Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

MENGGAMBAR (STIMULASI SENSORI) DENGAN DIAGNOSA


KEPERAWATAN HALUSINASI PENGLIHATAN
DI WISMA HARJUNA RSJ. PROF. DR. SOEROJO MAGELANG

Disusun Oleh :
Yonny Andesma (15160058)
Rendi Jamhari (15160104)
Roberd Erikson Bako (15160118)
Serviana Siak Bian Bau (15160052)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2015
A. TOPIK
Terapi Aktivitas Kelompok menggambar pada Gangguan Sensori : Halusinasipenglihatan.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Klien mampu menggambar piring beserta isinya dan gelas.
2. Tujuan Khusus
a) Klien mampu menggambar sampai selesai
b) Klien mampu menyebutkan gambar yang digambar.
c) Klien mampu menceritakan makna dari gambarnya
d) Klien mampu memberikan pendapat/bertanya tentang gambar klien lain
e) Klien mampu memberikan jawaban atau tanggapan dari klien lain tentang
gambarnya

C. LATAR BELAKANG
Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive), kemauan (volition),
emosi (affective), dan tindakan (psychomotor). Dari berbagai penelitian dapat dikatakan
bahwa gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik
yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Salah satu hagguan jiwa yang
sering dijumpai adalah skizofrenia. Skizofrenia itu sendiri merupakan suatu deskripsi
sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah
akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, dan sosial budaya.
Menurut data World Health Organisation (WHO) tahun 2010, masalah gangguan jiwa
di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius. Data statistik yang
dikemukakan oleh WHO-World Health Organizationmenyebutkan bahwa setiap saat, 1%
dari penduduk dunia berada dalam keadaan membutuhkan pertolongan serta pengobatan
untuk gangguan jiwa. Penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa maka di perkirakan 2
jutajiwa menderita skizofrenia. Sementara itu pada masyarakat umumterdapat 0,2-0,8%
penderita skizofrenia (Keliat, 2006) dan prevalensi gangguan jiwa berat Propinsi Jawa
Tengah sebesar 3,3 per mil (Balitbang Depkes RI, 2008).
Berdasarkan hasil pengamatan dibangsal Harjuna di RSJ. Prof. Dr, Soerojo
Magelang,didapatkan hasil bahwa dari 18 pasien terdapat 8 pasien dengan halusinasi
penglihatan, 6 pasien halusinasi pendengaran, 2 pasien RPK dan 2 pasien dengan DPD.
Berdasarkan data yang didapat dibangsal sebagian besar pasien mengalami
halusinasi.Gangguan halusinasi dapat diatasi dengan terapi farmakologi dan
nonfarmakologi (Keliat, Wiyono, & Susanti, 2011). Salah satu terapi nonfarmakologi
adalah terapi altifitas kelompok (TAK).
Salah satu bentuk TAK yaitu menggambar yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan
mengklasifikasi stimulus eksternal yang diberikan melalui gambar dan klien mampu memberikan
tanggapan pada pertanyaan yang diajukan. Dari latar belakang untuk memperbaiki dan
memberikan stimulus yang nyata kelompok ingin memberikan terapi TAK yaitu menggambar.

D. SELEKSI PASIEN
1. Kondisi pasien kooperatif
2. Klien yang memiliki gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan
3. Pasien yang pernah mengikuti TAKsensori

E. JADWAL KEGIATAN
1. Tempat pelaksanaan TAK: ruangan Wisma Harjuna RSJ. Prof. Dr. Soerojo Magelang
2. Lama pelaksanaan TAK: 45 menit
3. Waktu pelaksanaan TAK: 10.00 WIB 10.45 WIB

F. METODE
1. Diskusi
2. Brain Storming
G. MEDIA DAN ALAT
1. Persiapan tempat yang aman dan tenang
2. Tempat yang cukup luas atau longgar
3. Alat dan bahan: Buku gambar/kertas, pulpen.
4. Lembar evaluasi
5. Kertas Identitas atau alat tulis

H. PENGORGANISASIAN
1. Leader
a) Mampu memimpin TAK dengan baik dan tertib
b) Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktivitas kelompok sebelum
kegiatan dimulai.
c) Membuat kontak kegiatan dan disetujui setiap anggota kelompok
d) Mengontrol jalannya terapi bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
2. CoLeader
a) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktifitas klien.
b) Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang.
3. Fasilitator
a) Menyediakan fasilitasi yang dibutuhkan pasien.
b) Memotivasi klien yang kurang aktif
c) Membantu leader memfasilitasi anggota untuk berperan aktif dan memfasilitasi
anggota kelompok dan member reinforcement positif
4. Observer
a) Mengobservasi respon klien
b) Mencatat perilaku klien selama dinamika kelompok TAK
c) Mencatat semua proses yang terjadi dan melaporkannya
d) Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses,evaluasi
hingga penutupan.
SETTING TEMPAT

Keterangan:

: Leader

: Fasilitator

: Observer

: Anggota

I. PROGRAM ANTISIPASI
1. Klien yang meninggalkan diskusi tanpa pamit
a. Jika di dalam ruangan rame bisa dipindahkan di luar dengan suasana yang tenang
b. Jumlah anggota yang mengikuti TAK 6 orang,terapis menyediakan 8
anggota,antisipasi jika ada 2 anggota tidak mau mengikuti kegiatan TAK
c. Jika tidak ada meja dalam ruangan bisa menggunakan papan atau meja badminton
d. Memberikan arahan untuk menggambar piring beserta isinya dan gelas
J. LANGKAH KEGIATAN
1. Persiapan
a. Alat dan bahan
1) Persiapkan tempat yang aman dan tenang
2) Tempat yang cukup luas dan longgar
3) Alat dan bahan : Kertas HVS, bollpent, buku catatan/laporan TAK, jadwal
kegiatan klien
4) Form logbook SKP harian
b. Pasien
1) Membuat kontrak pertemuan dengan klien
2) Menjamin pemenuhan kebutuhan privacy klien, hanya ada perawat dan klien
saja
2. Pelaksanaan
a. Persiapan
1) Mengumpulkan klien yang pernah melakukan TAK stimulasi sensori
2) Membuat kontrak dengan klien
3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Fase Orientasi
1) Salam terapeutik
a) Salam dari terapis atau perawat (misalnya dengan selamat pagi atau selamat
siang)
b) Perkenalkan nama perawat dan nama panggilan (Lebih bagus pakai papan
nama)
c) Memberi kesempatan pada klien untuk memperkenalkan nama masing-
masing (dan papan nama)
2) Evaluasi/validasi
a) Menanyakan perasaan klien saat ini
b) Menanyakan masalah yang dirasakan
c) Menanyakan penerapan TAK stimulasi sensori yang pernah dilakukan
3) Kontrak
a) Menjelaskan tujuan kegaitan,yaitu menggambar piring beserta isinya dan
gelas
b) Menjelaskan aturan permainan sebagai berikut:
i. Jika ada anggota kelompok yang ingin meninggalkan kelompok harus
minta izin
ii. Mengikuti kegiatan sampai selesai
iii. Mempersilahkan pasien untuk minum, atau kencing dulu sebelum acara
dimulai
iv. Lama kegiatan tidak lebih dari 45 menit
c. Fase kerja
1) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu menggambar piring
beserta isinya dan gelas, dan menceritakan hasilnya kepada klien lain
2) Terapis membagikan kertas dan pulpen untuk tiap klien
3) Terapis meminta klien menggambar:
a) Piring
b) Didalam piring ada nasi, dua butir telur dan 3 potong tahu
c) Gelas
4) Sementara klien mulai menggambar, terapis berkeliling dan memberikan
penguatan kepada klien untuk terus menggambar. Jangan melecehkan/mencela
klien.
5) Setelah semua klien selesai menggambar, terapis meminta masing-masing klien
untuk memperlihatkan dan menceritakan gambar yang telah dibuatnya kepada
klien lain. Hal yang harus diceriatakan adalah gambar apa, dan makna gambar
tersebut menurut klien
6) Berikan pujian atau pengahargaan atas kemampuan klien member pendapat,
hindari penggunaan tepuk tangan dalam memberikan penghargaan akan lebih
baik jika mengguanakan kata bagus
7) Perawat memberikan kesimpulan tentang gambar yang telah digambar masing
masing klien, perawat juga menyampaikan tujuan dari kegiatan menggambar
yaitu mengisi aktifitas sehari-hari agar pasien memiliki kegiatan sehingga
diharapkan halusinasi pasien tidak muncul dan dengan kegiatan menggambar,
klien diharapkan bisa berkonsentrasi dengan instruksi dari leader tentang
gambar yang dibuat.

d. Fase terminasi
1) Evaluasi
a) Perawat menanyakan perasaan klien setalah mengikuti terapi aktivitas
kelompok
b) Perawat memberikn pujian atas keberhasilan kelompok dengan
menggunakan kata bagus sekali
2) Rencana tindak lanjut
a) Menganjurakan klien untuk melatih kemampuan menggambar dan
mendiskusikan dengan klien lain atau perawat lain
b) Membuat jadwal menggambar
3) Kontrak terapi kelompok yang akan dating
a) hal Berasama dengan klien membuat rencana aktivitas kelompok selanjutnya
: Mencium bau bauan
b) Bersama klien menentukan waktu dan tempat terapi aktifitas kelompok yang
akan datang
3. Pendokumentasian
a. Mencatat kegiatan TAK stimulasi sensori dalam buku catatan atau laporan TAK
baik jenis TAK topic TAK, klien yang di terapis, leader dan observer yang
melakukan TAK serta hasil evaluasi proses dan hasil serta membubuhkan tanda
tangan dan nama terang
b. Mencatat tindakan keperawatan yang telah dilkukan kedalam catatan
perkembangan terintegrasi sesuai standard prosedur operasiional yang berlaku.
Pendokumentasian catatan perkembangan terintegrasi harus dilkukan oleh perawat
yang telah diberikan penugasan klinik
c. Mencatat tindakan keperawatan pada Log Book (SKP) harian
d. Mencatat TAK stimulasi sensori : menggambar harus dilakukan klien pada papan
jadwal kegiatan untuk tindak lanjut perawat shift berikutnya
e. Membereskan catatan perkembangan terintegrasi pada status rekamedis pasien
4. Hal hal yang harus diperhatikan
a. Mengevaluasi respon serta toleransi klien selama TAK stimulasi persepsi
b. Mengevaluasi kebutuhan kenyamanan dan keamanan pasien, dan staf selama
TAK stimulasi sensori
c. Kemampuan TAK stimulasi sensori disesuaikan dengan kemempuan klien
menerima informasi, belajar, daya ingat pasien, sesuai dengan kesepakatan
yang dibuat klien.
Formulir evaluasi sebagai berikut :

NO Nama Klien Klien Klien Klien Klien Klien mampu


Klien mampu mampu mampu mampu mampu berkonsentrasi
menggambar menggambar menggambar menggambar menggambar selama TAK
piring nasi dalam telur 2 butir tahu 3 gelas minum
piring
1
2
3
4
5
6
7
8
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI.(2008).Proposal Terapi Aktivitas Kelompok Halusinasi. Departemen Kesehatan

Republik Indonesia

Keliat, B. A., Wiyono, A.P., & Susanti, H. (2011). Manajemen kasus gangguan jiwa:

CMHN(intermediate course). Jakarta: EGC.

Keliat, dkk. (2005). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC

Keliat, dkk. (2006). Proses Keperawatan KesehatanJiwa Edisi 2. Jakarta: EGC

Purwaningsih, & Karlina. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa Dilengkapi Terapi Modalitas

dan Standar Operating Prosedur (SOP). Yogyakarta: Nuha Medika Press.

Stuart & Sundeen. (2005). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Yusuf, dkk. (2014). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai