Anda di halaman 1dari 7

Bab I

1.1 Latar Belakang


Adapun hal yang mendorong kami untuk menulis makalah ini adalah:
1. Kurang mampunya koperasi bersaing dalam sistem pasar
2. Banyak koperasi di Indonesia yang kurang maju karena sedikitnya pengetahuan
kekuatan dari koperasi itu sendiri

1.2 Tujuan
Pembaca mengetahui apa saja kekuatan dan kelemahan koperasi dalam sistem pasar
Pembaca mengerti peran koperasi dalam rantai tata niaga
Pembaca mengetahui sasaran integrasi vertikal melalui koperasi
Pembaca dapat mengerti bagaimana sikap terhadap kebijakan harga koperasi

1.3 Masalah
Bagaimana kekuatan dan kelemahan koperasi dalam sistem pasar?
Apa peran koperasi dalam rantai tata niaga?
Siapa integrasi vertikal melalui koperasi?
Bagaimana sikap terhadap kebijakan harga koperasi?

1.4 Manfaat
Pembaca dapat menganalisis kekuatan dan kelemahan koperasi dalam sistem pasar
Dapat mengetahui peran koperasi dalam rantai tata niaga
Mengerti secara mendalam sasaran integrasi vertikal melalui koperasi
Dapat menentukan sikap terhadap kebijakan harga koperasi

1
Bab II

1. Kekuatan dan Kelamahan Koperasi dalam Sistem Pasar

Koperasi dapat memanfaatkan kekuatannya yang berhubungan dengan


economic of scale, bargaining position di pasar sebagai akibat bersatunya para
produsen dalam koperasi, kemampuan dalam menghadapi ketidapastian
(uticertaiizly), pamanfaatan inter-likage market dan transaction cost sebagai akibat
self control dan self management. Economic of scale dapat diperoleh melalui
pembelian bahan/barang. Pembelian barang yang banyak akan merendahkan biaya
rata-rata karena akan memperoleh potongan harga sehingga harga per unitnya akan
semaki murah. Bargaining position di pasar diperoleh melalui penjualan produk yang
dihasilkan oleh organisasi koperasi. Bersatunya para produsen dalam sebuah
organisasi koperasi merupakan ajang yang baik dalam mengatur harga jual. Itu
berarti koperasi mempunyai kekuatan dalam penawaran produknya.

Adanya interlinkage market pada koperasi merupakan kekuatan lain yang


dimiliki institusi koperasi karena pada dasarnya transaksi antarkoperasi bukan
didasarkan pada profit motive, melainkan nonprofit motive. Keadaan tersebut dapa
menurunkan biaya transaksi (cost transaction).

Rendahnya tingkat pertumbuhan koperasi sebagai akibat ketidakmampuan


koperasi dalam mencari dan memanfaatkan peluang yang ada. Jika manajer
diharapkan menjadi wurausaha koperasi, kendala yang dihadapi adalah keebasan
untuk bertindak yang terbatas.

Kelemahan prinsip koperasi adalah:

a. Prinsip keanggotan yang bersifat terbuka dan sukarela, akan melemahkan struktur
permodalan jangka panjang sebab jika perusahaan koperasi tidak mampu mekayani
kepentingan anggota, ia bisa keluar dari keanggotaan kopeasi.
b. Prinsip kontrol secara demkratis, menyebabkan anggta yang memiliki modal dalam
jumlah banyak akan keluar dari koperasi.
c. Prinsip pembagian SHU berdasarkan jasa anggota, akan mengurangi kegiatan
anggota untuk menabung pada koperasi.

Karena kelemahan tersebut, adanya saran koperasi melakukan hal-hal antara


lain:

2
a. Koperasi dapat membatasi jumlah anggota asal pembatasan itu tidak dibuat-buat.
b. Koperasi tidak memberikan preferensi tertentu terhadap jumlah modal yang
dimasukkan oleh para anggota.
c. Bunga modal yang terbatas adalah bunga yang wajar.
d. Ada yang beranggapan bahwa pemasukan modal pada koperasi merupakan jasa.

