Anda di halaman 1dari 47

BAB 4.

TARGET KINERJA DAN


KERANGKA PENDANAAN

4.1 TARGET KINERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019


Untuk mendorong terciptanya
akuntabilitas kinerja
penyelenggaraan transportasi
sebagai salah satu persyaratan
terciptanya tata kelola
pemerintahan yang baik,
dibutuhkan pengukuran
kinerja kegiatan untuk menilai
tingkat keberhasilan
pencapaian sasaran
Kementerian Perhubungan.
Pengukuran kinerja Kementerian Perhubungan merupakan hasil dari suatu penilaian
yang sistematis serta didasarkan pada indikator kinerja kegiatan, meliputi masukan,
keluaran, hasil, manfaat dan dampak. Tingkat keberhasilan suatu kegiatan ditandai
dengan indikator kinerja utama Kementerian Perhubungan sesuai dengan Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 85 Tahun 2010 tentang Penetapan Indikator
Kinerja Utama di lingkungan Kementerian Perhubungan yang telah disempurnakan
melalui Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 68 Tahun 2012 dengan
tambahan indikator kegiatan yang bersifat strategis.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Perhubungan tahun 2015-2019 disusun
sebagai indikator outcome dan bukan merupakan indikator output, yang
dikelompokkan dalam 3 (tiga) aspek utama, yaitu : (1) Keselamatan dan keamanan
transportasi, (2) Pelayanan transportasi, dan (3) Kapasitas transportasi. Tiap aspek
memiliki sasaran dan kebijakan, sebagai berikut:

4.1.1 KESELAMATAN DAN KEAMANAN TRANSPORTASI

Dalam rangka mewujudkan keselamatan dan keamanan transportasi, Kementerian


Perhubungan mempunyai dua sasaran, yaitu : (1) Menurunnya angka kecelakaan
transportasi; dan (2) Menurunnya jumlah gangguan keamanan dalam
penyelenggaraan transportasi selama kurun waktu 2015-2019.

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4-1


4.1.1.1 MENURUNNYA ANGKA KECELAKAAN TRANSPORTASI
Untuk mencapai sasaran menurunnya angka kecelakaan transportasi, Kementerian
Perhubungan menetapkan Indikator Kinerja Utama untuk tahun 2015-2019, yaitu:
1. Ratio kejadian kecelakaan transportasi nasional :
a. Perkeretaapian yang diukur dengan angka kecelakaan kumulatif, dengan
baseline tahun 2014 sebesar 0,65 (rasio kecelakaan/1 juta km), dan
ditargetkan sampai tahun 2019 menjadi 0,55 (rasio kecelakaan/1 juta km),
dengan kegiatan strategis diantaranya Peningkatan/rehabilitasi jalur KA
sepanjang 1225 Km'sp, Peningkatan/rehabilitasi jembatan KA sepanjang 269
Unit, Peningkatan/rehabilitasi persinyalan, dan telekomunikasi KA sebanyak
41 Paket, Pelaksanaan Perawatan dan Pengoperasian Prasarana
Perkeretaapian Milik Negara, Pembinaan bidang keselamatan
perkeretaapian sebanyak 22 paket, Pengamanan perlintasan sebidang,
Pengadaan fasilitas dan peralatan bidang keselamatan perkeretaapian
sebanyak 95 paket;
b. Transportasi Laut yang diukur melalui rasio kejadian kecelakaan yaitu jumlah
kecelakaan yang terjadi pada setiap 10.000 freight pada 48 Pelabuhan sesuai
SK Dirjen Hubla Nomor UM.002/38/18/DJPL-11 dengan baseline tahun 2014
sebesar 1,080, ditargetkan sampai tahun 2019 rasio kejadian kecelakaan
transportasi laut menjadi sebesar 0,638;
c. Transportasi Udara yang diukur dengan angka kecelakaan, dengan baseline
tahun 2014 sebesar 6,56 (rasio kejadian/ 1 juta flight), dan ditargetkan
sampai pada tahun 2019 sebesar 2,45 (rasio kejadian/ 1 juta flight) melalui
pengadaan fasilitas dan peralatan bidang keselamatan penerbangan.
2. Jumlah pedoman standar keselamatan dan keamanan transportasi, dengan
target capaian s/d 2019 sebanyak 141 dokumen :
a. Transportasi Darat dengan baseline 1 dokumen pada tahun 2014,
ditargetkan menjadi 19 dokumen studi/kajian/desain/norma/standar/
pedoman/kriteria/prosedur terkait keselamatan bidang Perhubungan Darat
sampai pada tahun 2019;
b. Transportasi Perkeretaapian dengan baseline 1 dokumen pada tahun 2014,
ditargetkan menjadi 2 dokumen studi/kajian/desain/norma/standar/
pedoman/kriteria/prosedur terkait keselamatan dan keamanan bidang
Perkeretaapian sampai pada tahun 2019;
c. Transportasi Laut dengan baseline 3 dokumen pada tahun 2014, ditargetkan
menjadi 58 dokumen pedoman dan standar keselamatan dan keamanan
transportasi laut sampai pada tahun 2019. Dalam rangka menurunkan angka
kecelakaan Ditjen Hubla menerbitkan pedoman/standar terkait keselamatan
dan keamanan pelayaran dalam bentuk surat edaran dan surat keputusan
baik yang ditetapkan oleh Dirjen Hubla maupun Direktur Teknis terkait;
d. Transportasi Udara dengan baseline 2 dokumen pada tahun 2014, dan
ditargetkan sebanyak 62 dokumen studi/kajian/desain/norma/standar/

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4-2


pedoman/kriteria/prosedur terkait keselamatan bidang Perhubungan Udara
sampai pada tahun 2019.
3. Jumlah sarana dan prasarana keselamatan dan keamanan transportasi :
a. Transportasi Darat berupa :
1) Jumlah Ketersediaan Marka Jalan dengan baseline tahun 2014 sepanjang
400.000 m2, ditargetkan menjadi 13.900.000 m2 sampai pada tahun 2019;
2) Jumlah Ketersediaan Rambu Lalu Lintas dengan baseline tahun 2014
sebanyak 800 Unit, ditargetkan menjadi 9.800 Unit sampai pada tahun
2019;
3) Jumlah Ketersediaan APILL dengan baseline tahun 2014 sebanyak 50 Unit,
ditargetkan menjadi 1.645 Unit sampai pada tahun 2019;
4) Jumlah Ketersediaan Alat Penerangan Jalan Umum dengan baseline tahun
2014 sebanyak 2.500 Unit, ditargetkan menjadi 47.500 Unit sampai pada
tahun 2019;
5) Jumlah Ketersediaan Alat Pengawasan dan Pengamanan Jalan (Fasilitas
UPPKB) dengan baseline tahun 2014 sebanyak 0 Unit, ditargetkan
menjadi 68 Unit sampai pada tahun 2019;
6) Jumlah Ketersediaan Alat Pengendali dan Pengaman Pengguna Jalan
dengan baseline tahun 2014 sepanjang 20.000 m, ditargetkan menjadi
370.500 m sampai pada tahun 2019;
7) Pembangunan SBNP dan Rambu Sungai (LLASDP) dengan baseline tahun
2014 sebanyak 130 Unit, ditargetkan sebanyak 7.958 Unit SBNP dan
rambu sungai sampai pada tahun 2019;
b. Transportasi Perkeretaapian yaitu pengadaan fasilitas dan peralatan bidang
keamanan perkeretaapian berupa :
1) Fasilitas dan peralatan peningkatan keselamatan & SDM perkeretaapian
dengan baseline tahun 2014 sebanyak 29 Unit, ditargetkan menjadi 124
Unit sampai pada tahun 2019;
2) Perangkat Automatic Train Protection (ATP) ditargetkan menjadi 17 Unit
sampai pada tahun 2019;
c. Transportasi Laut mencakup:
1) Pembangunan SBNP dengan baseline tahun 2014 sebanyak 2.269 Unit,
ditargetkan sampai tahun 2019 sebanyak 3.023 Unit;
2) Pembangunan dan upgrade GMDSS dengan baseline tahun 2014
sebanyak 73 Unit, ditargetkan sampai tahun 2019 sebanyak 216 Unit;
3) Pembangunan dan upgrade VTS dengan baseline tahun 2014 sebanyak 34
Unit, ditargetkan sampai tahun 2019 sebanyak 69 Unit;

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4-3


4) Pembangunan/lanjutan/penyelesaian kapal patroli dengan baseline tahun
2014 sebanyak 315 Unit, ditargetkan sampai tahun 2019 sebanyak 599
Unit;
5) Pembangunan/lanjutan/penyelesaian kapal negara kenavigasian dengan
baseline tahun 2014 sebanyak 64 Unit, ditargetkan sampai tahun 2019
sebanyak 105 Unit.
d. Transportasi udara berupa fasilitas keamanan dan PK-PPK melalui
pengadaan fasilitas dan peralatan bidang keamanan penerbangan, dengan
baseline tahun 2014 sebanyak 312 paket, dan ditargetkan sampai tahun
2019 sebanyak 1.157 pengadaan fasilitas pelayanan darurat dan peralatan
bidang keamanan penerbangan;

4.1.1.2 MENURUNNYA JUMLAH GANGGUAN KEAMANAN DALAM


PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI
Untuk mencapai sasaran menurunnya jumlah gangguan keamanan dalam
penyelenggaraan transportasi, Kementerian Perhubungan menetapkan Indikator
Kinerja Utama untuk tahun 2015-2019 yaitu jumlah gangguan keamanan pada
pelayanan jasa transportasi (perkeretaapian, laut dan udara), dengan target capaian
tahun 2015-2019 sebanyak 221 kejadian/tahun, meliputi:
a. Transportasi Perkeretaapian melalui Kegiatan Sosialisasi Peningkatan
Keselamatan Perkeretaapian dengan target sampai tahun 2019 sebanyak
211 kejadian/tahun.
b. Transportasi Laut melalui pelaksanaan patroli dan pengawasan pada jalur
lalu lintas pelayaran dengan baseline tahun 2014 sebanyak 8 kejadian, dan
ditargetkan sampai tahun 2019 menurun menjadi 5 kejadian gangguan
keamanan/tahun;
c. Transportasi Udara melalui pembangunan fasilitas keamanan penerbangan
dengan baseline tahun 2014 sebanyak 8 kejadian, dan ditargetkan sampai
tahun 2019 menurun menjadi 5 kejadian gangguan keamanan/tahun.

4.1.2 PELAYANAN TRANSPORTASI


Dalam rangka peningkatan pelayanan transportasi, Kementerian Perhubungan
mempunyai 7 sasaran, yaitu : (1) Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan
prasarana transportasi, (2) Meningkatnya kompetensi SDM transportasi,
meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan diklat SDM perhubungan, (3)
Meningkatnya kualitas dan kuantitas penelitian dalam mendukung pembangunan
bidang transportasi, (4) Meningkatnya kinerja Kementerian Perhubungan dalam
mewujudkan good governance, (5) Meningkatnya penetapan dan kualitas regulasi
dalam implementasi kebijakan bidang perhubungan, (6) Menurunnya emisi gas
rumah kaca (RAN-GRK) dan meningkatnya penerapan teknologi ramah lingkungan

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4-4


pada sektor tansportasi, dan (7) Meningkatnya kualitas kinerja pengawasan dalam
rangka mewujudkan clean governance.

4.1.2.1 MENINGKATNYA KINERJA PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA


TRANSPORTASI
Untuk mencapai sasaran meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana
transportasi, Kementerian Perhubungan menetapkan Indikator Kinerja Utama untuk
tahun 2015-2019, yaitu :
1. Jumlah pedoman standar pelayanan sarana dan prasarana transportasi, dengan
target capaian s/d 2019 sebanyak 102 dokumen :
a. Transportasi Darat melalui Penyusunan dokumen studi/kajian/desain/
norma/standar/pedoman/kriteria/prosedur bidang Perhubungan Darat
dengan baseline tahun 2014 sebanyak 3 dokumen, dan ditargetkan sampai
pada tahun 2019 sebanyak 24 dokumen;
b. Transportasi Perkeretaapian melalui Penyusunan dokumen studi/kajian/
desain/norma/standar/pedoman/kriteria/prosedur bidang lalu lintas dan
angkutan kereta api (terkait SPM penyelenggaraan/pengoperasian Sarana
dan Prasarana Perkeretaapian yang senantiasa mengikuti tuntutan
masyarakat terhadap peningkatan kualitas pelayanan) yang ditargetkan
sampai dengan tahun 2019 sebanyak 4 dokumen;
c. Transportasi Laut melalui penyusunan pedoman standar pelayanan sarana
dan prasarana transportasi laut dalam bentuk surat edaran dan surat
keputusan baik yang ditetapkan oleh Dirjen Hubla maupun Direktur Teknis
terkait, dengan baseline tahun 2014 sebanyak 4 dokumen, dan ditargetkan
sampai pada tahun 2019 telah tersusun 34 dokumen pedoman dan standar
pelayanan sarana dan prasarana transportasi laut;
d. Transportasi udara melalui Penyusunan dokumen studi/kajian/desain/
norma/standar/pedoman/kriteria/prosedur bidang Perhubungan Udara
dengan baseline tahun 2014 sebanyak 10 dokumen, dan ditargetkan sampai
pada tahun 2019 sebanyak 40 dokumen.

2. Kinerja Pelayanan transportasi di Unit Pelayanan Teknis Perhubungan Laut (UPT),


dengan target capaian s/d tahun 2019 sebesar 73,33 persen :
a. Pencapaian waiting time (WT) melalui pengawasan operasional bongkar
muat di pelabuhan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan, dengan baseline
pada tahun 2014 sebesar 36,80%, dan ditargetkan sampai pada tahun 2019
pencapaian waiting time sebesar 70%;
b. Pencapaian approach time (AT) melalui pengawasan operasional bongkar
muat di pelabuhan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan, dengan baseline
pada tahun 2014 sebesar 43,70%, dan ditargetkan sampai pada tahun 2019
pencapaian approach time sebesar 70%;

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4-5


c. Pencapaian effective time (ET) melalui pengawasan operasional bongkar
muat di pelabuhan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan, dengan baseline
pada tahun 2014 sebesar 69,70%, dan ditargetkan sampai pada tahun 2019
pencapaian effective time mencapai 80%;

4.1.2.2 TERPENUHINYA SDM TRANSPORTASI DALAM JUMLAH DAN KOMPETENSI


SESUAI DENGAN KEBUTUHAN
Untuk mencapai sasaran meningkatnya kompetensi SDM transportasi,
meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan diklat SDM perhubungan serta tenaga
pendidik transportasi, Kementerian Perhubungan menetapkan Indikator Kinerja
Utama untuk tahun 2015-2019, yaitu peningkatan jumlah lulusan sumber daya
manusia transportasi yang bersertifikat melalui terbangunnya Kampus Terpadu
SDM Transportasi (ATKP Makassar), Kampus Terpadu SDM Transportasi (PIP
Makassar), Kampus BP2TD di Bali, dan Kampus Baru Akademi Perkeretaapian di
Madiun. Melalui terbangunnya kampus-kampus tersebut, ditargetkan percapai
peningkatan jumlah SDM aparatur dan SDM lulusan diklat, meliputi:
a. Baseline SDM aparatur pada tahun 2014 sebesar 35.925 orang, ditargetkan
menjadi 108.493 orang sampai pada tahun 2019;
b. Baseline SDM lulusan diklat tahun 2014 sebesar 890.518 orang, ditargetkan
menjadi 2.238.159 orang sampai pada tahun 2019.

4.1.2.3 MENINGKATNYA KUALITAS DAN KUANTITAS PENELITIAN DALAM


MENDUKUNG PEMBANGUNAN BIDANG TRANSPORTASI
Untuk mencapai sasaran meningkatnya kualitas dan kuantitas penelitian dalam
mendukung pembangunan bidang transportasi, Kementerian Perhubungan
menetapkan Indikator Kinerja Utama untuk tahun 2015-2019 berupa persentase
pemanfaatan penelitian yang dijadikan bahan rekomendasi kebijakan dengan target
pada tahun 2019 sebesar 80 %, melalui : perencanaan transportasi dengan
menyusun dokumen perencanaan yang menjadi kebutuhan Ditjen, seperti
penyusunan Rencana Induk (Terminal/Bandara/Pelabuhan/Stasiun) dan
Tatrawil/Tatralok, Pengembangan klinik transportasi dengan memberikan
pelayanan penelitian dan pengembangan kepada daerah yang memerlukan kajian
dalam menyelesaikan permasalahan transportasi di daerah, sehingga dapat menjadi
masukan dalam perumusan kebijakan oleh Pemerintah Daerah, dan Penyusunan
NSPK dilakukan dalam memenuhi amanat/ turunan peraturan-perundangan.

4.1.2.4 MENINGKATNYA KINERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DALAM


MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Untuk mencapai sasaran meningkatnya kinerja Kementerian Perhubungan dalam
mewujudkan good governance, Kementerian Perhubungan menetapkan Indikator
Kinerja Utama untuk tahun 2015-2019, yaitu :

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4-6


1. Penuntasan pelaksanaan reformasi birokrasi dengan baseline pada tahun 2014
mencapai 42% ( C ), dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebesar 100% (A)
melalui Pelaksanaan penilaian mandiri reformasi birokrasi, penyusunan roadmap
reformasi birokrasi, dan sosialisasi pelaksanaan reformasi birokrasi;

2. Nilai aset negara yang berhasil diinventarisasi sesuai kaidah pengelolaan BMN
melalui penyusunan SIMAK BMN Tahunan dengan baseline pada tahun 2014
sebesar Rp. 162,6 Triliun, dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebesar Rp.
721,5 Triliun;

3. Opini BPK atas laporan keuangan Kementerian Perhubungan dengan target


mempertahankan opini BPK berupa WTP sampai pada tahun 2019 melalui
kegiatan strategis diantaranya :
Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Perhubungan berbasis akrual
yang tepat waktu, relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami;
Sosialisasi kegiatan akuntansi dan sistem prosedur keuangan berbasis akrual;
Tindak lanjut hasil pemeriksaan dari aparat internal maupun eksternal yang
cepat dan tepat;
Pembekalan pengelola anggaran di lingkungan Kementerian Perhubungan;
Pengelolaan dan penatausahaan BMN di lingkungan Kementerian
Perhubungan;
4. Nilai AKIP Kementerian Perhubungan dengan baseline nilai AKIP B tahun 2014,
dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 memperoleh nilai AKIP AA, melalui
pelaksanaan e-performance di lingkungan Kementerian Perhubungan;

5. Jumlah penyederhanaan perijinan di lingkungan Kementerian Perhubungan,


dengan target capaian s/d tahun 2019 sebesar 100 persen :
a. Transportasi Darat melalui pengawasan penerbitan perizinan sesuai
ketentuan yang ditetapkan, yang ditargetkan sampai dengan tahun 2019
mencapai 100 persen;
b. Transportasi Perkeretaapian: melalui penyederhanaan prosedur perizinan
bidang perkeretaapian sesuai ketentuan yang ditetapkan, dengan target
sampai dengan tahun 2019 sebanyak 100 persen;
c. Transportasi Laut melalui penyederhanaan perizinan baik dalam bentuk
pengurangan waktu pengurusan perizinan maupun pengalihan dari manual
menjadi online, dengan target sebesar 100 persen sampai dengan tahun
2019;
d. Transportasi Udara melalui pengawasan penerbitan perizinan sesuai
ketentuan yang ditetapkan, dengan target sebesar 100 persen sampai
dengan tahun 2019;

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4-7


6. Keterbukaan informasi publik melalui pengembangan sistem basis data yang
dapat diakses oleh publik, dengan baseline pada tahun 2014 sebanyak 95,2 KIP,
dengan target sampai pada tahun 2019 mencapai nilai 100 KIP.

4.1.2.5 MENINGKATNYA PENETAPAN DAN KUALITAS REGULASI DALAM


IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BIDANG PERHUBUNGAN
Untuk mencapai sasaran meningkatnya penetapan dan kualitas regulasi dalam
implementasi kebijakan bidang perhubungan, Kementerian Perhubungan
menetapkan Indikator Kinerja Utama untuk tahun 2015-2019 berupa jumlah
peraturan perundang-undangan di sektor transportasi yang ditetapkan (selain
Keputusan Menteri) melalui perencanaan, persiapan, dan pembahasan rancangan
peraturan; pengesahan oleh Menhub; pengundangan oleh Menkumham;
penyebarluasan peraturan yang telah diundangkan melalui portal Kemenhub dan
kegiatan sosialisasi; dan evaluasi peraturan melalui uji petik dan rapat koordinasi
teknis. Dengan baseline pada tahun 2014 sebanyak 100 peraturan, dan ditargetkan
sampai tahun 2019 sebanyak 300 peraturan.

4.1.2.6 MENURUNNYA EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK) DAN


MENINGKATNYA PENERAPAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA
SEKTOR TANSPORTASI
Untuk mencapai sasaran menurunnya emisi gas rumah kaca (RAN-GRK) dan
meningkatnya penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor tansportasi,
Kementerian Perhubungan menetapkan Indikator Kinerja Utama untuk tahun 2015-
2019, yaitu :
1. Jumlah emisi gas rumah kaca dari sektor transportasi nasional yang dapat
diturunkan, dengan target capaian s/d tahun 2019 sebesar 18,962 Juta ton CO2e:
a. Transportasi Darat melalui kegiatan smart driving, pengadaan bus BRT,
pengadaan bus pemadu moda, dengan baseline pada tahun 2014 sebesar
0,172 juta ton CO2e, dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebesar 1,330
juta ton CO2e (merupakan capaian angka kumulatif);
b. Transportasi Perkeretaapian melalui pembangunan listrik aliran atas KA
sepanjang 300 Km'sp, dengan baseline pada tahun 2014 sebesar 0,042 juta
ton CO2e, dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebesar 1,127 juta ton
CO2e (merupakan capaian angka kumulatif);
c. Transportasi Laut melalui pengadaan SBNP bertenaga genset menjadi solar
cell, efisiensi operasional bongkar muat di pelabuhan, dengan baseline tahun
2014 mencapai 0,280 juta ton CO2e, dan ditargetkan sampai pada tahun
2019 sebesar 0,560 juta ton CO2e (merupakan capaian angka kumulatif);
d. Transportasi Udara melalui penggunaan pesawat yang lebih hemat bahan
bakar dan penerapan ecoairport, dengan baseline tahun 2014 sebesar 4,252

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4-8


juta ton CO2e, dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebesar 15,945 juta
ton CO2e (merupakan capaian angka kumulatif).

2. Jumlah prasarana yang telah menerapkan konsep ramah lingkungan, dengan


target capaian s/d tahun 2019 sebanyak 16.305 lokasi/unit :
a. Transportasi Darat melalui :
1) Penerangan Jalan Umum listrik yang dilengkapi dengan sensor, dengan
ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebanyak 13.000 unit;
2) Pembangunan SBNP, dengan baseline pada tahun 2014 sebanyak 18 unit,
dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebanyak 223 unit;
b. Transportasi Perkeretaapian melalui Pembangunan listrik aliran atas KA
(Jabodetabek, Yogyakarta - Solo, Bandung, Surabaya, Medan) sepanjang 300
Km'sp, dengan baseline pada tahun 2014 sebanyak 1 lokasi/unit, dan
ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebanyak 5 lokasi/unit (merupakan
elektrifikasi);
c. Transportasi Laut melalui :
Pembangunan SBNP Sollar Cell, dengan baseline pada tahun 2014 sebanyak
2.269 unit, dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebanyak 3.023 unit;
d. Transportasi Udara melalui penerapan bandara dengan konsep Eco Airport
,dengan baseline pada tahun 2014 sebanyak 25 lokasi, dan ditargetkan
sampai pada tahun 2019 sebanyak 50 lokasi.

4.1.2.7 MENINGKATNYA KUALITAS KINERJA PENGAWASAN DALAM RANGKA


MEWUJUDKAN CLEAN GOVERNANCE
Untuk mencapai sasaran meningkatnya kualitas kinerja pengawasan dalam rangka
mewujudkan clean governance, Kementerian perhubungan menetapkan Indikator
Kinerja Utama untuk tahun 2015-2019, berupa :
1. Persentase rekomendasi hasil audit yang ditindaklanjuti melalui pelaksanaan
monitoring tindak lanjut hasil pengawasan, dengan baseline pada tahun 2014
sebesar 25,70%, dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebesar 75%;
2. Jumlah Pegawai Inspektorat Jenderal yang memiliki sertifikat JFA melalui
pelaksanaan pelaksanaan diklat JFA bekerja sama dengan Instansi terkait,
dengan baseline pada tahun 2014 sebanyak 116 orang, dan ditargetkan sampai
pada tahun 2019 sebanyak 190 orang (merupakan capaian angka kumulatif).

4.1.3 KAPASITAS TRANSPORTASI


Dalam rangka meningkatkan kapasitas transportasi, Kementerian Perhubungan
menetapkan 5 (lima) sasaran, yaitu : (1) Meningkatnya kapasitas sarana sarana dan
prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi multimoda dan
antarmoda untuk mengurangi backlog maupun bottleneck kapasitas prasarana

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4-9


transportasi dan sarana transportasi antarmoda dan antarpulau sesuai dengan
sistem transportasi nasional dan cetak biru transportasi multimoda, (2)
Meningkatnya produksi angkutan penumpang dan barang, (3) Meningkatnya
layanan transportasi di daerah rawan bencana, perbatasan negara, pulau terluar,
dan wilayah non komersial lainnya, (4) Meningkatnya pelayanan angkutan umum
massal perkotaan, dan (5) Meningkatnya aplikasi teknologi informasi dan skema
sistem manajemen transportasi perkotaan.

4.1.3.1 MENINGKATNYA KAPASITAS SARANA SARANA DAN PRASARANA


TRANSPORTASI DAN KETERPADUAN SISTEM TRANSPORTASI
ANTARMODA/MULTIMODA
Untuk mencapai meningkatnya kapasitas sarana sarana dan prasarana transportasi
dan keterpaduan sistem transportasi antarmoda/multimoda, Kementerian
perhubungan menetapkan Indikator Kinerja Utama untuk tahun 2015-2019, berupa:
1. Peningkatan kapasitas prasarana, meliputi:
a. Jumlah pembangunan dan peningkatan/rehabilitasi terminal penumpang
tipe A, dengan baseline tahun 2014 sebanyak 17 terminal dan ditargetkan
sampai pada tahun 2019 sebanyak 58 terminal;
b. Jumlah pembangunan dermaga sungai dan danau, dengan baseline tahun
2014 sebanyak 38 dermaga dan ditargetkan sampai pada tahun 2019
sebanyak 131 dermaga;
c. Jumlah pembangunan/pengembangan dermaga penyeberangan untuk
menghubungkan seluruh lintas penyeberangan Sabuk Utara, Tengah, dan
Selatan serta poros poros penghubungnya, dengan baseline tahun 2014
sebanyak 210 dermaga dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebanyak
275 dermaga;
d. Panjang jalur kereta api yang pada baseline tahun 2014 sepanjang 5.434
Kmsp dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sepanjang 8.692 Kmsp
melalui pembangunan jalur kereta api sepanjang 3.258 Km'sp;
e. Jumlah pembangunan/lanjutan/penyelesaian dan pengembangan Pelabuhan
Laut non komersial sebagai sub feeder tol laut, ditargetkan sampai dengan
tahun 2019 sebanyak 100 Pelabuhan;
f. Jumlah rute angkutan laut tetap dan teratur dalam mendukung Tol Laut
sampai pada tahun 2019 ditargetkan mencapai 13 rute;
g. Pembangunan/ pengembangan bandara berupa pengembangan bandara
eksisting pada tahun 2014 sebanyak 100 bandara hingga tahun 2019
sebanyak 100 bandara eksisting, pembangunan bandara baru yang pada
baseline tahun 2014 sebanyak 2 bandara dan target pada sampai tahun 2019
sebanyak 17 bandara baru.

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 10


2. Peningkatan kapasitas sarana, dengan target capaian s/d tahun 2019 sebesar
3.955 Bus/Unit/Kapal, meliputi:
a. Jumlah pengadaan bus BRT yang pada baseline tahun 2014 sebanyak 303
bus dan ditargetkan sebanyak 3.473 bus sampai tahun 2019;
b. Jumlah pengadaan sarana kereta api untuk peningkatan kapasitas angkutan
oleh Pemerintah (APBN) yang pada baseline tahun 2014 sebanyak 42 unit
dan ditargetkan menjadi sebanyak 204 unit sampai tahun 2019;
c. Jumlah pembangunan/lanjutan/penyelesaian armada kapal negara angkutan
laut perintis dengan baseline tahun 2014 sebanyak 54 kapal dan ditergetkan
sampai dengan tahun 2019 sebanyak 157 kapal;
d. Jumlah pembangunan/lanjutan/penyelesaian kapal penyeberangan yang
pada baseline tahun 2014 sebanyak 71 kapal dan ditargetkan menjadi 121
kapal sampai pada tahun 2019.

3. Terselenggaranya proses Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam


penyediaan infrastruktur transportasi, dengan target capaian s/d tahun 2019
sebanyak 19 Proyek, meliputi:
a. Pembinaan penyelenggaraan prasarana, sarana dan lalu lintas dan angkutan
kereta api sebanyak 6 proyek sampai pada tahun 2019;
b. Penyelenggaraan kerjasama pemerintah dan badan usaha pada sektor
Transportasi Laut ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebanyak 10 proyek;
c. Penyiapan dokumen terhadap infrastruktur transportasi udara yang siap
ditawarkan kepada swasta sampai pada tahun 2019 sebanyak 3 proyek;

4.1.3.2 MENINGKATNYA LAYANAN TRANSPORTASI DI DAERAH RAWAN BENCANA,


PERBATASAN NEGARA, PULAU TERLUAR, DAN WILAYAH NON KOMERSIAL
LAINNYA
Untuk mencapai sasaran untuk meningkatkan pelayanan transportasi di daerah
rawan bencana, perbatasan negara, pulau terluar, dan wilayah non komersial
lainnya, Kementerian Perhubungan menetapkan Indikator Kinerja Utama untuk
tahun 2015-2019 yaitu:

1. Jumlah lintasan/rute angkutan perintis, dengan target capaian s/d tahun 2019
sebanyak 984 trayek/lintas/rute, melalui:
a. Kegiatan strategis angkutan jalan berupa subsidi operasional angkutan
perintis jalan dengan baseline tahun 2014 sebanyak 205 trayek, dan
ditargetkan sampai tahun 2019 menjadi 257 trayek ;

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 11


b. Kegiatan strategis angkutan penyeberangan berupa subsidi operasional
angkutan perintis penyeberangan dengan baseline tahun 2014 sebanyak 178
lintas, dan ditargetkan sampai tahun 2019 menjadi 230 lintas;
c. Kegiatan strategis angkutan KA berupa penyelenggaraan subsidi angkutan
kereta api dengan baseline tahun 2014 sebanyak 1 rute, dan ditargetkan
tahun 2019 menjadi 8 rute;
d. Kegiatan strategis angkutan laut berupa penyelenggaraan angkutan laut
perintis dengan baseline tahun 2014 sebanyak 84 rute, dan ditargetkan
tahun 2019 menjadi 193 rute;
e. Kegiatan strategis angkutan udara berupa penyelenggaraan angkutan udara
perintis dengan baseline tahun 2014 sebanyak 164 rute, dan ditargetkan
pada tahun 2019 menjadi 265 rute;

2. Jumlah lintasan/rute angkutan perintis menjadi komersial, dengan target capaian


s/d tahun 2019 sebanyak 56 trayek/lintas/rute, yaitu:
a. Angkutan penyeberangan dengan baseline tahun 2014 sebanyak 48 rute,
dan ditargetkan pada tahun 2019 menjadi 50 rute;
b. Angkutan KA ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebanyak 2 rute;
c. Angkutan udara dengan baseline tahun 2014 sebanyak 1 rute, dan
ditargetkan pada tahun 2019 menjadi 4 rute.

4.1.3.3 MENINGKATNYA PELAYANAN ANGKUTAN UMUM MASSAL PERKOTAAN


Untuk mencapai sasaran untuk meningkatkan pelayanan angkutan umum massal
perkotaan, Kementerian Perhubungan menetapkan Indikator Kinerja Utama untuk
tahun 2015-2019, yaitu:
1. Jumlah wilayah perkotaan yang menerapkan sistem angkutan massal berbasis
jalan dan kereta api, dengan target capaian s/d tahun 2019 sebanyak 47 lokasi,
melalui:
a. Transportasi darat melalui pengadaan bus BRT dengan baseline tahun 2014
sebanyak 18 lokasi, dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebanyak 34
lokasi;
b. Transportasi perkeretaapian melalui pembangunan jalur ganda kereta api
termasuk listrik aliran atas KA dengan baseline tahun 2014 sebanyak 5 lokasi,
dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebanyak 13 lokasi;
2. Modal share (pangsa pasar) angkutan umum perkotaan di Kota Megapolitan/
Metropolitan/ Besar melalui kegiatan pengadaan bus BRT dengan baseline tahun
2014 sebesar 2%, dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebesar 12%;

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 12


4.1.3.4 MENINGKATNYA APLIKASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN SKEMA SISTEM
MANAJEMEN TRANSPORTASI PERKOTAAN
Untuk mencapai sasaran meningkatnya aplikasi teknologi informasi dan skema
sistem manajemen transportasi perkotaan, Kementerian Perhubungan menetapkan
Indikator Kinerja Utama untuk tahun 2015-2019, yaitu:
1. Jumlah kota yang menerapkan pengaturan persimpangan dengan menggunakan
teknologi informasi (ATCS) di seluruh ibukota provinsi dengan baseline tahun
2014 sebanyak 20 lokasi, dan ditargetkan tahun 2019 menjadi 50 lokasi dengan
kegiatan strategis pengadaan dan pemasangan ATCS;

Rincian rumusan Indikator Kinerja Utama pada Rencana Strategis


Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 adalah seperti tabel 4.1 berikut:

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 13


Tabel 4.1 Rumusan Indikator Kinerja Utama pada Renstra Kemenhub Tahun 2015-2019

SASARAN
INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2014 CAPAIAN S/D
NO. KEMENTERIAN SATUAN 2015-2019
(OUTCOME) (BASELINE) 2019
PERHUBUNGAN

I. Keselamatan dan Keamanan


1 Menurunnya 1 Ratio kejadian kecelakaan
angka transportasi nasional
kecelakaan a. Transportasi Perkeretaapian Ratio kecelakaan/ 0,65 0,55 0,55
transportasi 1 juta km
b. Transportasi laut Ratio kejadian 1,080 0,638 0,638
kecelakaan/ 10.000
Freight
c. Transportasi udara Rasio kejadian/ 1 6,56 2,45 2,45
juta fligth
2 Jumlah pedoman standar Dokumen 7 134 141
keselamatan
3 Jumlah sarana dan prasarana Meter2 400.000 13.500.000 13.900.000
keselamatan
m1 20.000 350.500 370.500
unit/ paket 7.181 65.704 72.884

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 16


2 Menurunnya 4 Jumlah gangguan keamanan pada Jumlah Kejadian / 16 221 221
Jumlah pelayanan jasa transportasi Tahun
Gangguan
Keamanan
dalam
Penyelenggaraan
Transportasi
II. Pelayanan
3 Meningkatnya 5 Jumlah pedoman standar pelayanan Dokumen 19 83 102
kinerja sarana dan prasarana transportasi
pelayanan
6 Kinerja Prasarana Transportasi (UPT) % 50,07 73,33 73,33
sarana dan
prasarana
transportasi
4 Terpenuhinya 7 Peningkatan Jumlah Lulusan SDM Orang 926.443 1.420.209 2.346.652
SDM Transportasi Bersertifikat:
transportasi
dalam jumlah &
kompetensi
sesuai dengan
kebutuhan
5 Meningkatnya 8 Persentase pemanfaatan penelitian % n/a 80 80
kualitas yang dijadikan bahan rekomendasi
penelitian sesuai kebijakan
dengan
kebutuhan

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 17


6 Meningkatnya 9 Penuntasan pelaksanaan reformasi Nilai RB 42 ( C ) 100 (A) 100 (A)
kinerja birokrasi
Kementerian
Perhubungan 10 Nilai aset negara yang berhasil % 162,6 558,9 721,5
dalam diinventarisasi sesuai kaidah
mewujudkan pengelolaan BMN
good 11 Opini BPK atas laporan keuangan Opini BPK WTP WTP WTP
governance Kementerian Perhubungan
12 Nilai AKIP Kementerian Perhubungan Nilai AKIP B AA AA

13 Jumlah penyederhanaan perijinan di Prosentase (%) n/a 100 100


lingkungan Kementerian
Perhubungan
14 Keterbukaan Informasi Publik Nilai KIP 95,2 100 100

7 Meningkatnya 15 Jumlah peraturan perundang- Peraturan 100 300 300


penetapan dan undangan di sektor transportasi yang
kualitas regulasi ditetapkan (selain keputusan
dalam menteri)
implementasi
kebijakan bidang
perhubungan

8 Menurunnya 16 Jumlah emisi gas rumah kaca dari Juta ton CO2e 4,746 18,962 18,962
emisi gas rumah sektor transportasi nasional yang
kaca (RAN-GRK) dapat diturunkan

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 18


dan
meningkatnya
penerapan
teknologi ramah
lingkungan pada 17 Jumlah prasarana yang telah Lokasi/Unit 2.313 13.992 16.305
sektor menerapkan konsep ramah
tansportasi lingkungan
9 Meningkatnya 18 Persentase Rekomendasi Hasil Audit % 25.70 75 75
kualitas kinerja yang ditindaklanjuti
pengawasan
dalam rangka
mewujudkan
clean
governance

19 Jumlah Pegawai Inspektorat Jenderal Orang 116 190 190


yang memiliki sertifikat JFA

III. Kapasitas Transportasi


10 Meningkatnya 20 Peningkatan kapasitas prasarana Terminal/Dermaga/ 367 414 681
layanan Bandara
transportasi di Km'sp 5.434 3.258 8.692
daerah rawan Rute n/a 13 13
bencana,
21 Peningkatan kapasitas sarana: Bus/Unit/Kapal 470 3.485 3.955
perbatasan,
terluar, terpencil

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 19


dan khususnya 22 Terselenggaranya Proses Kerjasama Proyek 2 17 19
wilayah timur Pemerintah Swasta dalam
Indonesia penyediaan infrastruktur
transportasi

11 Meningkatnya 25 Jumlah lintasan/ rute angkutan Trayek/ Lintas/ 632 984 984
layanan perintis Rute
transportasi di
daerah rawan
bencana, 26 Jumlah lintasan/ rute angkutan Trayek/ Lintas/ 49 55 56
perbatasan, perintis menjadi komersial Rute
terluar, terpencil
dan khususnya
wilayah timur
Indonesia

12 Meningkatnya 27 Jumlah wilayah perkotaan yang Lokasi 23 47 47


pelayanan menerapkan sistem angkutan massal
angkutan umum berbasis jalan dan kereta api
massal 28 Modal share (pangsa pasar) % 2 12 12
perkotaan angkutan umum perkotaan di Kota
Megapolitan/Metropolitan/ Besar
khusus BRT

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 20


13 Meningkatnya 29 Jumlah kota yang menerapkan Lokasi 20 50 50
aplikasi pengaturan persimpangan dengan
teknologi menggunakan teknologi informasi
informasi dan (ATCS) di seluruh ibukota provinsi/
skema sistem kota besar/ kota metropolitan
manajemen
transportasi
perkotaan

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 21


4.2 KERANGKA PENDANAAN
Pendanaan merupakan salah satu kunci utama dalam tercapainya pembangunan
infrastruktur, yang memerlukan dana yang besar. Pembangunan infrastruktur transportasi
membutuhkan pembiayaan yang terstruktur dalam periode yang panjang. Pemerintah dapat
meningkatkan pembelanjaan sektor publik hingga mencapai 5%
bahkan hingga 7% PDB. Pemerintah mempunyai kewajiban (Public
Sector Obligation) membangun infrastruktur dasar yang layak secara
ekonomi tetapi tidak layak secara komersial. Kemitraan pemerintah
dan swasta (Public Private Partnership) diperlukan untuk mendukung
proyek-proyek yang layak secara ekonomi namun kurang layak secara
finansial.

4.2.1 SKENARIO PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR


Dalam konteks skenario perencanaan infrastruktur perhubungan pembangunan jalan raya
menjadi salah satu komponen terbesar dalam pemenuhan kebutuhan pendanaan. Skenario
peningkatan jaringan jalan akan memberikan implikasi terhadap peningkatan aksesibilitas
antar wilayah di Indonesia, serta memberikan jaminan peningkatan pelayanan distribusi
barang dan penumpang. Hal ini akan meningkatkan pula pendapatan sektor transportasi
meskipun pada beberapa kasus peningkatan infrastruktur jalan juga akan memberikan
dampak terhadap peningkatan pertumbuhan lalu lintas. Namun permasalahan demikian
menjadi salah satu aspek yang memerlukan penanganan mengingat roda perekonomian
negara akan sangat tergantung pada pengembangan infrastruktur.

Tabel 4.2 Skenario Pendanaan Berdasarkan Kerangka RPJMN Tahun 2015-2019

Skenario Penuh Skenario Parsial Skenario Dasar


Sektor
(100%) (75%) (50%)
Jalan 1.274 851 637
Perkeretaapian 278 222 140
Transportasi Perkotaan 169 127 84
Transportasi Laut 563 424 282
Transportasi Darat 91 80 60
Transportasi Udara 182 165 100
Total 2.557 1.869 1.303
Sumber : Bappenas, 2014

Skenario pendanaan memberikan implikasi terhadap beberapa skenario didalam


peningkatan perjanjian dan pengembangan investasi dengan pihak swasta. Mekanisme
Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) dan lembaga-lembaga internasional maupun negara
lain akan menjadi salah satu komponen yang harus dibangun. Peningkatan hubungan
bilateral antar negara akan berpotensi meningkatkan investasi, sedangkan peningkatan
komponen pinjaman luar negeri yang berpotensi untuk membiayai pembangunan
infrastruktur di Indonesia. Pada Tahun 2015-2019, skenario tersebut menjadi salah satu
alternatif yang paling signifikan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi negara
dengan tidak mengesampingkan kebutuhan lainnya.

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 22 -


Berdasarkan skema pendanaan pembangunan infrastruktur yang diterbitkan Bappenas,
mekanisme optimalisasi peran BUMN dan Swasta menjadi alternatif positif mengingat
sumber pendanaan negara belum optimal memberikan upaya pemerataan pembangunan
infrastruktur. Peran swasta dan BUMN menjadi sangat penting dalam memberikan
multiplier effect terhadap peningkatan iklim investasi, serta percepatan dan peningkatan
pertumbuhan ekonomi nasional maupun wilayah yang akan berdampak pada kesejahteraan
dan kemakmuran rakyat. Beberapa kerangka pendanaan pembangunan infrastruktur antara
lain seperti dibawah ini:

4.2.2 SKEMA FINANSIAL KREATIF


Kerangka pembiayaan infrastruktur transportasi
terdiri dari beberapa skema finansial kreatif yang
didasarkan pendanaan APBN on Budget, DCM Off
Budget, dan Off Budget Private Financing.
Pembiayaan transportasi sendiri dibagi dalam dua
strategi, yaitu: (1) PPP Konvensional dan (2)
Aliansi Strategis. Proyek-proyek yang layak secara
ekonomi dan finansial dapat diserahkan
sepenuhnya kepada pembiayaan sektor swasta
(Private Financing Initiatives), termasuk proyek-proyek khusus yang bersifat unsolicited dan
tidak memerlukan lelang kompetitif. Pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan SDM
harus ditingkatkan untuk mempersiapkan, mengelola, dan mengawasi pelaksanaan proses
dan prosedur PPP sesuai dengan prinsip-prinsip internasional. Pembiayaan proyek-proyek
PPP berkaitan dengan pembiayaan proyek modern. Proyek skala besar membutuhkan Equity
Financing, Debt Financing yang canggih, dan aliansi pendanaan global (konsorsium
perbankan, investment fund, bond, dan rekayasa finansial lainnya).
Adapun beberapa skema pendanaan proyek-proyek investasi adalah sebagai berikut:
1. Investasi Pemerintah. Pemerintah dalam melakukan investasi pada proyek-proyek yang
dianggap layak secara ekonomi dengan memanfaatkan dana APBN/APBD; DAU, DAK,
dan Dana Daerah; Pinjaman Luar Negeri dan Kredit Ekspor.
a. Contoh pemanfaatan dana APBN/APBD adalah Subsidi dan Public Service Obligation
(PSO). Subsidi adalah sumbangan atau pembayaran uang oleh pemerintah pada
barang dan jasa untuk dapat menghasilkan produk barang/jasa yang lebih murah.
Biasanya subsidi digunakan oleh pemerintah untuk melakukan proteksi terhadap
produk-produk dalam negeri ataupun untuk memberikan peluang yang sama dalam
mengakses fasilitas publik terhadap masyarakat yang marginal. Public Service
Obligation (PSO) merupakan tanggung jawab pemerintah untuk menyediakan
layanan publik kepada masyarakat untuk jasa non komersial, yang dilakukan melalui
BUMN atau swasta dan didukung oleh pemerintah melalui skema dukungan sistem
non-financial atau financial.
b. Sumber pendanaan luar negeri, baik berupa hibah maupun pinjaman luar negeri
(PHLN), diupayakan tetap mengutamakan kedaulatan, kepentingan nasional dan
meningkatkan efektivitas pemanfaatannya sesuai prioritas pembangunan nasional.
Pemanfaatan PHLN seharusnya dilihat bukan hanya dari sisi pendanaan tetapi juga

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 23 -


sebagai sarana untuk bertukar informasi dan pembelajaran yang bertujuan untuk
memperkuat dan menyempurnakan sistem perencanaan, anggaran, pengadaan,
pemantauan dan evaluasi nasional serta kapasitas kelembagaan serta sumber daya
manusia. Sumber pendanaan melalui hibah luar negeri dapat berasal dari mitra
pembangunan internasional, baik negara maupun lembaga/badan internasional.
2. Kemitraan Pemerintah Swasta (KPS). Skema pendanaan Kerjasama Pemerintah dan
Swasta (KPS) bertujuan untuk pembangunan prasarana dasar yang tidak layak secara
finansial namun layak secara ekonomis dan telah memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan. Skema KPS berfokus pada pendanaan sarana dan prasarana pembangunan
infrastruktur transportasi yang memiliki kelayakan finansial tinggi (full cost recovery)
atau kelayakan marjinal terkait kontribusi pemerintah dalam bentuk government
support. Skema KPS juga dapat disinergikan dengan optimasi penggunaan pinjaman dan
hibah luar negeri, khususnya untuk pendanaan prasarana dasar.
3. Investasi Swasta. Pihak swasta berpartisipasi secara langsung dalam pembiayaan proyek-
proyek infrastruktur, yaitu melalui proyek KPS dengan skema unsolicited, special
purpose, dan pemanfaatan hak kompensasi.
a. Penilaian dan evaluasi kelayakan berupa pemeriksaan semua dokumen administrasi
di hadapan Tim Penilai;
b. Proses penetapan BLU penuh atu BLU bertahap.
4. Creative financing sebagai pembiayaan alternatif, terbagi menjadi:
a. Infrastructure Bond yang penggunaannya secara khusus untuk pembiayaan proyek-
proyek infrastruktur;
b. Penugasan BUMN (seperti penugasan Hutama Karya dalam proyek Trans Sumatera
Highway) didukung melalui penyertaan modal pemerintah dan direct-lending yang
dijamin oleh pemerintah;
c. Private Finance Initiative (PFI) multi-year contract 15 - 30 tahun;
d. Performance-Based Annuity Scheme (PBAS) atau Availability Payment;
e. Pengenaan tarif/biaya akses seperti Electronic Road Pricing (ERP);
f. Infrastruktur swasta (private infrastructure);
g. Pembangunan infrastruktur berbasis partisipasi masyarakat (community-based
infrastructure).

4.2.3 KRITERIA SKEMA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR


Di dalam skema pembiayaan infrastruktur, khususnya transportasi, memerlukan beberapa
kriteria yang harus diperhatikan oleh Kementerian/Lembaga pengampu yang dalam hal ini
adalah Kementerian Perhubungan. Kriteria pembiayaan infrastruktur transportasi yang
disusun pada periode 2015-2019, meliputi :
1. Layak secara ekonomi tetapi tidak layak secara finansial dengan skema pembiayaan
murni oleh pemerintah baik dari aspek operasi, pemeliharaan dan konstruksi yang
diprioritaskan pada wilayah timur Indonesia, perdesaan, dan wilayah terdepan/
perbatasan;
2. Layak secara ekonomi tetapi tidak layak secara finansial dengan skema pembiayaan
swasta dan pemerintah khususnya dalam pembiayaan hybrid financing;

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 24 -


3. Layak secara ekonomi dan marjinal finansial dengan skema pembiayaan dominan dari
swasta yang bekerja sama (sharing) dengan pemerintahdalam skema pembiayaan
infrastruktur. Skema pembiayaan ini menggunakan skema Kerja Sama Pemerintah
Swasta (KPS) dengan dukungan pemerintah (VGF) atau creative financing lainnya, seperti
PFI, PBAS, Bank Infrastruktur, Bank Tanah, dan lain-lain;
4. Layak secara ekonomi dan finansial dengan skema pembiayaan swasta dan swastayang
bekerja sama melalui model Public Private Partnership (PPP) regular;
5. Layak secara ekonomi tetapi tidak layak secara finansial dengan skema pembiayaan
murni oleh BUMN dan BUMN dengan prioritas pengembangan dan pembangunan
proyek pada wilayah barat Indonesia dan perkotaan. Skema operasional dan teknis
pelaksanaan pendanaan tersebut melalui penugasan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

4.2.4 SKEMA PENDANAAN INFRASTRUKTUR SELAIN SKEMA APBN, APBD DAN KPS
Skema pendanaan infrstruktur diluar skema APBN dan APBD, serta KPS dilakukan melalui
pendekatan insitusional dan pendekatan kebijakan.
Pendekatan Institusional
Pendekatan institusional dalam perumusan kerangka pendanaan infrastrukturdijelaskan,
sebagai berikut :
1. Penugasan BUMN (seperti: konsep penugasan Hutama Karya dalam proyek Trans
Sumatera Highway) didukung melalui modal pemerintah dan direct-lendingyang dijamin
oleh pemerintah;
2. Infrastruktur swasta (private infrastructure) untuk proyek-proyek yang memiliki
kelayakan ekonomi dan finansial baik;
3. Pembangunan infrastruktur berbasis partisipasi masyarakat (community-based
infrastructure) khususnya untuk proyek infrastruktur skala kecil;
4. Bank khusus pendanaan infrastruktur (infrastructure bank) untuk mengelola project
development revolving funddan pengelolaan dana dari infrastructure bond maupun dana
dukungan pemerintah;
5. Bank khusus pengadaan tanah untuk pembangunan infrastruktur (bank tanah).

