Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pembahasan mengenai studi kelayakan bisnis tidak terlepas dari pemahaman manajemen
ditambah dengan melihat beberapa aspek yang terkait disana seperti aspek ekonomi, teknologi,
politik-hukum dan sosial-budaya. Dimana kesemua aspek ini saling memiliki keterkaitan satu
sama lainnya untuk mendukung kelayakan suatu bisnis baik dilihat dari segi mikro dan makro.

Aspek-aspek ini didalam manajemen dilihat sebagai bagian yang mampu mempengaruhi
keputusan bisnis, terutama sebagaimana dikatakan oleh Iman Soeharto (1999: 76) bahwa
pengkajian yang bersifat menyeluruh dan mencoba menyoroti segala aspek kelayakan proyek atau
investasi dikenal sebagai studi kelayakan. Sedangkan Yakob Ibrahim (1996: 92) mendefinisikan
studi kelayakan bisnis merupakan gambaran kegiatan usaha yang direncanakan, sesuai dengan
kondisi, potensi, serta peluang yang tersedia dari berbagai aspek.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Studi Kelayakan Usaha


Menurut Kasmir dan Jakfar (2003: 10) Studi kelayakan bisnis atau usaha adalah kegiatan
yang mempelajari secara mendalam atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan
layak tidaknya usaha tersebut dijalankan[1]
Studi kelayakan usaha atau disebut juga analisis proyek bisnis adalah penelitian tentang
layak atau tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan menguntungkan secara terus-menerus. Studi
ini pada dasarnya membahas berbagai konsep dasar yang berkaitan dengan keputusan dan proses
pemilihan proyek bisnis agar mampu memberikan manfaat ekonomis dan sosial sepanjang waktu.
Dalam studi ini, pertimbangan ekonomis dan teknis sangat penting karena akan dijadikan dasar
implementasi kegiatan usaha.[2]
Studi kelayakan usaha juga merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya
menganalisis layak atau tidaknya bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin
dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan, misalnya
rencana peluncuran produk baru.[3]
Hasil studi kelayakan usaha pada prinsipnya bisa digunakan antara lain untuk:
1. Merintis usaha baru, misalnya membuka toko, membangun pabrik, mendirikan perusahaan jasa,
membuka usaha dagang, dan lain sebagainya.
2. Mengembangkan usaha yang sudah ada, misalnya untuk menembah kapasitas pabrik,
memperluas skala usaha, mengganti peralatan/mesin, menambah mesin baru, memperluas cakupn
usaha, dan lain sebagainya.
3. Memilih jenis usaha atau investasi/proyek yang paling menguntungkan, misalnya pilihan usaha
dagang, pilihan usaha barang atau jasa, pabrikasi atau perakitan, proyek A atau proyek B, dan lain
sebagainya.[4]

B. Tujuan Studi Kelayakan Usaha


Ketika ingin mengetahui kelayakan usaha kita, tentunya kita harus mengetahui
tujuannya. Dalam hal ini Kasmir dan Jakfar, (2003: 20) mengatakan paling tidak ada lima tujuan
mengapa sebelum suatu usaha atau proyek dijalankan perlu dilakukan studi kelayakan, yaitu:
1. Menghindari resiko kerugian. Untuk mengatasi resiko kerugian pada masa yang akan datang harus
ada semacam kondisi kepastian. Kondisi ini ada yang dapat diramalkan akan terjadi atau terjadi
tanpa dapat diramalkan. Fungsi studi kelayakan adalah meminimalkan resiko yang tidak
diinginkan, baik risiko yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.
2. Memudahkan perencanaan. Apabila sudah dpat meramalkan yang akan terjadi pada masa yang
akan datang, kita dapat melakukan perencanaan dan hal-hal yang perlu direncakan.
3. Memudahkan pelaksaan pekerjaan. Berbagai rencana yang sudah disusun akan memudahkan
pelaksaan usaha. Pedoman yang telah tersusun secara sistematis, menyebabkan usaha yang
dilaksanakan dapat tepat sasaran dan sesuai dengan rencana yang sudah disusun.
4. Memudahkan pengawasan. Pelaksanaan usaha yang sesuai dengan rencana yang sudah disusun,
akan memudahkan kita untuk melakukan pengawasan terhadapa jalanya usaha. Pengawasan ini
perlu dilakukan agar tidak melenceng dari rencana yang telah disusun.
5. Memudahkan pengendalian. Apabila dalam pelaksanaan telah dilakukan pengawasan, jika terjadi
penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga dapat di lakukan pengendalian atas penyimpangan
tersebut. Tujuan pengendalian adalah mengendalikan agar tidak melenceng dari rel yang
sesungguhnya, sehingga tujuan perusahaan akan tercapai.[5]

C. Pihak-pihak yang Berkepentingan


Adapun pihak yang memerlukan dan berkepentingan dengan studi kelayakan usaha di
antaranya:
1. Pihak Wirausaha (Pemilik Perusahaan)
Memulai bisnis atau mengembangkan bisnis yang sudah ada sudah barang tentu memerlukan
pengorbanan yang cukup besar dan selalu dihadapkan pada ketidakpastian. Dalam kewirausahaan,
studi kelayakan usaha sangat penting dilakukan agar kegiatan usaha tidak mengalami kegagalan
dan memberi keuntungan sepanjang waktu. Studi kelayakan berfungsi sebagai laporan, pedoman,
dan bahan pertimbangan untuk merintis dan mengembangkan usaha atau melakukan investasi
baru, sehingga bisnis yang akan dilakukan meyakinkan wirausaha itu sendiri maupun pihak-pihak
lain yang berkepentingan.
2. Investor dan Penyandang Dana
Bagi investor dan penyandang dana, studi kelayakan usaha sangat penting untuk memilih
jenis investasi yang paling menguntungkan dan sebagai jaminan atas modal yang ditanamkan atau
dipinjamkan, apakah investasi yang dilakukannya memberikan jaminan pengembalian investasi
yang memadai atau tidak. Oleh investor, studi kelayakan sering digunakan sebagai bahan
pertimbangan layak atau tidaknya investasi dilakukan.
3. Masyarakat dan Pemerintah
Bagi masyarakat, studi kelayakan sangat diperlukan terutama sebagai bahan kajian apakah
usaha yang didirikan atau dikembangkan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya atau sebaliknya
justru merugikan, seperti bagaimana dampak lingkungan, apakah positif atau negatif. Bagi
pemerintah, studi kelayakan sangat penting untuk mempertimbangkan izin usaha atau penyediaan
fasilitas lainnya.[6]

