Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengalaman

Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai,

ditanggung) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Pengalaman merupakan guru yang

baik, yang menjadi sumber pengetahuan dan juga merupakan suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan (Notoadmodjo, 2005). Pengalaman dapat diartikan

juga sebagai memori episodik, yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa

peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat tertentu, yang

berfungsi sebagai referensi otobiografi (Syah, 2003).

B. Wanita Usia Subur

Menurut Hartanto (2002), wanita usia subur adalah wanita yang sudah

mengalami haid yang berumur antara 20 - 35 tahun dan secara operasional termasuk

wanita yang umurnya kurang dari 20 tahun dan telah haid, atau wanita yang telah

berumur lebih dari 35 tahun tetapi masih haid.

C. Kista Ovarium

1. Pengertian

Menurut Chyntia (2010) kista merupakan penyakit yang super halus, rumit dan

unik, sebab keberadaannya mirip dengan kehamilan, di mana semua wanita mempunyai

resiko akan hadirnya penyakit ini. Setiap wanita mempunyai 2 indung telur kanan dan

kiri yang ukuran normalnya sebesar biji kenari. Setiap indung telur tersebut berisi ribuan

telur yang masih muda atau follicle yang setiap bulannya akan membesar dan satu

Universitas Sumatera Utara


diantaranya membesar sangat cepat sehingga menjadi telur yang matang. Pada peristiwa

ovulasi telur yang matang ini keluar dari indung telur dan bergerak ke rahim melalui

saluran telur. Apabila sel telur yang matang ini dibuahi, follicle akan mengecil dan

menghilang dalam waktu 2-3 minggu dan akan terus berulang sesuai siklus haid pada

seorang wanita. Namun, jika terjadi gangguan pada proses siklus ini, maka kista pun

akan terjadi.

2. Jenis dan Karakter Kista

Prawirohardjo (2002) menyatakan bahwa berdasarkan tingkat keganasannya,

kista terbagi dua, yaitu nonneoplastik dan neoplastik. Kista nonneoplastik sifatnya jinak

dan biasanya akan mengempis sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista

neoplastik umumnya harus dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan

sifatnya.

Menurut Mansjoer, et al (2000), kista ovarium neoplastik jinak diantaranya:

a. Kistoma Ovarii Simpleks

Kistoma ovarii simpleks merupakan kista yang permukaannya rata dan halus,

biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis

berisi cairan jernih yang serosa dan berwarna kuning. Penatalaksanaan dengan

pengangkatan kista dengan reseksi ovarium.

b. Kistadenoma Ovarii Musinosum

Bentuk kista multilokular dan biasanya unilateral, dapat tumbuh menjadi sangat

besar. Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif

sehingga timbul perleketan kista dengan omentum, usus-usus, dan peritoneum parietale.

Selain itu, bisa terjadi ileus karena perleketan dan produksi musin yang terus bertambah

Universitas Sumatera Utara


akibat pseudomiksoma peritonei. Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista in tito

tanpa pungsi terlebih dulu dengan atau tanpa salpingo-ooforektomi tergantung besarnya

kista.

c. Kistadenoma Ovarii Serosum

Kista ini berasal dari epitel germinativum. Bentuk kista umumnya unilokular,

tapi jika multilokular perlu dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi

tidak sebesar kista musinosum. Selain teraba massa intraabdominal juga dapat timbul

asites. Penatalaksanaan umumnya sama dengan kistadenoma ovarii musinosum.

d. Kista Dermoid

Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal

berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol dari pada mesoderm dan entoderm. Bentuk

cairan kista ini seperti mentega. Kandungannya tidak hanya berupa cairan tapi juga ada

partikel lain seperti rambut, gigi, tulang, atau sisa-sisa kulit. Dinding kista keabu-abuan

dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan sebagian lagi padat. Dapat menjadi

ganas, seperti karsinoma epidermoid. Kista ini diduga berasal dari sel telur melalui

proses parthenogenesis. Gambaran klinis adalah nyeri mendadak di perut bagian bawah

karena torsi tangkai kista dermoid. Dinding kista dapat ruptur sehingga isi kista keluar

di rongga peritoneum. Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista dermoid bersama

seluruh ovarium.

Menurut Prawirohardjo (2002), kista nonneoplastik terdiri dari:

a. Kista Folikel

Kista ini berasal dari Folikel de Graaf yang tidak sampai berovulasi, namun

tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah tumbuh

di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim, melainkan

Universitas Sumatera Utara


membesar menjadi kista. Bisa didapati satu kista atau lebih, dan besarnya biasanya

dengan diameter 1 1,5 cm.

