I. PENDAHULUAN
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, Pusbin JFA telah melaksanakan
berbagai kegiatan. Salah satu kegiatan pembinaan JFA di lingkungan BPKP
yang dilaksanakan secara rutin setiap tahun, sejak tahun 1999, adalah
penyelenggaraan Forum Komunikasi (Rapat Koordinasi) JFA dan Kepegawaian.
Buku Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA sebagai salah satu hasil Forum
Komunikasi menghimpun permasalahan dan solusi yang telah dirumuskan dan
disajikan dalam bentuk pertanyaan dan jawaban yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan seputar JFA.
Pertanyaan dan Jawaban yang dihimpun dalam buku ini pada dasarnya
berkenaan dengan permasalahan JFA yang dialami oleh unit-unit kerja di
lingkungan BPKP. Namun demikian, buku ini juga dapat dimanfaatkan oleh unit-
unit pengawasan di lingkungan APIP sebagai bahan rujukan apabila mengalami
permasalahan serupa.
Jawaban yang diberikan dalam buku ini mengacu pada Himpunan Peraturan
Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya di Lingkungan Aparat
Pengawasan Fungsional Pemerintah dan Surat Edaran Kepala BPKP Nomor SE-
06.04.00-22/K/1999 serta ketentuan terkait lainnya.
Dengan diterbitkannya Buku Himpunan Tanya Jawab Edisi Tahun 2003 ini, maka
secara keseluruhan, telah diterbitkan 5 (lima) edisi Buku Himpunan Tanya Jawab
Seputar JFA, yaitu Edisi Tahun 1999, 2000, 2001, 2002, dan 2003.
III. TUJUAN
Penerbitan Buku Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Edisi Tahun 2003
bertujuan untuk:
Permasalahan yang dibahas dalam himpunan tanya jawab ini terdiri dari 74
pertanyaan yang dikelompokkan sebagai berikut:
A. PENDIDIKAN FORMAL
Secara garis besar, permasalahan yang telah dibahas dalam Forum Komunikasi
JFA dan Kepegawaian Tahun 2003 mengenai topik ini antara lain adalah
mengenai:
Terhadap perolehan ijazah yang berasal dari pendidikan dengan jurusan yang
sesuai dengan kualifikasi yang telah ditetapkan Kepala / Pimpinan Unit
Organisasi dapat diberikan angka kredit sebagai Unsur Utama, sedangkan
perolehan Ijazah di luar kualifikasi tersebut diberikan angka kredit sebagai Unsur
Penunjang.
Kualifikasi pendidikan untuk auditor di lingkungan BPKP adalah DIII, DIV, S1, S2,
dan S3 jurusan Akuntansi dan Manajemen sesuai Surat Edaran Deputi Bidang
Administrasi Nomor SE-06.04.00-1485/DI/1999 tanggal 23 Desember 1999
perihal Pelaksanaan Jabatan Fungsional Auditor di Lingkungan BPKP dan
Keputusan Deputi Bidang Administrasi BPKP Nomor Kep-05.02.06-33/D.I/2000
tanggal 6 Januari 2000 tentang Pemberian Ijin Pendidikan Di luar Kedinasan dan
Penyesuaian Ijazah di lingkungan BPKP.
Pada dasarnya, perihal kualifikasi pendidikan ini telah diungkapkan dalam Buku
Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Edisi Tahun 2002 (halaman 5).
1. Pertanyaan:
Seorang PFA berIjazah Sarjana (S1) telah memperoleh angka kredit sejumlah
173,1095 per 1 April 2003, namun yang bersangkutan belum dapat mengikuti
Diklat Pindah Jalur karena Ijazah yang dimilikinya adalah S1 jurusan Ilmu
Jawaban:
Bagi Auditor Trampil di lingkungan BPKP yang memiliki ijazah selain jurusan
akuntansi dan manajemen, sampai saat ini belum dapat mengikuti Diklat
Pindah Jalur dan belum dapat dialihkan menjadi Auditor Ahli, sesuai dengan
Surat Edaran Deputi Bidang Administrasi BPKP Nomor: SE-06.04.00-
1485/DI/1999 tanggal 23 Desember 1999 perihal Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Auditor di Lingkungan BPKP dan Keputusan Deputi Bidang
Administrasi BPKP Nomor Kep-05.02.06-33/D.I/2000 tanggal 6 Januari 2000
tentang Pemberian Ijin Pendidikan Di luar Kedinasan dan Penyesuaian Ijazah
di lingkungan BPKP.
2. Pertanyaan:
Pada saat penyesuaian dari jabatan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
(PKP) menjadi JFA per 1 Oktober 1996, terdapat seorang PFA yang memiliki
Ijazah Diploma III diberikan angka kredit kurang dari 50 untuk unsur
Pendidikan. Seharusnya, sesuai dengan Lampiran 1 A Keputusan MENPAN
No. 19 Tahun 1996, besaran angka kredit untuk Ijazah Diploma III adalah 50.
Apakah kesalahan ini dapat langsung dikoreksikan pada penetapan angka
kredit periode berjalan tanpa harus melakukan ralat terhadap SK
Penyesuaian tersebut di atas?
Jawaban:
Pada dasarnya, dalam ketentuan JFA, tidak terdapat ketentuan yang secara
tegas mengatur mengenai tata cara pembetulan atau perbaikan atas
kesalahan yang terjadi dalam penyusunan surat keputusan. Namun demikian,
dalam hal terjadi kesalahan sebagaimana tersebut di atas, dapat ditempuh
pembetulan dengan cara sebagai berikut:
Secara garis besar, permasalahan yang telah dibahas dalam Forum Komunikasi
JFA dan Kepegawaian Tahun 2003 mengenai topik ini antara lain adalah sebagai
berikut:
Hal ini telah dibahas dalam Rapat Koordinasi Kepegawaian dan JFA tahun 2002
dan telah dituangkan dalam Surat Edaran Kepala Pusbin JFA Nomor: SE-
91/JF.1/2003 tanggal 31 Januari 2003 perihal Penegasan Hasil Rakor JFA
Kepegawaian dan JFA Tahun 2002. Dalam Surat Edaran tersebut ditegaskan
3. Pertanyaan:
Bagi PFA yang telah mempunyai angka kredit yang dipersyaratkan untuk
mengikuti diklat penjenjangan dan DP3 tahun terakhir bernilai baik, apakah
dapat diikutsertakan diklat tanpa melihat faktor lainnya, misalnya kecakapan,
kemampuan dll. Umumnya bila PFA telah memenuhi angka kredit dan DP3
baik, menuntut untuk dapat mengikuti diklat secara otomatis. Apakah hal itu
dibenarkan? Apakah tidak sebaiknya dipersyaratkan pula adanya
rekomendasi atasan / pimpinan?
Jawaban:
Sesuai dengan Keputusan Kepala BPKP Nomor: 06.04.00-847/K/1998
tentang Pola Pendidikan dan Pelatihan Auditor bagi Aparat Pengawasan
Fungsional Pemerintah, persyaratan peserta Diklat Penjenjangan Peran (hal.
56-58) antara lain adalah terpenuhinya angka kredit yang dipersyaratkan dan
diusulkan oleh Pimpinan unit kerja yang bersangkutan.
4. Pertanyaan:
Seorang PFA mengikuti pendidikan bahasa / kursus bahasa dalam rangka
persiapan tugas belajar ke luar negeri (yang bersangkutan mengikuti 4 kali
pendidikan dan memperoleh 4 sertifikat kelulusan). Apakah kegiatan tersebut
diberikan angka kredit tersendiri sebagai unsur diklat atau merupakan satu
kesatuan dengan unsur pendidikan S2 yang diikuti? Menurut PFA yang
bersangkutan, dengan adanya bukti sertifikat kelulusan, maka kegiatan
tersebut seharusnya dapat dinilai sebagai unsur pendidikan.
Jawaban:
Dalam Surat Edaran Kepala Pusbin JFA No. SE-91/ JF.1/2003 tanggal 31
Januari 2003 tentang Penegasan Hasil Rakor Kepegawaian dan JFA Tahun
2002, pada point 1 telah ditegaskan mengenai Angka Kredit bagi PFA yang
Ditugaskan Mengikuti Pendidikan di Luar Negeri.
Terhadap kegiatan persiapan dan keikutsertaaan dalam program antara (mis.
Kursus Bahasa), dapat diberikan angka kredit kegiatan Mengikuti Diklat
Kedinasan serta memperoleh STTPL berdasarkan waktu/jam pelatihan yang
diikuti sepanjang memperoleh sertifikat/lulus dan kegiatan tersebut dilakukan
sebelum memasuki kegiatan pembelajaran dalam pendidikan S2/S3
dimaksud.
5. Pertanyaan:
Terdapat seorang mantan pejabat struktural eselon IV (Gol. III/d) yang
diangkat kembali ke jabatan fungsional auditor dengan angka kredit 400.
Yang bersangkutan belum pernah menjabat sebagai PFA sehingga belum
mempunyai sertifikat JFA. Sampai dengan saat ini yang bersangkutan belum
bisa diikutkan Diklat Penjenjangan Pengendali Teknis karena yang
bersangkutan belum diberi kesempatan untuk mengikuti UBM
Jawaban:
Mengingat adanya keterbatasan dana dalam penyelenggaraan diklat, sampai
saat ini belum seluruh calon peserta diklat yang diusulkan oleh unit kerja
dapat diakomodasi dalam diklat yang diselenggarakan. Namun demikian,
dalam Kalender Diklat 2003 masih terdapat penyelenggaraan Diklat
Matrikulasi Ketua Tim dan Diklat Pengendali Teknis. Terhadap PFA yang
belum memperoleh kesempatan mengikuti diklat tersebut akan diprioritaskan
dalam penetapan sebagai peserta diklat oleh Biro Kepegawaian dan
Organisasi.
6. Pertanyaan
Terlalu lama waktunya antara selesainya diklat sertifikasi dengan waktu ujian,
dari ujian dengan pengumuman hasil ujian, dan dari pengumuman hasil ujian
dengan diterbitnya sertifikat atau diterimanya sertifikat oleh PFA. Diusulkan
agar jarak waktu tersebut tidak terlalu lama, supaya persiapan untuk ujian
dapat maksimal, dan jika lulus dapat segera dipakai untuk kenaikan pangkat.
Jawaban
Jarak waktu antara diklat dan ujian terjadi karena ujian dilakukan secara
nasional sesuai dengan kalender diklat (dua kali dalam satu tahun), bukan
untuk setiap kelas/ angkatan. Untuk itu perlu diupayakan penyelenggaraan
diklat dapat dilaksanakan berdekatan dengan waktu penyelenggaraan ujian,
namun dalam hal frekuensi diklat cukup banyak, hal tersebut tidak mungkin
dilakukan. Jarak waktu antara ujian, pengumuman, dan penerbitan sertifikat
dari waktu ke waktu selalu diupayakan percepatan untuk dapat memenuhi
persyaratan kenaikan pangkat.
C. PENGAWASAN
Secara garis besar, permasalahan yang telah dibahas dalam Forum Komunikasi
JFA dan Kepegawaian Tahun 2003 mengenai pengawasan antara lain adalah
sebagai berikut:
Kesepakatan penetapan HP Maksimal sejumlah 237 hari dan 289 hari per tahun
(untuk unit kerja dengan 5 dan 6 hari kerja per minggu) yang ditetapkan dalam
Forum (Rakor) tahun 2002, ternyata pada pelaksanaannya masih menimbulkan
beberapa pertanyaan dan permasalahan, sehingga kesepakatan tersebut
kemudian diperbaharui dalam Forum Tahun 2003. Uraian kesepakatan secara
rinci dapat dilihat dalam jawaban pertanyaan No. 7, sebagaimana juga telah
dituangkan dalam Surat Edaran Kepala Pusbin JFA No. SE-769/JF.1/2003
tanggal 14 Juli 2003 perihal Penegasan Hasil Forum Komunikasi JFA dan
Kepegawaian Tahun 2003.
dapat terlihat jumlah HP yang direncanakan untuk setiap peran PFA (Pengendali
Mutu, Pengendali Teknis, Ketua Tim, dan Anggota Tim).
Dalam Forum Komunikasi Tahun 2003, kembali ditegaskan kepada seluruh unit
kerja di lingkungan BPKP, bahwa sesuai SE-06.04.00-1485/DI/1999,
perpanjangan Surat Tugas yang bersifat ekstern hendaknya dilakukan dengan
Surat Tugas yang ditandatangani oleh minimal pejabat eselon II.
Kesepadanan kegiatan
Pusbin JFA bersama-sama dengan Unit Kerja terkait di lingkungan APIP selalu
mengupayakan penetapan kesepadanan atas kegiatan baru di luar 44 butir
kegiatan pengawasan. Sampai saat ini, Pusbin JFA telah menerbitkan
kesepadanan kegiatan kegiatan yang belum tercantum dalam 44 butir kegiatan
pengawasan, dengan Surat maupun Surat Edaran sebagai berikut:
Disamping itu, Pusbin JFA masih selalu menghimbau unit-unit kerja pengawasan
di lingkungan APIP untuk segera mengusulkan kesepadanan atas kegiatan-
kegiatan di lingkungan masing-masing yang dipandang belum tercakup dalam
Keputusan MENPAN Nomor 19/1996.