D. Aspek-aspek Studi Kelayakan Usaha


Secara umum suatu pengerjaan proyek/ usaha yang akan dilakukan dianggapfeasible (layak)
adalah apabila memenuhi kriteria dibawah ini:
1. Proyek/usaha yang dikerjakan tersebut mampu memberikan manfaat yang berarti
kepada publik (masyarakat).
2. Proyek/usaha yang dikerjakan tersebut adalah dianggap mampu berkembang(expand) dan yang
terpenting memiliki kondisi kontinuitas usaha yang tinggi.
3. Proyek/usaha yang akan dikerjakan itu nantinya diperkirakan akan mampu tahan terhadap
berbagai goncangan ekonomi (economic fluctuation) baik karena faktor domestik maupun global.
4. Proyek/usaha yang dikerjakan tahan terhadap berbagai masalah termasuk jika timbulnya krisis
kepercayaan.
5. Proyek/usaha tersebut diharapkan akan bisa menampung lapangan pekerjaan atau secara tidak
langsung telah mencoba mengurangi angka pengangguran(unemployment).
6. Proyek/usaha yang akan dilaksanakan tersebut diharapkan mampu memberikan suatu keuntungan
yang wajar dengan juga mampu untuk mengembalikan cicilan bunga beserta pokoknya secara
tepat waktu.
7. Proyek/ usaha yang sedang dilaksanakan adalah searah dengan konsep rencana pembangunan
pemerintah baik pemda dan pusat.
8. Manajer yang membawahi pengerjaan proyek/usaha tersebut adalah orang yang memiliki
pengalaman dan pendidikan yang cukup.
9. Manajer dan karyawan yang mengerjakan proyek/usaha tersebut adalah
memiliki performance yang dapat dipertanggungjawabkan secara konsep manajemen modern,
seperti kedisiplinan, loyalitas, kejujuran dan keinginan untuk terus memperbaiki kesalahan.
10. Diharapkan proyek/usaha tersebut berkeinginan dalam jangka panjang untuk menerapkan
penggunaan teknologi modern guna mengantisipasi perkembangan teknologi yang dinamis juga
untuk mengantisipasi akan munculnya para pesaing.[7]
Beberapa aspek yang tidak bisa dihilangkan dalam kajian kelayakan yaitu:
1) Aspek Sumber Daya Manusia (SDM)
Dalam hal membangun proyek bisnis, ketersediaan SDM-nya, yaitu manajer proyek dan staf
proyek hendaknya dikaji secara cermat. Kesuksesan suatu perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan sebuah proyek bisnis sangat tergantung pada SDM yang solid, yaitu manajer dan
timnya. Membangun sebuat tim yang efektif merupakan suatu kombinasi antara seni dan ilmu
pengetahuan. Dalam membangun sebuah tim yang efektif, pertimbangan harus diadakan bukan
hanya pada keahlian teknis para manajer atau anggota tim semata, tetapi juga pada peranan penting
mereka dan keselarasan mereka dalam bekerja.[8]

2) Aspek Teknis
Evaluasi aspek teknis mempelajari kebutuhan teknis proyek, sperti penentuan kapasitas
produk, jenis teknologi yang digunakan, penggunaan peralatan, dan mesin serta lokasi usaha yang
paling menguntungkan.
Setiap gagasan kewirausahaan- baik produksi barang maupun penyediaan jasa- mempunyai
aspek teknis yang hatus dianalisis seblum usaha implementasi gagasan dilaksanakan. Ada dua
langkah penting dalam proses ini, yaitu:
a. Identifikasi spesifikasi teknis penting
Evaluasi gagasan ventura baru hendaknya dimulai dengan identifikasi persyaratan teknis
yang kritis terhadapa pasar sehingga mampu memenuhi harapan dari pelanggan potensial.
Persyaratan teknis yang paling penting adalah:
1. Desain fungsional produk dan daya tarik penampilannya
2. Fleksibilitas, memungkinkan adanya modifikasi cirri luar dari produk untuk memenuhi
permintaan konsumen atau perubahan teknologi dan persaingan.
3. Daya tahan bahan baku produk dapat diandalkan, kinerja produk seperti yang diharapkan pada
kondisi operasi normal
4. Keamanan produk, tidak menimbulkan bahaya pada kondisi operasional daya guna yang bisa
diterima
5. Kemudahan dan biaya pemeliharaan yang rendah
6. Standariasasi melalui dihilangkannya suku cadang yang tidak perlu
7. Kemudahan untuk diproduksi dan diproses dan kemudian untuk ditangani
b. Pengembangan dan uji coba produk
Pengembangan dan uji coba produk termasuk juga studi rekayasa, uji laboratorium, evaluasi
bahan baku alternative, serta fabrikasi model dan prototype untuk uji lapangan. Untuk setiap tahap
pengujian, hasil negative dan positif harus ditimbang dan dilakukan penyesuaian yang perlu.[9]
3) Aspek Pemasaran
Untuk menganalisis aspek pemasaran, seorang wirausaha terlebih dahulu harus melakukan
penelitian pemasaran dengan menggunakan sistem informasi pemasaran yang memadai
berdasarkan analisis dan prediksi apakah bisnis yang akan dirintis atau dikembangkan memiliki
peluang pasar yang memadai atau tidak. Dalam analisis pasar, biasanya terdapat beberapa
komponen yang harus dianalisis dan dicermati, di antaranya:
a. Kebutuhan dan keinginan konsumen, jika kebutuhan dan keinginan konsumen terpenuhi, berarti
peluang pasar bisnis kita terbuka dan layak bila dilihat dari kebutuhan/keinginan konsumen.
b. Segmentasi pasar, pelanggan dikelompokkan dan diidentifikasi, misalnya berdasarkan geografi,
demografi, dan sosial budaya.
c. Target, terget pasar menyangkut banyaknya konsumen yan g dapat diraih.
d. Nilai tambah, wirausaha harus mengetahui nilai tambah produk dan jasa pada setiap rantai
pemasaran, mulai dari pemasok, agen, hingga konsumen akhir.
e. Masa hidup produk, harus dianalisis apakah masa hidup produk dan jasa bertahan lama atau tidak.
f. Struktur pasar, harus dianalisis apakah barang dan jasa yang akan dipasarkan termasuk pasar
persaingan tidak sempurna atau sempurna.
g. Persaingan dan strategi pesaing, harus dianalisis apakah tingkat persaingan tinggi atau rendah, jika
persaingan tinggi berarti peluang pasar rendah.
h. Ukuran pasar, ukuran pasar dapat dianalisis dari volume penjualan.
i. Pertumbuhan pasar, pertumbuhan pasar dapat dianalisis dari pertumbuhan volume penjualan.
j. Laba kotor, apakah perkiraan margin laba kotor tinggi atau rendah.
k. Pangsa pasar, pangsa pasar bisa dianalisis dari selisih jumlah barang dan jasa yang diminta dengan
jumlah barang dan jasa ditawarkan.

4) Aspek Produksi
Beberapa unsur dari aspek produksi/operasi yang harus dianalisis adalah:
a. Lokasi operasi, untuk bisnis hendaknya dipilih lokasi yang paling strategis dan efisien, baik bagi
perusahaan itu sendiri maupun bagi pelanggannya.
b. Volume operasi, volume operasi harus relevan dengan potensi pasar dan prediksi permintaan,
sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan kapasitas.
c. Mesin dan peralatan, mesin dan peralatan harus sesuai dengan perkembangan teknologi masa kini
dan yang akan datang.
d. Bahan baku dan bahan penolong, bahan baku dan bahan penolong yang diperlukan harus cukup
tersedia.
e. Tenaga kerja, jumlah dan kualifikasi karyawan harus disesuaikan dengan keperluan jam kerja dan
kualifikasi pekerjaan untuk menyelesaikannya.
f. Tata letak, tata ruang atau tata letak berbagai fasilitas operasi harus tepat dan prosesnya praktis
sehingga dapat mendukung proses produksi.

5) Aspek Manajemen
Dalam menganalisis aspek-aspek manajemen, terdapat beberapa unsur yang harus dianalisis,
seperti:
a. Kepemilikan, bentuk kepemilikan perusahaan hendaknya dipilih yang tidak berisiko terlalu tinggi
dan menguntungkan.
b. Organisasi, bentuk organisasi perusahaan harus tepat dan efisien.
c. Tim manajemen, bila bisnis merupakan skala besar, maka sebaiknya dibentuk tim manajemen
yang solid.
d. Karyawan, karyawan harus disesuaikan dengan jumlah dan kualifikasi yang diperlukan.

6) Aspek Keuangan
Analisis aspek keuangan meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
a. Kebutuhan dana, yaitu kebutuhan dana untuk operasional perusahaan.
b. Sumber dana, yaitu sumber dana internal dan modal eksternal.
c. Proyeksi neraca, sangat penting untuk mengetahui kekayaan perusahaan.
d. Proyeksi laba rugi, proyeksi laba rugi dari tahun ke tahun menggambarkan perkiraan laba atua rugi
di masa yang akan datang.
e. Proyeksi arus kas, dari arus kas dapat dilihat kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-
kewajiban keuangannya.[10]

7) Aspek Kemanfaatan
Aspek kemanfaatan yang dimaksud disini adalah bahwa proyek/usaha yang dikerjakan
tersebut nantinya diharapkan akan bermanfaat bagi masyarakat dan juga telah turut membantu
menyukseskan program pemerintah dalam pembangunan. Aspek ini dimaksudkan untuk meyakini
apakah secara yuridis rencana bisnis dapat dinyatakan layak atau tidak. Jika suatu rencana bisnis
yang tidak layak tetap direalisasikan, bisnis berisiko besar akan dihentikan oleh pihak yang
berwajib atau oleh masyarakat. Dalam aspek ini menyangkut siapa pelaksana bisnis, bisnis apa
yang dilaksanakan, waktu pelaksanaan bisnis, dimana bisnis dilaksanakan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

8) Aspek Kesempatan Kerja


Disini diharapkan bahwa proyek/usaha yang dikerjakan tersebut adalah mampu untuk
membuka lapangan pekerjaan baru kepada masyarakat yang otomatis itu adalah membantu
pemerintah untuk mengurangi jumlah angka pengangguran. Misalnya pada usaha yang sifatnya
padat karya, jelas untuk usaha seperti ini penyerapan jumlah tenaga kerja akan terasa sangat
signifikan terjadi.

9) Aspek Lingkungan
Aspek lingkungan menyangkut berbagai hal yang berhubungan dengan lingkungan dan
dampak yang ditimbulkan oleh keberadaan suatu perusahaan seperti pencemaran dan kerusakan
lingkungan yang ditimbulkannya. Keseimbangan ekosistem lingkungan harus selalu dijaga pada
saat kerusakan lingkungan sudah terjadi maka mengembalikan kembali kepada keseimbangan
semula adalah sangat sulit karena proses stabilitas lingkungan itu adalah memakan waktu yang
sangat lama.[11]

10) Aspek Ekonomi, Sosial dan Politik


a. Aspek Ekonomi, meliputi :
1. Rencana Pembangunan Nasional
2. Distribusi Nilai Tambah
3. Keuntungan Ekonomi Nasional
4. Hambatan di bidang ekonomi, dan
5. Dukungan Pemerintah
b. Aspek Sosial, meliputi:
1. Perusahaan sebagai lembaga sosial
2. Perubahan kondisi sosial yang kompleks
3. Perusahaan dalam masyarakat yang pluralistik
c. Aspek Politik, diutamakan pada good news dan bad news dari situasi poitik bagi suasana bisnis,
khususnya terhadap nilai kurs.[12]

BAB III
PENUTUP

Simpulan
Studi kelayakan usaha merupakan cara untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam memulai suatu bisnis atau usaha. Dalam memulai usaha banyak yang harus diperhatikan,
mulai dari lokasi, barang yang akan di gunakan untuk usaha, sasaran atau objek yang akan
menerima barang, dana yang yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha tersebut. Sehingga
perlunya studi kelayakan usaha.
Didalam melakukan usaha atau bisnis harus diperhatikan hal-hal yang yang penting, antara
lain: tujuan kelayakan usaha, pihak yang berkepentingan seperti pemilik perusahaan, invester atau
pemberi dana, masyarakat dan pemerintah, serta perlunya mengetahui aspek-aspek mengenai
kelayakan usaha, yaitu : Aspek Sumber daya manusia, produksi, pemasaran, teknis, keuangan,
kemanfaatan barang, kesempatan kerja, manajamen, lingkungan, social, ekonomi, dan politik.
Agar nantinya dalam berwirausaha berjalan lancer dan sesuai dengan target atau tujuan yang kita
inginkan sehingga menjadi wirausaha yang sukses.

DAFTAR PUSTAKA

Rusdiana, A. 2014. KEWIRAUSAHAAN Teori dan Praktik. Bandung: CV Pustaka Setia.


Suryana. 2006. Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat.
Umar, Husein. 2007. Studi Kelayakan Bisnis Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Fahmi, Irham. Dkk. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Teori Dan Aplikasi. Cet-2.Bandung: Alfabeta.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Studi Kelayakan Usaha


Dalam kamus bahasa Indonesia layak diartikan sebagai patut, pantas, sesuai dan cocok.
Sedangkan studi kelayakan usaha adalah suatu penelitian tentang layak tidaknya suatu bisnis
dilaksanakan dengan menguntungkan secara terus menerus. Sttudi ini pada dasarnya membahas
berbagai konsep dasar yang berkaitan dengan keputusan dan proses pemilihan proyek bisnis agar
mampu memberikan manfaat ekonomi dan sosial sepanjang waktu (sulchan, 1995:137).
Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam, bertujuan untuk
menentukan apakah usaha yang dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar
dibandingakan dengan biaya yang akan dikeluarkan. Dengan kata lain, kelayakan berarti bahwa
usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan financial dan nonfinansial sesuai dengan
tujuan yang mereka inginkan. Layak juga berarti dapat memberikan keuntungan tidak hanya bagi
perusahaan yang menjalankannya, tetapi juga bagi investor, kreditor, pemerintah, dan masyarakat
luas (Kasmir, 2006:).
Agar tujuan perusahaan dapat tercapai sesuai dengan keinginan, apapun tujuan perusahaan
(baik profile, social maupun gabungan dari keduanya), apabila ingin melakukan investasi, terlebih
dahulu hendaknya dilakukan suatu studi. Tujuannya adalah untuk menilai apakah investasi yang
akan ditanamkan layak atau tidak untuk dijalankan (dalam arti sesuai dengan tujuan perusahaan)
atau dengan kata lain jika usaha tersebut dijalankan, akan memberikan manfaat atau tidak.Suatu
kegiatan dapat dikatakan layak apabila dapat memenuhi persyaratan tertentu. Untuk menentukan
layak atau tidaknya suatu usaha diperlukan perhitungan dan asumsi-asumsi sehingga ditarik
kesimpulan bahwa dari segi keuangan perusahaan ini layak untuk dijalankan.
Suatu proyek diadakan tentulah dengan maksud agar ia dapat memberikan keuntungan atau
manfaat sehingga dalam setiap perencanaan proyek harus selalu ada dipertimbangkan dan
dihitung, apakah proyek yang akan dilaksanaakan itu menguntungkan ataukah tidak ? Jika proyek
yang diadakan dianggap menguntungkan, maka proyek itu dapat kita katakana layak dikerjakan.
Sebaliknya, jika dari hasil analisis diragukan akan dapat memberikan manfaat atau keuntungan,
maka proyek itu tidak layak dan sebaiknya ditangguhkan (Wijandi, 141:2004).
Menurut Suryana (2006:184) Hasil studi kelayakan usaha pada prinsipnya bisa digunakan
antara lain untuk:
1. Merintis usaha baru, misalnya membuka toko, membangun pabrik, mendirikan perusahaan jasa,
membuka usaha dagang, dan lain sebagainya.
2. Mengembangkan usaha yang sudah ada, misalnya untuk menembah kapasitas pabrik, memperluas
skala usaha, mengganti peralatan/mesin, menambah mesin baru, memperluas cakupn usaha, dan
lain sebagainya.
3. Memilih jenis usaha atau investasi/proyek yang paling menguntungkan, misalnya pilihan usaha
dagang, pilihan usaha barang atau jasa, pabrikasi atau perakitan, proyek A atau proyek B, dan lain
sebagainya.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian studi kelayakan usaha adalah Sutau kegiatan yang
mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan, usaha atau bisnis yang akan dijalankan,
dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan.
Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam bertujuan untuk
menentukan apakah usaha yang dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar
dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan. Dengan kata lain, kelayakan dapat berarti
bahwa usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan finansial dan nonfinansial sesuai
dengan tujuan yang mereka inginkan. Layak juga berarti dapat memberikan keuntungan yang tidak
hanya bagi perusahaan yang menjalankannya, tetapi juga bagi investor, kreditor, pemerintah dan
masyarakat luas.