2. Koperasi dalam Rantai Tata Niaga

Pada dasarnya, ada tiga pelaku dalam sistem ekonomi pasar, yaitu produsen,
konsumen dan perantara. Rumah tangga produsen bisa berfungsi sebagai konsumen
dalam pasar input dan berfungsi sebagai produsen dalam pasar output. Seorang
produsen mempunya tiga alternatif yang akan dipilih, yaitu:

a. Menjual langsung ke konsumen


b. Menjual ke pedagang
c. Menjual ke koperasi

Bagi seorang konsumen yang akan membeli barang-barang keperluannya,


sebenarnya juga mempunyai tiga alternatif, yaitu:

a. Membeli dari produsen sacara langsung


b. Mengontrak dari pedagang
c. Membeli dari koperasi

Tetapi bila seorang produsen membutuhkan beberapa input untuk keperluan


produksinya, alternatif yang harus dipilih akan menjadi empat, yaitu:

a. Menyediakan input olehnya sendiri


b. Membeli input dari produsen input
c. Mengontrak dengan pedagang input
d. Berdagang dengan sebuah koperasi

3. Sasaran Integrasi Vertikal Melalui Koperasi

Menurut R.A Supriyono (1985) integrasi vertikal merupakan salah satu


strategi alternatif dalam perusahaan memperluas ruang lingkup kegiatannya dengan
melaksanakan integrasi ke belakang (hulu) atu ke depan (hilir). Integrasi ke belakang
bertujuan membantu kalancaran atau kemanfaatan sumber-sumber bahan mentah.

3
Dengan demikian, dapat meminimumkan risiko kekurangan bahan mentah dan
menjamin biaya nahan yang rendah sehingga perusahaan memiliki keuntungan.
Sedangkan integrasi ke depan bertujuan sebagai jalan keluar untuk menjamin
kelancaran penjualan produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan.

L Sedangkan menurut Porter (1996), integrasi vertikal merupakan kombinasi dari


proses-proses produksi, distribusi dan atau proses ekonomi lainnya yang secara
teknologi berbeda dalam batas-batas satu perusahaan tunggal. Strategi ini
mencerminkan keputusan perusahaan untuk menggunakan transaksi intern dan bukan
transaksi pasar untuk mencapai tujuan ekonomisnya.

Manfaat integrasi vertikal yang paling umum adalah penghematan atau penekanan
biaya dalam produksi, penjualan, pembelian, biaya transasi dan bidang lain. Di
samping itu operasi terpadu dapat mengurangi kebutuhan untuk mengumpulkan
jenis-jenis informasi tertentu mengenai pasar . biaya tetap untuk memantau pasar dan
memperkirakan pasok, permintaan dan harga dapat disebarkan ke seluruh bagian dari
perusahaan yang terpadu, sedangkan dari perusahaan yang tidak terpadu ditanggung
oleh masing-masing unit.

Persoalan utama integrasi vertikl adalah efisiensi yang berhubungan dengan


biaya transaksi.biaya transaksi dapat dieisiensikan melalui koordinasi kegiatan-
kegiatan dalam perusahaan. Bila semua perantara atau pemasok diberitahu informasi
sepenuhnya, maka biaya transaksi tidak akan ada.

Koperasi dapat mengadakan integrasi vertikal ke hulu atau ke hilir dengan


membentuk koperasi prmer, sekunder atau tersier di sapanjang jalur tata niaga suatu
produk. Strategi ini dapat diterapkan di Indonesia. Menurut Ima Suwandi (1985),
integrasi vertikal yang ada di Indonesia hanya dikenal tiga bentuk:

a. Bentuk federasi (federated)


b. Bentuk pemusatan (centralized)
c. Bentuk campuran

Dalam integrasi vertikal, semakin banyak unit usaha yang dilaksakan


sehingga dapat melakukan subsidi silang. Jika salah satu unit mengalami kerugian,
maka dapat ditutup dengan keuntungan unit lainnya. Disamping itu karena
perusahaan pada industri hulu dimiliki oleh pengusaha pada industri hilir, maka
risiko ketidakpastian dalam pengadaan bahan dan pemasaran hasil produksi.

4
Tingkat integrasi vertikal koperasi yang ada di Indonesia ada umumnya
berbentuk federasi, yaitu menyatu dengan maing-masing masih bebas berusaha.
Karena koperasi primer yang tidak ada membentuk koperai di tingkat atasnya guna
melaksakan kegiatan-kegiatan tertentu, jika dilaksanakan sendiri kurang efisien.

