FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Laporan Kasus
Februari 2015
EFUSI PLEURA
Oleh:
Ilham Syahid Ruray
Hardiyanti
1102100089
1102100121
Pembimbing Residen:
dr. Nur Intan Kasmin Ginano
Supervisor:
dr. Shofiyah Latief, Sp.Rad, M.Kes
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :
Nama : Ilham Syahid Ruray
1102100089
Hardiyanti
1102100121
Pembimbing
Penguji
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Taala karena
atas berkat dan rahmat-Nya lah sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan
penyusunan tulisan ini dapat terlaksana. Tak lupa pula penulis haturkan salawat
dan salam yang tercurah pada junjungan Nabi Muhammad Shallahu Alaihi
Wasallam yang telah membimbing manusia dari alam kegelapan menuju ke alam
yang terang benderang.
Tulisan ini berjudul LAPORAN KASUS EFUSI PLEURA yang dibuat
dan disusun sebagai tugas kepaniteraan klinik bagian radiologi.
Berbagai kesulitan dan hambatan penulis temui, namun atas bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya tulisan ini dapat terselesaikan.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......i
LEMBAR PENGESAHAN...ii
KATA PENGANTAR......iii
DAFTAR ISI.....iv
I.
KASUS.....1
BAB I
KASUS
Nama Pasien
: Nn. TC
No. RekamMedik
: 699408
Umur
: 21 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Tempat/Tanggal lahir
: NTT, 12 Juni1993
Agama
: Kristen
Kebangsaan
: Indonesia
Pemeriksaan
: 05-02-2015
Perawatan Bagian
1.1. Anamnesis :
- Keluhan utama
Sudirohusodo
: Sesak
- Anamnesis Sistematis : Sakit kepala (-), pusing (-), penglihatan kabur (-),
nyeri menelan (-), mual muntah (-), batuk (+), sesak (+), nyeri dada (-),
BAK kesan lancar warna kuning. BAB kesan biasa.
-
- Kesadaran
- Status Gizi
Tanda Vital
- Tekanan darah
: 100/70 mmHg
- Nadi
: 88 kali/menit
- Pernafasan
: 28 kali/menit
- Suhu
: 36,5oC
Mata
-
Kelopak mata
Konjungtiva
Sclera
Kornea
Pupil
Leher
: Edema (-)
: Anemis (+/+)
: Ikterus (-)
: Jernih
: Bulat, isokor
: Pembesaran tonsil (-), kaku kuduk (-), massa (-), nyeri tekan (-),
pembesaran KGB (-), DVS R-2 cmH2O
Thorax : Inspeksi
Palpasi
: Simetris
: NT (+) , MT(-) , vocal fremitus menurun pada
kedua basal paru
Perkusi
Auskultasi
Bt: Ronchi -
Jantung : Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Pekak (+)
Batas jantung :
Batas jantung kiri linea medioclavicularis kiri
Batas jantung kanan linea parasternalis kanan
Batas jantung basal ICS II
Batas jantung apex ICS V
Auskultasi
Abdomen: Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
: Tympani (-)
Ekstremitas: Deformitas
(-)
Udem
(-)
Fraktur
(-)
Hasil
Nilai rujukan
Satuan
RBC
3,75 x 106
3.80-5.80 x 103
/mm3
WBC
7 x 103
4 10 x 103
u/L
Hemoglobin
9,2
L(14-18)
P(12-16)
g/dl
HCT
29,2
37.0-47.0
MCV
78
80-100
m3
MCH
24,6
27.0-32.0
Pg
MCHC
31,6
32.0-36.0
g/dl
3
PLT
496
150-500
10^3/mm3
Ureum
12
10-50
Mg/dl
Kreatinin
0,40
L(<1,3);P(<1,1)
Mg/dl
Bilirubin Total
1,29
<1,1
Mg/dl
SGOT
39
<38
U/L
SGPT
13
<41
U/L
Albumin
3.1
3,5-5,0
Gr/dl
GDS
75
140
Mg/dl
IgM Salmonella
+6
Negatif
PMN = 2,9%
negatif
Warna
Kuning
Jernih/tidak berwarna
Volume
12 cc
1-10 cc
Rivalta
Positif
Negatif
Pemeriksaan Radiologi
Foto Thorax PA (29/1/2015) :
Hasil Pemeriksaan :
-
batas jantung
Cor : sulit dinilai, aorta normal
Tulang-tulang intak
Hasil Pemeriksaan :
-
USG (01/02/2015) :
Hasil Pemeriksaan :
-
Hepar : ukuran dan echo parenkim dalam batas normal, tidak tampak
didalamnya
Pancreas : ukuran dan echo parenkim dalam batas normal. Tidak tampak
echo mass/cyst.
Lien : tidak membesar, echo parenkim dalam batas normal. Tidak tampak
echo mass/cyst.
Ginjal kanan : ukuran dan echo corticomedular dalam batas normal. Tidak
Kesan :
-
Ascites
Efusi pleura bilateral
Kista adnexa kiri kanan susp. Functional cyst
1.4. Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan radiologi, maka diagnosis dari kasus ini adalah Efusi pleura
bilateral + Ascites ec TB usus + Pleuritis TB + suspect TB paru.
1.5. Rencana Dan Terapi
- Oksigen 3-4 L/menit
- Ambroxol 30 mg/ 8jam/ oral
- paracetamol 500 mg/ 8 jam/ oral
- ceftriaxone 2 gr/24 jam/ intravena
- thoracosintesis (punksi cairan pleura)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pendahuluan
Efusi Pleura merupakan pembentukan cairan dalam rongga pleura
yang dapat disebabkan oleh banyak keadaan yang dapat berasal dari
kelainan dalam paru sendiri, misalnya infeksi baik oleh bakteri maupun
virus atau jamur, tumor paru, tumor mediastinum, metastasis; atau
disebabkan oleh kelainan sistemik, antara lain penyakit-penyakit yang
mengakibatkan hambatan getah bening, hipoproteinemia pada penyakit
ginjal, hati, dan kegagalan jantung. Tidak jarang disebabkan pula oleh
trauma kecelakaan atau tindakan pembedahan.1
2.2. Anatomi dan Fisiologi Pleura
Pleura terdiri atas pleura viseral dan pleura parietal dengan rongga
yang berisi sedikit cairan sebagai fungsi pelumas dalam pergerakan
pernapasan. Dalam keadaan normal, pada foto thoraks tidak dapat
diperlihatkan lapisan pleura.1
10
atau
setempat
(circumscribed)
dan
encapsulated
(terbungkus kapsul). 6
Cairan (pleural effusion) dapat berupa :
1)
2)
emboli paru.1,4,7
Cairan eksudat (protein > 3gr/dL), berisi cairan kekeruhan, sering
ditemukan pada infeksi tuberculosis, empiema, pankreatitis, dan
3)
4)
pleura hemoragik.1,4,8
Cairan getah bening, disebabkan oleh sumbatan aliran getah bening
toraks (filariasis dan metastasis pada kelenjar getah bening dari suatu
5)
keganasan). 1, 4
Efusi pleura cairan empedu dan cerebrospinalis (CSF). Keduanya
sangat jarang ditemukan. Efusi empedu terlihat posthepatic dan
setelah laserasi diafragma. Fistula traumatis ke ruang subarachnoid
tulang belakang memungkinkan CSF untuk memasuki ruang pleura.9
Tabel 1. Penyebab Efusi Pleura.9
11
Vascular
Infark paru
Gagal jantung
Perikarditis konstriktif
Inflamasi
Tuberkulosis
Efusi parapneumonik (virus, bakteri, jamur, mycoplasma)
Penyakit kolagen (SLE, artritis reumatoid)
Post infark Dresslers syndrome
Whipple disease
Mediterranean fever
Poliserositis familial yang berulang
Neoplasma
Karsinoma bronkial
Limpoma
Metastasis adenokarsinoma pleura
Mesotelioma
Iatrogenik
Trauma
Hemothorax
Ruptur esofagus
Chylothorax
Mediastinal
Subphrenic
abdominal
Pancreatitis
Abses subphrenic
Sirosis dengan ascites
Meigs syndrome
Lainnya
Asbestosis
Sindrom nefrotik
Myxedema
Uremia
Perdarahan pleura spontan karena koagulopati
Lymphedema kongenital
Sisi yang terkena pada efusi pleura dapat memberikan petunjuk mengenai
penyebab efusi. 9
Tabel 2. Penyebab efusi berdasarkan sisi yang terkena.9
12
Unilateral
Bilateral
Sisi kanan
Sisi kiri
ataupun kanan
Sisi kiri
Gagal
jantung
Meigs syndrome
Pankreatitis
Tuberkulosis
Lupus
eritematosus
Artritis reumatoid
Dresslers
syndrome
Penyakit
tromboemboli
paru
Obstruksi duktus
torasikus proksimal
Obstruksi duktus
torasikus distal
Trauma
2.4. Patofisologi
Ruang potensial antara pleura parietal dan visceral adalah cavum
pleura dan setiap pengumpulan cairan dalam cavum pleura menyebabkan
efusi pleura. Di antara mekanisme yang menyebabkan akumulasi cairan
ini ialah peningkatkan tekanan kapiler paru, penurunan tekanan onkotik,
peningkatan permeabilitas membran pleura, dan obstruksi aliran
limfatik.10
Patofisiologi efusi pleura dapat disebabkan oleh :
1) Peningkatan produksi
a. Peningkatan tekanan hidrostatik, misalnya gagal jantung kiri
b. Penurunan tekanan onkotik, misalnya hipoproteinemia
c. Peningatan permeabilitas kapiler, misalnya pneumonia atau
reaksi hipersensivitas
2) Penurunan absorbsi
a) Penurunan absorbsi saluran limfatik baik oleh karena sumbatan
(tumor)
atau
karena
peningkatan
tekanan
vena
yang
13
yang
complicated
(empiema)
atau
uncomplicated.
Trauma
tertentu,
termasuk
amiodaron,
methotrexate,
fenitoin,
dan
14
dan
kadang-kadang
mendorong
mediastinum
ke
arah
kontralateral. 1
1) Posisi lateral memperlihatkan perselubungan homogen pada
sudut kostofrenikus posterior dengan meniskus konkaf superior.
Sedikitnya 100 mL cairan telah dihasilkan sebelum sebuah efusi
menjadi terlihat.9
2) Posisi PA (posteroanterior) menunjukkan obliterasi dari sudut
kostofrenikus dan kardiofrenikus jika efusi melebihi 175 mL.
15
16
Cairan terkumpul di antara dinding toraks lateral dan paruparu, menghasilkan kekeruhan seperti bentuk pita yang dapat masuk
ke fisura minor.9
17
toraks tegak)
Penebalan pleura juga dapat menyebabkan penumpulan sulkus
kostofrenikus, namun penebalan pleura biasanya berbentuk
ski-lope (lereng untuk ski) dan tidak akan berubah jika terdapat
perubahan posisi pada pasien.4
18
c) Tanda meniskus
Tanda ini sangat sugestif akan adanya efusi pleura,
terbentuk akibat sifat paru yang elastis, maka cairan pleura akan
lebih tinggi di bagian tepi.4
19
Gambar 8. Foto Thorax memperlihatkan meniscus sign pada efusi pleura dextra.5
Gambar 9. Foto thorax memperlihatkan tanda meniskus pada bagian basal paru.13
20
21
Gambar 12. Foto Thorax yang menunjukkan efusi pleura yang terlokalisir. 4
Gambar 13. Foto Torak menunujukkan efusi pleura encapsulated pada foto (A)
PA dan (B) lateral. efusi pleura encapsulated di fisura mayor dan terhadap bagian
anterior dinding dada.14
f) Pseudotumor fisura (vanishing tumor)
- Merupakan koleksi cairan pleura yang berbatas tegas dan
terletak di fisura atau subpleura di bawah fisura, biasanya pada
-
gagal jantung
Gambarannya khas dan tidak boleh dianggap sebagai tumor.
Berbentuk lentikular dan memiliki ujung yang runcing pada
22
Gambar 14. Foto Thorax menunjukan Vanishing Tumor dengan bentuk seperti
buah lemon (panah putih).13
g) Efusi laminar
Bentuk efusi pleura yang menyerupai pita tipis di sepanjang
dinding lateral toraks, terutama di dekat sulkus kostofrenikus yang
cenderung tetap tajam. Penyebabnya ialah gagal jantung atau
penyebaran limfatik dari suatu keganasan. Tidak bergerak bebas
sesuai posisi pasien.4
h) Hidropneumotoraks
Terjadi jika terdapat pneumotoraks dan efusi pleura secara
bersamaan. Biasanya akibat trauma, pembedahan atau fistula
bronkopleura. Ditandai oleh air-fluid level di hemotoraks. Batasnya
tidak berbentuk meniskus, melaikan berupa garis lurus.4
Gambar 15. Foto Thorax PA menunjukkan Hidropneumotoraks dextra dengan airfluid level.13
2. Ultrasonography (USG)
Pemeriksaan
USG
toraks
lebih
aman
dibanding
dengan
23
24
25
Gam
bar 18. a) CT- scan paru normal. b) CT- scan Efusi pleura minimal. c) CTscan Efusi pleura yang berat.18
26
Gambar 21. Seorang laki-laki dewasa dengan efusi pleura pada sisi kanan.
Area yang ditandai (ROI) sebagai alat yang digunakan secara manual
mengukur daerah sagitalis maksimal dan keliling koronal (Cora) dari efusi
pleura pada potongan sagital (a) dan koronal (b) serta aksial melingkar
daerah efusi pleura pada potongan aksial terakhir kranial ke
kubah diafragma (c). 17
2.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan efusi pleura pada prinsipnya adalah paliatif.
Sampai saat ini beberapa penatalaksanaan yang sering dilakukan pada
kasus efusi pleura adalah torakosentesis terapeutik, drainase yang dengan
kateter
indwelling
jangka
panjang,
serta
pembuatan
shunt
pleuroperitoneal.19
Torakosentesis terapeutik
Awal manajemen untuk efusi pleura yang simtomatik adalah
torakosentesis terapeutik. Dengan pendekatan ini akan dapat dinilai respon
sesak nafas terhadap pengeluaran cairan. Walaupun keluhan dapat
membaik setelah torakosentesis, sekitar 98% - 100% pasien dengan efusi
pleura akan mengalami reakumulasi cairan dan sesak nafas yang berulang
dalam 30 hari. Apabila setelah dilakukan torakosentesis volume besar
sesak nafas tidak membaik, maka diperlukan evaluasi untuk mencari
penyebab lain seperti emboli mikrotumor, kanker limfangitik, atau efek
dari kemoterapi atau radioterapi. Torakosentesis berulang dengan anestesi
topikal dapat dilakukan pada pasien efusi pleura. Volume cairan yang
dikeluarkan berkisar antara 1 sampai 1,5 liter. Pengeluaran cairan yang
lebih banyak akan berakibat terjadinya oedem paru re-ekspansi, apalagi
bila sebelumnya sudah terdapat obstruksi endobronchial. Bronkhoskopi
27
28
Leuroperitoneal shunting
Pleuroperitoneal shunting adalah sebuah teknik alternatif untuk
menangani efusi pleura yang refrakter dengan pleurodesis kimiawi
maupun pada pasien dengan trapped lung syndrome. Beberapa kasus serial
mengenai shunting pleuroperitoneal mendapatkan perbaikan gejala sekitar
95% dari seluruh kasus shunting. Pemasangan alat dilakukan dengan
bantuan thorakoskopi atau minithorakotomi. Perlengkapan untuk teknik ini
yaitu dua buah katup unidireksional dengan kateter pleural dan peritoneal
yang berlubang-lubang pada kedua ujungnya. Kerja alat ini diaktivasi oleh
tekanan yang diberikan oleh pasien untuk mengatasi tekanan positif dari
rongga peritoneum. Suatu kasus serial dari 160 pasien efusi pleura yang
dipasang pleuroperitoneal shunting, didapatkan komplikasi pada 15%
pasien. Komplikasi yang terjadi antara lain erosi kulit, infeksi, dan oklusi
dari shunt sehingga memerlukan perbaikan atau penggantian.19
2.8. Differential Diagnosis
Tabel 3. Differential diagnose dari pleural effusion 6
DD/ Efusi
Pleura
Sinus
kostofreniku
s
Tumor
paru
Terisi
Permukaan /
batas
Tidak
konkaf,
tetapi
sesuai
bentuk
tumornya
Pendorongan
(+) bila
tumornya
besar
Lain-lain
Pneumonia
Atelektasis
Biasanya
terisi paling
terakhir
Dapat terisi,
tergantung
dari segment
yang
mengalami
atelektasis
Batas jelas,
rata. Bentuk
segitiga
poligonal
Batas
atasnya
rata/tegas,
sesuai
dengan batas
dari lobus
paru-paru
(-)
Air
bronchogra
m (+)
(-), retraksi
ke arah yang
sakit
Air
bronchogra
m (-)
Schwarte /
Penebalan pleura
Bisa tertutup
Batasnya tidak
jelas
29
1.
