Anda di halaman 1dari 92

Pusat Pembinaan JFA BPKP

I. PENDAHULUAN

Berdasarkan Pasal 271 Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan


Pembangunan Nomor: Kep-06.00.00-080/K/2001 tanggal 20 Pebruari 2001
tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengawasan Keuangan Dan
Pembangunan, Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor (PUSBIN JFA)
mempunyai tugas melaksanakan penelaahan dan penyusunan peraturan,
standar, pedoman, program pembinaan, dan pelaksanaan sertifikasi serta
evaluasi pelaksanaan sertifikasi, angka kredit, dan efektivitas tim penilai jabatan
fungsional auditor di lingkungan BPKP dan APIP lainnya.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, PUSBIN JFA


menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan rencana dan program pembinaan jabatan fungsional auditor;


b. penelaahan dan penyusunan peraturan, standar dan pedoman jabatan
fungsional auditor;
c. penyusunan materi ujian jabatan fungsional auditor.
d. pengelolaan data pejabat fungsional auditor;
e. pelaksanaan seleksi dan penentuan kelulusan peserta pendidikan dan
pelatihan jabatan fungsional auditor;
f. evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan sertifikasi, penilaian angka kredit,
dan efektivitas tim penilai.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, Pusbin JFA telah melaksanakan
berbagai kegiatan. Salah satu kegiatan pembinaan JFA di lingkungan BPKP
yang dilaksanakan secara rutin setiap tahun, sejak tahun 1999, adalah
penyelenggaraan Forum Komunikasi (Rapat Koordinasi) JFA dan Kepegawaian.

Forum Komunikasi (Rapat Koordinasi) JFA dan Kepegawaian merupakan forum


yang dihadiri oleh utusan dari seluruh unit kerja BPKP dan bertujuan untuk
mengangkat, mendiskusikan, dan merumuskan jawaban atau penyelesaian atas
permasalahan yang berkenaan dengan JFA, kepegawaian, dan kediklatan yang
terdapat pada unit-unit tersebut. Disamping itu, forum dimaksud juga bertujuan

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 1


Pusat Pembinaan JFA BPKP

untuk terus menggali dan mengembangkan pemikiran inovatif untuk


pengembangan profesionalisme PFA.

Forum Komunikasi Tahun 1999 dan 2000 diselenggarakan oleh Biro


Kepegawaian dan Organisasi bekerja sama dengan Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Pengawasan (Pusdiklatwas), sedangkan Forum Tahun 2001 sampai
dengan 2003 diselenggarakan oleh Pusbin JFA bekerja sama dengan Biro
Kepegawaian dan Organisasi, serta Pusdiklatwas.

Untuk tahun 2003, Forum Komunikasi JFA dan Kepegawaian telah


diselenggarakan pada tanggal 16 sampai dengan 19 Juni 2003 di Malang, Jawa
Timur, dengan tema Meningkatkan kualitas pembinaan JFA dan
Kepegawaian dalam rangka peningkatan profesionalisme dan
pengembangan SDM BPKP.

Secara umum, permasalahan yang dibahas dalam forum dapat dikelompokkan


sebagai berikut:

1. Permasalahan yang solusinya dapat dirumuskan dari ketentuan yang ada.


Rumusan pertanyaan dan jawaban yang berkenaan dengan JFA, kemudian
dirangkum dan diterbitkan dalam bentuk Buku Himpunan Tanya Jawab
Seputar JFA.
2. Permasalahan yang solusinya telah diatur dalam ketentuan yang ada, namun
untuk pelaksanaannya diperlukan adanya kesepakatan forum. Hal-hal yang
telah disepakati dalam forum, yang berkenaan dengan JFA, kemudian
dirangkum dan diterbitkan dalam bentuk Surat Edaran Kepala Pusbin JFA
perihal Penegasan Hasil Forum. Solusi atas permasalahan tersebut
tercantum juga dalam Buku Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA.
3. Permasalahan yang belum secara memadai diatur dalam ketentuan yang ada
dan memerlukan pengaturan lebih lanjut. Terhadap permasalahan yang
berkenaan dengan JFA dilakukan kajian lebih lanjut oleh Tim Revisi
Ketentuan JFA untuk kemudian diproses lebih lanjut sesuai ketentuan yang
berlaku.

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 2


Pusat Pembinaan JFA BPKP

Buku Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA sebagai salah satu hasil Forum
Komunikasi menghimpun permasalahan dan solusi yang telah dirumuskan dan
disajikan dalam bentuk pertanyaan dan jawaban yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan seputar JFA.
Pertanyaan dan Jawaban yang dihimpun dalam buku ini pada dasarnya
berkenaan dengan permasalahan JFA yang dialami oleh unit-unit kerja di
lingkungan BPKP. Namun demikian, buku ini juga dapat dimanfaatkan oleh unit-
unit pengawasan di lingkungan APIP sebagai bahan rujukan apabila mengalami
permasalahan serupa.

Jawaban yang diberikan dalam buku ini mengacu pada Himpunan Peraturan
Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya di Lingkungan Aparat
Pengawasan Fungsional Pemerintah dan Surat Edaran Kepala BPKP Nomor SE-
06.04.00-22/K/1999 serta ketentuan terkait lainnya.

Dengan diterbitkannya Buku Himpunan Tanya Jawab Edisi Tahun 2003 ini, maka
secara keseluruhan, telah diterbitkan 5 (lima) edisi Buku Himpunan Tanya Jawab
Seputar JFA, yaitu Edisi Tahun 1999, 2000, 2001, 2002, dan 2003.

II. DASAR HUKUM

1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian


sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional
Pegawai Negeri Sipil;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat
Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002.
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 1999 tentang
Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil;
5. Keputusan MENPAN Nomor 19 Tahun 1996 tanggal 2 Mei 1996 tentang
Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya;

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 3


Pusat Pembinaan JFA BPKP

6. Keputusan Bersama Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara,


Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan, dan Kepala Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan; Nomor 10 Tahun 1996, Nomor
49/SK/K/1996 dan Kep-386/K/1996 tanggal 6 Juni 1996 tentang Petunjuk
Teknis Ketentuan dan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Auditor dan Angka
Kreditnya;
7. Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan No.
KEP-13.00.00-125/K/1997 tgl 5 Maret 1997 tentang Pelaksanaan JFA dan
Angka Kreditnya di Lingkungan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah;
8. Surat Edaran Kepala BPKP Nomor SE-06.04.00-22/K/1999 tanggal 11
Januari 1999 tentang Organisai, Mutasi, Tata Usaha, dan Tata Kerja
Penetapan Angka Kredit bagi Pejabat Fungsional Auditor di Lingkungan
BPKP;
9. Surat Edaran Deputi Bidang Administrasi Nomor Se-06.04.00-1485/DI/1999
tanggal 23 Desember 1999 tentang Pelaksanaan Jabatan Fungsional Auditor
di Lingkungan BPKP;

III. TUJUAN

Penerbitan Buku Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Edisi Tahun 2003
bertujuan untuk:

1. Memberikan jawaban atas berbagai pertanyaan dan permasalahan yang


terjadi berkaitan dengan pelaksanaan dan pengembangan JFA;
2. Memberikan acuan/panduan bagi Pejabat Fungsional Auditor, Tim Penilai
Angka Kredit, maupun pejabat lainnya dalam menerapkan ketentuan dalam
JFA; dan
3. Meningkatkan keseragaman dalam memahami ketentuan-ketentuan JFA.

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 4


Pusat Pembinaan JFA BPKP

IV. TANYA JAWAB

Permasalahan yang dibahas dalam himpunan tanya jawab ini terdiri dari 74
pertanyaan yang dikelompokkan sebagai berikut:

Pendidikan Formal 2 Pertanyaan


Pendidikan dan Pelatihan 4 Pertanyaan
Pengawasan 22 Pertanyaan
Pengembangan Profesi 20 Pertanyaan
Penunjang Pengawasan 8 Pertanyaan
Organisasi, Mutasi, dan Tata Usaha JFA 18 Pertanyaan

A. PENDIDIKAN FORMAL

Permasalahan yang dibahas dalam kelompok ini berkenaan dengan kegiatan


pada unsur Pendidikan, sub unsur Mengikuti Pendidikan Sekolah dan
Mencapai Gelar/Ijazah yang merupakan bagian dari Unsur Utama Kegiatan
PFA sebagaimana tercantum dalam huruf A.1 Lampiran 1 A dan 1 B Keputusan
MENPAN No. 19 Tahun 1996 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka
Kreditnya.

Secara garis besar, permasalahan yang telah dibahas dalam Forum Komunikasi
JFA dan Kepegawaian Tahun 2003 mengenai topik ini antara lain adalah
mengenai:

Kualifikasi Pendidikan yang Dikategorikan Sebagai Unsur Utama

Berdasarkan angka VI huruf C.1 Keputusan Kepala BPKP No. KEP-13.00.00-


125/K/1997 tgl 5 Maret 1997, pendidikan / ijazah yang dapat diberikan angka
kredit unsur utama adalah pendidikan sekolah yang sesuai dengan bidang tugas
auditor yang bersangkutan. Penentuan kualifikasi pendidikan yang sesuai
dengan bidang tugas auditor yang bersangkutan ditentukan oleh Kepala /
Pimpinan Unit Organisasi masing-masing setelah mendapat persetujuan Instansi
Pembina (BPKP).

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 5


Pusat Pembinaan JFA BPKP

Terhadap perolehan ijazah yang berasal dari pendidikan dengan jurusan yang
sesuai dengan kualifikasi yang telah ditetapkan Kepala / Pimpinan Unit
Organisasi dapat diberikan angka kredit sebagai Unsur Utama, sedangkan
perolehan Ijazah di luar kualifikasi tersebut diberikan angka kredit sebagai Unsur
Penunjang.

Kualifikasi pendidikan untuk auditor di lingkungan BPKP adalah DIII, DIV, S1, S2,
dan S3 jurusan Akuntansi dan Manajemen sesuai Surat Edaran Deputi Bidang
Administrasi Nomor SE-06.04.00-1485/DI/1999 tanggal 23 Desember 1999
perihal Pelaksanaan Jabatan Fungsional Auditor di Lingkungan BPKP dan
Keputusan Deputi Bidang Administrasi BPKP Nomor Kep-05.02.06-33/D.I/2000
tanggal 6 Januari 2000 tentang Pemberian Ijin Pendidikan Di luar Kedinasan dan
Penyesuaian Ijazah di lingkungan BPKP.

Kualifikasi pendidikan untuk unit pengawasan lainnya di lingkungan APIP


ditentukan oleh Kepala / Pimpinan unit organisasi masing-masing setelah
memperoleh persetujuan Kepala BPKP, selaku Instansi Pembina. Untuk itu,
Sekretaris Utama BPKP, melalui surat Nomor S-1380/SU/2002 tanggal 16
Agustus 2002 perihal Kualifikasi Pendidikan PFA dan Angka Kreditnya, telah
menyampaikan kepada Inspektur Jenderal Departemen, Inspektur Utama /
Inspektur LPND agar menetapkan kualifikasi pendidikan yang sesuai dengan
tugas auditor di lingkungan unit pengawasan masing-masing setelah
memperoleh persetujuan Kepala BPKP.

Pada dasarnya, perihal kualifikasi pendidikan ini telah diungkapkan dalam Buku
Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Edisi Tahun 2002 (halaman 5).

Secara rinci, permasalahan yang berkenaan dengan pendidikan Formal beserta


solusinya diuraikan dalam tanya jawab berikut:

1. Pertanyaan:
Seorang PFA berIjazah Sarjana (S1) telah memperoleh angka kredit sejumlah
173,1095 per 1 April 2003, namun yang bersangkutan belum dapat mengikuti
Diklat Pindah Jalur karena Ijazah yang dimilikinya adalah S1 jurusan Ilmu

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 6


Pusat Pembinaan JFA BPKP

Pasti Kealaman, mengingat kualifikasi pendidikan yang dapat diakui sebagai


unsur utama selama ini di lingkungan BPKP hanya pendidikan dalam bidang
akuntansi dan manajemen. Sehubungan dengan perkembangan jenis
kegiatan BPKP belakangan ini, serta dalam rangka peningkatan wawasan
auditor, mohon dipertimbangkan agar kualifikasi pendidikan yang diakui
sebagai Unsur Utama tidak terbatas pada jurusan akuntansi dan manajemen
saja, tapi diperluas ke multi disiplin lainnya.

Jawaban:
Bagi Auditor Trampil di lingkungan BPKP yang memiliki ijazah selain jurusan
akuntansi dan manajemen, sampai saat ini belum dapat mengikuti Diklat
Pindah Jalur dan belum dapat dialihkan menjadi Auditor Ahli, sesuai dengan
Surat Edaran Deputi Bidang Administrasi BPKP Nomor: SE-06.04.00-
1485/DI/1999 tanggal 23 Desember 1999 perihal Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Auditor di Lingkungan BPKP dan Keputusan Deputi Bidang
Administrasi BPKP Nomor Kep-05.02.06-33/D.I/2000 tanggal 6 Januari 2000
tentang Pemberian Ijin Pendidikan Di luar Kedinasan dan Penyesuaian Ijazah
di lingkungan BPKP.

Perluasan kualifikasi pendidikan unsur utama untuk jurusan selain akuntansi


dan manajemen masih dalam kajian, untuk itu masing-masing unit kerja
diharapkan segera mengirimkan kajian akademis mengenai usulan jenis
kualifikasi pendidikan yang akan ditambahkan sebagai unsur utama.

2. Pertanyaan:
Pada saat penyesuaian dari jabatan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
(PKP) menjadi JFA per 1 Oktober 1996, terdapat seorang PFA yang memiliki
Ijazah Diploma III diberikan angka kredit kurang dari 50 untuk unsur
Pendidikan. Seharusnya, sesuai dengan Lampiran 1 A Keputusan MENPAN
No. 19 Tahun 1996, besaran angka kredit untuk Ijazah Diploma III adalah 50.
Apakah kesalahan ini dapat langsung dikoreksikan pada penetapan angka
kredit periode berjalan tanpa harus melakukan ralat terhadap SK
Penyesuaian tersebut di atas?

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 7


Pusat Pembinaan JFA BPKP

Jawaban:
Pada dasarnya, dalam ketentuan JFA, tidak terdapat ketentuan yang secara
tegas mengatur mengenai tata cara pembetulan atau perbaikan atas
kesalahan yang terjadi dalam penyusunan surat keputusan. Namun demikian,
dalam hal terjadi kesalahan sebagaimana tersebut di atas, dapat ditempuh
pembetulan dengan cara sebagai berikut:

Apabila ijazah D III tersebut sesuai dengan ketentuan kualifikasi


pendidikan yang berlaku (jurusan akuntansi atau manajemen) dan telah
diakui dalam SK Kepangkatan per 1 Oktober 1996 (pada saat
penyesuaian dari PKP ke JFA), maka koreksi angka kredit dapat dilakukan
pada penilaian angka kredit periode berjalan, sepanjang tidak merubah
jumlah angka kredit secara keseluruhan.
Koreksi dilakukan dengan memindahkan sejumlah kekurangan angka
kredit ijazah D III tersebut dari unsur Pengawasan ke unsur Pendidikan,
tanpa meralat SK Inpassing. Atas koreksi tersebut, agar dicantumkan
penjelasan koreksi pada BA-PAK dengan diketahui Pimpinan Unit Kerja.

B. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT)

Permasalahan yang dibahas dalam kelompok ini berkenaan dengan kegiatan


pada unsur Pendidikan, sub unsur Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan
Kedinasan serta Memperoleh STTPL yang merupakan bagian dari Unsur
Utama Kegiatan PFA sebagaimana tercantum dalam huruf A.2 Lampiran 1 A dan
1 B Keputusan MENPAN No. 19 Tahun 1996 tentang Jabatan Fungsional Auditor
dan Angka Kreditnya.

Secara garis besar, permasalahan yang telah dibahas dalam Forum Komunikasi
JFA dan Kepegawaian Tahun 2003 mengenai topik ini antara lain adalah sebagai
berikut:

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 8


Pusat Pembinaan JFA BPKP

Rekomendasi Pimpinan Dalam Pengusulan Calon Peserta Diklat Sertifikasi

Sesuai dengan ketentuan pada Bab IX Lampiran Keputusan Kepala BPKP


Nomor: Kep-06.04.00-847/K/1998 tanggal 11 Nopember 1998 tentang Pola
Pendidikan dan Pelatihan Auditor bagi Aparat Pengawasan Fungsional
Pemerintah, salah satu persyaratan calon peserta Diklat Sertifikasi Auditor
adalah Diusulkan oleh Kepala / Pimpinan Unit Organisasi yang bersangkutan.

Dengan adanya persyaratan tersebut, secara implisit terkandung makna bahwa


Pimpinan Unit Organisasi, sebelum mengusulkan calon peserta diklat sertifikasi
Auditor, terlebih dahulu melakukan seleksi intern di lingkungannya sesuai dengan
kebutuhan organisasi berdasarkan professional judgement, dengan
mempertimbangkan penilaian terhadap unsur kecakapan, kemampuan, dan
pertimbangan lainnya. Sebagai contoh, dalam pengusulan calon peserta Diklat
Penjenjangan Pengendali Teknis, Pimpinan Unit Organisasi terlebih dahulu
mempertimbangkan apakah calon peserta yang akan diusulkan tersebut dinilai
cakap dan mampu untuk nantinya ditugaskan dalam peran Pengendali Teknis.

Diklat Dalam Rangka Mengikuti Pendidikan S2/S3 di luar Negeri

Dalam proses memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan S2/S3 di luar


negeri, seorang PFA mungkin diwajibkan untuk mengikuti program diklat tertentu
(misalnya Kursus Bahasa atau program antara yang kelulusannya merupakan
persyaratan untuk dapat mengikuti pendidikan S2/S3). Terhadap kegiatan ini,
terdapat perbedaan persepsi dan perlakuan dalam penilaian angka kredit,
sebagian Tim penilai menganggap bahwa kegiatan tersebut merupakan satu
kesatuan dengan pendidikan S2/S3 yang dijalani, sementara PFA berpendapat
bahwa kegiatan tersebut dapat diberikan angka kredit tersendiri karena
dilaksanakan sebelum memasuki pendidikan S2/S3 dimaksud.

Hal ini telah dibahas dalam Rapat Koordinasi Kepegawaian dan JFA tahun 2002
dan telah dituangkan dalam Surat Edaran Kepala Pusbin JFA Nomor: SE-
91/JF.1/2003 tanggal 31 Januari 2003 perihal Penegasan Hasil Rakor JFA
Kepegawaian dan JFA Tahun 2002. Dalam Surat Edaran tersebut ditegaskan

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 9


Pusat Pembinaan JFA BPKP

bahwa terhadap kegiatan persiapan (misalnya Kursus Bahasa) atau keharusan


mengikuti program antara, sebelum mengikuti pendidikan S2/S3, dapat
diberikan angka kredit sub unsur Mengikuti Diklat Kedinasan serta memperoleh
STTPL, berdasarkan waktu / jam pelatihan yang diikuti, sepanjang memperoleh
sertifikat mengikuti / lulus dan kegiatan tersebut dilakukan sebelum memasuki
kegiatan pembelajaran dalam pendidikan S2/S3 tersebut.

Secara rinci, permasalahan yang berkenaan dengan diklat beserta solusinya


diuraikan dalam tanya jawab berikut:

3. Pertanyaan:
Bagi PFA yang telah mempunyai angka kredit yang dipersyaratkan untuk
mengikuti diklat penjenjangan dan DP3 tahun terakhir bernilai baik, apakah
dapat diikutsertakan diklat tanpa melihat faktor lainnya, misalnya kecakapan,
kemampuan dll. Umumnya bila PFA telah memenuhi angka kredit dan DP3
baik, menuntut untuk dapat mengikuti diklat secara otomatis. Apakah hal itu
dibenarkan? Apakah tidak sebaiknya dipersyaratkan pula adanya
rekomendasi atasan / pimpinan?

Jawaban:
Sesuai dengan Keputusan Kepala BPKP Nomor: 06.04.00-847/K/1998
tentang Pola Pendidikan dan Pelatihan Auditor bagi Aparat Pengawasan
Fungsional Pemerintah, persyaratan peserta Diklat Penjenjangan Peran (hal.
56-58) antara lain adalah terpenuhinya angka kredit yang dipersyaratkan dan
diusulkan oleh Pimpinan unit kerja yang bersangkutan.

Berdasarkan ketentuan tersebut, terpenuhinya angka kredit merupakan salah


satu persyaratan pengusulan Diklat Penjenjangan Peran. Persyaratan yang
mewajibkan adanya usulan Pimpinan Unit Kerja merupakan mekanisme
penyaringan dalam pengusulan diklat, karena pada hakekatnya persyaratan
tersebut mempunyai makna adanya rekomendasi/pertimbangan Pimpinan
Unit Kerja terhadap PFA berdasarkan professional judgement, termasuk

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 10


Pusat Pembinaan JFA BPKP

dalam hal ini penilaian terhadap unsur kecakapan, kemampuan, dan


pertimbangan lainnya.

4. Pertanyaan:
Seorang PFA mengikuti pendidikan bahasa / kursus bahasa dalam rangka
persiapan tugas belajar ke luar negeri (yang bersangkutan mengikuti 4 kali
pendidikan dan memperoleh 4 sertifikat kelulusan). Apakah kegiatan tersebut
diberikan angka kredit tersendiri sebagai unsur diklat atau merupakan satu
kesatuan dengan unsur pendidikan S2 yang diikuti? Menurut PFA yang
bersangkutan, dengan adanya bukti sertifikat kelulusan, maka kegiatan
tersebut seharusnya dapat dinilai sebagai unsur pendidikan.

Jawaban:
Dalam Surat Edaran Kepala Pusbin JFA No. SE-91/ JF.1/2003 tanggal 31
Januari 2003 tentang Penegasan Hasil Rakor Kepegawaian dan JFA Tahun
2002, pada point 1 telah ditegaskan mengenai Angka Kredit bagi PFA yang
Ditugaskan Mengikuti Pendidikan di Luar Negeri.
Terhadap kegiatan persiapan dan keikutsertaaan dalam program antara (mis.
Kursus Bahasa), dapat diberikan angka kredit kegiatan Mengikuti Diklat
Kedinasan serta memperoleh STTPL berdasarkan waktu/jam pelatihan yang
diikuti sepanjang memperoleh sertifikat/lulus dan kegiatan tersebut dilakukan
sebelum memasuki kegiatan pembelajaran dalam pendidikan S2/S3
dimaksud.

5. Pertanyaan:
Terdapat seorang mantan pejabat struktural eselon IV (Gol. III/d) yang
diangkat kembali ke jabatan fungsional auditor dengan angka kredit 400.
Yang bersangkutan belum pernah menjabat sebagai PFA sehingga belum
mempunyai sertifikat JFA. Sampai dengan saat ini yang bersangkutan belum
bisa diikutkan Diklat Penjenjangan Pengendali Teknis karena yang
bersangkutan belum diberi kesempatan untuk mengikuti UBM

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 11


Pusat Pembinaan JFA BPKP

Disamping itu, terdapat pula seorang mantan pejabat struktural eselon IV


(Gol. III/d) yang diangkat kembali ke Jabatan Fungsional Auditor dengan
angka kredit 334, namun sampai dengan saat ini yang bersangkutan belum
diberi kesempatan untuk mengikuti Diklat Penjenjangan Pengendali Teknis.
Hal ini bertentangan dengan Surat SESMA No. S- 736/SU. 02/2003 tanggal
30 April 2003 tentang Penetapan Peserta Diklat Penjenjangan Peran Auditor
Pengendali Teknis pada butir catatan yang menyebutkan bahwa peserta
diklat yang berasal dari eks struktural digunakan angka kredit saat inpassing/
pengangkatan kembali sekurang kurangnya 300.

Seyogyanya, bagi mantan pejabat struktural yang diangkat kembali ke JFA


mendapat prioritas untuk dapat mengikuti Diklat Sertifikasi JFA

Jawaban:
Mengingat adanya keterbatasan dana dalam penyelenggaraan diklat, sampai
saat ini belum seluruh calon peserta diklat yang diusulkan oleh unit kerja
dapat diakomodasi dalam diklat yang diselenggarakan. Namun demikian,
dalam Kalender Diklat 2003 masih terdapat penyelenggaraan Diklat
Matrikulasi Ketua Tim dan Diklat Pengendali Teknis. Terhadap PFA yang
belum memperoleh kesempatan mengikuti diklat tersebut akan diprioritaskan
dalam penetapan sebagai peserta diklat oleh Biro Kepegawaian dan
Organisasi.

6. Pertanyaan
Terlalu lama waktunya antara selesainya diklat sertifikasi dengan waktu ujian,
dari ujian dengan pengumuman hasil ujian, dan dari pengumuman hasil ujian
dengan diterbitnya sertifikat atau diterimanya sertifikat oleh PFA. Diusulkan
agar jarak waktu tersebut tidak terlalu lama, supaya persiapan untuk ujian
dapat maksimal, dan jika lulus dapat segera dipakai untuk kenaikan pangkat.

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 12


Pusat Pembinaan JFA BPKP

Jawaban
Jarak waktu antara diklat dan ujian terjadi karena ujian dilakukan secara
nasional sesuai dengan kalender diklat (dua kali dalam satu tahun), bukan
untuk setiap kelas/ angkatan. Untuk itu perlu diupayakan penyelenggaraan
diklat dapat dilaksanakan berdekatan dengan waktu penyelenggaraan ujian,
namun dalam hal frekuensi diklat cukup banyak, hal tersebut tidak mungkin
dilakukan. Jarak waktu antara ujian, pengumuman, dan penerbitan sertifikat
dari waktu ke waktu selalu diupayakan percepatan untuk dapat memenuhi
persyaratan kenaikan pangkat.

Apabila sertifikat kelulusan belum diterima pada saat pemrosesan dokumen


kenaikan pangkat, disarankan agar proses pengusulan kenaikan pangkat
tetap dilanjutkan. Pusbin JFA akan senantiasa bekerja sama dengan Biro
Kepegawaian dan Organisasi untuk mengatasi masalah tersebut.

C. PENGAWASAN

Permasalahan yang dibahas dalam kelompok ini berkenaan dengan kegiatan


pada unsur Pengawasan, yang merupakan bagian dari Unsur Utama Kegiatan
PFA sebagaimana tercantum dalam huruf B Lampiran 1 A dan 1 B Keputusan
MENPAN No. 19 Tahun 1996 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka
Kreditnya.

Secara garis besar, permasalahan yang telah dibahas dalam Forum Komunikasi
JFA dan Kepegawaian Tahun 2003 mengenai pengawasan antara lain adalah
sebagai berikut:

Hari Pengawasan (HP) Maksimal

Sejak Forum Komunikasi (Rapat Koordinasi) Tahun 2002, unit-unit kerja di


lingkungan BPKP menyepakati diperlukannya suatu batasan maksimal
penggunaan HP dalam perhitungan angka kredit PFA. Hal ini dilakukan
mengingat sering terjadinya tumpang tindih waktu penugasan yang

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 13


Pusat Pembinaan JFA BPKP

menyebabkan jumlah HP secara keseluruhan melebihi batas kewajaran.


Tumpang tindih kegiatan penugasan tersebut umumnya menjadi permasalahan
karena kurang cermatnya perencanaan waktu penugasan, atau karena adanya
penugasan baru yang harus segera diselesaikan bersamaan dengan penugasan
yang ada (crash program).

Kesepakatan penetapan HP Maksimal sejumlah 237 hari dan 289 hari per tahun
(untuk unit kerja dengan 5 dan 6 hari kerja per minggu) yang ditetapkan dalam
Forum (Rakor) tahun 2002, ternyata pada pelaksanaannya masih menimbulkan
beberapa pertanyaan dan permasalahan, sehingga kesepakatan tersebut
kemudian diperbaharui dalam Forum Tahun 2003. Uraian kesepakatan secara
rinci dapat dilihat dalam jawaban pertanyaan No. 7, sebagaimana juga telah
dituangkan dalam Surat Edaran Kepala Pusbin JFA No. SE-769/JF.1/2003
tanggal 14 Juli 2003 perihal Penegasan Hasil Forum Komunikasi JFA dan
Kepegawaian Tahun 2003.

Kewajaran HP bagi Pengendali Teknis dan Pengendali Mutu

Sejalan dengan penetapan HP Maksimal dalam Forum (Rakor) Tahun 2002,


sebagaimana diuraikan di atas, pengaturan mengenai pembatasan HP
Pengendali Teknis dan Pengendali Mutu, sebagaimana diatur dalam Surat
Edaran Kepala Pusbin JFA Nomor: SE-06.04.00-27/PJFA/2002 tanggal 18
Januari 2002 telah dinyatakan tidak berlaku lagi.

Perencanaan waktu penugasan bagi Pengendali Teknis dan Pengendali Mutu


pada dasarnya merupakan bagian dari perencanaan penugasan Tim Mandiri
secara keseluruhan. Dengan demikian, anggaran waktu penugasan Pengendali
Teknis dan Pengendali Mutu harus juga dituangkan dalam formulir KM3
(Anggaran Waktu) dan KM4 (Kartu Penugasan) sesuai dengan kegiatan yang
direncanakan akan dilaksanakan.

Dalam Surat Edaran Kepala Pusbin JFA Nomor SE-91/JF.1/2003 tanggal 31


Januari 2003 perihal Penegasan Hasil Rakor Kepegawaian dan JFA Tahun 2002
telah dinyatakan bahwa formulir KM3 dan KM4 hendaknya dimodifikasi sehingga

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 14


Pusat Pembinaan JFA BPKP

dapat terlihat jumlah HP yang direncanakan untuk setiap peran PFA (Pengendali
Mutu, Pengendali Teknis, Ketua Tim, dan Anggota Tim).

Dengan dicantumkannya anggaran waktu penugasan Pengendali Teknis dan


Pengendali Mutu dalam KM3 dan KM4, maka batasan HP Maksimal
sebagaimana diuraikan di atas juga berlaku bagi Pengendali Teknis dan
Pengendali Mutu.

Surat Tugas atau Nota Dinas Perpanjangan Penugasan


Berdasarkan butir VIII Surat Edaran Deputi Bidang Administrasi Nomor SE-
06.04.00-1485/DI/1999 tanggal 23 Desember 1999 perihal Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Auditor di Lingkungan BPKP, untuk penugasan yang bersifat ekstern,
surat tugas (ST) ditandatangani oleh minimal pejabat eselon II, sedangkan untuk
penugasan intern dapat ditandatangani oleh minimal pejabat eselon III.

Pada pelaksanaannya, terdapat beberapa perpanjangan Surat Tugas untuk


penugasan yang bersifat ekstern yang dituangkan dalam bentuk Nota / Memo
Dinas yang ditandatangani oleh Kepala Bidang (Eselon III).

Dalam Forum Komunikasi Tahun 2003, kembali ditegaskan kepada seluruh unit
kerja di lingkungan BPKP, bahwa sesuai SE-06.04.00-1485/DI/1999,
perpanjangan Surat Tugas yang bersifat ekstern hendaknya dilakukan dengan
Surat Tugas yang ditandatangani oleh minimal pejabat eselon II.

Perpanjangan ST hendaknya didukung juga dengan formulir Anggaran Waktu


(KM3) yang menggambarkan perencanaan kegiatan yang akan dilakukan dalam
masa perpanjangan ST tersebut. HP perpanjangan dapat saja melebihi ST awal
sepanjang didasarkan atas pertimbangan profesional.

Dalam hal perpanjangan ST untuk penugasan ekstern telah dilakukan dengan


Memo Dinas atau Nota Dinas dari Kabid, untuk kepentingan penilaian angka
kredit, agar dimintakan pengesahan dari Kepala Perwakilan serta didukung
dengan formulir anggaran waktu (KM3).

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 15


Pusat Pembinaan JFA BPKP

Kesepadanan kegiatan

Dalam Keputusan MENPAN Nomor 19 Tahun 1996 tercantum adanya 44 butir


kegiatan pengawasan Auditor yang dapat diberikan angka kredit. Dengan adanya
perkembangan kegiatan di lingkungan APIP, pengelompokan kegiatan
pengawasan ke dalam 44 butir kegiatan tersebut dirasakan tidak memadai lagi,
sehingga diperlukan adanya revisi atas Keputusan MENPAN tersebut di atas.

Mengingat proses revisi Keputusan MENPAN Nomor 19 Tahun 1996


memerlukan kajian yang komprehensif, sedangkan penilaian angka kredit
kegiatan-kegiatan baru di luar 44 butir kegiatan tersebut perlu segera
direalisasikan, maka telah disusun kesepadanan antara kegiatan baru tersebut
dengan kegiatan sesuai Keputusan MENPAN Nomor 19 Tahun 1996.

Pusbin JFA bersama-sama dengan Unit Kerja terkait di lingkungan APIP selalu
mengupayakan penetapan kesepadanan atas kegiatan baru di luar 44 butir
kegiatan pengawasan. Sampai saat ini, Pusbin JFA telah menerbitkan
kesepadanan kegiatan kegiatan yang belum tercantum dalam 44 butir kegiatan
pengawasan, dengan Surat maupun Surat Edaran sebagai berikut:

1. Surat Nomor S-06.04.00-65/PJFA.1/2002 tanggal 21 Pebruari 2002 perihal


Besaran Angka Kredit Kegiatan Yang Berkaitan Dengan AKIP
2. Surat Edaran Nomor SE-1054/JF.1/2002 tanggal 17 Desember 2002 perihal
Kesepadanan Kegiatan Di luar Kegiatan Yang Diberikan Angka Kredit
Berdasarkan Keputusan MENPAN No. 19/1996 Di lingkungan BPKP.
3. Surat Nomor S-1086/JF.1/2002 tanggal 31 Desember 2002 perihal
Kesepadanan Kegiatan Di luar Kegiatan Yang Diberikan Angka Kredit
Berdasarkan Keputusan MENPAN Nomor 19/1996 Di lingkungan Deputi
Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan
BPKP
4. Surat Nomor S-1090/JF.1/2002 tanggal 31 Desember 2002 perihal
Kesepadanan Kegiatan Di lingkungan Pusdiklatwas BPKP Dengan Kegiatan
Yang Diberikan Angka Kredit Berdasarkan Keputusan MENPAN Nomor
19/1996

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 16


Pusat Pembinaan JFA BPKP

5. Surat Nomor S-1091/JF.1/2002 tanggal 31 Desember 2002 perihal


Kesepadanan Kegiatan Pengawasan Di lingkungan Lembaga Informasi
Nasional RI Dengan Kegiatan Yang Diberikan Angka Kredit Berdasarkan
Keputusan MENPAN Nomor 19/1996

Dengan telah tersusunnya kesepadanan dengan Surat maupun Surat Edaran


tersebut di atas, sebagian besar kegiatan-kegiatan yang belum terangkum dalam
Keputusan MENPAN Nomor 19/1996 telah ditetapkan kesepadanannya. Namun
demikian, masih terdapat beberapa kegiatan, seperti kegiatan Policy Evaluation,
evaluasi SAKD, dan GCG yang saat ini masih dimintakan masukan dari Deputi
teknis terkait dalam rangka penyusunan kesepadanan.

Disamping itu, Pusbin JFA masih selalu menghimbau unit-unit kerja pengawasan
di lingkungan APIP untuk segera mengusulkan kesepadanan atas kegiatan-
kegiatan di lingkungan masing-masing yang dipandang belum tercakup dalam
Keputusan MENPAN Nomor 19/1996.

Peran dalam Penugasan Kegiatan Pengawasan

Sebagaimana diketahui, secara konseptual, dalam ketentuan JFA, penugasan


PFA dilaksanakan dalam suatu Tim Mandiri yang terdiri dari Pengendali Mutu,
Pengendali Teknis, Ketua Tim, dan Anggota Tim.

Namun, sejalan dengan perkembangan tugas pengawasan, terutama di


lingkungan BPKP, penugasan tidak selalu dapat dilaksanakan sesuai format Tim
Mandiri sebagaimana dimaksud di atas. Sebagai contoh, susunan tim dalam
penugasan kegiatan Sosialisasi dan Asistensi umumnya tidak secara lengkap
mencantumkan adanya peran Pengendali Mutu, Pengendali Teknis, Ketua Tim,
dan Anggota Tim.

Sesuai hasil pembahasan dalam Forum Komunikasi, apabila dalam penugasan


pengawasan tidak secara jelas mencantumkan peran Auditor yang
bersangkutan, maka penilaian angka kredit diberikan berdasarkan peran yang
seharusnya sesuai dengan jabatan dan sertifikat yang dimiliki.

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 17


Pusat Pembinaan JFA BPKP

Secara rinci, permasalahan yang berkenaan dengan pengawasan dan solusinya


diuraikan dalam tanya jawab berikut:

7. Pertanyaan
Dalam rangka menghindari adanya pengajuan angka kredit dengan jumlah
Hari Pengawasan (HP) yang melebihi kewajaran, dalam Rapat Koordinasi
Kepegawaian dan JFA Tahun 2002, telah disepakati bahwa HP maksimal
yang dapat diberikan angka kredit adalah 237 hari per tahun (bagi unit kerja
dengan 5 hari kerja per minggu) dan 289 hari per tahun (bagi unit kerja
dengan 6 hari kerja per minggu), sebagaimana tertuang dalam Surat Edaran
Kepala Pusbin JFA No. SE-91/JF.1/2003 tanggal 31 Januari 2003.

Dalam pelaksanaan kesepakatan tersebut, ternyata masih terdapat beberapa


permasalahan yang diajukan oleh unit-unit kerja, antara lain:

a. Permasalahan
Harus ada ketentuan yang tegas (misalnya surat edaran) yang berkaitan
dengan:

1) Penggunaan HP maksimal per semester 119, telah memperhitungkan


cuti, hari libur dan lain sebagainya. Seandainya seorang PFA tidak
mengambil cuti tahunan, bagaimana dengan HP maksimal bisa
ditambahkan (119 + 12) atau mengambil cuti tidak penuh sebagian.
Apakah sisa cuti tersebut bisa ditambahkan?
2) Sebagai Tim Penilai Angka Kredit harus ada ketentuan yang tegas
sebagai dasar penilaian, karena PFA cenderung mensiasati penuh
dengan menggunakan HP maksimal, sehingga HP bagi PFA tersedia
maksimal setelah diperhitungkan cuti, hari libur, PKS-PKS, seminar-
seminar, diklat-diklat dan workshop dan pelatihan-pelatihan serta
lainnya.

b. Permasalahan
Pembatasan HP dalam satu tahun sebaiknya digunakan sebagai standar,
tetapi dengan tidak menutup kemungkinan perlakuan khusus untuk orang

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 18


Pusat Pembinaan JFA BPKP

orang yang exceptional, karena faktanya ada, dan menjadi tanggung


jawab kepala unit.

c. Permasalahan
Dalam Surat Edaran Kepala Pusbin JFA No. SE 91/JF.1/2003 tanggal
31 Januari 2003 butir 3 Hari Pengawasan (HP) maksimal dalam satu
tahun sebesar 237 hari/ tahun untuk unit kerja dengan 5 hari kerja/ minggu
atau 289 hari/ tahun untuk unit kerja dengan 6 hari kerja/ minggu.

Yang masih menjadi permasalahan apakah jumlah HP tersebut semata


mata HP untuk pemeriksaan atau termasuk hari yang digunakan untuk
kegiatan lain seperti PKS, mengajar, diklat dll, sehingga HP untuk
pengawasan/ pemeriksaan berkurang sebanyak hari yang digunakan
untuk kegiatan lain tersebut. (PFA ditempat kami bersikeras bahwa HP
tersebut tidak termasuk hari yang digunakan untuk kegiatan lainnya).
Apakah hal tersebut dapat diterima dan dibenarkan?

d. Permasalahan
1) Apakah Surat Tugas baru yang diberikan kepada PFA setelah
menyelesaikan Surat Tugas sebelumnya secara lebih cepat dari Hari
Pemeriksaan (HP) yang direncanakan, sehingga mengakibatkan
jumlah HP melebihi HP maksimal (237 HP dalam 1 tahun) dapat diakui
angka kreditnya?
2) Bagaimana perlakuan HP maksimal (237 dalam 1 tahun) kepada PFA
yang tidak mengambil dan atau tidak mengambil seluruh cutinya?

e. Permasalahan
Pada saat ini sebagian aktivitas pengawasan BPKP sangat dipengaruhi
oleh pihak luar, misalnya kegiatan di Bidang Akuntabilitas Pemda, pada
suatu saat permintaan untuk memberikan Asistensi AKIP/LAKIP datang
bersamaan dari beberapa Kabupaten/Kota, di saat yang lain kurang atau
tidak ada permintaan. Akibatnya pada suatu saat pekerjaan
menumpuk/tumpang tindih karena semua harus dilayani, namun disaat

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 19


Pusat Pembinaan JFA BPKP

yang lain menganggur. Apakah HP yang tumpang tindih dapat


diperkenankan dan memperoleh angka kredit?

f. Permasalahan
1) Apakah HP maksimal sebesar 237 hari per tahun (untuk 5 hari kerja /
minggu) hanya untuk unsur pengawasan atau mencakup semua unsur
kegiatan angka kredit?
2) Mengingat periode penilaian angka kredit adalah per semester, maka
maksimal HP yang diperkenankan pada semester tersebut belum
diatur dengan jelas, apakah setengah 237 hati atau bebas saja asal
dalam setahunnya tidak boleh melebihi 237 hari?
3) Apakah penetapan maksimal 237 hari per tahun tersebut mengikuti
tahun kalender atau bebas saja asalkan satu tahun (dua semester)?

g. Permasalahan
1) Menurut Surat Edaran Kepala Pusbin JFA No. 91/JF.1/2002 perihal
Penegasan Hasil Rakor Kepegawaian dan JFA tahun 2002 angka 3
mengenai Hari Pengawasan (HP) maksimal dalam satu tahun
ditentukan bahwa HP maksimal 237 hari untuk unit kerja dengan 5 hari
kerja per minggu dan 289 hari kerja untuk unit kerja dengan 6 hari
kerja per minggu.

Permasalahannya bahwa banyaknya HP per tahun dibatasi 237/289


hari kerja tidak sejalan dengan filosofi sistem angka kredit yang
memungkinkan PFA yg memang mempunyai kemampuan lebih
diberikan penghargaan lebih. Misalnya, HP untuk suatu obrik bila
dikerjakan secara normal (7,50 jam per hari) memerlukan waktu 20
hari, namun karena dikerjakan 11 jm per hari, maka tim dapat
menyelesaikan tugas tersebut selama 14 hari, sehingga PFA dapat
menyelesaikan lebih cepat 6 hari. Misalnya 2 hari kemudian diberi
tugas, dan dapat menyelesaikan tugas lebih cepat dari dead line,
demikian seterusnya sehingga secara teoritis dalam satu tahun PFA
tersebut dapat ditugaskan lebih dari 237 hari kerja karena PFA

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 20


Pusat Pembinaan JFA BPKP

tersebut bekerja keras dan mampu untuk melaksanakan tugas


tersebut. Kalau kelebihan HP tersebut tidak diberikan angka kredit
berarti kemampuan dan rajinnya PFA tersebut sama sekali tidak
dihargai.
2) Pertanyaan lebih lanjut, kalau PFA tersebut pada bulan Oktober
perolehan angka kreditnya telah mencapai 237 hari, apakah boleh
menolak tugas tanpa sanksi bila diberi tugas pada bulan Nopember
dan Desember?

3) Jumlah HP 237 hari per tahun tersebut sudah diperhitungkan dengan


cuti pegawai selama 12 hari. Dalam kenyataannya banyak pegawai
yang tidak sempat cuti karena dibebani kerja yang banyak, dengan
demikian apakah kerja PFA selama 12 HP dan tidak mengambil cuti
tersebut tidak dihargai?

4) Hal lain yang terjadi adalah adanya PFA yang beberapa kali
diperintahkan untuk melaksanakan tugas pada hari Sabtu dan Minggu,
apakah hal tersebut tidak layak diberikan angka kredit karena adanya
pembatasan HP maksimum per tahun?

5) Selain itu, beberapa PFA sering diberi tugas yang overlap sehingga
dikerjakan pada malam hari dalam hal ada keperluan mendadak. Kalau
ada pembatasan HP maksimum per tahun, tugas semacam itu berarti
tidak dihargai karena tidak diberikan angka kreditnya.

h. Permasalahan
Terdapat PFA yang melaksanakan kegiatan pengawasan melampaui 237
hari dalam satu tahun, namun berdasarkan ketentuan, hari kerja yang
dapat dihitung angka kreditnya adalah 237 hari. Hal ini tidak sesuai
dengan norma hasil dalam penghitungan angka kredit. Dalam hal
Perwakilan telah membuat perencanaan yang memadai (misal dalam
bentuk KM1 dan KM2), seorang PFA yang direncanakan bekerja dengan
anggaran waktu yang telah maksimal 237 hari akan menutup minat PFA
tersebut untuk menambah penugasan dan bekerja melampaui anggaran

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 21


Pusat Pembinaan JFA BPKP

waktu yang direncanakan karena jam kerja yang dijalaninya tidak dapat
diperhitungkan angka kreditnya.

i. Permasalahan
Dalam penugasan selama tahun 2002, seorang PFA mendapat
penugasan yang melebihi 237 HP setahun (HP maksimal), padahal semua
penugasan tersebut resmi disetujui oleh Pimpinan Unit Kerja. Mengapa
angka kredit yang diusulkan dalam DUPAK dicoret oleh Tim Penilai Angka
kredit?

Jawaban
Dalam Forum Komunikasi JFA dan Kepegawaian Tahun 2003, seluruh
permasalahan mengenai HP Maksimal telah dibahas secara khusus oleh Tim
Ad Hoc dan telah dihasilkan kesepakatan baru, sebagaimana tertuang dalam
Surat Edaran Kepala Pusbin JFA No. SE-769/JF.1/2003 tanggal 14 Juli 2003,
sebagai berikut:

a. Definisi HP Maksimal
HP (Hari Pengawasan) Maksimal adalah jumlah batas maksimal
penggunaan hari kerja untuk kegiatan pengawasan yang dapat diberikan
angka kredit dalam satu tahun.

b. Kegiatan-kegiatan pengawasan yang menggunakan HP dan merupakan


unsur dalam perhitungan HP Maksimal adalah :
o Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan
o Pelatihan di Kantor Sendiri
o Semua kegiatan pengawasan (44 butir kegiatan dan
kesepadanannya)
o Berpartisipasi secara aktif dalam pemaparan (Ekspose)
o Melakukan studi banding di bidang pengawasan
o Mengajar/melatih pada pendidikan dan pelatihan (Diklat) pegawai
o Mengikuti konfrensi/seminar/lokakarya

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 22


Pusat Pembinaan JFA BPKP

o Kegiatan penilaian angka kredit oleh Tim Penilai Angka Kredit


sesuai dengan surat tugas (Audit Buril)

c. Kegiatan-kegiatan pengawasan yang tidak menggunakan HP dan tidak


merupakan unsur dalam perhitungan HP Maksimal adalah :
o Mengikuti pendidikan sekolah dan mencapai gelar ijazah
o Membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang pengawasan
o Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan-bahan lain di bidang
pengawasan
o Berpartisipasi dalam penerbitan buku di bidang pengawasan
o Menjadi anggota organisasi profesi
o Menjadi anggota Tim Penilai JFA
o Memperoleh penghargaan/tanda jasa
o Memperoleh gelar kesarjanaan lainnya
o Menjadi anggota kepanitiaan intra atau antar instansi
o Memperoleh sertifikat Brevet Pajak, CFE, UBM yang diperoleh
tanpa diklat atau diklat di luar jam kantor.
d. Jumlah batas maksimal penggunaan hari kerja untuk kegiatan
pengawasan yang dapat diberikan angka kredit dalam satu tahun, adalah
jumlah hari kerja efektif tersedia per tahun, yaitu sejumlah 237 HP
(untuk unit kerja dengan lima hari kerja/minggu) dan 289 HP (untuk unit
kerja dengan enam hari kerja/minggu ditambah sisa cuti yang tidak
digunakan.

e. Penjelasan lebih lanjut mengenai perhitungan HP Maksimal adalah


sebagai berikut:

1) Penetapan HP Maksimal 237 hari atau 289 hari adalah untuk masa 1
(satu) tahun takwim (Januari s.d Desember), dengan demikian PFA
dapat mengajukan angka kredit untuk periode penilaian 1 Januari s.d
30 Juni dengan jumlah HP yang lebih dari separuh HP Maksimal
setahun, sepanjang jumlah HP setahun tidak melebihi jumlah HP
maksimal setahun yang telah disepakati.

