Bronkopneumonia Pada Anak
Bronkopneumonia Pada Anak
Disusun oleh :
ANGGUN SEPTIYANI
406138008
Pembimbing :
dr. Abdul Hakam, M.Si. Med, Sp.A
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. M
Umur : 3 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kedung Dowo 01/05 - Kaliwungu
Agama : Islam
Masuk RS : 16 Februari 2015
Dirawat di ruang : Bougenvile 2 / Kelas 3
Status : BPJS
Keluar RS : 21 Februari 2015
Nomor rekam medis : 703.736
KELUHAN UTAMA
Sesak Nafas
o Riwayat penyakit yang sama pada keluarga diakui, kakak pasien pernah
mengalami hal serupa saat berusia 6 bulan
o Kejang (-)
RIWAYAT KELAHIRAN
o Hamil aterm lahir secara spontan pervaginam ditolong oleh bidan
o Langsung menangis
o Berat badan lahir 2700 gram
o Panjang badan saat lahir 46 cm
o Lingkar kepala saat lahir ibu tidak tahu
o Lingkar dada saat lahir ibu tidak tahu
o Tidak ada kelainan bawaan
RIWAYAT IMUNISASI
o Imunisasi diberikan sesuai dengan jadwal imunisasi di posyandu
1 Hepatitis B , BCG
Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan kakak pasien. Ayah pasien bekerja
sebagai buruh tani dan ibu pasien adalah ibu rumah tangga. Pasien adalah anak
kedua dari 2 bersaudara. Biaya RS ditanggung BPJS kelas 3.
Kulit : Anemis (-), sianosis (-), ikterik (-), turgor kulit baik
Kepala : Mesochepale, lingkar kepala 38cm, rambut terdistribusi
merata, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (- /-), pupil bulat,
isokor, diameter 2 mm, refleks cahaya (+/+)
Telinga : bentuk normal, nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tarik
aurikula (-/-), pembesaran KGB retroaurikula (-/-), liang
telinga lapang dextra et sinistra, serumen (-/-), sekret(-/-)
Hidung : bentuk normal, septum deviasi (-), sekret (-/-)
Mulut : Sulcus nasolabialis simetris, mukosa bibir merah muda,
tidak kering, sianosis (-)
Tonsil T1-T1, hiperemis (-/-), detritus (-/-), mukosa
faring merah muda, lidah bersih
Leher : Trakea di tengah, pembesaran KGB leher (-),
pembesaran tiroid (-)
Jantung
o Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
o Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V 1cm medial
Midclavicula line sinistra
o Perkusi : Redup
Batas atas jantung di ICS II PSLS
Batas kanan jantung di ICS IV PSLD
Batas kiri jantung di ICS V 1cm medial MCLS
o Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, gallop (-), murmur (-)
Pulmo
o Inspeksi : bentuk dada normal, saat inspirasi dan ekspirasi simetris,
tidak ada sisi yang tertinggal, retraksi otot pernafasan (-)
o Palpasi : Pengembangan dada simetris kanan dan kiri, krepitasi(-),
nyeri tekan (-)
o Perkusi : Sonor (+/+)
HEMATOLOGI
Golongan darah AB / Rhesus +
Hema Rutin 3 Diff
Hemoglobin 9.6 g/dL 11.1 14.5
Eritrosit 3.63 jt/uL 3.9 5.5
Hematokrit 29.5 % 31 41
Trombosit 534 10/uL 150 400
Leukosit 15.5 10/uL 6.0 17.5
Netrofil 61.4 % 50 70
Limfosit 34.0 % 25 40
Monosit 3.6 % 28
Eosinofil 0.1 % 24
Basofil 0.1 % 01
MCH 26.4 Pg 27.0 31.0
MCHC 32.5 g/dL 33.0 37.0
MCV 81.3 fL 79.0 99.0
KESAN : BRONKOPNEUMONIA
V. DIAGNOSIS
Bronkopneumonia
VI. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana Farmakologi
Oksigen 2 liter/menit
Infus RL 8 tpm
Ceftriaxone 3 x 150 mg
VII. PROGNOSIS
ad Vitam : ad bonam
ad Fungtionam : ad bonam
ad Sanationam : ad bonam
CATATAN KEMAJUAN
17 Februari 2015
18 Februari 2015
20 Februari 2015
21 Februari 2015
TINJAUAN PUSTAKA
BRONKOPNEUMONIA
DEFINISI
EPIDEMIOLOGI
Hingga saat ini Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Kematian pada Balita (berdasarkan Survei
Kematian Balita tahun 2005) sebagian besar disebabkan karena pneumonia 23,6%.