7. Pertanyaan
Dalam rangka menghindari adanya pengajuan angka kredit dengan jumlah
Hari Pengawasan (HP) yang melebihi kewajaran, dalam Rapat Koordinasi
Kepegawaian dan JFA Tahun 2002, telah disepakati bahwa HP maksimal
yang dapat diberikan angka kredit adalah 237 hari per tahun (bagi unit kerja
dengan 5 hari kerja per minggu) dan 289 hari per tahun (bagi unit kerja
dengan 6 hari kerja per minggu), sebagaimana tertuang dalam Surat Edaran
Kepala Pusbin JFA No. SE-91/JF.1/2003 tanggal 31 Januari 2003.
a. Permasalahan
Harus ada ketentuan yang tegas (misalnya surat edaran) yang berkaitan
dengan:
b. Permasalahan
Pembatasan HP dalam satu tahun sebaiknya digunakan sebagai standar,
tetapi dengan tidak menutup kemungkinan perlakuan khusus untuk orang
c. Permasalahan
Dalam Surat Edaran Kepala Pusbin JFA No. SE 91/JF.1/2003 tanggal
31 Januari 2003 butir 3 Hari Pengawasan (HP) maksimal dalam satu
tahun sebesar 237 hari/ tahun untuk unit kerja dengan 5 hari kerja/ minggu
atau 289 hari/ tahun untuk unit kerja dengan 6 hari kerja/ minggu.
d. Permasalahan
1) Apakah Surat Tugas baru yang diberikan kepada PFA setelah
menyelesaikan Surat Tugas sebelumnya secara lebih cepat dari Hari
Pemeriksaan (HP) yang direncanakan, sehingga mengakibatkan
jumlah HP melebihi HP maksimal (237 HP dalam 1 tahun) dapat diakui
angka kreditnya?
2) Bagaimana perlakuan HP maksimal (237 dalam 1 tahun) kepada PFA
yang tidak mengambil dan atau tidak mengambil seluruh cutinya?
e. Permasalahan
Pada saat ini sebagian aktivitas pengawasan BPKP sangat dipengaruhi
oleh pihak luar, misalnya kegiatan di Bidang Akuntabilitas Pemda, pada
suatu saat permintaan untuk memberikan Asistensi AKIP/LAKIP datang
bersamaan dari beberapa Kabupaten/Kota, di saat yang lain kurang atau
tidak ada permintaan. Akibatnya pada suatu saat pekerjaan
menumpuk/tumpang tindih karena semua harus dilayani, namun disaat
f. Permasalahan
1) Apakah HP maksimal sebesar 237 hari per tahun (untuk 5 hari kerja /
minggu) hanya untuk unsur pengawasan atau mencakup semua unsur
kegiatan angka kredit?
2) Mengingat periode penilaian angka kredit adalah per semester, maka
maksimal HP yang diperkenankan pada semester tersebut belum
diatur dengan jelas, apakah setengah 237 hati atau bebas saja asal
dalam setahunnya tidak boleh melebihi 237 hari?
3) Apakah penetapan maksimal 237 hari per tahun tersebut mengikuti
tahun kalender atau bebas saja asalkan satu tahun (dua semester)?
g. Permasalahan
1) Menurut Surat Edaran Kepala Pusbin JFA No. 91/JF.1/2002 perihal
Penegasan Hasil Rakor Kepegawaian dan JFA tahun 2002 angka 3
mengenai Hari Pengawasan (HP) maksimal dalam satu tahun
ditentukan bahwa HP maksimal 237 hari untuk unit kerja dengan 5 hari
kerja per minggu dan 289 hari kerja untuk unit kerja dengan 6 hari
kerja per minggu.
4) Hal lain yang terjadi adalah adanya PFA yang beberapa kali
diperintahkan untuk melaksanakan tugas pada hari Sabtu dan Minggu,
apakah hal tersebut tidak layak diberikan angka kredit karena adanya
pembatasan HP maksimum per tahun?
5) Selain itu, beberapa PFA sering diberi tugas yang overlap sehingga
dikerjakan pada malam hari dalam hal ada keperluan mendadak. Kalau
ada pembatasan HP maksimum per tahun, tugas semacam itu berarti
tidak dihargai karena tidak diberikan angka kreditnya.
h. Permasalahan
Terdapat PFA yang melaksanakan kegiatan pengawasan melampaui 237
hari dalam satu tahun, namun berdasarkan ketentuan, hari kerja yang
dapat dihitung angka kreditnya adalah 237 hari. Hal ini tidak sesuai
dengan norma hasil dalam penghitungan angka kredit. Dalam hal
Perwakilan telah membuat perencanaan yang memadai (misal dalam
bentuk KM1 dan KM2), seorang PFA yang direncanakan bekerja dengan
anggaran waktu yang telah maksimal 237 hari akan menutup minat PFA
tersebut untuk menambah penugasan dan bekerja melampaui anggaran
waktu yang direncanakan karena jam kerja yang dijalaninya tidak dapat
diperhitungkan angka kreditnya.
i. Permasalahan
Dalam penugasan selama tahun 2002, seorang PFA mendapat
penugasan yang melebihi 237 HP setahun (HP maksimal), padahal semua
penugasan tersebut resmi disetujui oleh Pimpinan Unit Kerja. Mengapa
angka kredit yang diusulkan dalam DUPAK dicoret oleh Tim Penilai Angka
kredit?
Jawaban
Dalam Forum Komunikasi JFA dan Kepegawaian Tahun 2003, seluruh
permasalahan mengenai HP Maksimal telah dibahas secara khusus oleh Tim
Ad Hoc dan telah dihasilkan kesepakatan baru, sebagaimana tertuang dalam
Surat Edaran Kepala Pusbin JFA No. SE-769/JF.1/2003 tanggal 14 Juli 2003,
sebagai berikut:
a. Definisi HP Maksimal
HP (Hari Pengawasan) Maksimal adalah jumlah batas maksimal
penggunaan hari kerja untuk kegiatan pengawasan yang dapat diberikan
angka kredit dalam satu tahun.
1) Penetapan HP Maksimal 237 hari atau 289 hari adalah untuk masa 1
(satu) tahun takwim (Januari s.d Desember), dengan demikian PFA
dapat mengajukan angka kredit untuk periode penilaian 1 Januari s.d
30 Juni dengan jumlah HP yang lebih dari separuh HP Maksimal
setahun, sepanjang jumlah HP setahun tidak melebihi jumlah HP
maksimal setahun yang telah disepakati.
Misalnya :
Seorang PFA yang bertugas pada unit kerja dengan 5 hari kerja per
minggu, dalam tahun 2003 menggunakan cuti tahunan selama 4 hari
(tanpa memandang apakah cuti tersebut menggunakan hak cuti tahun
berjalan atau tahun sebelumnya), maka jumlah HP Maksimal tahun
2003 bagi PFA tersebut adalah sejumlah 245 hari (237 hari ditambah 8
hari hak cuti tahunan yang tidak digunakan)
Misalnya :
Seorang PFA, yang bertugas pada unit kerja dengan 5 hari kerja per
minggu, dalam tahun 2003 menggunakan cuti tahunan selama 15 hari,
maka jumlah HP Maksimal tahun 2003 bagi PFA tersebut adalah
sejumlah 234 hari (237 hari dikurangi 3 hari penggunaan cuti yang
melebihi dari 12 hari cuti yang tersedia dalam tahun berjalan)
Misalnya :
Seorang PFA, yang bertugas pada unit kerja dengan 5 hari kerja per
minggu, dalam tahun 2003 menggunakan cuti besar selama 60 hari
kerja, maka HP Maksimal tahun 2003 bagi PFA tersebut adalah
sejumlah 177 hari (237 hari dikurangi 60 hari cuti besar).
5) Dalam hal PFA diaktifkan kembali dalam tugas-tugas pengawasan
pada bulan-bulan tertentu dalam tahun berjalan (bukan pada awal
Misalnya :
Seorang PFA yang telah menyelesaikan tugas belajar, diaktifkan
kembali, pada unit kerja dengan 5 hari kerja per minggu, per 1
September 2003, maka HP Maksimal tahun 2003 bagi PFA tersebut
adalah sejumlah 84 hari (hari kerja tersedia sejak 1 September sampai
dengan 31 Desember 2003)
8. Pertanyaan:
Bagaimana perlakuan pemberian angka kredit terhadap kegiatan seminar
yang dilaksanakan pada hari Sabtu (libur) ?
Jawaban:
Sesuai kesepakatan Forum Komunikasi JFA dan Kepegawaian Tahun 2003,
terhadap kegiatan seminar yang diikuti/dilaksanakan PFA pada hari libur
(Sabtu, Minggu, atau hari libur lainnya) dapat diakui angka kreditnya
sepanjang tidak melebihi HP Maksimal yang telah disepakati.
9. Pertanyaan:
Diklat selama ini kadang-kadang dilaksanakan 6 hari dalam seminggu,
dimana hari Sabtu tetap masuk, namun dalam penilaian angka kreditnya,
jumlah hari diklat tersebut langsung dikurangkan dari HP maksimal.
Sebagaimana diketahui, dalam jumlah HP maksimal sebesar 237 HP setahun
tidak diperhitungkan hari Sabtu dan Minggu. Hal tersebut menimbulkan
kerugian bagi perhitungan angka kredit PFA.
Jawaban:
Sebagaimana telah diuraikan dalam jawaban pertanyaan nomor 7 di atas,
diklat yang diikuti PFA pada hari Sabtu dapat diakui angka kreditnya
sepanjang tidak melebihi HP Maksimal yang telah disepakati.
10. Pertanyaan:
Untuk keseragaman penilaian angka kredit, apakah dapat ditetapkan suatu
standar HP untuk penyusunan pedoman yang dapat dinilai angka kreditnya.
Jawaban:
Jumlah HP yang direncanakan untuk penyusunan berbagai pedoman sangat
bervariatif tergantung dari jenis dan bobot pedoman yang akan disusun.
Atasan langsung PFA dalam penyusunan pedoman tersebut bertanggung
jawab terhadap kewajaran HP masing-masing PFA. Namun demikian, unit
kerja dapat mengajukan hasil kajian apabila dipandang terhadap penyusunan
pedoman dapat ditetapkan suatu standarisasi HP (waktu yang dibutuhkan
untuk penyusunan pedoman)
11. Pertanyaan:
Sesuai dengan hasil Rapat Koordinasi Kepegawaian dan JFA Tahun 2002,
telah disepakati bahwa HP Pengendali Teknis direncanakan dalam KM-3
(Formulir Anggaran Waktu Penugasan) dengan jumlah hari yang wajar.
Dalam prakteknya tidak mudah menentukan hari yang wajar tersebut, karena
diantara satu PFA dengan PFA yang lain tidak mempunyai persepsi yang
sama.
Jawaban:
HP Pengendali Teknis dan Pengendali Mutu harus direncanakan sebelum
penugasan dan dituangkan dalam formulir anggaran waktu (KM3) sesuai
dengan rincian kegiatan yang akan dilakukan. Untuk itu diperlukan modifikasi
formulir KM3 sehingga dapat terlihat jumlah HP yang direncanakan untuk
setiap peran PFA dalam penugasan. Kewajaran HP ditentukan oleh waktu
yang dibutuhkan sesuai rencana pelaksanaan kegiatan yang disusun. Jumlah
HP maksimal bagi Pengendali Teknis dan Pengendali Mutu tetap mengacu
pada kesepakatan HP maksimal per tahun.
12. Pertanyaan:
Dalam hal perpanjangan Surat Tugas oleh Kepala Bidang (eselon III), apakah
HP nya dapat melebihi jumlah HP dalam Surat Tugas? Pada kenyataannya,
para Kepala Bidang dalam membuat Memo Penugasan Perpanjangan Surat
Tugas kadang-kadang melebihi jumlah ST awal.
Jawaban:
Berdasarkan SE-06.04.00-1485/DI/1999, pada butir VIII Penugasan
Pengawasan dan Penilaian Angka Kredit, untuk penugasan yang bersifat
ekstern maka surat tugas (ST) ditandatangani oleh minimal pejabat eselon II,
sedangkan untuk penugasan intern dapat ditandatangani oleh minimal
pejabat eselon III. Perpanjangan ST hendaknya didukung juga dengan
formulir Anggaran Waktu (KM3) yang menggambarkan perencanaan kegiatan
yang akan dilakukan dalam masa perpanjangan ST tersebut. HP
perpanjangan dapat saja melebihi ST awal sepanjang didasarkan atas
pertimbangan profesional.
13. Pertanyaan:
Bagaimana perhitungan angka kredit untuk Surat Tugas / Nota Dinas
Perorangan yg dikeluarkan oleh Kepala Perwakilan / Kepala Bidang untuk
kegiatan intern?
Jawaban:
Perhitungan angka kredit terhadap nota dinas yang dikeluarkan oleh Kepala
Perwakilan atau oleh Kepala Bidang diperlakukan sama seperti penugasan
lainnya, yaitu didasarkan pada jumlah hari dan peran dalam nota dinas.