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 23


Pusat Pembinaan JFA BPKP

2) Apabila PFA tidak menggunakan cuti tahunan maka HP Maksimal 237


hari atau 289 hari ditambah dengan jumlah cuti tahunan pada tahun
tersebut yang tidak diambil (dengan batasan jumlah cuti 12 hari
setahun dikurangi cuti wajib sesuai ketentuan yang berlaku)

Misalnya :
Seorang PFA yang bertugas pada unit kerja dengan 5 hari kerja per
minggu, dalam tahun 2003 menggunakan cuti tahunan selama 4 hari
(tanpa memandang apakah cuti tersebut menggunakan hak cuti tahun
berjalan atau tahun sebelumnya), maka jumlah HP Maksimal tahun
2003 bagi PFA tersebut adalah sejumlah 245 hari (237 hari ditambah 8
hari hak cuti tahunan yang tidak digunakan)

3) Sebaliknya, apabila PFA menggunakan hak cuti tahunan lebih dari 12


(dua belas) hari dalam setahun (karena adanya hak cuti tahun
sebelumnya), maka HP Maksimal bagi PFA tersebut dikurangi
sejumlah kelebihan penggunaan cuti tahunan dimaksud.

Misalnya :
Seorang PFA, yang bertugas pada unit kerja dengan 5 hari kerja per
minggu, dalam tahun 2003 menggunakan cuti tahunan selama 15 hari,
maka jumlah HP Maksimal tahun 2003 bagi PFA tersebut adalah
sejumlah 234 hari (237 hari dikurangi 3 hari penggunaan cuti yang
melebihi dari 12 hari cuti yang tersedia dalam tahun berjalan)

4) Cuti lainnya yang diambil harus dikurangkan dari jumlah HP maksimal.

Misalnya :
Seorang PFA, yang bertugas pada unit kerja dengan 5 hari kerja per
minggu, dalam tahun 2003 menggunakan cuti besar selama 60 hari
kerja, maka HP Maksimal tahun 2003 bagi PFA tersebut adalah
sejumlah 177 hari (237 hari dikurangi 60 hari cuti besar).
5) Dalam hal PFA diaktifkan kembali dalam tugas-tugas pengawasan
pada bulan-bulan tertentu dalam tahun berjalan (bukan pada awal

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 24


Pusat Pembinaan JFA BPKP

tahun), maka HP Maksimal bagi PFA tersebut adalah sejumlah hari


kerja yang tersedia sejak pengaktifannya sampai dengan akhir tahun
dimaksud.

Misalnya :
Seorang PFA yang telah menyelesaikan tugas belajar, diaktifkan
kembali, pada unit kerja dengan 5 hari kerja per minggu, per 1
September 2003, maka HP Maksimal tahun 2003 bagi PFA tersebut
adalah sejumlah 84 hari (hari kerja tersedia sejak 1 September sampai
dengan 31 Desember 2003)

f. Untuk memudahkan perhitungan HP Maksimal, maka berkas cuti tahun


berjalan agar dilampirkan dalam berkas DUPAK.

g. Pemberian penugasan, yang karena kondisi tertentu, diberikan pada


waktu yang bersamaan untuk beberapa penugasan (HP tumpang tindih)
dapat diberikan angka kredit untuk seluruh penugasan sepanjang tidak
melebihi HP maksimal setahun, dan didukung dengan KM3 dan KM4 yang
menunjukkan anggaran waktu kegiatan Anggota Tim, Ketua Tim,
Pengendali Teknis, dan Pengendali Mutu. Hal ini berlaku untuk seluruh
peran auditor.

h. Dengan adanya pengakuan angka kredit atas penugasan dengan HP


tumpang tindih, sebagaimana dinyatakan dalam huruf g di atas,
diharapkan tidak timbul lagi adanya wacana penolakan atau
penghindaran PFA terhadap penugasan yang diberikan. Atas penolakan
atau penghindaran PFA terhadap penugasan yang diberikan, dapat
dikenakan hukuman disiplin sesuai ketentuan yang berlaku.

i. Ketentuan mengenai HP Maksimal sebagaimana diuraikan diatas


diberlakukan sejak 1 Januari 2003.

8. Pertanyaan:
Bagaimana perlakuan pemberian angka kredit terhadap kegiatan seminar
yang dilaksanakan pada hari Sabtu (libur) ?

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 25


Pusat Pembinaan JFA BPKP

Jawaban:
Sesuai kesepakatan Forum Komunikasi JFA dan Kepegawaian Tahun 2003,
terhadap kegiatan seminar yang diikuti/dilaksanakan PFA pada hari libur
(Sabtu, Minggu, atau hari libur lainnya) dapat diakui angka kreditnya
sepanjang tidak melebihi HP Maksimal yang telah disepakati.

9. Pertanyaan:
Diklat selama ini kadang-kadang dilaksanakan 6 hari dalam seminggu,
dimana hari Sabtu tetap masuk, namun dalam penilaian angka kreditnya,
jumlah hari diklat tersebut langsung dikurangkan dari HP maksimal.
Sebagaimana diketahui, dalam jumlah HP maksimal sebesar 237 HP setahun
tidak diperhitungkan hari Sabtu dan Minggu. Hal tersebut menimbulkan
kerugian bagi perhitungan angka kredit PFA.

Jawaban:
Sebagaimana telah diuraikan dalam jawaban pertanyaan nomor 7 di atas,
diklat yang diikuti PFA pada hari Sabtu dapat diakui angka kreditnya
sepanjang tidak melebihi HP Maksimal yang telah disepakati.

10. Pertanyaan:
Untuk keseragaman penilaian angka kredit, apakah dapat ditetapkan suatu
standar HP untuk penyusunan pedoman yang dapat dinilai angka kreditnya.

Jawaban:
Jumlah HP yang direncanakan untuk penyusunan berbagai pedoman sangat
bervariatif tergantung dari jenis dan bobot pedoman yang akan disusun.
Atasan langsung PFA dalam penyusunan pedoman tersebut bertanggung
jawab terhadap kewajaran HP masing-masing PFA. Namun demikian, unit
kerja dapat mengajukan hasil kajian apabila dipandang terhadap penyusunan
pedoman dapat ditetapkan suatu standarisasi HP (waktu yang dibutuhkan
untuk penyusunan pedoman)

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 26


Pusat Pembinaan JFA BPKP

11. Pertanyaan:
Sesuai dengan hasil Rapat Koordinasi Kepegawaian dan JFA Tahun 2002,
telah disepakati bahwa HP Pengendali Teknis direncanakan dalam KM-3
(Formulir Anggaran Waktu Penugasan) dengan jumlah hari yang wajar.
Dalam prakteknya tidak mudah menentukan hari yang wajar tersebut, karena
diantara satu PFA dengan PFA yang lain tidak mempunyai persepsi yang
sama.
Jawaban:
HP Pengendali Teknis dan Pengendali Mutu harus direncanakan sebelum
penugasan dan dituangkan dalam formulir anggaran waktu (KM3) sesuai
dengan rincian kegiatan yang akan dilakukan. Untuk itu diperlukan modifikasi
formulir KM3 sehingga dapat terlihat jumlah HP yang direncanakan untuk
setiap peran PFA dalam penugasan. Kewajaran HP ditentukan oleh waktu
yang dibutuhkan sesuai rencana pelaksanaan kegiatan yang disusun. Jumlah
HP maksimal bagi Pengendali Teknis dan Pengendali Mutu tetap mengacu
pada kesepakatan HP maksimal per tahun.

12. Pertanyaan:
Dalam hal perpanjangan Surat Tugas oleh Kepala Bidang (eselon III), apakah
HP nya dapat melebihi jumlah HP dalam Surat Tugas? Pada kenyataannya,
para Kepala Bidang dalam membuat Memo Penugasan Perpanjangan Surat
Tugas kadang-kadang melebihi jumlah ST awal.

Disamping itu, perpanjangan Surat Tugas berdasarkan pada Memo Kabid


tersebut bertentangan dengan SE-1485 yang menyatakan ST Perpanjangan
waktu ke pihak eksternal ditandatangani oleh pejabat minimal eselon II.
Namun demikian, penilaian angka kredit atas perpanjangan ST berdasarkan
memo Kabid tetap dilaksanakan sesuai keputusan rapat Tim Penilai tingkat
perwakilan dengan asumsi bahwa Kabid yang lebih mengetahui realisasi atas
surat tugas.

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 27


Pusat Pembinaan JFA BPKP

Jawaban:
Berdasarkan SE-06.04.00-1485/DI/1999, pada butir VIII Penugasan
Pengawasan dan Penilaian Angka Kredit, untuk penugasan yang bersifat
ekstern maka surat tugas (ST) ditandatangani oleh minimal pejabat eselon II,
sedangkan untuk penugasan intern dapat ditandatangani oleh minimal
pejabat eselon III. Perpanjangan ST hendaknya didukung juga dengan
formulir Anggaran Waktu (KM3) yang menggambarkan perencanaan kegiatan
yang akan dilakukan dalam masa perpanjangan ST tersebut. HP
perpanjangan dapat saja melebihi ST awal sepanjang didasarkan atas
pertimbangan profesional.

Dalam hal perpanjangan ST untuk penugasan ekstern telah dilakukan dengan


Memo Dinas atau Nota Dinas dari Kabid, agar dimintakan pengesahan dari
Kepala Perwakilan dan didukung dengan formulir anggaran waktu (KM3).
(Lihat juga Himpunan Tanya Jawab Tahun 2002, pertanyaan No. 100 Hal 79
dan Himpunan Tanya Jawab Tahun 2001, pertanyaan No. 31 Hal 14).

13. Pertanyaan:
Bagaimana perhitungan angka kredit untuk Surat Tugas / Nota Dinas
Perorangan yg dikeluarkan oleh Kepala Perwakilan / Kepala Bidang untuk
kegiatan intern?

Jawaban:
Perhitungan angka kredit terhadap nota dinas yang dikeluarkan oleh Kepala
Perwakilan atau oleh Kepala Bidang diperlakukan sama seperti penugasan
lainnya, yaitu didasarkan pada jumlah hari dan peran dalam nota dinas.

Dalam hal nota dinas tersebut bersifat perorangan maka perhitungan angka
kredit didasarkan pada peran sesuai jabatan PFA yang bersangkutan. Dalam
Nota Dinas hendaknya secara jelas menyebutkan jenis penugasan (salah
satu dari 44 butir kegiatan pengawasan sesuai Keputusan MENPAN No. 19
Tahun 1996). Apabila penugasan tersebut tidak termasuk dalam 44 butir

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 28


Pusat Pembinaan JFA BPKP

kegiatan dimaksud, agar disepadankan dengan kegiatan yang paling


mendekati.

14. Pertanyaan :
Visi BPKP sebagai katalisator pembaharuan manajemen pemerintahan
melalui pengawasan yang profesional seharusnya diiringi dengan perubahan
paradigma bagi kegiatan PFA. Dalam pelaksanaannya selama ini, perubahan
paradigma tersebut belum terlihat dalam butir-butir kegiatan pengembangan
profesi, seperti pemberian jasa konsultasi, evaluasi LAKIP, GCG, dan SAKD.

Jawaban:
Pemberian jasa konsultasi, asistensi, dan evaluasi dalam lingkup LAKIP,
GCG dan SAKD merupakan pengembangan dari kegiatan pengawasan yang
dilakukan oleh BPKP dan bukan merupakan kegiatan pengembangan profesi.
Perolehan angka kredit atas kegiatan tersebut dapat disepadankan dengan
44 butir kegiatan pengawasan sebagaimana diatur dalam Keputusan Menpan
No. 19/1996. Pusbin JFA bersama-sama dengan Deputi terkait selalu
mengupayakan membuat kesepadanan atas kegiatan baru di luar 44 butir
kegiatan pengawasan.

Lebih lanjut mengenai pengaturan kesepadanan atas kegiatan tersebut dapat


dilihat pada S-06.04.00-65/PJFA.1/2002 tanggal 21 Pebruari 2002 perihal
Besaran Angka Kredit Kegiatan Yang Berkaitan Dengan AKIP, dan SE-
1054/JF.1/2002 tanggal 17 Desember 2002 perihal Kesepadanan Kegiatan Di
luar Kegiatan Yang Diberikan Angka Kredit Berdasarkan Keputusan MENPAN
No. 19/1996.

15. Pertanyaan:
Melihat perkembangan jenis kegiatan BPKP, terdapat beberapa kegiatan
yang sudah tidak sesuai dengan pengelompokan kegiatan audit selama ini.
Jalan keluar yang dilakukan adalah penyetaraan dengan kegiatan audit.
Namun demikian, penyetaraan tersebut hanya baru dilakukan untuk kegiatan

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 29


Pusat Pembinaan JFA BPKP

tertentu dan penyetaraan tersebut dilakukan setelah kegiatan yang dilakukan


tersebut selesai.

Jawaban:
Dalam 44 butir kegiatan pengawasan yang dapat diberikan angka kredit pada
dasarnya telah memperhitungkan segala kegiatan pengawasan yang ada
(kegiatan audit dan non-audit) dan mengantisipasi pengembangan atau
perluasan kegiatan pengawasan yang mungkin terjadi. Namun demikian, jenis
kegiatan BPKP terus berkembang sejalan dengan kebutuhan stakeholders
dan perkembangan auditan. Inovasi demikian nampaknya masih terus
diperlukan di masa-masa mendatang.

Agar tidak merugikan perolehan angka kredit terhadap PFA yang melakukan
tugas-tugas pengawasan yang terus berkembang dan belum termasuk dalam
44 butir kegiatan pengawasan sebagaimana diatur dalam Kepmenpan No.
19/1996, sementara ini diatur dalam kesepadanan.

Sebagai contoh kegiatan sosialisasi disepadankan dengan kegiatan


Melaksanakan Penyuluhan di bidang Pengawasan. Untuk kegiatan Evaluasi
LAKIP, istilah yang digunakan dalam tabel angka kredit adalah
Melaksanakan Audit Akuntabilitas, sehingga kegiatan Evaluasi LAKIP
disepadankan dengan Audit Akuntabilitas. Untuk setiap kegiatan baru,
seperti evaluasi SAKD dan GCG selalu dimintakan masukan dari Deputi
teknis terkait dalam rangka revisi ketentuan. Idealnya, kesepadanan angka
kredit difikirkan bersama dengan konseptor kegiatan baru dimaksud, dengan
mempertimbangkan kegiatan yang telah dilaksanakan dan kegiatan yang
mungkin akan dilaksanakan sehubungan dengan tugas baru di bidang
pengawasan. Namun, karena fokus perhatian saat ini lebih pada
pengembangan substansi kegiatan, penyusunan kesepadanan angka kredit
seringkali kurang mendapat prioritas. (Lihat juga Himpunan Tanya Jawab
Seputar JFA Tahun 2001 Hal 20 No. 46 dan 47).

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 30


Pusat Pembinaan JFA BPKP

16. Pertanyaan :
Terhadap kegiatan membuat / menyiapkan bahan sambutan / pidato Kepala
BPKP, Deputi / Pejabat lainnya, apakah dinilai sebagai unsur pengembangan
profesi yang disepadankan dengan pembuatan karya ilmiah atau dinilai
sebagai unsur pengawasan yang disepadankan dengan menyiapkan bahan
untuk tujuan tertentu.

Jawaban:
Kegiatan membuat/menyiapkan bahan sambutan/pidato Kepala BPKP,
Deputi/Pejabat lainnya, sepanjang mengenai bidang pengawasan, dapat
disepadankan dengan kegiatan Menyiapkan bahan untuk tujuan tertentu.

17. Pertanyaan
Terdapat perbedaan perlakuan pemberian angka kredit bagi PFA yang
ditugaskan sebagai Policy Evaluation antara Deputi Polsoskam, Deputi
Akuntan Negara, dan Perwakilan BPKP DKI Jakarta I. Bagaimana jalan
keluar yang harus ditempuh untuk mengatasi hal ini?
Disamping itu, belum dibuat angka kesepadanan terhadap kegiatan Policy
Evaluation (PE) mulai dari tahap penyusunan proposal sampai dengan
penerbitan laporan kegiatan, yang memakan waktu kurang lebih sembilan
bulan.

Jawaban:
Permasalahan ini telah disampaikan kepada Tim Policy Evaluation dari Deputi
Polsoskam untuk dimintakan usulan kesepadanannya dan disepakati untuk
segera diselesaikan. Kesepadanan terhadap kegiatan ini sangat diperlukan
karena kegiatan policy evaluation merupakan pengembangan dari tugas
pengawasan yang ada dan untuk menciptakan keseragaman perlakuan pada
setiap unit kerja yang melaksanakan kegiatan policy evaluation tersebut.

Telah diselenggarakan pertemuan antara Tim Penilai di lingkungan ketiga unit


kerja tersebut bersama dengan Pusbin JFA untuk menyamakan persepsi
penilaian angka kredit atas kegiatan dalam lingkup policy evaluation. Hasil

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 31


Pusat Pembinaan JFA BPKP

kesepakatan mengenai penilaian terhadap kegiatan policy evaluation akan


digunakan sebagai masukan penetapan kesepadanan kegiatan untuk
diberlakukan pada semua unit kerja.

Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit dapat melakukan koreksi


terhadap SK PAK yang telah diterbitkan dalam hal kesepakatan dalam
pertemuan tersebut menyatakah hal yang berbeda dari yang telah diterapkan.

18. Pertanyaan:
Menurut Surat Kepala Pusbin JFA No. S-06.04.00.65/PJFA/2002 tgl. 21
Pebruari 2002, kegiatan Sosialisasi memperoleh angka kredit yang lebih
besar dari Bimtek, sedangkan pada kondisi di lapangan pelaksanaan Bimtek
lebih sulit.

Jawaban:
Pelaksanaan Sosialisasi disepadankan dengan kegiatan Melaksanakan
Penyuluhan di Bidang Pengawasan, sedangkan Bimbingan Teknis (Bimtek)
disepadankan dengan kegiatan Melaksanakan Asistensi dan Konsultasi di
Bidang Pengawasan.

Besaran angka kredit kegiatan melaksanakan penyuluhan memang sedikit


lebih besar dari pada melaksanakan asistensi dan konsultasi, namun dalam
penetapan pengaturan kesepadanan, Pusbin JFA telah mempertimbangkan
masukan-masukan dari unit kerja di lingkungan BPKP. Apabila terdapat
masukan baru, akan dikonsultasikan kembali dengan Deputi Teknis terkait.

19. Pertanyaan:
Ketentuan yang mengatur kesepadanan atas kegiatan baru, terpisah dengan
Keputusan Menpan Nomor 19/1996 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan
Angka Kreditnya dan penyebarannya terbatas, sehingga tidak selalu diketahui
PFA dan Instansi / Perwakilan.

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 32


Pusat Pembinaan JFA BPKP

Jawaban:
Pengaturan kesepadanan yang dilakukan saat ini merupakan pengaturan
transisi dan merupakan bahan revisi SK Menpan 19/1996. Pada dasarnya
semua surat yang terkait dengan kesepadanan maupun pengaturan umum
pembinaan JFA telah didistribusikan ke seluruh unit kerja.

Saat ini Pusbin JFA sedang berupaya menyusun kumpulan ketentuan yang
berkaitan dengan JFA untuk selanjutnya dibukukan (Kodifikasi Ketentuan),
sehingga seluruh ketentuan yang diterbitkan dapat mudah diperoleh dan
diketahui oleh pihak-pihak yang berkepentingan .

20. Pertanyaan :
Model penilaian angka kredit bagi PFA didasarkan pada pembagian peran
dalam struktur penugasan, namun belum terlihat adanya model penilaian
yang didasarkan pada spesialisasi keahlian, seperti ahli statistik dan ahli
perpajakan.
Perlu diciptakan model penilaian angka kredit yang tidak hanya berdasarkan
peran, namun mempertimbangkan pada hal-hal berikut :
Spesialisasi keahlian tertentu, diluar keahliannya sebagai auditor.
Luas cakupan audit, antara audit yang yang memerlukan maksimalisasi
keahlian sebagai auditor dengan audit yang hanya melengkapi Format
yang telah ditetapkan (seperti audit IKMN)

Jawaban:
Usulan untuk membedakan perolehan angka kredit berdasarkan keahlian
tertentu yang dimiliki, saat ini belum dapat dilaksanakan karena pada
dasarnya setiap Auditor sudah seharusnya memiliki atau minimal mengenal
keahlian yang sesuai dengan core business dari auditannya. Keahlian
tertentu tersebut bukan di luar keahlian sebagai Auditor namun melekat
sebagai keahlian Auditor.

Pada saat ini perhitungan angka kredit JFA dilakukan berdasarkan peran
yang dilakukan dan jenis kegiatan pengawasan. Model tersebut didasarkan

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 33


Pusat Pembinaan JFA BPKP

bahwa pada tiap tingkatan peran Auditor tercermin kewenangan, tugas,


tanggung jawab, profesionalisme, dan wawasan yang berbeda dan
berjenjang. Dalam JFA dikenal pula adanya tugas limpah dalam pelaksanaan
penugasan untuk mengakomodir kemampuan dan profesionalisme yang
dimiliki oleh Auditor. Model-model tersebut sampai saat ini dinilai masih
cukup memadai untuk pengukuran kinerja Auditor.

21. Pertanyaan:
a. Seorang PFA telah diangkat dalam jabatan Auditor Pelaksana Lanjutan
per 1 Juni 2002 karena angka kreditnya telah sampai 100 untuk golongan
III/a, tetapi PFA tersebut masih golongan II/d dan SK III/a baru terbit per 1
Oktober 2002. Bagaimana cara menentukan besarnya angka kredit yang
bersangkutan periode Juli Oktober 2002, apakah besarnya angka kredit
Auditor Pelaksana (II/d) atau besarnya angka kredit Auditor Pelaksana
Lanjutan (III/a)
b. Bagaimana menghitung besarnya angka kredit dan HP dimana dalam
suatu penugasan tidak disebutkan peran masing-masing PFA (Pengendali
Mutu, Pengendali Teknis, Ketua Tim, dan Anggota Tim)

Jawaban:
a. Perhitungan angka kredit didasarkan atas jabatan Auditor, bukan
didasarkan pada kepangkatan, maka sejak 1 Juni 2002 (tmt kenaikan
jabatan) perhitungan angka kredit yang bersangkutan dilakukan dengan
menggunakan tarif kegiatan pada jabatan Auditor Pelaksana Lanjutan.
(Lihat juga Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2001 Hal. 44
pertanyaan No. 108).
b. Perhitungan angka kredit untuk penugasan yang tidak menyebutkan peran
masing-masing Auditor adalah dihitung sesuai dengan peran yang
seharusnya dilaksanakan berdasarkan sertifikasi yang dimiliki dan jabatan
yang diduduki oleh PFA yang bersangkutan.

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 34


Pusat Pembinaan JFA BPKP

22. Pertanyaan:
Penugasan oleh pihak ketiga (Kepala Daerah / Kejati / Polisi) apakah harus
didukung Surat Tugas / Nota Dinas / Surat Perintah dari Kepala Perwakilan.

Jawaban:
Penugasan dari pihak ke-tiga sudah dapat dipergunakan sebagai dasar
pengajuan angka kredit sepanjang menyebutkan jenis penugasan dan jangka
waktu kegiatan tersebut dilaksanakan. Dalam hal penugasan dari pihak ketiga
tersebut tidak menyebutkan jangka waktu penugasan, maka dibuat Nota
Dinas oleh Pejabat BPKP terkait dengan menyebutkan jumlah HP.
Pengusulan angka kreditnya harus didukung oleh KM3 dan KM4 yang
menyebutkan proporsi HP masing-masing Auditor sesuai dengan peran
dalam penugasannya.

23. Pertanyaan:
PFA dengan peran Pengendali Teknis naik pangkat dari Gol. III/d ke Gol IV/a
per 1 April 2003. Jika PFA tersebut ditugaskan pada instansi X selama 10
hari, yaitu dari tanggal 24 Maret 2003 sampai dengan 7 April 2003 (6 hari
bulan Maret dan 4 hari bulan April 2003). Bagaimana perhitungan angka
kreditnya?
Jawaban
Angka Kredit untuk kegiatan pengawasan Auditor dihitung berdasarkan
jabatan yang diduduki dan peran dalam penugasan. Apabila dalam periode
penugasan tersebut yang bersangkutan telah menduduki jabatan Auditor Ahli
Madya, maka perhitungan angka kredit dilakukan dengan menggunakan tarif
pada jabatan Auditor Ahli Madya dengan peran yang sesuai dengan
jabatannya, yaitu Pengendali Teknis. Jika dalam penugasan Auditor yang
bersangkutan tidak berperan sebagai Pengendali Teknis, maka angka
kreditnya diperhitungkan sebagai Tugas Limpah.

Untuk penugasan yang dilakukan dalam masa peralihan jabatan, dalam


Forkom 2003 disepakati bahwa angka kreditnya diperhitungkan sesuai
dengan proporsional waktu penugasan dalam masing-masing jabatan. (Lebih

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 35


Pusat Pembinaan JFA BPKP

lanjut dapat dilihat dalam Surat Edaran Kepala Pusbin JFA No. SE-
769/JF/1/2003 tanggal 14 Juli 2003 perihal Penegasan Hasil Forum JFA dan
Kepegawaian Tahun 2003).

Untuk contoh di atas, PFA yang bersangkutan diberikan angka kredit 0,0220
per jam selama 6 hari (sebagai Auditor Ahli Muda) untuk penugasan yang
dilaksanakan pada bulan Maret 2003 dan 0,0300 per jam selama 4 hari
(sebagai Auditor Ahli Madya) untuk penugasan yang dilaksanakan pada bulan
April 2003.

24. Pertanyaan:
Apakah ada aspek (konsekuensi) hukum yang perlu diperhatikan jika seorang
PFA bersertifikat Dalnis tidak diperankan sebagai Dalnis, sementara masih
terdapat PFA yang tidak bersertifikat Dalnis tetapi diperankan sebagai Dalnis?

Jawaban
Peran PFA dalam penugasan pengawasan suatu Tim Mandiri sepenuhnya
merupakan kewenangan pimpinan unit kerja yang didasarkan pada
kompetensi PFA yang bersangkutan dan pertimbangan profesional.
Di dalam ketentuan JFA dikenal adanya suatu tugas limpah untuk kegiatan
pengawasan, apabila tidak terdapat Auditor yang sesuai dengan jenjang
jabatan untuk melaksanakan kegiatan pengawasan (Pasal 8 Kepmenpan
19/1996). Kesesuaian tersebut dapat diartikan luas yang tidak hanya dari
jenjang jabatan namun juga dari kemampuan dan kompetensi. Oleh karena
itu, masing-masing PFA diharapkan selalu meningkatkan / memelihara
pengetahuan dan profesionalismenya agar mencerminkan jenjang jabatan
yang disandangnya.

25. Pertanyaan:
a. Dengan makin beragamnya produk jasa BPKP (asistensi/sosialisasi),
perlu diseragamkan dokumen yang harus disertakan dalam DUPAK
sebagai dasar pemberian angka kredit dengan basis normal hasil.

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 36


Pusat Pembinaan JFA BPKP

b. Dalam prakteknya kegiatan sosialisasi dan atau asistensi tidak dilakukan


sepenuhnya sesuai dengan HP, misalnya dengan jangka waktu tugas 40
hari efektif yang dilaksanakan hanya 20 25 hari sehingga pemberian
angka kredit sebanyak 40 hari patut dipertanyakan.

Jawaban
a. Pada dasarnya angka kredit dapat diberikan apabila norma hasil kegiatan
telah tercapai. Norma hasil kegiatan sosialisasi / asistensi adalah berupa
laporan tentang pelaksanaan kegiatan. Format laporan sosialisasi /
asistensi sebaiknya diseragamkan untuk masing-masing jenis sosialisasi /
asistensi. Laporan pelaksanaan sosialisasi / asistensi, sebagai bukti
pencapaian norma hasil, dapat digantikan dengan routing slip yang
menggambarkan tahap-tahap pelaksanaan kegiatan.

Dalam jangka pendek diharapkan Pimpinan Unit Kerja setempat sebagai


Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit dapat membakukan
bentuk dokumen sosialisasi / asistensi yang harus disertakan dalam
DUPAK untuk penilaian setempat.

b. Jumlah HP untuk kegiatan sosialisasi / asistensi harus disesuaikan


dengan kebutuhan. Namun demikian, untuk setiap kegiatan sosialisasi /
asistensi sebagai dasar penyusunan surat tugas hendaknya disusun
anggaran waktu (modifikasi dari KM3 untuk pemeriksaan) yang
menggambarkan jumlah HP yang direncanakan untuk setiap pelaksanaan
asistensi / sosialisasi. Atasan langsung dalam kegiatan tersebut
bertangggung jawab terhadap kewajaran HP penugasan baik dari sisi
perencanaan maupun realisasinya. Hal ini sejalan dengan Surat Edaran
Kepala BPKP No. SE-06.00.00.22/K/1999 tanggal 11 Januari 1999 angka
III huruf B.3 yang menyatakan bahwa atasan langsung PFA
bertanggungjawab atas kewajaran perhitungan angka kredit yang diajukan
oleh PFA yang berada di bawah supervisinya sehingga perhitungan angka
kredit yang diajukan dalam SPMK sesuai dengan prestasi PFA yang
bersangkutan.

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 37


Pusat Pembinaan JFA BPKP

26. Pertanyaan:
Untuk pengajuan angka kredit Penugasan Asistensi / Bimbingan Teknis
SAKD dan sejenisnya, sesuai dengan norma hasil, bukti pendukung apa yang
harus dilengkapi sebagai bukti penugasan telah dilaksanakan? Selain itu
berapa jam penugasan yang diakui, karena penugasan tersebut dalam kurun
waktu lama namun tidak dilaksanakan setiap hari sejak mulai sampai selesai?

Jawaban
Penugasan asistensi/bimbingan teknis SAKD merupakan kegiatan
pengawasan yang disepadankan dengan melaksanakan asistensi dan
konsultasi di bidang pengawasan. Untuk kegiatan tersebut dapat disusun
Anggaran Waktu pelaksanaan kegiatan (sejenis formulir KM3 yang
dimodifikasi sesuai kebutuhan) yang dapat digunakan sebagai dasar
perhitungan angka kredit.

Lebih lanjut dalam Keputusan Kepala BPKP No Kep-817/K/JF/2002 tanggal 3


Desember 2002 tentang SOP Penilaian dan Penetapan Angka Kredit Di
lingkungan APIP, dokumen yang diperlukan untuk usulan angka kredit
kegiatan pengawasan (hal. 24) adalah :
SPMK
Formulir anggaran waktu pengawasan
Foto copy Surat Tugas
Kartu penugasan kegiatan pengawasan
Dokumen yang menunjukkan hasil kegiatan pengawasan, yang dapat
berupa foto copy sampul laporan hasil pengawasan atau routing slip
penyusunan laporan
Dokumen pendukung lainnya

Dokumen-dokumen tersebut pada hakekatnya diperlukan untuk meyakini


bahwa penugasan telah selesai dilaksanakan dan telah terpenuhinya norma
hasil. Apabila diperlukan, dapat saja dimintakan dokumen pendukung lainnya
yang dapat dijadikan sebagai bukti Formal untuk meyakini terpenuhinya
norma hasil, seperti jadual kegiatan dan daftar hadir.

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 38


Pusat Pembinaan JFA BPKP

27. Pertanyaan:
Pada prakteknya, dalam melaksanakan kegiatan sosialisasi / asistensi
diperlukan adanya pemaparan yang mengharuskan PFA mempersiapkan diri
mempelajari bahan-bahan / literatur baru dan sebagainya, sehingga ada
unsur mengembangkan profesi PFA.

Jawaban
Kegiatan mempersiapkan diri untuk pelaksanaan sosialisasi/asistensi, seperti
mempelajari bahan-bahan / literatur baru, penyiapan bahan, penyusunan
modul, dsb; Tidak termasuk dalam kegiatan unsur pengembangan profesi.
Terhadap kegiatan-kegiatan tersebut dapat diberikan angka kredit unsur
pengawasan kegiatan mempersiapkan bahan untuk tujuan tertentu yang
didasarkan pada surat tugas/nota dinas minimal dari pejabat eselon III.
Dalam surat tugas/nota dinas tersebut agar dicantumkan lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk mempersiapkan bahan tersebut dan nama kegiatan
sosialisasi yang akan dilakukan. (Lihat juga Himpunan Tanya Jawab Seputar
JFA Tahun 2002 Hal 40 dan 43, pertanyaan nomor 49).

28. Pertanyaan:
Bagaimana perhitungan angka kredit magang bagi PFA yang akan diangkat
untuk pertama kali maupun PFA yang akan diangkat kembali, apakah dari
setiap Surat Tugas dihitung menggunakan jam diklat ataukah secara
keseluruhan jumlah HP dari kumpulan Surat Tugas dalam periode ajuan
dihitung menggunakan jam diklat sampai tercapai angka kredit minimal untuk
pengangkatan tersebut terpenuhi?

Jawaban:
Sesuai dengan SE-06.04.00-1485/DI/1999, perhitungan angka kredit untuk
pengangkatan pertama kali ke dalam JFA dihitung berdasarkan jam
pengawasan dengan tarif jam diklat. Perhitungan angka kredit tersebut
diberlakukan untuk masing-masing surat tugas.

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 39


Pusat Pembinaan JFA BPKP

Perhitungan dengan menggunakan tarif angka kredit berdasarkan jam diklat


dilakukan sampai dengan angka kredit kumulatif minimal yang diperlukan
pada kepangkatannya terpenuhi. Sebagai contoh, seorang calon PFA
berIjazah S1 Akuntansi dengan Gol. Ruang III/a yang akan diangkat, melalui
pengangkatan pertama, dalam jabatan Auditor Ahli Pertama, dapat
menggunakan tarif angka kredit berdasarkan jam diklat sampai memperoleh
angka kredit sejumlah 100 (angka kredit kumulatif minimal yang diperlukan
untuk Gol. Ruang III/a). Apabila angka kredit kumulatif minimal telah
terpenuhi, maka perhitungan angka kredit selanjutnya dilakukan sesuai
dengan jam dan tarif jenis kegiatan pengawasannya.

Berdasarkan kesepakatan Forum Komunikasi JFA dan Kepegawaian Tahun


2002, hal tersebut berlaku pula bagi pengangkatan kembali JFA yang
dibebaskan sementara karena mengikuti tugas belajar lebih dari 6 (enam)
bulan. (Lihat Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2002 halaman 24
dan halaman 30, pertanyaan no. 31).

D. PENGEMBANGAN PROFESI

Permasalahan yang dibahas dalam kelompok ini berkenaan dengan kegiatan


pada unsur Pengembangan Profesi yang merupakan bagian dari Unsur Utama
Kegiatan PFA sebagaimana tercantum dalam huruf C Lampiran 1 A dan 1 B
Keputusan MENPAN No. 19 Tahun 1996 tentang Jabatan Fungsional Auditor
dan Angka Kreditnya.

Secara garis besar, permasalahan yang telah dibahas dalam Forum Komunikasi
JFA dan Kepegawaian Tahun 2003 mengenai pengembangan profesi antara lain
adalah sebagai berikut:

Perolehan angka kredit pengembangan profesi sebagai salah satu syarat


kenaikan pangkat

Berdasarkan Keputusan Kepala BPKP No. Kep-13.00.00-125/K/1997 angka VI


huruf E (hal. 175 s.d 180), angka kredit yang harus diperoleh atau wajib

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 40


Pusat Pembinaan JFA BPKP

dikumpulkan untuk pengembangan profesi bagi Auditor Trampil dan Ahli untuk
naik pangkat setingkat lebih tinggi adalah sekurang-kurangnya sebagai berikut:

Angka Angka
Jabatan Pangkat Kredit utk Kredit Perolehan angka
naik pkt P. Profesi kredit P. Profesi
Auditor Trampil
- Auditor Pelaksana II/b 20 1 Selama dlm pkt II/b
II/c 20 1 Selama dlm pkt II/c
II/d 20 1 Selama dlm pkt II/d
- Auditor Pelaks. Lanjutan III/a 50 2 Selama dlm pkt III/a
III/b 50 2 Selama dlm pkt III/b
- Auditor Penyelia III/c 100 4 Selama dlm pkt III/c
III/d 30 1,5 Setiap 2 tahun

Auditor Ahli
- Auditor Ahli Pertama III/a 50 3 Selama dlm pkt III/a
III/b 50 3 Selama dlm pkt III/b
- Auditor Ahli Muda III/c 100 8 Selama dlm pkt III/c
III/d 100 8 Selama dlm pkt III/d
- Auditor Ahli Madya IV/a 150 15 Selama dlm pkt IV/a
IV/b 150 15 Selama dlm pkt IV/b
IV/c 150 15 Selama dlm pkt IV/c
- Auditor Ahli Utama IV/d 200 30 Selama dlm pkt IV/d
IV/e 50 15 Setiap 2 tahun

Sesuai dengan ketentuan tersebut di atas, untuk dapat naik pangkat setingkat
lebih tinggi, seorang PFA disyaratkan memperoleh angka kredit sejumlah tertentu
dari unsur Pengembangan Profesi yang dikumpulkan selama dalam pangkat
terakhir. Perolehan angka kredit Pengembangan Profesi ini bersifat penambahan
baru (delta) selama dalam pangkat terakhir, dan bukan kumulatif.

Sebagai contoh, seorang Auditor Ahli Muda berpangkat Penata (Gol. III/c), untuk
naik pangkat ke Penata Tk. I (Gol. III/d), disamping memenuhi persyaratan
lainnya, disyaratkan untuk mengumpulkan angka kredit, dengan ketentuan
sebagai berikut:

1. Mengumpulkan angka kredit secara total sejumlah 100, yang merupakan


selisih dari angka kredit minimal untuk Gol. III/c (sejumlah 200) dan angka
kredit minimal gol. III/d (sejumlah 300), dengan komposisi minimal 80 %
Unsur Utama dan maksimal 20% Unsur Penunjang.

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 41


Pusat Pembinaan JFA BPKP

Jumlah angka kredit ini bersifat kumulatif, dalam arti apabila yang
bersangkutan telah memiliki angka kredit sejumlah 225 pada saat naik
pangkat ke Gol III/c, maka untuk mencapai angka kredit sejumlah 300 (angka
kredit minimal Gol. III/d), yang bersangkutan cukup mengumpulkan angka
kredit sejumlah 75, dengan memperhatikan komposisi Unsur Utama dan
Penunjang tersebut di atas.

2. Dalam pengumpulan angka kredit total, sebagaimana diuraikan dalam angka


1 di atas, PFA yang bersangkutan disyaratkan untuk mengumpulkan angka
kredit dari unsur Pengembangan Profesi sejumlah 8 yang wajib diperoleh
selama dalam pangkat Penata (Gol. III/c).

Perolehan angka kredit ini bersifat delta (diperoleh selama dalam pangkat
terakhir), dalam arti angka kredit Pengembangan Profesi yang diperoleh
dalam pangkat sebelumnya (Gol. III/b) tidak dapat mengurangi kewajiban
memperoleh angka kredit Pengembangan Profesi selama dalam Gol. III/c.

Demikian pula, kelebihan perolehan angka predit Pengembangan Profesi


selama dalam Gol. III/c tidak mengurangi kewajiban mengumpulkan angka
kredit Pengembangan Profesi dalam pangkat berikutnya. Misalnya, selama
dalam gol. III/c, PFA tersebut memperoleh angka kredit Pengembangan
Profesi sejumlah 10 (melebihi yang dipersyaratkan sejumlah 8), kelebihan
angka kredit sejumlah 2 tersebut tetap diakui secara total angka kredit
sebagai tabungan untuk kenaikan pangkat berikutnya (dari Gol III/d ke IV/a),
namun, untuk naik pangkat dari Gol. III/d ke IV/a, PFA tersebut tetap
diwajibkan untuk mengumpulkan angka kredit Pengembangan Profesi
sejumlah 8 selama dalam Gol. III/d.

Kewajiban mengumpulkan angka kredit sejumlah tertentu dari unsur


Pengembangan Profesi, sebagaimana diuraikan di atas, adalah salah satu
persyaratan untuk Kenaikan Pangkat / Jabatan, dan tidak merupakan
persyaratan dalam Pengangkatan ke dalam JFA baik melalui mekanisme
Pengangkatan Pertama, Pengangkatan Inpassing, Pengangkatan Perpindahan,
maupun Pengangkatan Kembali.

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 42


Pusat Pembinaan JFA BPKP

Kewajiban untuk mengumpulkan angka kredit Pengembangan Profesi juga dapat


dipertimbangkan untuk belum diberlakukan pada kenaikan pangkat pertama
setelah pengangkatan ke dalam JFA, dengan pertimbangan bahwa waktu yang
dibutuhkan untuk mengumpulkan angka kredit dari unsur pengembangan profesi
tersebut mungkin tidak penuh selama dalam suatu pangkat/jabatan tertentu.
(Misalnya, apabila seorang PNS diangkat ke dalam JFA pada saat yang
bersangkutan telah 3 tahun dalam pangkat terakhir, maka waktu yang tersedia
baginya untuk memperoleh angka kredit Pengembangan Profesi relatif tidak
memadai).

Diklat yang dikategorikan sebagai pengembangan profesi

Berdasarkan Lampiran 1 A dan 1 B Keputusan MENPAN No. 19/1996, kegiatan


Auditor yang dapat diberikan angka kredit sebagai unsur Pengembangan Profesi
adalah sebagai berikut:

1. Membuat karya ilmiah / karya tulis di bidang pengawasan


2. Menerjemahkan / menyadur karya tulis ilmiah di bidang pengawasan
3. Berpartisipasi secara aktif dalam penerbitan di bidang pengawasan
4. Melakukan pelatihan di kantor sendiri
5. Berpartisipasi secara aktif dalam pemaparan (ekspose) draft / pedoman /
modul / fatwa di bidang pengawasan
6. Melakukan studi banding di bidang pengawasan

Pada dasarnya, kegiatan yang termasuk dalam unsur Pengembangan Profesi


Pengawasan adalah kegiatan-kegiatan yang bersifat mengembangkan dan
meningkatkan profesionalitas PFA di bidang pengawasan secara berkelanjutan.

Namun demikian, dalam jenis-jenis kegiatan unsur Pengembangan Profesi,


sesuai Keputusan MENPAN No. 19/1996 tersebut di atas, belum termasuk
adanya diklat yang bersifat Pendidikan Profesi Berkelanjutan / PPL (Continuing
Professional Education) yang seharusnya juga merupakan kegiatan
Pengembangan Profesi.

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 43


Pusat Pembinaan JFA BPKP

Berdasarkan pertimbangan adanya kegiatan diklat yang pada hakikatnya


merupakan kegiatan Pengembangan Profesi, telah ditetapkan beberapa jenis
diklat yang dapat dan tidak dapat dikelompokkan ke dalam unsur Pengembangan
Profesi Pengawasan sesuai surat edaran Kepala Pusbin JFA No. SE-06.04.00-
27/PJFA/2002 tanggal 18 Januari 2002 perihal Penjelasan Unsur
Pengembangan Profesi, Jam Kerja, dan Alokasi Angka Kredit, yaitu:

1. Diklat Yang Dapat Dikategorikan Sebagai Unsur Pengembangan Profesi

a. Diklat Fungsional

1) Sertifikasi Pindah Jalur


2) Sertifikasi Penjenjangan/Pengembangan Peran Ketua Tim
3) Sertifikasi Penjenjangan/Pengembangan Peran Pengendali Teknis
4) Sertifikasi Penjenjangan/Pengembangan Peran Pengendali Mutu

b. Diklat Teknis

1) Diklat Audit BLN


2) Diklat Audit Perminyakan
3) Diklat Audit Akuntabilitas
4) Diklat Komputer Audit
5) Diklat Pemeriksaan Khusus
6) Diklat Audit Kinerja
7) Diklat Teknis Lainnya yang disepakati antara instansi yang
bersangkutan dengan Instansi Pembina

2. Diklat Yang Tidak Dapat Dikategorikan Sebagai Unsur Pengembangan


Profesi

a. Diklat Prajabatan
b. Diklat ADUM / Diklatpim IV
c. Diklat SPAMA / Diklatpim III
d. Diklat SPAMEN / Diklatpim II
e. Diklat Manajerial Pengawasan
f. Diklat TOT

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 44


Pusat Pembinaan JFA BPKP

g. Diklat lainnya yang tidak ada hubungannya (tidak berhubungan langsung)


dengan tugas Auditor.

Bagi PFA yang memperoleh Sertifikat Mengikuti (untuk diklat yang tidak
mengharuskan ujian) atau Sertifikat Lulus (untuk diklat yang mengharuskan ujian)
atas diklat yang dapat dikategorikan sebagai unsur Pengembangan Profesi,
dapat mengajukan angka kredit sebagai unsur Pengembangan Profesi. Angka
kredit kegiatan tersebut dihitung dengan menggunakan tarif angka kredit sub
unsur Mengikuti Diklat Kedinasan serta memperoleh STTPL (sub unsur
kegiatan Pendidikan), sesuai dengan jumlah jam pelatihan yang tercantum dalam
sertifikat, namun dalam DUPAK diajukan sebagai perolehan angka kredit Unsur
Pengembangan Profesi.

Bagi PFA yang mengikuti / lulus diklat yang tidak dapat dikategorikan sebagai
unsur Pengembangan Profesi, angka kredit kegiatan tersebut dihitung dengan
menggunakan tarif angka kredit sub unsur Mengikuti Diklat Kedinasan serta
memperoleh STTPL (sub unsur kegiatan Pendidikan), sesuai dengan jumlah
jam pelatihan yang tercantum dalam sertifikat, dan dalam DUPAK diajukan
sebagai perolehan angka kredit Unsur Pendidikan.

Bagi Unit-Unit Pengawasan di lingkungan APIP yang memiliki atau


menyelenggarakan diklat yang dipandang dapat dikategorikan sebagai unsur
Pengembangan Profesi, namun belum termasuk dalam Surat Edaran tersebut di
atas, dapat mengajukannya kepada Pusbin JFA, disertai dengan deskripsi
singkat tujuan dan materi diklat tersebut, untuk disepakati sebagai unsur
Pengembangan Profesi.

Berpartisipasi secara aktif dalam pemaparan (ekspose) draft

Dalam penerapan ketentuan JFA, pemahaman mengenai kegiatan


Berpartisipasi secara aktif dalam pemaparan (ekspose) draft pedoman / modul /
fatwa di bidang pengawasan sering dianggap sama dengan ekspose yang
lazim dilakukan oleh auditor pada saat pemaparan hasil pemeriksaan kepada

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 45


Pusat Pembinaan JFA BPKP

pihak kejaksaan, atau pemaparan hasil pemeriksaan oleh tim audit di hadapan
pejabat eselon I dan II, sehingga diperlukan penjelasan yang membedakan
kegiatan-kegiatan tersebut.

Yang dimaksud dengan pemaparan (ekspose) draft pedoman / modul / fatwa di


bidang pengawasan dalam ketentuan JFA adalah merupakan bagian kegiatan
yang dilakukan dalam proses penyusunan pedoman / modul / fatwa di bidang
pengawasan. Pemaparan (ekspose) draft pedoman / modul / fatwa merupakan
kegiatan due process yang dilakukan untuk memperoleh masukan atas draft
yang sedang disusun. Kegiatan ini termasuk dalam unsur Pengembangan
Profesi, karena dalam pemaparan tersebut, PFA berpartisipasi secara aktif
berdiskusi dan mengembangkan wacana di bidang pengawasan dalam rangka
memberikan masukan untuk penyempurnaan draft dimaksud. Dalam kegiatan ini,
setiap PFA yang berpartisipasi aktif (baik pemapar maupun pemberi masukan)
memperoleh angka kredit unsur Pengembangan Profesi.

