Dasar pertimbangan pemilihan metode tersebut adalah validitas data yang akurat
dibanding metode lain, seperti metode digital dan matematis.
33
Seng gelombang Seng gelombang Seng gelombang
Plastik Plastik
Air gap t = 5 cm Air gap t = 5 cm Sabut Air gap t = 5 cm
Sabutkelapa; Sabut kelapa; Sabut kelapa;
Gambas;
kelapa Ijuk Gambas;
GambasIjuk Gambas;
Ijuk Ijuk
Sabut kelapa; Sabut kelapa; t = 5 cm Sabut kelapa; t = 5 cm t = 5 cm
Gambas; Ijuk Gambas; Ijuk Gambas; Ijuk
t = 5 cm t = 5 cm t = 5 cm
Kusen kayu Kusen kayu
Tahap pelembaban
Seluruh material dilembabkan dengan diletakkan di atas cawan air,
namun harus terhindar dari air secara langsung. Pengujian ini
dilakukan dalam waktu dua puluh empat jam dengan interval empat
34
jam dalam pengambilan data berat basah menggunakan timbangan
emas, dan temperatur udara dalam kamar mandi menggunakan wet &
dry bulb thermometer.
35
A5 B5
A4 B4
A3
B3
A2
B2
A1
B1
Gambar III.3. Model fisik panel breathing wall dibuat dari rangka
kawat ayam dengan sistem modular.
36
Pemanasan dilakukan dengan lampu 900 Watt di depan model uji,
sedangkan aliran udara dilakukan dengan kipas angin pada jarak 1-2,5
meter di depan model uji dengan kelajuan aliran udara (v) sebesar 0,1-0,2
m/s secara merata pada tiap area modul.
Tiap perlakuan dilakukan selama dua puluh empat jam digunakan untuk
mengetahui pengaruh insulasi termal dari konfigurasi panel breathing
wall terhadap panas dan aliran udara.
Seng gelombang
Seng gelombang
Plastik
Air gap t = 5 cm Sabut kelapa;
Gambas; Ijuk
Sabut kelapa
Sabut kelapa; t = 5 cm
Gambas; Ijuk
t = 5 cm
Kusen kayu
Sabut kelapa;
Gambas; Ijuk
Gambar III.4. Model fisik panel breathing wall pada laboratorium. t = 5 cm
37
Gambar III.5. Metode perlakuan material sabut kelapa pada climate
chamber.
38
Prosedur pelaksanaan eksperimen pada uji laboratorium ini dilakukan
melalui dua tahap, yaitu:
Tahap pengeringan
Seluruh modul material dikeringkan dengan lampu 900 Watt selama
2-3 jam pada kedua sisinya secara merata. Selanjutnya, berat kering
tiap modul ditimbang dengan timbangan emas.
Material
dikeringkan Material
pada panel ditimbang
lampu setelah
sebesar 900 proses
Watt sekitar jemur
2-3 jam
Tahap pelembaban
Bersamaan saat tahap pengeringan model uji menggunakan panel
lampu, juga dilakukan pengkondisian terhadap ruang dalam climate
chamber untuk mencapai RH 90% (heater 1000 Watt di dalam
cawan air on, ruang iklim kedap udara, ceiling fan on, lampu TL
dalam climate chamber on, dan tanpa material). Sebelumnya, di dalam
climate chamber telah dipasang wet & dry bulb thermometer dan
digital humidity meter pada titik ukur yang telah ditentukan. Wet &
dry bulb thermometer juga dipasang pada beberapa titik ukur di luar
ruangan climate chamber (ruang depan climate chamber, ruang dekat
jendela, dan ruang luar). Proses pelembaban climate chamber
membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam.
39
Climate
chamber
Gambar III.8. Perletakan titik ukur pada ruang dalam dan ruang luar
climate chamber.
40
Seng gelombang
Plastik
Plastik
Air gap t = 5 cm Sabut kelapa;
Sabut kelapa;
Gambas; Ijuk
t = 5 cm
Kusen
Spesimen ditutup
Gambas; Ijuk
t = 5 cm kayu pada masa
Kusen kayu
persiapan.
Klos kayu setempat
Sabut
Sabut kelapa;
kelapa
Gambas; Ijuk
t = 5 cm
41
menggunakan titik ukur dekat jendela. Pada tahap akhir, dihitung
berat akhir tiap modul menggunakan timbangan emas.
(2) Pengumpulan data sekunder melalui studi literatur dan artikel penelitian
ilmiah (untuk menentukan variabel penelitian dan sebagai panduan dalam
analisis dan interpretasi hasil penelitian), standard-standard perancangan
bangunan gedung (untuk dijadikan acuan metode perlakukan dalam
pembuatan model panel breathing wall).