Dalam hal nota dinas tersebut bersifat perorangan maka perhitungan angka
kredit didasarkan pada peran sesuai jabatan PFA yang bersangkutan. Dalam
Nota Dinas hendaknya secara jelas menyebutkan jenis penugasan (salah
satu dari 44 butir kegiatan pengawasan sesuai Keputusan MENPAN No. 19
Tahun 1996). Apabila penugasan tersebut tidak termasuk dalam 44 butir
14. Pertanyaan :
Visi BPKP sebagai katalisator pembaharuan manajemen pemerintahan
melalui pengawasan yang profesional seharusnya diiringi dengan perubahan
paradigma bagi kegiatan PFA. Dalam pelaksanaannya selama ini, perubahan
paradigma tersebut belum terlihat dalam butir-butir kegiatan pengembangan
profesi, seperti pemberian jasa konsultasi, evaluasi LAKIP, GCG, dan SAKD.
Jawaban:
Pemberian jasa konsultasi, asistensi, dan evaluasi dalam lingkup LAKIP,
GCG dan SAKD merupakan pengembangan dari kegiatan pengawasan yang
dilakukan oleh BPKP dan bukan merupakan kegiatan pengembangan profesi.
Perolehan angka kredit atas kegiatan tersebut dapat disepadankan dengan
44 butir kegiatan pengawasan sebagaimana diatur dalam Keputusan Menpan
No. 19/1996. Pusbin JFA bersama-sama dengan Deputi terkait selalu
mengupayakan membuat kesepadanan atas kegiatan baru di luar 44 butir
kegiatan pengawasan.
15. Pertanyaan:
Melihat perkembangan jenis kegiatan BPKP, terdapat beberapa kegiatan
yang sudah tidak sesuai dengan pengelompokan kegiatan audit selama ini.
Jalan keluar yang dilakukan adalah penyetaraan dengan kegiatan audit.
Namun demikian, penyetaraan tersebut hanya baru dilakukan untuk kegiatan
Jawaban:
Dalam 44 butir kegiatan pengawasan yang dapat diberikan angka kredit pada
dasarnya telah memperhitungkan segala kegiatan pengawasan yang ada
(kegiatan audit dan non-audit) dan mengantisipasi pengembangan atau
perluasan kegiatan pengawasan yang mungkin terjadi. Namun demikian, jenis
kegiatan BPKP terus berkembang sejalan dengan kebutuhan stakeholders
dan perkembangan auditan. Inovasi demikian nampaknya masih terus
diperlukan di masa-masa mendatang.
Agar tidak merugikan perolehan angka kredit terhadap PFA yang melakukan
tugas-tugas pengawasan yang terus berkembang dan belum termasuk dalam
44 butir kegiatan pengawasan sebagaimana diatur dalam Kepmenpan No.
19/1996, sementara ini diatur dalam kesepadanan.
16. Pertanyaan :
Terhadap kegiatan membuat / menyiapkan bahan sambutan / pidato Kepala
BPKP, Deputi / Pejabat lainnya, apakah dinilai sebagai unsur pengembangan
profesi yang disepadankan dengan pembuatan karya ilmiah atau dinilai
sebagai unsur pengawasan yang disepadankan dengan menyiapkan bahan
untuk tujuan tertentu.
Jawaban:
Kegiatan membuat/menyiapkan bahan sambutan/pidato Kepala BPKP,
Deputi/Pejabat lainnya, sepanjang mengenai bidang pengawasan, dapat
disepadankan dengan kegiatan Menyiapkan bahan untuk tujuan tertentu.
17. Pertanyaan
Terdapat perbedaan perlakuan pemberian angka kredit bagi PFA yang
ditugaskan sebagai Policy Evaluation antara Deputi Polsoskam, Deputi
Akuntan Negara, dan Perwakilan BPKP DKI Jakarta I. Bagaimana jalan
keluar yang harus ditempuh untuk mengatasi hal ini?
Disamping itu, belum dibuat angka kesepadanan terhadap kegiatan Policy
Evaluation (PE) mulai dari tahap penyusunan proposal sampai dengan
penerbitan laporan kegiatan, yang memakan waktu kurang lebih sembilan
bulan.
Jawaban:
Permasalahan ini telah disampaikan kepada Tim Policy Evaluation dari Deputi
Polsoskam untuk dimintakan usulan kesepadanannya dan disepakati untuk
segera diselesaikan. Kesepadanan terhadap kegiatan ini sangat diperlukan
karena kegiatan policy evaluation merupakan pengembangan dari tugas
pengawasan yang ada dan untuk menciptakan keseragaman perlakuan pada
setiap unit kerja yang melaksanakan kegiatan policy evaluation tersebut.
18. Pertanyaan:
Menurut Surat Kepala Pusbin JFA No. S-06.04.00.65/PJFA/2002 tgl. 21
Pebruari 2002, kegiatan Sosialisasi memperoleh angka kredit yang lebih
besar dari Bimtek, sedangkan pada kondisi di lapangan pelaksanaan Bimtek
lebih sulit.
Jawaban:
Pelaksanaan Sosialisasi disepadankan dengan kegiatan Melaksanakan
Penyuluhan di Bidang Pengawasan, sedangkan Bimbingan Teknis (Bimtek)
disepadankan dengan kegiatan Melaksanakan Asistensi dan Konsultasi di
Bidang Pengawasan.
19. Pertanyaan:
Ketentuan yang mengatur kesepadanan atas kegiatan baru, terpisah dengan
Keputusan Menpan Nomor 19/1996 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan
Angka Kreditnya dan penyebarannya terbatas, sehingga tidak selalu diketahui
PFA dan Instansi / Perwakilan.
Jawaban:
Pengaturan kesepadanan yang dilakukan saat ini merupakan pengaturan
transisi dan merupakan bahan revisi SK Menpan 19/1996. Pada dasarnya
semua surat yang terkait dengan kesepadanan maupun pengaturan umum
pembinaan JFA telah didistribusikan ke seluruh unit kerja.
Saat ini Pusbin JFA sedang berupaya menyusun kumpulan ketentuan yang
berkaitan dengan JFA untuk selanjutnya dibukukan (Kodifikasi Ketentuan),
sehingga seluruh ketentuan yang diterbitkan dapat mudah diperoleh dan
diketahui oleh pihak-pihak yang berkepentingan .
20. Pertanyaan :
Model penilaian angka kredit bagi PFA didasarkan pada pembagian peran
dalam struktur penugasan, namun belum terlihat adanya model penilaian
yang didasarkan pada spesialisasi keahlian, seperti ahli statistik dan ahli
perpajakan.
Perlu diciptakan model penilaian angka kredit yang tidak hanya berdasarkan
peran, namun mempertimbangkan pada hal-hal berikut :
Spesialisasi keahlian tertentu, diluar keahliannya sebagai auditor.
Luas cakupan audit, antara audit yang yang memerlukan maksimalisasi
keahlian sebagai auditor dengan audit yang hanya melengkapi Format
yang telah ditetapkan (seperti audit IKMN)
Jawaban:
Usulan untuk membedakan perolehan angka kredit berdasarkan keahlian
tertentu yang dimiliki, saat ini belum dapat dilaksanakan karena pada
dasarnya setiap Auditor sudah seharusnya memiliki atau minimal mengenal
keahlian yang sesuai dengan core business dari auditannya. Keahlian
tertentu tersebut bukan di luar keahlian sebagai Auditor namun melekat
sebagai keahlian Auditor.
Pada saat ini perhitungan angka kredit JFA dilakukan berdasarkan peran
yang dilakukan dan jenis kegiatan pengawasan. Model tersebut didasarkan
21. Pertanyaan:
a. Seorang PFA telah diangkat dalam jabatan Auditor Pelaksana Lanjutan
per 1 Juni 2002 karena angka kreditnya telah sampai 100 untuk golongan
III/a, tetapi PFA tersebut masih golongan II/d dan SK III/a baru terbit per 1
Oktober 2002. Bagaimana cara menentukan besarnya angka kredit yang
bersangkutan periode Juli Oktober 2002, apakah besarnya angka kredit
Auditor Pelaksana (II/d) atau besarnya angka kredit Auditor Pelaksana
Lanjutan (III/a)
b. Bagaimana menghitung besarnya angka kredit dan HP dimana dalam
suatu penugasan tidak disebutkan peran masing-masing PFA (Pengendali
Mutu, Pengendali Teknis, Ketua Tim, dan Anggota Tim)
Jawaban:
a. Perhitungan angka kredit didasarkan atas jabatan Auditor, bukan
didasarkan pada kepangkatan, maka sejak 1 Juni 2002 (tmt kenaikan
jabatan) perhitungan angka kredit yang bersangkutan dilakukan dengan
menggunakan tarif kegiatan pada jabatan Auditor Pelaksana Lanjutan.
(Lihat juga Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2001 Hal. 44
pertanyaan No. 108).
b. Perhitungan angka kredit untuk penugasan yang tidak menyebutkan peran
masing-masing Auditor adalah dihitung sesuai dengan peran yang
seharusnya dilaksanakan berdasarkan sertifikasi yang dimiliki dan jabatan
yang diduduki oleh PFA yang bersangkutan.
22. Pertanyaan:
Penugasan oleh pihak ketiga (Kepala Daerah / Kejati / Polisi) apakah harus
didukung Surat Tugas / Nota Dinas / Surat Perintah dari Kepala Perwakilan.
Jawaban:
Penugasan dari pihak ke-tiga sudah dapat dipergunakan sebagai dasar
pengajuan angka kredit sepanjang menyebutkan jenis penugasan dan jangka
waktu kegiatan tersebut dilaksanakan. Dalam hal penugasan dari pihak ketiga
tersebut tidak menyebutkan jangka waktu penugasan, maka dibuat Nota
Dinas oleh Pejabat BPKP terkait dengan menyebutkan jumlah HP.
Pengusulan angka kreditnya harus didukung oleh KM3 dan KM4 yang
menyebutkan proporsi HP masing-masing Auditor sesuai dengan peran
dalam penugasannya.
23. Pertanyaan:
PFA dengan peran Pengendali Teknis naik pangkat dari Gol. III/d ke Gol IV/a
per 1 April 2003. Jika PFA tersebut ditugaskan pada instansi X selama 10
hari, yaitu dari tanggal 24 Maret 2003 sampai dengan 7 April 2003 (6 hari
bulan Maret dan 4 hari bulan April 2003). Bagaimana perhitungan angka
kreditnya?
Jawaban
Angka Kredit untuk kegiatan pengawasan Auditor dihitung berdasarkan
jabatan yang diduduki dan peran dalam penugasan. Apabila dalam periode
penugasan tersebut yang bersangkutan telah menduduki jabatan Auditor Ahli
Madya, maka perhitungan angka kredit dilakukan dengan menggunakan tarif
pada jabatan Auditor Ahli Madya dengan peran yang sesuai dengan
jabatannya, yaitu Pengendali Teknis. Jika dalam penugasan Auditor yang
bersangkutan tidak berperan sebagai Pengendali Teknis, maka angka
kreditnya diperhitungkan sebagai Tugas Limpah.
lanjut dapat dilihat dalam Surat Edaran Kepala Pusbin JFA No. SE-
769/JF/1/2003 tanggal 14 Juli 2003 perihal Penegasan Hasil Forum JFA dan
Kepegawaian Tahun 2003).
Untuk contoh di atas, PFA yang bersangkutan diberikan angka kredit 0,0220
per jam selama 6 hari (sebagai Auditor Ahli Muda) untuk penugasan yang
dilaksanakan pada bulan Maret 2003 dan 0,0300 per jam selama 4 hari
(sebagai Auditor Ahli Madya) untuk penugasan yang dilaksanakan pada bulan
April 2003.
24. Pertanyaan:
Apakah ada aspek (konsekuensi) hukum yang perlu diperhatikan jika seorang
PFA bersertifikat Dalnis tidak diperankan sebagai Dalnis, sementara masih
terdapat PFA yang tidak bersertifikat Dalnis tetapi diperankan sebagai Dalnis?
Jawaban
Peran PFA dalam penugasan pengawasan suatu Tim Mandiri sepenuhnya
merupakan kewenangan pimpinan unit kerja yang didasarkan pada
kompetensi PFA yang bersangkutan dan pertimbangan profesional.
Di dalam ketentuan JFA dikenal adanya suatu tugas limpah untuk kegiatan
pengawasan, apabila tidak terdapat Auditor yang sesuai dengan jenjang
jabatan untuk melaksanakan kegiatan pengawasan (Pasal 8 Kepmenpan
19/1996). Kesesuaian tersebut dapat diartikan luas yang tidak hanya dari
jenjang jabatan namun juga dari kemampuan dan kompetensi. Oleh karena
itu, masing-masing PFA diharapkan selalu meningkatkan / memelihara
pengetahuan dan profesionalismenya agar mencerminkan jenjang jabatan
yang disandangnya.