Dilain pihak, kegiatan ekspose yang lazim dilakukan oleh auditor pada saat
pemaparan hasil pemeriksaan kepada pihak kejaksaan, atau pemaparan hasil
pemeriksaan oleh tim audit di hadapan pejabat eselon I dan II, adalah
merupakan bagian dari kegiatan Pengawasan dan tidak termasuk kegiatan
Pengembangan Profesi. Perlakuan angka kredit atas kegiatan ini adalah sebagai
berikut:

1. Apabila kegiatan ekspose atau pemaparan tersebut dilakukan sebelum


diterbitkannya Laporan Hasil Audit (sebagai norma hasil kegiatan audit),
maka angka kreditnya merupakan satu kesatuan dengan angka kredit yang
diperoleh dari kegiatan audit yang bersangkutan.
2. Apabila kegiatan ekspose atau pemaparan tersebut dilakukan setelah
diterbitkannya Laporan Hasil Audit (sebagai norma hasil kegiatan audit),
maka kegiatan pemaparan/ekspose tersebut diberikan angka kredit sebagai
kegiatan Memaparkan Hasil Pengawasan.

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 46


Pusat Pembinaan JFA BPKP

Secara rinci, permasalahan yang berkenaan dengan pengembangan profesi dan


solusinya diuraikan dalam tanya jawab berikut:

29. Pertanyaan:
Apakah benar bahwa dalam pengangkatan kembali sebagai Auditor
Pelaksana Lanjutan (III/a) tidak mempertimbangkan perolehan angka kredit
dari unsur pengembangan profesi, yang penting jumlah angka kredit
kumulatifnya mencapai 100

Jawaban:
Komposisi perolehan angka kredit yang mensyaratkan adanya perolehan
angka kredit sejumlah tertentu (delta) dari unsur pengembangan profesi
digunakan untuk kenaikan pangkat/jabatan. Hal ini sesuai dengan Keputusan
Kepala BPKP No. Kep-13.00.00-125/K/1997 angka VI huruf E hal. 175.

Untuk pengangkatan pertama, pengangkatan inpassing, pengangkatan


perpindahan, pengangkatan kembali, dan kenaikan pangkat pertama setelah
pengangkatan tidak diberlakukan persyaratan pemenuhan komposisi
perolehan angka kredit dari unsur pengembangan profesi, dengan
pertimbangan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan angka
kredit dari unsur pengembangan profesi tersebut tidak penuh selama dalam
suatu pangkat/jabatan tertentu. Oleh karena itu, pertimbangan perolehan
angka kreditnya lebih ditekankan pada perolehan angka kredit kumulatif
minimal pada pangkat/jabatannya.

30. Pertanyaan:
Angka kredit untuk pengembangan profesi jika melebihi yang diperlukan
untuk kenaikan pangkat tidak bisa ditabung untuk periode kenaikan pangkat
berikutnya dan jika tidak dimasukkan pada periode kenaikan pangkat
sekarang akan hangus tidak bisa dipakai untuk mendapatkan angka kredit
lagi. Hal tersebut sangat membatasi kreativitas PFA yang aktif misalnya
dalam hal menulis artikel, dan menyusahkan PFA yang agak susah untuk
mendapatkan angka kredit dari pengembangan profesi.

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 47


Pusat Pembinaan JFA BPKP

Jawaban:

Sebagaimana telah dijelaskan pada halaman 41, pada dasarnya perolehan


angka kredit dari unsur pengembangan profesi merupakan salah satu
prasyarat untuk dapat naik pangkat setingkat lebih tinggi. Hakekat dari
pengembangan profesi adalah jumlah jam tertentu yang harus disediakan
oleh masing-masing PFA untuk menjaga dan mengembangkan kemampuan
dan profesionalismenya, agar tetap layak menyandang jabatannya. Oleh
sebab itu, pengakuan angka kreditnya tidak dapat di shifting (digeser) antar
jenjang jabatan. Namun demikian, kelebihan perolehan angka kredit dari
unsur pengembangan profesi dapat diperhitungkan untuk kenaikan pangkat
berikutnya secara kumulatif angka kredit, tetapi tidak dapat diperhitungkan
sebagai pengurang persyaratan perolehan tambahan (delta) angka kredit
pengembangan profesi yang dibutuhkan untuk kenaikan pangkat berikutnya.

Sebagai contoh, seorang Auditor Pelaksana gol. II/b memiliki angka kredit
pengembangan profesi 1,5 atau lebih besar 0,5 dari yang dipersyaratkan
untuk kenaikan pangkat ke gol II/c. Pada saat yang bersangkutan akan naik
pangkat dari II/c ke II/d tetap diharuskan memperoleh angka kredit
pengembangan profesi 1 angka kredit.
Kelebihan angka kredit sebesar 0,5, yang diperoleh pada saat yang
bersangkutan berada gol II/c, tidak dapat diperhitungkan untuk mengurangi
persyaratan angka kredit pengembangan profesi untuk kenaikan pangkat
berikutnya. Ketentuan tersebut secara implisit menunjukkan bahwa Auditor
senantiasa dituntut untuk selalu mengembangkan dan mempertahankan
kemampuan profesionalnya secara berkelanjutan.
(Lihat juga Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2001 hal. 24
pertanyaan no. 56)

31. Pertanyaan:
Dalam Prosedur Kegiatan Baku Penilaian dan Penetapan Angka Kredit (SOP
PPAK) disebutkan antara lain bahwa kegiatan pengembangan profesi tidak
memerlukan Surat Tugas, sebagai berikut :

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 48


Pusat Pembinaan JFA BPKP

1. Menerjemahkan / menyadur Karya Tulis Ilmiah


2. Berpartisipasi secara aktif dalam penerbitan
3. Melakukan PKS
4. Berpartisipasi secara aktif dalam pemaparan draft / pedoman / modul /
fatwa

Padahal Surat Tugas diperlukan untuk meyakini legalitas maupun jumlah HP


dalam DUPAK.

Jawaban:
Pada dasarnya kegiatan pengembangan profesi merupakan suatu kegiatan
yang inisiatifnya berasal dari diri PFA yang bersangkutan dalam upayanya
menjaga dan mengembangkan profesinya. Sebagai contoh adalah kegiatan
menerjemahkan buku dan berpartisipasi secara aktif dalam penerbitan.

Hasil dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat diberikan angka kredit walaupun


tanpa disertai surat tugas dan tidak mempengaruhi jumlah HP Maksimal
dalam periode yang dinilai. Untuk kegiatan yang dilaksanakan dengan
menggunakan hari pengawasan seperti kegiatan PKS dan Berpartisipasi,
secara aktif dalam pemaparan draft / pedoman / modul / fatwa, penggunaan
HP dibuktikan dengan daftar hadir dan notulen.

Berdasarkan kesepakatan Forum Komunikasi JFA dan Kepegawaian Tahun


2003, terdapat beberapa kegiatan pengembangan profesi yang perhitungan
(tarif) angka kreditnya tidak didasarkan pada HP dan oleh karena itu tidak
merupakan unsur dalam perhitungan HP Maksimal, antara lain :

o Membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang pengawasan


o Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan-bahan lain di bidang
pengawasan
o Berpartisipasi dalam penerbitan buku di bidang pengawasan

(Lihat juga penjelasan mengenai HP Maksimal pada pertanyaan no 7 di atas).

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 49


Pusat Pembinaan JFA BPKP

32. Pertanyaan:
Diklat sertifikasi dapat diperhitungkan sebagai unsur pengembangan profesi
dan perhitungannya dilakukan setelah terbit sertifikat kelulusan (STTPP).
Pengakuan angka kredit yang dilakukan setelah terbitnya STTPP dapat
menghambat kenaikan pangkat karena angka kredit tersebut dibutuhkan
untuk unsur pengembangan profesi, sehingga STTPP bukan sekedar hanya
untuk kenaikan jabatan, sementara STTPP sering terlambat terbit. Untuk
mengatasi masalah tersebut, diusulkan agar angka kredit dapat diberikan
kepada PFA tanpa harus menunggu terbitnya STTPP, namun dapat diberikan
berdasarkan keterangan lulus dari Kepala Pusdiklatwas atau Kepala Pusbin
JFA.

Jawaban:
Untuk kepentingan pengusulan angka kredit unsur pengembangan profesi
dari kegiatan mengikuti diklat dapat dilakukan dengan surat keterangan lulus
dari Kepala Pusdiklatwas, namun untuk dokumen usulan kenaikan
pangkat/jabatan tetap harus melampirkan sertifikat STTPP karena pihak BKN
menghendaki bukti fisik legal (Lihat juga jawaban pertanyaan no. 6 di atas)

33. Pertanyaan:
Dengan terbitnya SE baru yang membedakan Diklat sebagai unsur
Pendidikan dan Diklat yang menjadi unsur Pengembangan Profesi, maka
unsur pendidikan yang dapat dinilai angka kreditnya menjadi rancu. Kami
menghargai ide tersebut karena dilakukan dalam rangka membantu para PFA
mendapatkan nilai dari unsur Pengembangan Profesi. Namun demikian, ide
tersebut harus didukung dengan rasionalisasi yang jelas, jangan justru
mengaburkan yang sebelumnya telah jelas

Jawaban:
Dasar pemikiran mengelompokkan beberapa jenis diklat yang diatur dalam
SE Kapusbin JFA No. SE-06.04.00-27/PJFA/2002 tanggal 18 Januari 2002
tidak semata-mata dimaksudkan dalam rangka membantu para PFA

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 50


Pusat Pembinaan JFA BPKP

mendapatkan angka kredit dari unsur Pengembangan Profesi, tetapi lebih


didasarkan pada pemikiran bahwa dari segi substansi terdapat diklat-diklat
yang bersifat sebagai Pendidikan Profesi Lanjutan (Continuing Professional
Education) yang seharusnya merupakan salah satu jenis dari kegiatan
Pengembangan Profesi Auditor. Mengingat dalam kelompok sub unsur
Pengembangan Profesi pada tabel angka kredit sesuai lampiran Kep
MENPAN No. 19/1996, belum mengakomodasi adanya kegiatan tersebut,
maka terhadap beberapa jenis Pendidikan Profesi Lanjutan (PPL) diberikan
angka kredit Pengembangan Profesi. Hal ini juga terdapat di Amerika Serikat
(sebagai contoh), bahwa suatu diklat memang dirancang sebagai PPL untuk
asosiasi profesi tertentu dengan angka kredit tertentu.

34. Pertanyaan:
AK pengembangan profesi dari selain PKS dan Diklat sulit diperoleh oleh
pegawai secara umum, sementara Diklat sendiri belum dapat merata kepada
seluruh pegawai. Apakah diklat dari luar Pusdiklatwas seperti PPL Profesi
dapat diberikan AK yang sepadan?

Jawaban
Kegiatan PPL Profesi yang dilakukan di luar kedinasan (diluar Pusdiklatwas)
dapat diberikan angka kredit apabila materi yang diberikan terkait dengan
pengawasan dan peningkatan kemampuan PFA di bidang pengawasan.
Agar kegiatan tersebut dapat dinilai angka kreditnya, harus memenuhi
persyaratan yang ditentukan, antara lain didukung dengan surat penugasan
oleh Pejabat yang berwenang dan sertifikat atas kegiatan tersebut.
(Lihat juga Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2001 hal. 11
pertanyaan no. 23)

35. Pertanyaan:
a. PFA telah diperintahkan untuk mengikuti Diklat misalnya LAKIP atau
SAKD, setelah mengikuti, PFA diberikan angka kredit pada
pengembangan profesi, yang menjadi masalah adalah pada waktu

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 51


Pusat Pembinaan JFA BPKP

pemberian nilai/ angka kredit tarif apa yang dipakai, apakah tarif jam diklat
atau tarif lainnya yang ada pada kegiatan pengembangan profesi
(misalnya : tarif peserta PKS atau tarif lainnya)
b. Permasalahan lain yang timbul adalah bila PFA yang telah menerima
pelajaran selama Diklat tersebut diperintahkan untuk mensosialisasikan
kepada PFA lainnya dalam PKS. Apakah pada kegiatan melakukan
sosialisasi tersebut PFA yang mensosialisasikan diberikan angka kredit
peserta PKS (Pemrasaran) atau sebagai angka kredit penunjang
(mengajar)

Jawaban
a. PFA yang mengikuti diklat LAKIP atau SAKD dapat diberikan angka kredit
pengembangan profesi apabila didukung dengan dokumen norma hasil
yang memadai. Pemberian angka kredit untuk diklat yang termasuk dalam
kelompok Pengembangan Profesi adalah dengan menggunakan besaran
angka kredit unsur pendidikan sub unsur mengikuti diklat kedinasan serta
memperoleh STTPP sesuai Lampiran 1 Keputusan Menpan No. 19/1996,
namun dalam DUPAK dan SK PAK dikelompokkan sebagai perolehan
angka kredit unsur pengembangan profesi. (Lihat juga Himpunan Tanya
Jawab Seputar JFA Tahun 2002 Hal. 19 pertanyaan no. 18)
b. Dalam hal PFA yang telah mengikuti diklat ditugaskan menyampaikan
materi diklat (mensosialisasikan) kepada PFA lainnya pada unit kerja
yang sama (dalam forum PKS), maka PFA yang menyampaikan materi
tersebut diberikan angka kredit pengembangan profesi kegiatan PKS,
sebagai pemrasaran. Untuk kegiatan mensosialisasikan kepada unit kerja
lain, dalam SE No. 1079/JF.1/2002 sebagaimana telah diubah dengan SE
No. 91/JF.1/2003 tentang Penegasan Hasil Rakor JFA dan Kepegawaian
2002, pada point 6 disebutkan bahwa pemberian angka kredit untuk
kegiatan sosialisasi antar unit, misalnya dalam sosialisasi Akuntabilitas,
SAKD, dan lainnya yang dilakukan oleh PFA dari BPKP Pusat ke
Perwakilan atau dari Perwakilan ke unit kerja lain, misalnya Bawasda,
diberlakukan sebagai berikut:

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 52


Pusat Pembinaan JFA BPKP

1) Bagi PFA yang melakukan sosialisasi diberikan angka kredit yang


disepadankan dengan kegiatan melaksanakan penyuluhan di
bidang pengawasan
2) Bagi PFA yang menerima/mengikuti sosialisasi diberikan angka kredit
sebagai kegiatan PKS.

36. Pertanyaan:
Apakah ada persyaratan yang mengatur mengenai penyelenggaran
workshop, berapa angka kredit yang diberikan untuk penyelenggaraan
(moderator, notulen) maupun bagi peserta?

Jawaban
Dalam ketentuan JFA, tidak diatur secara spesifik mengenai
penyelenggaraan workshop, dalam Forum 2003 disepakati bahwa pada
dasarnya suatu workshop (bengkel kerja) adalah merupakan pelatihan
mengenai suatu topik atau keahlian tertentu. Kegiatan workshop umumnya
berupa interaksi antara Instruktur dan Peserta, sehingga tidak dibutuhkan
adanya moderator dan notulis. Angka kredit bagi Instruktur disepadankan
dengan kegiatan Melaksanakan Penyuluhan di bidang Pengawasan,
sedangkan bagi Peserta merupakan kegiatan PKS. (Lebih lanjut lihat Surat
Edaran Kepala Pusbin JFA No. SE-769/JF/1/2003 tanggal 14 Juli 2003
perihal Penegasan Hasil Forum JFA dan Kepegawaian Tahun 2003).

37. Pertanyaan:
Pedoman penyusunan makalah bagi PFA belum seragam, mulai dari
penetapan judul sampai dengan perolehan angka kredit dari Tim Penilai
Makalah, mengakibatkan :
a. Ada berbagai persepsi penyusunan makalah yang mengarah kepada
penyederhanaan dalam usaha memperoleh angka kredit maksimal
b. Menimbulkan peluang menjiplak milik orang lain dalam upaya memperoleh
angka kredit dari unsur penyusunan makalah

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 53


Pusat Pembinaan JFA BPKP

Untuk itu diusulkan agar Pusbin JFA segera menetapkan Pedoman


Penyusunan Karya Tulis / Karya Ilmiah.

Jawaban:
Pedoman penyusunan karya tulis/karya ilmiah yang disusun oleh Pusbin JFA
telah memasuki tahap due process. Sementara pedoman tersebut dalam
proses penyusunan, penentuan kriteria khusus karya tulis/karya ilmiah untuk
penilaian angka kredit diserahkan kepada Pejabat yang Berwenang
Menetapkan Angka Kredit dengan memperhatikan kriteria umum
sebagaimana diuraikan dalam Keputusan Kepala BPKP No. Kep-13.00.00-
125/K/1997 huruf c angka 2 hal. 163-167 dan kelaziman yang diterima secara
umum.

Apabila unit kerja telah menyusun suatu pedoman karya tulis/karya ilmiah
yang berlaku setempat, diharapkan pedoman tersebut disampaikan pula ke
Pusbin JFA sebagai masukan dalam perumusan pedoman yang sedang
dilakukan.

38. Pertanyaan
Apakah majalah Warta Pengawasan termasuk majalah ilmiah atau majalah
populer dan mohon dapat dibuatkan kriteria majalah ilmiah dan majalah
populer berikut contohnya.

Jawaban:
Warta Pengawasan dapat dianggap sebagai majalah ilmiah sebagaimana
dimaksud dalam Keputusan Kepala BPKP No. Kep-13.00.00-125/K/1997
huruf c angka 2 hal. 163, dengan memperhatikan kolom / rubrik yang
disediakan untuk tulisan ilmiah. Penetapan lebih lanjut kriteria majalah ilmiah
akan dituangkan dalam pedoman karya tulis/karya ilmiah yang masih dalam
proses penyusunan.

39. Pertanyaan :
Bagi para PFA yang telah mengikuti diklat teknis tertentu misal Audit
Perminyakan, Pinjaman Hibah Luar Negeri dan diklat teknis lainnya, pada

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 54


Pusat Pembinaan JFA BPKP

saat yang bersangkutan selesai mengikuti diklat memperoleh angka kredit


sebagai pengembangan profesi. Kemudian apabila sekembalinya dari diklat
yang bersangkutan memberikan PKS tersebut kepada PFA di unitnya bagi
yang menerima/ peserta PKS sebagai pengembangan profesi sementara bagi
pemberi materi PKS sebagai unsur penunjang ?

Jawaban
Dalam hal PFA yang telah mengikuti diklat ditugaskan menyampaikan materi
diklat (mensosialisasikan) kepada PFA lainnya pada unit kerja yang sama
(dalam forum PKS), maka PFA yang menyampaikan materi tersebut diberikan
angka kredit pengembangan profesi kegiatan PKS, sebagai pemrasaran.
(Lihat juga jawaban pertanyaan no. 35 huruf b diatas).

40. Pertanyaan:
a. Dalam melaksanakan PKS, kami membuat susunan yang ada sebagai
penyaji makalah, moderator dan notulis.

1) Apakah dapat diberikan angka kredit kepada moderator yang


memandu penyajian makalah dan berapa angka kreditnya.
2) Berapa jumlah maksimum sebagai notulis dalam melakukan setiap
kegiatan PKS

b. Dalam Surat Edaran Kepala Pusbin JFA No. SE- 1079/JF1/2002 tanggal
20 Desember 2002, butir 8 dinyatakan bahwa perolehan sertifikat brevet
pajak dapat diberikan angka kredit unsur pengembangan profesi. Terdapat
PFA yang memiliki sertifikat brevet pajak yang diperoleh pada tahun 2000
yang belum diberi angka kredit karena SE baru keluar tahun 2002.

Jawaban
1. Perolehan angka kredit untuk moderator atau nara sumber dalam PKS
disamakan dengan peran pemrasaran dalam PKS tersebut. Sedangkan
jumlah notulis dalam suatu kegiatan PKS disesuaikan dengan kebutuhan.
(Lihat juga Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2002 hal. 46
pertanyaan no. 54).

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 55


Pusat Pembinaan JFA BPKP

2. Sertifikat brevet pajak yang diperoleh pada tahun 2000 tidak dapat
diberikan angka kredit karena SE-1079/JF.1/2002 sebagaimana telah
dirubah dengan SE-91/JF.1/2003 tentang Penegasan Hasil Rakor JFA dan
Kepegawaian 2002, mulai diberlakukan per 1 Juli 2002.

41. Pertanyaan :
a. Dalam pelaksanaan kegiatan PKS apakah diperkenankan Pemrasaran
dan Notulen lebih dari satu orang dan jika diperkenankan berapa angka
kredit yang dapat diberikan untuk masing masing pemrasaran dan
notulis?
b. Sehubungan banyaknya PFA yang akan naik pangkat terganjal dengan
persyaratan delta nilai pengembangan profesi dari kenaikan pangkat
sebelumnya ke kenaikan pangkat berikutnya, mohon delta nilai
pengembangan profesi untuk setiap jenjang kenaikan pangkat/ jabatan
dapat ditinjau kembali besarannya.
c. Bagi para PFA yang ditempatkan di Tim Policy Evaluation sering
melaksanakan kegiatan sebagai instruktur PE, namun pemberian angka
kreditnya dibedakan, bagi penerima/ peserta dianggap sebagai kegiatan
pengawasan (karena tugasnya adalah melakukan sosialisasi), sehingga
kapan tim PE dapat memperoleh angka kredit pengembangan profesinya?
d. Dalam pelaksanaan kegiatan Seminar dalam prakteknya sebagai
pemrasaran, moderator/ pembahas/ nara sumber mungkin bisa lebih dari
satu orang, misalnya kalau satu orang mendapat nilai 3 atau 2, maka
apabila Pemrasaran, Moderator/ pembahas/ nara sumber lebih dari satu
atau ekstrimnya tujuh orang apakah pemberian angka kreditnya masing
masing mendapat angka kredit 3 atau 2 tergantung perannya atau 3 atau
2 dibagi 7, jadi masing masing mendapat nilai 0,428 atau 0,285

Jawaban
a. Apabila dalam suatu kegiatan PKS terdapat dua orang Pemrasaran,
masing-masing diberikan angka kredit sesuai lampiran I.A dan I.B
Keputusan MENPAN No.19/1996.

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 56


Pusat Pembinaan JFA BPKP

b. Pemberlakuan persyaratan/perolehan angka kredit unsur pengembangan


profesi sudah disepakati bersama dalam rangka meningkatkan dan
mengembangkan profesionalisme PFA. Oleh karena itu, masing-masing
PFA agar aktif melakukan kegiatan pengembangan profesi, antara lain
dengan mengusulkan materi/penyelenggaraan PKS.

Besaran angka kredit pengembangan profesi adalah sebagaimana diatur


dalam Keputusan Kepala BPKP Nomor Kep-13.00.00-125/1997 angka VI
huruf E. Adanya usulan untuk merubah ketentuan memerlukan
pembahasan yang mendalam dan komprehensif. Usulan ditampung
sebagai masukan bagi Tim Revisi Ketentuan JFA.

c. PFA yang ditugaskan dalam kegiatan Policy Evaluation dapat memperoleh


angka kredit pengembangan profesi apabila menjadi Pemrasaran dalam
PKS (untuk lingkungan unit kerjanya sendiri) dan apabila melakukan
kegiatan pengembangan profesi sebagaimana diatur dalam lampiran I A
dan I B Keputusan MENPAN No. 19/1996 dan Surat Edaran Kepala
Pusbin JFA no.SE-06.04.00-27/PJFA/2002. (Lihat juga jawaban
pertanyaan No. 35 huruf b diatas).
d. Angka kredit unsur penunjang sub unsur mengikuti konperensi / seminar /
lokakarya di bidang pengawasan adalah sebagaimana diatur dalam
lampiran IA dan IB Keputusan MENPAN No. 19/1996.
Angka kredit sebagaimana diatur dalam ketentuan di atas adalah untuk
setiap kali kegiatan oleh seorang PFA. Dengan demikian apabila dalam
suatu seminar terdapat narasumber lebih dari satu, masing-masing
memperoleh angka kredit sesuai lampiran I A dan I B Keputusan MENPAN
No. 19/1996, tanpa dilakukan pembagian berdasarkan jumlah nara
sumber.

42. Pertanyaan:
Banyak persepsi yang berbeda mengenai syarat PKS di unit-unit di daerah
karena belum dibuatkan pedoman tersendiri secara teknis mengenai
pelaksanaan PKS

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 57


Pusat Pembinaan JFA BPKP

Jawaban:
Bukti fisik pelaksanaan PKS yang dapat diusulkan dalam penilaian angka
kredit berdasarkan Kep-13.00.00-125/K/1997/1997 (Juknis) pada hal. 168
adalah Rencana PKS dari Kepala / Pimpinan Unit Organisasi, Daftar Hadir,
Makalah dari Pemrasaran, dan Notulen hasil PKS yang berisi kesimpulan.
Pedoman lebih lanjut dapat dilihat dalam Kep-817/K/JF/2002 tentang SOP
Penilaian dan Penetapan Angka Kredit, yakni pada hal. 25 menyebutkan
bahwa apabila di lingkungan unit telah ditetapkan adanya koordinator PKS,
dokumen pendukung di atas dapat diganti dengan Laporan PKS yang dibuat
oleh Koordinator PKS dan ditandatangani oleh Kepala / Pimpinan Unit.
(Lihat juga Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2002 halaman 47
pertanyaan No. 56).