B. Tujuan Studi Kelayakan


Menurut Kasmir (2006) tujuan studi kelayakan dilakukan adalah:
1. Menghindari Resiko Kerugian
Studi kelayakan bertujuan untuk menghindari resiko kerugian di masa yang akan datang yang
penuh ketidakpastian. Kondisi ini yang dapat diramalkan akan terjadi atau terjadi tanpa dapat
diramalkan. Dalam hal ini fungsi studi kelayakan adalah untuk meminimalkan resiko yang dapat
diinginkan, baik risiko yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.
2. Memudahkan Perencanaan
Ramalan tentang apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang, dapat mempermudah kita dalam
melakukan perencanaan. Prencanaan meliputi:
a. Berapa jumlah dana yang diperlukan;
b. Kapan usaha akan dijalankan;
c. Dimana lokasi usaha akan dibangun;
d. Siapa yang akan melaksanakannya;
e. Bagaimana cara menjalankannya;
f. Berapa besar keuntungan yang akan diperoleh;
g. Bagaimana mengawasinya jika terjadi penyimpangan.
3. Memudahkan Pelaksanaan Pekerjaan
Berbagai rencana yang sudah disusun sangat memudahkan pelaksanaaan usaha. Para perencana
bisnis telah memiliki pedoman yang harus dikerjakan. Pengerjaan usaha dapat dilakukan secara
sistematik sehingga tepat sasaran dan sesuai dengan rencana yang sudah disusun. Rencana yang
sudah disusun dijadikan acuan dalam mengerjakan setiap tahap yang sudah direncanakan.
4. Memudahkan Pengawasan
Pelaksanaan usaha atau proyek sesuai rencana kan memudahkan perusahaan untuk melakukan
pengawasan terhadap jalannya usaha. Pengawasan ini perlu dilakukan agar tidak terjadi
penyimpangan dari rencana yang telah disusun. Pelaksana usaha dapat sungguh-sungguh
melakukan pekerjaannya karena merasa ada yang mengawasi sehingga tidak terlambat oleh hal-
hal yang tidak perlu.
5. Memudahkan Pengendalian
Adanya pengawasan dalam pelaksanaan pekerjaan dapat mendeteksi terjadinya suatu
penyimpangan sehingga dapat dilakukan pengendalian atas penyimpangan tersebut. Tujuan
pengendalian adalah untuk mengendalikan pelaksanaan pekerjaan/yang melenceng sehingga
tujuan perusahaan akan tercapai.

C. Proses Kelayakan Usaha


Menurut Abbas Sunarya dkk (2011:129-131) Studi kelayakan usaha dapat dilakukan
melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1. Tahap penemuan idea atau perumusan gagasan.
Tahap penemuan ide adalah tahap di mana wirausaha mendapatkan ide untuk merintis usaha baru.
Ide tersebut kemudian dirumuskan dan diidentifikasi, misalnya kemungkinan-kemungkinan bisnis
yang paling member peluang untuk dilakukan dan menguntungkan dalam jangka waktu panjang.
Banyak kemungkinan, misalnya bisnis industry, perakitan, perdagangan, usaha jasa, atau jenis
usaha lain yang dianggap layak.
2. Tahap formulasi tujuan
Tahap ini merupakan tahap perumusan visi dan misi bisnis, seperti visi dan misi bisnis yang hendak
diemban setelah bisnis tersebut diidentifikasi; apakah misalnya untuk menciptakan barang dan jasa
yang diperlukan masyarakat sepanjang waktu ataukah untuk menciptakan keuntungan yang
langgeng; atau apakah visi dan misi bisnis yag akan dikembangkan tersebut benar-benar menjadi
kenyataan atau tidak? Semuanya dirumuskan dalam bentuk tujuan.
3. Tahap analisis
Tahap penelitian, yaiutu proses sistematis yang dilakukan untuk membuat suatu keputusan apakah
bisnis tersebut layak dilaksanakan atau tidak. Tahap ini dilakukan seperti prosedur proses
penelitian ilmiah yang lain, yaitu dimulai dengan mengumpulkan data, mengolah, menganalisis,
dan menarik kesimpulan. Kesimpulan dalam studi kelayakan usaha hanya ada dua, yaitu
dilaksanakan atau tidak dilaksanakan. Adapun aspek-aspek yang harus diamati dan dicermati
dalam tahap analisis tersebut, meliputi:
a. Aspek pasar, mencakup produk yang akan dipasarkan, peluang, permintaan dan penawaran, harga,
segmentasi, pasar sasaran, ukuran, perkembangan, dan struktur pasar serta strategi pesaing.
b. Aspek teknik produksi atau operasi, meliputi lokasi, gedung bangunan, mesin dan peralatan, bahan
baku dan bahan penolong, tenaga kerja, metode produksi, lokasi dan tata letak pabrik atau tempat
usaha.
c. Aspek manajemen atau pengelolaan, meliputi organisasi, aspek pengelolaan tenaga kerja,
kepemilikan, yuridis, lingkungan, dan sebagainyan. Aspek yuridis dan lingkungan perlu dianalisis
sebab perusahaan harus mendapat pengakuan dari berbagai pihak dan harus ramah lingkungan.
d. Aspek financial atau keuangan, meliputi sumber dana atau penggunaannya, proyeksi biaya,
pendapatan, keuntungan, dan arus kas.
4. Tahap Keputusan
Setelah dievaluasi, dipelajari, dianalisis, dan hasilnya meyakinkan, langkah berikutnya adalah
tahap pengambilan keputusan, apakah bisnis tersebut layak dilakasanakan atau tidak. Karena
menyangkut keperluan investasi yang mengandung risiko maka keputusan bisnis biasanya
didasarkan pada beberapa kriteria, seperti Periode Pembayaran Kembali (Pay Back Period, PBP),
Nilai Sekarang Bersih (Net Present Value, NPV), Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of
Return, IRR), dan sebagainya. Untuk menganalisis suatu keputusan bisnis dilakukan pengkajian
terhadap hal-hal berikut:
a. Aset dan kewajiban. Perlu diketahui daftar atau data secara akurat tentang setiap harta dan semua
kewajiban (liabilitas) yang akan diambil alih. Keakuratan data tersebut, jika memungkinkan,
sebaiknya dinyatakan oleh akuntan public yang bersertifikat.
b. Piutang usaha. Sebelum membeli suatu bisnis, mintalah daftar umur piutang usaha. Jika mungkin
termasuk masalah penagihan yang dihadapi oleh perusahaan selama ini. Mintalah juga bukti
mengenai beberapa persen bisnis itu mampu ditagih dalam kurun waktu tertentu dan apakah
piutang dapat tertagih sesuai nilai ekonomisnya.
c. Lokasi usaha. Apakah lokasi usaha yang akan dibeli cukup strategis. Jika tidak strategis, berapa
besar biaya yang harus dikeluakan untuk memindahkannya ke lokasi lain yang lebih strategis,
terutama dari sudut pasar, bahan baku, dan tenaga kerja.
d. Persyaratan istimewa. Apakah ada persyaratan istimewa, misalnya lisensi, izin khusus, dan
persyaratan hukum yang lain untuk bisnis tersebut. Apakah persyaratan istimewa tersebut juga
termasuk dalam pembelian bisnis. Dengan kata lain, apakah persyaratan istimewa tersebut juga
dialihkan kepada pemilik baru.
e. Kontrak. Apakah bisnis tersebut terikat dengan kontrak-kontrak yang akan dialihkan keada pemilik
baru. Semua isi kontrak tersebut (secara legal dan praktis) yang akan diwarisi harus dipahami.
Dapatkah semua kontrak itu dipindahtangankan kepada pemilik, terutama kontrak yang belum
jatuh tempo.

