Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Alkohol mungkin merupakan senyawa organik yang paling dikenal oleh para

mahasiswa. Etil alkohol (C2H5OH) sudah diketahui dan digunakan sejak zaman

dahulu karena senyawa ini merupakan hasil fermentasi anaerob dari karbohidrat yang

terdapat dalam tumbuhan. Zat ini digunakan secara luas dalam rumah tangga sebagai

pelarut berbagai obat-obatan (tingtur) dan kosmetik. Isopropil alkohol [(CH 3)2CHOH]

merupakan Alkohol gosok yang umum yang digunakan sebagai larutan 70% dalam

air karena sifat antibakterinya. Metil alkohol (CH 3OH) yaitu alkohol yang berbobot

molekul terendah, merupakan pelarut yang dipergunakan secara luas didalam industri.

Alkohol-alkohol tersebut merupakan zat yang penting dalam proses sintesis senyawa

organik.

Bagian yang berperan dari suatu alkohol ialah gugus hidroksil yang

dirangkaikan pada gugus alkil, alkohol dapat dikatakan sebagai turunan air, yang satu

atom hidrogennya diganti oleh atom karbon suatu molekul organik, banyak sifat

alkohol berbobot molekul rendah serupa dengan sifat air.

Alkohol mempunyai rumus umum R-OH. Strukturnya serupa dengan air,

tetapi satu hidrogennya diganti dengan satu gugus alkil. Gugus fungsi alkohol adalah

gugus hidroksil, -OH.

Titik didih alkohol relatif sangat tinggi dibandingkan dengan eter atau

hidrokarbon dengan bobot molekul yang sama. Alasan tingginya titik didih alkohol

disebabkan karena molekul ini membentuk ikatan hidrogen satu sama lain. Karena

adanya ikatan hidrogen ini menyebabkan alkohol mempunyai titik didih yang tinggi.

1
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
a. Mengetahui kelarutan dari senyawa golongan alkohol serta membandingkan
kelarutan alkohol golongan monovalen dan polivalen.
b. Mengetahui reaksi umum untuk senyawa golongan alkohol.
c. Membedakan alkohol monovalen dan polivalen menggunakan reaksi pembeda.

BAB II

2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumus Umum
Senyawa alkohol atau alkanol dapat dikatakan senyawa alkana yang satu atom H
nya diganti dengan gugus OH (hidroksil). Rumus umum senyawa alkohol adalah R
OH dimana R adalah gugus alkil. Untuk itu rumus umum golongan senyawa alkohol
juga dapat ditulis CnH2n+1 OH.

Tabel gugus alkil dan rumus molekulnya

Untuk Nilai n R Rumus Molekul Alkohol


1. CH3 CH3 OH
2. C2H5 C2H5 OH
3. C3H7 C3H7 OH

B. Tata Nama
Penamaan senyawa alkohol prinsipnya ada dua cara yaitu :
1) Dengan aturan IUPAC yaitu menggunakan nama senyawa alkananya dengan
mengganti akiran ana dalam alkana menjadi anol dalam alkoholnya.
2) Dengan sistem Trivial yaitu dengan menyebutkan nama gugus alkilnya diikuti
kata alkohol. Contoh :

Tabel Penamaan Alkohol


Alkana Alkohol
Rumus Molekul Nama Rumus Molekul Nama IUPAC Nama Trivial
CH4 Metana CH3 OH Metanol Metil alkohol
C2H6 Etena C2H5 OH Etanol Etil alkohol
C3H8 Propona C3H7 OH Propanol Propil alkohol
C4H10 Butana C4H9 OH Butanol Butil alkohol

C. Klasifikasi Alkohol
Berdasarkan perbedaan letak terikatnya gugus OH pada atom C. Alkohol dibedakan
menjadi tiga yaitu :
1. Alkohol primer yaitu jika gugus OH terikat pada atom C primer (atom C yang
mengikat 1 atom C yang lain secara langsung )
Contoh :

3
CH3 CH2 CH2 CH2 OH
(n. Butanol)
2. Alkohol sekunder yaitu jika gugus OH terikat pada atom C sekunder (atom C
yang mengikat secara langsung dua atom C yang lain).
Contoh :
CH3 CH2 CH CH3
|
OH
(2 Butanol)
3. Alkohol tersier yaitu jika gugus OH terikat pada atom C tersier ( atom C yang
mengikat secara langsung tiga buah atom C yang langsung )
Contoh :
CH3
|
CH3 C CH3
|
OH
(2 Metil 2 Propanol)

Secara fisik akan sulit membedakan antara alkohol primer, sekunder dan tersier.
Karena bau dan warna ketiganya dapat dikatakan sama. Cara yang bisa digunakan untuk
membedakan adalah mengoksidasi menggunakan KMnO4 , K2Cr2O7, H2CrO4 atau O2.
Berdasarkan jumlah gugus fungsinya alkohol dibedakan menjadi alkohol monovalen
dan alkohol polivalen.
a) Alkohol monovalen adalah alkohol yang hanya mempunyai satu gugus fungsional
OH.
Contoh :
CH3CH2OH CH3CH2CH2OH
Etanol Propanol
b) Alkohol polivalen adalah jenis senyawa alkohol yang mempunyai gugus fungsional
lebih dari satu.