42
Data Sumber penelitian terkait dan penentuan variabel penelitian
sekunder
43
III.2 Tahap Analisis Data
Metode analisis distribusi berupa diagram batang, grafik, dan trendline digunakan
untuk menentukan higroskopisitas material, rambatan kalor dan kelembaban
material dari setiap kondisi, di mana dikaji secara deskriptif-evaluatif merujuk
pada kajian teori terkait. Tahap estimasi model dilakukan melalui perkiraan dan
perbandingan karakteristik fisik panel breathing wall hingga terpilih model
terbaik. Tabulasi hasil pengukuran data primer dapat dilihat pada bagian lampiran.
...................................................................................................... (3.1)
di mana:
= densitas (kepadatan) material (kg/m3)
= massa material (kg)
= volume material (m3)
........................................................................ (3.2)
di mana:
= kadar air material (%)
= berat basah material (kg)
= berat kering material (kg)
44
Dalam menentukan berat kering material yang dibutuhkan untuk dijadikan
sebagai model uji laboratorium, dihitung menggunakan formula berikut:
.............................................................................................. (3.3)
di mana:
= berat kering material (kg)
= massa air yang diserap (gr moisture)
= kadar air material saat kondisi jenuh (%)
45
................................................................................................. (3.4)
di mana:
= laju penurunan humidity ratio ruang dalam (g/kg/jam)
= humidity ratio awal pada ruang dalam (g/kg)
= humidity ratio akhir pada ruang dalam (g/kg)
= waktu tempuh (jam)
..................... (3.5)
di mana:
= jumlah selisih humidity ratio ruang dalam terhadap ruang luar
(g/kg)
= humidity ratio awal pada ruang dalam (g/kg)
= humidity ratio akhir pada ruang dalam (g/kg)
................................................... (3.6)
di mana:
= rata-rata selisih humidity ratio ruang dalam terhadap ruang luar
(g/kg)
= humidity ratio awal pada ruang dalam (g/kg)
= humidity ratio akhir pada ruang dalam (g/kg)
46
III.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan, yaitu:
(1) Uji model lapangan:
(a) Wet & dry bulb thermometer, digunakan untuk mengukur tingkat
kelembaban udara (RH indoor dan RH outdoor), dan kondisi rambatan
kalor (temperatur udara kering-DBT dan temperatur udara basah-
WBT).
(b) Timbangan emas, digunakan untuk mengukur berat jenis tiap material,
baik berat kering maupun berat basah.
(2) Uji model laboratorium pada climate chamber:
(a) Climate chamber, digunakan sebagai ruang model fisik panel breathing
wall dengan pintu digunakan sebagai letak model uji. Namun, aspek
orientasi diabaikan dalam uji model ini karena sudut datang matahari
hanya berasal dari satu arah.
(b) Wet & dry bulb thermometer, digunakan untuk mengukur tingkat
kelembaban udara (RH indoor dan RH outdoor), dan kondisi rambatan
kalor (temperatur udara kering-DBT dan temperatur udara basah-
WBT).
(c) Digital humidity meter, digunakan untuk kalibrasi tingkat temperatur
udara dan kelembaban udara relatif dalam ruang.
(d) Heater, digunakan untuk membantu pengkondisian pelembaban udara
climate chamber hingga mencapai 90%.
(e) Ceiling fan, digunakan untuk membantu terjadinya sirkulasi udara pada
ruang dalam climate chamber.
(f) Kipas angin, digunakan untuk membantu peningkatan kelajuan angin
terhadap model uji.
47
b) d)
a) c) e)
Gambar III.12. Jenis instrumen penelitian yang digunakan pada uji model fisik;
a) dry & wet bulb thermometer, b) digital humidity meter, c)
timbangan emas; d) heater, dan e) kipas angin.
48
(4) Tahap analisis data, dilakukan analisis secara deskriptif-evaluatif terkait
higroskopisitas material, tingkat kelembaban udara ruang dalam, dan
kondisi rambatan kalor terhadap model uji. Selanjutnya, dilakukan tahap
estimasi model melalui perbandingan karakteristik fisik breathing wall dari
tiap varian hingga terpilih model terbaik, baik pada uji observasi lapangan
maupun uji laboratorium dalam climate chamber.
(5) Tahap interpretasi data dilakukan pembahasan implikasi rekomendasi
konseptual desain terbaik secara arsitektural.
49
Material dipasang (heater 1000 Watt off, cawan air ditutup plastik, ceiling fan on, lampu TL
dalam ruang iklim on)
A B C
Sabut kelapa tanpa panel Sabut kelapa + panel Sabut kelapa + seng +
lampu lampu panel lampu
D E
Gambar III.4 Metode perlakuan material sabut kelapa pada climate chamber.
50