25. Pertanyaan:
a. Dengan makin beragamnya produk jasa BPKP (asistensi/sosialisasi),
perlu diseragamkan dokumen yang harus disertakan dalam DUPAK
sebagai dasar pemberian angka kredit dengan basis normal hasil.
Jawaban
a. Pada dasarnya angka kredit dapat diberikan apabila norma hasil kegiatan
telah tercapai. Norma hasil kegiatan sosialisasi / asistensi adalah berupa
laporan tentang pelaksanaan kegiatan. Format laporan sosialisasi /
asistensi sebaiknya diseragamkan untuk masing-masing jenis sosialisasi /
asistensi. Laporan pelaksanaan sosialisasi / asistensi, sebagai bukti
pencapaian norma hasil, dapat digantikan dengan routing slip yang
menggambarkan tahap-tahap pelaksanaan kegiatan.
26. Pertanyaan:
Untuk pengajuan angka kredit Penugasan Asistensi / Bimbingan Teknis
SAKD dan sejenisnya, sesuai dengan norma hasil, bukti pendukung apa yang
harus dilengkapi sebagai bukti penugasan telah dilaksanakan? Selain itu
berapa jam penugasan yang diakui, karena penugasan tersebut dalam kurun
waktu lama namun tidak dilaksanakan setiap hari sejak mulai sampai selesai?
Jawaban
Penugasan asistensi/bimbingan teknis SAKD merupakan kegiatan
pengawasan yang disepadankan dengan melaksanakan asistensi dan
konsultasi di bidang pengawasan. Untuk kegiatan tersebut dapat disusun
Anggaran Waktu pelaksanaan kegiatan (sejenis formulir KM3 yang
dimodifikasi sesuai kebutuhan) yang dapat digunakan sebagai dasar
perhitungan angka kredit.
27. Pertanyaan:
Pada prakteknya, dalam melaksanakan kegiatan sosialisasi / asistensi
diperlukan adanya pemaparan yang mengharuskan PFA mempersiapkan diri
mempelajari bahan-bahan / literatur baru dan sebagainya, sehingga ada
unsur mengembangkan profesi PFA.
Jawaban
Kegiatan mempersiapkan diri untuk pelaksanaan sosialisasi/asistensi, seperti
mempelajari bahan-bahan / literatur baru, penyiapan bahan, penyusunan
modul, dsb; Tidak termasuk dalam kegiatan unsur pengembangan profesi.
Terhadap kegiatan-kegiatan tersebut dapat diberikan angka kredit unsur
pengawasan kegiatan mempersiapkan bahan untuk tujuan tertentu yang
didasarkan pada surat tugas/nota dinas minimal dari pejabat eselon III.
Dalam surat tugas/nota dinas tersebut agar dicantumkan lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk mempersiapkan bahan tersebut dan nama kegiatan
sosialisasi yang akan dilakukan. (Lihat juga Himpunan Tanya Jawab Seputar
JFA Tahun 2002 Hal 40 dan 43, pertanyaan nomor 49).
28. Pertanyaan:
Bagaimana perhitungan angka kredit magang bagi PFA yang akan diangkat
untuk pertama kali maupun PFA yang akan diangkat kembali, apakah dari
setiap Surat Tugas dihitung menggunakan jam diklat ataukah secara
keseluruhan jumlah HP dari kumpulan Surat Tugas dalam periode ajuan
dihitung menggunakan jam diklat sampai tercapai angka kredit minimal untuk
pengangkatan tersebut terpenuhi?
Jawaban:
Sesuai dengan SE-06.04.00-1485/DI/1999, perhitungan angka kredit untuk
pengangkatan pertama kali ke dalam JFA dihitung berdasarkan jam
pengawasan dengan tarif jam diklat. Perhitungan angka kredit tersebut
diberlakukan untuk masing-masing surat tugas.
D. PENGEMBANGAN PROFESI
Secara garis besar, permasalahan yang telah dibahas dalam Forum Komunikasi
JFA dan Kepegawaian Tahun 2003 mengenai pengembangan profesi antara lain
adalah sebagai berikut:
dikumpulkan untuk pengembangan profesi bagi Auditor Trampil dan Ahli untuk
naik pangkat setingkat lebih tinggi adalah sekurang-kurangnya sebagai berikut:
Angka Angka
Jabatan Pangkat Kredit utk Kredit Perolehan angka
naik pkt P. Profesi kredit P. Profesi
Auditor Trampil
- Auditor Pelaksana II/b 20 1 Selama dlm pkt II/b
II/c 20 1 Selama dlm pkt II/c
II/d 20 1 Selama dlm pkt II/d
- Auditor Pelaks. Lanjutan III/a 50 2 Selama dlm pkt III/a
III/b 50 2 Selama dlm pkt III/b
- Auditor Penyelia III/c 100 4 Selama dlm pkt III/c
III/d 30 1,5 Setiap 2 tahun
Auditor Ahli
- Auditor Ahli Pertama III/a 50 3 Selama dlm pkt III/a
III/b 50 3 Selama dlm pkt III/b
- Auditor Ahli Muda III/c 100 8 Selama dlm pkt III/c
III/d 100 8 Selama dlm pkt III/d
- Auditor Ahli Madya IV/a 150 15 Selama dlm pkt IV/a
IV/b 150 15 Selama dlm pkt IV/b
IV/c 150 15 Selama dlm pkt IV/c
- Auditor Ahli Utama IV/d 200 30 Selama dlm pkt IV/d
IV/e 50 15 Setiap 2 tahun
Sesuai dengan ketentuan tersebut di atas, untuk dapat naik pangkat setingkat
lebih tinggi, seorang PFA disyaratkan memperoleh angka kredit sejumlah tertentu
dari unsur Pengembangan Profesi yang dikumpulkan selama dalam pangkat
terakhir. Perolehan angka kredit Pengembangan Profesi ini bersifat penambahan
baru (delta) selama dalam pangkat terakhir, dan bukan kumulatif.
Sebagai contoh, seorang Auditor Ahli Muda berpangkat Penata (Gol. III/c), untuk
naik pangkat ke Penata Tk. I (Gol. III/d), disamping memenuhi persyaratan
lainnya, disyaratkan untuk mengumpulkan angka kredit, dengan ketentuan
sebagai berikut:
Jumlah angka kredit ini bersifat kumulatif, dalam arti apabila yang
bersangkutan telah memiliki angka kredit sejumlah 225 pada saat naik
pangkat ke Gol III/c, maka untuk mencapai angka kredit sejumlah 300 (angka
kredit minimal Gol. III/d), yang bersangkutan cukup mengumpulkan angka
kredit sejumlah 75, dengan memperhatikan komposisi Unsur Utama dan
Penunjang tersebut di atas.
Perolehan angka kredit ini bersifat delta (diperoleh selama dalam pangkat
terakhir), dalam arti angka kredit Pengembangan Profesi yang diperoleh
dalam pangkat sebelumnya (Gol. III/b) tidak dapat mengurangi kewajiban
memperoleh angka kredit Pengembangan Profesi selama dalam Gol. III/c.
a. Diklat Fungsional
b. Diklat Teknis
a. Diklat Prajabatan
b. Diklat ADUM / Diklatpim IV
c. Diklat SPAMA / Diklatpim III
d. Diklat SPAMEN / Diklatpim II
e. Diklat Manajerial Pengawasan
f. Diklat TOT
Bagi PFA yang memperoleh Sertifikat Mengikuti (untuk diklat yang tidak
mengharuskan ujian) atau Sertifikat Lulus (untuk diklat yang mengharuskan ujian)
atas diklat yang dapat dikategorikan sebagai unsur Pengembangan Profesi,
dapat mengajukan angka kredit sebagai unsur Pengembangan Profesi. Angka
kredit kegiatan tersebut dihitung dengan menggunakan tarif angka kredit sub
unsur Mengikuti Diklat Kedinasan serta memperoleh STTPL (sub unsur
kegiatan Pendidikan), sesuai dengan jumlah jam pelatihan yang tercantum dalam
sertifikat, namun dalam DUPAK diajukan sebagai perolehan angka kredit Unsur
Pengembangan Profesi.
Bagi PFA yang mengikuti / lulus diklat yang tidak dapat dikategorikan sebagai
unsur Pengembangan Profesi, angka kredit kegiatan tersebut dihitung dengan
menggunakan tarif angka kredit sub unsur Mengikuti Diklat Kedinasan serta
memperoleh STTPL (sub unsur kegiatan Pendidikan), sesuai dengan jumlah
jam pelatihan yang tercantum dalam sertifikat, dan dalam DUPAK diajukan
sebagai perolehan angka kredit Unsur Pendidikan.
pihak kejaksaan, atau pemaparan hasil pemeriksaan oleh tim audit di hadapan
pejabat eselon I dan II, sehingga diperlukan penjelasan yang membedakan
kegiatan-kegiatan tersebut.
Dilain pihak, kegiatan ekspose yang lazim dilakukan oleh auditor pada saat
pemaparan hasil pemeriksaan kepada pihak kejaksaan, atau pemaparan hasil
pemeriksaan oleh tim audit di hadapan pejabat eselon I dan II, adalah
merupakan bagian dari kegiatan Pengawasan dan tidak termasuk kegiatan
Pengembangan Profesi. Perlakuan angka kredit atas kegiatan ini adalah sebagai
berikut:
29. Pertanyaan:
Apakah benar bahwa dalam pengangkatan kembali sebagai Auditor
Pelaksana Lanjutan (III/a) tidak mempertimbangkan perolehan angka kredit
dari unsur pengembangan profesi, yang penting jumlah angka kredit
kumulatifnya mencapai 100
Jawaban:
Komposisi perolehan angka kredit yang mensyaratkan adanya perolehan
angka kredit sejumlah tertentu (delta) dari unsur pengembangan profesi
digunakan untuk kenaikan pangkat/jabatan. Hal ini sesuai dengan Keputusan
Kepala BPKP No. Kep-13.00.00-125/K/1997 angka VI huruf E hal. 175.
30. Pertanyaan:
Angka kredit untuk pengembangan profesi jika melebihi yang diperlukan
untuk kenaikan pangkat tidak bisa ditabung untuk periode kenaikan pangkat
berikutnya dan jika tidak dimasukkan pada periode kenaikan pangkat
sekarang akan hangus tidak bisa dipakai untuk mendapatkan angka kredit
lagi. Hal tersebut sangat membatasi kreativitas PFA yang aktif misalnya
dalam hal menulis artikel, dan menyusahkan PFA yang agak susah untuk
mendapatkan angka kredit dari pengembangan profesi.
Jawaban:
Sebagai contoh, seorang Auditor Pelaksana gol. II/b memiliki angka kredit
pengembangan profesi 1,5 atau lebih besar 0,5 dari yang dipersyaratkan
untuk kenaikan pangkat ke gol II/c. Pada saat yang bersangkutan akan naik
pangkat dari II/c ke II/d tetap diharuskan memperoleh angka kredit
pengembangan profesi 1 angka kredit.
Kelebihan angka kredit sebesar 0,5, yang diperoleh pada saat yang
bersangkutan berada gol II/c, tidak dapat diperhitungkan untuk mengurangi
persyaratan angka kredit pengembangan profesi untuk kenaikan pangkat
berikutnya. Ketentuan tersebut secara implisit menunjukkan bahwa Auditor
senantiasa dituntut untuk selalu mengembangkan dan mempertahankan
kemampuan profesionalnya secara berkelanjutan.
(Lihat juga Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2001 hal. 24
pertanyaan no. 56)
31. Pertanyaan:
Dalam Prosedur Kegiatan Baku Penilaian dan Penetapan Angka Kredit (SOP
PPAK) disebutkan antara lain bahwa kegiatan pengembangan profesi tidak
memerlukan Surat Tugas, sebagai berikut :
Jawaban:
Pada dasarnya kegiatan pengembangan profesi merupakan suatu kegiatan
yang inisiatifnya berasal dari diri PFA yang bersangkutan dalam upayanya
menjaga dan mengembangkan profesinya. Sebagai contoh adalah kegiatan
menerjemahkan buku dan berpartisipasi secara aktif dalam penerbitan.
32. Pertanyaan:
Diklat sertifikasi dapat diperhitungkan sebagai unsur pengembangan profesi
dan perhitungannya dilakukan setelah terbit sertifikat kelulusan (STTPP).
Pengakuan angka kredit yang dilakukan setelah terbitnya STTPP dapat
menghambat kenaikan pangkat karena angka kredit tersebut dibutuhkan
untuk unsur pengembangan profesi, sehingga STTPP bukan sekedar hanya
untuk kenaikan jabatan, sementara STTPP sering terlambat terbit. Untuk
mengatasi masalah tersebut, diusulkan agar angka kredit dapat diberikan
kepada PFA tanpa harus menunggu terbitnya STTPP, namun dapat diberikan
berdasarkan keterangan lulus dari Kepala Pusdiklatwas atau Kepala Pusbin
JFA.
