Laporan Resmi Adsorpsi
Laporan Resmi Adsorpsi
PRAKTIKUM LIMBAH
ADSORBSI
Disusun oleh :
KELOMPOK 3 KELAS 2B
1. AFIATI SAPUTRI (03)
2. BHEKTI NUGROHO (04)
3. ELITA RAHAYU WIDAYANTI (09)
4. MUHAMMAD IQBAL (15)
5. NADYA RIZKITA (16)
6. THERESIA DEA (20)
TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2016
A. Judul Praktikum : Absorbsi
B. Alat dan Bahan :
- Botol air mineral bekas 600ml
- Erlenmeyer
- Arang
- Sapu ijuk
- Batu apung
- Limbah tahu
C. Skema Kerja
Masukkan gram arang, gram batu apung dan potongan sapu ijuk pada
botol 3
Setelah tersusun lakukan pencucian dengan cara mengaliri air pada susunan alat
absorbsi
E. Pembahasan
Pembahasan oleh Elita Rahayu
Percobaan yang dilakukan kali ini yaitu pengolahan limbah dengan metode
adsorbsi. Pengolahan air secara adsorpsi merupakan proses pemisahan air dari
pengotornya dengan cara penyerapan pengotor seperti partikel-partikel halus, kation-
kation terlarut atau bau yang terkandung dalam air. Media adsorpsi yang umum
digunakan dalam pengolahan air adalah karbon aktif atau mineral zeolit. Karbon aktif
ataupun zeolit memiliki sifat sebagai adsorben sehingga mampu menyerap partikel
atau kation-kation dan bau yang terlarut atau tercampur dalam air.
Pada percobaan yang dilakukan kali ini media yang digunakan dalam proses
adsorbsi adalah karbon aktif, ijuk, dan batu apung . Proses adsorbsi ini menggunakan
limbah yang beasal dari limbah pabrik tahu bekas. Kolom adsorbsi yang digunakan
terbuat dari botol air mineral 600ml. Botol-botol tersebut dipotong sepertiga bagian
dari badan botol pada bagian bawahnya kemudian empat botol disusun secara vertikal
dengan kepala botol berada dibawah. Penyusunan botol tersebut menggunakan statif
dan disanggah dengan klem. Pada tutup botol yang berada di bawah sendiri dan diberi
lubang kecil kecil agar limbah yang keluar dapat mengenai seluruh permukaan
adsorbent.
Percobaan yang dilakukan kali ini, karbon aktif,ijuk, dan batu apung yang
digunakan sebagai absorbent. Sebelum dimasukkan dalam kolom adsorpsi, absorbent
tersebut dilakukan proses pencucian. Pencucian tersebut dilakukan dengan tujuan agar
warna hitam yang terdapat pada karbon aktif tidak ikut ke dalam hasil proses adsorpsi.
Analisi yang kita gunakan adalah penentuan pH limabh setelah proses absorbsi dan
sebelum. Dari hasil percobaan limbah sebelum dilakukan proses absorbs memiliki pH
sebesar 3, sedangkan setelah dikalukan absorbs didapatkan pH 7. Perbedaan antara
percobaan satu dan dua ialah jumlah karbon aktif yang digunakan. Perbedaan tersebut
berpengaruh terhadap tingkat kejernihan hasil absorbsi. Akan tetapi secara kasat mata
hasil absorbsi menghasilkan air yang jernih. Sehingga bisa dikatakan teknik ini
berhasil.
Pada praktikum pengolahan limbah dengan metode adsorbsi ini, limbah tahu
yang kami sediakan diadsorbsi menggunakan beberapa bahan adsorbent yaitu arang
yang telah diaktifkan menjadi karbon aktif, ijuk, dan batu apung. Pengolahan
adsorbent sebelum praktikum adalah pengaktifan arang dan pencucian adsorbent.
Arang diaktifkan menjadi karbon aktif dengan cara dipanaskan dan pengecilan
ukuran. Tujuan pengaktifan arang adalah untuk membuka pori-pori arang, dengan
demikian daya absorbsinya menjadi lebih tinggi terhadap zat warna dan bau
(Murdiyanto, 2011). Berikut macam-macam adsorbent yang digunakan beserta
fungsinya:
1. Ijuk
Ijuk bertujuan untuk menyaring kotoran-kotoran kasar hingga semi halus yang
terdapat pada limbah (Isnaini, 2010). Sehingga ijuk diletakkan di botol bagian atas
untuk menyaring sisa-sisa tahu pada limbah.
