak
lingkup kepentingannya secara sektoral. Departemen-departemen
swasta, instansi militer, organisasi nonpemerintah, dan organisasi
yang langsung kaitannya dengan perencanaan pembangunan fisik
politik sampai kepada lembagalembaga informal terkecil seperti
khususnya dalam kaitannya dengan pengembangan wilayah da_
RT dan RW.
pat disebutkan antara lain: Departemen pekerjaan Ump6, p._
Jadi, suatu pendistribusian tata ruang sasaran dan tujuan partemen Perhubungan, Departemen perindustrian, Departemen
pembangunan harus dikembangkan sebagai suatu proses yang di-
37
36 Perencanaan Fisik (5)
\
undang-undang pokok agraria, undang-undang lingkungan hi-
Pertanian, Departemen Pertambangan dan Energi, Kantor Men'
dup, dan mungkin kelak kalau telah ada undang-undang tata
teri Negara Kependududukan dan Lingkungan Hidup, Departe- ruang kota, undang-undang tata ruang wilayah, dan undang-
men Transmigrasi dan dalam beberapa hal khusus Departemen
undang'tata guna tanah, akan mempunyai pengaruh pada per-
Dalam Negeri.
aturan-peraturan daerah yang menyangkut pembangunan fisik'
Dalam hubungan ini peranan Bappenas dengan sendirinya
seperti peraturan bangunan (bouwverorderning) dan ketentuan
jugu ,"ngut penttg. Perencanaan fisik pada tingkat nasional
tata ruang kegiat- peruntukan tanah (zon i n g ).
umumnya tidak mempertimbangkan distribusi
* r""uiu spesifik dan mendetail' Jadi, perencanaan fisik
pada b. Perencanaan Fisik pada Tingkat Regionol
penggarisan kebijaksana-
iirgtut nasi,onal hanyalah terbatas pada Instansi yang berwenang dalam perencanaan fisik pada tingkatan
un-u.u* dan kriteria administrasi pelaksanaannya' Misalnya' regional di Indonesia adalah pemerintah daerah tingkat I (peme-
pro-
,u"iu progrum subsidi untuk pembangunan perumahan atau rintah daerah propinsi). Di samping adanya dinas-dinas daerah
gru* p.tU"ikan kampung dalam tingkat nasional tidak akan
maupun vertikal (kantor wilayah), badan yang berwenang meng-
membahas
membicarakun p.r.n.una;n terperinci dan tidak akan koordinasikan perencanaan pembangunan sosial budaya, ekono-
dampak program ini terhadap suatu daerah di sua-
secara spesifik mi, dan fisik adalah Bappeda Tingkat I di setiap propinsi.2 Pada
tu kota. tingkat regional ini terdapat instansi-instansi yang secara lang-
Yang akan dibicarakan dalam lingkuR nasional ini
hanyalah'
yang sung berwenang dalam menangani perencanaan pembangunan fi-
misalnya, daerah atau kota yang memenuhi kriteria-kriteria sik antara lain Dinas PU Propinsi, Dinas Lalu Lintas Jalan Ra-
dan studi
ditetapkan, keadaan struktur pendapatan umumnya, ya, dan Kanwil-Kanwil.
penentuan
telayakan dalam skala yang luas. Jadi, pemilihan dan
perumahan atau program Di dalam perencanaan pembangunan kota Bappeda Tingkat I
daerah-daerah untuk pembangunan juga dapat merupakan koordinator perencanaan pembangunan
prtUuit", kampung di dalam kota masing-masing menjadi wewe-
pemerintahan lokal (Daerah menyangkut perencanaan sosial budaya, ekonomi, dan fisik.
nang para perencana fisik di tingkat
Walaupun perencanaan pembangunan kota dan kabupaten kon-
fingfat II) berdasarkan rencana nasional dan regional sebagai sisten serta sejalan dengan ketentuan sera rencana pembangunan
pedomannya.
yang telah digariskan dalam rencana nasional dan regional, dae-
Walaupun rencana pembangunan nasional tidak dapat secara
rah-daerah tingkat [I itu sendiri masih mempunyai kewenangan
Iangsung menjabarkan rencana fisik datam tingkat lokal, tetapi
mengurus perencanaan fisiknya sendiri. Yang penting dalam hal
r.tirg t"t uti bahwa program pembangunan tingkat nasional sa- ini adalah pengertian timbal balik dan kompromi di dalam peren-
ngat-mempengaruhi program pembangunan fisik yang disusun
program- canaan fisik kota dan ftafusputen sedemikian rupa, sehingga selu-
aahm tingkat lokal. Sebagai contoh, ketidaksinkronan
(APBD) dan pusat (APBN) ruh kegiatan perencanaan fisile dapat dikoordinasikan dan sin-
program dana pembangunan daerah
pelaksanaan suatu program kron dengan program nasional dan regional. Misalnya,.pemerin-
sering menyebabkan kepincangan
p"*i"ngunun fisik, misalnya bongkar pasang untuk rehabilitasi tah daerah tingkat I yang akan membuat keputusan mengenai
jaringan utilitas kota' Demikian pula kebijaksanaan ekonomi dan perencanaan suatu pusat rekreasi regional seharusnya memikir-
nasional akan sangat kan pula apa kaitan serta dampaknya terhadap.rencana-rencana
moneter yang digariskan di dalam tingkat fisik yang telah atau sedang disusun oleh pemerintah daerah
berpenganrh kepada rencana pembangunan
fisik di tingkat re-
gional dan lokal.
SelanjutnYa, juga Peraturan perundangan khususnya Yang
2 Lihat Keppres No. 15 tahun 1974 tentang Penetapan Badan Perencanaan Pemba-
jalan, ngunan Daerah (Bappeda)
menyangkut Pembangunan fisik, seperti undang-undang
39
38
tingkat II. Contoh lain misalnya, rencana fisik pembangunan annya lebih banyak menyangkut komponen fisik dibandingkan
pendidikan tinggi di suatu kota, selain dilandasi oleh kepenting- aspek fisik pada lingkup perencanaan nasional dan regional.
an pendidikan pada tingkat nasional juga perlu dipikirkan impli- Penanganan perencanaan.pembangunan fisik di tingkat lokal
kasi serta dampaknya terhadap perkembangan daerah tingkat II seperti kotamadya atau kabupaten ini biasanya dibebankan kepa-
tempat kota perguruan tinggi itu akan dialokasikan. Kesemua- da dinas-dinas, seperti Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Tata Kota,
nya itu tentu akan menimbulkan permasalahan baik yang me- Din35 11s6.rsihan 613n Keindahan Kota, Dinas pengawasan pem_
nyangkut segi fisik maupun yang menyangkut segi nonfisik, apa- bangunan Kota, Dinas Kesehatan, dan perusahaan Daerah
bila tidak dikoordinasikan di dalam suatu perencanaan fisik Air
Minum. Seperti juga di'dalam lingkup perencanaan nasional dan
yang terpadu antara lingkup regional dan lingkup lokal. regional, maka perencanaan fisik di dalam tingkat lokal ini juga
Masalah yang sering menyulitkan adalah koordinasi pemba- akan memerlukan suatu koordinasi. Dalam hal ini peranan
koor-
ngunan fisik dengan kota atau wilayah lain yang berbatasan. Se- dinatif dari Bappeda'Tingkat II akan sangat penting. Berdasar_
ring timbul masalah yang disebabkan oleh usaha-usaha perenca- kan Keppres No. 27 tahun r9g0, telah ditetapkan Badan peren-
naan fisik suatu kotamadya dengan kabupaten atau sebaliknya, canaan Pembangunan Daerah Tingkat II.
Umumnya wilayah kotamadya di Indonesia berada di tengah-te- Pada beberapa kotamadya dan kabupaten sebelum adanya
ngah suatu wilayah kabupaten. Oleh karena itu dapatlah dime- Keppres No. 27 tahun 1980 itu telah terdapat badan yang dikenal
ngerti kiranya bahwa permasalahan selalu timbul di dalam rangka sebagai Bappemko (Badan perencanaan pembangunan Kota) dan
perencanaan fisiknya. Dalam hubungan inilah sebenarnya peran- Bappemka (Badan Perencanaan pembangunan Kabupaten). Ba_
an Bappeda tingkat I selaku koordinator perencanaan pemba- dan ini sebenarnya yang harus bertindak sebagai koordinator pe-
ngunan daerah sangat penting. rencanaan fisik pada tingkat lokal itu.
Instansi khusus lainnya yang mungkin dapat digolongkan Memang perlu diakui, bahwa kesulitan koordinasi antara be_
mempunyai peranan perencanaan dalam tingkat regional juga ter- berapa dinas yang menangani perencanaan fisik ini masih sering
dapat di dalam fungsi perencanaan regional di negara kita. In- dialami. Masalah koordinasi ini semakin dirasakan lagi apabili
stansi demikian ini misalnya otorita atau proyek khusus, seperti menyangkut dinas-dinas eksekutif daerah dengan dinas-dinas ver_
Otorita Proyek Jatiluhur, Proyek Pembangunan Kali Brantas, tikal. Masalah pemasangan jaringan telekomunikasi, air minum,
Proyek Pembangunan DAS Citanduy, Proyek Pembangunan dan gorong-gorong merupakan contoh masalah koordinasi yani
DAS Bengawan Solo, dan Proyek Administrasi Pelabuhan, Ren- sering menimbulkan persoalan pembangunan fisik di hampir sel
cana fisik yang menyangkut proyek khusus itu dengan sendirinya mua kota besar di Indonesia. pada negara_negara yang telah ma_
akan mempunyai dampak fisik terhadap perkembangan wilayah ju, seperti Inggris dan Amerika Serikat, sejak l5 tahun terakhir
atau kota di sekitarnya. Misalnya, perencanaan fisik suatu DAS ini telah dikembangkan badan-badan khusus dari pemerintah
(Daerah Aliran Sungai) jelas akan mempunyai pengaruh terhadap kota untuk menangani program-program peremajaan kota atau
perkembangan wilayah dan kota-kota di dalam DAS itu. urban renewal programmes. Badan otorita ini diberi wewenang
khusus untuk menangani pengaturan kembali pola p"nggun"ui
Perencanaun Fisik dalam Lingkup Lokal
tanah, fungsi, serta perencanaan fisik terperinci bagian_bagian
Semakin kecil lingkup skala perencanaan, akan semakin besarlah terbangun suatu kota.
lingkup yang menyangkut aspek-aspek fisiknya. Demikianlah Di negara kita, khususnya di kota-kota besar seperti: Jakarta,
apabila perencanaan pada lingkup lokal, seperti daerah tingkat Surabaya, Semarang, Medan, dan Bandung, program-program
II, kotamadya, dan kabupaten, desa atau lingkungan, maka segi- peremajaan mungkin belum mencakup suatu areal yang
besar.
segi yang menonjol di dalam kegiatan perencanaan pembangun- Jadi, masih terbatas menyangkut beberapa hektar areal atau be_
q 41
l&
Perencanaan suatu kawasan perumahan oleh perusahaan real es-
berapa bangunan saja. Dengan demikian adanya suatu otoritA
tate, perencanaan kota oleh badan-badan usaha konsultan swasta
khusus untuk menangani program peremajaan itu belum sangat yang mulai berkembang akhir-akhir ini merupakan indikasi keter-
dirasakan keperluannya. Penanganannya masih terbatas oleh libatan pihak swasta di dalam kegiatan perencanaan fisik yang le-
dinas-dinas tertentu di dalam pemerintah kota saja.
bih luas itu. Dalam hubungan itu jelas bahwa adanya hubungan
Dari program-program perbaikan kampung yang mulai dija- serta saling mengerti antara pemerintahan di daerah dan pihak
Iankan kembali, terutama sejak akhir dekade 1970-an, tampak se- swasta ini perlu dibina karena perencanaan fisik yang dibuat
makin dirasakan perlu adanya suatu otorita khusus. Hal ini ter- oleh pihak swasta itu akan mempunyai dampak lingkungan seca-
utama mengingat luasnya areal perencanaan serta kompleksnya ra keseluruhan. Kesesuaian dengan sasaran dan tujuan pemba-
permasalahan yang tersangkut di dalamnya. Badan-badan khusus ngunan, konsistensi dengan rencana fisik yang telah disusun oleh
ieperti proyek Mohamad Husni Thamrin (MHT) di DKI Jakarta, pemerintah, serta keteraturan yang dilandasi oleh peraturan per-
Proyek W.R. Supratman di Kotamadya Surabaya, dan Proyek undangan yang berlaku, merupakan faktor-faktor yang harus
Dewi Sartika di Kotamadya Bandung, merupakan contoh betapa menjadi perhatian para perencana fisik yang bergerak di sektor
perlunya badan-badan khusus tersebut.
ba- kegiatan swasta.
Keluaran (output) perencanaan fisik yang dihasilkan oleh
Pihak swasta yang terkecil adalah individu atau perorangan.
dan-badaninididalamrangkamenanganimasalah.masalahpar. Keterlibatan individu atau perorangan di dalam perencanaan fi-
sial perkotaan dengan sendirinya harus konsisten dan di
dalam
sik juga tidak kalah pentingnya di dalam menimbulkan dampak
kerangkaperencanaanfisikkotaSecarakeseluruhanataurenca- terhadap perkembangan fisik lingkungan secara menyeluruh. Pe-
na induk kota. Kesulitan yang sering terjadi adalah masalah rencanaan pembangunan rumah untuk kepentingan pribadi jelas
koordinasi antara dinas tata kota, yang seyogyanya menangani akan mempunyai dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Oleh
masalah perencanaan fisik kota secara keseluruhan' dan dinas- karena itu, selayaknyalah bahwa perencanaan fisik yang dibuat
dinas ke-
dinas sekioral lainnya, seperti: dinas pekerjaan umum' oleh perorangan untuk kepentingan sendiri harus juga memper-
yang mena-
sehatan, dan dinas kebersihan dan keindahan kota, hatikan peraturan perundangan serta ketentuan yang berlaku.
ngani perencanaan fisik secara sektoral' Kesulitan ini biasanya Peraturan bangunan, peraturan zoning, perizinan membangun
nienyangkut masalah hirarkis birokratis, yang secara fungsional (IMB), serta pengawasan pembangunan sebenarnya merupakan
DinasTataKotaseharusnyamenjadikoordinatorpelaksanaan alat-alat yang dimaksudkan agar perencanaan fisik yang dibuat
perencanaan fisik semua sektor perkotaan, tetapi secara hirarkis oleh individu-individu itu dapat sinkron dan sesuai dengan pe-
ua"tut berjenjang sama dengan dinas-dinas sektoral lainnya' rencanaan fisik keseluruhan yang disusun dalam lingkup skala
lokal yang lebih luas.
d. perencanaan l.'isik di dalsm Lingkup KeSiatan sektor swasta
Perencanaan fisik yang dibuat oleh pihak swasta akan mempu- 2.4 Komponen-komponen Dasar suatu Perencanaan Fisik
nyai dampak yang cukup penting seperti juga perencanaan fisik
yang dibuat oleh pihak pemerintah. Substansi suatu rencana fisik akan sangat ditentukan oleh sasaran dan
"
Lingt<up kegiatan perencanaan fisik pihak swasta di Indonesia tujuan rencana, ruang lingkup rencana, serta luas daerah perencana-
semula memang hanya terbatas pada skala yang sangat terbatas annya. Sebagai suatu contoh yang jelas di dalam pembahasan ini akan
seperti perencanaan perumahan, perencanaan jaringan utilitas dikemukakan suatu rencana fisik kota yang aspek-aspek fisiknya
umum, perencanaan bangunan pusat perbelanjaan' Namun sejak akan merupakan komponen yang menonjol.
dekade terakhir ini keterlibatan pihak swasta di dalam perencana- Seperti telah dijelaskan pada pembahasan terdahulu, suatu renca_
an fisik untuk lingkup skala yang lebih luas mulai berkembang.
43
42
u
na kota di Indonesia ini, apakah itu dibuat oleh instansi pemerintah
ataupun oleh suatu badan konsultan perencanaan swasta, pada akhir- ;HfJlffiI*riff",;", r.ung perrama. Daram tahapan
-n data dan
ini, perencana
nya harus diakui dan disahkan sebagai pedoman dan alat pemba- perti dari ,rnius, informasi berbagai
macam sumbe.,
ngunan yang menjadi wewenang serta tanggung jawab pemerintah. daninstansl;:J;?'i1.iltp[f se_
DI dalam bagian ini akan dibahas komponen-komponen suatu jenis pakan suaru kesiarT
,1,.:gl:io,i, ?"rr'
i?,1;-"j.;ilruH*Xfl
j*l
rencana yang dibuat oleh dan untuk kepentingan pemerintah kota di membutuhkan koordi_
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat kota itu. Rencana kota ini
akan memuat pendistribusian tata ruang sasaran dan tujuan pemba- iir"l,f.Tffi
nik,
,;:;T:ili:,*#lfti:;1,,,bid,.;;;;,il;;.,"
ahli ekonomi, anri s"rioiJei,;;I;:,rXi1ff
ngunan, obyek perkotaan, fungsi perkotaan, serta aktivitas perkota-
an. Komponen rencana fisik kota pada hakikatnya terdiri atas empat
para pengusaha
real ast:t:. u"rii il:;jr,#lJ :"I_
hal pokok sebagai berikut.
;lTil[:j;|;Hf ip r"f , ;;; """iiis"
srtuasi
H,",
permasalahan ini
d ok um en res
mi. Sekari -
Suatu analisis keseluruhan permasalahan yang akan menunjukkan
potensi bagi rencana fisik yang akan dibuat. Sekalipun seperti telah ;:rilm.,
"J;,ffi lT::rli,tryi:i','x,f
, H;?il'tr"',:tr,:fi
ki"f ffi [:*ffi
diungkapkan terdahulu, bahwa rencana fisik merupakan perwujudan
perkembangan masyarakat serta kegiatan usahanya, tetapi bukanlah Hil ii ff 1 ; ;.,'tx,# ;:il,::ix,
merupakan suatu usaha terakhir dari proses pemecahan suatu masa-
lah. a. Lator Belakang Sejarah
Rencana fisik akan merupakan suatu jalan untuk menuju ke suatu Proses serta urutan perkembangan
tujuan pembangunan yang lebih luas seperti perkembangan ekonomi,
serta kesejahteraan sosial atau peningkatan dan perbaikan kualitas
kehidupan. Jadi, tahapan pertama dari penganalisisan untuk peme-
ringkungan ,*upur-_t,,
lam rangkaian perencanaar. ;;";;ff
fisik
;:tX l?,l1"ti;:,1, .,Xl
5.1j.31 k.iuaiun, perkembangan,
dan arah kecenderungan
cahan masalah dalam hubungannya dengan suatu perencanaan fisik suatu tita *#U"rikan gambarr,
,_.rru
adalah menelaah permasalahan yang luas untuk melihat apakah suatu
flll fiH:l;ili,fl;,; G;ffi;?upan kota iru. Di aaram
perencanaan fisik benar-benar akan merupakan jawabannya. Pen-
.ut,p',"euiuilil:ffi *,,:l#i{ffi
tingnya penelaahan ini untuk meyakinkan bahwa rencana fisik itu se-
suai dengan usaha-usaha pemecahan bagi masalah yang ada di kota
dap suatu lingkungan
program pem bangu
;",:ff
yru_, ;]ilffi; terakhir, yans berupa
I;J.T:lr:ffi *i:.
itu. Sebagai contoh misalnya, tujuan umum program pembangunan nan baru r",r,,.i"'i
jumlah penduduk, iilaksanak an, peru bahan
adalah program perbaikan kampung. Dalam hubungan ini kampung- pergeseran Kawasan
Hvr'vrerd, kawasan terbangun,
penggunaan tanah. serta pola
kampung yang akan diperbaiki telah ditentukan. Masalahnya adalah
apakah alokasi dana akan lebih diperbesar untuk usaha pembangun- . Suatu gambaransejarah perkembangan yang teliti
nncr merupakan suaru
an sosial, kelembagaan, dan pembangunan ekonominya. Jawaban- teknlt yan;:-;;;ar berh2lgs dan terpe_
nya adalah bahwa suatu perencanaan fisik akan dipertimbangkan di datam
hanya apabila dapat terkoordinasi secara baik antara berbagai ke- l'Jfiffi 1:1il':i-:::J'b"b,';'i;;k;"br,kotp",^usar.h.n62p
datang.3 'tanul pula cara-cara pemecahannr;
giatan sektor pembangunan itu. Rencana itu sendiri tidak akan ada ffi;
manfaatnya, kecuali hal itu sejak awal dapat diintegrasikan dengan
rencana-rencana pembangunan sosial, ekonomi, dan perlembagaan
yang menyeluruh. ' 3::"iiT.:':l:::tl utnva : Djoko' sujarto, Fa k t o r
Tindakan yang membatasi lingkup rencana fisik itu merupakan i:!ir!::r::y:,!!:vy,,',;;;i,ii,i'i?i,{,',
losi, Fakultas r"rrit iiril
ii'ri;:;;#;,T:,
Y4ill?nTxX
44 etie"'64**
I
Plr
i
46 47
t
c. Pola Tronsportasi d. Untuk memecahkan masalah kebutuhan ruang secara rasional
Peta jaringan jalan yang menunjukkan berbagai klasifikasi tek-
dan konkrit yang disesuaikan dengan kondisi dan kendala yang
nis, klasifikasi fungsi, serta kondisi setiap jalan. menyangkut suatu wilayah perencanaan tertentu.
Macam-macam fasilitas angkutan umum, terminal dan per- e. Untuk menentukan skala dan proporsi ruang dan massa bangun-
hentian bis. Masalah lalu lintas seperti kemacetan, rambu-rambu, an pada perencanaan fisik yang lebih terperinci.
volume lalu lintas, dan tingkat kecelakaan.
d. Kondisi Fisik Lingkungon f. Menjembatani lingkupJingkup kegiatan dari berbagai disiplin pe-
rencana, khususnya para perencana bidang-bidang yang Lersifat
Peta yang menggambarkan kondisi struktur dan lingkungan seca-
nonfisik dengan para perencana bidang-bidang fisik.
ra keseluruhan. Dalam peta ini harus dapat ditunjukkan kondisi
struktur bangunan maupun suatu kawasan fungsional secara ke-
seluruhan, perumahan, pusat perdagangan, bangunan umum, in-
dustri, dan lain-lain.
Dari penilaian kondisi ini harus dapat dikemukakan suatu
analisis bagian mana yang dapat dipertahankan, dipelihara, di-
bongkar, atau dikembangkan. Gambaran organisasi bentuk "tata
massa dan pola struktur fisik seperti pola jaringan jalan dan tata
bangunan, pola vegetasi, gambaran tiga dimensional' dan ben-
tuk-bentuk arsitektur juga sangat penting diketahui. Selanjutnya
suatu penggambaran citra lingkungan visual juga akan merupa-
kan salah satu pertimbangan di dalam perencanaan fisik.
Dalam hubungan ini, pengetahuan tentang perancangan kota
atau urban design akan sangat penting dalam memberikan pengarah-
an dan pedoman dalam hal:a
a. Penjabaran rencana pembangunan yang menyeluruh menjadi
rencana-rencana fisik terperinci.
b. Menentukan modul kebutuhan ruang bagi penempatan suatu
atau beberapa kegiatan fungsional seperti yang ditetapkan di da-
lam rencana umum kota.
c. Untuk menjabarkan rencana umum menjadi rencana teknis
(engineering).
4 Lihat Djoko Sujarto Suatu Tinjauan tentang Aspek Llrbon Design dengan Sorot-
an ke Beberapa Keadaan Perkembangan Kota di Indonesia, Materi perkuliahan
Lingkungan Visual, Fakultas Teknik Sipil dan perencanaan, Institut Teknologi
Bandung, 1981. Lihat juga, Kevin Lynch, Image of The City; MIT press Cam-
bridge, 1969.
48 49
t
n
50
5l
I
lr
para ahli spesialis ini akan memberikan gambaran teknis dan este- mang harus diakui bahwa membuat perkiraan biaya dan keuntungan
tis yang merupakan kegitan lanjutan dari perencanaan skala yang me- suatu rencana fisik akan merupakan hal yang sangat sulit" Dalam
nyeluruh. Gambar-gambar ini akan mencakup antara lain sketsa-sket- pembiayaan, misalnya, termasuk bukan hanya pengeluaran modal
sa artistik, model-model dan bentuk arsitektonis, dan segi teknis awal saja, tetapi juga dana-dana operasional yang dibutuhkan di da-
konstruksi. Peranan perencana fisik di sini adalah menelaah dan me- lam pemeliharaan fungsi-fungsi, kegiatan, serta obyek_obyek fisik
nilai apakah kesemua perencanaan detail tadi sesuai dan memenuhi yang dibangun.
kebutuhan-kebutuhan seperti yang dirumuskan di dalam sasaran dan
tujuan pembangunan yang telah digariskan di dalam rencana umum. Dalani modal dan biaya operasional termasuk unsur-unsur seperti
Rencana-rencana detail itu dapat dikemukakan dalam beberapa personal administraif dan ahli, peralatan dan material, serta buruh.
alternatif rencana fisik, dengan melandaskan kepada hasil pertim- Mengingat sulitnya membuat perkiraan biaya, maka biasanya hal itu
bangannya, kemudian menentukan keputusan rencana mana yang dilaksanakan dalam beberapa tahapan dan selanjutnya perkiraan
paling memenuhi kebutuhan itu. biaya yang lebih terperinci akan dilaksanakan oleh dinas-dinas de-
Dalam beberapa keadaan sering pula terjadi bahwa suatu tim pe- ngan sektor-sektor pembangunan yang bersangkutan. Apabila di da-
rencana fisik, yang biasanya merupakan tim interdisiplin, mempunyai lam kegiatan pelaksanaan itu secara langsung melibatkan pihak kon-
kemampuan untuk secara sekaligus membuat rencana obyek fisik de- sultan dan pemborong swasta, maka suatu .prosedur pelelangan
tail tadi. Dalam hal demikian, dengan sendirinya akan diperlukan harus dilaksanakan. Dalam hal ini setiap pemborong yang akan
suatu kelengkapan dan kemampuan tim perencana fisik yang akan mengikuti lelang itu akan membuat usulan biaya pembangunan.
membutuhkan sumber dana dan tenaga ahli yang cukup besar. Demikian pula, memperkirakan keuntungan merupakan suatu hal
yang sulit.
3.5 Strategi Pelaksonoan
Kelayakan rencana fisik yang diusulkan akan sangat ditentukan oleh Di dalam suatu proyek pembangunan kebutuhan umum, biasanya
isi usulan-usulan yang dirumuskan di dalamnya. Kelayakan seharus- oleh pemerintah, bukan hanya masalah pendapatan daerah saja yang
nya dipertimbangkan sebelum suatu rencana itu akan direalisasikan. harus dipertimbangkan, tetapi juga faktor-faktor lainnya, ,.p..ti p._
ladi, uagaimana suatu rencana ini akan dilaksanakan harus dipikir- ningkatan kesejahteraan, peningkatan kualitas hidup, dan keamanan
tan iejat< dari awal, bersamaan dengan penentuan dan perumusan lingkungan. selanjutnya pelaksanaan rencana fisik iuatu bagian ter-
waktu, sasaran, dan tujuan, serta perincian rencana' tentu akan mempunyai pengaruh terhadap bagian rain yang tidak ter-
Memang, tidak ada suatu metode atau rumus umum cara melaksa- masuk di dalam perencanaan. Misalnya, pembangunan sUatu kegiat_
nakan rencana. Akan tetapi umumnya pertimbangan-pertimbangan an fungsional tertentu besar kemungkinan akan membuka kesempat-
yang dapat dikembangkan di dalam menentukan strategi pelaksanaan an kerja baru, atau akan mengubah pola pergerakan dan angkuian,
rencana-adalah perhitungan biaya dan keuntungan (cost and benefit), dan akan menirqgkatkan lingkup kemampuan pelayanan dari suatu
penahapan pelaksanaan berdasarkan pertimbangan prioritas, masa- lingkungan yang luas.
iah proseaui pengelolaan, dan hal-hal yang menyangkut pertimbang-
an bagaimana rencana itu bisa dievaluasi dan dimonitor secara efek-
Biasanya suatu rencana fisik akan berisi pula perkiraan biaya,
yang meliputi perincian biaya awal dan biaya operasional jangka pen-
tif.
dek. Apabila proyek itu meliputi lingkup yang besar atau diperkira_
3.6 Pertimbangan Biaya dan Keuntungan suotu Perencanoan Fistk kan akan mempunyai implikasi yang luas secara sosial politis, misal-
ny1, ma\a suatu analisis biaya dan keuntungan (benefit cost analysb)
Hal yang sangat penting di dalam masalah pelaksanaan rencana ada- perlu dibuat.untuk melihat dampaknya terhadap lingkungan
Iah aspek pembiayaan dan program pengembangan permodalan. Me-
,..ur"
keseluruhan.
52 53
Perencanaan Fisik (6)
3.7 Penjadwalon dan Penahapon Rencana Fisik 3.9 Monitoring dan Evoluasi Rencana l:isik
Di dalam setiap perencanaan, maka program yang dirumuskan de- Perincian program pelaksanaan mencakup kegiatan monitoring pe-
ngan kendala waktu merupakan faktor hubungan yang sangat pen- laksanaan rencana, yaitu untuk mengikuti secara terus-meneru*p"-
ting. Kedua hal itu pada hakikatnya merupakan suatu hubungan yang kah pelaksanaan rencana telah dilakukan sesuai dengan sasaran dan
seharusnya bersifat koordinatif . tujuannya. Kemudian kegiatan evaluasi, yaitu usaha penilaian hasil
akhir untuk melihat dpakah hasil pelaksanaan itu sesuai denga-n apa
Suatu proyek mungkin bisa menemui kegagalan apabila kompo-
yang dimaksudkan pada awal p"nyurunun rencana fisik itu.
nen-komponen berbagai macam'kegiatan yang akan dikembangkan
itu tidak terkoordinasi dengan faktor waktu. Dalam hal ini, jelas pe- Umumnya fungsi nionitoring merupakan birgian di dalam struktur
pengelolaan rencana fisik. Pada setiap keadaan selama proses pelak-
rencanaan fisik itu harus dapat menghayati serta mengerti secara men-
sanaan rencana itu, suatu atau beberapa kegiatirn dapat saja dibatal-
dalam logika urutan berbagai kegiatan yang akan dikembangkan
kan, disesuaikan, atau ditambah, dengan tujuan untuk meyakinkan
Biasanya penjadwalan kegiatan itu harus dikoordinasikan pula de-
bahwa pelaksanaan rencana itu sesuai dengan yang dikehendaki atau
ngarr pembiayaan, terutama untuk suatu rencana fisik yang memer-
lukan beberapa tahun untuk penyelesaiannya. untuk selalu dapat menyesuaikan keadaan dengan setiap perkem_
bangan yang terjadi.l Memang, hasil pelaksanaan itu tidak selalu
Tahapan pelaksinaan rencana fisik umumnya disusun berdasar- akan seratus persen sesuai dengan yang direncanakan. Keadaan yang
kan rangkaian kebutuhan yang saling mengait satu sama lain. Misal- tak terduga akan menyebabkan perlunya pengembangan rencana, se_
nya, pembangunan perumahan seharusnya dilaksanakan bersamaan hingga kebutuhan serta unsur-unsurnya akan memerlukan perubah-
dengan pelaksanaan instalasi air minum dan pembangunan
jaringan an dan pengembangan.
pembuangan, sedangkan pembangunan taman atau pusat pertokoan
Evaluasi hasil pelaksanaan rencana fisik dilaksanakan setelah
dapat dilaksanakan setelah perumahan selesai. Memang dalam bebe- rencana itu selesai dan dioperasikan. Suatu evaluasi akan menilai
rafa hal penahapan pelaksanaan rencana pembangunan fisik ini juga mengukur apakah rencana itu memenuhi sasaran dan tujuan
semura.
juga
seiing menimbulkan implikasi yang luas yang kadang-kadang Evaluasi juga akan mengungkapkan semua akibat poritir maupun
menyangkut masalah sosial politik. Misalnya, suatu penggusuran dae- negatif yang tidak terduga dari setiap proyek. DemikLn pula evaiua-
rah okuposi liar atau pemindahan suatu kawasan karbna terkena pro- si akan dapat memberikan gambaran keberhasilan dan kegagal"r, gu-
yek pembangunan kepentingan umum' seperti jalan dan bangunan gasan-gagasan yang digariskan di dalam rencana fisik itu.
instatasi air minum, sering menimbulkan implikasi sosial politis yang Perlu diakui bahwa evaluasi atas rencana-rencana fisik khususnya
cukup luas. oleh karena itu, penahapannya harus dipertimbangkan dan rencana yang lebih luas umumnya di Indonesia belumiah dilaksa-
benai-benar agar dapat memperkecil atau menetralisasikan implikasi nakan secara efektif. Masih banyak rencana kota maupun rencana
itu. pembangunan lainnya yang belum sempat dievaluasi sehingga pe-
nyempurnaan atau revisinya juga praktis belum bisa dilakukan seca-
3.8 Pengeloloon Pelaksonaan Rencana Fisik ra efektif. Namun demikian, saat ini semakin disadari bahwa berda-
Sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya modal, sarkan pengalaman, penyempurnaan suatu rencana hanya dapat di-
harus dimanfaatkan secara terarah dan tepat guna. Dalam hubungan lakukan dari waktu ke waktu apabila proses evaluasi ini telah dapat
ini faktor sistem pengelolaan akan memegang peranan penting' diintensifkan.
Pelaksanaan suatu.rencana fisik akan sangat bergantung kepada 3 Lihat selanjutnya, Djoko Sujarto, Monitoring dan Evaluasi proyek pembangun-
struktur pengelolaan yang baik untuk melaksanakan kegiatan-kegiat- on Kota, diktat perkuliahan bagi para pejabat pemerintah tingkat II Kotamadya
an yang sgsuai dengan urutan kepentingannya. Bandung tentang 'Monitoring dan Evaluasi pembangunan, Bandung lggl.
54 55
L
IT
56 57
t
T
a
d
ln
lt rx q
: t
? EE
;n
88
::
FE Er a
u(!
e
,
tr SsiE
tr
,'i;
"1 (B
76-:
Z'd
)t
$r
gEE
E E EEo-= EE 6d
-g -9
!{ I Eg'FE 9tr
=g'
tro0
o=
d!
EE { "qsEt E*, (!tr
9=
cq trtr
ET. S 6Ee6 Eeii
&c-lO-ooo-&.Y,Y o(; oo
dv
ttll
5o
(E
JI JI o6
b0 b0
d
U)
gU F F JO
irYE
rB
=F^;l 'C
d- d d d=o0
!LU
(!qo o o
(!
d A 6f<
o
oo
cap a H
c Es
d d
o
LUL
9E (! cB ?ES o
o
o
a.
o
dq
oGG
O- -:H V )4 \Z;A
{ E-l
Fd
an
:?
es EEEE
g:
EE$
LEGENDA
tu qis a =3-tsn {gt$E fEI
f
Pcrumahun
Perumahannon-urban
I----_-l Daerahpenghijauanatam
F=-i .[,alur tegangan tinggi
F6
-:
d\/
rd -v
=
EB
EE
^-rt<s
$B (E
o
q
Frlf,ifi
I
Jalur hijau
Pur"tol"hragaregional -
Jalan sekunder
Jalan kereta api
H9
=
'O(!d
.EPs
ax c s*
dX HS
d,
-O
-
Lapangan terbang
U= YU
&
cS
&<- 5: & D Gambar2l Rencana Umum Kota
59
58
,l
Rencana khusus adalah rencana fisik suatu bagian kota atau kawasan
fungsional tertentu suatu kota. Pada hakikatnya rencana khusus me-
rupakan pengisian dan pendetailan rencana induk (masterplan) dan
rencana peruntukan tanah kota,4 (lihat skema tentang prosedur pen-
detailan rencana kota pada Gambar 22).
Monitoring
Lihat Djoko Sujarto, Rencana struktur Koto, Fakultas Teknik Sipil dan Peren-
canaan, InstituiTeknologi Bandung, Diktat kuliah Perencanaan Kota, Bandung Pelaksanaan Pembangunan Kota
1981.
Kota'
Lihat Djoko Sujarto, Rencana Struktur Kola, Bahan Kuliah Perencanaan
FTSP.ITB 1981.
Gambar 22
60
t
rr
Di dalam lingkup rencana khusus yang sifatnya detail ini
selain
faktor-faktor makro, seperti aspek penentuan lokasi, lingkup pela-
yanan, land use, dan jaringan perhubungan, maka aspek-aspek teknis
konstruksi dan arsitektur, seperti pertimbangan urbon design dan
lanscaping, mendapatkan perhatian yang besar. Untuk jelasnya, ma-
ka beberapa contoh rencana khusus dapat kami kemukakan sebagai
berikut.
l. Rencana khusus kegiatan kelembagaan, misalnya rencana kam-
pus, rencana pusat pemerintah (lihat Cambar 23).
2. Rencana kawasan permukiman transmigrasi (lihat Cambar Vl).
3. Rencana kawasan perumahan kota (lihat Gambar 25a).
4. Rencana perbaikan kawasan kampgng kota (lihat Gambar 25b).
62 63
FT Ir
Gambar 24 Gambar 25 a
Rencana Tapak Pemukiman Transmigrasi Rencana Perumahan Kota Perbaikan Lingkungan Fisik Kampung
64 65
tr
Daerah Perencanaan
ltJ/
2/ saris konrur
t
\N
Renqna Tapak
Bangunan
@cotlpotorgl
ffirittlurug;
--.-kontur
lama
W (B
J
tr
baru
-kontur
o
*-/ .o
t /-__/ _./ , E
o
L-/ 1
.,/ A
F:
6t
Rencana Jalan
--/ (3
,l'j stl
@lc,t
ffirn
kontur lama I
koniurbeu
X.B
60
=l'.. -o
- N7=
^---/ I
oo
M S,1
1" \\
Gambar 26
Pembentukanlahan (Grading)
6 67
rl
{ T
Bentuk bangunan
\'1
s
N
/6
/o
-/
6
ol I
i t RencanaKonstruksi Bangunan
ro
.
I
R l'-'J. -.-
\o
I
r
t_t
^
I \/ /s
\o
{
N
I
o! I e.t
I I
r1.o!-r
sumber: 3rd International Course for
Development Cycle project
Gambar 29 Rencana leknls l)etatl Bouwcentrum Rotterdam l97l
t
letak geografis,
keadaan topografis,
keadaan vegetasi,
keadaan hidrologi,
keadaan geologi dan kemampuan lahan,
berbagai sumber daya alam din ketenagaan,
c
pola penggunaan tanah timumnya,
l-
maka jelas suatu cara atau model-model analisa maupun.perencana-
==l A- Rencana Tata Letak
-.-.uu.i annya akan sangat memerlukan data, informasi serta cara pendekatan
yang bersifat kuantitatif.
Model-model perencanaan wilayah dan kota secara kuantitatif
telah berkembang terutama sejak akhir dekade 1960-an. Sekedar
gambaran singkat mengenai model analisis dan teknik perencanaan
dapat dikemukakan beberapa saja sebagai contoh dari sekian banyak
model dan teknik perencanaan yang telah dikembangkan sebagai
berikut ini.s
1. Model Anolisa Perencanoan
a. Analisis threshold atau Analisis Ambang (Boleslaw Malizs
1968)'6
Penggunaan analisis perluasan wilaYah kota
pengembangan kawasan terhangun
baru.
analisis kemampuan kawasan berkem-
bang.
Faktor penentu : - keadaan fisiografi
il keadaan pola penggunaan tanah
jaringan utilitas umum dan jaringan
II jalan.
Prinsip efisiensi dan efektivitas pengembangan
i1 lahan secara ekonomi.
+ffi+-715-+
+-6I+
C. Pembagian Ruang Terperinci 5 Dapat dipelajari lebih lanjut: Colin Lee, Models in Planning, Pergamon Press,
Sumber : A. DeChiara et'al. Oxford 1975.
Gambar 30 B. International Course 6 J. Kozlowski, J.T. Hughes, Rosalind Brown, Threshold Analysis, The Architec-
Rencana Detail ture Press, London. 1972.
7l
Gambar di bawah ini memperlihatkan pola fisiografis utama. Di sini
terlihat beberapa limitasi untuk perkembangan kota (seperti: tanah
yang masih perlu dimatangkan, tanah yang tidak mungkin dikembang-
kan, dan daerah pertanian atau hutan yang secara ekonomis harus
diperhatikan.
Gambar 3l
Kemungkinan dan kecenderungan perkembangan fisik
ffi.ffi'fl
- ,unun ,ung tidak mungkin untuk bangunan (rawa-rawa)
A
E-l *ituyur, uliran sungai/perairan (watershed)
B
C H.,ffi| nu,u,
D F4 julunk"..tu-rpi
E
Gambar 32A
Limitasi Fisiografis
12 73
#r
LEGENDA
fo-l tenaraai'
K^MY Fl ;u.ng"n;"I"n
012 !:-/ jalan kolektor utama dan perairan F4 latan tereta api
LEGENDA I | lwater;utama
l!! ,ndu,t.i
,.rlun untuk industri (lokasi vang pasti)
E
Friffi,q
pertamanan
hutan
;El sumber persediaan air (mencukupi
LYYI(I lebLruhan - 100.000 orang)
instalasi pengolahan pembuansan airl
ffi
ffiffi
sun8aizoerairan
huran n
ffi [i].ll!l
baik
Gambar 32 C
llllJflilflI] o..uunsunan dalam. kondisi vang Kemungkinan Perluasan Sistem Utilitas Umum yang Telah Ada Sekarang
cocok untuK aoaplasr
Gambar 32 B
Kemungkinan-Kemungkinan untuk Mengubah Tata Guna Lahan
75
74
b. Analisis Daya Tarik Model Gravity (Teori Hansen).7
Penggunaan
-
: mendistribusikan penduduk ke kawas-
an yang akan dikembangkan.
Faktor penentu : - jumlah penduduk keseluruhan dan
proyeksinya;
jumlah tenaga kerja dari sektor dasar
.(basic industries);
luas daerah yang dapat dikembangkan;
indeks aksesibilitas.
Prinsip : mendistribusikan penduduk berdasar-
kan faktor aksesibilitas ke tempat ker-
ja.
Rumus umum didasarkan pada model gravitasi atau model po-
tensial.
Tahap perhitungan:
Hitung indeks aksesibilitas untuk setiap kawasan:
-
RUMUS o,, = a
dijb
EffigAM
Eqr#
ffiffi
ffi
ffiEh A = indeks aksesibilitas dari kawasan i ke j.
OI?
ffi
E : jumlah renaga kerja di kawasan j.
LEGENDA d - jarak fisik dari i kej.
f ]
'fanah yang cocok untuk bangunan
E jalankereta-api b : nilai eksponen.
r --:-:1
Lr t lanah ycrlg mcmellukan pcmalanBall sunsai/perairan
A,l : indeks aksesibilitas untuk kawasan i dalam hu-
-.J iI bungannya dengan kawasan-kawasan lainnya.
Iii:Iil ranah yang tidak cocok untuk [- uilavah aliran sunsai/Derairan
L-\
ffi bangunan 1*aierned) Hitung potensi pengembangan yaitu dengan cara menga-
U:liAl hutanyangdipcrlahankan prc5cr\asi P@ garis threshold pertama - likan indeks aksesibilitas dengan luas kawasan yang
r--_l
| --.--1 wilalah yang di.eLar i\ola\i 0eorilis) Eq saris threshold pertama mungkin untuk pengembangan.
l-
l4t
L _U Jarrngan lalan
D1 : A1H1
76 11
r
Hitung potensi pengembangan keseluruhan yaitu dengan
c. Analisis superimpose (tumpang tindih; a
cara: min5umlahkan potensi pengembangan dari masing- Penggunaan menentukan daerah yang paling baik un-
masing kawasan kemudian besarnya potensi pengem- tuk perkembangan.
jumlah se-
bangan di masing-masing kawasan dibagi oleh Faktor penentu semua aspek fisik lingkungan dari daerah
luruh potensi Pengembangan. perencanaan.
Di Prinsip memperoleh lahan yang sesuai dengan ke-
RUMUS DR=ZE butuhan perencanaan (kesesuaian lahan).
i Metode superimpose dari berbagai keadaan dari
DR - potensi pengembangan keseluruhan (relatif)' daerah perencanaan.
D;' - potensi pengembangan di kawasan i' Penilaian dilakukan atas dasar metode
Dt = jumlah seluruh potensi pengembangan' pembobotan dan penilaian skor
Untuk menentukan jumlah penduduk yang akan dialoka- (weighting and scoring).
sikan di masing-masing kawasan yang potensial adalah
dengan cara mengalikan hasil proyeksi total penduduk
Misalnya : Kemiringan tanah (slope)
Di ffi
Jadi: Pt : Ptot x=-- 2. Kurang
=--i!=:l
LDi 3. Sedang
trai:H
[:;::ir:,1
Jaringan drainase
1,2,4,5
Site P Jumlah score I I
Site Q Jumlah score 12
Site R Jumlah score 12
Kawasan terbangun JS Site S Jumlah score 14
t, 4,4.5
Site T Jumlah score l3
Site U Jumlah score II
- -Kawasan 4 U
t, 5,3,2
Kawasan 5 Gombar 34
Kawasan 6 Tahapan Teknis Analisis penggabungan (superimpose).