Jawaban:
Untuk kepentingan pengusulan angka kredit unsur pengembangan profesi
dari kegiatan mengikuti diklat dapat dilakukan dengan surat keterangan lulus
dari Kepala Pusdiklatwas, namun untuk dokumen usulan kenaikan
pangkat/jabatan tetap harus melampirkan sertifikat STTPP karena pihak BKN
menghendaki bukti fisik legal (Lihat juga jawaban pertanyaan no. 6 di atas)
33. Pertanyaan:
Dengan terbitnya SE baru yang membedakan Diklat sebagai unsur
Pendidikan dan Diklat yang menjadi unsur Pengembangan Profesi, maka
unsur pendidikan yang dapat dinilai angka kreditnya menjadi rancu. Kami
menghargai ide tersebut karena dilakukan dalam rangka membantu para PFA
mendapatkan nilai dari unsur Pengembangan Profesi. Namun demikian, ide
tersebut harus didukung dengan rasionalisasi yang jelas, jangan justru
mengaburkan yang sebelumnya telah jelas
Jawaban:
Dasar pemikiran mengelompokkan beberapa jenis diklat yang diatur dalam
SE Kapusbin JFA No. SE-06.04.00-27/PJFA/2002 tanggal 18 Januari 2002
tidak semata-mata dimaksudkan dalam rangka membantu para PFA
34. Pertanyaan:
AK pengembangan profesi dari selain PKS dan Diklat sulit diperoleh oleh
pegawai secara umum, sementara Diklat sendiri belum dapat merata kepada
seluruh pegawai. Apakah diklat dari luar Pusdiklatwas seperti PPL Profesi
dapat diberikan AK yang sepadan?
Jawaban
Kegiatan PPL Profesi yang dilakukan di luar kedinasan (diluar Pusdiklatwas)
dapat diberikan angka kredit apabila materi yang diberikan terkait dengan
pengawasan dan peningkatan kemampuan PFA di bidang pengawasan.
Agar kegiatan tersebut dapat dinilai angka kreditnya, harus memenuhi
persyaratan yang ditentukan, antara lain didukung dengan surat penugasan
oleh Pejabat yang berwenang dan sertifikat atas kegiatan tersebut.
(Lihat juga Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2001 hal. 11
pertanyaan no. 23)
35. Pertanyaan:
a. PFA telah diperintahkan untuk mengikuti Diklat misalnya LAKIP atau
SAKD, setelah mengikuti, PFA diberikan angka kredit pada
pengembangan profesi, yang menjadi masalah adalah pada waktu
pemberian nilai/ angka kredit tarif apa yang dipakai, apakah tarif jam diklat
atau tarif lainnya yang ada pada kegiatan pengembangan profesi
(misalnya : tarif peserta PKS atau tarif lainnya)
b. Permasalahan lain yang timbul adalah bila PFA yang telah menerima
pelajaran selama Diklat tersebut diperintahkan untuk mensosialisasikan
kepada PFA lainnya dalam PKS. Apakah pada kegiatan melakukan
sosialisasi tersebut PFA yang mensosialisasikan diberikan angka kredit
peserta PKS (Pemrasaran) atau sebagai angka kredit penunjang
(mengajar)
Jawaban
a. PFA yang mengikuti diklat LAKIP atau SAKD dapat diberikan angka kredit
pengembangan profesi apabila didukung dengan dokumen norma hasil
yang memadai. Pemberian angka kredit untuk diklat yang termasuk dalam
kelompok Pengembangan Profesi adalah dengan menggunakan besaran
angka kredit unsur pendidikan sub unsur mengikuti diklat kedinasan serta
memperoleh STTPP sesuai Lampiran 1 Keputusan Menpan No. 19/1996,
namun dalam DUPAK dan SK PAK dikelompokkan sebagai perolehan
angka kredit unsur pengembangan profesi. (Lihat juga Himpunan Tanya
Jawab Seputar JFA Tahun 2002 Hal. 19 pertanyaan no. 18)
b. Dalam hal PFA yang telah mengikuti diklat ditugaskan menyampaikan
materi diklat (mensosialisasikan) kepada PFA lainnya pada unit kerja
yang sama (dalam forum PKS), maka PFA yang menyampaikan materi
tersebut diberikan angka kredit pengembangan profesi kegiatan PKS,
sebagai pemrasaran. Untuk kegiatan mensosialisasikan kepada unit kerja
lain, dalam SE No. 1079/JF.1/2002 sebagaimana telah diubah dengan SE
No. 91/JF.1/2003 tentang Penegasan Hasil Rakor JFA dan Kepegawaian
2002, pada point 6 disebutkan bahwa pemberian angka kredit untuk
kegiatan sosialisasi antar unit, misalnya dalam sosialisasi Akuntabilitas,
SAKD, dan lainnya yang dilakukan oleh PFA dari BPKP Pusat ke
Perwakilan atau dari Perwakilan ke unit kerja lain, misalnya Bawasda,
diberlakukan sebagai berikut:
36. Pertanyaan:
Apakah ada persyaratan yang mengatur mengenai penyelenggaran
workshop, berapa angka kredit yang diberikan untuk penyelenggaraan
(moderator, notulen) maupun bagi peserta?
Jawaban
Dalam ketentuan JFA, tidak diatur secara spesifik mengenai
penyelenggaraan workshop, dalam Forum 2003 disepakati bahwa pada
dasarnya suatu workshop (bengkel kerja) adalah merupakan pelatihan
mengenai suatu topik atau keahlian tertentu. Kegiatan workshop umumnya
berupa interaksi antara Instruktur dan Peserta, sehingga tidak dibutuhkan
adanya moderator dan notulis. Angka kredit bagi Instruktur disepadankan
dengan kegiatan Melaksanakan Penyuluhan di bidang Pengawasan,
sedangkan bagi Peserta merupakan kegiatan PKS. (Lebih lanjut lihat Surat
Edaran Kepala Pusbin JFA No. SE-769/JF/1/2003 tanggal 14 Juli 2003
perihal Penegasan Hasil Forum JFA dan Kepegawaian Tahun 2003).
37. Pertanyaan:
Pedoman penyusunan makalah bagi PFA belum seragam, mulai dari
penetapan judul sampai dengan perolehan angka kredit dari Tim Penilai
Makalah, mengakibatkan :
a. Ada berbagai persepsi penyusunan makalah yang mengarah kepada
penyederhanaan dalam usaha memperoleh angka kredit maksimal
b. Menimbulkan peluang menjiplak milik orang lain dalam upaya memperoleh
angka kredit dari unsur penyusunan makalah
Jawaban:
Pedoman penyusunan karya tulis/karya ilmiah yang disusun oleh Pusbin JFA
telah memasuki tahap due process. Sementara pedoman tersebut dalam
proses penyusunan, penentuan kriteria khusus karya tulis/karya ilmiah untuk
penilaian angka kredit diserahkan kepada Pejabat yang Berwenang
Menetapkan Angka Kredit dengan memperhatikan kriteria umum
sebagaimana diuraikan dalam Keputusan Kepala BPKP No. Kep-13.00.00-
125/K/1997 huruf c angka 2 hal. 163-167 dan kelaziman yang diterima secara
umum.
Apabila unit kerja telah menyusun suatu pedoman karya tulis/karya ilmiah
yang berlaku setempat, diharapkan pedoman tersebut disampaikan pula ke
Pusbin JFA sebagai masukan dalam perumusan pedoman yang sedang
dilakukan.
38. Pertanyaan
Apakah majalah Warta Pengawasan termasuk majalah ilmiah atau majalah
populer dan mohon dapat dibuatkan kriteria majalah ilmiah dan majalah
populer berikut contohnya.
Jawaban:
Warta Pengawasan dapat dianggap sebagai majalah ilmiah sebagaimana
dimaksud dalam Keputusan Kepala BPKP No. Kep-13.00.00-125/K/1997
huruf c angka 2 hal. 163, dengan memperhatikan kolom / rubrik yang
disediakan untuk tulisan ilmiah. Penetapan lebih lanjut kriteria majalah ilmiah
akan dituangkan dalam pedoman karya tulis/karya ilmiah yang masih dalam
proses penyusunan.
39. Pertanyaan :
Bagi para PFA yang telah mengikuti diklat teknis tertentu misal Audit
Perminyakan, Pinjaman Hibah Luar Negeri dan diklat teknis lainnya, pada
Jawaban
Dalam hal PFA yang telah mengikuti diklat ditugaskan menyampaikan materi
diklat (mensosialisasikan) kepada PFA lainnya pada unit kerja yang sama
(dalam forum PKS), maka PFA yang menyampaikan materi tersebut diberikan
angka kredit pengembangan profesi kegiatan PKS, sebagai pemrasaran.
(Lihat juga jawaban pertanyaan no. 35 huruf b diatas).
40. Pertanyaan:
a. Dalam melaksanakan PKS, kami membuat susunan yang ada sebagai
penyaji makalah, moderator dan notulis.
b. Dalam Surat Edaran Kepala Pusbin JFA No. SE- 1079/JF1/2002 tanggal
20 Desember 2002, butir 8 dinyatakan bahwa perolehan sertifikat brevet
pajak dapat diberikan angka kredit unsur pengembangan profesi. Terdapat
PFA yang memiliki sertifikat brevet pajak yang diperoleh pada tahun 2000
yang belum diberi angka kredit karena SE baru keluar tahun 2002.
Jawaban
1. Perolehan angka kredit untuk moderator atau nara sumber dalam PKS
disamakan dengan peran pemrasaran dalam PKS tersebut. Sedangkan
jumlah notulis dalam suatu kegiatan PKS disesuaikan dengan kebutuhan.
(Lihat juga Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2002 hal. 46
pertanyaan no. 54).
2. Sertifikat brevet pajak yang diperoleh pada tahun 2000 tidak dapat
diberikan angka kredit karena SE-1079/JF.1/2002 sebagaimana telah
dirubah dengan SE-91/JF.1/2003 tentang Penegasan Hasil Rakor JFA dan
Kepegawaian 2002, mulai diberlakukan per 1 Juli 2002.
41. Pertanyaan :
a. Dalam pelaksanaan kegiatan PKS apakah diperkenankan Pemrasaran
dan Notulen lebih dari satu orang dan jika diperkenankan berapa angka
kredit yang dapat diberikan untuk masing masing pemrasaran dan
notulis?
b. Sehubungan banyaknya PFA yang akan naik pangkat terganjal dengan
persyaratan delta nilai pengembangan profesi dari kenaikan pangkat
sebelumnya ke kenaikan pangkat berikutnya, mohon delta nilai
pengembangan profesi untuk setiap jenjang kenaikan pangkat/ jabatan
dapat ditinjau kembali besarannya.
c. Bagi para PFA yang ditempatkan di Tim Policy Evaluation sering
melaksanakan kegiatan sebagai instruktur PE, namun pemberian angka
kreditnya dibedakan, bagi penerima/ peserta dianggap sebagai kegiatan
pengawasan (karena tugasnya adalah melakukan sosialisasi), sehingga
kapan tim PE dapat memperoleh angka kredit pengembangan profesinya?
d. Dalam pelaksanaan kegiatan Seminar dalam prakteknya sebagai
pemrasaran, moderator/ pembahas/ nara sumber mungkin bisa lebih dari
satu orang, misalnya kalau satu orang mendapat nilai 3 atau 2, maka
apabila Pemrasaran, Moderator/ pembahas/ nara sumber lebih dari satu
atau ekstrimnya tujuh orang apakah pemberian angka kreditnya masing
masing mendapat angka kredit 3 atau 2 tergantung perannya atau 3 atau
2 dibagi 7, jadi masing masing mendapat nilai 0,428 atau 0,285
Jawaban
a. Apabila dalam suatu kegiatan PKS terdapat dua orang Pemrasaran,
masing-masing diberikan angka kredit sesuai lampiran I.A dan I.B
Keputusan MENPAN No.19/1996.
42. Pertanyaan:
Banyak persepsi yang berbeda mengenai syarat PKS di unit-unit di daerah
karena belum dibuatkan pedoman tersendiri secara teknis mengenai
pelaksanaan PKS
Jawaban:
Bukti fisik pelaksanaan PKS yang dapat diusulkan dalam penilaian angka
kredit berdasarkan Kep-13.00.00-125/K/1997/1997 (Juknis) pada hal. 168
adalah Rencana PKS dari Kepala / Pimpinan Unit Organisasi, Daftar Hadir,
Makalah dari Pemrasaran, dan Notulen hasil PKS yang berisi kesimpulan.
Pedoman lebih lanjut dapat dilihat dalam Kep-817/K/JF/2002 tentang SOP
Penilaian dan Penetapan Angka Kredit, yakni pada hal. 25 menyebutkan
bahwa apabila di lingkungan unit telah ditetapkan adanya koordinator PKS,
dokumen pendukung di atas dapat diganti dengan Laporan PKS yang dibuat
oleh Koordinator PKS dan ditandatangani oleh Kepala / Pimpinan Unit.
(Lihat juga Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2002 halaman 47
pertanyaan No. 56).
43. Pertanyaan:
Seringkali pelaksanaan PKS kurang dari 5 jam sebagaimana diharapkan agar
memberikan manfaat bagi peserta PKS. Dapatkah PKS tersebut memperoleh
angka kredit satu kali kegiatan?