2. Batu apung
Batu apung memiliki rongga atau pori-pori yang terisi oleh udara, sehingga batu
apung dapat menyaring zat-zat warna, dan pencemar. (Setiabudi, 2014). Batu apung
juga dapat menyaring partikel-partikel halus yang tidak tersaring oleh ijuk. Batu
apung yang digunakan pada percobaan berukuran sekitar 2 mm.
3. Karbon aktif (arang)
Karbon aktif memiliki banyak kegunaan dalam proses pengolahan limbah. Beberapa
fungsinya yaitu:
a. Mengurangi kesadahan air
b. Menyerap bau, rasa, dan warna
c. Mengikat bahan beracun dan logam berat seperti timbal, raksa, dan cadmium.
Penggunaan arang sangat berpengaruh terhadap pengolahan limbah. Arang diletakkan
pada botol paling bawah. Arang akan membersihkan zat-zat yang tidak tersaring oleh
adsorbent lain. Ukuran arang sama dengan ukuran batu apung yaitu kurang lebih 2
mm.
Setelah proses adsorbsi, limbah tahu yang awalnya berwarna keruh menjadi
jernih dan pH-nya yang semula rendah menjadi netral. Perbedaan jumlah adsorbent
mempengaruhi hasil akhir pengolahan limbah. Pada percobaan pertama, limbah yang
telah diabsorbsi memiliki pH yang netral. Tetapi pada percobaan kedua, dimana
jumlah arang yang digunakan lebih sedikit daripada percobaan pertama, pH air
menunjukkan angka 8. Hal ini mungkin disebabkan oleh pengaruh jumlah arang dan
limbah yang disimpan terlalu lama sehingga kemungkinan adanya pertumbuhan
bakteri di dalam limbah yang mempengaruhi sifat fisik limbah.
Pengolahan limbah metode absorbsi yang kami lakukan secara sederhana ini
diharapkan dapat diterapkan dalam pengolahan limbah pabrik tahu, tetapi terdapat
beberapa kendala, seperti tidak dapat digunakan untuk skala besar, diperlukannya
bahan adsorbent yang banyak dan harganya yang cukup mahal, dan hasil akhir yang
kurang bersih karena terdapat debu-debu karbon aktif. Hal ini dapat diatasi dengan
penambahan adsorbent lain di bawah arang, misalnya ijuk.
Pembahasan oleh Nadya Rizkita
Dengan penggunaan karbon aktif ini, adsorbat akan diserap oleh adsorben
dimana akan terjadi suatu ikatan kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya.
Karbon aktif, atau sering juga disebut sebagai arang aktif, adalah suatu jenis karbon
yang memiliki luas permukaan yang sangat besar. Hal ini bisa dicapai dengan
mengaktifkan karbon atau arang tersebut, hanya dengan satu gram karbon aktif, akan
didapatkan suatu material yang memiliki permukaan sebesar 500m2. Biasanya
pengaktifan hanya bertujuan untuk memperbesar luas permukaan saja, namun
beberapa usaha juga berkaitan dengan meningkatkan kemampuan adsorpsi karbon
aktif itu sendiri. Ijuk bertujuan untuk menyaring kotoran-kotoran kasar hingga semi
halus yang terdapat pada limbah, Batu apung memiliki rongga atau pori-pori yang
terisi oleh udara, sehingga batu apung dapat menyaring zat-zat warna, dan pencemar.
Penataan absorbent pada metode ini adalah ijuk berada di urutan paling atas
karena ijuk berfungsi sebagai penyaring kotoran yang tidak terlalu halus, kemudian
campuran antara ijuk-batu apung- arang, kemudian batu apung (SiO2Al2O3) yang
berfungsi sebagai absorbent dan urutan yang terakhir adalah arang aktif yang
merupakan bahan berupa karbon bebas dan telah diolah secara khusus melalui proses
aktifasi yaitu pemanasan, sehingga pori-porinya terbuka dan dengan demikian akan
membuat daya serap terhadap zat-zat lainnya menjadi besar. Pengolahan khusus
lainnya yang dilakukan pada arang adalah pengecilan ukuran, dimana semakin kecil
ukuran partikel arang maka akan menjadikan luas permukaan arang semakin besar.