Pendekatan Kebijakan
Pendekatan kebijakan dalam pendanaan infrastruktur di sektor transportasi, sebagai
berikut:
1. Infrastructure Bond, obligasi yang penggunaannya dikhususkan untuk pembiayaan
proyek-proyek infrastruktur;
2. Private Finance Initiative (PFI) pembiayaan multi-yearcontractselama 15-30 tahun;
3. Performance-Based Annuity Scheme (PBAS) atau Availability Payment untuk menjamin
kelangsungan penerimaan investor dalam rentang waktu konsesi;
4. Pengenaan tarif/biaya akses penggunaan infrastruktur seperti Electronic Road Pricing
(ERP);

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 25 -


5. Asset Sale/Lease back penjualan aset untuk pendanaan pembangunan atau kontrak-
sewa jangka panjang, seperti kerja sama 10 bandar udara UPBU di Kementerian
Perhubungan, untuk peningkatan layanan infrastruktur.

4.2.5 PROYEK PEMBANGUNAN STRATEGIS SEKTOR PERHUBUNGAN DENGAN


MENGGUNAKAN SKEMA PENDANAAN BUMN/SWASTA
Tingginya angka kebutuhan pembangunan infrastruktur perhubungan terkendala beberapa
dengan keterbatasan anggaran pemerintah dalam melakukan pembangunan sektor
transportasi, sehingga fokus pembangunan menggunakan APBN diarahkan untuk
pembangunan di luar pulau Jawa terutama Kawasan Timur Indonesia. Sedangkan segmen
pembangunan infrastruktur komersial di Jawa dan Bali diarahkan dibiayai melalui peran
serta swasta dan BUMN.
Beberapa rencana proyek investasi swasta/BUMN strategis antara lain :
1. Pembangunan Kereta Api Bandara Soekarno Hatta-Halim;
2. Pembangunan High Speed Train (HST) Jakarta-Bandung;
3. Pembangunan Light Rail Transit (LRT) di Jabodetabek;
4. Pembangunan Light Rail Transit (LRT) DKI Jakarta;
5. Pembangunan MRT East-West (Balaraja-Cikarang);
6. Pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung;
7. Pengembangan Pelabuhan Bitung;
8. Pembangunan New Makassar Port;
9. Pembangunan Cruise terminal Tanah Ampo.

4.2.6 BADAN LAYANAN UMUM


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Pembendahaaan Negara, BLU
merupakan instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada
prinsip efisiensi dan produktivitas. BLU dapat mendorong pengelolaan yang lebih kreatif
atas UPT Kemenhub, karena BLU memiliki sifat yang semi-bisnis, dimana pengelolaan
keuangannya dapat dijalankan lebih mandiri. Selain itu, ke depan BLU dapat mengajak
sejumlah tenaga ahli untuk bergabung agar pelayanan kepada konsumen meningkat.
Pendapatan yang diperoleh BLU Kementerian Perhubungan sehubungan dengan jasa
layanan yang diberikan (termasuk hibah atau sumbangan dari masyarakat atau badan lain)
merupakan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Kementerian Perhubungan.
Di lingkungan Kementerian Perhubungan, terdapat beberapa bentuk layanan umum yang
dapat dikelola secara lebih efektif dan efisien melalui pola BLU ini, seperti:
a. BLU Perhubungan Darat, meliputi : Terminal Tipe A;
b. BLU Perhubungan Laut, meliputi : BLU Pelabuhan di wilayah Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Maluku dan Papua, BLU Navigasi Pelayaran,
BLU Perkapalan dan Kepelautan;

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 26 -


c. BLU Perhubungan Udara, meliputi : BLU di wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Maluku dan Papua, BLU Kelaiakn Udara dan
Pengoperasian Udara, BLU Kesehatan Penerbangan, BLU Teknik Penerbangan, BLU
Besar Kalibrasi Fasilitas Penerbangan;
d. BLU BPSDMP, meliputi : BP3IP Jakarta, STIP Marunda-Jakarta, PIP Makasar, PIP
Semarang, Poltekpel Surabaya, ATKP Surabaya, PKTJ Tegal;
e. Satker BPSDMP yang proses menjadi PK-BLU, meliputi : STTD Bekasi, STPI Curug
Tangerang, ATKP Medan, LP3 Banyuwangi, BP2IP Sorong, BPPTD Bali, API Madiun,
BPPTD Palembang, BPP PNB Palembang, BPP PNB Jayapura, BP3 Curug Tangerang,
BPPTL Jakarta, BP2IP Barombong, BP2IP Malahayati Aceh, ATKP Makasar, BP2IP
Tangerang.
Dalam pembentukan BLU di Kementerian Perhubungan, terdapat tahapan yang harus
dipenuhi, yaitu :
a. Penyelesaian pemenuhan syarat administrasi yang terdiri dari : pernyataan
kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan keuangan dan manfaat bagi
masyarakat, pola tata kelola, rencana strategis bisnis, standar pelayanan minimum,
dan laporan audit terakhir atau penyataan bersedia untuk diaudit secara
independen;
b. Konsultasi dan koordinasi dengan Kementerian Perhubungan dan Kementerian
Keuangan;
c. Evaluasi terhadap persyaratan administrasi yang telah dipenuhi untuk diusulkan
kepada Menteri Keuangan;
d. Penilaian oleh Tim Kementerian Keuangan terhadap berkas yang telah diusulkan
oleh Kementerian Perhubungan;

4.2.7 SKEMA PENDANAAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019


Kerangka Pendanaan transportasi di Kementerian Perhubungan disusun berdasarkan
kebutuhan capaian kinerja Kementerian Perhubungan yang direpresentasikan melalui
Indikator Kinerja Utama Kementerian Perhubungan, serta Kerangka Regulasi Kementerian
rasi Kementerian Perhubungan Tahun 2015 sejumlah Rp. 63.874,7 Miliar, sedangkan pada
tahun 2019 ditargetkan mencapai Rp. 130.407,9 Miliar. Total Pendanaan Kementerian
Perhubungan yang direncanakan antara tahun 2015-2019 mencapai Rp. 538.714,7 Miliar.
Rincian pendanaan untuk tiap unit kerja Eselon I dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.3 Rincian pendanaan untuk tiap unit Eselon I Kementerian Perhubungan
Tahun 2015-2019

UNIT KERJA ALOKASI 2015 2016 2017 2018 2019 TOTAL

Total 6.077,110 10.620,239 13.031,644 13.481,219 14.053,450 57.263,663


Direktorat
Jenderal RPJMN 5.834,863 10.352,510 12.748,852 13.180,734 13.732,233 55.849,192
Perhubungan
Darat Dukungan
242,247 267,729 282,792 300,485 321,217 1.414,471
Manajemen

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 27 -


UNIT KERJA ALOKASI 2015 2016 2017 2018 2019 TOTAL

Total 18.670,667 39.558,846 46.200,814 63.253,295 65.641,932 233.325,554


Direktorat
RPJMN 18.554,441 39.433,600 46.066,800 63.109,900 65.488,500 232.653,241
Jenderal
Perkeretaapian Dukungan
116,227 125,246 134,014 143,395 153,432 672,313
Manajemen

Total 22.842,956 25.513,008 25.216,711 25.362,225 26.985,451 125.920,351


Direktorat
Jenderal RPJMN 18.169,557 19.721,907 18.556,945 17.703,494 18.177,910 92.329,813
Perhubungan
Laut Dukungan
4.673,399 5.791,101 6.659,766 7.658,731 8.807,541 33.590,538
Manajemen

Total 11.745,870 18.376,110 17.820,380 17.620,360 17.748,300 83.311,020


Direktorat
Jenderal RPJMN 9.502,170 16.054,660 15.437,340 15.222,100 15.206,090 71.422,360
Perhubungan
Udara Dukungan
2.243,700 2.321,450 2.383,040 2.398,260 2.542,210 11.888,660
Manajemen

Total 4.401,610 6.712,099 6.741,825 6.819,239 7.507,361 32.182,133

Badan RPJMN 4.096,440 6.351,580 6.362,604 6.424,663 7.010,172 30.245,459


Pengembangan Pusdiklat Aparatur
SDM 74,100 101,519 116,659 126,369 222,699 641,347
Perhubungan
Perhubungan
Dukungan
231,070 258,999 262,562 268,207 274,489 1.295,327
Manajemen

Badan Litbang
228,259 240,359 251,107 237,048 247,941 1.204,715
Perhubungan

Inspektorat
100,311 105,330 110,590 116,120 122,930 555,282
Jenderal

Sekretariat
887,221 1.036,891 1.031,456 1.087,927 1.148,374 5.191,869
Jenderal

TOTAL PENDANAAN 64.954,005 102.162,883 110.404,527 127.977,434 133.455,739 538.954,587

Total rencana pendanaan tersebut dialokasikan untuk pengembangan transportasi dengan


pembagian pada beberapa sub sektor, yaitu untuk Inspektorat Jenderal Total Pendanaan
sampai dengan Tahun 2019 yang dibutuhkan adalah sejumlah Rp. 555,2 Miliar yang
digunakan untuk pelaksanaan Program Pengawasan Dan Peningkatan Akuntabilitas
Aparatur Kementerian Perhubungan, sedangkan untuk Sekretariat Jenderal sejumlah Rp.
5.191,869 Miliar.
Rencana pendanaan di Kementerian Perhubungan tersebut direncanakan pula untuk
penyelenggaraan Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Darat sejumlah
Rp. 57.263,663 Miliar dengan rincian penggunaannya untuk pelaksanaan dan implementasi
kegiatan pengembangan dan pembinaan sistem transportasi perkotaan, manajemen dan
peningkatan keselamatan transportasi darat, pembangunan dan pengelolaan prasarana dan
fasilitas lalu lintas angkutan jalan, pembangunan sarana dan prasarana transportasi ASDP
dan pengelolaan prasarana lalu lintas SDP serta dukungan manajemen dan teknis.
Pendanaan tersebut juga digunakan salah satunya adalah untuk memenuhi target quick
wins Kementerian Perhubungan khususnya untuk pelaksanaan kegiatan pada Direktorat
Jenderal Transportasi Darat dengan beberapa sasaran, meliputi terlaksananya penataan
Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 28 -
transportasi Jabodetabek (QW), terwujudnya konektivitas transportasi perkotaan di 28 Kota
termasuk aksesibilitas, sarana, dan prasarana (QW), terselenggaranya transportasi
perkotaan di 17 kota pengembangan BRT.
Di dalam usaha mewujudkan program strategis Kementerian Perhubungan, khususnya pada
pembangunan dan pengembangan transportasi perkeretaapian, kerangka pendanaan yang
sudah disusun oleh Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 direncanakan pula untuk
mendukung program pengelolaan dan penyelenggaraan transportasi perkeretaapian
sejumlah Rp. 233.325,5 Miliar untuk implementasi kegiatan pembangunan dan pengelolaan
bidang sarana perkeretaapian, kegiatan pembangunan dan pengelolaan bidang lalu lintas
dan angkutan kereta api, kegiatan pembangunan dan pengelolaan prasarana dan fasilitas
pendukung kereta api, kegiatan pembangunan dan pengelolaan bidang keselamatan
perkeretaapian serta dukungan manajemen dan teknis. Pendanaan tersebut juga digunakan
untuk membiayai target percepatan pembangunan perkeretaapian sampai dengan tahun
2019 dengan skema quick win, serta program lanjutan yang diselenggarakan pada Direktorat
Jenderal Perkeretaapian.
Kerangka pendanaan Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 juga disusun dalam
usaha untuk meningkatkan pembangunan transportasi melalui program pengelolaan dan
penyelenggaraan transportasi laut, sejumlah Rp. 125.920,35 Miliar yang merupakan angka
total pendanaan Tahun 2015-2019. Pendanaan tersebut digunakan untuk membiayai
kegiatan pengelolaan dan penyelenggaraan di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Laut, bidang
penyelenggaraan Pelabuhan dan Pengerukan, Perkapalan dan Kepelautan, bidang
Kenavigasian, dan Penjagaan Laut dan Pantai, serta Dukungan Manajemen dan Teknis
lainnya. Lebih lanjut kerangka pendanaan yang secara khusus pada program pengelolaan
dan penyelenggaraan transportasi laut tersebut juga digunakan dalam kerangka membiayai
percepatan pembangunan transportasi laut melalui pelaksanaan program quick win dengan
beberapa sasaran kegiatan meliputi meningkatnya ketersediaan dan kehandalan armada
pelayaran nasional, pemenuhan kebutuhan fasilitas pelabuhan sesuai persyaratan hirarkinya
serta meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana di bidang Keselamatan dan
Keamanan Pelayaran.
Dalam penyelenggaraan pembangunan transportasi udara pendanaan Kementerian
Perhubungan Tahun 2015-2019 digunakan untuk membiayai program pengelolaan dan
penyelenggaraan transportasi udara dengan total anggaran sejumlah Rp. 83.311,020 Miliar.
Total anggaran pada program tersebut digunakan untuk membiayai rincian kegiatan,
meliputi pelayanan angkutan udara perintis, pembangunan, rehabilitasi dan pemeliharaan
prasarana bandar udara, pembangunan, rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana keamanan
penerbangan, pengawasan dan pembinaan kelaikan udara dan pengoperasian pesawat
udara, pembangunan, rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana navigasi penerbangan, serta
dukungan manajemen dan teknis lainnya.
Pendanaan Kementerian Perhubungan di dalam pengembangan sumber daya transportasi
diarahkan pada upaya mewujudkan implementasi program pengembangan sumberdaya
manusia perhubungan dengan total anggaran dari tahun 2015-2019 mencapai Rp. 32.182,13
Miliar dengan rincian implementasi kegiatan pada program tersebut digunakan untuk
pembiayaan pengembangan sumber daya manusia perhubungan darat, pengembangan
sumber daya manusia perhubungan laut, pengembangan sumber daya manusia
perhubungan udara, pendidikan perhubungan darat, pendidikan perhubungan laut,
pendidikan perhubungan udara, serta digunakan pula untuk percepatan pembangunan
Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 29 -
program/kegiatan di Kementerian Perhubungan melalui program quick win dengan sasaran,
meliputi terbangunnya kampus terpadu SDM transportasi, terbangunnya kampus BP2TD di
Bali, serta terbangunnya kampus baru akademi perkeretaapian di Madiun.
Dalam upaya mewujudkan integritas, serta kualitas penelitian dan pengembangan pada
Kementerian Perhubungan, disusun pula kerangka pendanaan yang dialokasikan pada
Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan dengan total rencana anggaran dari
tahun 2015-2019 sejumlah Rp. 1.204,715 Miliar. Anggaran tersebut alokasinya direncanakan
untuk membiayai beberapa program/kegiatan terkait dengan penelitian dan pengembangan
teknologi dan dukungan manajemen serta dukungan teknis.
Rencana Strategis Kementerian Perhubungan sudah memberikan gambaran terkait dengan
upaya-upaya pembangunan transportasi yang secara komprehensif memperhatikan aspek
lintas sektor, diantaranya penyelesaian masalah transportasi yang lebih memperhatikan
pendekatan keruangan atau kewilayahan. Hal ini menjadi bagian penting mengingat aspek
keruangan atau kewilayahan akan memberikan pengaruh besar, khususnya apabila menilik
aspek penataan ruang di Indonesia yang sangat mempengaruhi pola perkembangan jaringan
jalan, pertumbuhan aktivitas pergerakan, serta meningkatnya permasalahan-permasalahan
transportasi. Tumbuhnya aktivitas bangkitan dan tarikan perjalanan, serta terhambatnya
proses distribusi barang dan komoditas, maupun distribusi penumpang pada berbagai matra
cukup signifikan dipengaruhi oleh perubahan dan pertumbuhan aktivitas ruang dan
kewilayahan, sehingga upaya penataan dan pembangunan tata ruang di Indonesia menjadi
bagian penting didalam perencanaan transportasi.