Untuk meningkatkan efisiensi, beberapa koperai primer dapat mendirikan


koperasi di tingkat atasnya (pusat koperasi). Pada pusat koperasi didirikan pabrik
penopang yang membantu keperluan di tingkat bawah, yaitu koperasi primer dan
usaha anggotanya. Untuk menopang kegiatan koperasi dan efisien di tingkat bawah,
beberapa puat koperasi mendirikan induk koperasi yang mempunyai beberapa pabrik
penopang yang menopang kegiatan usaha di tingkat pusat koperasi, koperasi primer
dan anggota koperasi.

Intergasi vertkal yang kegiatannya dipusatkan (centralized) , cabang-cabang


kegiatan usahanya dikembangkan di berbagai tempat. Cabang-cabang dapat langsung
memberikan pelayanan kepada anggota dan masarakat. Pemusatan usaha dapat
terjadi pada koperai primer, koperasi tingkat pusat, gabingan dan induk koperasi.
Anggota tidak langsug dilayani oleh koperasi tetapi dilayani oleh cabang atau tempat
khusus untuk itu.

Bentuk campuran merupakan gabungan antara federasi dan centralized.


Koperasi i tingkat provinsi mempunyai anggota koperasi primer yang memiliki
berbagai cabang usaha dan kegiatan pengeceran di daerah. Tujuannya untuk
meningkatkan efisiensi usaha koperasi yang bersangkutan.

4. Sikap terhadap Kebijakan Harga Koperasi

Bila dilihat dari peranan anggota dalam koperasi yang bergitu dominan,
setiap harga yang akan ditetapkan koperasi harus dibedakan antara anggota dan
nonanggota. Hal inilah yang membedakan kebijakan harga di koperasi dengan
perusahaan nonkoperasi.

Segmen pasar dalam koperasi terbagi dua, yaitu anggota dan nonanggota.
Perusahaan nonkoperasi adalah masyarakat umum yang tidak punya kaitan
kepemilikan dengan perusahaan tersebut. Pada koperasi yang mampu menyatukan
unit0unit usaha melalui integrasi vertikal, umumnya mempunyai anggota yang cukup
banyak terutama di tingkat koperasi primer. Anggota-anggota koperasi primer pada
5
umumnya penghasil input untuk produk yang diproduksi dan dijual oleh koperasi-
koperasi di tingkat yang lebih tinggi.

Bila anggota dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan harga, maka


koperasi tidak dapat menentukan harga pada saat keuntungan maksimum. Harga
tidak lagi didasarkan pada prinsip profit motive, tetapi sudah memperhatikan
pelayanan kepada anggota.

Jika harga yang diberlakukan sama, anggota harus memperoleh SHU yang
lebih besar sebab anggota tidak memperoleh keuntungan langsung dari harga
pelayanan, namun kondisi ini kurang disukai anggota koperasi yang jumlahnya
banyak. Alasannya kontrol terhadap jumlah anggota yang banyak akan lebih susah,
sistem administrasi lebih rumit, dan taksiran jasa anggota yang sulit. Berbeda dengan
sistem harga pelayanan yang memperoleh keuntungan langsung atas pembelian
produk, kesulitan itu akan mudah ditangani.

Koperasi menetapkan harga jual kepada anggota yang lebih rendah dibanding
dengan harga kepada nonanggota. Disamping anggota di tingkat bawah atau pada
koperasi primer (petani, pengrajin) dapat memperlancar pemasaran bahan/produk,
juga memperoleh keuntungan langsung dari hasil pembelian produk koperasi di
tingkat yang lebih tinggi.

Bab III

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah bahwa hrga barang
koperasi antar anggota dan nonanggota berbeda. Hal tersebut dikarenakan karena
koperasi bertujuan mensejahterakan anggota.

3.2 Kritik dan Saran


6
Makalah ini masih banyak kekurangan dari isi maupun yang lainnya. Dari makalah
ini diharapkan dapat membuat pembaca memahami dan meperkaya pengetahuan
mengenai organisasi koperasi dalam sistem pasar.

Daftar Pustaka

olgadealissaputri.blogspot.com

infomanajerna.blogspot.com

Kusnadi, Hendar.2005.Ekonomi Koperasi (untuk Perguruan Tinggi) Edisi


Kedua.Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.

Anda mungkin juga menyukai