Jawaban:
Perhitungan angka kredit yang diakui untuk kegiatan PKS adalah per hari
kegiatan. Agar memberikan manfaat bagi peserta PKS, maka lamanya
pelaksanaan PKS diharapkan tidak kurang dari 5 jam per hari. (Lihat juga
Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2001 hal. 28 pertanyaan no. 69).
44. Pertanyaan:
Pelaksanaan PKS bersamaan dengan pelaksanaan tugas pemeriksaan dan
PFA mengklaim angka kredit keduanya.
Jawaban:
Kedua kegiatan (pemeriksaan dan PKS) dapat diakui angka kreditnya
sepanjang tidak melebihi HP maksimal 237 hari per tahun (untuk unit dengan
5 hari kerja/minggu) atau 289 hari per tahun (untuk unit dengan 6 hari kerja
per tahun). (Lihat juga jawaban mengenai HP Maksimal pada pertanyaan no.
7 di atas).
45. Pertanyaan:
PFA sering diminta memberikan masukan perbaikan atau komentar mengenai
draft / pedoman audit dari BPKP Pusat. Apakah kegiatan ini tidak bisa
dimasukkan dalam unsur Pengembangan Profesi, mengingat diperlukan
tenaga, waktu, dan pikiran lebih banyak dari pada menyiapkan kegiatan PKS
Jawaban:
Kegiatan memberikan masukan (dalam tahap due- process) secara tertulis
atas draft / pedoman / modul / fatwa di bidang pengawasan tidak dapat
diklasifikasikan sebagai unsur pengembangan profesi, tetapi diklasifikasikan
ke dalam unsur pengawasan butir kegiatan Mempersiapkan bahan untuk
tujuan tertentu.
46. Pertanyaan:
Ketika Tim melaksanakan sosialisasi dan asistensi LAKIP, Tim juga
melaksanakan expose kepada para pejabat Pemda, tetapi atas kegiatan
tersebut tidak diberikan angka kredit expose (Pengembangan Profesi).
Jawaban:
Kegiatan expose pada para pejabat Pemda di atas dilakukan dalam kaitannya
dengan kegiatan asistensi dan sosialisasi LAKIP, sehingga tidak dapat
diberikan angka kredit terpisah sebagai unsur pengembangan profesi
kegiatan berpartisipasi secara aktif dalam pemaparan (expose) di bidang
pengawasan. Kegiatan expose yang dimaksud dalam unsur pengembangan
profesi adalah kegiatan memberikan masukan (dalam tahap due- process).
47. Pertanyaan:
Sesuai dengan pedoman yang berlaku sekarang bahwa ekspose terhadap
pemeriksaan khusus atau pemeriksaan lainnya, tidak dapat dianggap sebagai
ekspose intern atau ekstern, tetapi merupakan bagian dari hasil pemeriksaan.
Jawaban:
Angka kredit ekspose pemeriksaan khusus, bagi PFA yang terlibat dalam Tim
pemeriksaan tersebut, dihitung berdasarkan jam penugasan pemeriksaan
khusus (unsur pengawasan) dengan pertimbangan bahwa ekspose dimaksud
merupakan bagian dari tahapan pemeriksaan khusus.
Bagi PFA yang tidak terlibat dalam pemeriksaan tersebut namun mengikuti
pemaparan, dapat diberikan angka kredit pengembangan profesi sebagai
peserta PKS dan dalam pengusulan angka kreditnya harus dilengkapi dengan
dokumen-dokumen terkait dengan pelaksanaan PKS. (Lihat juga Himpunan
Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2000 hal. 14 pertanyaan no. 30).
48. Pertanyaan:
a. Pihak Kejaksaan maupun Kepolisian sering mengadakan expose baik di
Kantor Perwakilan BPKP maupun di kantor mereka terkait dengan kasus
yang dimintakan audit atau menghitung kerugian negara dengan dihadiri
pejabat dan beberapa PFA yang ditunjuk. Untuk PFA yang mengikuti
expose tersebut apakah mendapat angka kredit melalui pengembangan
profesi?
b. Expose hasil audit khusus di Kejaksaan tidak mendapat angka kredit dari
unsur pengembangan profesi pada sub unsur expose hasil pengawasan
dengan argumentasi hal itu merupakan satu kesatuan dengan audit
khususnya. Bersama ini minta pertimbangan lagi karena biasanya expose
di Kejaksaan agak jauh waktunya dari lingkup waktu surat tugas audit
khususnya dan expose di Kejaksaan bukan satu-satunya hasil akhir suatu
audit khusus sehingga penghargaan kepada tim yang berhasil membawa
kasus tersebut ke Kejaksaan dapat dalam bentuk angka kredit dari hasil
expose tersebut.
Jawaban:
a. Bagi PFA yang menjadi peserta dalam ekspose baik di Kantor Perwakilan
BPKP maupun di kantor kejaksaan/kepolisian, terkait dengan kasus yang
dimintakan audit atau menghitung kerugian negara, dapat diberikan angka
kredit Pengembangan Profesi sebagai Peserta PKS.
b. Ekspose audit khusus yang dilakukan dalam rangka mematangkan materi
temuan yang akan dituangkan dalam LHP merupakan bagian dari
penugasan audit khusus, sehingga tidak diberikan angka kredit tersendiri.
Untuk ekspose hasil audit khusus yang dilakukan setelah LHP terbit
(penugasan audit khusus telah selesai), kegiatan tersebut dapat
disepadankan dengan unsur pengawasan kegiatan Memaparkan Hasil
Pengawasan
E. PENUNJANG PENGAWASAN
Secara garis besar, permasalahan yang telah dibahas dalam Forum Komunikasi
JFA dan Kepegawaian Tahun 2003 mengenai topik ini antara lain adalah sebagai
berikut:
Kegiatan mengajar / melatih pada diklat pegawai adalah merupakan salah satu
kegiatan yang termasuk dalam Unsur Penunjang. Hal yang umumnya
dipertanyakan mengenai kegiatan ini adalah mengenai perlakuan angka kredit
atas kegiatan persiapan yang dilakukan dalam rangka melaksanakan kegiatan
mengajar / melatih dimaksud, mengingat angka kredit yang tercantum dalam
Keputusan MENPAN No. 19/1996 hanyalah atas kegiatan mengajar / melatih
(dengan besaran angka kredit 0,024 setiap 2 jam).
Hal lain yang umumnya dipertanyakan adalah mengenai ruang lingkup suatu
organisasi profesi (Tingkat Internasional / Nasional / Provinsi). Dalam Forum
Komunikasi JFA dan Kepegawaian Tahun 2003 disepakati bahwa kriteria
organisasi profesi yang bersifat internasional / nasional / provinsi antara lain
didasarkan pada ruang lingkup kegiatan dan keanggotaannya. Organisasi profesi
dianggap bersifat internasional apabila ruang lingkup kegiatan dan
keanggotaannya meliputi antar negara. Demikian pula, organisasi profesi bersifat
nasional apabila kegiatan dan keanggotaannya bersifat nasional, serta bersifat
Provinsi apabila kegiatan dan keanggotannya hanya berada dalam ruang lingkup
suatu Provinsi.
IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) baik Pusat maupun Cabang adalah organisasi
yang bersifat nasional, sehingga seorang PFA yang menjadi anggota IAI Cabang
pada Provinsi X juga dianggap sebagai anggota organisasi profesi yang bersifat
nasional.
49. Pertanyaan:
Kegiatan Mengajar / Melatih pada Diklat Pegawai diberikan angka kredit yang
terlalu kecil yaitu 0,024 setiap 2 jam. Dalam rangka mengajar, selain proses
mengajar, PFA harus menyiapkan transparan bahan yang akan diajarkan.
Selama ini, untuk hal yang demikian tidak dipertimbangkan dalam penilaian
angka kredit.
Jawaban
Pada dasarnya berbagai kegiatan Mengajar dan Melatih pada Diklat
Pegawai, termasuk penyiapan bahan ajar berupa modul, transparan dan
persiapan lainnya merupakan bidang tugas / domain jabatan fungsional
Widyaiswara. Namun demikian, kami sependapat dengan anda bahwa dalam
kenyataannya PFA memang sering ditugaskan untuk Mengajar dan Melatih
pada Diklat Pegawai atau mempersiapkan transparan bahan yang akan
diajarkan, atau keduanya. Oleh sebab itu, dalam Forum Komunikasi JFA dan
Kepegawaian telah disepakati bahwa kegiatan mempersiapkan materi /
bahan dalam rangka mengajar / melatih pada diklat pegawaian dapat
diberikan angka kredit unsur pengawasan kegiatan mempersiapkan bahan
untuk tujuan tertentu yang didasarkan pada surat tugas/nota dinas minimal
dari pejabat eselon III.
Dalam surat tugas/nota dinas tersebut agar dicantumkan lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk mempersiapkan bahan tersebut dan nama diklat pegawai
yang akan dilakukan.
50. Pertanyaan:
Siapa yang berhak menandatangani Surat Tugas mengajar, apakah ada
persyaratan lainnya yang harus dilengkapi untuk pengajuan angka kredit?
Jawaban
Berdasarkan SE-06.04.00-1485/DI/1999, pada butir VIII Penugasan
Pengawasan dan Penilaian Angka Kredit, untuk penugasan yang bersifat
ekstern maka surat tugas (ST) ditandatangani oleh minimal pejabat eselon II,
sedangkan untuk penugasan intern dapat ditandatangani oleh minimal
pejabat eselon III.
51. Pertanyaan:
PFA pada Perwakilan BPKP di daerah menjadi anggota IAI cabang Jakarta.
PFA yang bersangkutan mengajukan usulan agar diberikan angka kredit 0,50
per tahun.
Jawaban:
Dalam ketentuan JFA, tidak diatur secara tegas batasan organisasi profesi
tingkat nasional dan internasional. Namun demikian, dalam Forum
Komunikasi JFA dan Kepegawaian Tahun 2003 disepakati bahwa
berdasarkan ruang lingkupnya, IAI merupakan organisasi yang bersifat
nasional. PFA yang memiliki kartu keanggotaan IAI cabang Jakarta,
walaupun yang bersangkutan dipindahtugaskan ke Perwakilan/Unit Kerja di
luar Jakarta, dapat diberikan angka kredit unsur penunjang sebesar 0,75 per
52. Pertanyaan:
Apa kriteria menjadi anggota organisasi profesi (Ikatan Akuntan Publik)
tingkat Internasional / Nasional? Berapa angka kredit untuk keanggotaan
Ikatan Akuntan Indonesia bagi PFA yang berada di BPKP Perwakilan?
Jawaban:
Kriteria organisasi profesi yang bersifat internasional / nasional / provinsi
antara lain didasarkan pada ruang lingkup kegiatan dan keanggotaannya.
Organisasi profesi dianggap bersifat internasional apabila ruang lingkup
tersebut meliputi antar negara.
IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) baik Pusat maupun cabang adalah organisasi
yang bersifat nasional, dan PFA yang menjadi anggota aktif memperoleh
angka kredit 0,75 per tahun.
53. Pertanyaan:
PFA melakukan sosialisasi/asistensi LAKIP di lingkungan Pemerintah
kabupaten/Kota. Setelah selesai penugasan, PFA yang bersangkutan
menerima surat penghargaan dari Bupati/Walikota. PFA yang bersangkutan
mengusulkan agar diberikan angka kredit atas Surat Penghargaan yang
diterima dari Bupati/Walikota.
Jawaban:
Surat Penghargaan yang diperoleh PFA bersangkutan didasarkan pada
kegiatan sosialisasi/asistensi LAKIP (kegiatan pengawasan yang
dilaksanakan dengan rentang waktu sesuai dengan penugasan yang
diberikan). Sesuai Keputusan Kepala BPKP No. Kep.13.00.00-125/K/1997
angka VI huruf c dinyatakan bahwa kriteria pemberian penghargaan atau
tanda jasa adalah karena adanya prestasi kerja yang dicapai seseorang
dalam pengabdian, secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama,
kepada nusa/bangsa dan negara.
54. Pertanyaan:
Menjadi anggota dalam Satgas tidak diakui/ diberi nilai angka kredit
Kepanitiaan
Jawaban:
Atas penunjukkan PFA sebagai bagian dari Satgas tidak diberikan angka
kredit kepanitian, namun atas penugasan-penugasan yang dilakukan
diberikan angka kredit sesuai dengan kegiatannya yang dibuktikan dengan
ST/ND masing-masing kegiatan. (Lihat juga Himpunan Tanya Jawab Seputar
JFA Tahun 2002 halaman 54 pertanyaan nomor 68).
55. Pertanyaan:
Unsur kegiatan kepanitiaan secara teknis tidak jelas, panitia apa saja yang
boleh diajukan dalam DUPAK, sehingga di perwakilan terdapat PFA
mengajukan 10 jenis kepanitiaan dalam satu semester dikali tarif 0,5
sehingga diperoleh angka kredit 5 per semester dari unsur kepanitiaan.
Sesuai Kep-817/K/JF/2002 tentang SOP Penilaian dan Penetapan Angka
kredit, angka kredit kepanitiaan yang dapat diusulkan adalah hanya satu kali
kepanitiaan dalam satu tahun. Namun tetap tidak jelas, kepanitiaan apa saja
yang boleh dan tidak boleh diajukan angka kreditnya ?
Jawaban:
Sesuai SK Menpan 19/1996, kepanitiaan yang dapat diberikan angka kredit
adalah kepanitiaan intra atau antar instansi dan memperoleh angka kredit 0,5
per tahun. Perumusan lebih lanjut mengenai kriteria batasan dan jenis
kepanitiaan yang dapat diberikan angka kredit akan dilakukan oleh Tim Revisi
Ketentuan JFA.
56. Pertanyaan:
Sub unsur menjadi anggota dalam kepanitiaan intra atau antar instansi,
diberikan angka kredit sekali dalam kepanitiaan (0,50) setahun. Masih rancu
karena belum jelas berapa lama umur/ kegiatan dimaksud.
Jawaban:
Angka kredit kepanitiaan diberikan sesuai dengan keanggotaan dalam panitia
tersebut tanpa melihat jangka waktu atau masa kerja dalam kepanitiaan.
Angka kredit kepanitiaan dengan jangka waktu kepanitiaan kurang dari 1
tahun dapat diajukan segera setelah selesainya kepanitiaan tersebut. Untuk
kepanitiaan dengan jangka waktu lebih dari 1 tahun, angka kredit dapat
diajukan setiap tahun. (Lihat juga Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA
Tahun 2002 halaman 55 pertanyaan no. 70).
Permasalahan yang dibahas dalam bagian ini berkenaan dengan organisasi JFA,
mekanisme mutasi PFA, dan penatausahaan kegiatan yang menyangkut JFA.
Secara garis besar, permasalahan yang telah dibahas dalam Forum Komunikasi
JFA dan Kepegawaian Tahun 2003 mengenai organisasi, mutasi, dan tata usaha
JFA antara lain adalah sebagai berikut:
1. Periode Reguler
Setiap bulan Januari (untuk kegiatan periode Juli s.d Desember) dan Juli
(untuk kegiatan periode Januari s.d Juni) sesuai dengan Pasal 13 Keputusan
MENPAN No. 19/1996. Pada kegiatan penilaian ini seluruh PFA diwajibkan
untuk menyampaikan DUPAK.
2. Periode Tambahan
Khusus bagi PFA yang pada periode penilaian reguler, angka kreditnya belum
memenuhi syarat untuk naik pangkat dan diperkirakan dapat mencapai
tambahan angka kredit yang dibutuhkan pada periode 2 (dua) bulan
berikutnya, dapat mengajukan DUPAK untuk masa paling lama periode 2
(dua) tersebut. Penilaian dalam periode tambahan ini dilakukan dengan
memperhatikan bahwa SK PAK tersebut harus ditetapkan sebelum tanggal
kenaikan pangkat dan batas waktu pengajuan usulan kenaikan pangkat ke
BKN. PFA yang dapat mengajukan DUPAK untuk periode tambahan adalah
PFA yang telah menyampaikan DUPAK pada periode reguler.
3. Periode Lainnya
Penilaian angka kredit dilakukan untuk keperluan tertentu, seperti pada saat
akan dilakukan pembebasan sementara, perpindahan unit kerja, atau
pengangkatan kembali/pengangkatan pertama ke dalam JFA.
Pada saat PFA, baik karena permintaan sendiri maupun untuk kepentingan
dinas, mengalami perpindahan unit kerja, sering timbul permasalahan berkaitan
dengan administrasi kepegawaian PFA yang bersangkutan, antara lain:
Dalam proses Pengangkatan Kembali ke dalam JFA bagi PFA yang Dibebaskan
Sementara dari JFA, terdapat beberapa permasalahan yang umumnya diajukan
oleh unit-unit kerja di lingkungan BPKP, antara lain:
1. Sesuai dengan Pasal 2 ayat (2) Keputusan MENPAN No. 19/1996, JFA
hanya dapat diduduki oleh seorang yang telah berstatus sebagai PNS.
Dengan demikian, Pengangkatan Kembali Ke dalam JFA bagi PFA yang
Dibebaskan Sementara karena menjalani Cuti Di Luar Tanggungan Negara
dapat dilakukan setelah yang bersangkutan secara formal diaktifkan kembali
sebagai PNS. Namun demikian, terhadap penugasan yang telah
dilaksanakan sejak yang bersangkutan diaktifkan dalam penugasan (sejak
tanggal Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas / SPMT) tetap dapat
diberikan angka kredit sebagaimana mestinya.
3. Berdasarkan Pasal 10 ayat (3) SKB Kepala BAKN, Sekjen BEPEKA, dan
Kepala BPKP No. 10 Tahun 1996; No. 49/SK/S/1996; No. Kep-386/K/1996,
PFA yang Dibebaskan Sementara karena tugas belajar dapat
dipertimbangkan kenaikan pangkatnya secara kenaikan pangkat reguler.
Dengan demikian, sepanjang yang bersangkutan berstatus Dibebaskan
Sementara dan belum memenuhi syarat untuk Diangkat Kembali Ke dalam
JFA, maka lulusan D IV STAN dengan pangkat Penata Muda (Gol. III/a)
dapat diproses kenaikan pangkatnya menjadi Penata Muda Tk. I (Gol. III/b).
Sesuai dengan ketentuan dalam angka IX, Keputusan Kepala BPKP No.
Kep-13.00.00-125/K/1997, angka kredit yang digunakan untuk
Pengangkatan Kembali Ke dalam JFA bagi PFA yang Dibebaskan
Sementara karena Tugas Belajar, adalah sejumlah angka kredit pada saat
Pembebasan Sementara ditambah angka kredit yang diperoleh selama
Pembebasan Sementara. Dengan demikian, terhadap penugasan yang
dilaksanakan selama dalam pangkat Penata Muda (Gol. III/a) dapat
diberikan angka kredit sebagaimana mestinya.
Secara rinci, permasalahan yang berkenaan dengan organisasi, mutasi, dan tata
usaha JFA serta solusinya diuraikan dalam tanya jawab berikut:
57. Pertanyaan:
Penetapan periode penilaian DUPAK sebanyak dua kali dalam setahun
sesuai Keputusan MENPAN No. 19 Tahun 1996 pada prakteknya sulit
dilakukan.
Jawaban:
Pengaturan periode penilaian angka kredit dilakukan dengan salah satu
tujuannya adalah terwujudnya penetapan angka kredit secara tepat waktu,
sebagai dasar untuk kenaikan pangkat, bahan perencanaan kepesertaan
diklat, dan penjenjangan serta pengembangan peran karir Auditor.
a. Periode Reguler
Setiap bulan Januari (untuk kegiatan periode Juli s.d Desember) dan Juli
(untuk kegiatan periode Januari s.d Juni) sesuai dengan Pasal 13
Keputusan MENPAN No. 19/1996. Pada kegiatan penilaian ini seluruh
PFA diwajibkan untuk menyampaikan DUPAK.
b. Periode Tambahan
Khusus bagi PFA yang pada periode penilaian reguler, angka kreditnya
belum memenuhi syarat untuk naik pangkat dan diperkirakan dapat
mencapai tambahan angka kredit yang dibutuhkan pada periode 2 (dua)
bulan berikutnya, dapat mengajukan DUPAK untuk masa paling lama
periode 2 (dua) tersebut. Penilaian dalam periode tambahan ini dilakukan
dengan memperhatikan bahwa SK PAK tersebut harus ditetapkan
sebelum tanggal kenaikan pangkat dan batas waktu pengajuan usulan
kenaikan pangkat ke BKN. PFA yang dapat mengajukan DUPAK untuk
periode tambahan adalah PFA yang telah menyampaikan DUPAK pada
periode reguler.
c. Periode Lainnya
Penilaian angka kredit dilakukan untuk keperluan tertentu, seperti pada
saat akan dilakukan pembebasan sementara, perpindahan unit kerja, atau
pengangkatan kembali/pengangkatan pertama ke dalam JFA.
58. Pertanyaan:
Untuk pegawai-pegawai titipan (tanpa SK) karena mengikuti suami dan lain-
lain, siapa yang harus menerbitkan SK PAK-nya, Unit kerja asal atau unit
kerja yang menerima titipan ?
Jawaban:
Hal ini tidak secara tegas diatur dalam ketentuan JFA. Untuk mengatasi
kondisi tersebut perlu dilakukan koordinasi antara dua unit terkait. Namun
demikian, untuk tertib administrasi penilaian angka kredit, diterapkan
pengaturan sebagai berikut :
Pada dasarnya penilaian angka kredit dilakukan oleh tim penilai pada unit
kerja dimana PFA yang bersangkutan melaksanakan tugas (unit kerja baru),
mengingat penugasan diberikan oleh pimpinan unit kerja baru. Hasil penilaian
angka kredit tersebut kemudian dikirimkan kepada unit kerja lama sebagai
dasar penerbitan SK PAK. Jadi SK PAK tetap diterbitkan oleh pimpinan unit
kerja lama, mengingat status dan pembinaan kepegawaian PFA yang
bersangkutan secara formal masih berada pada unit kerja lama sampai
diterbitkannya SK Mutasi secara formal. Dalam hal dijumpai keraguan atas
hasil penilaian angka kredit dari unit baru, pimpinan unit kerja lama dapat
mengonfirmasikan hal tersebut ke pimpinan unit kerja baru.
59. Pertanyaan:
Seorang PFA gol. III/d tmt 1 Oktober 2002, jabatan Auditor Penyelia, pindah
ke Perwakilan BPKP XYZ. Pada perwakilan asal, yang bersangkutan telah
memiliki SK Pengangkatan dalam jabatan Auditor Ahli Muda (III/c) tmt 1 Juli
2000, sementara jabatannya saat ini adalah Auditor Penyelia dan tunjangan
yang dibayar sebesar Rp. 350.000,-. Saat ini yang bersangkutan telah
mengikuti diklat Penjenjangan Ketua Tim dan belum lulus.
Jawaban:
Peralihan jabatan Auditor Penyelia ke Auditor Ahli Muda (gol. III/c III/d),
selain memenuhi persyaratan kenaikan jenjang pendidikan Formal (DIII ke
S1), juga harus memiliki sertifikat lulus diklat pindah jalur dan diklat
penjenjangan Ketua Tim, sesuai dengan peran yang akan diduduki dalam
jabatan Auditor Ahli Muda.
Dari kasus di atas, jabatan dan tunjangan yang saat ini diterima oleh yang
bersangkutan telah sesuai dengan ketentuan yaitu Auditor Penyelia dengan
tunjangan Rp 350.000,00. Peralihan jabatan dapat dilakukan setelah yang
bersangkutan lulus sertifikasi diklat penjenjangan Ketua Tim.
Terhadap SK alih jabatan yang terlanjur telah diterbitkan pada perwakilan asal,
hendaknya Perwakilan BPKP XYZ berkoordinasi dengan perwakilan tersebut
untuk menyelesaikan permasalahan ini.
60. Pertanyaan:
Seorang pegawai menjalani Cuti di luar Tanggungan Negara (CLTN) sejak 1
Oktober 1998, dan pada tanggal 1 Oktober 2002 aktif kembali di unit kerja
BPKP. Sampai saat ini belum ada SK pengaktifan kembali, akibatnya
pegawai yang bersangkutan belum bisa diangkat kembali sebagai PFA.
Apakah angka kredit PNS tersebut sejak aktif hingga terbitnya SK pengaktifan
kembali, dapat dihitung dan tidak hangus meskipun lebih dari satu tahun s/d
SK pengaktifan kembali yang bersangkutan diterbitkan BKN.
SK PAK terakhir yang bersangkutan adalah s/d 1 Oktober 1996 dan sejak 1
Nopember 1996 s/d tanggal cuti di luar tanggungan negara belum sempat
diajukan DUPAK-nya.
Jawaban:
Berdasarkan SE Kepala BPKP No. SE-06.04.00 22/K/1999 Romawi V huruf
H angka 3, menyebutkan bahwa Pimpinan Unit Kerja menyampaikan usul
pengangkatan kembali dalam Jabatan Fungsional Auditor kepada Pejabat
Yang Berwenang Mengangkat, Membebaskan Sementara, dan
Memberhentikan PFA, bagi PFA yang telah selesai menjalani cuti di luar
tanggungan negara dan telah diaktifkan kembali pada unit kerja semula.
61. Pertanyaan
Dalam Rakor tahun 2002 diusulkan kepada Sesma untuk merevisi SE Deputi
Bidang Administrasi No. 0604.00.1485/1999 mengenai pengangkatan kembali
PFA tugas belajar 6 bulan setelah mendapat ijazah baru.
Jawaban:
Dalam Rakor Tahun 2002 disepakati akan diusulkan kepada Sekretaris
Utama untuk merevisi isi SE-06.04.00-1485/DI/1999 yang berkaitan dengan
angka kredit pada masa magang, terutama penerapan penggunaan angka
kredit dengan jam diklat bagi pengangkatan kembali JFA yang dibebaskan
sementara karena tugas belajar.
Sampai dengan saat ini, revisi tersebut belum dilakukan karena akan
dilakukan bersamaan dengan revisi terhadap pengangkatan ajun khusus ke
dalam JFA yang juga diatur dalam ketentuan tersebut.