4.2.8 KEGIATAN STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019


Dalam rangka mewujudkan sasaran dalam Renstra Kementerian Perhubungan Tahun 2015-
2019, ditetapkan target Program Strategis Kementerian Perhubungan meliputi :
A. Perhubungan Darat
1. Pengadaan sarana BRT sebanyak 3.170
unit di 34 kota besar antara lain : Medan,
Pekanbaru, Batam, Padang, Palembang,
Bandung, Jakarta, Bogor, Semarang,
Yogyakarta, Solo, Pontianak, Samarinda,
Balikpapan, Makassar, Gorontalo, dan
Ambon;
2. Pengadaan sarana Bus Pemadu Moda
sebanyak 95 unit di 17 Kota, antara lain
Bengkulu, Palu, Kendari, Kupang, Jember, Bau-bau, Sumbawa Besar, Banda Aceh,
Nias, Pekanbaru, Batam, Tanjung Pinang, Padang, Malang, Bandung, Palembang,
Lampung;
3. Pengadaan sarana ATCS (Area Traffic Control System) sebanyak 77 unit yang
tersebar di 34 Provinsi;
4. Pengadaan Bus Angkutan Umum/Pelajar/ Mahasiswa sebanyak 290 unit yang
tersebar di 34 Provinsi;

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 30 -


5. Pengadaan fasilitas perlengkapan jalan di wilayah perkotaan yang tersebar di 34
Provinsi;
6. Pembangunan prasarana fasilitas pendukung BRT sebanyak 340 halte yang tersebar
di 34 Provinsi;
7. Peningkatan Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor/ UPPKB yang
tersebar di 34 Provinsi;
8. Pemeliharaan/ Rehabilitasi Fasilitas Perlengkapan Jalan LLAJ sebanyak 218 paket
yang tersebar di 34 Provinsi;
9. Pengembangan Pengujian Kendaraan Bermotor yang tersebar di 34 Provinsi;
10. Pengadaan dan Pemasangan Alat PKB yang tersebar di 34 Provinsi;
11. Pengembangan Fasilitas Perlengkapan Jalan sebanyak 1.425 paket yang tersebar di
34 Provinsi;
12. Pembangunan Terminal Tipe A (Baru) yang tersebar di 34 Provinsi pada lokasi
Ponorogo (Jawa Timur), Padang (Sumbar), Aruk (Kalbar), Entikong (Kalbar), Motoain
(NTT), Motomasin (NTT), Wini (NTT), Skouw (Papua), Badau (Kalbar), Lamongan
(Jatim), Pondok Cabe (Banten), Magelang (Jawa Tengah), Jember (Jawa Timur),
Probolinggo (Jawa Timur), Lamandau (Kalimantan Tengah), Jombor (Yogyakarta),
Bobot Sari (Jawa Tengah), Singkawang (Kalbar), Daya (Makassar, Sulsel), Kendari
(Sulsel), Dumai (Riau), Entrop (Jayapura, Papua), Asahan (Sumut), Demak (Jawa
Tengah), Blitar (Jawa Timur), Kediri (Jawa Timur), Banyuwangi (Jawa Timur),
Purwokerto (Jawa Tengah), Rajabasa (Lampung), Bekasi (Jawa Barat), Giilimanuk
(Bali), Amurang (Sulut), Tanjung Selor (Kalimantan Utara), Manokwari (Papua
Barat), Brebes (Jawa Tengah), Sofifi (Maluku Utara), Polewali (Sulawesi Barat),
Batam (Kepri), Musi Banyuasin (Sumsel), Kawarang (Jawa Barat) .

13. Rehabilitasi/ Peningkatan Pembangunan Terminal tersebar di 34 Provinsi;


14. Pengadaan Bus Perintis sebanyak 595 unit yang tersebar di 34 Provinsi;
15. Subsidi Operasional Keperintisan Angkutan Jalan dan Operasional Keperintisan
Angkutan Barang sebanyak 277 trayek tersebar di 34 Provinsi;
16. Pembangunan/Rehabilitasi/Peningkatan
Dermaga Penyeberangan/Sungai/ Danau
Baru tersebar di 34 Provinsi, pada tahun
2015 sebanyak 13 lokasi di Raijua, Sabu
(NTT): Wairiang (NTT): Karatung/Kawio
(Sulut): Kawaluso (Sulut): Bombana (Sultra):
Pure (Sultra): Moti, (Malut): Waren (Papua):
Salawati (Papua): Wasior (Papua Barat):
Tambelan (Kalbar): Penagi (Kepri): Sintete
(Kepri); Pada tahun 2016 sebanyak 12 lokasi
di Klademak (Papua Barat): Binongko (Sultra): Kaimana (Papua Barat): Gunung
Tabur (Kaltim): Adaut (Maluku): Jampea (Sulsel): Pasokan (Sulteng): Moa (Maluku):
Leti (Maluku): Bakalang (NTT): Alai (Riau): Batanta (Papua Barat); Pada tahun 2017
sebanyak 14 lokasi di Sekadau (Kalbar): Numfor (Papua): Tanjung Medang (Riau):
Saubeba (Papua): Geser (Maluku): Binongko (Sultra): Kaledupa (Sultra): Sikabaluan
Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 31 -
(Sumbar): Sei Guntung (Riau): Boniton (Sulteng): P. Telo (Sumut): Teluk Dalam
(Sumut): P Sermata (Maluku): Makalehi (Sulut); Pada tahun 2018 sebanyak 12
lokasi di Weda (Malut): Kaonda (Papua): Siladen (Sulut): Talise (Sulut): Letung
(Kepri): Meranti Bunting (Riau): Agats (Papua): Maritaing (NTT): Raha (Sultra):
Gangga (Sulsel): Tomia (Sultra): P Merbau (Riau); Pada tahun 2019 sebanyak 14
lokasi di Tarempa (Kepri): Kuala Enok (Riau): Pulau Padang (Riau): Kabonga
(Sulteng): Kadajoi (NTT): P. Pini (Sumut): Sinjai (Sulsel): Serasan (Kepri): Dakal
(Riau): Tanah Bala (Sumut): Sekotong (NTB): Ketam Putih (Riau): P Bunyu (Kaltara):
Mendanau, Babel;
17. Pembangunan Kapal Penyeberangan Perintis Baru sampai Tahun 2019 di 50 lokasi
yaitu Kupang - Ndao, Saumlaki - Adaut - Letwurung, Tual - Air Nanang, Babang -
Saketa, Kapal Motor Sungai untuk Mimika, Lintas Paciran - Lamongan - Bahaur, Tiga
Ras - Simanindo, Pulau Laut Timur Sebuku; Wonreli Serwaru P.Moa; P.Raas
P. Sapeken; Tj.Pinang - Tambelan - Sintete; Natuna - Sintete; Tanjung Pinang -
Matak; Pananaru - Melonguane; Pamana Kawah Pante; Teor Kesui; Wunlah -
Gorom; P. Rangsang - P. Tebingtinggi; Tanjung Pinang Natuna; Teluk Dalam
Gunung Sitoli Pulau-Pulau Batu; Wahai/P.Seram - P.Obi; Tanjung Serdang P.
Sebuku; Gebe - Patani Weda; Marisa Wakai Parigi Montong; Geser - Kataloka;
Aranda - Babi; Fak Fak Kaimana; Babang - P. Mandioli; Sanana - Taliabu; P. Obi P.
Bisa; Lintas Kep. Mentawai (Siberut, Sikakap, Tua Pejat, Sikabaruan); Sorong
Salawati; Sapudi Kangean; Dabo Lingga; Lintas Cadangan Perintis KBI (2 Unit);
Lintas Cadangan Perintis KTI (3 Unit); Mengkapan P.Padang; Patumbukan
P.Tanah Jampea; Babang - P. Kasiruta; Airnanang Fakfak; Dongkala - Bambaea;
Inanwatan - Fakfak; Tarempa Matak; P. Telo Teluk Dalam; Paciran
Garongkong; Waipirit Kamaru; Kaimana Pamako.
18. Subsidi Operasional Keperintisan Angkutan SDP sebanyak 261 trayek yang tersebar
di 34 Provinsi;
19. Pengadaan Kapal Kerja / Speed Boat Pengadaan Kapal Kerja / Speed Boat sebanyak
35 unit yang tersebar di 34 Provinsi.

B. Perkeretaapian
1. Pengadaan sarana KA untuk angkutan perintis, kereta ekonomi untuk angkutan
lebaran termasuk kereta kerja sebanyak 242 unit KA perintis diantaranya untuk
lintas Bireun-Lhokseumawe, Padang Lubuk Alung Padang Panjang Solok, KA
Riau-Jambi-Sumsel, Purwasari Wonogiri, Mojokerto Tulangan Sidoarjo,
Padang Lubuk Alung Padang Panjang Solok, Sukabumi - Cianjur - Padalarang,
Kertapati - Indralaya, Kalisat Panarukan, KA Sulawesi & KA Kalimantan;
2. Pengadaan sarana Kereta Rel Listrik (KRL) sebanyak 77 unit untuk lintas Yogyakarta-
Solo, Perkotaan bandung, Perkotaan Surabaya dan Perkotaan Medan serta
pengadaan fasilitas/peralatan sarana KA sebanyak 55 unit di Aceh, Sumut, Sumbar,
Sumsel, Lampung, Riau, Jambi, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, DIY, Jateng, Jatim,
Sulsel, Sulut, Gorontalo, Kaltim, Kalsel, Kalteng, Kalbar;
3. Subsidi angkutan kereta api sebanyak 11 paket, yang dibagi dalam dua peruntukan
diantaranya:

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 32 -


- Peruntukan untuk subsidi perintis
diantaranya untuk lintas Bireun-
Lhokseumawe, Padang Lubuk Alung
Padang Panjang Solok, KA Riau-Jambi,
Purwasari Wonogiri, Mojokerto
Tulangan Sidoarjo, Sukabumi - Cianjur -
Padalarang, Kertapati - Indralaya, Kalisat
- Panarukan, KA Sulawesi, KA Kalimantan;
- Peruntukan untuk subsidi angkutan
motor diantaranya untuk lintas Jakarta - Cirebon - Semarang, Jakarta -
Yogyakarta - Solo, Jakarta - Surabaya, lintas utama Sumatera Utara dan
Sumatera Bagian Selatan;
4. Rehabilitasi dan peningkatan jalur KA sepanjang 1.249 Kmsp dengan lintas:
- Jawa-Bali : Tanah Abang - Merak, Duri
Tangerang, Jakarta Tj. Priok, Manggarai -
Tanah Abang - Ps. Senen - Jatinegara,
Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang,
Jakarta Kota - Bogor, Jatinegara - Cikampek -
Cirebon, Cikampek - Padalarang, Bogor -
Sukabumi - Cianjur - Padalarang, Padalarang -
Bandung - Cicalengka, Cicalengka - Banjar -
Kroya, Cirebon - Kroya, Kroya - Kutoarjo -
Yogyakarta - Solo, Solo - Madiun, Cirebon -
Brebes - Tegal - Pekalongan - Semarang, Tegal -
Prupuk, Semarang - Bojonegoro - Surabaya,
Madiun - Surabaya, Surabaya - Bangil - Malang -
Kertosono, Bangil Banyuwangi;
- Sumatera : Prabumulih - Waytuba -
Tanjungkarang - Tarahan, Prabumulih -
Kertapati, Prabumulih - Lubuklinggau, Padang -
Bukitputus - Indarung/Telukbayur, Padang - Pariaman, Pariaman - Lubuk Alung -
Padangpanjang - Solok - Sawahlunto, Medan - Araskabu - Kualanamu, Medan -
Binjai - Besitang, Medan - Belawan, Medan - Tebingtinggi - Siantar, Tebingtinggi
Kisaran - Tanjung Balai, Kisaran - Rantauprapat, Bireun Lhokseumawe;
5. Pembangunan jalur KA yang dibangun termasuk jalur ganda dan reaktivasi
sepanjang 3.258 Kmsp pada lintas:
- Jawa-Bali : Maja Rangkasbitung Merak (jalur ganda dan test track), Cilegon -
Anyer Kidul (reaktivasi), Rangkasbitung - Labuan - Saketi - Bayah (reaktivasi
tahap pertama), Tonjong - Pelabuhan Bojonegara, Manggarai - Jatinegara -
Bekasi - Cikarang (Double double track termasuk elektrifikasi dan fasilitas
perkeretaapian), Citayam - Nambo (jalur ganda), Parungpanjang Citayam,
Nambo - Cikarang - Kalibaru (tahap pertama), Bogor - Sukabumi (jalur
langsir/emplasemen), Cibungur - Tanjungrasa, Cikarang - Pelabuhan Cilamaya
(tahap pertama), Cikampek - Padalarang (jalur ganda), Padalarang - Bandung -
Cicalengka (jalur ganda termasuk elektrifikasi), Rancaekek - Tanjungsari
Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 33 -
(reaktivasi), Tanjungsari Kertajati, Cirebon - Kadipaten (reaktivasi termasuk
jalur KA baru), Akses menuju Pelabuhan Cirebo, Cicalengka - Banjar - Kroya
(jalur ganda tahap pertama), Banjar - Pangandaran - Cijulang (reaktivasi tahap
pertama), Purwokerto - Kroya (jalur ganda), Purwokerto - Wonosobo (reaktivasi
tahap pertama), Maos - Cilacap (termasuk akses ke Pelabuhan), Kroya
Kutoarjo (jalur ganda), Kedungjati - Tuntang (reaktivasi), Semarang - Pelabuhan
Tanjung Mas (reaktivasi), Jerakah - Semarang Poncol - Semarang Tawang -
Alastua (jalur KA layang), Solo - Semarang (jalur ganda tahap pertama),
Yogyakarta - Magelang (reaktivasi tahap pertama), akses menuju KA Bandara
Kulonprogo (tahap pertama), Kutoarjo - Purworejo (emplasemen), Shortcut Solo
Kota - Solo Jebres, Surabaya - Kalimas/Sidotopo (jalur ganda), Jombang - Babat -
Tuban (reaktivasi), Kandangan - Pelabuhan Teluk Lamong, Solo Madiun (jalur
ganda), Madiun - Mojokerto - Wonokromo (jalur ganda), Perkotaan Surabaya
(Reaktivasi tram Kalimas Wonokromo, akses menuju Bandara Juanda),
Tulangan Gununggangsir, Kalisat - Panarukan (reaktivasi tahap pertama),
Bangil - Banyuwangi (jalur ganda tahap pertama), Bandara Ngurah Rai
Denpasar - Mengwi (tahap pertama);
- Sumatera: Bireun - Lhokseumawe,
Lhokseumawe - Langsa (tahap
pertama), Kuala Langsa - Langsa
Besitang, Medan - Bandar Khalifah
Araskabu Kualanamu (jalur ganda,
jalur KA layang), Bandar Tinggi -
Kuala Tanjung, Binjai - Besitang
(reaktivasi), Medan -
Gabion/Belawan, Sumut (elevated
track), Rantauprapat-Duri-Dumai,
Rantauprapat-Gunung Tua-Sibolga (tahap pertama), Pekanbaru-Muaro, Duri
Pekanbaru, Duku - Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Pariaman - Naras,
Sumbar (reaktivasi), Naras - Sungai Limau, Sumbar (reaktivasi), Padang Panjang
- Bukit Tinggi - Payakumbuh, Sumbar (reaktivasi), Muaro Kalaban - Muaro
(reaktivasi), Shortcut Padang-Solok (tahap pertama), Batu Ampar - Bandara
Hang Nadim, Pekanbaru Jambi, Jambi Palembang, Muara Enim Lahat (Jalur
Ganda), Baturaja - Martapura (Jalur Ganda), Prabumulih - Kertapati (jalur
ganda), Simpang - Tanjung Api-Api (perpanjangan), Indralaya - Kampus Unsri
(perpanjangan), Rejosari - Tarahan (tahap pertama), Tanjung Karang -
Pelabuhan Panjang (reaktivasi), Cempaka - Tanjung Karang Sukamenti
Tarahan (jalur ganda), Tarahan/KM3 - Bakauheni (tahap pertama);
- Sulawesi: Makassar - Pare-Pare, Manado Bitung, Isimu- Gorontalo--Bitung,
Parepare--Mamuju (tahap pertama), Makassar--Bulukumba--Watampone (tahap
pertama), Mamuju Palu Isimu (tahap pertama);
- Kalimantan: Tanjung - Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin, Balikpapan
Samarinda, Tanjung - Tanah Grogot - Balikpapan (tahap pertama), Palangkaraya
- Banjarmasin (tahap pertama), Palangkaraya Pontianak Batas Negara
(tahap pertama), Samarinda Tanjung Redep Batas Negara (tahap pertama);
- Papua: Sorong - Manokwari (tahap pertama), Jayapura-Sarmi (tahap pertama);
Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 34 -
6. Pembangunan Kereta Api Ringan dalam rangka meningkatkan aksesibilitas
transportasi di perkotaan antara lain :
- Pembangunan Kereta Api Ringan Perkotaan Trase Jabodetabek dengan rute
Cibubur Cawang (10.5 Km), Bekasi Timur Cawang (17.9 Km), Cawang
Dukuh Atas (10.5 Km) ;
- Pembangunan Kereta Api Ringan Perkotaan Trase Sumatera Selatan dengan rute
untuk koridor 1 (Bandara SMB II Kolonel H. Burlian Demang Lebar Daun
Angkaran 45 Kapten A. Rivai Jln. Jenderal Sudirman Masjid Agung (17.5
Km)), rute untuk koridor 2 (Masjid Agung Jakabaring Sport City (7 Km))
7. Pembangunan jalur lingkar KA layang (elevated) Jabodetabek sepanjang 25 Kmsp
untuk lintas Manggarai - Tanah Abang - Ps. Senen Jatinegara Manggarai;
8. Rehabilitasi dan peningkatan jembatan/ underpass/flyover KA sebanyak 269 unit;
9. Pembangunan jembatan/underpass/flyover KA sebanyak 344 unit;
10. Pengadaan material rel dan wesel sebanyak 1.425 unit jalur KA sepanjang 4.330
Kmsp;
11. Rehabilitasi dan peningkatan stasiun/bangunan operasional KA untuk
meningkatkan keandalan sebanyak 38 unit;
12. Pembangunan stasiun/bangunan operasional KA sebanyak 82 unit;
13. Rehabilitasi dan peningkatan persinyalan dan telekomunikasi KA sebanyak 41
paket;
14. Pembangunan persinyalan dan telekomunikasi KA sebanyak 71 paket;
15. Rehabilitasi dan peningkatan listrik aliran atas KA (termasuk gardu listrik) untuk
meningkatkan keandalannya sepanjang 228 Kmsp untuk lintas Tanah Abang
Rangkasbitung, Citayam Nambo, Jatinegara - Pondok jati - Senen -
Kampungbandan - Tanah Abang Manggarai, Jakarta Kota - Manggarai Bogor,
Jakarta Kota Tj. Priok, Duri Tangerang, Manggarai - Jatinegara - Bekasi
Cikarang;
16. Pembangunan listrik aliran atas KA (termasuk gardu listrik) sepanjang 299,7 Kmsp
pada lintas Medan - Araskabu - Kualanamu, Tanah Abang - Maja - Rangkasbitung
Merak, Jakarta Kota - Tj Priok/JICT, Citayam Nambo, Manggarai - Bekasi
Cikarang, Cikarang Cikampek, Padalarang - Bandung Cicalengka, Kutoarjo
Yogyakarta, Perkotaan Surabaya (tram);
17. Pembangunan elektrifikasi jalur KA antara Yogyakarta Solo sepanjang 59 Kmsp;
18. Pengamanan perlintasan sebidang sebanyak 218 unit pada lintas:
- Jawa-Bali: Tanah Abang - Merak, Duri Tangerang, Jakarta Tj. Priok,
Manggarai - Tanah Abang - Ps. Senen - Jatinegara, Manggarai - Jatinegara -
Bekasi - Cikarang, Jakarta Kota - Bogor, Jatinegara - Cikampek - Cirebon,
Cikampek - Padalarang, Bogor - Sukabumi - Cianjur - Padalarang, Padalarang -
Bandung - Cicalengka, Cicalengka - Banjar - Kroya, Cirebon - Kroya, Kroya -
Kutoarjo - Yogyakarta - Solo, Solo - Madiun, Cirebon - Brebes - Tegal -
Pekalongan - Semarang, Tegal - Prupuk, Semarang - Bojonegoro - Surabaya,

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 35 -


Madiun - Surabaya, Surabaya - Bangil - Malang - Kertosono, Bangil
Banyuwangi.
- Sumatera: Prabumulih - Waytuba - Tanjungkarang - Tarahan, Prabumulih -
Kertapati, Prabumulih - Lubuklinggau, Padang - Bukitputus -
Indarung/Telukbayur, Padang - Pariaman, Pariaman - Lubuk Alung -
Padangpanjang - Solok - Sawahlunto, Medan - Araskabu - Kualanamu, Medan -
Binjai - Besitang, Medan - Belawan, Medan - Tebingtinggi - Siantar, Tebingtinggi
Kisaran - Tanjung Balai, Kisaran - Rantauprapat, Bireun - Lhokseumawe.
19. Pengadaan dan penertiban lahan untuk kegiatan peningkatan/pembangunan
prasarana perkeretaapian sebanyak 158 paket;
20. Pengadaan/Perawatan Peralatan/Fasilitas Prasarana sebanyak 137 paket;
21. Penyediaan fasilitas dan peralatan bidang keselamatan perkeretaapian sebanyak 95
paket tersebar di Provinsi Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel, Lampung, Riau, Jambi,
Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, DIY, Jateng, Jatim, Sulsel, Sulut, Gorontalo, Kaltim,
Kalsel, Kalteng, Kalbar.

C. Perhubungan Laut
Kegiatan Strategis di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Laut
1. Rencana penempatannya akan melayani jarigan angkutan laut perintis pada 193
lintas yang tersebar di seluruh 33 provinsi pada Pangkalan Pelabuhan Meulaboh,
Calang, Teluk Bayur, Bengkulu, Tj. Pinang, Kijang, Sintete, Sunda Kelapa, Kotabaru,
Semarang, Surabaya, Tanjung Wangi, Bima, Kupang, Maumere, Bitung, Tahuna,
Pagimana, Kolonedale, Kendari, Tilamunta, Kwandang, Makassar, Mamuju, Ambon,
Tual, Saumlaki, Ternate, Babang, Sanana, Jayapura, Biak, Merauke, Manokwari,
Sorong.
2. Subsidi Angkutan Laut Tetap Dan Teratur Untuk Kapal Barang Dalam Rangka
Menunjang Tol Laut untuk Rute : R1 Waingapu-Sabu (Seba/Biu)-Rote-Lewoleba-
Maumere-Reo-Waingapu, R2 Manokwari-Wasior-Nabire-Serui-Biak-Manokwari, R3
Tuai-Fak Fak-Kaimana-Timika-Tual, R4 Babang-Tidore (Soasiu)-Tobelo-Gebe-Babang
R5 Kijang-Letung-Tarempa-selat-Lampa (Natuna)-Midai-Serasan (PP).
3. Pembangunan kapal perintis dilaksanakan sampai tahun 2017 sebanyak 103 unit
yang terdiri dari kapal Tipe 750 DWT, Tipe 500 DWT, Tipe 200 DWT, Tipe 2000 DWT,
Tipe 2000GT, Tipe 1200 GT, Tipe 750 DWT, Semi Container, Kapal Rede, Kapal
Barang Multipurpose dan Kapal Ternak dengan tahapan penyelesaian pada tahun
2015 sebanyak 3 unit, tahun 2016 sebanyak 30 unit dan tahun 2017 sebanyak 70
unit.
4. Pembangunan/ pengadaan fasilitas pendukung Lalu Lintas dan Angkutan Laut
tersebar di seluruh 33 provinsi dengan beberapa kegiatan meliputi Perbaikan dan
Perawatan Kapal Perintis (Docking Repair) / Pengadaan camera CCTV / Pemasangan
Upgrade Monitoring Tracking System / Pembangunan infrastruktur Multimedia
tracking / Pembangunan sistem informasi spasial kapal perintis / Penyelenggaran
mudik gratis sepeda motor / Monitoring angkutan lebaran, Natal dan Tahun Baru /

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 36 -


Monitoring pelabuhan singgah perintis dan center pangkalan perintis /
Pemberdayaan industri pelayaran rakyat.

Kegiatan Strategis di Bidang Pelabuhan dan Pengerukan


5. Pembangunan/lanjutan/penyelesaian dan pengembangan pelabuhan laut non
komersial pada 100 lokasi pelabuhan setiap tahun pada Pelabuhan Anggrek,
Babang, Bade, Baing, Bajoe, Barus, Batang, Batanjung, Batuatas, Batu Panjang,
Batutua, Bau-Bau, Belang-Belang , Bicoli, Bintuni, Boepinang, Branta, Bungkutoko,
Bunta, Carocok Painan, Dabo Singkep, Daruba, Depapre, Dompak, Gamunu,
Garongkong, Gorom, Jailolo, Kaimana, Kendidi Reo, Kendal, Keramaian, Kolbano,
Kolonedale, Kuala Semboja, Labuhan Bajo, Labuhan Angina, Lakara, Larantuka,
Letung, Linau Bintuhan, Malarko, Maloy, Mantangisi, Marabatuan, Matasiri,
Meranti, Midai, Moor, Mumugu, Nabire, Nunbaunsabu, Pulau Banyak, Pulau
Buano, Pulau Salura, Pacitan, Padang Tikar, Pagimana, Palopo, Pamanukan,
Panarukan, Pangandaran, Parlimbungan Ketek, Patani, Pelaihari, Penajam Pasir,
Pomalaa, Pota Pulau Laut, Pulau Teor, Sailus, Saumlaki, Sebalang, Sebuku, Sei
Nyamuk, Serui, Siwa, Sofifi Speed Boat, Subi, Taddan, Tanah Ampo, Tanah Tidung,
Tanjung Api-Api, Tanjung Buton, Tanjung Mooch, Telaga Biru, Teluk Segintung,
Tilamuta, Tiram, Tobelo, Tual, Tulehu, Ujung Jabung, Waren, Watunohu, Bagan
Siapa-Api, Pelabuhan Ratu, Bima, Luwuk, Breakwater Makassar;
6. Pengerukan alur pelayaran/ kolam pelabuhan pada tahun 2015 sebanyak 13 lokasi
yaitu Pelabuhan Belawan, Muara Padang, Palembang, Tanjung Priok, Tg Emas,
Benoa, Lembar, Pontianak , Ketapang, Samarinda, Sampit, Kumai dan Lirang (Total
volume Pengerukan sebesar 9.250.000 m3); Tahun 2016 sebanyak 24 lokasi yaitu
Pelabuhan Kuala Langsa, Belawan, Tg Balai Asahan, Pangkalan Dodek, Jambi Talang
Duku, Kuala Tungkang, Palembang, Bengkulu, Pangkal Balam, Tg Priok, Tg Emas,
Juwana, Tegal, Batang, Tg Perak, Benoa, Pontianak, Sintete, Samarinda, Sampit,
Pulang Pisau, Kumai, Sanana dan Muara Sabak (Total volume Pengerukan sebesar
25.100.000 m3); Tahun 2017 sebanyak 32 lokasi yaitu Pelabuhan Belawan, Tg
Berakit, Palembang, Pekanbaru, Bengkulu, Tg Priok, Tg Emas, Tg Perak,
Probolinggo, Benoa, Lembar, Pontianak, Ketapang, Kendawangan, Paloh,
Samarinda, Sampit, Pulang Pisau, Makassar, Karang Antu, Labuhan Banten,
Manado, Fakfak, Kuala Enok, Cirebon, Sadai/Toboali, Kendal, Panjang, Balikpapan,
Kupang, Ternate dan Ambon (Total volume Pengerukan sebesar 21.100.000 m3);
Tahun 2018 sebanyak 33 lokasi yaitu Pelabuhan Belawan, Pangkalan Dodek, Muara
Padang, Jambi Talang Dukuh, Kuala Tungkal, Palembang, Begkulu, Pangkal Balam,
Tg Priok, Tg Emas, Juwana, Tegal, Batang, Tg Perak, Benoa, Pontianak, Sintete,
Samarinda, Kumai, Rembang, Brondong, Labuhan Lombok, Singkawang,
Mempawah, Tobelo, Kali Anget, Teluk Bayur, Tg Pandan, Cirebon, Sunda Kelapa,
Manggar, Brebes dan Balikpapan (Total volume Pengerukan sebesar 18.800.000
m3); Tahun 2019 sebanyak 26 lokasi yaitu Pelabuhan Kuala Langsa, Belawan, Tg
Balai Asahan, Palembang, Pekan Baru, Bengkulu, Tg Priok, Tg Emas, Tg Perak,
Pontianak, Ketapang, Samarinda, Sampit, Pulang Pisau, Tg Redep, Tahuna, Sanana,
Cirebon, Airbangis, Bima, Kendari, Tarakan, Balikpapan, Kupang, Ternate dan
Ambon (Total volume Pengerukan sebesar 20.650.000 m3);

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 37 -


7. Pembangunan/ pengadaan fasilitas pendukung pelabuhan dan pengerukan
tersebar di seluruh 33 provinsi dengan beberapa kegiatan meliputi Pengadaan
Reach Stacker / Pengadaan Forklift / Kapal Pandu / Kapal Tunda / Pengadaan
Truck Crane / Pengadaan Excavator, Grab Cham Shell dan Wheel Loader /
Peningkatan fasilitas Pelabuhan dalam rangka pelayanan publik / Fasilitas
pendukung operasional (Gedung Bangunan, Rumah Dinas, Pembuatan Sumur,
Lampu Penerangan, Pos jaga, Pagar, Gapura dan lain-lain).

Kegiatan Strategis di Bidang Perkapalan dan Kepelautan


8. Pembangunan Kapal Marine Inspector / RIB sebanyak 20 unit yang tersebar di 33
Provinsi;
9. Pembangunan / pengadaan fasilitas pendukung perkapalan dan kepelautan
tersebar di seluruh 33 provinsi dengan beberapa kegiatan meliputi Pengadaan
Enginee Room Simulator / Pengadaan Full Mission Bridge Simulator / Pengadaan
Komputer Base Assessment;

Kegiatan Strategis di Bidang Kenavigasian


10. Pembangunan Kapal Negara Kenavigasian sebanyak 41 kapal yang tersebar pada 33
Provinsi di 25 Distrik Naviagasi Sabang, Sibolga, Belawan, Dumai, Tanjung Pinang,
Teluk Bayur, Palembang, Tanjung Priok, Semarang, Cilacap, Surabaya, Benoa,
Kupang, Tarakan, Banjarmasin, Pontianak, Kendari, Bitung, Makassar, Kendari, Tual,
Ambon, Jayapura, Merauke, Sorong;
11. Pembangunan Reverse Osmosis (RO) sebanyak 97 unit yang tersebar pada 33
Provinsi di 25 Distrik Naviagasi Sabang, Sibolga, Belawan, Dumai, Tanjung Pinang,
Teluk Bayur, Palembang, Tanjung Priok, Semarang, Cilacap, Surabaya, Benoa,
Kupang, Tarakan, Banjarmasin, Pontianak, Kendari, Bitung, Makassar, Kendari, Tual,
Ambon, Jayapura, Merauke, Sorong;

12. Pembangunan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran


SBNP sebanyak 754 unit dan pemenuhan
tingkat kehandalan sebanyak 99%, yang
tersebar pada 33 Provinsi di Seruway, Kuala
Raja, Pusong, Sigli, Laweung, Sabang, Sibigo,
Teluk Nibung, Pantai Labu, Percut, Rantau
Panjang, Tanjung Beringin, Gunung Sitoli,
Labuhan Bilik, Sei Barombong, Teluk Leidong,
Tg. Sarang Elang, Pangkalan Susu,Pulau Kampai,
Tanjung Pura, Tapak Kuda, Kuala Sarapu,
Pangkalan Brandan, P.Wunge, Pel.Sibolga, Pel.
Sikara-kara, Tg.Bai, Sasak, Teluk Tapang, Muara
Haji, Carocok Painan, Surantih, Tg. Sading, Sekatap Darat, Senggarang, Tanjung
Ayun, Tanjung Duku, Tanjung Geliga, Tanjung Lanjut, Tanjung Sebauk, Tanjung
Siambang, Tanjung Unggat, Wisata Penyengat, Tanjung Samak, Tanjung Kedadu,

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 38 -


Penyalai, Panipahan, Sinaboi, Buatan, Kurau/Si Lalang, Sel Apit, Sungai Siak, Tanjung
Buton, Kuala Mendahara, Lambur Luar, Muara Sabak, Nipah Panjang, Pamusiran,
Simbur Naik, Sungai Lokan, Ujung Jabung, Tanjung Api-Api, Sungsang, Karang
Agung, Rangga Ilung, Batanjung, Behaur, Kuala Kapuas, Pegatan Mendawai, Uj. Tk.
Punggur, Krui, Kalianda, Lagundi, P. Sebesi, Sebalang, Bakauheni, Way Seputih,
Kuala Penat, Labuhan Maringgai, Way Penat, Way Sekampung, Mesuji, Kota Agung,
P. Tabuan, Kelumbayan, Teladas, Manggala/Menggala, Sungai Burung, Tulang
Bawang, Semarang, Tegal, Karimun Jawa, Tanjung Emas, Glimandangin,
Sampang/Taddan, Tanlok, Besuki, Jangkar, Kalbut, Gayam, Kalianget, Kangean, P.
Raas, Sapudi, Sapeken, Keramaian, Masalembo, Giliraja, Tg. Tekurenan, Celukan
Bawang, Pegametan, Penuktukan, Bima, Sape, Waworada, Cempi, Calabahi, Kempo,
Lembar, Tg. Muna, Tg. Kopondai, P.Sukur, Pel. Aimere, Pel. Batu Tua, Pel. Wini, Tg.
Kumba, Tg. Tutunnila, Tg. Uwakeka, Tg.Batu putih, Tg. Batuata, Samuda,
Bagendang, Kereng Bengkirai, Teluk Sebangau, Bukit Pinang, Pulang Pisau, Kuala
Pembuang, Teluk Sigintung/Seruyan, Kuala Jelay, Sukamara, Banjarmasin, Sesayap,
Tarakan, Tg.Aru, Sangatta, Maloy, Sangkulirang, Tg. Sarupo, Tg. Suramana, Majene,
Malunda, Palipi, Pamboang, Sendana, Ambo, Belang-Belang, Budong-Budong,
Kaluku, Mamuju, Poongpongan, Salisingan, Sampaga, Kr. Timur Batumarimpih, Kr.
Timur Tg. Wawobatu, Kr. Utara Kaledupa, Kr. Utara Kapota, Kr. Utara P. Papado, Kr.
Utara Tg. Teipa, Kr.P.Hoga, Kr .Utara Lapuko, P. Damalawa Kcl., P. Sangurabangi, P.
Togomongolo, Pel. Lasalimu, Pel. Lasalimu, Pel. Mandiodo, Pel. Mawasangka,
Tg.Talabu, Tahuna, Tamako, Biaro, Buhias, P. Ruang, Pehe, Sawang, Tagulandang,
Ulu Siau, Beo, Damao, Dapalan, Tg. Hatanua, Tg. Libobo, Tg Namaa, Tg. Ngolopopo,
Tg. Weduar, Tg. Sial, Tg.Watina, Walwat tinggi, Tlk. Bara, Wayabula, Borong, Galela,
Tikong, Pel. P. Damar, Pel.Kroing, Pel. Tutukembong, Pel.P. Teor, Pel. Moti, Pel.
Tuhaha, Geser, Tg. Openta, Wayeteri, Kaimana, Kanoka, Lobo, P. Adi, Senini,
Susunu, Manokwari, Makbon, Mega, Muarana, Kasim, Oransbari, Bagusa,
Kasonaweja, P. Liki, Sarmi, Takar, Trimuris, Wakde, Janggerbun, Kameri, Korido,
Waren, Ambai, Ampimoi, Angkaisera, Sungai Asty, Sungai Asty, Tg. Kondo, Pel.
Selaru, Pel. Lakor, Pel. Romang, Pel. Damer, Pel. Kaiwatu, Tual;
13. Pembangunan Sistem Telekomunikasi Pelayaran sebanyak 88 unit;
14. Pembangunan Vessel Traffic Service (VTS) pada 35 lokasi yang tersebar pada 33
Provinsi di Belawan, Palembang, Jakarta, Surabaya Bitung, Kuala Tanjung,
Balikpapan, Sorong, Manokwari, Jayapura, Lhok Seumawe, Dumai, Makassar,
Sabang, Sibolga, Batu Ampar, Panjang, Bengkulu, Cilacap, Benoa, Lembar, Kupang,
Pontianak, Banjarmasin, Batulicin, Samarinda, Tarakan, Parepare, Kendari, Ambon,
Ternate, Jayapura, Merauke, Cirebon, Semarang.
15. Pembangunan Global Maritime Distress and Safety System (GMDSS) pada 144
lokasi yang tersebar pada 33 Provinsi di Sinabang, Kuala Langsa, Pangkalan Susu,
Gunung Sitoli, Teluk Dalam, Selat Panjang, Rengat, Tanjung Balai Karimun, Dabo
Sungkep, Air Bangis, Probolinggo, Gilimanuk, Waingapu, Sintete, Luwuk, Kaimana,
Serui, Jakarta, Banjarmasin, Tarakan, Bitung, Sorong, Merauke, Pulau Tello, Lahewa,
Panipahan, Karimunjawa, Rembang, Atapupu, Nunukan, Kolaka, Pomalaa, Parigi,
Muntok, Kuala Tungkal, Sampit, Kumai, Batulicin, Samarinda, Poso, Toli Toli,
Manado, Ternate, Sanana, Tual, Biak, Ulee Lheule, Meulaboh, Tembilahan,
Tarempa, Pulau Sambu, Pulang Pisau, Sunda Kelapa, Panarukan, Gresik, Bawean,

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 39 -


Masalembo, Padang Bai, Kalabahi, Larantuka, Reo, Tanjung Redeb, Mamuju,
Banabungi, Palopo, Kolonedale, Banggai, Amamapare, Nabire, Bade, Kuala Tanjung,
Lhok Seumawe, Sabang, Tapak Tuan, Batu Ampar, Tanjung Uban, Sei Kolak Kijang,
Natuna, Teluk Bayur, Sipora, Palembang, Jambi, Pangkal balam, Panjang,Cirebon,
Bengkulu, Cigading/ Merak, ende, Maumere, Ketapang, Kotabaru, Balikpapan,
Kendari, Bau Bau, Tahuna, Ambon, Saumlaki, Bintuni, Jayapura, Agats, Sigli, Singkil,
Pekanbaru, Bagansiapiapi,Kuala Enok, Sikakap, Celukan Bawang, Raha,Donggala,
Kwandang, Ampena, Tobelo, Banda, Dobo, Sarmi, Belawan, Bengkalis, Semarang,
Tegal, Cilacap, Surabaya, Kupang, Makassar, Pantoloan, Namlea, Fak Fak,
Pekalongan, Jepara, Juwana, Indramayu, Pasuruan, Badas, Ulu Siau, Amahai.
16. Pembangunan/Pengadaan Fasilitas Pendukung Kenavigasian dengan beberapa
kegiatan meliputi Perbaikan dan Perawatan Kapal / Pengadaan CCTV Survailance
System / Genset / Mobil crane/ Kendaraan Operasional / Pengadaan Sistem
Pengamatan Alur / Peralatan Survey Telkompel / Reporting System, Remote Cliane
VTS / Vessel Monitoring sistem Kapal /Pelampung Suar / Sistem Lampu Suar untuk
SBNP / Rigid Inflatable Boat (RIB) / Perangkat Penunjang Operasional Mensu/
Water Treatment;

Kegiatan Strategis di Bidang Penjagaan Laut dan Pantai


17. Pembanganan kapal patroli sebanyak 255 unit pada lokasi Kesyahbandaran
Belawan/ KUPP Kuala Tanjung, KSOP Teluk Bayur, PLP Tg. Uban, KSOP Palembang,
KSOP Panjang, KSOP Pontianak, PLP Bitung, Kesyahbandaran Makassar, UPP Bau-
Bau, KSOP Batam, PLP Tanjung Priok, KSOP Tanjung Emas, PLP Tanjung Mas, KSOP
Benoa, KSOP Sorong, KSOP Ambon, PLP Tual, KSOP Merauke, KUPP Tanjung Tiram,
KUPP Pulau Kampai, KSOP Meulaboh, KUPP Pantai Cermin, KUPP Sei Barombang,
KUPP Tg. Sarang Elang, KSOP Bagan Siapi-api, KUPP Kuala gaung, KSOP Pangkalan
Bun, KSOP Pangkalan Balam, KSOP Tg. Pandan, KUPP Kendawangan, KSOP Kumai,
KUPP Bengkirai/ Pinang, KUPP Tanah Grogot, KUPP Sangkulirang, KUPP Polewali,
KUPP Malili, KUPP Awerange, KUPP Bau-Bau, KUPP Ulugian, KUPP Amamapara,
Kesyahbandaran Tg.Priok, KSOP Kalibaru, KSOP Juwana, KUPP Rembang, KUPP
Ketapang, KUPP Nusa Penida, KSOP Bima, KSOP Tulehu, KUPP Bara Nusa.
18. Pembangunan/Pengadaan Fasilitas Pendukung Penjagaan laut dan Pantai dengan
beberapa kegiatan meliputi Perbaikan dan Perawatan Kapal / Pengadaan Helikopter
/ Pengadaan Senjata / Amunisi / Peralatan Penanggulangan Pencemaran / Peralatan
SAR / GIRO Vertical / Rigid Inflatable Boat (RIB) / ECDIS dan Sistem Mobile
Survilance Kapal Patroli/Mobil Patroli Lapangan / Pengembangan Pangkalan
Penjagaan Laut dan Pantai.

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 40 -


D. Perhubungan Udara
1. Peningkatan rute pelayanan perintis dan subsidi untuk angkutan udara sebanyak
265 rute, antara lain pada KPA : Nagan Raya (5 Rute), Takengon (7 Rute), Gunung
Sitoli (8 Rute), Bengkulu (7 Rute), Singkep (10 Rute), Palangkaraya (6 Rute),
Ketapang (5 Rute), Samarinda (5 Rute), Waingapu (9 Rute), Gorontalo (8 Rute),
Tarakan (10 Rute), Masamba (12 Rute), Mamuju (5 Rute), Selayar (7 Rute), Ternate
(4 Rute), Langgur (9 Rute), Manokwari (9 Rute), Sorong (5 Rute), Jayapura (8 Rute),
Merauke (19 rute), Nabire (8 Rute), Timika ( 22 Rute), Wamena (17 Rute),
Sumenep (5 Rute), Oksibil (7 Rute ) dimana lokasi akan ditetapkan untuk tahun
bersangkutan berdasarkan rapat evaluasi angkutan udara perintis;
2. Rehabilitasi dan pengembangan Bandara Udara termasuk perpanjangan, pelebaran
dan peningkatan kekuatan, pekerjaan tanah, rehab gedung terminal, gedung
operasional pada 100 Bandar Udara sampai akhir periode perencanaan;
3. Rehabilitasi dan pengembangan Bandar
Udara (perpanjangan, pelebaran dan
peningkatan kekuatan, pekerjaan tanah)
untuk didarati B-737 Series pada lokasi
yang akan ditetapkan sesuai kebutuhan
berdasarkan Tatanan Kebandarudaraan
Nasional dan pelaksanaan Undang-
Undang lain diantaranya Bandar Udara
Iskandar Pangkalan Bun, Bandar Udara
Tanjung Pandan, Bandar Udara Rembele Takengon, Bandar Udara Binaka Gunung
Sitoli, Bandar Udara DEO Sorong, Bandar Udara Hanandjoeddin, Bandar Udara
Umbo Mehang Kunda Waingapu, Bandar Udara Beto Ambari Bau-bau, Bandar
Udara Kasiguncu Poso, Bandar Udara Komodo Labuhan Bajo, Bandar Udara
Blimbingsari Banyuwangi, Bandar Udara Kuabang Kao, Bandar Udara Ibra Langgur,
Bandar Udara Matilda Saumlaki, Bandar Udara Dekai Yahukimo;
4. Rehabilitasi dan pengembangan Bandar Udara (perpanjangan, pelebaran dan
peningkatan kekuatan, pekerjaan tanah) untuk didarati ATR-42 & ATR-72 pada
lokasi yang akan ditetapkan sesuai kebutuhan berdasarkan Tatanan
Kebandarudaraan Nasional dan pelaksanaan Undang-Undang lain diantaranya
Bandar Udara Teuku Cut Ali, Bandar Udara Bawean, Bandar Udara Melak, Bandar
Udara Tanah Merah, Bandar Udara Kepi, Bandar Udara Sarmi, Bandar Udara
Letung, Bandar Udara Tambelan, dan Bandar Udara Maratua;
5. Pengembangan 25 Bandar udara yang terdiri dari 7 (tujuh) Bandar udara di daerah
rawan bencana, yaitu Bandar Udara Teuku Cut Ali, Bandar Udara Rembele, Bandar
Udara Gayo Lues, Bandar Udara Kerinci, Bandar Udara Muko-muko, Bandar Udara
Bawean, dan Bandar Udara Sumenep, dan 18 bandar udara di daerah perbatasan,
yaitu Bandar Udara Sabang, Bandar Udara Lasikin, Bandar Udara Lasondre, Bandar
Udara Letung, Bandar Udara Tambelan, Bandar Udara Rokot, Bandar Udara Tj. Balai
Karimun, Bandar Udara Enggano, Bandar Udara Atambua, Bandar Udara Kabir,
Bandar Udara Rote, Bandar Udara Long Ampung, Bandar Udara Long Bawan,
Bandar Udara Data Dawai, Bandar Udara Maratua, Bandar Udara Miangas, Bandar
Udara Moa, Bandar Udara Mopah-Merauke;

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 41 -


6. Pembangunan 15 Bandar Udara baru, dengan lokasi antara lain Bandar Udara
Letung, Bandar Udara Tambelan, Bandar Udara Tebelian, Bandar Udara Muara
Teweh, Bandar Udara Samarinda Baru, Bandar Udara Kertajati, Bandar Udara
Maratua, Bandar Udara Miangas, Bandar Udara Siau, Bandar Udara Morowali,
Bandar Udara Buntu Kunik, Bandar Udara Kabir, Bandar Udara Namniwel, Bandar
Udara Werur, Bandar Udara Koroway Batu;
7. Pembangunan bandar udara baru di Kalimantan antara lain Bandar Udara Muara
Teweh, Bandar Udara Maratua, Bandar Udara Samarinda Baru;
8. Peningkatan fasilitas pelayanan darurat sebanyak 212 paket di lokasi Bandar udara
diantaranya Bandar Udara Bandara Sentani, Bandara Djalaluddin, Bandara Juwata,
Bandara Mopah, Bandara Hanandjoeddin, Bandara Tjilik Riwut, Bandara Halueleo,
Bandara Wunopito, Bandara Beringin, Bandara Muara Bungo, Bandara Muko-muko,
Bandara FL Tobing, Bandara Dobo, Bandara Ketapang, Bandara Dumatubun,
bandara Abdul Rachman Saleh, bandara Pogogul, bandara Oesman Sadik, Bandara
Torea, Bandara Sultan M. Kaharuddin, Bandara Sangia Nibandera, Bandara
Mathilda Batlayeri, Bandara Komodo, Bandara Pekon Serai, Bandara Malinau,
Bandara Sanggu, Bandara Melonguane, Bandara Enggano, bandara Pangsuma
Putussibau, Bandara Andi Jemma, Bandara Stevanus Rumbewa, Bandara Soa
Bajawa, Bandara Rokot, Bandara Bandaneira, Bandara Oksibil, Bandara Senggo,
Bandara Mulia, Bandara Moanamani, Bandara Tanah Merah, Bandara Syukuran
Aminuddin Amir, Bandara Waghete, Bandara Lasondre, Bandara Maimun Saleh,
Bandara Bilorai, Bandara Tambolaka, Bandara Dominic Eduard Osok, Bandara Radin
Inten II;
9. Peningkatan fasilitas keamanan penerbangan sebanyak 633 paket diantaranya di
Budairto-Curug, Nabire, Rokot-Sipora, Mutiara-Palu, Haluoleo-Kendari, Djalaluddin-
Gorontalo,Olilit-Saumlaki, Susilo-Sintang, Kasiguncu-Poso, Torea-Fak-fak, Radin
Inten II-Lampung, Fatmawati-Bengkulu, Aekgodang-Padang Sidempuan, Dabo-
Singkep, H.Asan-SAmpit, Satartacik- Ruteng, Betoambari-Bau Bau, S.Bantilan-Toli
toli, S.Babullah - Ternate, Deo-Sorong, Rendani -Manokwari, Wamena, Franseda-
Maumere, M.Salahudin-Bima, Tampa Padang-Mamuju, Melongguane, Lasikin-
Sinabang, T.Cut ali- Tapak tuan, SeiBati - Tj. Balai Karimun, Japura-Rengat,
Cakrabuana-Cirebon, Brangbiji-Sumbawa besar, Komodo - Labuan Bajo, Tambolaka-
Waikabubak, Sanggu-Buntok, Kuala Pembuang, Naha -Tahuna,Tual Baru-Tual,
Utaron-Kaimana, Nunukan, Haliwen-Atambua, Pangsuma-Putusibau,Sentani-
Jayapura, Hang Nadim-Batam, Juwata -Tarakan, Mopah-Merauke, Kalimarau-Tj.
Redep, Syukuran Aminudin Amir - Luwuk, Umbu Mehang Kunda- Waingapu,
Gewayantana-Larantuka,Tjilik Riwut- Palangkaraya, H.AS. Hanandjuddin - Tj
Pandan;
10. Meningkatnya pemenuhan standar keselamatan transportasi udara :
- Jumlah Audit sebanyak 110 Audit di seluruh Bandar Udara di Indonesia;
- Jumlah Surveilance sebanyak 58 di seluruh Bandar Udara di Indonesia;
- Jumlah Inspection sebanyak 1.713 inspeksi di seluruh Bandar Udara di
Indonesia.