D. Analisis Kelayakan usaha


Analisis kelayakan (feasibility analysis) adalah proses menentukan apakah ide seorang
wirausahawan merupakan dasar yang bisa bertahan untuk menentukan sebuah usaha yang sukses.
Tujuannya yaitu untuk menentukan apakah suatu ide bisnis layak diwujudkan. Jika ide tersebut
lolos dari analisis kelayakan, maka langkah berikutnya adalah membangun rencana bisnis yang
solid untuk mengeksploitasi ide tersebut. Jika ide tersebut tidak lolos dari saringan ini,
wirausahawan tersebut harus melupakannya dan berpindah ke peluang selanjutnya. Dia belum
menghasilkan uang, energi dan waktu, serta berbagai sumber daya lainnya untuk membuat rencana
bisnis yang seluruhnya tidak dapat dipakai atau lebih buruk lagi, meluncurkan suatu usaha yang
sudah pasti gagal karena didasarkan pada konsep yang salah. Walaupun tidak mungkin suatu studi
kelayakan dapat menjamin kesuksesan suatu usaha, melakukan studi tersebut akan merugikan
kecenderungan para wirausahawan menghabiskan waktu terlalu banyak mewujudkan usaha yang
tidak ada hasilnya (Zimmer dkk, 2008:168)
Menurut Abbas Sunarya dkk (2011:132-136) untuk mengetahui layak tidaknya suatu bisnis
untuk dilakukan, harus dianalisis berbagai aspeknya. ada beberapa kriteria yang dapat dijadikan
aspek penilaian
1. Analisis Aspek Pemasaran
Untuk menganalisis aspek pemasaran, wirausaha terlebih dahulu harus melakukan
penelitian pemasaran dengan menggunakan system informasi pemasaran yang memadai
berdasarkan analisis dan prediksi apakah bisnis yang akan dirintis atau dikembangkan memiliki
peluang pasar yang memadai ataukah tidak. Dalam analisis pasar biasanya terdapat beberapa
komponen yang harus dianalisis dan dicermati, diantaranya:
a. Kebutuhan dan keinginan konsumen. Barang dan jasa apa yang banyak dibutuhkan dan diinginkan
konsumen? Berapa banyak yang mereka butuhkan? Bagaimana daya beli mereka? Kapan mereka
membutuhkan? Jika kebutuhan dan keinginan mereka teridentifikasi dan memungkinkan untuk
dipenuhi berarti peluang pasar bisnis kita terbuka dan layak bila dilihat dari kebutuhan/keinginan
konsumen.
b. Segmentasi pasar. Pelanggan dikelompokkan dan diidentifikasi, misalnya berdasarkan geografi,
demografi, dan social budaya. Jika segmentasi pasar teridentifikasi maka pasar sasaran akan dapat
terwujud dan tercapai.
c. Target. Target pasar menyangkut banyaknya konsumen yang dapat diraih. Berapa target yang ingin
dicapai? Apakah konsumen loyal terhadap bisnis? Apakah produk yang ditawarkan dapat member
kepuasan atau tidak? Jika konsumen loyal, maka potensi pasar tinggi.
d. Nilai tambah. Wirausaha harus mengetahui nilai tambah produk dan jasa pada setiap rantai
pemasaran, mulai dari pemasok, agen, hingga konsumen akhir. Nilai tambah barang dan jasa
biasanya diukur dengan harga, misalnya berapa harga dari pabrik pemasok, harga setelah di agen,
dan harga setelah ke konsumen.
e. Masa hidup produk. Harus dianalisis apakah masa hidup produk dan jasa bertahan lama atau tidak.
Apakah ukuran lama masa produk lebih dari waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan laba
sampai modal kembali atau tidak. Jika masa produk lebih lama, berarti potensi pasar tinggi. Harus
dianalisis juga apakah produk industry baru atau industry lama sudah mapan atau produk industry
justru sedang menurun. Jika produk industry sedang bertumbuh, maka potensi pasar tinggi.
f. Struktur pasar. Harus dianalisis apakah barang dan jasa akn dipasarkan pada pasar persaingan tidak
sempurna (seperti monopoli, oligopoly dan monopolistic), atau pasar persaingan sempurna. Jika
barang dan jasa masuk dalam pasar persaingan tidak sempurna, berarti potensi pasar tinggi
disbanding bila produk termasuk pasar persaingan sempurna.
g. Persaingan dan strategi pesaing. Harus dianalisis apakah tingkat persaingan tinggi atau rendah. Jika
persaingan tinggi, berarti peluang pasar rendah. Wirausaha harus membandingkan keunggulan
pesaing dilihat dari strategi produk, harga, jaringan industry, promosi, dan tingkat penggunaan
teknologi.
h. Ukuran pasar. Ukuran pasar dapat dianalisis dari volume penjualan. Jika volume penjualan tinggi,
berarti pasar potensial. Misalnya, dengan volume penjualan usaha skala kecil sebesar Rp 5 milyar
pertahun atau sebesar Rp 10 juta perhari, berarti ukuran pasar cukup besar.
i. Pertumbuhan pasar. Pertumbuhan pasar dapat dianalisis dari pertumbuhan volume penjualan. Jika
pertumbuhan pasar tinggi (misalnya lebih dari 20%), berarti potensi pasar tinggi.
j. Laba kotor. Apakah perkiraan margin laba kotor tinggi atau rendah. Jika profit margin kotor lebih
dari 20%, berarti pasar potensial.
k. Pangsa pasar. Pangsa pasar bisa dianalisis dari selisih jumlah barang dan jasa yang diminta dengan
jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Jika pangsa pasar menurut proyeksi meningkat, bahkan
setelah lima tahun mencapai 40%, berarti bisnis yang akan dilakukan atau dikembangkan memiliki
pangsa pasar yang tinggi.
2. Analisis Aspek Produksi atau Operasi
Beberapa unsur dari aspek produksi atau operasi yang harus dianalisis adalah:
a. Lokasi operasi. Untuk bisnis hendaknya dipilih lokasi yang strategis dan efisien, baik bagi
perusahaan maupun bagi pelanggan, misalnya dekat ke pemasok, ke konsumen, kea lat
transportasi, atau diantara ketiganya. Di samping itu, lokasi bisnis harus menarik agar konsumen
tetap loyal.
b. Volume operasi. Volume operasi harus relevan dengan potensi pasar dan prediksi permintaan
sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan kapasitas. Volume operasi yang berlebihan akan
menimbulkan masalah baru dalam penyimpanan/penggudangan yang pada akhirnya akan
memengaruhi harga pokok penjualan.
c. Mesin dan peralatan. Mesin dan peralatan harus sesuai dengan perkembangan teknologi masa kini
dan yang akan dating serta harus disesuaikan dengan luas produksi agar tidak terjadi kelebihan
kapasitas.
d. Bahan baku dan bahan penolong. Bahan baku dan bahan penolong serta sumber daya yang
diperlukan harus cukup tersedia. Persediaan tersebut harus sesuai dengan kebutuhan sehingga
biaya bahan baku menjadi efisien.
e. Tenaga kerja. Berapa jumlah tenaga kerja yang diperlukan dan bagaimana kualifikasinya. Jumlah
dan kualifikasi karyawan harus sesuai dengan keperluan jam kerja dan kualifikasi pekerjaan untuk
menyelesaikannya.
3. Analisis Aspek Manajemen
Dalam menganalisis aspek-aspek manajamen terdapat beberapa unsur yang harus
dianalisis, seperti:
a. Kepemilikan. Apakah unit bisnis yang akan didirikan merupakan milik pribadi atau milik bersama.
Apa saja keuntungan dan kerugian dari unit bisnis yang dipilih tersebut? Hendakya dipilih yang
tidak berisiko terlalu tinggi dan menguntungkan.
b. Organisasi. Jenis organisai apa yang diperlukan? Apakah organisasi lini, staf, lini dan staf, atau
bentuk lainnya. Tentukan jenis yang paling tepat dan efisien.
c. Tim manajemen. Apakah bisnis akan dikelola sendiri atau melibatkan orang lain secara
professional. Hal ini bergantung skala usaha dan kemampuan yang dimiliki wirausaha.
d. Karyawan. Karyawan harus disesuaikan, baik dalam jumlah maupun kualifikasinya.
MAKALAH STUDI KELAYAKAN BISNIS
BAKSO LAHAR MERAPI

Dosen :Drs. Dihin Septyanto, ME

Disusun Oleh :
Atiek Kurniati 2013-11-388
Arma Kristiani 2013-11-393
Indriyani 2013-11-395
Septiana Risyati 2013-11-399
Sherly Ariyani 2013-11-451

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN


UNIVERSITAS ESA UNGGUL
2015

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya
lah, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas Studi Kelayakan Bisnis, yang kami berikan judul produk Bakso Merapi
untuk memenuhi nilai pada semester ke lima kami, serta melatih kami untuk lebih memahami pelajaran ini.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada Yth :
1. Bapak Drs. Dihin Septyanto, MEselaku Dosen mata kuliah Studi Kelayakan Bisnis
2. Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun materi
3. Rekan-rekan satu kelompok yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini

Makalah ini disusun untuk menguji produk yang kami buat, apakah layak untuk dijual dilihat dari aspek
marketing mix, segmentasi pasar, analisis swot dan strategi bisnis yang kami terapkan.Sehingga produk
kami dapat dikenal oleh konsumen. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi
acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...i
Daftar isi... ii

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................... 1
1.2 Deskripsi Perusahaan.................................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................................................ 3

Bab II Aspek Pemasaran


2.1 Segmentasi, Targeting dan Positioning....................................................................................... 5
2.2 Marketing Mix............................................................................................................ 6

Bab III Aspek Manajemen


3.1 Sumber Daya Manusia............................................................................................................... 10
3.2 Produksi......................................................................................................................................11
3.3 Keuangan................................................................................................................................... 13

Bab IV Analisis SWOT


4.1 Analisis SWOT..16

Bab V Penutup
5.1 Kesimpulan................................................................................................................................17
5.2 Saran..........................................................................................................................................17

Daftar pustaka.................................................................................................................................18

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Istilah Bakso berasal dari kata Bak-So, dalam Bahasa Hokkien berarti 'daging giling', hal ini
menunjukkan bahwa bakso memiliki akar dari seni kulinerTionghoa Indonesia. Akan tetapi kini kebanyakan
penjual bakso adalah orang Jawadari Wonogiri dan Malang. Tempat yang terkenal sebagai pusat Bakso
adalah Solodan Malang yang disebut Bakso Malang. Karena kebanyakan penduduk Indonesia adalah
muslim, bakso umumnya terbuat dari daging halal seperti daging sapi, ikan, atau ayam.Bakso atau baso
adalah jenis bola daging yang paling lazim dalammasakan Indonesia. Bakso umumnya dibuat dari
campuran daging sapi giling dantepung tapioka, akan tetapi ada juga baso yang terbuat dari daging ayam,
ikan, atau udang. Dalam penyajiannya, bakso umumnya disajikan panas-panas dengan kuah kaldu sapi
bening, dicampur mie, bihun, taoge, tahu, terkadang telur, ditaburi bawang goreng dan seledri. Bakso
sangat populer dan dapat ditemukan di seluruh Indonesia, dari gerobak pedagang kaki lima hingga
restoran. Berbagai jenis bakso sekarang banyak di tawarkan dalam bentuk makanan beku yang dijual di
pasar swalayan dan mall-mall. Irisan bakso dapat juga dijadikan pelengkap jenis makanan lain seperti mi
goreng, nasi goreng, atau cap cay.
Bakso adalah makanan khas Indonesia sekaligus sebagai makanan favorit masyarakat Indonesia.
Banyak masyarakat mulai dari kalangan menengah atas hingga menengah bawah menggandrungi
makanan khas yang umumnya terbuat dari daging dan berbentuk bulat ini. Dalam penyajiannya, bakso
biasanya disajikan dalam keadaan panas-panas. Bakso sangat populer sekali, bahkan dapat dengan
mudah ditemukan di pinggir jalan, gerobak dorong, hingga mall-mall besar. Tapi dilihat secara kasat mata,
bakso lebih banyak disajikan secara kuah sedangkan untuk bakso goreng masih sangat jarang dan kurang
terlalu diminati. Oleh sebab itu, maka kami mencoba untuk membuat bakso goreng dengan inovasi yang
menarik agar mampu menarik konsumen.Dan dalam hal ini bakso yang kami sajikan merupakan alternatif
dari bakso kuah yang sudah sangat banyak dipasaran.

Deskripsi Perusahaan

Visi dan Misi

VISI
Menjadi Makanan yang Halal, Lezat, dan Terjangkau di Indonesia

MISI
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka ditetapkan misi-misi yang harus dilaksanakan, yaitu:
Menyediakan Bakso goreng yang berkualitas
Memberikan kepuasan bagi pihak konsumen.
Menyediakan produk yang halal, inovatif, dan berkualitas dengan harga terjangkau sebagai bentuk
pelayanan terhadap konsumen
Menciptakan usaha yang sehat dan menciptakan income yang optimal.

Analisis Situasi

Kesibukan bekerja dan tuntutan hidup lainnya membuat berkurangnya waktu untuk memasak lauk dan
sayur untukmakanan sehari- hari.Pada akhirnya, banyak orang yang beralih ke makanan instan dan cepat
saji, dan banyaknya masyarakat Indonesia yang menyukai bakso dari berbagai kalangan, maka membuat
kami ingin menjajal bisnis kuliner tersebut. Dan adanya budaya Barat yang masuk ke Indonesia khususnya
di bidang kuliner yaitu makanan cepat saji. Melihat pangsa pasar itu, kami mencoba untuk
mengembangkan usaha inidan kami ingin mencoba sertamemodifikasi bakso kuah menjadi bakso goreng.
Karena menurut kami, bakso goreng jauh lebih mudah disajikan dan dapat dimakan dimana saja. Bakso
goreng dengan berbahan dasar daging ayam akan dicampur dengan wortel dan bihun dengan tambahan
bumbu spaghetti dan taburan keju sebagai pengganti kuah. Karena dari hasil pengamatan kami,produk ini
masih jarang di pasaran. Untuk pembuatan produk ini bahan dasarnya mudah untuk diperoleh, dagingnya
pun menggunakan daging ayam karenaharganya terjangkau dibandingkan daging sapi , tetapi tetap
memiliki kandungan gizi dan rasa yang tidak kalah dari produk yang lain. Selain itu pembuatan Bakso
Merapi ini akan membuka peluang bisnis atau usaha sampingan mahasiswa di sela-sela kesibukan kuliah
untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan dan menambah penghasilan mahasiswa.

Gambaran Produk

KEUNIKAN PRODUK

Bakso goreng bahan dasar daging ayam dengan ragam isi seperti wortel,seledri dan bihun.
Kuah bakso diganti dengan bumbu spaghetti ( dengan taburan keju).
Modifikasi makanan Indonesia dengan makanan Italia
1.3 Tujuan Penulisan

Memenuhi tugas kuliah Studi Kelayakan Bisnis


Menguji kelayakan bisnis Bakso Merapi
Untuk memperoleh penghasilan atau laba
Mendidik bekal usaha pada masyarakat untuk terhimpun dalam usaha seperti keterampilan berdagang
Menciptakan wadah kerja sama

BAB II
ASPEK PEMASARAN

2.1 Segmentasi, Targeting dan Positioning

Segmentasi Pasar
Terdapat beberapa variabel utama yang sering digunakan untuk menentukan segmentasi pasar, yakni
variabel geografik, demografik, psikografik, dan tingkah laku tertentu.

Segmentasi Geografik
Segmentasi geografik membagi pasar menjadi beberapa unit secara geografik seperti negara, regional,
propinsi, kota, wilayah kecamatan, wilayah kelurahan dan kompleks perumahan.Berdasarkan segmentasi
geografik, usaha kami ditentukan oleh padatnya wilayah pusat kota Jakarta, sehingga mampu menarik
konsumen.

Segmentasi Demografi
Segmentasi pasar demografik membagi pasar menjadi kelompok berdasarkan pada variabel seperti jenis
kelamin, umur, status perkawinan, jumlah keluarga, umur anak, pendapatan, jabatan, lokasi geografi,
mobilitas, kepemilikan rumah, pendidikan, agama,ras atau kebangsaan. Berdasarkan segmentasi
demografi, produk Bakso Lahar Merapi mencakup semua faktor. Dari segi pendapatan, dapat dijangkau
oleh semua lapisan masyarakat, untuk segi usia pun dapat mencakup semua usia / tidak ada batasan usia
(anak anak, remaja, dewasa, orang tua) kecuali balita.

Segmentasi Psikografik
Segmentasi psikografik membagi pembeli menjadi kelompok berbeda berdasarkan pada karakteristik kelas
sosial, gaya hidup atau kepribadian.Berdasarkan segmentasi psikografi, produk kami dapat dijangkau
untuk kelas menengah dan kelas bawah. Untuk gaya hidup konsumen yang konsumtif dan sangat
menyukai makanan cepat saji, maka produk Bakso Lahar Merapi akan lebih mudah diterima oleh
konsumen.

Segmentasi Tingkah Laku


Segmentasi tingkah laku mengelompokkan pembeli berdasarkan pada pengetahuan, sikap, penggunaan
atau reaksi mereka terhadap suatu produk. Melihat pasar yang sangat banyak masyarakat menyukai Bakso
membuat kami optimis bahwa produk Bakso Merapi juga akan disukai oleh konsumen karena inovasinya
dan rasa.

Targeting
Targeting berarti sasaran yang dituju. Hal ini merujuk pada target market. Target market dapat dikatakan
segmen pasar yang menjadi tujuan pemasaran. Yang perlu diingat sebelum memutuskan segmen mana
yang menjadi target market. Jadi, target pasar untuk Bakso Lahar Merapi adalah mencakup semua usia
/ tidak ada batasan usia (anak anak, remaja, dewasa, orang tua) kecuali balita sebagai makanan ringan
yang dapat dikonsumdi sehari-hari. Wilayah pusat kota Jakarta merupakan target Bakso Lahar Merapi.
Dengan adanya keunikan Bakso Lahar Merapi semakin banyak konsumen yang penasaran dan
memburunya. Cita rasanya mengundang konsumen untuk kembali mengkonsumsinya.
Positioning
Positioning menyangkut bagaimana sebuah produk dinilai dan dilihat di mata konsumen, serta apa yang
bisa membuat konsumen mengingat produk tersebut dan bisa membedakannya dengan produk lainnya.
Positioning tidak hanya membangun image tetapi juga membangun kepercayaan konsumen dengan
menanamkan berbagai informasi, identitas tentang produk di dalam benak konsumen sehingga konsumen
selalu ingat dengan produk kami. Kami memposisikan Bakso Lahar Merapi sebagai makanan ringan dan
camilan yang Halal, Lezat, dan Terjangkau serta berkualitas di Indonesia.

2.2 Marketing Mix

Marketing mix atau bauran pemasaran adalah perangkat alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan,
yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan pasar sasaran. Marketing
mix adalah semua faktor yang dapat dikuasai oleh seseorang manajer pemasaran dalam rangka
mempengaruhi permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu
:

Produk
Produk yang dipasarkan adalah bakso goreng bahan dasar daging ayam dengan alternatif kuah diganti
bumbu spaghetti ( jadi makanan selingan) dengan brand BAKSO LAHAR MERAPI tagline LAHAR ( Lezat,
Sehat, Renyah ).

Gambar 1. Logo produk

Price
Harga yang kami tawarkan cukup terjangkau untuk kalangan pelajar dan mahasiswa yaitu Rp 8.000/porsi.
( isi 4 bakso goreng )
Adapun beberapa harga paket yang lebih murah, yaitu :
Paket Lahar 1 = Rp 10,000.00 ( Isi 6 bakso goreng )
Paket Lahar 2 = Rp 12,000.00 ( Isi 8 bakso goreng )
Paket Lahar 3 = Rp 15,000.00 ( Isi 10 bakso goreng + 2 Telor puyuh )

Place
Tempat yang kami jadikan lokasi penjualan adalah depan minimarket dengan wilayah dekat atau
terjangkau dengan kampus, sekolah, bank, dan perumahan masyarakat sekitar.
Promotion
Strategi pemasaran produk Bakso Lahar Merapi dipasarkan melalui dua media yaitu:
Offline
a. Mulut ke mulut Pemasaran dari mulut ke mulut dilakukan dari penjual kepada beberapa
konsumen.Misalnya kerabat, tetangga dan saudara.
b. Bazar Menjual produk Bakso Lahar Merapi melalui bazar produk di kampus Esa Unggul atau kampus
lainnya di Jakarta.
c. Selebaran (Poster, flyer, brosur) Mendesain atribut pemasaran untuk mendukung penjualan, seperti
kartu nama, banner, flyer, poster, sticker, dan packaging yang menarik.

Online
a. Memperkenalkan Bakso Lahar Merapi secara luas menggunakan jejaring sosial seperti Instragram :
@baksolaharmerapi Blogspot : baksolaharmerapi.blogspot.co.id
b. Menjual produk di website online yang sudah tersedia, seperti Tokopedia, Bukalapak, Elevenia dll.

Gambar 2. Gerobak Bakso Lahar MERAPI

BAB III
ASPEK MANAJEMEN

Sumber Daya Manusia

Dalam menjalankan kegiatan usaha, kami berlima bekerja dengan 2 karyawan untuk menjalankan usaha
ini dengan rincian dan spesifikasi sebagai berikut:
1 orang Pimpinan Bertanggung jawab atas segala kegiatan usaha demi tercapainya tujuan perusahaan.
Memiliki wewenang puncak dan memiliki kewajiban menjadi pengambil keputusan.
1 orang Pemasaran Bertanggung jawab atas segala kegiatan pemasaran agar supaya produk dari unit
usaha ini dapat dikenal oleh masyarakat luas dan mendorong mereka untuk mengonsumsi produk kami.
1 orang Keuangan Bertanggung jawab atas segala kegiatan yang berkaitan dengan keuangan
perusahaan, membuat laporan keuangan setiap 6 bulan sekali, dan menganalisis hasil laporan yang ada
agar supaya kondisi keuangan perusahaan tetap stabil dan baik.
1 orang Produksi Bertanggung jawab atas segala kegiatan produksi perusahaan, mulai dari ketersediaan
bahan baku, pengolahan bahan baku, sampai dengan mengatur persediaan secara efektif dan efisien.
1 orang SDM Bertanggungjawab terhadap karyawan yang berada dibawah kepemimpinannya bekerja
maksimal dan penuh tanggung jawab dalam memberikan yang terbaik untuk perusahaan. 3.2 Produksi
Lingkungan Tempat Produksi
Tempat produksi untuk pembuatan Bakso sampai tahap belum digoreng, dilakukan disalah satu rumah
diantara kami yang lokasinya terdekat dengan sewa tempat untuk berjualan. Untuk tahap penggorengan
bakso dan bumbu dilakukan di lokasi berjualan. Lokasi ini tepat didepan minimarket sehingga mudah untuk
didatangi oleh konsumen. Lokasi ini juga strategis dalam usaha pemasaran produk.

Bahan dan Alat Produksi Usaha

Pembuatan Bakso Merapi ini membutuhkan peralatan yang dibutuhkan antara lain :
Kompor Gas
Tabung Gas 3kg
Wajan & Spatula
Blender
Baskom
Pisau
Saringan
Sendok

Bahan :
Bakso :
Daging ayam giling
Wortel
Bihun/soun
Daun seledri
Bawang putih dan Bawang merah
Telur
Garam

Bumbu pelengkap goreng


Telur
Tepung terigu
Minyak

Bumbu Spaghetti ( pengganti kuah ) :


Bumbu spaghetti 1 botol ( 365gr )
Bawang bombay
Bawang putih
Kornet 200gr
Saos sambal
Keju

Proses Produksi Untuk membuat Bakso Merapi ini, prosesnya tidak terlalu sulit. Bahan-bahan yang
dibutuhkan juga mudah di dapat.
Berikut ini adalah bahan-bahan dan langkah-langkahnya :
Cara membuatnya :
Soun direndem air hangat kemudian dipotong potong, potong wortel kecil kecil berbentuk dadu. Iris
halus daun seledri, bawang merah dan bawang putih dihaluskan..
Siapkan wadah lalu masukkan , bawang merah, bawang putih, soun, seledri, garam secukupnya, dan
juga daging ayam yang sudah dihaluskan / digiling ke dalam wadah tersebut.
Uleni sampai tercampur merata
Setelah adonan jadi, mulai bentuk adonan menjadi bulatan bulatan bakso dengan menggunakan
kepalan tangan dan bantuan sendok makan
Kemudian masukkan bakso ke dalam air panas / direbus, ulangi sampai adonan habis.
Bakso ayam jadi

Pembuatan bumbu pelengkap :


Panaskan margarin secukupnya
Lalu masukkan bawang bombay dan bawang putih yang telah dicincang, tumis sampai harum dan
berubah warna.
Kemudian masukkan kornet, aduk hingga matang
Lalu masukkan bumbu spaghetti, saos sambal, beri air secukupnya, aduh hingga rata
Bumbu spaghetti siap disajikan dengan bakso goreng, lalu taburi keju.

3.3 Keuangan

Biaya Tetap

Penyusutan Peralatan = 1/12 x Rp 4,110,000


= Rp 342,500,-

Biaya Variabel/Bahan Baku ( Asumsi untuk 30 bungkus/hari )


Beban Administrasi, Umum dan Penjualan /Bulan

Proyeksi Penjualan
Penjualan Per hari 30 X RP 8,000.00 = Rp 240,000,-
Penjualan Per bulan 900 x RP 8,000.00 = Rp 7,200,000.-

Proyeksi Biaya Per Bulan


Proyeksi rugi/laba

Perhitungan laba /rugi yaitu dengan menghitung selisih dari hasil penjualan dengan pengeluaran biaya.

Laba/Rugi = Hasil Penjualan Jumlah Biaya


= Rp 7.200.000 Rp 7.763.500
= ( Rp 563.500 )

Tabel Cash Flow

Ket dengan Asumsi :


Bulan 1 = 30 bungkus/hari
Bulan 2 = 30 bungkus/hari
Bulan 3 = 45 bungkus/hari
Bulan 4 = 45 bungkus/hari
Bulan 5 = 45 bungkus/hari

BAB IV
ANALISIS SWOT

4.1 Analisis SWOT ( Pesaing dan Peluang Usaha )

Strengths ( Kekuatan )

Harga terjangkau, pelayanan memuaskan dan tempatnya strategis.


Mempunyai ciri khas berbeda dengan usaha bakso goreng lainnya karena dilengkapi dengan cita rasa
khas italia ( bumbu spaghetti) dengan bahas dasar daging ayam
Weaknesses ( Kelemahan )

Modal yang masih sangat terbatas


Makanan tidak tahan lama
Pemasaran hanya bisa untuk wilayah Jakarta saja.

Opportunities ( Kesempatan )

Dengan daya inovatif dan kreatif , usaha ini memiliki kesempatan untuk digemari masyarakat luas
khususnya anak anak dan remaja.
Ciri khas bakso goreng yang dimodifikasi dengan bumbu spaghetti ini sangat menjanjikan
Budaya masyarakat yang konsumtif dengan jajanan bakso

Threats ( Ancaman )

Banyak pesaing yang mengikuti konsep yang telah kita buat ( timbul usaha sejenis )
Perhitungan pembelian bahan baku yang tidak tepat sehingga terjadi kelebihan atau kekurangan stock
bahan baku
Harga bahan baku yang sewaktu - waktu meningkat dapat menyebabkan kenaikan harga bakso Lahar
MERAPI yang mungkin dapat mengurangi pembeli

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Bisnis kuliner ( makanan ) menjadi ladang bisnis yang lumayan menggiurkan. Selain menambah variasi
makanan, keberadaan bakso merapi dengan ciri khasnya (Bakso goreng ayam dengan bumbu spaghetti )
ini juga berdampak positif bagi masyarakat sekitar. Dampak positif tersebut antara lain dengan adanya
usaha bakso merapi ini, membuka lapangan pekerjaan, menumbuhkan semangat wirausaha kepada
masyarakat sekitar setelah melihat perkembangan penjualan bakso merapi. Serta dengan beberapa
bauran promosi dan meneliti pesaing yang menciptakan produk yang sama, jaringan yang luas serta
didukung dengan produk yang mempunyai kepuasan dan ciri khas, maka dipastikan usaha ini layak dan
akan jelas kelangsungan hidup usahanya. Keuntungan yang tidak mengecewakan bagi usaha kecil seperti
ini akan memberi jaminan bagi kelangsungan usaha dan tenagakerja. Dengan melihat dari segi sumber
daya kewirausahaan, produksi, minat pasar dan keuangan, apabila bakso merapi ini mampu
mempertahankan citra rasa dan meningkatkan kualitas dari sisi produk dan pelayanan kepada konsumen
maka peluang untuk terus mengembangkan usaha semakin terbuka lebar.

5.2 Saran
Pengembangan usaha dapat dilakukan dalam proses produksi dengan cara menambah sarana dan
prasarana serta menambah lebih banyak varian citra rasa untuk meningkatkan kapasitas produksi. Atau
dengan cara meningkatkan sumber daya manusia / tenaga kerja yang merupakan pengelola. Sehingga
diharapkan dapat membuka cabang yang baru di lokasi lain yang tak kalah strategis sehingga bakso merapi
dapat dinikmati oleh semua masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai