Setiap orang diberi hak untuk bebas membentuk atau ikut serta dalam keanggotaan atau
pun menjadi pengurus organisasi dalam kehidupan bermasyarakat dalam wilayah negara
Republik Indonesia. Untuk itu, kita tidak lagi memerlukan pengaturan oleh undang-undang
untuk memastikan adanya kemerdekaan atau kebebasan bagi setiap orang itu untuk
berorganisasi dalam wilayah negara Republik Indonesia. Hanya saja, bagaimana cara
kebebasan itu digunakan, apa saja syarat-syarat dan prosedur pembentukan, pembinaan,
penyelenggaraan kegiatan, pengawasan, dan pembubaran organisasi itu tentu masih harus
diatur lebih rinci, yaitu dengan undang-undang beserta peraturan pelaksanaannya. Karena itu,
dipandang perlu untuk menyusun satu undang-undang baru, terutama untuk menggantikan
undang-undang lama yang disusun berdasarkan ketentuan UUD 1945 sebelum reformasi, yaitu
UU No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan.
Di masing-masing ranah, terdapat beraneka macam dan jenis organisasi yang dibentuk oleh
pendirinya dengan maksud untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi dalam ranah struktur
negara tersusun atas dasar jabatan-jabatan secara horizontral, vertical dan bahkan diagonal,
sehingga oleh Logemann organisasi negara itu disebut sebagai organisasi jabatan (ambten
organisatie). Secara umum, organisasi jabatan dibedakan dalam cabang-cabang:
1) Cabang eksekutif.
2) Cabang legislative.
3) Cabang Judisial;
Sementara itu, organisasi dalam ranah dunia usaha dapat dibedakan antara persekutuan orang
dan persekutuan kekayaan kapital. Organisasi yang dapat dikategorikan sebagai persekutuan
orang adalah Koperasi, sedangkan organisasi yang merupakan perkumpulan modal atau capital
adalah perseroan terbatas yang tersusun atas nilai saham. Organisasi negara juga ada yang
bersifat persekutuan kekayaan yang dipisahkan dari kekayaan negara, yaitu Badan Hukum
Milik Negara (BHMN) dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Sehubungan dengan itu, organisasi dalam lingkungan kemasyarakatan juga dapat kita bedakan
antara persekutuan orang dan persekutuan kekayaan itu. Bahkan, organisasi kemasyarakatan
ada pula yang merupakan pesekutuan organisasi atau institusi, seperti badan kerjasama
perguruan tinggi, dan sebagainya. Yang termasuk organisasi kemasyarakatan dengan kategori
persekutuan kekayaan adalah:
a) Yayasan yang diatur berdasarkan UU No. 28 Tahun 2004 tentang Yayasan; dan
Sementara itu, organisasi kemasyarakatan yang termasuk kategori persekutuan orang adalah:
Di samping itu, di pelbagai bidang kegiatan partisipasi masyarakat yang terkait dengan
kegiatan instansi-instansi pemerintahan, terdapat pula berbagai macam organisasi yang diatur
tersendiri instansi yang bersangkutan. Misalnya, organisasi masyarakat penyelenggara dakwah
keagamaan, pendidikan, kesehatan, social, lingkungan hidup, dan sebagainya. Kesemua jenis
organisasi dimaksud dirangkumkan pengaturannya oleh UU No. 8 Tahun 1985 yang bersifat
mencakup. Kesemua jenis dan macam-macam organisasi tersebut, perlu dibuat kategorisasi
dan klasifikasi agar dapat dipahami dengan jenis factor-faktor pembedanya satu dengan yang
lain.
Untuk itu, kategorisasi dimaksud dapat dibedakan antara (1) status badan hukum dan bukan
badan hukumnya dan (2) kategorinya sebagai persekutuan orang atau persekutuan kekayaan.