43. Pertanyaan:
Seringkali pelaksanaan PKS kurang dari 5 jam sebagaimana diharapkan agar
memberikan manfaat bagi peserta PKS. Dapatkah PKS tersebut memperoleh
angka kredit satu kali kegiatan?
Jawaban:
Perhitungan angka kredit yang diakui untuk kegiatan PKS adalah per hari
kegiatan. Agar memberikan manfaat bagi peserta PKS, maka lamanya
pelaksanaan PKS diharapkan tidak kurang dari 5 jam per hari. (Lihat juga
Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2001 hal. 28 pertanyaan no. 69).

44. Pertanyaan:
Pelaksanaan PKS bersamaan dengan pelaksanaan tugas pemeriksaan dan
PFA mengklaim angka kredit keduanya.

Jawaban:
Kedua kegiatan (pemeriksaan dan PKS) dapat diakui angka kreditnya
sepanjang tidak melebihi HP maksimal 237 hari per tahun (untuk unit dengan
5 hari kerja/minggu) atau 289 hari per tahun (untuk unit dengan 6 hari kerja

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 58


Pusat Pembinaan JFA BPKP

per tahun). (Lihat juga jawaban mengenai HP Maksimal pada pertanyaan no.
7 di atas).

45. Pertanyaan:
PFA sering diminta memberikan masukan perbaikan atau komentar mengenai
draft / pedoman audit dari BPKP Pusat. Apakah kegiatan ini tidak bisa
dimasukkan dalam unsur Pengembangan Profesi, mengingat diperlukan
tenaga, waktu, dan pikiran lebih banyak dari pada menyiapkan kegiatan PKS

Jawaban:
Kegiatan memberikan masukan (dalam tahap due- process) secara tertulis
atas draft / pedoman / modul / fatwa di bidang pengawasan tidak dapat
diklasifikasikan sebagai unsur pengembangan profesi, tetapi diklasifikasikan
ke dalam unsur pengawasan butir kegiatan Mempersiapkan bahan untuk
tujuan tertentu.

Kegiatan memberikan masukan terhadap draft/pedoman/modul/ fatwa di


bidang pengawasan dapat dikelompokkan ke dalam unsur pengembangan
profesi apabila dilakukan dalam suatu kegiatan ekspose (pemaparan) dan
diskusi/pembahasan, baik bagi peserta maupun pemrasaran.

46. Pertanyaan:
Ketika Tim melaksanakan sosialisasi dan asistensi LAKIP, Tim juga
melaksanakan expose kepada para pejabat Pemda, tetapi atas kegiatan
tersebut tidak diberikan angka kredit expose (Pengembangan Profesi).

Jawaban:
Kegiatan expose pada para pejabat Pemda di atas dilakukan dalam kaitannya
dengan kegiatan asistensi dan sosialisasi LAKIP, sehingga tidak dapat
diberikan angka kredit terpisah sebagai unsur pengembangan profesi
kegiatan berpartisipasi secara aktif dalam pemaparan (expose) di bidang
pengawasan. Kegiatan expose yang dimaksud dalam unsur pengembangan
profesi adalah kegiatan memberikan masukan (dalam tahap due- process).

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 59


Pusat Pembinaan JFA BPKP

47. Pertanyaan:
Sesuai dengan pedoman yang berlaku sekarang bahwa ekspose terhadap
pemeriksaan khusus atau pemeriksaan lainnya, tidak dapat dianggap sebagai
ekspose intern atau ekstern, tetapi merupakan bagian dari hasil pemeriksaan.

Jawaban:
Angka kredit ekspose pemeriksaan khusus, bagi PFA yang terlibat dalam Tim
pemeriksaan tersebut, dihitung berdasarkan jam penugasan pemeriksaan
khusus (unsur pengawasan) dengan pertimbangan bahwa ekspose dimaksud
merupakan bagian dari tahapan pemeriksaan khusus.

Bagi PFA yang tidak terlibat dalam pemeriksaan tersebut namun mengikuti
pemaparan, dapat diberikan angka kredit pengembangan profesi sebagai
peserta PKS dan dalam pengusulan angka kreditnya harus dilengkapi dengan
dokumen-dokumen terkait dengan pelaksanaan PKS. (Lihat juga Himpunan
Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2000 hal. 14 pertanyaan no. 30).

48. Pertanyaan:
a. Pihak Kejaksaan maupun Kepolisian sering mengadakan expose baik di
Kantor Perwakilan BPKP maupun di kantor mereka terkait dengan kasus
yang dimintakan audit atau menghitung kerugian negara dengan dihadiri
pejabat dan beberapa PFA yang ditunjuk. Untuk PFA yang mengikuti
expose tersebut apakah mendapat angka kredit melalui pengembangan
profesi?
b. Expose hasil audit khusus di Kejaksaan tidak mendapat angka kredit dari
unsur pengembangan profesi pada sub unsur expose hasil pengawasan
dengan argumentasi hal itu merupakan satu kesatuan dengan audit
khususnya. Bersama ini minta pertimbangan lagi karena biasanya expose
di Kejaksaan agak jauh waktunya dari lingkup waktu surat tugas audit
khususnya dan expose di Kejaksaan bukan satu-satunya hasil akhir suatu
audit khusus sehingga penghargaan kepada tim yang berhasil membawa
kasus tersebut ke Kejaksaan dapat dalam bentuk angka kredit dari hasil
expose tersebut.

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 60


Pusat Pembinaan JFA BPKP

Jawaban:
a. Bagi PFA yang menjadi peserta dalam ekspose baik di Kantor Perwakilan
BPKP maupun di kantor kejaksaan/kepolisian, terkait dengan kasus yang
dimintakan audit atau menghitung kerugian negara, dapat diberikan angka
kredit Pengembangan Profesi sebagai Peserta PKS.
b. Ekspose audit khusus yang dilakukan dalam rangka mematangkan materi
temuan yang akan dituangkan dalam LHP merupakan bagian dari
penugasan audit khusus, sehingga tidak diberikan angka kredit tersendiri.
Untuk ekspose hasil audit khusus yang dilakukan setelah LHP terbit
(penugasan audit khusus telah selesai), kegiatan tersebut dapat
disepadankan dengan unsur pengawasan kegiatan Memaparkan Hasil
Pengawasan

E. PENUNJANG PENGAWASAN

Permasalahan yang dibahas dalam kelompok ini berkenaan dengan kegiatan


pada Unsur Penunjang Kegiatan PFA sebagaimana tercantum dalam huruf D
Lampiran 1 A dan 1 B Keputusan MENPAN No. 19 Tahun 1996 tentang Jabatan
Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya.

Secara garis besar, permasalahan yang telah dibahas dalam Forum Komunikasi
JFA dan Kepegawaian Tahun 2003 mengenai topik ini antara lain adalah sebagai
berikut:

Mengajar/melatih pada diklat pegawai

Kegiatan mengajar / melatih pada diklat pegawai adalah merupakan salah satu
kegiatan yang termasuk dalam Unsur Penunjang. Hal yang umumnya
dipertanyakan mengenai kegiatan ini adalah mengenai perlakuan angka kredit
atas kegiatan persiapan yang dilakukan dalam rangka melaksanakan kegiatan
mengajar / melatih dimaksud, mengingat angka kredit yang tercantum dalam
Keputusan MENPAN No. 19/1996 hanyalah atas kegiatan mengajar / melatih
(dengan besaran angka kredit 0,024 setiap 2 jam).

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 61


Pusat Pembinaan JFA BPKP

Dalam tahap persiapan, seorang instruktur / pengajar umumnya membutuhkan


waktu untuk mempersiapkan bahan ajar, misalnya menyiapkan transparansi,
slide, bahan diskusi, atau bahan ajar lainnya.

Dalam Forum Komunikasi disepakati bahwa kegiatan mempersiapkan materi /


bahan dalam rangka mengajar/melatih pada diklat pegawaian dapat diberikan
angka kredit unsur pengawasan kegiatan mempersiapkan bahan untuk tujuan
tertentu yang didasarkan pada surat tugas/nota dinas minimal dari pejabat
eselon III. Dalam surat tugas/nota dinas tersebut hendaknya dicantumkan
lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan bahan tersebut dan nama
diklat pegawai yang akan dilakukan.

Keanggotaan organisasi profesi

Dalam pasal 1 Keputusan MENPAN No. 19/1996 didefinisikan bahwa Organisasi


Profesi yang dimaksudkan dalam ketentuan JFA adalah organisasi yang
kegiatannya mengkhususkan pada keahlian tertentu yang tidak dapat dikerjakan
oleh semua orang, seperti Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Organisasi profesi ini hendaknya dibedakan dengan organisasi yang bersifat


perkumpulan (paguyuban) yang pada dasarnya lebih bersifat kelompok yang
anggotanya memiliki kesamaan latar belakang, dan bukan berdasarkan keahlian
tertentu yang bersifat universal. Sebagai contoh, Ikatan Auditor Intern
Departemen X, organisasi ini bukan merupakan organisasi profesi, dan lebih
bersifat sebagai perkumpulan (paguyuban).

Hal lain yang umumnya dipertanyakan adalah mengenai ruang lingkup suatu
organisasi profesi (Tingkat Internasional / Nasional / Provinsi). Dalam Forum
Komunikasi JFA dan Kepegawaian Tahun 2003 disepakati bahwa kriteria
organisasi profesi yang bersifat internasional / nasional / provinsi antara lain
didasarkan pada ruang lingkup kegiatan dan keanggotaannya. Organisasi profesi
dianggap bersifat internasional apabila ruang lingkup kegiatan dan
keanggotaannya meliputi antar negara. Demikian pula, organisasi profesi bersifat
nasional apabila kegiatan dan keanggotaannya bersifat nasional, serta bersifat

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 62


Pusat Pembinaan JFA BPKP

Provinsi apabila kegiatan dan keanggotannya hanya berada dalam ruang lingkup
suatu Provinsi.

IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) baik Pusat maupun Cabang adalah organisasi
yang bersifat nasional, sehingga seorang PFA yang menjadi anggota IAI Cabang
pada Provinsi X juga dianggap sebagai anggota organisasi profesi yang bersifat
nasional.

Memperoleh Penghargaan / Tanda Jasa

Dalam pasal 1 Keputusan MENPAN No. 19/1996 didefinisikan bahwa


Penghargaan / Tanda Jasa adalah tanda kehormatan yang diberikan oleh
Pemerintah RI, negara asing, atau organisasi nasional / internasional yang
mempunyai reputasi baik di kalangan masyarakat ilmiah. Penghargaan / Tanda
Jasa tersebut diperoleh karena prestasi yang dicapai seseorang dalam
pengabdian kepada nusa, bangsa, dan negara. Prestasi tersebut dicapai karena
pengabdian secara terus menerus dan berkesinambungan dalam waktu yang
relatif lama. Penghargaan / Tanda Jasa tersebut dapat bersifat Internasional /
Nasional, Provinsi, maupun Kabupaten.

Dalam prakteknya, terdapat PFA yang mengajukan angka kredit sebagai


perolehan Penghargaan / Tanda Jasa atas perolehan Piagam Penghargaan
dari Pemerintah Daerah karena yang bersangkutan telah melakukan Sosialisasi
dan Asistensi dalam bidang tertentu (misalnya dalam rangka penyusunan
LAKIP). Dalam Forum Komunikasi, disepakati bahwa Piagam Penghargaan
seperti tersebut di atas tidak termasuk dalam pengertian Penghargaan / Tanda
Jasa sebagaimana dimaksud dalam Keputusan MENPAN No. 19/1996, sehingga
tidak dapat diberikan angka kredit tersendiri yang terpisah dari angka kredit atas
kegiatan Sosialisasi dan Asistensi.

Sesuai dengan Keputusan MENPAN No. 19/1996, Penghargaan / Tanda Jasa


yang dapat diberikan angka kredit adalah yang diperoleh karena prestasi yang
dicapai seseorang dalam pengabdian kepada nusa, bangsa, dan negara, serta

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 63


Pusat Pembinaan JFA BPKP

prestasi tersebut dicapai karena pengabdian secara terus menerus dan


berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama.

Secara rinci, permasalahan yang berkenaan dengan unsur penunjang dan


solusinya diuraikan dalam tanya jawab berikut:

49. Pertanyaan:
Kegiatan Mengajar / Melatih pada Diklat Pegawai diberikan angka kredit yang
terlalu kecil yaitu 0,024 setiap 2 jam. Dalam rangka mengajar, selain proses
mengajar, PFA harus menyiapkan transparan bahan yang akan diajarkan.
Selama ini, untuk hal yang demikian tidak dipertimbangkan dalam penilaian
angka kredit.

Jawaban
Pada dasarnya berbagai kegiatan Mengajar dan Melatih pada Diklat
Pegawai, termasuk penyiapan bahan ajar berupa modul, transparan dan
persiapan lainnya merupakan bidang tugas / domain jabatan fungsional
Widyaiswara. Namun demikian, kami sependapat dengan anda bahwa dalam
kenyataannya PFA memang sering ditugaskan untuk Mengajar dan Melatih
pada Diklat Pegawai atau mempersiapkan transparan bahan yang akan
diajarkan, atau keduanya. Oleh sebab itu, dalam Forum Komunikasi JFA dan
Kepegawaian telah disepakati bahwa kegiatan mempersiapkan materi /
bahan dalam rangka mengajar / melatih pada diklat pegawaian dapat
diberikan angka kredit unsur pengawasan kegiatan mempersiapkan bahan
untuk tujuan tertentu yang didasarkan pada surat tugas/nota dinas minimal
dari pejabat eselon III.
Dalam surat tugas/nota dinas tersebut agar dicantumkan lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk mempersiapkan bahan tersebut dan nama diklat pegawai
yang akan dilakukan.

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 64


Pusat Pembinaan JFA BPKP

50. Pertanyaan:
Siapa yang berhak menandatangani Surat Tugas mengajar, apakah ada
persyaratan lainnya yang harus dilengkapi untuk pengajuan angka kredit?

Jawaban
Berdasarkan SE-06.04.00-1485/DI/1999, pada butir VIII Penugasan
Pengawasan dan Penilaian Angka Kredit, untuk penugasan yang bersifat
ekstern maka surat tugas (ST) ditandatangani oleh minimal pejabat eselon II,
sedangkan untuk penugasan intern dapat ditandatangani oleh minimal
pejabat eselon III.

Berdasarkan SOP PPAK, usulan angka kredit untuk kegiatan


mengajar/melatih pada diklat pegawai harus dilengkapi dengan fotocopy surat
dari penyelenggara yang disertai dengan jadwal dan jumlah jam. Jika
diperlukan untuk lebih meyakinkan bahwa kegiatan tersebut telah
dilaksanakan dapat pula diminta materi ajar yang disampaikan.
(Lihat juga Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2002 pertanyaan no.
100 Hal 79 dan Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2001 pertanyaan
no. 31 Hal 14).

51. Pertanyaan:
PFA pada Perwakilan BPKP di daerah menjadi anggota IAI cabang Jakarta.
PFA yang bersangkutan mengajukan usulan agar diberikan angka kredit 0,50
per tahun.

Jawaban:
Dalam ketentuan JFA, tidak diatur secara tegas batasan organisasi profesi
tingkat nasional dan internasional. Namun demikian, dalam Forum
Komunikasi JFA dan Kepegawaian Tahun 2003 disepakati bahwa
berdasarkan ruang lingkupnya, IAI merupakan organisasi yang bersifat
nasional. PFA yang memiliki kartu keanggotaan IAI cabang Jakarta,
walaupun yang bersangkutan dipindahtugaskan ke Perwakilan/Unit Kerja di
luar Jakarta, dapat diberikan angka kredit unsur penunjang sebesar 0,75 per

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 65


Pusat Pembinaan JFA BPKP

tahun (keanggotaan organisasi tingkat nasional) sepanjang kartu


keanggotaan tersebut masih berlaku dan untuk tahun tersebut belum
diusulkan angka kreditnya. Untuk meyakinkan bahwa PFA yang bersangkutan
adalah anggota aktif hendaknya memindahkan keanggotaannya ke cabang
IAI setempat.

52. Pertanyaan:
Apa kriteria menjadi anggota organisasi profesi (Ikatan Akuntan Publik)
tingkat Internasional / Nasional? Berapa angka kredit untuk keanggotaan
Ikatan Akuntan Indonesia bagi PFA yang berada di BPKP Perwakilan?

Jawaban:
Kriteria organisasi profesi yang bersifat internasional / nasional / provinsi
antara lain didasarkan pada ruang lingkup kegiatan dan keanggotaannya.
Organisasi profesi dianggap bersifat internasional apabila ruang lingkup
tersebut meliputi antar negara.

IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) baik Pusat maupun cabang adalah organisasi
yang bersifat nasional, dan PFA yang menjadi anggota aktif memperoleh
angka kredit 0,75 per tahun.

53. Pertanyaan:
PFA melakukan sosialisasi/asistensi LAKIP di lingkungan Pemerintah
kabupaten/Kota. Setelah selesai penugasan, PFA yang bersangkutan
menerima surat penghargaan dari Bupati/Walikota. PFA yang bersangkutan
mengusulkan agar diberikan angka kredit atas Surat Penghargaan yang
diterima dari Bupati/Walikota.

Jawaban:
Surat Penghargaan yang diperoleh PFA bersangkutan didasarkan pada
kegiatan sosialisasi/asistensi LAKIP (kegiatan pengawasan yang
dilaksanakan dengan rentang waktu sesuai dengan penugasan yang
diberikan). Sesuai Keputusan Kepala BPKP No. Kep.13.00.00-125/K/1997
angka VI huruf c dinyatakan bahwa kriteria pemberian penghargaan atau

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 66


Pusat Pembinaan JFA BPKP

tanda jasa adalah karena adanya prestasi kerja yang dicapai seseorang
dalam pengabdian, secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama,
kepada nusa/bangsa dan negara.

Dengan demikian, penghargaan oleh Bupati/Walikota dimaksud tidak


memenuhi kriteria penghargaan sebagaimana dimaksud, sehingga angka
kredit yang diberikan atas kegiatan tersebut adalah sebagai kegiatan
sosialisasi/asistensi.

54. Pertanyaan:
Menjadi anggota dalam Satgas tidak diakui/ diberi nilai angka kredit
Kepanitiaan

Jawaban:
Atas penunjukkan PFA sebagai bagian dari Satgas tidak diberikan angka
kredit kepanitian, namun atas penugasan-penugasan yang dilakukan
diberikan angka kredit sesuai dengan kegiatannya yang dibuktikan dengan
ST/ND masing-masing kegiatan. (Lihat juga Himpunan Tanya Jawab Seputar
JFA Tahun 2002 halaman 54 pertanyaan nomor 68).

55. Pertanyaan:
Unsur kegiatan kepanitiaan secara teknis tidak jelas, panitia apa saja yang
boleh diajukan dalam DUPAK, sehingga di perwakilan terdapat PFA
mengajukan 10 jenis kepanitiaan dalam satu semester dikali tarif 0,5
sehingga diperoleh angka kredit 5 per semester dari unsur kepanitiaan.
Sesuai Kep-817/K/JF/2002 tentang SOP Penilaian dan Penetapan Angka
kredit, angka kredit kepanitiaan yang dapat diusulkan adalah hanya satu kali
kepanitiaan dalam satu tahun. Namun tetap tidak jelas, kepanitiaan apa saja
yang boleh dan tidak boleh diajukan angka kreditnya ?

Jawaban:
Sesuai SK Menpan 19/1996, kepanitiaan yang dapat diberikan angka kredit
adalah kepanitiaan intra atau antar instansi dan memperoleh angka kredit 0,5
per tahun. Perumusan lebih lanjut mengenai kriteria batasan dan jenis

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 67


Pusat Pembinaan JFA BPKP

kepanitiaan yang dapat diberikan angka kredit akan dilakukan oleh Tim Revisi
Ketentuan JFA.

56. Pertanyaan:
Sub unsur menjadi anggota dalam kepanitiaan intra atau antar instansi,
diberikan angka kredit sekali dalam kepanitiaan (0,50) setahun. Masih rancu
karena belum jelas berapa lama umur/ kegiatan dimaksud.

Jawaban:
Angka kredit kepanitiaan diberikan sesuai dengan keanggotaan dalam panitia
tersebut tanpa melihat jangka waktu atau masa kerja dalam kepanitiaan.
Angka kredit kepanitiaan dengan jangka waktu kepanitiaan kurang dari 1
tahun dapat diajukan segera setelah selesainya kepanitiaan tersebut. Untuk
kepanitiaan dengan jangka waktu lebih dari 1 tahun, angka kredit dapat
diajukan setiap tahun. (Lihat juga Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA
Tahun 2002 halaman 55 pertanyaan no. 70).

F. ORGANISASI, MUTASI, DAN TATA USAHA JFA

Permasalahan yang dibahas dalam bagian ini berkenaan dengan organisasi JFA,
mekanisme mutasi PFA, dan penatausahaan kegiatan yang menyangkut JFA.

Secara garis besar, permasalahan yang telah dibahas dalam Forum Komunikasi
JFA dan Kepegawaian Tahun 2003 mengenai organisasi, mutasi, dan tata usaha
JFA antara lain adalah sebagai berikut:

Periode penilaian angka kredit

Berdasarkan Prosedur Kegiatan Baku (SOP) Penilaian dan Penetapan Angka


Kredit Di lingkungan APIP (Keputusan Kepala BPKP No. Kep-817/K/JF/2002
tanggal 3 Desember 2002) dan Surat Edaran Kepala Pusbin JFA No. SE-
91/JF.1/2003 perihal Penegasan Hasil Rakor JFA dan Kepegawaian 2002, telah
ditegaskan bahwa periode penilaian angka kredit JFA dilakukan pada:

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 68


Pusat Pembinaan JFA BPKP

1. Periode Reguler
Setiap bulan Januari (untuk kegiatan periode Juli s.d Desember) dan Juli
(untuk kegiatan periode Januari s.d Juni) sesuai dengan Pasal 13 Keputusan
MENPAN No. 19/1996. Pada kegiatan penilaian ini seluruh PFA diwajibkan
untuk menyampaikan DUPAK.

2. Periode Tambahan
Khusus bagi PFA yang pada periode penilaian reguler, angka kreditnya belum
memenuhi syarat untuk naik pangkat dan diperkirakan dapat mencapai
tambahan angka kredit yang dibutuhkan pada periode 2 (dua) bulan
berikutnya, dapat mengajukan DUPAK untuk masa paling lama periode 2
(dua) tersebut. Penilaian dalam periode tambahan ini dilakukan dengan
memperhatikan bahwa SK PAK tersebut harus ditetapkan sebelum tanggal
kenaikan pangkat dan batas waktu pengajuan usulan kenaikan pangkat ke
BKN. PFA yang dapat mengajukan DUPAK untuk periode tambahan adalah
PFA yang telah menyampaikan DUPAK pada periode reguler.

3. Periode Lainnya
Penilaian angka kredit dilakukan untuk keperluan tertentu, seperti pada saat
akan dilakukan pembebasan sementara, perpindahan unit kerja, atau
pengangkatan kembali/pengangkatan pertama ke dalam JFA.

Tertib Administrasi JFA Dalam Perpindahan Unit Kerja

Pada saat PFA, baik karena permintaan sendiri maupun untuk kepentingan
dinas, mengalami perpindahan unit kerja, sering timbul permasalahan berkaitan
dengan administrasi kepegawaian PFA yang bersangkutan, antara lain:

1. Adanya pegawai titipan yang perpindahannya ke unit kerja baru belum


didukung secara formal dengan SK Pindah. Umumnya hal ini terjadi pada
PFA yang pindah karena mengikuti kepindahan suami ke unit kerja baru.
Yang bersangkutan, sambil menunggu terbitnya SK Pindah, telah aktif
melaksanakan tugas di unit kerja baru. Permasalahan yang timbul antara
lain berkaitan dengan penentuan Pejabat Yang Berwenang Menetapkan

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 69


Pusat Pembinaan JFA BPKP

Angka Kredit bagi PFA tersebut atas penugasan yang dilaksanakannya di


unit kerja baru, mengingat kepindahan yang bersangkutan ke unit tersebut
belum secara fomal didukung dengan SK Pindah.
2. Masih terdapat PFA dan unit-unit kerja di lingkungan BPKP yang belum
secara penuh melaksanakan tertib administrasi PFA dalam hal terjadi
perpindahan unit kerja. Permasalahan yang timbul umumnya berupa belum
diterbitkannya SK Pembebasan Sementara dan SK PAK sampai dengan
penugasan terakhir PFA yang bersangkutan pada unit kerja lama.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, dalam Forum Komunikasi telah


ditegaskan hal-hal sebagai berikut:

1. Pejabat Pengelola Kepegawaian pada unit kerja lama agar segera


memproses administrasi kepegawaian yang terkait dengan kepindahan PFA
ke unit lain, antara lain berupa penerbitan SK Pembebasan Sementara dari
JFA (bagi PFA yang diangkat dalam jabatan struktural / tugas belajar lebih
dari 6 bulan /ditugaskan di luar JFA pada unit kerja lain), dan penerbitan SK
PAK (sampai dengan penugasan terakhir PFA tersebut pada unit kerja
lama).
Disamping itu, PFA yang akan pindah ke unit kerja lain, agar secara pro
aktif membantu Pejabat Pengelola Kepegawaian dalam pemroresan
administrasi kepegawaian, sebagaimana disebutkan di atas, antara lain
dengan cara segera mengajukan DUPAK sampai dengan penugasan
terakhir pada unit lama serta menyampaikan dokumen-dokumen terkait
yang dibutuhkan untuk pemroresan tersebut.

2. Pada dasarnya Pejabat Yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit adalah


Pejabat Yang Berwenang di lingkungan unit kerja yang memberikan
penugasan. Namun demikian, dalam hal PFA pindah ke unit kerja baru
dengan status sebagai pegawai titipan dan belum secara fomal didukung
dengan SK Pindah, maka status dan pembinaan kepegawaian PFA yang
bersangkutan secara formal masih berada pada unit kerja lama sampai
diterbitkannya SK Mutasi secara formal. Oleh karena itu, maka Pejabat

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 70


Pusat Pembinaan JFA BPKP

Yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit terhadap penugasan yang


diberikan oleh unit baru untuk sementara tetap Pejabat Yang Berwenang
pada unit kerja lama. SK PAK diterbitkan oleh unit kerja lama berdasarkan
hasil penilaian yang dilakukan oleh Tim Penilai angka kredit pada unit baru
(yang menerima titipan).

Pengangkatan Kembali Ke dalam JFA

Dalam proses Pengangkatan Kembali ke dalam JFA bagi PFA yang Dibebaskan
Sementara dari JFA, terdapat beberapa permasalahan yang umumnya diajukan
oleh unit-unit kerja di lingkungan BPKP, antara lain:

1. Dalam proses pengaktifan kembali seorang PNS yang telah selesai


menjalani Cuti Di luar Tanggungan Negara (CLTN), adakalanya yang
bersangkutan telah aktif dan melaksanakan penugasan pada unit kerja di
lingkungan BPKP sebelum secara formal diterbitkan SK Pengaktifan
Kembali sebagai PNS. Dalam hal ini timbul permasalahan mengenai
pengakuan angka kredit yang bersangkutan atas penugasan tersebut,
mengingat yang bersangkutan secara formal belum diaktifkan kembali
sebagai PNS.
2. Dalam Pengangkatan Kembali ke dalam JFA bagi PFA yang Dibebaskan
Sementara dari JFA karena mengikuti tugas belajar D IV STAN, umumnya
yang bersangkutan harus mengumpulkan angka kredit yang relatif besar
untuk memenuhi angka kredit kumulatif minimal yang dipersyaratkan sesuai
dengan pangkat terakhirnya. Pada dasarnya yang bersangkutan dapat
dianggap magang kembali untuk menduduki jabatan dalam JFA sesuai
dengan Ijazah barunya, sehingga yang bersangkutan seharusnya dapat
menggunakan jam diklat dalam perhitungan angka kreditnya sampai
mencapai angka kredit kumulatif minimal yang dipersyaratkan tersebut.
Namun demikian, sesuai Surat Edaran Deputi Bidang Administrasi No. SE-
06.04.00-1485/DI/1999 tanggal 23 Desember 1999, penugasan yang
dilaksanakan oleh lulusan D IV STAN, sebelum diangkat kembali ke dalam
JFA, adalah menggunakan jam pengawasan.

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 71


Pusat Pembinaan JFA BPKP

3. Dalam pengumpulan angka kredit kumulatif minimal yang dipersyaratkan


untuk Pengangkatan Kembali Ke dalam JFA bagi lulusan D IV STAN,
sebagaimana diuraikan dalam angka 2 tersebut di atas, terdapat PFA yang
belum mencapai angka kredit dimaksud selama 4 (empat) tahun dalam
pangkat terakhir (Penata Muda, Gol. III/a). Mengingat PFA tersebut
memenuhi syarat untuk diproses kenaikan pangkatnya secara kenaikan
pangkat reguler, maka yang bersangkutan diproses kenaikan pangkatnya
menjadi Penata Muda Tk. I (Gol. III/b) melalui kenaikan pangkat reguler.
Pertanyaan yang timbul dari kondisi ini adalah apakah terhadap penugasan
yang dilaksanakan selama dalam pangkat Penata Muda (Gol. III/a) dapat
diakui angka kreditnya untuk memenuhi angka kredit kumulatif minimal yang
dipersyaratkan untuk Pengangkatan Kembali Ke dalam JFA?

Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, dalam Forum Komunikasi telah


ditegaskan hal-hal sebagai berikut:

1. Sesuai dengan Pasal 2 ayat (2) Keputusan MENPAN No. 19/1996, JFA
hanya dapat diduduki oleh seorang yang telah berstatus sebagai PNS.
Dengan demikian, Pengangkatan Kembali Ke dalam JFA bagi PFA yang
Dibebaskan Sementara karena menjalani Cuti Di Luar Tanggungan Negara
dapat dilakukan setelah yang bersangkutan secara formal diaktifkan kembali
sebagai PNS. Namun demikian, terhadap penugasan yang telah
dilaksanakan sejak yang bersangkutan diaktifkan dalam penugasan (sejak
tanggal Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas / SPMT) tetap dapat
diberikan angka kredit sebagaimana mestinya.

2. Dalam Rakor Tahun 2002 disepakati akan diusulkan kepada Sekretaris


Utama untuk merevisi isi SE-06.04.00-1485/DI/1999 yang berkaitan dengan
angka kredit pada masa magang, terutama penerapan penggunaan angka
kredit dengan jam diklat bagi pengangkatan kembali JFA yang dibebaskan
sementara karena tugas belajar.

Rakor JFA dan Kepegawaian 2002 menyepakati bahwa penggunaan jam


diklat seyogyanya diberlakukan juga bagi Pengangkatan Kembali para PFA

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 72


Pusat Pembinaan JFA BPKP

yang dibebaskan sementara karena mengikuti tugas belajar lebih dari 6


(enam) bulan mengingat yang bersangkutan dapat dianggap magang
sebelum melaksanakan tugas barunya sesuai ijazah yang telah
diperolehnya.

Menunggu selesainya revisi terhadap SE-06.04.00-1485/DI/1999,


kesepakatan-kesepakatan yang diambil dalam Rakor JFA 2002 dapat
dijadikan sebagai acuan yurisprudensi karena pengaturan Himpunan Tanya
Jawab Seputar JFA Edisi Tahun 2002 dilakukan dengan Surat Edaran
Kepala BPKP No. SE-820/K/JF/2002.

3. Berdasarkan Pasal 10 ayat (3) SKB Kepala BAKN, Sekjen BEPEKA, dan
Kepala BPKP No. 10 Tahun 1996; No. 49/SK/S/1996; No. Kep-386/K/1996,
PFA yang Dibebaskan Sementara karena tugas belajar dapat
dipertimbangkan kenaikan pangkatnya secara kenaikan pangkat reguler.
Dengan demikian, sepanjang yang bersangkutan berstatus Dibebaskan
Sementara dan belum memenuhi syarat untuk Diangkat Kembali Ke dalam
JFA, maka lulusan D IV STAN dengan pangkat Penata Muda (Gol. III/a)
dapat diproses kenaikan pangkatnya menjadi Penata Muda Tk. I (Gol. III/b).

Sesuai dengan ketentuan dalam angka IX, Keputusan Kepala BPKP No.
Kep-13.00.00-125/K/1997, angka kredit yang digunakan untuk
Pengangkatan Kembali Ke dalam JFA bagi PFA yang Dibebaskan
Sementara karena Tugas Belajar, adalah sejumlah angka kredit pada saat
Pembebasan Sementara ditambah angka kredit yang diperoleh selama
Pembebasan Sementara. Dengan demikian, terhadap penugasan yang
dilaksanakan selama dalam pangkat Penata Muda (Gol. III/a) dapat
diberikan angka kredit sebagaimana mestinya.

Secara rinci, permasalahan yang berkenaan dengan organisasi, mutasi, dan tata
usaha JFA serta solusinya diuraikan dalam tanya jawab berikut:

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 73


Pusat Pembinaan JFA BPKP

57. Pertanyaan:
Penetapan periode penilaian DUPAK sebanyak dua kali dalam setahun
sesuai Keputusan MENPAN No. 19 Tahun 1996 pada prakteknya sulit
dilakukan.

Jawaban:
Pengaturan periode penilaian angka kredit dilakukan dengan salah satu
tujuannya adalah terwujudnya penetapan angka kredit secara tepat waktu,
sebagai dasar untuk kenaikan pangkat, bahan perencanaan kepesertaan
diklat, dan penjenjangan serta pengembangan peran karir Auditor.

Dalam SOP Penilaian dan Penetapan angka kredit (Kep-817/K/JF/2002 tgl. 3


Desember 2002) dan SE-91/JF.1/2003 perihal Penegasan Hasil Rakor JFA
dan Kepegawaian 2002, telah ditegaskan bahwa periode penilaian angka
kredit JFA dilakukan pada:

a. Periode Reguler
Setiap bulan Januari (untuk kegiatan periode Juli s.d Desember) dan Juli
(untuk kegiatan periode Januari s.d Juni) sesuai dengan Pasal 13
Keputusan MENPAN No. 19/1996. Pada kegiatan penilaian ini seluruh
PFA diwajibkan untuk menyampaikan DUPAK.

b. Periode Tambahan
Khusus bagi PFA yang pada periode penilaian reguler, angka kreditnya
belum memenuhi syarat untuk naik pangkat dan diperkirakan dapat
mencapai tambahan angka kredit yang dibutuhkan pada periode 2 (dua)
bulan berikutnya, dapat mengajukan DUPAK untuk masa paling lama
periode 2 (dua) tersebut. Penilaian dalam periode tambahan ini dilakukan
dengan memperhatikan bahwa SK PAK tersebut harus ditetapkan
sebelum tanggal kenaikan pangkat dan batas waktu pengajuan usulan
kenaikan pangkat ke BKN. PFA yang dapat mengajukan DUPAK untuk
periode tambahan adalah PFA yang telah menyampaikan DUPAK pada
periode reguler.

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 74


Pusat Pembinaan JFA BPKP

c. Periode Lainnya
Penilaian angka kredit dilakukan untuk keperluan tertentu, seperti pada
saat akan dilakukan pembebasan sementara, perpindahan unit kerja, atau
pengangkatan kembali/pengangkatan pertama ke dalam JFA.

58. Pertanyaan:
Untuk pegawai-pegawai titipan (tanpa SK) karena mengikuti suami dan lain-
lain, siapa yang harus menerbitkan SK PAK-nya, Unit kerja asal atau unit
kerja yang menerima titipan ?

Jawaban:
Hal ini tidak secara tegas diatur dalam ketentuan JFA. Untuk mengatasi
kondisi tersebut perlu dilakukan koordinasi antara dua unit terkait. Namun
demikian, untuk tertib administrasi penilaian angka kredit, diterapkan
pengaturan sebagai berikut :

Pada dasarnya penilaian angka kredit dilakukan oleh tim penilai pada unit
kerja dimana PFA yang bersangkutan melaksanakan tugas (unit kerja baru),
mengingat penugasan diberikan oleh pimpinan unit kerja baru. Hasil penilaian
angka kredit tersebut kemudian dikirimkan kepada unit kerja lama sebagai
dasar penerbitan SK PAK. Jadi SK PAK tetap diterbitkan oleh pimpinan unit
kerja lama, mengingat status dan pembinaan kepegawaian PFA yang
bersangkutan secara formal masih berada pada unit kerja lama sampai
diterbitkannya SK Mutasi secara formal. Dalam hal dijumpai keraguan atas
hasil penilaian angka kredit dari unit baru, pimpinan unit kerja lama dapat
mengonfirmasikan hal tersebut ke pimpinan unit kerja baru.

59. Pertanyaan:
Seorang PFA gol. III/d tmt 1 Oktober 2002, jabatan Auditor Penyelia, pindah
ke Perwakilan BPKP XYZ. Pada perwakilan asal, yang bersangkutan telah
memiliki SK Pengangkatan dalam jabatan Auditor Ahli Muda (III/c) tmt 1 Juli
2000, sementara jabatannya saat ini adalah Auditor Penyelia dan tunjangan

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 75


Pusat Pembinaan JFA BPKP

yang dibayar sebesar Rp. 350.000,-. Saat ini yang bersangkutan telah
mengikuti diklat Penjenjangan Ketua Tim dan belum lulus.

Setelah yang bersangkutan lulus sertifikasi KT, apakah perlu dibuatkan SK


Alih Jabatan menjadi Auditor Ahli Muda? Apabila harus dibuat, bagaimana
dengan SK yang telah dibuat di perwakilan asal, apakah otomatis batal, atau
harus dibuat surat pembatalannya oleh perwakilan asal?

Jawaban:
Peralihan jabatan Auditor Penyelia ke Auditor Ahli Muda (gol. III/c III/d),
selain memenuhi persyaratan kenaikan jenjang pendidikan Formal (DIII ke
S1), juga harus memiliki sertifikat lulus diklat pindah jalur dan diklat
penjenjangan Ketua Tim, sesuai dengan peran yang akan diduduki dalam
jabatan Auditor Ahli Muda.

Dari kasus di atas, jabatan dan tunjangan yang saat ini diterima oleh yang
bersangkutan telah sesuai dengan ketentuan yaitu Auditor Penyelia dengan
tunjangan Rp 350.000,00. Peralihan jabatan dapat dilakukan setelah yang
bersangkutan lulus sertifikasi diklat penjenjangan Ketua Tim.
Terhadap SK alih jabatan yang terlanjur telah diterbitkan pada perwakilan asal,
hendaknya Perwakilan BPKP XYZ berkoordinasi dengan perwakilan tersebut
untuk menyelesaikan permasalahan ini.

60. Pertanyaan:
Seorang pegawai menjalani Cuti di luar Tanggungan Negara (CLTN) sejak 1
Oktober 1998, dan pada tanggal 1 Oktober 2002 aktif kembali di unit kerja
BPKP. Sampai saat ini belum ada SK pengaktifan kembali, akibatnya
pegawai yang bersangkutan belum bisa diangkat kembali sebagai PFA.
Apakah angka kredit PNS tersebut sejak aktif hingga terbitnya SK pengaktifan
kembali, dapat dihitung dan tidak hangus meskipun lebih dari satu tahun s/d
SK pengaktifan kembali yang bersangkutan diterbitkan BKN.

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 76


Pusat Pembinaan JFA BPKP

SK PAK terakhir yang bersangkutan adalah s/d 1 Oktober 1996 dan sejak 1
Nopember 1996 s/d tanggal cuti di luar tanggungan negara belum sempat
diajukan DUPAK-nya.

Sambil menunggu SK pengaktifan kembali dari BKN, apakah kiranya untuk


PFA ybs dapat diterbitkan SK pengaktifan kembali sebagai PFA dan apakah
angka kredit periode 1 Nopember 1996 s/d 1 September 1998 dapat dinilai
dengan catatan didukung dengan bukti Formal.

Jawaban:
Berdasarkan SE Kepala BPKP No. SE-06.04.00 22/K/1999 Romawi V huruf
H angka 3, menyebutkan bahwa Pimpinan Unit Kerja menyampaikan usul
pengangkatan kembali dalam Jabatan Fungsional Auditor kepada Pejabat
Yang Berwenang Mengangkat, Membebaskan Sementara, dan
Memberhentikan PFA, bagi PFA yang telah selesai menjalani cuti di luar
tanggungan negara dan telah diaktifkan kembali pada unit kerja semula.

Sehingga pengangkatan kembali yang bersangkutan ke dalam JFA baru dapat


dilakukan setelah diterbitkannya SK Pengaktifan kembali sebagai PNS dan
terpenuhinya persyaratan lain sesuai ketentuan yang berlaku (antara lain
pemenuhan angka kredit kumulatif minimal dan lulus diklat sertifikasi yang
dipersyaratkan pada jabatannya).

Kumulatif angka kredit yang digunakan sebagai dasar pengangkatan kembali


berasal dari SK PAK yang dimiliki pada saat pembebasan sementara
ditambah dengan angka kredit kegiatan Auditor yang dilakukan setelah yang
bersangkutan aktif kembali di unit kerja BPKP (dihitung mulai dari tmt Surat
Pernyataan Melaksanakan Tugas yang ditandatangani oleh Pimpinan Unit
Kerja).

61. Pertanyaan
Dalam Rakor tahun 2002 diusulkan kepada Sesma untuk merevisi SE Deputi
Bidang Administrasi No. 0604.00.1485/1999 mengenai pengangkatan kembali
PFA tugas belajar 6 bulan setelah mendapat ijazah baru.

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 77


Pusat Pembinaan JFA BPKP

Jawaban:
Dalam Rakor Tahun 2002 disepakati akan diusulkan kepada Sekretaris
Utama untuk merevisi isi SE-06.04.00-1485/DI/1999 yang berkaitan dengan
angka kredit pada masa magang, terutama penerapan penggunaan angka
kredit dengan jam diklat bagi pengangkatan kembali JFA yang dibebaskan
sementara karena tugas belajar.

Sampai dengan saat ini, revisi tersebut belum dilakukan karena akan
dilakukan bersamaan dengan revisi terhadap pengangkatan ajun khusus ke
dalam JFA yang juga diatur dalam ketentuan tersebut.

Lulusan program DIV STAN dapat menghitung angka kredit sejak diaktifkan
dalam pengawasan. Sesuai dengan Surat Edaran Deputi Kepala BPKP
Bidang Administrasi No. SE-06.04.00-1485/DI/1999, untuk pengangkatan
pertama ke dalam JFA perhitungan angka kredit sampai dengan terpenuhinya
angka kredit kumulatif minimal sesuai pangkat terakhirnya (masa magang)
dilakukan dengan menggunakan jam diklat. Apabila angka kredit kumulatif
minimal telah terpenuhi perhitungan angka kredit berikutnya dilakukan
dengan menggunakan jam pengawasan.

Rakor JFA dan Kepegawaian 2002 menyepakati bahwa penggunaan jam


diklat seyogyanya diberlakukan juga bagi Pengangkatan Kembali para PFA
yang dibebaskan sementara karena mengikuti tugas belajar lebih dari 6
(enam) bulan mengingat yang bersangkutan dapat dianggap magang
sebelum melaksanakan tugas barunya sesuai ijazah yang telah diperolehnya.
Menunggu selesainya revisi terhadap SE-06.04.00-1485/DI/1999,
kesepakatan-kesepakatan yang diambil dalam Rakor JFA 2002 dapat
dijadikan sebagai acuan yurisprudensi karena pengaturan Himpunan Tanya
Jawab Seputar JFA Edisi Tahun 2002 dilakukan dengan Surat Edaran Kepala
BPKP No. SE-820/K/JF/2002.
(Lihat juga Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2002 hal 24 dan 30
pertanyaan no. 31)

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 78


Pusat Pembinaan JFA BPKP

62. Pertanyaan:
Terdapat pejabat struktural yang ditugaskan dalam tugas-tugas PFA. Atas
penugasan tersebut tidak diberikan angka kredit. Pejabat struktural tersebut
kemudian diangkat kembali menjadi PFA dengan angka kredit sesuai
perhitungan dalam tabel yang besarnya lebih kecil dari angka kredit pada saat
PFA tersebut dibebaskan sementara dari JFA dan diangkat sebagai pejabat
struktural. PFA tersebut dapat menggunakan angka kredit yang lebih besar
antara perhitungan tabel dengan saat dibebaskan sementara. Dengan
demikian PFA tersebut mempunyai waktu yang terbuang tanpa perolehan
angka kredit, sementara yang bersangkutan mengerjakan tugas-tugas PFA
pada saat yang bersangkutan diangkat sebagai pejabat struktural.

Jawaban:
Angka kredit untuk pengangkatan kembali PFA yang dibebaskan sementara
karena melaksanakan tugas-tugas struktural menggunakan angka kredit yang
lebih besar antara SK PAK pada saat pembebasan sementara atau
berdasarkan tabel angka kredit perpindahan sebagaimana dimaksud pada
Lampiran II Keputusan Kepala BPKP No. Kep-13.00.00-125/K/1997. Hal ini
dilakukan agar secara angka kredit tidak merugikan PFA tersebut.

Kegiatan selama menjabat struktural tidak dapat diberikan angka kredit


karena penilaian kinerja pejabat struktural bukan didasarkan pada angka
kredit sebagaimana di dalam jabatan fungsional dan para pejabat struktural
memperoleh Kenaikan Pangkat Pilihan sesuai persyaratan yang berlaku
dalam jabatan struktural.

63. Pertanyaan:
Terdapat seorang lulusan D.IV STAN tahun 2000 Gol.III/a tmt 1 April 2000
sampai saat ini belum diangkat ke dalam JFA.

Disamping itu, terdapat pula auditor yang belum diangkat sebagai PFA
karena belum memiliki sertifikat pembentukan, namun telah berada pada
golongan/pangkat selama empat tahun atau lebih meminta diangkat ke

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 79


Pusat Pembinaan JFA BPKP

pangkat / golongan setingkat lebih tinggi dengan pengangkatan secara


reguler.

Apakah yang bersangkutan dapat dinaikkan pangkatnya terlebih dahulu


secara reguler?

Jawaban:
Sepanjang seorang PNS dibebaskan sementara dari JFA dan atau belum
diangkat ke dalam JFA, maka kenaikan pangkat yang bersangkutan dapat
dilakukan berdasarkan kenaikan pangkat reguler.

64. Pertanyaan:
Terdapat beberapa lulusan D IV STAN yang sampai saat ini belum membuat
DUPAK atau belum mengumpulkan angka kredit dan mereka memilih jalur
kenaikan pangkat reguler, dengan alasan angka kredit untuk pengangkatan
ke dalam JFA tidak mencukupi.

a. Apabila yang bersangkutan tersebut di atas ingin jadi PFA, bagaimana


menghitung angka kredit, apakah dapat dihitung mulai sejak penugasan
setelah mulai lulus D IV STAN
b. Bagaimana cara membuat SPMK masing masing kegiatan apakah dapat
dibuat sekaligus sejak mulai lulus atau di SPMK per tahun sejak mulai
lulus.
c. Apabila yang bersangkutan memilih jalur kenaikan pangkat reguler,
apakah dapat diperkenankan melakukan penugasan pemeriksaan dan
bagaimana konsekwensinya apabila pangkatnya III/c atau IV/a, apakah
dapat diperankan sebagai Ketua Tim atau Pengendali Tehnis sedangkan
ybs tidak pernah mengikuti Diklat Ketua Tim, atau Pengendali Tehnis dan
ada pula yang masih trampil diperankan sebagai Ketua Tim sedangkan
yang ahli masih ada.

Jawaban:
a. Lulusan program DIV STAN dapat menghitung angka kredit sejak
diaktifkan dalam pengawasan. Sesuai dengan Surat Edaran Deputi

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 80


Pusat Pembinaan JFA BPKP

Kepala BPKP Bidang Administrasi No. SE-06.04.00-1485/DI/1999, untuk


pengangkatan pertama ke dalam JFA perhitungan angka kredit sampai
dengan terpenuhinya angka kredit kumulatif minimal sesuai pangkat
terakhirnya (masa magang) dilakukan dengan menggunakan jam diklat.

Apabila angka kredit kumulatif minimal telah terpenuhi perhitungan angka


kredit berikutnya dilakukan dengan menggunakan jam pengawasan.

Dalam Rakor JFA dan Kepegawaian 2002 disepakati bahwa penggunaan


jam diklat seyogyanya diberlakukan juga bagi Pengangkatan Kembali para
PFA yang dibebaskan sementara karena mengikuti tugas belajar lebih dari
6 (enam) bulan mengingat yang bersangkutan dapat dianggap magang
sebelum melaksanakan tugas barunya sesuai ijazah yang telah
diperolehnya. (Lihat juga Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun
2002 hal 24 dan 30 pertanyaan no. 31)

b. Berdasarkan SOP PPAK pada BAB IV huruf D disebutkan bahwa untuk


menciptakan tertib administrasi dan pemrosesan tepat waktu, PFA
menyusun SMPK untuk setiap kegiatan yang telah selesai dilaksanakan
dan dilengkapi dokumen pendukung kegiatannya. Namun untuk kasus
diatas, selama atasan langsung PFA ybs dalam penugasan tidak berubah-
ubah, satu SPMK dapat dibuat untuk beberapa penugasan sepanjang
didukung dengan dokumen yang dipersyaratkan. Hal ini didasarkan pada
pertimbangan bahwa SPMK ditandatangani oleh atasan langsung dalam
penugasan yang dilaksanakan.

c. Idealnya memang hanya PFA yang dapat diberikan penugasan


pengawasan, namun sampai dengan saat ini hal tersebut belum dapat
diterapkan dan belum ada ketentuan yang melarang seorang yang belum
diangkat JFA ditugaskan melakukan pengawasan. Peran seorang PFA
atau pejabat lainnya dalam penugasan diserahkan pada pertimbangan
profesional pimpinan unit.

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 81


Pusat Pembinaan JFA BPKP

65. Pertanyaan:
Seorang eks. PKP setelah lulus DIV STAN mengikuti diklat JFA pindah jalur
tahun 2002. Baru beberapa hari ikut diklat, yang bersangkutan dipanggil
untuk diperbantukan pada BPK, sehingga terpaksa meninggalkan diklat. Pada
saat diperbantukan di BPK belum membuat DUPAK, dan sampai saat ini
belum diangkat ke dalam JFA.

Harapan dari yang bersangkutan adalah :


Selama penugasan di BPK dapat diakui angka kreditnya
Segera diangkat menjadi PFA tanpa diklat, karena sebelumnya pernah
menjadi PKP

Jawaban:
Apabila yang bersangkutan adalah eks PKP yang belum disesuaikan menjadi
PFA pada saat penyesuaian nomenklatur jabatan (per 1 Oktober 1996) dan
memiliki SK Pembebasan Sementara dari PKP, maka pengangkatan ke
dalam JFA dapat melalui mekanisme Pengangkatan Kembali, setelah
memenuhi persyaratan yang ditentukan, sesuai surat Deputi Bidang
Administrasi No. S-06.04.00-610/DI/99 tanggal 24 Juni 1999 tentang
Penyelesaian eks PKP yang belum disesuaikan ke dalam nama Jabatan
Fungsional Auditor.

Untuk pengangkatan kembali, maka yang bersangkutan harus memperoleh


angka kredit minimal sesuai pangkat terakhirnya (misalnya 150 untuk gol.
III/b), Angka kredit tersebut berasal dari angka kredit pada saat pembebasan
sementara dari PKP ditambah perolehan angka kredit dari perolehan ijazah
D IV dan penugasan-penugasan yang dilaksanakan. Penugasan di BPK
dapat diberikan angka kreditnya sepanjang dalam lingkup kegiatan
pengawasan dan didukung dengan berkas penugasan serta bukti
pencapaian norma hasil.

Pemenuhan angka kredit yang bersangkutan dapat dilakukan dengan


menggunakan ketentuan magang, yaitu menggunakan tarif angka kredit
diklat sebagaimana dimaksud pada jawaban pertanyaan no. 64 diatas.

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 82


Pusat Pembinaan JFA BPKP

Selain pemenuhan angka kredit minimal sebagaimana tersebut di atas, yang


bersangkutan harus memperoleh sertifikat lulus diklat yang dipersyaratkan
sesuai jenjang jabatan yang akan didudukinya. Sebagai contoh bila PFA
tersebut telah menduduki gol III/c dan akan diangkat menjadi Auditor Ahli
Muda, maka harus memiliki sertifikat lulus diklat Pindah Jalur dan diklat
penjenjangan peran Ketua Tim.

66. Pertanyaan:
Pegawai yang pada tahun 1993 dibebaskan dari PKP karena tugas belajar D
IV STAN, angka kredit 60. Tahun 1996 yang bersangkutan lulus DIV STAN
dan ditempatkan di Biro Kepegawaian dan Organisasi (Bag Organisasi dan
Tatalaksana / Ortala).

Selama di Ortala, yang bersangkutan tidak melakukan penugasan audit,


penugasan bersifat administratif selama hampir 2 tahun. Sertifikat Auditor Ahli
Anggota Tim telah dimiliki. Tahun 2000, yang bersangkutan tugas belajar ke
Australia. Tahun 2002 selesai tugas belajar S2, dan tahun 2003 ditempatkan
di Deputi Akuntan Negara.

a. Ybs sampai saat ini belum diangkat dalam JFA.


b. Saat ini ybs berpangkat Penata Muda Tk. I (Gol. III/b) angka kredit yang
diperlukan 150 untuk proses pengangkatan kembali dalam JFA. Sangat
sulit mengumpulkan angka kredit minimal.
c. Bagaimana penyelesaian untuk proses pengangkatan kembali ke dalam
JFA
Jawaban:
Apabila ybs eks PKP yang belum disesuaikan menjadi PFA pada saat
penyesuaian nomenklatur jabatan (per 1 Oktober 1996) dan memiliki SK
Pembebasan Sementara dari PKP, ybs dapat langsung diangkat ke dalam
JFA melalui mekanisme Pengangkatan Kembali, setelah memenuhi
persyaratan yang ditentukan, sesuai surat Deputi Bidang Administrasi No. S-
06.04.00-610/DI/99 tanggal 24 Juni 1999 tentang Penyelesaian eks PKP yang
belum disesuaikan ke dalam nama Jabatan Fungsional Auditor.

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 83


Pusat Pembinaan JFA BPKP

Untuk dapat diangkat melalui mekanisme tersebut, ybs harus memperoleh


angka kredit minimal sesuai pangkat terakhirnya (misalnya 150 untuk gol.
III/b), Angka kredit tersebut berasal dari angka kredit pada saat pembebasan
sementara dari PKP ditambah perolehan angka kredit dari perolehan ijazah D
IV dan penugasan-penugasan yang dilaksanakan. (Lihat juga jawaban
pertanyaan no. 65 di atas).

67. Pertanyaan :
Seorang PFA mengalami kelambatan dalam kenaikan pangkat dari III/b ke
III/c karena belum memiliki sertifikat Ketua Tim, padahal dari perolehan angka
kredit telah memenuhi, sampai akhirnya melewati masa 6 tahun :

a. Apakah ybs harus dibebaskan sementara?


b. Apakah dengan dibebaskan sementara dapat naik pangkat secara
reguler?

Jawaban:
Pembebasan sementara JFA didasarkan pada dua hal yaitu tidak
diperolehnya angka kredit kumulatif minimal untuk kenaikan pangkat dan hal
lainnya, seperti penugasan sebagai struktural/fungsional lain, tugas belajar,
CLTN, hukuman disiplin, dijatuhi hukuman disiplin sedang atau berat, dan
diberhentikan sementara sebagai PNS.

Dengan demikian, terhadap PFA yang telah 6 tahun dalam pangkat terakhir
dan telah memenuhi angka kredit kumulatif untuk naik pangkat, namun belum
memperoleh sertifikat yang dipersyaratkan, tidak perlu dibebaskan sementara
dari JFA. Lebih lanjut hal ini ditegaskan dalam Surat Edaran Kepala Pusbin
JFA No. SE-769/JF/1/2003 tanggal 14 Juli 2003 perihal Penegasan Hasil
Forum Komunikasi JFA dan Kepegawaian Tahun 2003.

68. Pertanyaan:
Seorang PFA memiliki ijazah S1 dan sudah lulus UPI, Diklat Pindah Jalur
serta Diklat Penjenjangan Ketua Tim, dengan golongan pangkat terakhir III/d
(2 tahun) tidak dapat dipertimbangkan naik pangkat ke golongan IV/a karena

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 84


Pusat Pembinaan JFA BPKP

belum lulus peran Pengendali Tehnis. Diusulkan agar PFA tersebut tetap
diproses kenaikan pangkatnya ke golongan IV/a walaupun yang
bersangkutan belum mendapatkan kesempatan mengikuti Diklat
Penjenjangan Pengendali Tehnis.

Jawaban:
Sesuai dengan Pasal 10 SKB Kepala BAKN, Sekjen BPK, dan Kepala BPKP
Nomor : 10 Tahun 1996, Nomor : 49/SK/S/1996, dan Nomor : Kep-
386/K/1996, salah satu persyaratan kenaikan pangkat PFA adalah Masih
dalam jenjang jabatan yang sama.

Dengan demikian, kenaikan pangkat PFA ke dalam pangkat yang berada


dalam jenjang jabatan yang berbeda, misalnya dari gol III/d (berada dalam
jenjang Auditor Ahli Muda) ke gol IV/a (berada dalam jenjang Auditor Ahli
Madya), dapat dipertimbangkan setelah yang bersangkutan telah terlebih
dahulu dinaikkan jabatannya. Salah satu syarat kenaikan jabatan dari Auditor
Ahli Muda menjadi Auditor Ahli Madya adalah perolehan sertifikat lulus diklat
peran Pengendali Teknis. (Lihat juga Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA
Tahun 2002 Hal 70 pertanyaan no. 85).

69. Pertanyaan:
Organisasi JFA tidak mempunyai unit kesekretariatan

Jawaban:
Dalam Kep-06.00.00-080/K/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPKP
dan dan Kep-06.00.00-286/K/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Perwakilan BPKP, belum secara jelas diatur mengenai organisasi Kelompok
JFA.

Dalam konteks administrasi kepegawaian dan angka kredit, fungsi


kesekretariatan bagi organisasi JFA berada pada pejabat pengelola
kepegawaian (Sekretaris Tim Penilai Angka Kredit).

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 85


Pusat Pembinaan JFA BPKP

Apabila dirasa perlu, pimpinan unit kerja dapat saja membentuk sekretariat
bagi kelompok JFA yang bertugas untuk membantu kelancaran administrasi
pengawasan.

70. Pertanyaan:
a. Apakah ada Format baku Surat Tugas bagi BPKP Perwakilan yang telah
memberlakukan Organisasi Kelompok PFA? Bagaimana pencantuman
Pengendali Teknis yang diperankan sebagai Pengendali Mutu dan
pencantuman Kepala Bidang dalam surat tugasnya?
b. Siapa yang dimaksud dengan pejabat yang mengurusi kepegawaian di
BPKP Perwakilan, apakah termasuk Pejabat Fungsional Analis
Kepegawaian?
c. Apakah Surat Edaran Kepala BPKP Nomor : SE-060400-22/K/1999
tanggal 11 Januari 1999 masih berlaku?
d. Pada hal. 25 Surat Edaran Kepala BPKP Nomor : SE-06.04.00-22/K/1999
tanggal 11 Januari 1999 huruf C angka 2 dinyatakan : Dalam hal dijumpai
keraguan atau kejanggalan atas hasil kegiatan pengawasan, Pejabat
Pengusul wajib menanyakan hal tersebut kepada Atasan Langsung PFA
yang bersangkutan dst Apakah atas dasar hal itu pejabat pengusul
dapat mengembalikan berkas usulan angka kredit yang diajukan oleh PFA
dan atau mengoreksi usulan angka kredit dari PFA yang dipandang ada
kejanggalan (angka kredit yang diajukan tidak sesuai dengan Lampiran 1A
dan atau 1B Keputusan Menpan No. 19/1996 tanggal 2 Mei 1996 dan
tidak sesuai dengan Surat Edaran Kepala BPKP Nomor : SE-
820/K/JF/2002 tanggal 4 Desember 2002)?

Jawaban:
a. Dalam Lampiran Keputusan Kepala BPKP Nomor: KEP-817/K/JF/2002
tanggal 3 Desember 2002 tentang Prosedur Kegiatan Baku Penilaian dan
Penetapan Angka Kredit Bagi Jabatan Fungsional Auditor di Lingkungan
Aparat Pengawasan Internal Pemerintah telah diuraikan beberapa contoh
surat tugas, Formulir anggaran waktu pengawasan, kartu penugasan dll.

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 86


Pusat Pembinaan JFA BPKP

Dalam contoh kartu penugasan misalnya terdapat anggaran waktu


Pengendali Mutu, Pengendali Teknis, Ketua Tim dan Anggota Tim.
Pengendali Teknis yang ditugaskan sebagai Pengendali Mutu, dalam
surat tugas dicantumkan sebagai Pengendali Mutu. Kepala Bidang yang
ditugaskan menggantikan Pengendali Mutu hendaknya tetap dicantumkan
sebagai Kepala Bidang / Pembantu Penanggung jawab.
b. Yang dimaksud dengan Pejabat yang mengelola kepegawaian pada
Perwakilan BPKP dalam konteks pengaturan JFA adalah Kepala Sub
Bagian Kepegawaian. Istilah tersebut digunakan mengingat pada
beberapa unit kerja yang mengelola kepegawaian adalah Kasubbag TU
atau Kasubbag TU Perbantuan.
c. Surat Edaran Kepala BPKP Nomor: SE-06.04.00-22/K/1999 tanggal 11
Januari 1999 sampai saat ini tetap berlaku di lingkungan BPKP.
d. Ketentuan bahwa Dalam hal dijumpai keraguan atau kejanggalan atas
hasil kegiatan pengawasan, Pejabat Pengusul wajib menanyakan hal
tersebut kepada Atasan Langsung PFA yang bersangkutan dst
tercantum pula dalam Keputusan Kepala BPKP Nomor: KEP-
817/K/JF/2002 pada Prosedur I huruf F. Ketentuan tersebut memberi
kewenangan kepada Pejabat Pengusul Angka Kredit JFA untuk
melakukan koreksi terhadap DUPAK yang diajukan oleh Pejabat
Fungsional Auditor yang dinilainya tidak wajar/memunculkan keraguan.
Jika dalam usulan tersebut terdapat keraguan, Pejabat Pengusul dapat
melakukan konfirmasi kepada PFA yang bersangkutan dan melakukan
koreksi apabila dipandang perlu. Hal ini didasarkan bahwa DUPAK yang
disampaikan oleh PFA merupakan ukuran kinerja dari PNS yang berada
dalam lingkup pembinaan kepegawaian Pejabat Pengusul tersebut dan
secara formal penandatanganan DUPAK oleh Pejabat Pengusul
menunjukkan bahwa yang bersangkutan menyetujui usulan PFA untuk
dinilai oleh Tim Penilai Angka Kredit.

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 87


Pusat Pembinaan JFA BPKP

71. Pertanyaan:
a. Tidak adanya pengaturan yang memuat ketentuan seorang Kepala Bidang
yang belum bersertifikasi Pengendali Mutu, namun memerankan tugas
sebagai Pengendali Mutu dalam penugasan audit.
b. Belum jelasnya hubungan struktural dan fungsional sampai saat ini.

Diusulkan agar:

a. Disusun peraturan yang jelas, yang memuat ketentuan mengenai dapat


tidaknya Kepala Bidang yang belum bersertifikasi Pengendali Mutu untuk
memerankan tugas sebagai Pengendali Mutu dalam melaksanakan
penugasan audit.
b. Diciptakan pola hubungan struktural dan fungsional, guna menghindari
kesimpangsiuran pelaksanaan tugas.

Jawaban:
a. Sebagai pejabat struktural, Kepala Bidang tidak disyaratkan harus
memiliki sertifikat Pengendali Mutu. Dalam hal Kepala Bidang
melaksanakan peran Pengendali Mutu, dalam surat tugas hendaknya
yang bersangkutan dicantumkan sebagai Pembantu Penganggungjawab.
b. Pedoman pola hubungan struktural-fungsional saat ini masih sedang
dalam tahap pembahasan akhir. Diharapkan pada akhir tahun 2003
pedoman tersebut sudah dapat diterbitkan dan diedarkan kepada seluruh
unit kerja di lingkungan BPKP.

72. Pertanyaan:
Belum jelasnya hubungan jabatan fungsional dan struktural sehingga di
perwakilan terjadi hal-hal sebagai berikut:

a. Kepala Bidang Teknis berperan sebagai Daltu dan menjadi atasan


langsung PFA yang ditempatkan / diberdayakan pada bidang-bidang
teknis tersebut, sedangkan dalam struktur organisasi perwakilan BPKP,
Kelompok JFA berada dalam kelompok tersendiri.

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 88


Pusat Pembinaan JFA BPKP

b. Pemberdayaan PFA di bidang teknis tersebut berakibat tugas PFA hanya


melaksanakan kegiatan yang ada di bidang teknis ybs, sehingga timbul
permasalahan bagi PFA yang diberdayakan di Bidang Investigasi dan
Akuntan Negara dengan perolehan HP lebih sedikit dibandingkan Bidang
IPP dan APD akibat dari berkurangnya obrik di kedua bidang tsb.

Jawaban:
Pedoman pola hubungan struktural-fungsional saat ini masih sedang dalam
tahap pembahasan akhir. Diharapkan pada akhir tahun 2003 pedoman
tersebut sudah dapat diterbitkan dan diedarkan kepada seluruh unit kerja di
lingkungan BPKP.

73. Pertanyaan:
Pelaksanaan penilaian angka kredit bagi PFA golongan IV (Auditor Ahli
Madya - Auditor Ahli Utama) adalah oleh Tim Penilai Pusat. Penjelasan
koreksi tidak disampaikan kepada PFA yang dinilai apabila PFA tersebut tidak
memintanya. Penjelasan ini sangat penting agar yang bersangkutan dapat
memperbaiki dalam pengajuan angka kredit berikutnya.

Penjelasan tertulis mengenai selisih koreksi penilaian sebaiknya disampaikan


kepada PFA yang dinilai melalui pejabat pengusul baik diminta maupun tidak
diminta. Penjelasan ini sangat penting agar yang bersangkutan dapat
memperbaiki dalam pengajuan angka kredit berikutnya.

Jawaban:
Mulai periode penilaian untuk DUPAK 2002, Pusbin JFA selaku Sekretariat
Tim Penilai Pusat telah mengirimkan penjelasan selisih penilaian angka kredit
kepada setiap PFA melalui unit kerja masing-masing. Penyampaian
penjelasan selisih tersebut selain ditujukan untuk melakukan perbaikan dalam
pengajuan angka kredit juga diharapkan dapat menjadi acuan bagi Tim
Penilai Setempat dalam melakukan penilaian dan bahan evaluasi bagi
Pejabat Pengusul.

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 89


Pusat Pembinaan JFA BPKP

74. Pertanyaan:
Untuk PFA Trampil yang angka kreditnya telah mencukupi untuk kenaikan
pangkat dan sedang mengikuti diklat pindah jalur atau telah lulus diklat pindah
jalur namun sertifikatnya belum terbit, apakah proses kenaikan pangkatnya
menunggu yang bersangkutan lulus diklat / sertifikat terbit (sesuai persyaratan
kenaikan pangkat PFA Ahli) atau diproses kenaikan pangkat dengan
ketentuan PFA Terampil.

Jawaban:
Sesuai dengan SE Kapusbin No. SE-91/JF/1/2003 tentang Penegasan Hasil
Rakor Kepegawaian dan JFA Tahun 2002, Auditor yang telah memenuhi
syarat untuk dialihkan menjadi Auditor Ahli agar segera diproses alih
jabatannya. Dalam hal yang bersangkutan belum memenuhi syarat, seperti
memperoleh sertifikat lulus diklat yang dipersyaratkan pada jenjang Auditor
Ahli (diklat pindah jalur dan atau penjenjangan peran), maka yang
bersangkutan dapat diproses kenaikan pangkatnya sebagai Auditor Trampil.

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 90


Pusat Pembinaan JFA BPKP

DAFTAR REFERENSI PERATURAN

Disamping ketentuan-ketentuan umum mengenai JFA sebagai mana telah diuraikan


angka II (Dasar Hukum), berikut ini adalah ketentuan-ketentuan lain yang
merupakan referensi yang digunakan dalam Tanya Jawab di atas :

1. Keputusan Kepala BPKP Nomor: Kep-06.04.00-847/K/1998 tanggal 11


Nopember 1998 tentang Pola Pendidikan dan Pelatihan Auditor bagi Aparat
Pengawasan Fungsional Pemerintah
2. Keputusan Kepala BPKP Nomor: Kep-06.00.00-080/K/2001 tanggal 20
Pebruari 2001 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengawasan
Keuangan Dan Pembangunan
3. Keputusan Kepala BPKP No Kep-817/K/JF/2002 tanggal 3 Desember 2002
tentang SOP Penilaian dan Penetapan Angka Kredit Di lingkungan APIP
4. Keputusan Deputi Bidang Administrasi BPKP Nomor Kep-05.02.06-33/D.I/2000
tanggal 6 Januari 2000 tentang Pemberian Ijin Pendidikan Di luar Kedinasan
dan Penyesuaian Ijazah di lingkungan BPKP.
5. Surat Deputi Bidang Administrasi No. S-06.04.00-610/DI/1999 tanggal 24 Juni
1999 perihal Penyelesaian eks PKP yang belum disesuaikan ke dalam nama
Jabatan Fungsional Auditor.
6. Surat Sekretaris Utama BPKP Nomor S-1380/SU/2002 tanggal 16 Agustus
2002 perihal Kualifikasi Pendidikan PFA dan Angka Kreditnya
7. Surat Edaran Kepala Pusbin JFA No. SE-06.04.00-27/PJFA/2002 tanggal 18
Januari 2002 perihal Penjelasan Unsur Pengembangan Profesi, Jam Kerja, dan
Alokasi Angka Kredit.
8. Surat Kepala Pusbin JFA Nomor S-06.04.00-65/PJFA.1/2002 tanggal 21
Pebruari 2002 perihal Besaran Angka Kredit Kegiatan Yang Berkaitan Dengan
AKIP

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 91


Pusat Pembinaan JFA BPKP

9. Surat Edaran Kepala Pusbin JFA Nomor SE-1054/JF.1/2002 tanggal 17


Desember 2002 perihal Kesepadanan Kegiatan Di luar Kegiatan Yang
Diberikan Angka Kredit Berdasarkan Keputusan MENPAN No. 19/1996 Di
lingkungan BPKP.
10. Surat Kepala Pusbin JFA Nomor S-1086/JF.1/2002 tanggal 31 Desember 2002
perihal Kesepadanan Kegiatan Di luar Kegiatan Yang Diberikan Angka Kredit
Berdasarkan Keputusan MENPAN Nomor 19/1996 Di lingkungan Deputi
Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan BPKP
11. Surat Kepala Pusbin JFA Nomor S-1090/JF.1/2002 tanggal 31 Desember 2002
perihal Kesepadanan Kegiatan Di lingkungan Pusdiklatwas BPKP Dengan
Kegiatan Yang Diberikan Angka Kredit Berdasarkan Keputusan MENPAN
Nomor 19/1996
12. Surat Kepala Pusbin JFA Nomor S-1091/JF.1/2002 tanggal 31 Desember 2002
perihal Kesepadanan Kegiatan Pengawasan Di lingkungan Lembaga Informasi
Nasional RI Dengan Kegiatan Yang Diberikan Angka Kredit Berdasarkan
Keputusan MENPAN Nomor 19/1996
13. Surat Edaran Kepala Pusbin JFA No. SE-91/PJFA/2003 tanggal 31 Januari
2003 perihal Penegasan Hasil Rapat Koordinasi Kepegawaian dan JFA Tahun
2002
14. Surat Edaran Kepala Pusbin JFA No. SE-769/JF/1/2003 tanggal 14 Juli 2003
perihal Penegasan Hasil Forum Komunikasi JFA dan Kepegawaian Tahun
2003

Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA Tahun 2003 92

Anda mungkin juga menyukai