Lulusan program DIV STAN dapat menghitung angka kredit sejak diaktifkan
dalam pengawasan. Sesuai dengan Surat Edaran Deputi Kepala BPKP
Bidang Administrasi No. SE-06.04.00-1485/DI/1999, untuk pengangkatan
pertama ke dalam JFA perhitungan angka kredit sampai dengan terpenuhinya
angka kredit kumulatif minimal sesuai pangkat terakhirnya (masa magang)
dilakukan dengan menggunakan jam diklat. Apabila angka kredit kumulatif
minimal telah terpenuhi perhitungan angka kredit berikutnya dilakukan
dengan menggunakan jam pengawasan.
62. Pertanyaan:
Terdapat pejabat struktural yang ditugaskan dalam tugas-tugas PFA. Atas
penugasan tersebut tidak diberikan angka kredit. Pejabat struktural tersebut
kemudian diangkat kembali menjadi PFA dengan angka kredit sesuai
perhitungan dalam tabel yang besarnya lebih kecil dari angka kredit pada saat
PFA tersebut dibebaskan sementara dari JFA dan diangkat sebagai pejabat
struktural. PFA tersebut dapat menggunakan angka kredit yang lebih besar
antara perhitungan tabel dengan saat dibebaskan sementara. Dengan
demikian PFA tersebut mempunyai waktu yang terbuang tanpa perolehan
angka kredit, sementara yang bersangkutan mengerjakan tugas-tugas PFA
pada saat yang bersangkutan diangkat sebagai pejabat struktural.
Jawaban:
Angka kredit untuk pengangkatan kembali PFA yang dibebaskan sementara
karena melaksanakan tugas-tugas struktural menggunakan angka kredit yang
lebih besar antara SK PAK pada saat pembebasan sementara atau
berdasarkan tabel angka kredit perpindahan sebagaimana dimaksud pada
Lampiran II Keputusan Kepala BPKP No. Kep-13.00.00-125/K/1997. Hal ini
dilakukan agar secara angka kredit tidak merugikan PFA tersebut.
63. Pertanyaan:
Terdapat seorang lulusan D.IV STAN tahun 2000 Gol.III/a tmt 1 April 2000
sampai saat ini belum diangkat ke dalam JFA.
Disamping itu, terdapat pula auditor yang belum diangkat sebagai PFA
karena belum memiliki sertifikat pembentukan, namun telah berada pada
golongan/pangkat selama empat tahun atau lebih meminta diangkat ke
Jawaban:
Sepanjang seorang PNS dibebaskan sementara dari JFA dan atau belum
diangkat ke dalam JFA, maka kenaikan pangkat yang bersangkutan dapat
dilakukan berdasarkan kenaikan pangkat reguler.
64. Pertanyaan:
Terdapat beberapa lulusan D IV STAN yang sampai saat ini belum membuat
DUPAK atau belum mengumpulkan angka kredit dan mereka memilih jalur
kenaikan pangkat reguler, dengan alasan angka kredit untuk pengangkatan
ke dalam JFA tidak mencukupi.
Jawaban:
a. Lulusan program DIV STAN dapat menghitung angka kredit sejak
diaktifkan dalam pengawasan. Sesuai dengan Surat Edaran Deputi
65. Pertanyaan:
Seorang eks. PKP setelah lulus DIV STAN mengikuti diklat JFA pindah jalur
tahun 2002. Baru beberapa hari ikut diklat, yang bersangkutan dipanggil
untuk diperbantukan pada BPK, sehingga terpaksa meninggalkan diklat. Pada
saat diperbantukan di BPK belum membuat DUPAK, dan sampai saat ini
belum diangkat ke dalam JFA.
Jawaban:
Apabila yang bersangkutan adalah eks PKP yang belum disesuaikan menjadi
PFA pada saat penyesuaian nomenklatur jabatan (per 1 Oktober 1996) dan
memiliki SK Pembebasan Sementara dari PKP, maka pengangkatan ke
dalam JFA dapat melalui mekanisme Pengangkatan Kembali, setelah
memenuhi persyaratan yang ditentukan, sesuai surat Deputi Bidang
Administrasi No. S-06.04.00-610/DI/99 tanggal 24 Juni 1999 tentang
Penyelesaian eks PKP yang belum disesuaikan ke dalam nama Jabatan
Fungsional Auditor.
66. Pertanyaan:
Pegawai yang pada tahun 1993 dibebaskan dari PKP karena tugas belajar D
IV STAN, angka kredit 60. Tahun 1996 yang bersangkutan lulus DIV STAN
dan ditempatkan di Biro Kepegawaian dan Organisasi (Bag Organisasi dan
Tatalaksana / Ortala).
67. Pertanyaan :
Seorang PFA mengalami kelambatan dalam kenaikan pangkat dari III/b ke
III/c karena belum memiliki sertifikat Ketua Tim, padahal dari perolehan angka
kredit telah memenuhi, sampai akhirnya melewati masa 6 tahun :
Jawaban:
Pembebasan sementara JFA didasarkan pada dua hal yaitu tidak
diperolehnya angka kredit kumulatif minimal untuk kenaikan pangkat dan hal
lainnya, seperti penugasan sebagai struktural/fungsional lain, tugas belajar,
CLTN, hukuman disiplin, dijatuhi hukuman disiplin sedang atau berat, dan
diberhentikan sementara sebagai PNS.
Dengan demikian, terhadap PFA yang telah 6 tahun dalam pangkat terakhir
dan telah memenuhi angka kredit kumulatif untuk naik pangkat, namun belum
memperoleh sertifikat yang dipersyaratkan, tidak perlu dibebaskan sementara
dari JFA. Lebih lanjut hal ini ditegaskan dalam Surat Edaran Kepala Pusbin
JFA No. SE-769/JF/1/2003 tanggal 14 Juli 2003 perihal Penegasan Hasil
Forum Komunikasi JFA dan Kepegawaian Tahun 2003.
68. Pertanyaan:
Seorang PFA memiliki ijazah S1 dan sudah lulus UPI, Diklat Pindah Jalur
serta Diklat Penjenjangan Ketua Tim, dengan golongan pangkat terakhir III/d
(2 tahun) tidak dapat dipertimbangkan naik pangkat ke golongan IV/a karena
belum lulus peran Pengendali Tehnis. Diusulkan agar PFA tersebut tetap
diproses kenaikan pangkatnya ke golongan IV/a walaupun yang
bersangkutan belum mendapatkan kesempatan mengikuti Diklat
Penjenjangan Pengendali Tehnis.
Jawaban:
Sesuai dengan Pasal 10 SKB Kepala BAKN, Sekjen BPK, dan Kepala BPKP
Nomor : 10 Tahun 1996, Nomor : 49/SK/S/1996, dan Nomor : Kep-
386/K/1996, salah satu persyaratan kenaikan pangkat PFA adalah Masih
dalam jenjang jabatan yang sama.
69. Pertanyaan:
Organisasi JFA tidak mempunyai unit kesekretariatan
Jawaban:
Dalam Kep-06.00.00-080/K/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPKP
dan dan Kep-06.00.00-286/K/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Perwakilan BPKP, belum secara jelas diatur mengenai organisasi Kelompok
JFA.
Apabila dirasa perlu, pimpinan unit kerja dapat saja membentuk sekretariat
bagi kelompok JFA yang bertugas untuk membantu kelancaran administrasi
pengawasan.
70. Pertanyaan:
a. Apakah ada Format baku Surat Tugas bagi BPKP Perwakilan yang telah
memberlakukan Organisasi Kelompok PFA? Bagaimana pencantuman
Pengendali Teknis yang diperankan sebagai Pengendali Mutu dan
pencantuman Kepala Bidang dalam surat tugasnya?
b. Siapa yang dimaksud dengan pejabat yang mengurusi kepegawaian di
BPKP Perwakilan, apakah termasuk Pejabat Fungsional Analis
Kepegawaian?
c. Apakah Surat Edaran Kepala BPKP Nomor : SE-060400-22/K/1999
tanggal 11 Januari 1999 masih berlaku?
d. Pada hal. 25 Surat Edaran Kepala BPKP Nomor : SE-06.04.00-22/K/1999
tanggal 11 Januari 1999 huruf C angka 2 dinyatakan : Dalam hal dijumpai
keraguan atau kejanggalan atas hasil kegiatan pengawasan, Pejabat
Pengusul wajib menanyakan hal tersebut kepada Atasan Langsung PFA
yang bersangkutan dst Apakah atas dasar hal itu pejabat pengusul
dapat mengembalikan berkas usulan angka kredit yang diajukan oleh PFA
dan atau mengoreksi usulan angka kredit dari PFA yang dipandang ada
kejanggalan (angka kredit yang diajukan tidak sesuai dengan Lampiran 1A
dan atau 1B Keputusan Menpan No. 19/1996 tanggal 2 Mei 1996 dan
tidak sesuai dengan Surat Edaran Kepala BPKP Nomor : SE-
820/K/JF/2002 tanggal 4 Desember 2002)?
Jawaban:
a. Dalam Lampiran Keputusan Kepala BPKP Nomor: KEP-817/K/JF/2002
tanggal 3 Desember 2002 tentang Prosedur Kegiatan Baku Penilaian dan
Penetapan Angka Kredit Bagi Jabatan Fungsional Auditor di Lingkungan
Aparat Pengawasan Internal Pemerintah telah diuraikan beberapa contoh
surat tugas, Formulir anggaran waktu pengawasan, kartu penugasan dll.
71. Pertanyaan:
a. Tidak adanya pengaturan yang memuat ketentuan seorang Kepala Bidang
yang belum bersertifikasi Pengendali Mutu, namun memerankan tugas
sebagai Pengendali Mutu dalam penugasan audit.
b. Belum jelasnya hubungan struktural dan fungsional sampai saat ini.
Diusulkan agar:
Jawaban:
a. Sebagai pejabat struktural, Kepala Bidang tidak disyaratkan harus
memiliki sertifikat Pengendali Mutu. Dalam hal Kepala Bidang
melaksanakan peran Pengendali Mutu, dalam surat tugas hendaknya
yang bersangkutan dicantumkan sebagai Pembantu Penganggungjawab.
b. Pedoman pola hubungan struktural-fungsional saat ini masih sedang
dalam tahap pembahasan akhir. Diharapkan pada akhir tahun 2003
pedoman tersebut sudah dapat diterbitkan dan diedarkan kepada seluruh
unit kerja di lingkungan BPKP.
72. Pertanyaan:
Belum jelasnya hubungan jabatan fungsional dan struktural sehingga di
perwakilan terjadi hal-hal sebagai berikut:
Jawaban:
Pedoman pola hubungan struktural-fungsional saat ini masih sedang dalam
tahap pembahasan akhir. Diharapkan pada akhir tahun 2003 pedoman
tersebut sudah dapat diterbitkan dan diedarkan kepada seluruh unit kerja di
lingkungan BPKP.
73. Pertanyaan:
Pelaksanaan penilaian angka kredit bagi PFA golongan IV (Auditor Ahli
Madya - Auditor Ahli Utama) adalah oleh Tim Penilai Pusat. Penjelasan
koreksi tidak disampaikan kepada PFA yang dinilai apabila PFA tersebut tidak
memintanya. Penjelasan ini sangat penting agar yang bersangkutan dapat
memperbaiki dalam pengajuan angka kredit berikutnya.
Jawaban:
Mulai periode penilaian untuk DUPAK 2002, Pusbin JFA selaku Sekretariat
Tim Penilai Pusat telah mengirimkan penjelasan selisih penilaian angka kredit
kepada setiap PFA melalui unit kerja masing-masing. Penyampaian
penjelasan selisih tersebut selain ditujukan untuk melakukan perbaikan dalam
pengajuan angka kredit juga diharapkan dapat menjadi acuan bagi Tim
Penilai Setempat dalam melakukan penilaian dan bahan evaluasi bagi
Pejabat Pengusul.
74. Pertanyaan:
Untuk PFA Trampil yang angka kreditnya telah mencukupi untuk kenaikan
pangkat dan sedang mengikuti diklat pindah jalur atau telah lulus diklat pindah
jalur namun sertifikatnya belum terbit, apakah proses kenaikan pangkatnya
menunggu yang bersangkutan lulus diklat / sertifikat terbit (sesuai persyaratan
kenaikan pangkat PFA Ahli) atau diproses kenaikan pangkat dengan
ketentuan PFA Terampil.
Jawaban:
Sesuai dengan SE Kapusbin No. SE-91/JF/1/2003 tentang Penegasan Hasil
Rakor Kepegawaian dan JFA Tahun 2002, Auditor yang telah memenuhi
syarat untuk dialihkan menjadi Auditor Ahli agar segera diproses alih
jabatannya. Dalam hal yang bersangkutan belum memenuhi syarat, seperti
memperoleh sertifikat lulus diklat yang dipersyaratkan pada jenjang Auditor
Ahli (diklat pindah jalur dan atau penjenjangan peran), maka yang
bersangkutan dapat diproses kenaikan pangkatnya sebagai Auditor Trampil.