Di samping itu, kategorisasi dapat pula dilihat dari (3) susunan organisasinya yang bersifat
massal atau merupakan sistem unit. Jika keanggotaan bersifat massal, maka organisasi itu
biasanya disebut sebagai organisasi massa dengan susunan yang terdiri atas cabang-cabang dan
ranting, seperti Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah. Sedangkan keanggotaan organisasi unit
tidak bersifat massal, melainkan terbatas, sehingga struktur organisasinya hanya sebagai 1 unit
organisasi, tidak memiliki cabang di daerah-daerah, melainkan hanya kantor perwakilan saja.
Selain itu, organisasi kemasyarakatan dapat pula dibedakan dari (4) lingkup kegiatannya yang
bersifat umum atau bersifat khusus menurut bidang-bidang tertentu saja, misalnya hanya di
bidang pendidikan, atau kesehatan saja. Dalam praktik, ada organisasi dengan keangotaan yang
bersifat massal dan dengan kegiatan yang bersifat umum, mencakup semua bidang yang sangat
luas, seperti organisasi Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah tersebut di atas.
Organisasi yang berstatus badan hukum tentu berbeda dari organisasi yang bukan
badan hukum. Dengan status badan hukum itu, organisasi yang bersangkutan dapat bertindak
sebagai subjek yang otonom atau penuh dalam lalu lintas hukum. Badan hukum organisasi
menyandang hak dan kewajiban dalam lalu lintas hukum. Misalnya, organisasi badan hukum
dapat diberi hak-hak (i) untuk memiliki rekening bank atas nama organisasi, (ii) untuk memiliki
saham atau surat-surat berharga lainnya atas nama organisasi, (iii) untuk memiliki harta
bergerak dan tidak bergerak, khususnya (iv) hak atas tanah atas nama organisasi. Organisasi
yang tidak berbadan hukum tidak dapat memiliki semua hak-hak yang dapat diberikan kepada
organisasi berbadan hukum tersebut.
Status badan hukum itu sendiri harus ditetapkan secara resmi melalui pendaftaran di
instansi pemerintah. Terkait hal itu, perlu dibedakan antara (i) registrasi status badan hukum
dan (ii) registrasi atau izin operasional kegiatan, dan (iii) standarisasi dan akreditasi dalam
rangka pembinaan mutu. Registrasi badan hukum harus tersentralisasi dalam sistem
administrasi hukum Kementerian Hukum dan HAM. Sedangkan registrasi atau izin operasional
kegiatan dapat ditentukan dikaitkan dengan kementerian yang bertanggungjawab dalam bidang
kegiatan yang bersangkutan. Misalnya, kegiatan organisasi di bidang pendidikan harus
terdaftar di atau memiliki izin operasional dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
organisasi keagamaan harus terdaftar di atau mendapatkan izin operasional dari Kementerian
Agama, organisasi social harus terdaftar di atau diberi izin operasional dari Kementerian
Sosial, dan sebagainya. Oleh karena itu, tidak perlu diadakan pengaturan yang menentukan
harus adanya pendaftaran di Kementerian Dalam Negeri, kecuali untuk organisasi asing yang
beroperasi di Indonesia dan organisasi warga negara asing yang ada di Indonesia yang harus
diawasi oleh kementerian yang bertanggungjawab untuk urusan pengawasan orang asing.
Misalnya, partai politik diharuskan oleh UU tentang Partai Politik untuk (i)
mendapatkan status badan hukum dari Kementerian Hukum dan HAM, dan (ii) terdaftar
sebagai peserta pemilihan umum di Komisi Pemilihan Umum. Untuk mendapatkan status
sebagai badan hukum dan status sebagai peserta pemilu itu tidak mudah, melainkan harus
memenuhi banyak persyaratan. Kalaupun sudah berstatus badan hukum, mungkin saja, partai
politik yang bersangkutan tidak memenuhi persyaratan menjadi peserta pemilu, sehingga
kegiatannya untuk mendudukkan wakilnya di parlemen menjadi terhalang. Demikian pula
organisasi kemasyarakatan yang aktif di bidang pendidikan, misalnya, mungkin saja tidak
terdaftar atau tidak lagi terdaftar sebagai penyelenggara pendidikan yang terakreditasi,
sehingga kegiatannya seakan dibekukan, meskipun eksistensinya sebagai organisasi tetap
diakui. Tetapi, apabila organisasi itu melakukan pelanggaran tertentu yang dapat dijadikan
alasan untuk dibubarkan sebagaimana mestinya, maka organisasi tersebut dengan sendirinya
dapat pula dibubarkan dengan pembatalan statusnya sebagai badan hukum.
Hak Asasi Manusia: Kebebasan Berpendapat
Asalamualaikum warahmatullahi Wabarakatuh
Pada artikel ini saya akan menyampaikan tentang kebebasan mengemukaan
pendapat.Apa yang dimaksud dengan kebebasan mengemukaan pendapat?kebebasan
berpendapat dapat dikemukakan melalui apa?Bagaimana cara mengemukaan pendapat dengan
baik dan benar?adakah jaminan berpendapat pada UUD 1945?Bagaimana mengurangi
pelanggaran HAM khususnya kebebasan mengemukaka pendapat. Kebebasan mengeluarkan
pendapat merupakan salah satu Hak Asasi Manusia yang paling sering dilanggar.Secara tidak
sadar kita mungkin pernah melakukannya,sebgai contoh ketika teman sekolah sedang bercerita
dan mengemukakan pendapatnya ada saja teman yang menyela omongannya.Itu baru contoh
kecilnya saja.Atau mungkin anda pernah melihat rapat para pejabat tinggi Negara,malah ada
yang sampai riuh karena semua saling mengemukakan pendapat.Benar? Kenapa harus ada
kebebasanmengeluarkan pendapat?.Kebebasan mengeluarkan pendapat sangat penting untuk
berbangsa,bernegara dan bermasyarakat.Contoh kecil, Si A terkenal dengan anak yang pandai
tapi sombong.Suatu hari karena Si B sudah jenuh dengan perilaku Si A ,Si B mengingatkan
dan menasihati Si A. Banyak pasal yang mengatur tentang Hak Asasi Manusia.sebelumnya
mari kita bahas apa itu Kebebasan Mengemukakan Pendapat.Kebebasan mengemukakan
pendapat adalah hak setiap warga Negara untuk mengeluarkan pikiran atau gagasan dengan
tulisan,lisan dan bentuk lainnya secara bebas dan bertanggung jawab serta tanpa ada tekanan
dari siapapun.Sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku .Kebebasan
berpendapat ditujukan untuk mewujudkan perlindungan yang konsisten .Kebebasan
berpendapat dijamin secara konstutisional dalam UUD 1945 pasal 28 Bahwa kebebasan
berserikat dan berkumpul,mengeluarkan pikiran dnegan lisandan tulisan dan sebagaimana
ditetapkan dengan undang-undang.Pengertian Kemerdekaan mengeluarkan pendapat
dinyatakan dalam Pasal 1 (1) UU No. 9 Tahun 1998, bahwa kemerdekaan menyampaikan
pendapat adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan,
dan sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.selain itu kebeasan mengeluarkan pendapat dimuka umum
juga diterangkan dalam UU No.9 Tahun 1998. Contoh kasus yang berkaitan dengan kebebasan
mengeluarkan pendapat, wartawan fuad Muhammad Syarifuddin atau akrab dipanggil Udin
pada tahun 1996.Jujur awalnya saya tidak tahu menahu tentang berita ini,Padahal dijalan jalan
banyan dijumpai poster yang mengusung berita tentang Wartawan Udin ini.Jadi berdasarkan
artikel yang say abaca Wartawan Udin ini meninggal karena telah mengkritisi kekuasaan Orde
Baru dan MiliteBeberapa Tulisan nya sebagai berikut : Kolonel Ramaikan Bursa Calon
Bupati Bantul', 'Soal Pencalonan Bupati Bantul: banyak 'Invisible Hand' Pengaruhi
Pencalonan', 'Di Desa Karangtengah Imogiri, Dana IDT Hanya Diberikan Separo' dan 'Isak
Tangis Warnai Pengosongan Parangtritis'.Fuad Muhammad Syarifudin meninggal setelah
dianiaya orang tak dikenal disekitar rumahnya dengan sebatang besi. Kebebasan
mengemukakakn pendapat sangatlah penting untuk dijamin perlindungannya agar masyarakat