Contoh :
CH2OH CH2OH
| |

4
CH2OH CHOH
|
Etandiol CH2OH
Propantriol (gliserol)
D. Kelarutan alkohol dalam air
Alkohol-alkohol yang kecil larut sempurna dalam air. Bagaimanapun
perbandingan volume yang kita buat, campurannya akan tetap menjadi satu larutan.
Akan tetapi, kelarutan berkurang seiring dengan bertambahnya panjang rantai
hidrokarbon dalam alkohol. Apabila atom karbonnya mencapai empat atau lebih,
penurunan kelarutannya sangat jelas terlihat, dan campuran kemungkinan tidak
menyatu.
E. Sifat Sifat Alkohol
Secara umum senyawa alkohol mempunyai beberapat sifat, sebagai berikut :
1) Mudah terbakar
2) Mudah bercampur dengan air
3) Bentuk fasa pada suhu ruang :
dengan C 1 s/d 4 berupa gas atau cair
dengan C 5 s/d 9 berupa cairan kental seperti minyak
dengan C 10 atau lebih berupa zat padat
4) Pada umumnya alkohol mempunyai titik didih yang cukup tinggi dibandingkan
alkananya. Hal ini disebabkan adanya ikatan hidrogen atas molekulnya.
F. Penggunaan Alkohol
Beberapa penggunaan senyawa alkohol dalam kehidupan sehari-hari antara lain :
1) Pada umumnya alkohol digunakan sebagai pelarut.
Misal : lak dan vernis
2) Etanol dengan kadar 76% digunakan sebagai zat antiseptik.
3) Etanol juga banyak sebagai bahan pembuat plastik, bahan peledak, kosmestik.
4) Campuran etanol dengan metanol digunakan sebagai bahan bakar yang biasa
dikenal dengan nama spiritus.
5) Etanol banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan minuman keras.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

5
A. Alat & Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain tabung reaksi, pipet tetes,
lampu spirtus, tissue, penjepit tabung reaksi, dll
Bahan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah etanol, metanol,
propilenglikol dan etilenglikol sebagai sampel. Adapun reagen reagen yang
digunakan adalah asam salisilat, asam asetat, NaOH, CuSO 4, FeCL3, Pereaksi
Diazo A dan Diazo B, H2SO4 dan aquadest

B. Metode
1. Uji kelarutan
Prosedur : Ambil 1 ml aquadest, masukkan ke dalam 4 tabung reaksi kemudian
masukkan 5 tetes sampel ke dalam masing masing tabung reaksi kemudian
diaduk hingga larut lalu bandingkan di antara keempat sampel tersebut sampel
mana yang paling cepat larut.
2. Reaksi umum
a. Reaksi diazo
Prosedur : sampel 3 tetes tambahkan reaksi diazo A (asam sulfanilat), HCL 2
tetes dan pereaksi diazo B (NaNO2) kemudian dibasakan dengan NaOH 4 tetes.
Perbandingan diazo A : diazo B = 4:1, bila perlu dipanaskan
Reaksi positif bila dihasilkan warna pink atau merah.
b. Esterifikasi
Prosedur : sampel (metanol dan etanol) tambahkan 3 tetes asam asetat atau
asam salisilat lalu tambahkan H2SO4 pekat, tutup ujung tabung dengan tissue
yang sudah dibasahkan lalu panaskan diatas api spirtus, kemudian cium bau
yang dihasilkan.
3. Reaksi pembeda alkohol monovalen dan alkohol polivalen
a. Reaksi cuprifil
Prosedur : sampel 3 tetes + NaOH + 1 tetes CuSO 4, lalu amati perubahan
yang terjadi. Akan terbentuk kompleks Cu yang jernih. Reaksi positif
dihasilkan oleh alkohol golongan polivalen.

b. Reaksi landwehr
Prosedur : sampel 3 tetes + FeCL 3, bila perlu panaskan lalu amati perubahan
yang terjadi. Terbentuk warna kuning tua coklat jingga. Reaksi positif
dihasilkan oleh golongan alkohol polivalen.

6
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN

A. Hasil praktikum
Hasil praktikum yang diperoleh dijelaskan pada tabel berikut :
No Alkohol Monovalen Alkohol Polivalen
Reaksi yang dilakukan
. Etanol Metanol Propilenglikol Etilenglikol
1. Kelarutan Larut (+++) Larut (++++) Larut (++) Larut (+)
2. Reaksi Diazo (-) negatif (-) negatif (-) negatif (-) negatif
3. Esterifikasi Bau balon Bau metil - -

7
tiup / bau salisilat /
cutex gandapura
Endapan
Endapan biru Endapan biru Endapan biru
4. Reaksi Cuprifil keruh kuning
jernih jernih jernih
kebiruan
5. Reaksi Landwehr Jingga Jingga Jingga Jingga

