Proposal Tesis
Magister Desain
Dedit Priyono
(27116074)
Bab I Pendahuluan
I.1. Latar Belakang Masalah
I.2. Rumusan Masalah
2.1. Pertanyaan Penelitian
2.2. Asumsi
2.3. Hipotesis
2.4. Tujuan
2.5. Lingkup Permasalahan
2.6. Kerangka Berfikir
I.3. Metode Penelitian
I.4. Sistematika (outline) Tesis
Bab II Tinjauan Pustaka
II.1. Pengertian Empati
II.2. Tingkatan Empati
II.3. Aspek Aspek Empati
II.4. Pengukuran Empati
II.5. Manfaat Empati Pada Anak Usia Dini
II.6. Empati Dalam Pembelajaran Anak Usia Dini
II.7. Media
II.8. Media Gambar Bergerak (Film dan Video)
II.9. Video 360 Derajat dan Realitas Virtual (VR)
BAB I
PENDAHULUAN
2. Rumusan Masalah
Dalam proses meningkatkan empati pada anak sebagaimana ditunjukan
dalam penelitian Rahmawati (2014) Metode Bermain Peran dan alat
permainan Edukatif untuk meningkatkan Empati Anak Usia Dini dibutuhkan
aspek aspek empati untuk mengetahui adanya empati pada anak.
Perancangan aplikasi VR video dari aspek aspek empati yang bertujuan agar
anak yang menonton aplikasi video VR dapat menumbuhkan rasa empati.
2.1. Pertanyaan Penelitian
Penelitian ini ingin menjawab pertanyaan mendasar yang dirumuskan
dalam perumusan masalah yaitu : Adakah pengaruh aplikasi VR video
terhadap empati anak ?.
2.2. Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahwa video 360
derajat yang ditonton menggunakan perangkat VR dapat menumbuhkan
empati.
2.3. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah tersebut hipotesis penelitian ini adalah
pemanfaatan teknologi video 360 derajat dan VR dapat memicu
tumbuhnya empati.
2.4. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan teknologi video 360 derajat
dan Virtual Reality (VR) dalam menumbuhkan empati pada anak.
2.5. Lingkup Permasalahan
Penelitian ini fokus pada perancangan viedo 360 derajat yang dapat
ditonton menggunakan perangkat VR untuk mendukung perkembangan
empati pada anak. Sistem yang dikembangkan hanya pada pembuatan
video VR untuk menumbuhkan empati pada anak.
2.6.Kerangka Berfikir
Target
Kelompok
( Kelompok
Studi kasus )
Penggunaan VR Video
3. Metode penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan pendekatan
kuantitatif. Desain eksperimen menggunakan desain Pra-eksperimental (Pre-
Ed) dengan variasi One Group Pre-test Post-test Design. Dalam desain ini,
efek suatu perlakuan terhadap variable akan diuji dengan cara membandingkan
keadaan variabel pada kelompok eksperimen sebelum dan setelah diberikan
perlakuan. Instrumen penelitian yang digunakan adalah skala empati dan
pedoman eksperimen.
Ada tiga tahapan dalam eksperimen ini. Tahap pertama adalah
melakukan pretest. Dalam pretest, orang tua atau guru responden melakukan
observasi dan diminta mengisi quisioner. Pretest ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat empati siswa sebelum diberikan perlakuan (treatment).
Tahap selanjutnya kedua adalah treatment, treatment yang diberikan adalah
dengan menontonkan video 360 derajat menggunakan perangkat VR yang
dapat menumbuhkan empati. Tahap Ketiga adalah posttest. Pada saat posttest,
setelah perlakuan (treatment). Orang tua atau guru responden kembali
melakukan observasi dan diminta mengisi quisioner.
4. Sistematika Penelitian
Tesis ini disusun berdasarkan sistematika penulisan yang terbagi dalam 4 bab
berikut ini :
Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, pertanyaan penelitian, Asumsi, Hipotesis, Tujuan
Penelitian, Lingkup permasalahan, kerangka berfikir, metode
penelitian, serta sistematika penelitian.
Bab II Kajian Teori
Bab ini akan menjelaskan Kajian teori yang yang memuat 7 (tujuh)
hal yaitu pengertian empati, tingkatan empati, aspek empati,
pengukuran empati, manfaat empati pada anak usia dini, empati dalam
pembelajaran anak usia dini, Pengertian Media, media gambar
bergerak (Film dan Video), Video 360 derajat dan realitas virtual
(VR).
Bab III Perancangan Video 360 dan VR
Bab ini aakan menjelaskan bagaimana perancangan video 360 derajat,
mulai dari menentukan konten video 360, membuat skenario untuk
konten video, proses editing video, cara penggunaan video 360
dengan perangkat VR.
Bab IV Perancangan Penelitian
Di dalam bab ini akan diuraikan secara rinci rencana penelitian yang
akan dilakukan. Rancangan penelitian ini dimulai dari studi literature,
penentuan variabel variabel yang akan diamati, penentuan populasi
dan sampel, instrument yang digunakan dalam pengumpulan data,
teknik penyebaran dan pengumpulan kuisioner, sumber data, teknik
pengumpulan data dan metode analisis data yang digunakan untuk
membahas hasil penelitian tersebut.
Bab V Kesimpulan
Dalam bab ini akan disajikan data hasil penelitian. Analisis diawali
dengan mengetahui sebaran empati awal anak usia dini. Analisis
dilanjutkan dengan pengaruh video 360 derajat dan VR terhadap
perkembangan empati anak usia dini. Dan diuraikan rincian
kesimpulan dari hasil penelitian dan rekomendasi untuk penelitian
yang dapat dilakukan sebagai penelitian lanjutan dari penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Empati
Empati merupakan kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan
oleh orang lain, meskipun kita tidak mengalami kejadian seperti yang dialami
oleh orang tersebut (Rahmawati 2014). Pendapat ini sejalan dengan Taufik
(2012) yang menyatakan bahwa empati merupakan suatu aktivitas untuk
memahami apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan orang lain, serta apa
yang dipikirkan dan dirasakan oleh yang bersangkutan terhadap kondisi yang
sedang dialami oleh orang lain, tanpa yang bersangkutan kehilangan kontrol
dirinya. Hal tersebut diperkuat oleh Hurlock dalam Asih G.Y dan Pratiwi
M.M.S (2010) yang mengungkapkan bahwa empati adalah kemampuan
seseorang untuk mengerti tentang perasaan dan emosi orang lain serta
kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di tempat orang lain. Anggadini
G.K dan Nusatoro E (2015) menjelaskan bahwa seseorang yang mempunyai
empati dapat merasakan penderitaan orang lain, binatang dan mahluk hidup
lainnya, sehingga timbul keinginan untuk berbuat sesuatu yang menolong atau
meringankan penderitaan mahluk hidup. Oleh karena itu, empati adalah sebuah
blok bangunan penting untuk perilaku prososial, atau tindakan orang
mengambil manfaat lain dan masyarakat.
2. Tingkatan Empati
Hoffman dalam Rieffe C and Ketelaar L and Wiefferink C.H (2010)
menjelaskan bahwa empati dibedakan menjadi empat tingkatan. Meski
tingkatan empati ini diasumsikan berkembang secara berurutan, namun tidak
saling berhubungan (Hoffman, 1990). De Waal dalam Rieffe C and Ketelaar L
and Wiefferink C.H (2010) menduga bahwa tingkatan empati berbeda yang
direpresentasikan pada model boneka Rusia, menunjukkan bahwa setiap
tingkat berikut dibangun ke tingkat sebelumnya. Tingkatan Hoffman antara
lain :
a. Global Empathy
Global Empathy atau yang bisa disebut juga Emotion Contagnion oleh
oleh Hatfield and Cacioppo and Rapson dalam Rieffe C and Ketelaar L and
Wiefferink C.H (2010). Penjelasan Hoffman dalam Rieffe C and Ketelaar
L and Wiefferink C.H (2010) adalah pada tingkat ini adalah bagaimana
bayi memperhatikan emosi orang lain, meskipun secara tidak sadar mereka
telah mempelajari kondisi tekanan tekanan psikologis pada orang lain
dapat mengakibatkan respon afektif serupa. Misal, tangisan satu bayi bisa
memicu respon pada bayi lainnya. Decety and Jackson dalam Rieffe C and
Ketelaar L and Wiefferink C.H (2010) mengasumsikan bahwa setiap orang
sudah mempunyai empati global yang secara otomatis meniru dan
menyinkronkan ekspresi afektif. Namun bayi ini masih belum bisa
membedakan antara diri sendiri dan orang lain yang menyebabkan mereka
bertindak seolah olah apa yang terjadi pada orang lain terjadi pada
mereka Vreeke and Van Der Mark dalam Rieffe C and Ketelaar L and
Wiefferink C.H (2010).
b. Attention to other feelings
Pada tingkat ini dimulai pada usia sekitar satu tahun. Hoffman dalam Rieffe
C and Ketelaar L and Wiefferink C.H (2010) berpendapat bahwa balita
pada tahap ini sudah sadar akan emosi orang lain, dia sudah bisa
memahami bahwa orang lain sedih.
c. Prosocial behavior
Pada tingkat ini Hoffman dalam Taufik (2012) berpendapat bahwa anak
anak sudah menjadi lebih responsif terhadap penampilan emosional orang
lain. Pada tahapan ini mereka mulai memahami bermacam kondisi
emosional dan makna makna istilah untuk berbagai keadaan yang
berbeda. Sebuah studi yang dilakukan oleh Zahn-Waxler, Dkk dalam
Rieffe C and Ketelaar L and Wiefferink C.H (2010) menunjukan bahwa
anak anak pada usia ini mengembangkan kemampuan empatinya
terhadap orang lain. Seperti membantu, berbagi, dan menghibur.
d. Empathy for anothers life condition
Pada tingkat ini perkembangan respon empati masa kanak kanak tidak
hanya terkait dengan situasi, tetapi juga pada tingkat tekanan atau
kekurangan umum lainnya. Tingkat empati ini dapat memotivasi untuk
merasakan empati terhadap orang orang yang hidup kekurangan,
misalnya menyumbangkan sejumlah uang ke badan amal.
4. Pengukuran Empati
Berbagai macam alat ukur empati telah diciptakan oleh para ahli, mulai
dari alat ukur empati yang bersifat sederhana hingga kompleks, dari alat ukur
empati yang bersifat umum hingga lebih spesifik untuk mengukur subempati
tertentu (Taufik, 2012). Alat ukur empati yang digunakan adalah adaptasi dari
alat ukur yang sudah ada sebelumnya, yaitu :
a. FPATE (Feshbach and Powell Audiovisual Test For Empathy)
Alat ukur empati untuk anak yang diciptakan oleh feshbach dari hasil revisi
alat ukur sebelumnya FASTE (The Feshbach Affective Situation Test of
Empathy). Taufik (2012) menjelaskan bahwa Alat ukur ini didesain secara
khusus untuk digunakan pada anak anak usia empat hingga delapan
tahun. Berbeda dengan alat ukur FASTE yang hanya menggunakan
gambar, Taufik (2012) menjelaskan bahwa FPATE menggunakan sebuah
tayangan film yang dapat membangkitkan emosi kebahagiaan, kesedihan,
kemarahan, atau ketakutan.
b. Empathy Questionnaire (EmQue)
Empathy Questionnaire (EmQue) adalah alat ukur yang disusun oleh Rieffe
C and Ketelaar L and Wiefferink C.H pada tahun 2010. Alat ukur ini
merupakan kuisioner yang diisi oleh orang tua atau guru responden dengan
cara orang tua atau guru mengobservasi perilaku anak. EmQue memiliki 20
item soal yg mewakili level empati dari teori Hoffman (1987), yaitu
emotion contagion, attention to other feelings, dan prosocial behavior
(Rieffe, C and Ketelaar, L and Wiefferink, C.H, 2010).
7. Media
Secara etimologi, kata media merupakan bentuk jamak dari medium,
yang berasal dari bahasa latin medius yang berarti tengah. Sedangkan dalam
Bahasa Indonesia, kata medium dapat diartikan sebagai antara atau
sedang sehingga pengertian media dapat mengarah pada sesuatu yang
mengantar atau meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan).
Menurut Sachram dalam Mahnun (2012) berpendapat bahwa media adalah
information carrying technologies that can be used for instruction. The
media instruction, consequently are extensions of the teacher, menurutnya
media adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk
keperluan pembelajaran. Mahnun (2012) menyimpulkan bahwa media
berkaitan dengan perantara yang berfungsi menyalurkan pesan dan informasi
dari sumber yang akan diterima oleh si penerima pesan yang terjadi dalam
proses pembelajaran. Media mempunyai banyak klasifikasi jenis media seperti
yang dijelaskan Kemp dan Dayton dalam Sabayasa (2017), mereka
menemukakan klasifikasi jenis media sebagai berikut : (1) media cetak, (2)
media yang dipamerkan (displayed media), (3) overhead transparency (OHP),
(4) rekaman suara, (5) slide suara dan film strip, (6) presentasi multi gambar,
(7) video dan film, (pembelajaran berbasis komputer).