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 42 -


E. BPSDM Perhubungan
1. Target lulusan Pengembangan Sumber daya manusia perhubungan sebanyak 8.522
lulusan diklat Transportasi Darat yang dihasilkan BPSDM Perhubungan selama
tahun 2015-2019 yang sesuai standar kompetensi/kelulusan;
2. Target lulusan Pengembangan Sumber daya manusia perhubungan sebanyak
135.808 lulusan diklat Transportasi Laut yang dihasilkan BPSDM Perhubungan
selama tahun 2015-2019 yang sesuai standar kompetensi/kelulusan;
3. Target lulusan Pengembangan Sumber daya manusia perhubungan sebanyak
17.374 lulusan diklat Transportasi Udara yang dihasilkan BPSDM Perhubungan
selama tahun 2015-2019 yang sesuai standar kompetensi/kelulusan;
4. Target lulusan Pendidikan perhubungan darat sebanyak 35.459 lulusan diklat
Transportasi Darat dan Perkeretaapian yang dihasilkan BPSDM Perhubungan
selama tahun 2015-2019 yang sesuai standar kompetensi/kelulusan;
5. Target lulusan Pendidikan Perhubungan Laut sebanyak 1.114.918 lulusan diklat
Transportasi Laut yang dihasilkan BPSDM Perhubungan selama tahun 2015-2019
yang sesuai standar kompetensi/kelulusan;
6. Target lulusan Pendidikan Perhubungan Udara sebanyak 35.559 lulusan diklat
Transportasi Udara yang dihasilkan BPSDM Perhubungan selama tahun 2015-2019
yang sesuai standar kompetensi/kelulusan;
7. Target Lulusan SDM transportasi melalui kampus terpadu SDM Transportasi
Makasar sebanyak 215.953 lulusan;
8. Target lulusan SDM transportasi darat (kampus BP2TD Bali) sebanyak 41.652
lulusan;
9. Target lulusan SDM transportasi Perkeretaapian (Kampus Baru Akademi
Perkeretaapian Madiun) sebanyak 86.776 lulusan.

Untuk mempercepat pelaksanaan kegiatan dan target sasaran pembangunan infrastruktur


perhubungan, diperlukan kerangka pendanaan yang diterjemahkan tiap unit kerja, quick
win, dan kegiatan lanjutan untuk mendukung akselerasi pembangunan di Kementerian
Perhubungan Tahun 2015-2019. Kerangka pendanaan pada Rencana Strategis Kementerian
Perhubungan Tahun 2015-2019 dapat dilihat pada Lampiran C. Disamping itu, disusun pula
matrik kegiatan strategis yang diterjemahkan dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 yang menjadi target sasaran kewilayahan. Kegiatan
strategis tersebut didalam implementasi dan perencanaan setiap tahunnya disesuaikan
dengan tugas pokok dan fungsi di Kementerian Perhubungan. Kegiatan Strategis
Kementerian Perhubungan tersebut dapat dilihat secara keseluruhan pada Lampiran D.

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 43 -


4.2.9 KEGIATAN STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019 TERKAIT
KAWASAN RAWAN BENCANA, WILAYAH PERBATASAN, DAN TERLUAR, KAWASAN
STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL, KAWASAN INDUSTRI, MITIGASI IKLIM,
PENGARUSUTAMAAN GENDER DAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SERTA
PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONFLIK
SOSIAL (P3A-KS), DAN JUGA STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN
PEMBERANTASAN KORUPSI (STRANAS PPK)

A. DUKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DALAM PEMBANGUNAN KAWASAN


RAWAN BENCANA, WILAYAH PERBATASAN, DAN TERLUAR

Pembangunan transportasi di kawasan rawan bencana, wilayah perbatasan dan terluar


adalah untuk memperlancar distribusi barang dan jasa serta mobilitas penduduk dalam
rangka mengurangi disparitas antar kawasan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Pembangunan tersebut difokuskan pada :
a. Tersedianya prasarana
dan sarana transportasi
dengan kapasitas dan
kualitas pelayanan
memadai;
b. Terjangkaunya pelayanan
transportasi ke seluruh
wilayah perbatasan;
c. Terjaminnya keselamatan dan keamanan dalam pelayanan jasa transportasi;
d. Terwujudnya kerjasama luar negeri bidang perhubungan yang saling
menguntungkan serta dapat menarik investasi yang dapat memberikan nilai
tambah;
e. Meningkatnya aksebilitas angkutan udara di daerah terpencil, pulau-pulau kecil dan
kawasan perbatasan Negara.

B. DUKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TERHADAP PENGEMBANGAN KAWASAN


STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL (KSPN)
Pembangunan sarana dan prasarana
transportasi pada destinasi pariwisata
diarahkan untuk mendorong daya tarik
daerah tujuan wisata sambil meningkatkan
kontribusinya bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat di daerah tujuan wisata. Sejalan
dengan Rencana Induk Pembangunan
Pariwisata Nasional (RIPPARNAS),
pembangunan destinasi pariwisata nasional
untuk 5 (lima) tahun ke depan diprioritaskan pada pengembangan 16 Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional (KSPN) maka pembangunan infrastruktur transportasi akan
diarahkan untuk mewujudkan konektivitas menuju ke kawasan tersebut.

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 44 -


Pengembangan 16 KSPN diharapkan dapat meningkatkan target jumlah wisatawan
mancanegara dari 9 juta orang pada tahun 2014 menjadi 20 juta orang pada tahun 2019
dan jumlah kunjungan wisatawan nusantara sebesar 250 juta orang pada tahun 2014
menjadi sebesar 275 juta orang pada tahun 2019. Oleh karenanya, pembangunan
infastruktur perhubungan didorong untuk meningkatkan aksesibilitas pada KSPN Danau
Toba, KSPN Kota Tua-Sunda Kelapa-Kepulauan Seribu, KSPN Borobudur, KSPN Bromo-
Tengger-Semeru, KSPN Menjangan-Pemuteran, KSPN Kintamani-Kuta-Sanur-Nusa Dua,
KSPN Tanjung Puting, KSPN Rinjani, KSPN Komodo, KSPN Ende-Kelimutu, KSPN Toraja,
KSPN Bunaken, KSPN Wakatobi dan KSPN Raja Ampat melalui beberapa strategi yaitu :
a. Mempercepat realisasi peningkatan infrastruktur bandar udara & pelabuhan di
daerah tujuan wisata;
b. Mendorong perusahaan penerbangan & perusahaan pelayaran nasional
menyediakan pelayanan dari dan ke destinasi pariwisata ;
c. Meningkatkan kerjasama penerbangan secara bilateral dengan negara sumber
pasar wisatawan, melalui bandara yang telah dibuka untuk ASEAN Open Sky;
d. Mendorong pengembangan infrastruktur pelabuhan untuk berlabuh kapal pesiar &
menyederhanakan perijinan kunjungan kapal pesiar;
e. Meningkatkan angkutan wisata yang memenuhi standar keamanan dan
kenyamanan.
Sedangkan program kegiatan stategis yang akan dilaksanakan Kementerian
Perhubungan dalam rangka pembangunan destinasi pariwisata antara lain :
a. Peningkatan fasilitas Dermaga Simanindo, Dermaga Ajibata, Dermaga Tiga Ras,
Dermaga Muara dan Dermaga Danau Haranggaol untuk mendukung KSPN Toba;
b. Peningkatan fasilitas Dermaga Taman Nasional Tanjung Puting untuk mendukung
KSPN Tanjung Putting;
c. Pangembangan Bandara Matahora, Pelabuhan Wanci, dermaga penyeberangan
Tomia untuk mendukung KSPN Wakatobi;
d. Pengembangan Pelabuhan Labuhan Bajo & Bandara Komodo untuk mendukung
KSPN Komodo;

e. Pengembangan Pelabuhan Maumere, pengembangan Bandara Frans Seda dan


Bandara Ende untuk mendukung KSPN Ende-Kelimutu;
f. Pengembangan fasilitas Pelabuhan di Waisai dan Misool serta pengembangan
Bandara Domine Eduard Osok & Bandara Marinda untuk mendukung KSPN Raja
Ampat.

C. DUKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TERHADAP PENGEMBANGAN KAWASAN


INDUSTRI
Dalam rangka menciptakan pertumbuhan
inklusif dengan memaksimalkan potensi
ekonomi untuk dapat mendorong perbaikan
pemerataan dan pengurangan kesenjangan
maka pembangunan dititikberatkan pada
pembangunan sektor industri yang pada
karya. Pembangunan kawasan industri harus
terintegrasi dengan sistem dan jaringan
Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 45 -
transportasi khususnya sektor perhubungan baik transportasi perkeretaapian, darat,
laut maupun udara untuk mempermudah distribusi barang dari industri menuju ke
konsumen secara lebih cepat sehingga biaya distribusi barang dapat ditekan seminimal
mungkin.
Dalam rangka mewujudkan pembangunan kawasan industri yang terintegrasi,
pembangunan infrastruktur perhubungan didorong untuk mewujudkan integrasi dan
konektivitas kawasan industri menuju ke outlet pelabuhan, diantaranya
a. Pembangunan 14 kawasan industri baru diantaranya (i) Bintuni - Papua Barat; (ii)
Buli - Halmahera Timur-Maluku Utara; (iii) Bitung Sulawesi Utara, (iv) Palu -
Sulawesi Tengah; (v) Morowali - Sulawesi Tengah; (vi) Konawe Sulawesi Tenggara;
(vii) Bantaeng - Sulawesi Selatan; (viii) Batulicin - Kalimantan Selatan; (ix) Jorong -
Kalimantan Selatan; (x) Ketapang - Kalimantan Barat; (xi) Landak Kalimantan
Barat, (xii) Kuala Tanjung, Sumatera Utara, (xiii) Sei Mangke Sumatera Utara; dan
(xiv) Tanggamus, Lampung;
b. Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), diantaranya KEK Bitung, KEK
Tanjung Lesung, KEK Sei Mangke, KEK Palu, KEK Mandalika, KEK Tanjung Api-Api,
KEK Maloy-Kalimantan Timur, KEK Morotai dsb;
c. Pembangunan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) di
Sabang, Batam, Bintan, dan Karimun.

D. DUKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TERKAIT MITIGASI IKLIM


Dalam konteks perencanaan dan pembangunan transportasi pada Rencana Stratagis
Kementerian Perhubungan tahun 2015-2019 juga sangat memperhatikan aspek
lingkungan, khususnya terkait dengan aspek peningkatan emisi gas buang pada
kawasan-kawasan perkotaan dan peningkatan emisi gas rumah kaca akibat
meningkatnya pertumbuhan jumlah kendaraan di Indonesia. Aspek lingkungan pada
prinsipnya menjadi bagian penting dalam perencanaan strategis pembangunan
transportasi di Indonesia yang memberikan dampak pada kesehatan, kenyamanan,
serta kualitas hidup masyarakat, sehingga didalam konteks perencanaan pembangunan
transportasi ke depan aspek Eco Building menjadi bagian penting untuk diwujudkan
melalui Rencana Strategis Kementerian Perhubungan.
Dukungan kementerian perhubungan terkait
mitigasi iklim dilakukan melalui:
a. Pembangunan sarana dan prasarana
transportasi yang ramah lingkungan dan tahan
terhadap dampak perubahan iklim/cuaca
ekstrim;
b. Pemanfaatan bahan bakar yang berbasis energi
baru terbarukan;
c. Penerapan sistem manajemen transportasi yang efektif dan efisien;
d. Mendorong pengguna kendaraan pribadi berpindah ke transportasi umum/ massal.

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 46 -


E. DUKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TERKAIT PENGARUSUTAMAAN GENDER
DAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS, SERTA PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONFLIK SOSIAL (P3A-KS)
Pengarusutamaan gender merupakan salah satu
prinsip pengarusutamaan yang menjadi landasan
operasional pembangunan dengan strategi yang
dilakukan secara rasional dan sistematis untuk
mencapai kesetaraan dan keadilan gender dalam
pembangunan nasional. Sesuai dengan Perpres
Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019,
prinsip pengarusutamaan gender diarahkan untuk
meningkatkan kualitas hidup dan peran perempuan
di berbagai bidang pembangunan, di bidang politik
termasuk dalam proses pengambilan keputusan di lembaga eksekutif, legislatif dan
yudikatif, dan juga untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan pengarusutamaan
gender yang meliputi penyempurnaan peraturan dan pedoman, peningkatan kapasitas
SDM, penguatan mekanisme koordinasi, penyediaan dan pemutakhiran data terpilah,
pemantauan dan evaluasi. Hal ini juga ditegaskan dalam kebijakan sebelumnya yaitu
Inpres Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan
Nasional yang mengamanahkan kepada seluruh Kementerian/Lembaga untuk
mengintegrasikan prinsip pengarusutamaan gender pada setiap tahapan pembangunan
mulai dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Hal ini
juga merupakan salah satu upaya untuk mewadahi pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 2 Tahun 2015 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang nomor 7 Tahun
2012 tentang Penanganan Konflik Sosial dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun
2014 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam Konflik
Sosial (P3A-KS) yang disesuaikan dengan tugas dan fungsi Kementerian Perhubungan.
Penyelenggaraan jasa transportasi merupakan bagian integral dari sendi kehidupan
masyarakat, bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak terpisahkan
dari prinsip pembangunan nasional secara utuh. Kementerian Perhubungan melalui
Undang-undang Transportasi (UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan pasal 121,
134 dan 239 dan UU No.23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian pasal 54 dan 131)
secara substansi telah dan mendukung pelaksanaan pembangunan perhubungan yang
responsif gender dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang
beragam.
Aspek kesetaraan gender dan difable priority menjadi
bagian penting dalam pembangunan sarana dan
prasarana perhubungan, seperti pada penyediaan ruang
khusus untuk wanita, anak, dan penyandang cacat pada
moda transportasi, prioritas untuk naik terlebih dahulu
menggunakan moda transportasi bagi difable, wanita,
dan anak-anak sebagai wujud perlindungan pada
wanita, anak-anak, dan difable. Konteks pengembangan
transportasi berbasis gender dan difable priority
menjadi sangat penting, serta memberikan ruang positif

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 47 -


terhadap upaya menghargai dan menanamkan nilai-nilai dalam mewujudkan
pembangunan transportasi yang responsif terhadap gender dan kelompok difable.
Untuk mengakomodir beberapa hal tersebut diatas, dalam konsep pengembangan
transportasi pada Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 yang
memperhatikan terhadap tata ruang, lingkungan, gender, dan difable membutuhkan
skema koordinasi, perencanaan, sampai dengan implementasi (fisik maupun non fisik)
yang saat ini juga menjadi bagian dari target kinerja
pembangunan transportasi pada Kementerian
Perhubungan. Konsep pengembangan tersebut secara
implisit dan eksplisit juga sudah disusun didalam
kerangka pendanaan Kementerian Perhubungan,
dimana sampai dengan tahun 2019 pembangunan
transportasi juga akan memberikan prioritas-prioritas
yang mengarah pada pembangunan infrastruktur
perhubungan berbasis tata ruang, lingkungan, gender,
dan kaum difable.
Berdasarkan Undang-undang nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial
dan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2015 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial serta
Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Perempuan dan Anak dalam Konflik Sosial (P3A-KS) telah diatur tentang penanganan
konflik sosial yang bertujuan antara lain menciptakan kehidupan masyarakat yang
aman, tenteram, damai dan sejahtera, memelihara keberlangsungan fungsi
pemerintahan, melindungi jiwa, harta benda, sarana dan prasarana umum dan
memulihkan kondisi fisik dan mental masyarakat serta sarana dan prasarana umum,
yang disesuaikan dengan kapasitas dan tugas serta fungsi dari masing-masing
Kementerian/Lembaga.

F. DUKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TERKAIT STRATEGI NASIONAL


PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (STRANAS PPK)
Mendasari Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2006 tentang Pengesahan United Nations
Convention Againts Corruption,
2003(Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
Anti Korupsi, 2003) (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 32,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4620), pada tanggal 23
Mei tahun 2012 telah diterbitkan Peraturan
Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang
Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang 2012-2025
dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014 (Stranas PPK) yang merupakan dokumen yang
memuat visi, misi, sasaran, strategi, dan fokus kegiatan prioritas pencegahan dan
pemberantasan korupsi jangka panjang tahun 2012-2025 dan jangka menengah tahun
2012-2014, serta peranti anti korupsi. K/L dan Pemda diwajibkan menyusun aksi PPK
Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 48 -
setiap tahun sebagai penjabaran dan pelaksanaan Stranas PPK yang dituangkan ke
dalam Inpres. Terdapat 6 (enam) strategi pelaksanaan stranas PPK yaitu 1)
melaksanakan upaya-upaya pencegahan; 2) melaksanakan langkah-langkah strategis di
bidang penegakan hukum; 3) melaksanakan upaya-upaya harmonisasi penyusunan
peraturan perundang-undangan di bidang pemberantasan korupsi dan sektor terkait
lain; 4) melaksanakan kerja sama internasional dan penyelamatan aset hasil tipikor; 5)
meningkatkan upaya pendidikan dan budaya anti korupsi; dan 6) meningkatkan
koordinasi dalam rangka mekanisme pelaporan pelaksanaan upaya pemberantasan
korupsi.

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 4 - 49 -

Anda mungkin juga menyukai