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum maka diperoleh :
Kecepatan melarut metanol > etanol > propilenglikol > etilenglikol.
Hal tersebut terjadi dikarenakan struktur metanol yang memiliki rantai karbon
lebih sedikit, dimana secara teori semakin sedikit jumlah karbon maka akan
semakin cepat larut begitu pula sebaliknya, semakin panjang rantai karbon maka
akan semakin sukar larut.
Reaksi Umum
1. Reaksi Esterifikasi
Pada reaksi esterfikasi menghasilkan bau hal ini dikarenakan metanol dan
etanol bila direaksikan dengan asam karboksilat dengan bantuan katalisator
akan menghasilkan senyawa aromatis yang mempunyai bau yang spesifik.
Etanol + As. Salisilat + H2SO4 p Bau Metil salisilat atau
gandapura
Metanol + As.asetat + H2SO4 p Bau balon tiup

2. Reaksi Diazo
Pada reaksi diazo, keempat sampel memberikan warna (-) bening,
seharusnya hasil yang didapat berdasarkan teori yaitu berwarna merah
muda / pink. Hal ini terjadi karena pereaksi diazo yang sudah tidak optimal
kualitasnya karena pada kelompok lain juga ditemukan hasil yang serupa.
Metanol : CH3-OH + NaNO2 +HCL+ + NaOH CH3ONa +
H2O

Etanol CH3CH2OH + NaNO2 + HCL + + NaOH C2H5ONa +


H20
Propilenglikol : CH3-CH-CH2 + NaNO2 + HCL + + NaOH
OH OH
CH2-ONa + 2 H2O
CH-ONa
CH3
Etilenglikol : CH2-CH2-CH2-OH + 3 NaOH Diazo A + B CH2ONa +
HCL
8
CHONa-CH3 + 3 H2O
3. Reaksi Cuprifil
Pada reaksi cuprifil, metanol, etanol dan etilenglikol memberikan hasil
terbentuknya endapan berwarna biru jernih sementara pada propilenglikol
hasilnya adalah endapan keruh berwarna kuning kebiruan. Hasil ini tidak
sesuai dengan teori, dimana hasil (+) yaitu terbentuknya kompleks Cu
yang jernih hanya untuk alkohol golongan polivalen. Ketidaksesuaian ini
dapat dikarenakan tercampurnya bahan yang menjadi sampel dengan
bahan lain karena penggunaan pipet yang tidak teratur sehingga hasil yang
didapat menjadi tidak akurat.
4. Reaksi Landwehr
Metanol 3 tetes + FeCl3 Jingga (positif)
Etanol 3 tetes + FeCl3 Jingga (positif)
Propilen glikol 3 tetes + FeCl3 Jingga (positif)
Etilengikol 3 tetes + FeCl3 Jingga (positif)
Pada reaksi landwehr yang merupakan reaksi pembeda antara alkohol
monovalen dan polivalen, keempat sampel memberikan hasil yang sama
yaitu berwarna jingga. Berdasarkan teori, reaksi landwehr hanya
memberikan hasil (+) yaitu berwarna kuning tua coklat jingga pada
alkohol golongan polivalen. Ketidaksesuaian teori dengan hasil yang
didapat dapat dikarenakan penggunaan pipet yang tidak teratur sehingga
hasil yang didapat menjadi tidak akurat

9
BAB V
KESIMPULAN dan SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Uji kelarutan : metanol > etanol > propilenglikol > etilenglikol
Tidak sesuai dengan teori
2. Reaksi Diazo : keempat sampel memberikan hasil (-).
Tidak sesuai dengan teori
3. Esterifikasi : Metanol memberikan bau meti salisilat / bau gandapura, etanol
memberikan bau balon tiup / bau cutex.
Sesuai dengan teori
4. Reaksi Cuprifil : etanol, metanol dan etilenglikol terdapat endapan biru jernih,
propilenglikol memberikan warna endapan keruh kuning kebiruan.
Tidak sesuai dengan teori
5. Reaksi Landwehr : keempat sampel memberikan warna jingga
Tidak sesuai dengan teori

B. Saran
Adapun saran yang diberikan adalah sebagai berikut :

10
1. Menyiapkan reagen reagen baru serta menyiapkan alat pengambil reagen (pipet
tetes) untuk setiap kali praktikum sehingga dapat meminimalisir kesalahan
ataupun ketidaksesuaian hasil antara teori dengan praktikum.
2. Mengadakan diskusi sehingga dapat menjelaskan ketidaksesuaian yang terjadi
antara hasil praktikum dengan teori.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Riawan, S. 1990. Kimia organik Edisi I. Jakarta : Binarupa aksara.

Fessenden dan Fessenaen. 1986. Kimia organik Edisi Ketiga.

Anonim. Diktat praktikum Kimia organik. 2010. Jakarta : Universitas Muhammadiyah Prof.
DR Hamka.

11
Disusun Oleh :
Anggrie Fetra
Noviasrini Kemala N.

12
Novi Rachmayanti
Sudarman Yulianto
Yusnia Gulfa Maharani

Kelas II B
Kelompok II

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FARMASI
TAHUN 2010

13

Anda mungkin juga menyukai