Kawasan terbangun
Selanjutnya dapat dibaca, Mochtarram K, Sieve Mapfor Site Selection: With Por-
Gambar 33
ticttlar Application to Settlement Planning in theTransmigrotion Areo ol lambi -
Kawasan yang mungkin dapat dikembangkan berdasarkan model Hansen (pendistribu-
Indonesia, Thesis M.Sc. Departement of Town and Country Planning, University
sian penduduk berdasarkan lapangan kerja, indeks keterhubungan dan ketersediaan
ofCardiff,1981.
lahan)
78 79
,T
Dalam bab terakhir ini secara sepintas akan dikemukakan penger-
tian, lingkup dan proses serta esensi ANDAL tersebut dalam kaitan-
nya dengan usaha perencanaan pembangunan fisik.
80 8l
V Tl
usaha ataupun kegiatan alami. Jadi, Dampak Lingkungan dapat diar-
c. Parameter kontroversial yaitu parameter lingkungan yang karena
tikan sebagai setiap perubahan baik yang menguntungkan maupun usaha-usaha pembangunan fisik mendapat dampak lingkungan
yang merugikan sifatnya sebagai akibat dari usaha perubahan dan pe- tertentu. Atas dampak yang terjadi ini kemudian timbul suatu re-
ng"-uungu.r lingkungan hidup oleh manusia ataupun sebagai akibat aksi yang bertentangan dari masyarakat umum.
dari kegiatan alami. Jadi, pengamatan serta analisis atas parameter lingkungan sangatlah
penting di dalam proses Analisis Dampak Lingkungan. Parameter-
5.2 Parameter Lingkunganz parameter lingkungan yang harus dianalisis pada operasi ANDAL
meliputi:3
Untuk dapat mengaitkan kegiatan pembangunan fisik dengan dam-
pak lingkungan yang potensial maka perlulah kiranya untuk'meng- A. Dampak lingkungan langsung:
kategorikan unsur-unsur lingkungan. Faktor fisis biologis:
Seperti diketahui, suatu lingkungan merupakan suatu sistem di udara
mana terdapat interaksi antara berbagai macam parameter lingkung-
- air
an di dalamnya. Suatu dampak terhadap parameter lingkungan ter-
- lahan
tentu betapa pun kecilnya akan mempunyai dampak lainnya baik
- aspek ekologi hewan dan tumbuhan
langsung maupun tidak langsung terhadap parameter lingkungan
- suara
yung luinnya. Misalnya suatu pembentukan lahan (zoningl untuk sumber daya alam termasuk kebutuhan energi
pembangunan perumahan dapat menyebabkan erosi tanah di tempat
-
Faktor sosial budaya:
iain karena adanya dislokasi batu-batuan atau dapat menyebabkan hi- tata cara hidup
langnya tingkat kesuburan tanah karena terhikisnya lapisan atas (top - pola kebutuhan psikologis
soil)lahan tersebut. - sistem psikologis
Parameter lingkungan ini di dalam Analisis Dampak Lingkungan - kebutuhan lingkungan sosial
juga dikenal sebagai atribut (ciri-ciri) lingkungan' Parameter atau pola sosial budaya
atribut lingkungan ini dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu: -
Faktor ekonomi
a. Parameter terperinci yang dapat dipergunakan untuk menjelas- ekonomi regional dan ekonomi perkotaan
kan keadaan lingkungan di mana setiap perubahan dari parame- pendapatan dan pengeluaran sektor publik
ter ini akan merupakan indikator dari perubahan-perubahan - konsumsi dan pendapatan per kapita
dalam lingkungan yang bersangkutan. -
b. Parameter umum yaitu suatu tinjauan singkat atas parameter B. Dampak lingkungan yang tidak langsung:
lingkungan yang secara umum dapat menggambarkan sifat dari perluasan pemanfaatan lahan
dampak-dampak yang potensial terhadap lingkungan.
-
,Jadi, pada taraf ini tinjauan parameter ini dapat berguna
untuk meryberikan kesimpulan menyeluruh tentang dampak 3 R.K. Jain, Ph.D., L.V. Urban Ph.D., G.S. Stacey, Ph.D., Environmental Im-
lingkungan yang potensial serta memberikan suatu informasi pact Analysis-A New Dimension in Decision Making, Van Nostrand and Rein-
hold Environmental Engineering Series, 1977.
umum untuk para pengelola pembangunan.
Lihat juga, Dr.R.E. Suriaatmadja, Anolisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
-
Teknik dan Metode, materi perkuliahan Ekologi pada Jurusan Perencanaan Wi-
layah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan perencanaan, ITB, 19g0.
2 Dapat puladikatakan sebagai unsur-unsur lingkungan atau atribut lingkungan.
82 83
pengembangan kawasan terbangun dianalisis, kemudian perlu disusun suatu Pernyataan Dampak Ling-
- pengembangan kawasan hiburan (rekreasi) kungan atau Environmental Impact Stotement (EIS) atau disebut
- perubahan gaya hidup karena meningkatnya daya mobilitas PDL. Tahapan proses ANDAL dan PDL dapat digambarkan sebagai
masyarakat. berikut:
TAHAP I PENGUMPULAN DATA BASIS
84 85
Perencanaan Fisik (8)
w-
s t
86 87
ini (lihat matriks Gambar 36). Dengan matriks itu dimaksudkan
untuk:
88
t
\
Yr
e=
3H
Cara pengisian :
Dampak positif
- pada jalur atas
Dampak negatip
padajalur bawah
V IL
<E
sk
zo
r 3:#"*
<H
AZ E 3.1Tff-
Tidak ada
Dampak ber-
arti
Cara perincian Parameter Lingkungan :
90 9t
Ll
Landasan
Pembangunan
GBHN
Sasaran dan
Tujuan
Pembangunan
il DAFTAR PUSTAKA
94 95
Bab III
l. M. Liechfield, P. Kettle, M. Whitebread, Evaluation in the Plan- - Teknik dan Metode, Catatan Kuliah, Departemen Plano-
ning Process, Pergamon Press, 1975. logi, FTSP - ITB 1.978 (Tidak dipublikasikan).
2. P. Kettle, A Comparison of the Planning Balance Sheet ond the 3. R.K. Jain, Ph. D.; L.V. Urban, Ph. D; C.S. Stacey, Ph. D.,,En-
Goals
- Achievement Mstrix Method of Evaluation, Paper
No. 7, School of Environmental Studies, University College
vironmental Impact Anolysis - A New Dimension in Deci-
sion Making, Van Nostrand Reinhold Environmental Series
London, 1972. 1977.
3. M. Whitebread, Evaluation in the Plonning Process, Paper No. 3, 4. Ian Mc Harg, Design in Nature, Doublesday./Natural History
S.E.S., [Jniversity College London, 1972. Press, Doubleday & Co., Inc., New York, 1969.
4. Djoko Sujarto, Evuluqsi don Monitoring Proyek Pembangunan
Kota, Paper Lokakarya Evaluasi dan Monitoring Proyek
Pembangunan, Kotamadya Bandung, Bandung, 1981.
Bab IV
Batr V
96
97