Kista folikel ini bisa menjadi sebesar jeruk nipis. Bagian dalam dinding kista

yang tipis yang terdiri atas beberapa lapisan sel granulosa, akan tetapi karena tekanan di

dalam kista, maka terjadilah atrofi pada lapisan ini. Cairan dalam kista berwarna jernih

dan sering kali mengandung estrogen. Oleh sebab itu, kista kadang-kadang dapat

menyebabkan gangguan haid. Kista folikel lambat laun dapat mengecil dan menghilang

spontan, atau bisa terjadi ruptur dan kista pun menghilang. Umumnya, jika diameter

kista tidak lebih dari 5 cm, maka dapat ditunggu dahulu karena kista folikel biasanya

dalam waktu 2 bulan akan menghilang sendiri.

b. Kista Korpus Luteum

Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus

albikans. Kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus luteum

persistens), perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista,

berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua. Frekuensi kista korpus

luteum lebih jarang dari pada kista folikel.

Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum

yang berasal dari sel-sel teka. Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid,

berupa amenorea diikuti oleh perdarahan tidak teratur. Adanya kista dapat pula

menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah dan perdarahan yang berulang dalam

kista dapat menyebabkan ruptur. Rasa nyeri di dalam perut yang mendadak dengan

adanya amenorea sering menimbulkan kesulitan dalam diagnosis diferensial dengan

kehamilan ektopik yang terganggu. Jika dilakukan operasi, gambaran yang khas kista

korpus luteum memudahkan pembuatan diagnosis. Penanganan kista korpus luteum

Universitas Sumatera Utara


ialah menunggu sampai kista hilang sendiri. Dalam hal dilakukan operasi atas dugaan

kehamilan ektopik terganggu, kista korpus luteum diangkat tanpa mengorbankan

ovarium.

c. Kista Lutein

Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadang-kadang tanpa adanya

kelainan tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi kistik. Kista biasanya bilateral

dan bisa menjadi sebesar ukuran tinju. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi

sel-sel teka. Sel-sel granulosa dapat pula menunjukkan luteinisasi, akan tetapi seringkali

sel-sel menghilang karena atresia. Tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh hormon

koriogonadotropin yang berlebihan, dan dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma,

ovarium mengecil spontan.

d. Kista Inklusi Germinal

Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel

germinativum pada permukaan ovarium. Kista ini lebih banyak terdapat pada wanita

yang lanjut umurnya, dan besarnya jarang melebihi diameter 1 cm. Kista ini biasanya

secara kebetulan ditemukan pada pemeriksaan histologik ovarium yang diangkat waktu

operasi. Kista terletak di bawah permukaan ovarium, dindingnya terdiri atas satu lapisan

epitel kubik atau torak rendah, dan isinya cairan jernih dan serus.

e. Kista Endometriosis

Kista yang terbentuk dari jaringan endometriosis (jaringan mirip dengan selaput

dinding rahim yang tumbuh di luar rahim) menempel di ovarium dan berkembang

menjadi kista. Kista ini sering disebut juga sebagai kista coklat endometriosis karena

berisi darah coklat-kemerahan. Kista ini berhubungan dengan penyakit endometriosis

yang menimbulkan nyeri haid dan nyeri senggama. Kista ini berasal dari sel-sel selaput

Universitas Sumatera Utara


perut yang disebut peritoneum. Penyebabnya bisa karena infeksi kandungan menahun,

misalnya keputihan yang tidak ditangani sehingga kuman-kumannya masuk kedalam

selaput perut melalui saluran indung telur. Infeksi tersebut melemahkan daya tahan

selaput perut, sehingga mudah terserang penyakit. Gejala kista ini sangat khas karena

berkaitan dengan haid. Seperti diketahui, saat haid tidak semua darah akan tumpah dari

rongga rahim ke liang vagina, tapi ada yang memercik ke rongga perut. Kondisi ini

merangsang sel-sel rusak yang ada di selaput perut mengidap penyakit baru yang dikenal

dengan endometriosis. Karena sifat penyusupannya yang perlahan, endometriosis sering

disebut kanker jinak.

f. Kista Stein-Leventhal

Ovarium tampak pucat, membesar 2 sampai 3 kali, polikistik, dan permukaannya

licin. Kapsul ovarium menebal. Kelainan ini terkenal dengan nama sindrom Stein-

Leventhal dan kiranya disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal. Umumnya

pada penderita terhadap gangguan ovulasi, oleh karena endometrium hanya dipengaruhi

oleh estrogen, hiperplasia endometrii sering ditemukan.

3. Gejala Kista Ovarium dan Tanda-tanda Klinik

Kista ovarium seringkali tanpa gejala, terutama bila ukuran kistanya masih kecil.

Kista yang jinak baru memberikan rasa tidak nyaman apabila kista semakin membesar,

sedangkan pada kista yang ganas kadangkala memberikan keluhan sebagai hasil

infiltrasi atau metastasis kejaringan sekitar (Sarjadi, 1995). Pemastian penyakit tidak

bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain

seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker

ovarium. Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan

ditubuh untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejalanya antara lain: perut

Universitas Sumatera Utara


terasa penuh, berat dan kembung, tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang

air kecil), haid tidak teratur, nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat

menyebar ke punggung bawah dan paha, nyeri senggama, mual, ingin muntah, atau

pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil. Kadang-kadang kista dapat memutar

pada pangkalnya, mengalami infark dan robek, sehingga menyebabkan nyeri tekan perut

bagian bawah yang akut sehingga memerlukan penanganan kesehatan segera (Moore,

2001).

4. Diagnosis

Menurut Llwellyn (2001), kista ovarium jinak tumbuh secara tersembunyi dan

sering tidak dapat dideteksi selama beberapa tahun. Tidak menyebabkan nyeri, tetapi

jika membesar dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan jarang menimbulkan

gangguan menstruasi. Pemeriksaan abdomen dan vagina secara periodik akan dapat

mendeteksi kista ini. Kista tanpa nyeri atau massa padat di cul-de-sac, atau di tempat

ovarium, atau meluas ke abdomen, yang dengan palpasi bersifat kistik sampai padat,

memberi tanda kista ovarium. Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan skening ultrason

abdomen atau transvagina, yang dapat membedakannya dari kehamilan, kegemukan,

pseudosiesis, kandung kemih penuh atau degenerasi kistik dari mioma.

Prawirohardjo (2002), menyatakan bahwa apabila pada pemeriksaan ditemukan

kista di rongga perut bagian bawah dan atau di rongga panggul, maka setelah diteliti

sifat-sifatnya (besarnya, lokalisasi, permukaan, konsistensi, apakah dapat digerakkan

atau tidak), maka perlu ditentukan jenis kista tersebut. Pada kista ovarium biasanya

uterus dapat diraba tersendiri, terpisah dari kista. Jika kista ovarium terletak di garis

tengah dalam rongga perut bagian bawah dan kista itu konsistensinya kistik, perlu

Universitas Sumatera Utara


dipikirkan adanya kehamilan atau kandung kemih penuh, sehingga pada anamnesis perlu

lebih cermat dan disertai pemeriksaan tambahan. Apabila sudah ditentukan bahwa kista

yang ditemukan ialah kista ovarium, maka perlu diketahui apakah kista itu bersifat

neoplastik atau nonneoplastik.

Kista nonneoplastik akibat peradangan umumnya dalam anamnesis menunjukkan

gejala-gejala ke arah peradangan genital, dan pada pemeriksaan kista-kista akibat

peradangan tidak dapat digerakkan karena perleketan. Kista nonneoplastik umumnya

tidak menjadi besar, dan diantaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri.

Jika kista ovarium itu bersifat neoplastik, maka pemeriksaan yang cermat dan analisis

yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan

diagnosis diferensial.

5. Pencegahan terjadinya Kista Ovarium

Chyntia (2010), menyatakan bahwa tidak ada upaya pencegahan yang dapat

dilakukan agar terhindar dari penyakit ini. Upaya yang bisa dilakukan adalah untuk

mengetahui secara dini penyakit ini sehingga pengobatan yang dilakukan memberi hasil

yang baik dengan komplikasi yang minimal. Upaya yang dilakukan adalah dengan

melakukan pemeriksaan secara berkala yang meliputi: pemeriksaan klinis ginekologik

untuk mendeteksi adanya kista atau pembesaran ovarium lainnya, pemeriksaan

Ultrasonografi (USG) bila perlu dengan alat Doppler untuk mendeteksi aliran darah,

pemeriksaan petanda tumor (tumor marker), pemeriksaan CT-Scan / MRI bila dianggap

perlu.

Universitas Sumatera Utara


6. Pemeriksaan Penunjang Kista Ovarium

Menurut Prawirohardjo (2002), metoda-metoda yang selanjutnya dapat

membantu menegakkan diagnosis antara lain: (1) Laparaskopi yaitu pemeriksaan ini

sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah kista berasal dari ovarium atau tidak,

serta untuk menentukan sifat-sifat kista, (2) Ultrasonografi yaitu dengan pemeriksaan ini

dapat ditentukan letak dan batas kista, apakah kista berasal dari uterus, ovarium, atau

kandung kencing, apakah kista kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairan

dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak, (3) Foto Rontgen yaitu pemeriksaan ini

berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid

kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam kista, (4) Parasentesis yaitu pungsi

asites berguna untuk menentukan sebab asites. Perlu diperhatikan bahwa tindakan

tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.

7. Penanganan Kista Ovarium

Menurut Prawirohardjo (2002), menyatakan bahwa dapat dipakai prinsip bahwa

kista ovarium neoplastik memerlukan operasi dan kista nonneoplastik tidak. Jika

menghadapi kista yang tidak memberi gejala atau keluhan pada penderita dan yang besar

kistanya tidak melebihi jeruk nipis dengan diameter kurang dari 5 cm, kemungkinan

besar kista tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum, jadi merupakan kista

nonneoplastik. Tidak jarang kista-kista tersebut mengalami pengecilan secara spontan

dan menghilang, sehingga pada pemeriksaan ulangan setelah beberapa minggu dapat

ditemukan ovarium yang kira-kira besarnya normal. Oleh sebab itu, dalam hal ini perlu

menunggu selama 2 sampai 3 bulan, sementara mengadakan pemeriksaan ginekologik

Universitas Sumatera Utara


berulang. Jika selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan kista

tersebut, maka dapat mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan besar kista itu bersifat

neoplastik, dan dapat dipertimbangkan satu pengobatan operatif.

Tindakan operasi pada kista ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah

pengangkatan kista dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung

kista. Akan tetapi, jika kistanya besar atau ada komplikasi, perlu dilakukan

pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (salpingo-

ooforektomi). Pada saat operasi kedua ovarium harus diperiksa untuk mengetahui apakah

ditemukan pada satu atau pada dua ovarium.

Pada operasi kista ovarium yang diangkat harus segera dibuka, untuk mengetahui

apakah ada keganasan atau tidak. Jika keadaan meragukan, perlu pada waktu operasi

dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen section) oleh seorang ahli

patologi anatomik untuk mendapatkan kepastian apakah kista ganas atau tidak. Jika

terdapat keganasan, operasi yang tepat ialah histerektomi dan salpingo-ooforektomi

bilateral. Akan tetapi, wanita muda yang masih ingin mendapat keturunan dan tingkat

keganasan kista yang rendah (misalnya kista sel granulosa), dapat dipertanggung-

jawabkan untuk mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa

radikal.

Llewellyn (2001) menyatakan bahwa, terapi bergantung pada ukuran dan

konsistensi kista dan penampakannya pada pemeriksaan ultrasonografi. Mungkin dapat

diamati kista ovarium berdiameter kurang dari 80 mm, dan skening diulang untuk

melihat apakah kista membesar. Jika diputuskan untuk dilakukan terapi, dapat dilakukan

aspirasi kista atau kistektomi ovarium. Kista yang terdapat pada wanita hamil, yang

berukuran >80 mm dengan dinding tebal atau semisolid memerlukan pembedahan,

Universitas Sumatera Utara


setelah kehamilan minggu ke 12. Kista yang dideteksi setelah kehamilan minggu ke 30

mungkin sulit dikeluarkan lewat pembedahan dan dapat terjadi persalinan prematur.

Keputusan untuk melakukan operasi hanya dapat dibuat setelah mendapatkan

pertimbangan yang cermat dengan melibatkan pasien dan pasangannya. Jika kista

menimbulkan obstruksi jalan lahir dan tidak dapat digerakkan secara digital, harus

dilakukan seksio sesaria dan kistektomi ovarium.

D. Pengalaman Wanita Usia Subur dengan Kista Ovarium

Kista ovarium merupakan kista yang sering menyerang wanita, gejalanya adalah

perut membuncit padahal tidak hamil. Merasakan sakit perut bagian bawah yang terasa

tumpul, hilang timbul bisa diperut bagian bawah sebelah kiri ataupun sebelah kanan.

Tidak jarang seorang calon ibu sangat kecewa karena dirinya gagal memperoleh

momongan, padahal ia sempat merasa bahagia saat menyadari adanya tanda-tanda awal

kehamilan selama 1 bulan terakhir seperti tidak datangnya menstruasi, perut terasa

kembung dan tidak nyaman, serta adanya mual muntah. Namun saat dilakukan

pemeriksaan, bukan kehamilan yang didapat, melainkan terdapatnya kista.

Masalah kesuburan pada wanita sering dikaitkan dengan kista. Bahkan ada

anggapan bila seseorang yang terkena kista ovarium akan sulit hamil. Tetapi pendapat

itu tidak sepenuhnya benar, karena bukan berarti seorang wanita yang menderita kista

tidak bisa memiliki anak, kehamilan masih bisa terjadi meski kemungkinannya lebih

kecil. Bahkan, pada wanita yang mengalami kista coklat disarankan untuk segera

menikah dan tidak menunda kehamilan, karena dengan kondisi tersebut bisa mencegah

kista semakin besar dan memperburuk keadaannya akibat kista tersebut.

Universitas Sumatera Utara


Adapun pengalaman wanita usia subur dengan kista ovarium ini tentu saja

membuat dirinya menjadi khawatir karena takut tidak bisa hamil dan memiliki tekanan

atas kondisinya dengan keluhan-keluhan yang dirasakannya. Apalagi dialami oleh

wanita hamil yang didiagnosa juga terdapat kista pada kehamilannya. Tentunya ibu akan

merasakan stress karena kista ovarium dalam kehamilan menyebabkan nyeri perut oleh

karena putaran tangkai, pecah atau perdarahan bahkan dapat menyebabkan keguguran

karena kista yang bertambah besar sehingga mengganggu kehamilannya. Tetapi semua

itu bergantung dari jenis dan ukuran kistanya. Kista yang fisiologis umumnya akan

menghilang dengan sendirinya namun tetap harus diamati apakah kista tersebut

mengalami pembesaran atau tidak. Pada kista yang patologis, pembesaran bisa terjadi

relatif cepat dan perlu dilakukan pengangkatan kista.

E. Penelitian Kualitatif Fenomenologi

Bogdan dan Taylor (1975, dalam Moleong, 2006) mengemukakan bahwa

metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Penelitian

kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena apa yang

dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara

holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep

atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa

individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan

Universitas Sumatera Utara


dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Istilah fenomenologi juga

sering diartikan sebagai anggapan umum untuk menunjuk pada pengalaman subjektif

dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. Fenomenologi kadang-kadang

digunakan sebagai pendekatan perspektif dan juga digunakan sebagai pendekatan dalam

penelitian kualitatif. Fenomenologi memiliki riwayat yang cukup panjang dalam

penelitian sosial termasuk psikologi, sosiologi, dan pekerjaan sosial. Selain itu

fenomenologi juga merupakan pandangan berpikir yang menekankan pada fokus kepada

pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi-interpretasi dunia (Moleong,

2006).

Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan

kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu.

Fenomenologi tidak berarti bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang

yang sedang diteliti, yang ditekankan oleh kaum fenomenologis ialah aspek subjektif

dari perilaku seseorang. Tetapi peneliti berusaha untuk masuk ke dalam dunia

konseptual para subjek yang ditelitinya sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana

suatu yang dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-

hari (Moleong, 2006).

Tingkat kepercayaan hasil penelitian berpegang kepada empat prinsip dan

kriteria Linkoln dan Guba (1985, dalam Danim, 2003) . Keempat prinsip dan kriteria

tersebut ialah: (1) credibility; (2) dependability; (3) confirmability; (4) transferability.

1. Prinsip credibility merujuk pada apakah kebenaran hasil penelitian dapat

dipercaya dalam makna mengungkapkan kenyataan yang sesungguhnya. Untuk

memenuhi kriteria ini, peneliti akan melakukan member check yaitu proses pengecekan

Universitas Sumatera Utara


data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data dengan tujuan untuk mengetahui

seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

2. Prinsip dependability merujuk apakah hasil penelitian tersebut memiliki

keandalan atau reabilitas. Prinsip ini dipenuhi dengan peniliti mempertahankan

konsistensi tekhnik pengumpulan data, dalam menggunakan konsep dan membuat

penafsiran atas fenomena.

3. Prinsip confirmability bermakna keyakinan atas data penelitian yang diperoleh.

Untuk memenuhi kriteria tersebut peneliti menginformasikan hasil penelitian kepada

pembimbing, karena pembimbing merupakan seorang yang ahli dalam bidang kualitatif

fenomenologi.

4. Prinsip transferability mengandung makna apakah hasil penelitian ini dapat

digeneralisasikan atau dapat diaplikasikan pada situasi lain. Hasil penelitian kualitatif

tidak secara apriori dapat digeneralisasikan, kecuali situasi tersebut memiliki

karakteristik yang sama dengan situasi lapangan tempat penelitian. Upaya untuk

mentransfer hasil penelitian kualitatif pada situasi yang berbeda sangat mungkin

memerlukan penyesuaian menurut keadaan dan asumsi-asumsi yang mendasarinya.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai