Anda di halaman 1dari 18

Bab III Metode Penelitian

Secara umum, penelitian ini masuk dalam kategori metodologi penelitian


kuantitatif menggunakan metode eksperimental sebagai strategi pelaksanaan
penelitian melalui uji model fisik. Uji model fisik dilakukan secara bertahap, yaitu
tahap awal melalui observasi lapangan secara langsung dengan menggunakan
pengukur lingkungan termal, seperti wet & dry bub thermometer, selanjutnya
dilakukan uji laboratorium pada climate chamber dengan beberapa perlakuan.

Tahap observasi lapangan dilakukan untuk mengetahui higroskopisitas material


agar mendapatkan jenis material penyerap kelembaban udara terbaik, sedangkan
uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui serapan kelembaban udara
(kelembaban udara relatif-RH dan humidity ratio-W) dari penggunaan jenis
material penyerap kelembaban udara terbaik.

Dasar pertimbangan pemilihan metode tersebut adalah validitas data yang akurat
dibanding metode lain, seperti metode digital dan matematis.

III.1 Tahap Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data diperoleh melalui:
(1) Pengumpulan data primer dilakukan melalui strategi berjenjang dari hasil
eksperimental melalui tahap formulasi model fisik panel breathing wall
menggunakan model uji lapangan, selanjutnya dilakukan uji laboratorium
pada climate chamber berukuran 2,6 x 2,6 x 2,47 m.
a) Tahap I: observasi lapangan
Dilakukan untuk mengetahui higroskopisitas material terbaik dari tiga
jenis material yang dipilih, yaitu material sabut kelapa, gambas, dan ijuk.

33
Seng gelombang Seng gelombang Seng gelombang

Plastik Plastik
Air gap t = 5 cm Air gap t = 5 cm Sabut Air gap t = 5 cm
Sabutkelapa; Sabut kelapa; Sabut kelapa;
Gambas;
kelapa Ijuk Gambas;
GambasIjuk Gambas;
Ijuk Ijuk
Sabut kelapa; Sabut kelapa; t = 5 cm Sabut kelapa; t = 5 cm t = 5 cm
Gambas; Ijuk Gambas; Ijuk Gambas; Ijuk
t = 5 cm t = 5 cm t = 5 cm
Kusen kayu Kusen kayu

Klos kayu setempat Klos kayu setempat Klos kayu setempat

0.06 0.06 0.06


Sabut kelapa; Sabut kelapa;
Gambas; Ijuk Gambas; Ijuk
Gambar III.1. Model uji tiap jenis materialt =breathing
5 cm wall pada tahap
t = 5 cm
observasi lapangan.

Prosedur pelaksanaan eksperimen dilakukan melalui dua tahap, yaitu:


Tahap pengeringan
Seluruh material dijemur terkena paparan sinar matahari secara
langsung pada tanah lapang dengan durasi 2 jam, pukul 11.00-13.00
WIB. Setelah itu, dihitung berat kering tiap jenis material
menggunakan timbangan emas, kepadatan tiap material, dan
temperatur udara ruang luar menggunakan wet & dry bulb
thermometer.

Gambar III.2. Tahap pengeringan jenis material serat organik sabut


kelapa, gambas, dan ijuk.

Tahap pelembaban
Seluruh material dilembabkan dengan diletakkan di atas cawan air,
namun harus terhindar dari air secara langsung. Pengujian ini
dilakukan dalam waktu dua puluh empat jam dengan interval empat

34
jam dalam pengambilan data berat basah menggunakan timbangan
emas, dan temperatur udara dalam kamar mandi menggunakan wet &
dry bulb thermometer.

Setelah tahap pelembaban selesai, kadar air material dihitung untuk


menentukan material yang memiliki kadar air tertinggi.
b) Tahap II: uji laboratorium menggunakan climate chamber
Material yang memiliki higroskopisitas terbaik diuji dalam climate
chamber untuk diketahui kondisi lingkungan termal ruang dalam, yaitu
tingkat kelembaban udara (kelembaban udara relatif-RH dan humidity
ratio-W) dengan beberapa perlakuan.

Sebelumnya dilakukan perhitungan kandungan air yang perlu diserap


pada climate chamber saat kondisi jenuh merujuk pada teori Kuehn, dkk.
(1998). Selanjutnya, dilakukan perhitungan berat kering dari jenis
material terbaik untuk memperkirakan kandungan air yang dapat diserap.

Dari perhitungan berat kering tersebut, dapat ditentukan kepadatan


material yang dibutuhkan dengan luas permukaan sebesar pintu climate
chamber. Untuk memudahkan pemasangan dan penimbangan material,
model uji dibuat dengan sistem modular.

35
A5 B5

A4 B4

A3
B3

A2
B2

A1
B1

Gambar III.3. Model fisik panel breathing wall dibuat dari rangka
kawat ayam dengan sistem modular.

Uji model pada laboratorium ini dikondisikan menggunakan beberapa


kondisi terhadap pilihan jenis material terbaik, yaitu:
Kondisi alamiah (tanpa pemanasan dan angin).
Pemanasan.
Pemanasan dengan perlindungan lembaran metal.
Pergerakan udara di permukaan material terluar.
Pergerakan udara di permukaan material terluar dan pemanasan.

36
Pemanasan dilakukan dengan lampu 900 Watt di depan model uji,
sedangkan aliran udara dilakukan dengan kipas angin pada jarak 1-2,5
meter di depan model uji dengan kelajuan aliran udara (v) sebesar 0,1-0,2
m/s secara merata pada tiap area modul.

Penentuan jarak perletakan kipas angin terhadap model uji disesuaikan


pada jarak 1-2,5 meter hingga didapatkan tingkat kelajuan angin di depan
model uji sebesar 0,1-0,2 m/s secara merata pada tiap area modul.

Tiap perlakuan dilakukan selama dua puluh empat jam digunakan untuk
mengetahui pengaruh insulasi termal dari konfigurasi panel breathing
wall terhadap panas dan aliran udara.

Seng gelombang

Air gap t = 5 cm Sab


Ga
Sabut kelapa; t=
Gambas; Ijuk
Sabut kelapa
t = 5 cm

a) Klos kayu setempat

Seng gelombang

Plastik
Air gap t = 5 cm Sabut kelapa;
Gambas; Ijuk
Sabut kelapa
Sabut kelapa; t = 5 cm
Gambas; Ijuk
t = 5 cm
Kusen kayu

Klos kayu setempat


b)

Sabut kelapa;
Gambas; Ijuk
Gambar III.4. Model fisik panel breathing wall pada laboratorium. t = 5 cm

37
Gambar III.5. Metode perlakuan material sabut kelapa pada climate
chamber.

Gambar III.6. Perletakan panel lampu 900 Watt untuk strategi


pemanasan terhadap model uji panel breathing wall.

38
Prosedur pelaksanaan eksperimen pada uji laboratorium ini dilakukan
melalui dua tahap, yaitu:
Tahap pengeringan
Seluruh modul material dikeringkan dengan lampu 900 Watt selama
2-3 jam pada kedua sisinya secara merata. Selanjutnya, berat kering
tiap modul ditimbang dengan timbangan emas.

Material
dikeringkan Material
pada panel ditimbang
lampu setelah
sebesar 900 proses
Watt sekitar jemur
2-3 jam

Gambar III.7. Metode pengeringan tiap modul panel model uji.

Tahap pelembaban
Bersamaan saat tahap pengeringan model uji menggunakan panel
lampu, juga dilakukan pengkondisian terhadap ruang dalam climate
chamber untuk mencapai RH 90% (heater 1000 Watt di dalam
cawan air on, ruang iklim kedap udara, ceiling fan on, lampu TL
dalam climate chamber on, dan tanpa material). Sebelumnya, di dalam
climate chamber telah dipasang wet & dry bulb thermometer dan
digital humidity meter pada titik ukur yang telah ditentukan. Wet &
dry bulb thermometer juga dipasang pada beberapa titik ukur di luar
ruangan climate chamber (ruang depan climate chamber, ruang dekat
jendela, dan ruang luar). Proses pelembaban climate chamber
membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam.

39
Climate
chamber

Alat ukur di dalam


climate chamber A1
menggunakan wet &
dry bulb thermometer
(titik ukur 1, 2, dan 3), B2
dan digital humidity
meter pada titik ukur 2.
3
C

Gambar III.8. Perletakan titik ukur pada ruang dalam dan ruang luar
climate chamber.

Ruang climate chamber


dilembabkan hingga
mencapai RH 90%
(heater 1000 Watt
dalam cawan air
menyala, ruang iklim
kedap udara, ceiling fan
menyala, lampu TL
dalam ruang iklim
menyala, tanpa material)

Gambar III.9. Metode pelembaban udara pada climate chamber.

40
Seng gelombang

Plastik
Plastik
Air gap t = 5 cm Sabut kelapa;

Sabut kelapa;
Gambas; Ijuk
t = 5 cm
Kusen
Spesimen ditutup
Gambas; Ijuk
t = 5 cm kayu pada masa
Kusen kayu
persiapan.
Klos kayu setempat

Sabut
Sabut kelapa;
kelapa
Gambas; Ijuk
t = 5 cm

Gambar III.10. Metode pemasangan material setelah proses


pelembaban climate chamber.

Setelah RH climate chamber mencapai 90%, maka lapisan plastik di


pintu climate chamber dibuka untuk dilakukan pemasangan material.
Kebocoran udara saat pemasangan tiap modul material diminimalisir
dengan mempertimbangkan kemudahan sistem pemasangan dan
penarikan plastik disesuaikan dengan perletakan modul panel bagian
bawah, tengah, dan atas. Proses pemasangan material membutuhkan
waktu setengah jam dengan kondisi ruang dalam climate chamber:
heater 1000 Watt di dalam cawan air mati, cawan air ditutup plastik,
ceiling fan menyala, lampu TL dalam ruang iklim menyala.

Selanjutnya mulai diukur kondisi lingkungan termal kelembaban


udara (kelembaban udara relatif-RH dan humidity ratio-W) pada
ruang dalam dan ruang luar climate chamber selama dua puluh empat
jam. Penentuan nilai RH dan W dari kondisi temperatur mengacu pada
diagram psychrometric ASHRAE oleh Kuehn, dkk. (1998).
Perhitungan temperatur udara ruang dalam climate chamber
menggunakan nilai temperatur udara rata-rata dari tiga titik ukur wet
& dry bulb thermometer dengan titik ukur digital humidity meter,
sedangkan nilai temperatur udara di luar climate chamber

41
menggunakan titik ukur dekat jendela. Pada tahap akhir, dihitung
berat akhir tiap modul menggunakan timbangan emas.

(2) Pengumpulan data sekunder melalui studi literatur dan artikel penelitian
ilmiah (untuk menentukan variabel penelitian dan sebagai panduan dalam
analisis dan interpretasi hasil penelitian), standard-standard perancangan
bangunan gedung (untuk dijadikan acuan metode perlakukan dalam
pembuatan model panel breathing wall).

Gambaran umum terkait metode pengumpulan data dapat dilihat selengkapnya


pada gambar III.11 berikut.

42
Data Sumber penelitian terkait dan penentuan variabel penelitian
sekunder

Data Tahap I: Observasi lapangan


primer
Model Uji: Prosedur penelitian: Instrumen penelitian:

Material sabut Tahap I: pengeringan Wet & dry bulb


kelapa Data berat kering thermometer
Material gambas Data kepadatan Timbangan emas
Material ijuk Data Tu DBT dan
Tu WBT ruang
luar

Tahap II: pelembaban


Data berat basah
Data Tu DBT dan
Tu WBT ruang
dalam kamar
mandi

Pemilihan jenis material dengan


kadar air tertinggi (higroskopisitas
material terbaik)

Tahap II: Uji laboratorium dalam climate chamber

Model Uji: Prosedur penelitian: Instrumen penelitian:

Material sabut Tahap I: pengeringan Wet & dry bulb


kelapa tanpa pada panel lampu thermometer
pemanasan dan Data berat kering Digital humidity
angin Data Tu DBT dan meter
Material sabut Tu WBT ruang Timbangan emas
kelapa + luar Panel lampu 900
pemanasan Watt
Material sabut Tahap II: pelembaban Kipas angin
kelapa + metal + dalam climate Heater 1000 Watt
pemanasan chamber
Material sabut Data berat basah
kelapa + aliran Data Tu DBT dan
udara Tu WBT ruang
Material sabut dalam dan ruang
kelapa + aliran luar
udara + Data RH ruang
pemanasan dalam dan ruang
luar
Data W ruang
dalam dan ruang
luar

Gambar III.11. Metode pengumpulan data.

43
III.2 Tahap Analisis Data
Metode analisis distribusi berupa diagram batang, grafik, dan trendline digunakan
untuk menentukan higroskopisitas material, rambatan kalor dan kelembaban
material dari setiap kondisi, di mana dikaji secara deskriptif-evaluatif merujuk
pada kajian teori terkait. Tahap estimasi model dilakukan melalui perkiraan dan
perbandingan karakteristik fisik panel breathing wall hingga terpilih model
terbaik. Tabulasi hasil pengukuran data primer dapat dilihat pada bagian lampiran.

Berikut ini formula perhitungan dalam tiap tahapan analisis data:


(1) Higroskopisitas material
Perhitungan daya serap air tiap jenis material dari hasil observasi lapangan
maupun uji laboratorium perlu dilakukan untuk mengetahui higroskopisitas
material hingga terpilih jenis material yang paling efektif sebagai penyerap
kelembaban udara ruang dalam, serta untuk mengetahui pengaruh insulasi
termal, pemanasan, material reflektif, dan angin pada model uji terhadap
lingkungan termal ruang dalam. Higroskopisitas material dianalisis lebih
spesifik pada analisis terkait kondisi kelembaban material dan rambatan
kalor.

...................................................................................................... (3.1)

di mana:
= densitas (kepadatan) material (kg/m3)
= massa material (kg)
= volume material (m3)

........................................................................ (3.2)

di mana:
= kadar air material (%)
= berat basah material (kg)
= berat kering material (kg)

44
Dalam menentukan berat kering material yang dibutuhkan untuk dijadikan
sebagai model uji laboratorium, dihitung menggunakan formula berikut:

.............................................................................................. (3.3)

di mana:
= berat kering material (kg)
= massa air yang diserap (gr moisture)
= kadar air material saat kondisi jenuh (%)

(2) Kondisi rambatan kalor


Kondisi rambatan kalor digunakan untuk mengetahui mekanisme aliran
kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi melalui penggunaan material
sabut kelapa dari hasil data temperatur ruang dalam dan ruang luar climate
chamber. Untuk mengetahui keterkaitan antara kondisi rambatan kalor
terhadap higroskopisitas material sabut kelapa dianalisis laju penurunan
kondisi temperatur udara ruang dalam, durasi kondisi perubahan temperatur
udara ruang dalam, serta jumlah dan rata-rata selisih temperatur udara ruang
dalam dengan ruang luar. Seluruh analisis kondisi rambatan kalor dikaitkan
juga dengan indikator kenyamanan termal temperatur udara berdasar SNI
03-6390-2000.
(3) Kondisi kelembaban material
Perhitungan kelembaban udara relatif (RH) dan humidity ratio (W)
digunakan untuk mengetahui higroskopisitas melalui material sabut kelapa
terhadap pengendalian kelembaban udara ruang dalam. Analisis lebih
mendalam terkait higroskopisitas material juga dapat diketahui melalui
histogram laju penurunan W (laju pengeringan) ruang dalam (g/kg/jam),
durasi higroskopisitas ruang dalam, serta jumlah dan rata-rata selisih W
ruang dalam dengan W ruang luar. Seluruh analisis kelembaban material
dikaitkan juga dengan indikator kenyamanan termal RH berdasar SNI 03-
6390-2000 dan konversi W berdasar ASHRAE, 1992. Formulasi
perhitungan analisis RH juga menggunakan dasar perhitungan yang serupa
dengan analisis W, yaitu sebagai berikut:

45
................................................................................................. (3.4)

di mana:
= laju penurunan humidity ratio ruang dalam (g/kg/jam)
= humidity ratio awal pada ruang dalam (g/kg)
= humidity ratio akhir pada ruang dalam (g/kg)
= waktu tempuh (jam)

..................... (3.5)
di mana:
= jumlah selisih humidity ratio ruang dalam terhadap ruang luar
(g/kg)
= humidity ratio awal pada ruang dalam (g/kg)
= humidity ratio akhir pada ruang dalam (g/kg)

................................................... (3.6)

di mana:
= rata-rata selisih humidity ratio ruang dalam terhadap ruang luar
(g/kg)
= humidity ratio awal pada ruang dalam (g/kg)
= humidity ratio akhir pada ruang dalam (g/kg)

III.3 Tahap Interpretasi Data


Merupakan tahap interpretasi atau pembahasan implikasi model terbaik hingga
didapatkan beberapa temuan penelitian. Kajian pembahasan meliputi pengaruh
tiap perlakuan terhadap jenis material terbaik terkait higroskopisitas, kondisi
rambatan kalor, dan kondisi kelembaban udara ruang dalam pada tiap zonasi
waktu selama 24 jam; temuan penelitian; usulan aplikasi desain arsitektural
dengan mengambil kasus rumah tinggal maupun rumah susun; serta kendala
penelitian.

46
III.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan, yaitu:
(1) Uji model lapangan:
(a) Wet & dry bulb thermometer, digunakan untuk mengukur tingkat
kelembaban udara (RH indoor dan RH outdoor), dan kondisi rambatan
kalor (temperatur udara kering-DBT dan temperatur udara basah-
WBT).
(b) Timbangan emas, digunakan untuk mengukur berat jenis tiap material,
baik berat kering maupun berat basah.
(2) Uji model laboratorium pada climate chamber:
(a) Climate chamber, digunakan sebagai ruang model fisik panel breathing
wall dengan pintu digunakan sebagai letak model uji. Namun, aspek
orientasi diabaikan dalam uji model ini karena sudut datang matahari
hanya berasal dari satu arah.
(b) Wet & dry bulb thermometer, digunakan untuk mengukur tingkat
kelembaban udara (RH indoor dan RH outdoor), dan kondisi rambatan
kalor (temperatur udara kering-DBT dan temperatur udara basah-
WBT).
(c) Digital humidity meter, digunakan untuk kalibrasi tingkat temperatur
udara dan kelembaban udara relatif dalam ruang.
(d) Heater, digunakan untuk membantu pengkondisian pelembaban udara
climate chamber hingga mencapai 90%.
(e) Ceiling fan, digunakan untuk membantu terjadinya sirkulasi udara pada
ruang dalam climate chamber.
(f) Kipas angin, digunakan untuk membantu peningkatan kelajuan angin
terhadap model uji.

47
b) d)

a) c) e)

Gambar III.12. Jenis instrumen penelitian yang digunakan pada uji model fisik;
a) dry & wet bulb thermometer, b) digital humidity meter, c)
timbangan emas; d) heater, dan e) kipas angin.

III.5 Prosedur Penelitian


Prosedur pelaksanaan penelitian ini, yaitu:
(1) Identifikasi masalah berdasar fenomena yang dikaji.
(2) Penentuan variabel penelitian melalui pengumpulan data sekunder (kajian
teori terkait dan penelitian sebelumnya).
(3) Tahap formulasi model berupa model fisik untuk pengumpulan data primer.
Pada model fisik dilakukan tahapan uji model dengan strategi berjenjang, di
mana pada tahap awal dilakukan observasi lapangan untuk mengetahui
higroskopisitas material melalui tahap pengeringan dan tahap pelembaban
(dalam kamar mandi) menggunakan wet & dry bulb thermometer dan
timbangan emas. Hal ini berguna untuk menghitung kepadatan dan kadar air
material hingga terpilih jenis material terbaik. Selanjutnya, jenis material
terbaik tersebut diuji dalam climate chamber dengan kepadatan yang sama
melalui beberapa perlakuan untuk mengetahui tingkat kelembaban udara
ruang dalam, dan kondisi rambatan kalor.

48
(4) Tahap analisis data, dilakukan analisis secara deskriptif-evaluatif terkait
higroskopisitas material, tingkat kelembaban udara ruang dalam, dan
kondisi rambatan kalor terhadap model uji. Selanjutnya, dilakukan tahap
estimasi model melalui perbandingan karakteristik fisik breathing wall dari
tiap varian hingga terpilih model terbaik, baik pada uji observasi lapangan
maupun uji laboratorium dalam climate chamber.
(5) Tahap interpretasi data dilakukan pembahasan implikasi rekomendasi
konseptual desain terbaik secara arsitektural.

Secara umum, prosedur penelitian dapat dilihat pada diagram rancangan


penelitian berikut:

Gambar III.13. Rancangan penelitian.

49
Material dipasang (heater 1000 Watt off, cawan air ditutup plastik, ceiling fan on, lampu TL
dalam ruang iklim on)

A B C

Sabut kelapa tanpa panel Sabut kelapa + panel Sabut kelapa + seng +
lampu lampu panel lampu

Material ditimbang Material ditimbang Material ditimbang


kembali kembali kembali

D E

Sabut kelapa + fan Sabut kelapa + fan + panel


lampu

Material ditimbang Material ditimbang


kembali kembali

Gambar III.4 Metode perlakuan material sabut kelapa pada climate chamber.

50

Anda mungkin juga menyukai