tidak merasa khawatir setiap mengemukakan pendapat maupun kekurangan pada proses
pemerintahan. Kebebasan mengemukakan pendapat sebenarnya menguntungkan semua warga
negara dan pemeintah sendiri.dari kebebasan mengemukakan pendapat kita menjadi lebih
mengetahui apa kekurangan dan kelebihan dalan proses pemerintahan/dalam diri
kita.kebebasan berpendapat merupakan salah satu upaya pemenuhan Hak asasi Manusia yang
berdasarkanUUD 1945 ,Agar kebebasan mengeluarkan pendapat tidak menimbulkan konflik
kita harus pandai dalam mengutarakan maksud dengan baik dan benar,tidak mengandung
SARA,mengutarakan pendapat dengan bahasa yang halus dan memberikan saran atas masalah
yang dikritik.Konflik atas kebebasan berpendapat dapat dipengaruhi oleh dirisendiri yang tidak
menerima tanggappan,sehingga tercipta komunikasi sosialyang kurang baik.Dalam
berpendapat kita harusnya dapat menerima kekurangan itu untuk dikoreksi lalau diperbaiki
bukan membesar besarkan masalah.Ada beberpa media yang digunakan untuk mengeluarkan
pendapat :Mimbar,Pawai,demonstrasi dan Surat Pembaca. Agar pelanggaran terhadap bentuk
Hak Asasi manusia khususnya kebebasan mengemukakan pendapat dapat diminimalisir ,apa
yang harus kita lakukan? 1.Menegakkan konstitusi Negara bab kebebasan berpendapat 2.Setiap
orang sadar akan kelebihan dan kekuranga nmasing masing individu sehingga bias menerima
kritik/pendapat orang lain yang berbeda. 3.Transparansi anggota pemerintahan dengan
rakyatnya. 4.Mengemukakan pendapat beserta alasan yang masuk akal,sopan dan
bertanggungjawab 5.Adanya kedewasaan dalam mengemukakan pendapat
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/erviliaagustine/hak-asasi-manusia-kebebasan-
berpendapat_54f98577a3331140548b4836
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 9TAHUN 1998
TENTANG
KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
Mengingat :
Pasal 5ayat (1), Pasal 20 ayat(1), dan Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945.
Dengan persetujuan
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
BAB I
KETENTUANUMUM
Pasal 1
2. Di muka umum adalah di hadapan orang banyak, atau orang lain termasuk juga di
tempat yang dapat didatangi dan atau dilihat setiap orang.
3. Unjuk rasa atau demontrasi adalah kegiatan yang dilakukan seorang atau lebih untuk
mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara demonstratifdi
muka umum.
Pasal 2
(1)Setiap warga negara, secara perorangan atau kelompok, bebas menyampaikan pendapat
sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab berdemokrasi dalam kehidupan
bermasyarakat, barbangsa, dan bernegara.
BAB II
Pasal 3
Pasal 4
a.mewujudkan kebebasan yang bertanggung jawab sebagai salah satu pelaksanaan hak
asasi manusia sesuai dengan Pancasila danUndang-Undang Dasar 1945;
c.mewujudkan iklim yang konduksif bagi berkembangnya partisipasi dan kreativitas setiap
warga negara sebagai perwujudan hak dantanggung jawab dalam kehidupan
berdemokrasi;
BAB III
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
Dalam pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum oleh warga negara, aparatur
pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab untuk :
d. menyelenggarakan pengamanan.
Pasal 8
BAB IV
BENTUK-BENTUK DAN TATA CARA
PENYAMPAIAN PENDAPAT DI MUKA UMUM
Pasal 9
(2) Penyampaian pendapat di muka umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilaksanakan
ditempat-tempat terbuka untuk umum, kecuali:
(3) Pelaku atau peserta penyampaian pendapat di muka umum sebagaimana dimaksud dalam ayat(1),
dilarang membawa benda-benda yang dapat membahayakan keselamatan umum.
Pasal 10
(1) Penyamapaian pendapat di muka umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 wajib diberitahukan
secara tertulis kepada Polri.
(2) Pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat(1), disampaikan oleh yang
bersangkutan, pemimpin, atau penanggung jawab kelompok.
(3) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) selambat-lambatnya 3x24 jam sebelum
kegiatan di mulai telah diterima oleh polri setempat.
(4) Pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi kegiatan
ilmiah di dalam kampus dan kegiatan keagamaan.
Pasal 11
d. bentuk;
e. penanggung jawab;
h. jumlah peserta.
Pasal 12
(1) Penanggung jawab kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6, pasal 9, dan
pasal 11 wajibbertanggung jawab agar kegiatan tersebut terlaksana secara aman,
tertib danaman.
(2) Setiap sampai 100 (seratus) orang pelaku atau peserta unjuk rasa atau demontrasi
danpawai harus ada seorang sampai dengan lima orang penanggung jawab.
Pasal13
(1) setelah menerima surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 polri
wajib :
(2) Dalam pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum polri bertanggung jawab
memberikan perlindungan keamanan terhadap pelaku atau pesrta penyampaian
pendapat di muka umum.
(3) Dalam pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum, polri bertanggung jawab
menyelenggarakan pengamanan untuk menjamin keamanan dan ketertiban umum
sesuaidengan prosedur yang berlaku.
Pasal 14
BAB V
SANKSI
Pasal 15
Pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum dapat di bubarkan apabila tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6, pasal 9 ayat 2 dan ayat 3, pasal 10 dan pasal 11.
Pasal 16
Pelaku atau peserta pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum yang melakukan perbuatan
melanggar hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berrlaku.
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 20</br<>
Disahkandi Jakarta
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
ttd.
BACHARUDDINJUSUF HABIBIE
Diundangkandi Jakarta
REPUBLIKINDONESIA
ttd.
AKBARTANDJUNG
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1998 NOMOR 181
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANGREPUBLIK INDONESIA
TENTANG
I. UMUM
Menyampaikanpendapat di muka umum merupakan salah satu hak asasi manusia yang
dijamin dalampasal 28 Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi : "kemerdekaan beerserikatdan
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainyaditetapkan dengan undang-
undang, " Kemerdekaan menyampaikan pendapattersebut sejalan dengan pasal 19 Deklarasi
Universal Hak-Hak Asasi Manusia yangberbunyi : "Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai
dan mengeluarkanpendapat dengan tidak mendapat gangguan dan untuk mencari, menerima
danmenyampaikan keterangan dan pendapat dengan cara apapun juga dan dengan tidakmemandang
batas-batas. " Perwujudan kehendak warga negara secara bebasdalam menyampaikan pikiran secara
lisan, tulisan, dan sebagainya tetap harusdipelihara agar seluruh tatanan sosial kelembagaan baik
infrastruktur maupunsuprastruktur tetap terbebas dari penyimpangan atau pelanggaan hukum
yangbertentangan dengan maksud, tujuan, dan arah dari proses keterbukaan dalampembentukan dan
penegakan hukum sehingga tidak menciptakan disintregasi sosial,tetapi justru harus dapat menjamin
rasa aman dalam kehidupan masyarakat. Dengandemikian, maka kemerdekaan menyampaikan
pendapat di muka umum harusdilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, sejalan dengan ketentuan
peraturanperundang-undangan yang berlaku dan prinsip hukum internasional sebagaimanatercantum
dalam pasal 29 Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia yang antaralain menetapkan sebagai
berikut
2.Dalam pelaksanaan hak dan kebebasannya, setiaporang harus tunduk semata-mata pada
pembatasan yang ditentukan olehundang-undang dengan maksud untuk menjamin
pengakuan dan penghargaan terhadaphak serta kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi syarat-syarat yang adil bagimoralitas, ketertiban, serta kesejahteraan
umum dalam suatu masyarakat yang demokratis;
3.Hak dan kebebasan ini sama sekali tidak bolehdijalankan secara bertentangan dengan
tujuan dan dan asas perserikatanBangsa-Bangsa.
4. asas proporsionalitas;
5. asas manfaat.
PASALDEMI PASAL
Pasal 1
Cukupjelas
Pasal 2
Ayat (1)
Cukupjelas
Ayat (2)
Pasal 3
Huruf a
Cukupjelas
Huruf b
Cukupjelas
Huruf c
Cukupjelas
Huruf d
Huruf e
Cukupjelas
Pasal 4
Cukupjelas
Pasal 5
Huruf a
Huruf b
Pasal 6
Huruf a
Huruf b
Huruf c
Cukupjelas
Huruf d
Huruf e
Pasal 7
Huruf a
Cukupjelas
Huruf b
Cukupjelas
Huruf c
Cukupjelas
Huruf d
Pasal 8
Yangdimaksud dengan berperan serta secara bertanggung jawab adalah hak masyarakatuntuk
memberi dan memperoleh infomasi atau konfirmasi kepada atau dari aparaturpemerintah agar terjamin
keamanan dan ketertiban lingkungannya, tanpamenghalangi terlaksananya penyampaian di muka
umum.
Pasal 9
Ayat (1)
Cukupjelas
Ayat (2)
Huruf a
Huruf b
1. Tahun Baru;
4. Isra Mi"raj;
10. 1 Muharam;
12. 17 Agustus.
Ayat (3)
Cukupjelas
Pasal10
Ayat (1)
Cukupjelas
Ayat (2)
Cukupjelas
Ayat (3)
d.2 propinsi atau lebih, pemberitahuan ditujukanpada markas besar kepolisian negara republik
Indonesia.
Ayat (4)
Cukupjelas
Pasal11
Huruf a
Cukupjelas
Huruf b
Yangdimaksud dengan tempat dalam pasal ini adalah tempat peserta berkumpul danberangkat
ke lokasi. Yang dimaksud dengan lokasi dalam pasal ini adalah tempatpenyampaian pendapat di muka
umum. Yang dimaksud dengan rute dalam pasal iniadalah jalan yang dilalui oleh peserta penyampaian
pendapat di muka umum daritempat berkumpul dan berangkat sampai ke lokasi yang dituju dan
atausebaliknya.
Huruf c
Cukupjelas
Huruf d
Yangdimaksud dengan bentuk adalah sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1).
Huruf e
Huruf f
Cukupjelas
Huruf g
Cukupjelas
Huruf h
Cukupjelas
Pasal12
Cukupjelas
Pasal13
Ayat (1)
Huruf a
Cukupjelas
Huruf b
Huruf c
Cukupjelas
Huruf d
Cukupjelas
Ayat (2)
Cukupjelas
Ayat (3)
Cukupjelas
Pasal14
Cukupjelas
Pasal15
Pasal16
Yang dimaksuddengan sanksi hukum adalah sanksi hukum pidana, sanksi hukum perdata,
atausanksi administrasi. Yang dimaksud ketentuan peraturan perundang-undanganadalah ketentuan
peraturan perundang-undangan hukum pidana, hukum perdata danhukum administrasi.
Pasal17
Yangdimaksud dengan melakukan tindak pidana dalam pasal ini adalah termasukperbuatan-
perbuatan yang diatur dalam pasal 55 Kitab Undang-Undang HukumPidana.
Pasal18
Cukupjelas
Pasal 19
Cukupjelas
Pasal 20
Cukupjelas