Atelektasis
Atelektasis (Atelectasis) adalah pengkerutan sebagian atau seluruh
maupun
fissure
interlobularis.
Atelektasis
lobularis
(plate
30
31
Lobar pneumonia
Lobar pneumonia adalah pola radiologi terkait dengan homogen,
konsolidasi fibrinosupparative dari satu atau lebih lobus paru-paru
sebagai respon terhadap pneumonia bakteri.
Gambaran radiografi (Foto thorax)
Secara karakteristik, terdapat perselubungan homogen dalam pola
lobar. Perselubungan dapat didefinisikan tajam pada celah, meskipun
lebih sering terjadi konsolidasi segmental. Bronkus non-opacifier dalam
konsolidasi lobus akan mengakibatkan munculnya air bronkogram sign.22
32
Gambar 26. Pneumonia di segmen lateral dari lobus medius dextra, perselubungan
homogen dengan batas tajam anterosuperior pada fisura mayor. 9
Gambar 27. Pneumonia lobu bawah kiri. Konsolidasi yang tidak lengkap terlihat
menghapuskan aspek posterior dari hemidiafragma pada foto lateral. 9
2.9 Komplikasi
Kolaps Atrium Kanan
Atrium kanan dan ventrikel kanan yang kolaps sering dikaitkan
dengan hemodinamik efusi perikardial yang signifikan. Sangat sedikit
studi kasus pada manusia dan model hewan yang menjelaskan kolapsnya
ruang jantung yang disebabkan oleh efusi pleura.23
Mekanisme kolaps ruang jantung yang berhubungan dengan efusi
pleura, menghasilkan tekanan intratoraks positif yang pada gilirannya
menyebabkan kolapsnya ruang jantung. Penelitian pada hewan oleh Vaska
dan rekan menunjukkan bahwa intrapleural dan tekanan intrapericardial
33
BAB III
DISKUSI
3.1 Resume Klinis
Wanita 21 tahun masuk ke rumah sakit dengan keluhan utama
sesak yang dirasakan 1 bulan yang lalu, dan memberat 1 minggu terakhir,
pasien tidak dapat berbaring rata. Keluhan batuk 2 minggu terakhir, dahak
sulit dikeluarkan, nyeri dada tidak ada. Riwayat demam terutama sore
malam hari dialami sejak 2 minggu terakhir, riwayat keringat malam
tidak ada, riwayat penurunan berat badan dratis + 7 kg dalam 2 minggu.
Nyeri perut ada dirasakan 2 minggu trakhir, diikuti perut mengeras dan
dirasa membesar, mual dan muntah tidak ada. Riwayat dirawat dengan
34
pemeriksaan tersebut.
Hasil pada foto thorax posisi PA didapatkan perselubungan homogen pada
kedua hemithorax setinggi ICS IV kanan depan (A) dan ICS III kiri depan
(B) yang menutupi kedua sinus, diaphragma, dan batas jantung. Selain itu
juga didapatkan tanda meniskus (C) pada kedua hemithorax dextra dan
sinistra. Tanda-tanda tersebut sesuai dengan gambaran kesan efusi pleura
bilateral.
35
Hasil pada USG Abdomen, didapatkan gambaran ruang echo-bebas (freeecho) atau anechoic pada hemithorax dextra dan sinistra yang memberikan
kesan efusi pleura bilateral.
36
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
37
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
38