Grafik 1.1. Penyebab Kematian Balita (Survei Mortalitas 2005)
ETIOLOGI
2. Virus
Virus Influenza
Adenovirus
Sitomegalovirus
Rhinovirus
3. Fungi
Aspergillus
Koksidiomikosis
Histoplasma
4. Aspirasi
Cairan amnion
Makanan
Cairan lambung
Benda asing
MANIFESTASI KLINIK
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS
Anamnesis
Pasien biasanya mengalami demam tinggi, batuk, gelisah, rewel, dan sesak nafas. Pada
bayi, gejalanya tidak khas, sering sekali tanpa demam dan batuk. Anak yang lebih besar
kadang mengeluh sakit kepala, nyeri abdomen disertai muntah.
Pemeriksaan Fisik
Manifestasi klinis yang terjadi akan berbeda- beda berdasarkan kelompok umur tertentu.
Pada neonatus sering dijumpai takipneu, reaksi dinding dada, grunting, dan sianosis.
Pada bayi-bayi yang lebih tua jarang ditemukan grunting. Gejala yang sering terlihat
adalah tapikneu, retraksi, sianosis, batuk, panas, dan iritabel.
Pada pra-sekolah, gejala yang sering terjadi adalah demam, batuk (non produktif /
produktif), tapikneu, dan dispneu yang ditandai reaksi dinding dada. Pada kelompok
anak sekolah dan remaja, dapat dijumpai panas, batuk (non produktif / produktif), nyeri
dada, nyeri kepala, dehidrasi dan letargi. Pada semua kelompok umur, akan dijumpai
adanya napas cuping hidung. Pada auskultasi, dapat terdengar pernapasan menurun. Fine
crackles (ronkhi basah halus) yang khas pada anak besar, bisa juga ditemukan pada bayi.
Gejala lain pada anak besar adalah dull (redup) pada perkusi, vokal fremitus menurun,
suara nafas menurun, dan terdengar fine crackles (ronkhi basah halus) didaerah yang
terkena. Iritasi pleura akan mengakibatkan nyeri dada, bila berat dada menurun waktu
inspirasi, anak berbaring kearah yang sakit dengan kaki fleksi. Rasa sakit dapat menjalar
ke leher, bahu dan perut.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
apa tetapi gambaran foto thoraks menunjukkan pneumonia berat. Foto thoraks tidak
dapat membedakan antara pneumonia bakteri dari pneumonia virus. Gambaran
radiologis yang klasik dapat dibedakan menjadi tiga macam:
Konsolidasi lobar atau segmental disertai adanya air bronchogram, biasanya
disebabkan infeksi akibat pneumococcus atau bakteri lain.
Pneumonia intersitisial biasanya karena virus atau Mycoplasma, gambaran
berupa corakan bronchovaskular bertambah, peribronchal cuffing dan
overaeriation; bila berat terjadi pachyconsolidation karena atelektasis.
Gambaran pneumonia karena S aureus dan bakteri lain biasanya menunjukkan
gambaran bilateral yang diffus, corakan peribronchial yang bertambah, dan
tampak infiltrat halus sampai ke perifer.
Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Pneumonia Pada Balita.
a). Umur
Pada anak di bawah usia 2 tahun umumnya pneumonia disebabkan oleh respiratory
syncytial virus (RSV), adenovirus, virus influenza dan parainfluenza. Chlamydia
trachomatis Infeksi dapat ditularkan kepada bayi dari saluran kelamin ibu selama
kelahiran mengakibatkan pneumonia. Pneumonia merupakan penyebab penting dari
morbiditas dan mortalitas pada semua kelompok umur. Secara global diperkirakan
bahwa 5 juta anak di bawah usia 5 tahun meninggal akibat pneumonia setiap tahun (95%
di negara-negara berkembang).
terbawa keluar saat penderita batuk, bernapas ataupun bersin. Gejalanya antara lain:
berat badan anak susah bertambah, sulit makan, mudah sakit, batuk berulang, demam
dan berkeringat di malam hari, juga diare persisten. Masa inkubasi TB rata-rata
berlangsung antara 8-12 minggu. Untuk mendiagnosis anak terkena TB atau tidak, perlu
dilakukan tes rontgen untuk mengetahui adanya flek, tes Mantoux untuk mendeteksi
peningkatan kadar sel darah putih, dan tes darah untuk mengetahui ada-tidak gangguan
laju endap darah. Bahkan, dokter pun perlu melakukan wawancara untuk mengetahui,
apakah si kecil pernah atau tidak, berkontak dengan penderita
TB. Jika anak positif terkena TB, dokter akan memberikan obat antibiotik khusus TB
yang harus diminum dalam jangka panjang, minimal 6 bulan. Lama pengobatan tak bisa
diperpendek karena bakteri TB tergolong sulit mati dan sebagian ada yang tidur.
Karenanya, mencegah lebih baik daripada mengobati. Selain menghindari anak
berkontak dengan penderita TB, juga meningkatkan daya tahan tubuhnya yang salah
satunya melalui pemberian imunisasi BCG.
pernafasan atau melalui udara. Virus dalam jumlah sedikit saja dapat menyebabkan
infeksi pada individu yang rentan. Penyakit campak sangat infeksius selama masa
prodromal yang ditandai dengan demam, malaise, mata merah, pilek, dan
trakeobronkitis dengan manifestasi batuk. Infeksi campak pertama kali terjadi pada
epitelium saluran pernafasan dari nasofaring, konjungtiva, dengan penyebaran ke daerah
limfa. Viremia primer terjadi 2-3 hari setelah individu terpapar virus campak, diikuti
dengan viremia sekunder 3-4 hari kemudian. Viremia sekunder menyebabkan infeksi
dan replikasi virus lebih lanjut pada kulit, konjungtiva, saluran pernafasan dan organ
lainnya. Replikasi virus memerlukan waktu 24 jam.
Tatalaksana
I. Klasifikasi & Tindakan untuk Anak Batuk dan atau Sukar Bernapas Umur 2
bulan - <5 tahun.
- Merah : PNEUMONIA BERAT atau PENYAKIT SANGAT BERAT
Berarti : RUJUK SEGERA KE RUMAH SAKIT
- Kuning : PNEUMONIA
Berarti : BERI ANTIBIOTIK DENGAN PERAWATAN DI RUMAH
- Hijau : BATUK BUKAN PNEUMONIA
Berarti : BERI PERAWATAN DI RUMAH
II. Klasifikasi & Tindakan untuk Bayi Batuk dan atau Sukar Bernapas Umur <2
Bulan
pemberian ASI
- Anjurkan ibu untuk kembali kontrol jika:
Pernapasan menjadi cepat atau sukar
Kesulitan minum ASI
Sakitnya bertambah parah
PENATALAKSANAAN
PENGOBATAN DEMAM
DEMAM TIDAK TINGGI (<38,5C)
- Nasihati ibu agar memberi cairan lebih banyak
Demam itu sendiri bukan indikasi untuk pemberian antibiotik, kecuali pada bayi kurang
dari 2 bulan. Pada bayi kurang dari 2 bulan kalau ada demam harus dirujuk ; jangan
berikan parasetamol untuk demamnya.
BERI PARASETAMOL UNTUK DEMAM TINGGI (>38,5C)
DIBERIKAN TIAP 6 JAM SAMPAI DEMAM REDA
Umur atau berat Tablet 500 mg Tablet 100 mg Sirup 120 mg/5 ml
badan
2-< 6 bulan 1/8 1/2 2,5 ml
4- < 7 kg sendok takar
6 bulan- < 3 1/4 1 5 ml
tahun 1 sendok takar
7- < 14 kg
3 tahun 5 tahun 1/2 2 7,5 ml
14 19 kg 1 sendok takar
Pada bayi berumur <2 bulan: wheezing merupakan tanda bahaya dan harus dirujuk
segera.
Pada kelompok umur 2 bulan - <5 tahun: penatalaksanaan wheezing dengan
bronkhodilator tergantung dari apakah wheezing itu merupakan episode pertama atau
berulang.
BRONKHODILATOR
Bronkhodilator adalah obat yang membantu pernapasan anak dengan jalan melebarkan
saluran udara dan melonggarkan spasme (penyempitan) bronkhus. Berikut ini adalah
uraian tentang bronkhodilator kerja cepat dan bronkhodilator oral.
A. SALBUTAMOL NEBULISASI
Alat nebulisasi harus dapat mengantarkan minimal 6-9 liter/menit. Metode yang
direkomendasikan adalah kompresor udara atau silinder oksigen. Jika keduanya tidak
tersedia, gunakan foot-pump yang mudah digunakan dan mempunyai masa pakai,
walaupun alat ini kurang efektif. Letakkan larutan bronkodilator dan 2-4 ml larutan
NaCL steril ke dalam bagian nebuliser dan berikan pada anak saat timbul uap sampai
larutan hampir habis. Dosis salbutamol adalah 2,5 mg (misalnya: 0,5 ml dari salbutamol
5 mg/ml larutan nebuliser) bisa diberikan setiap 4 jam, kemudian dikurangi sampai
setiap 6-8 jam bila kondisi anak membaik. Bila diperlukan yaitu pada kasus yang berat,
bisa diberikan setiap jam untuk waktu singkat.
Salbutamol nebulisasi 5 mg/ml dosis pemberian 0.5 ml Salbutamol + 2.0 ml NaCl
Jika kedua cara untuk pemberian Salbutamol tidak tersedia, beri suntikan Epinefrin
(Adrenalin) subkutan dosis 0,01 ml/kg dalam larutan perbandingan 1:1000 (dosis
maksimum: 0,3 ml), menggunakan semprit 1 ml. Jika 20 menit setelah pemberian
Adrenalin sub kutan tidak ada perbaikan maka ulangi dosis satu kali lagi.
BRONKHODILATOR ORAL
SALBUTAMOL TABLET 2 & 4 MILIGRAM
Ketika anak jelas membaik untuk bisa dipulangkan bila tidak tersedia atau tidak mampu
membeli salbutamol hirup berikan salbutamol oral (dalam sirup atau tablet).
SALBUTAMOL ORAL 3 KALI SEHARI SELAMA 3 HARI
Umur atau Berat badan Tablet 2 mg Tablet 4 mg
2 bulan 12 bulan 1/4
(<10 kg)
1 tahun- < 5 tahun 1 1/2
10-19 kg
Pemberian O2
Bayi muda berumur <2 bulan dengan pneumonia lebih mudah meninggal dibanding bayi
yang lebih tua sehingga pemberian oksigen secara tepat merupakan hal penting. Jagalah
sungguh-sungguh pada bayi prematur untuk menghindari pemberian oksigen terlalu
banyak karena dapat mengakibatkan kebutaan.
PENCEGAHAN