Media yang digunakan untuk tempat adsorbent adalah botol air mineral 600
ml yang disusun secara vertical dengan kepala botol berada di bawah, penyusunan
botol tersebut menggunakan statif dan disanggah dengan klem. Pada bawah botol
digunting sepertiga dan tutup botol diberi lubang kecil kecil agar limbah yang
keluar dapat mengenai seluruh permukaan adsorbent.. Percobaan dilakukan dua kali
dengan perbedaan kuantitas pada jumah arang. Jumlah absorbent ijuk dan batu apung
yang digunakan tetap sama. Arang yang digunakan pada percobaan pertama adalah
95.77 gram dan arang yang digunakan pada percobaan kedua adalah 52.55 gram.
Analisa yang kami lakukan pada percobaan ini adalah pH dan kejernihan pada hasil
limbah yang kami dapatkan. pH awal limbah adalah 3 dan pH akhir adalah 7. Dari
hasil pengamatan yang kami lakukan terdapat perbedaan kekeruhan, hasil pengolahan
limbah dengan jumlah arang yang banyak lebih jernih daripada hasil pengolaham
limbah dengan jumlah arang yang sedikit.
Pengolahan limbah dengan proses absorbsi telah menjadi andalan dalam beberapa
dekade. Pada praktikum pengolahan limbah dengan proses absorbsi digunakan media
sebagai penyerap secara fisik maupun kimia. Absorben ini sering disebut juga media pencuci,
karena apabila limbah dilewatkan atau dikontakkan dengan absorben, maka limbah tersebut
akan berkurang tingkat polutannya. Pada praktikum ini yang digunakan sebagai absorben
adalah arang yang telah disangrai, ijuk, dan pasir kuarsa. Pemilihan absorben ini didasarkan
pada kemampuan absorben dan kesesuaian limbah yang akan diproses. Berdasarkan
literatur pemilihan absorben harus didasarkan pada beberapa faktor, yaitu memiliki daya
melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar mungkin (kebutuhan akan cairan
lebih sedikit, volume alat lebih kecil), selektif, memiliki tekanan uap yang rendah,
tidak korosif, mempunyai viskositas yang rendah, stabil secara termis dan murah.
Absorben ini disusun dalam 4 kolom, yaitu yang pertama kolom yang berisi absorben
ijuk, yang kedua kolom berisi pasir kuarsa, yang ketiga berisi arang dan yang keempat
adalah berisi ijuk + pasir kuarsa + arang. Kolom ini terbuat dari botol air mineral
600ml.
Limbah yang digunakan adalah limbah tahu yang berwarna agak kekuningan
cokelat. Berdasarkan dari hasil praktikum didapatkan limbah tahu saat dialirkan dalam
kolom absorban menunjukkan bahwa limbah berwarna jernih. Hal ini menunjukkan
bahwa absorban dalam kolom berhasil menyerap kandungan dari limbah tahu.
Sehingga didapatkan hasil limbah yang berwarna jernih. Arang yang berupa carbon
aktif memiliki 25-1000 % daya serap terhadap berat aktif. Arang aktif yang digunakan
juga berukuran ... mesh dan menunjukkan bahwa dengan ukuran mesh yang bisa
dibilang kecil artinya arang memiliki luas permukaan yang cukup luas untuk
menyerap kandungan limbah cair tahu. Selain arang, ijuk dan pasir kuarsa juga
memiliki daya serap yang berpengaruh untuk menjernihkan limbah. Tetapi daya serap
ijuk dan pasir kuarsa masih kalah dibandingkan dengan daya serap arang
G. Dafar Pustaka
1. Isnaini, Sany.2010.http://showroom-cetak.blogspot.com/2013/11/alat-sederhana-
penjernih-air.html (diakses tanggal 24 April 2016)
2. Murdiyanto.2011.http://www.purewatercare.com/kegunaan_arang_aktif.php?id=kegu
naan_arang_aktif (diakses tanggal 24 April 2016)
3. Setiabudi, Aditya
A.2014.http://adityaagungsetiabudi.blogspot.com/2014/04/penjernihan-air-
menggunakan-batu-apung_27.html (diakses tanggal 24 April 2016)