Adsorbsi Isotermis Perbaikan
Adsorbsi Isotermis Perbaikan
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK VIII
ASISTEN : NURASIA
BAB III
METODOLOGI
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Alat- alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Buret,
Corong, Gelas ukur, Klem, Labu erlenmeyer Pipet ukur,dan
statif.
III.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Asam
asetat, Indikator PP, Karbon aktif, Kertas saring, NaOH 0,1 N,
III.2 Prosedur Kerja
1. Dipanaskan karbon dalam cawan porselin juga jangan sampai
membara, kemudian didinginkan pada eksikator. Masukan dalam
enam buah labu erlenmeyer dengan berat karbon masing-masing
1 gram
2. Di buat larutan asam dengan konsentrasi 0,15,0,12,0,09,0,06, dan
0,03 dengan volume masing-masing 100 mL. larutan ini dibuat
dari pengenceran larutan 0,15 N
3. Di iisi 100 mL Erlenmeyer yang tidak ada karbon aktifnya, 0,03 M
larutan asam asetat, contoh ini akan dipakai sebagai kontrol
4. Di tutup semua labu tersebut dan kocoklah secara periodic selama
30 menit, kemudian biarkan diam untuk paling sedikit 1 jam agar
terjadi kesetimbangan.
5. Di saring masing-masing larutan memakai kertas saring halus,
buang 10 mL pertama dari filtrate untuk menghindarkan kesalahan
akibat adsorbs karena kertas saring
6. Di titrasi 25mL larutan filtrate dengan 0,1 N NaOH baku dengan
indicator PP. lakukan 2 kali untuk masing-masing larutan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAAN
IV.1 Hasil
No Konsentrasi Volume Massa Volume Perubahan Warna
CH3COOH Adsorben Karbon Titrasi
(mL) Aktif (mL)
1 0,15 M 25 mL 1 gram 23 mL Bening -> Ungu Pucat
2 0,12 M 25 mL 1 gram 4,2 mL Bening -> Ungu Pucat
3 0,05 M 20mL 1 gram 19,7 mL Bening -> Ungu Pucat
4 0,06 M 25mL 1 gram 15,10 mL Bening -> Ungu Pucat
IV.2 Perhitungan
0,15
V titrasi x N awal
N akhir=
v control
23 mL x 0,15
25mL
= 0,138 N
W = (v.N.Be) (v.n.Be)
= (25 x 0,15 x 60) ( 23X 0,138X 60)
= 2,25 190,44
= 34,56
0,12
V titrasi x N awal
N akhir=
v control
14,2 mL x 0,12
25 mL
= 0,0682 N
W = (v.N.Be) (v.n.Be)
= (25 x 0,12 x 60) ( 14,2X 0,0682X 60)
= 180 - 58,1064
= 121,8936
0,09
V titrasi x N awal
N akhir=
v control
19,7 mL x 0,09
20 mL
= 0,08865 N
W = (v.N.Be) (v.n.Be)
= (20 x 0,09 x 60) ( 19,7 x 0,08865 x 60)
= 108 104,7252
= 3,2948
0,06
V titrasi x N awal
N akhir=
v control
15,1 mL x 0,06
20 mL
= 0,0453 N
W = (v.N.Be) (v.n.Be)
= (20 x 0,06 x 60) ( 15,1 x 0,0453 x 60)
= 72 41,0418
= 30,9582
IV.3 Pembahasan
Percobaan kali ini membahas mengenai adsorpsi isotermis
pada suatu larutan dengan menggunakan sampel larutan asam
asetat. Adsorpsi adalah suatu peristiwa penyerapan suatu zat pada
pada permukaan zat lain. Zat yang diserap disebut fase terserap
(adsorbat), sedangkan zat yang menyerap disebut adsorben. Zat
penyerap dapat berupa zat padat maupun zat cair. Untuk proses
adsorpsi pada larutan, jumlah zat yang teradsorpsi bergantung pada
beberapa faktor yaitu jenis adsorben, luas permukaan adsorbat,
konsentrasi zat terlarut dan temperatur. Apabila adsorben dan
adsorbat berinteraksi cukup lama maka akan terjadi kesetimbangan
antara jumlah adsorben-adsorbat. Hubungan kesetimbangan ini
disebut isotermis.
Pada percobaan ini terlebih dahulu dibuat larutan kontrol
(blanko) dengan cara dimasukkan larutan asam asetat konsentrasi
0,06 M ke dalam erlenmeyer kemudian dititrasi dengan larutan
NaOH 0,1 N. Tujuan dibuat larutan blanko untuk mengetahui
perbandingan pada proses adsorpsi larutan asam asetat tanpa
karbon aktif dengan yang ditambahkan karbon aktif. Kemudian
dilakukan percobaan larutan asam asetat dengan penambahan
karbon aktif dengan cara 1 gram karbon aktif dimasukkan ke dalam
masing-masing erlenmeyer, serta membuat larutan asam asetat
dengan berbagai konsentrasi 0,15 M, 0,06 M, agar dapat mengetahui
seberapa besar hubungan antara variasi konsentrasi dengan daya
adsorpsi. Karbon aktif yang digunakan merupakan karbon grafit yang
pori-porinya telah mengalami pengembangan kemampuan untuk
mengadsorpsi gas dan uap dari campuran gas dan zat-zat yang tidak
larut atau yang terdispersi dalam cairan, sehingga karbon aktif
dijadikan sebagai zat pengadsorpsi atau adsorben pada larutan
asam asetat. Sebelum dimasukkan kedalam erlenmeyer karbon aktif
terlebih dahulu diaktifkan dengan cara dipanaskan dalam oven
selama 15menit pada suhu yang tinggi. Tujuan diaktifkannya karbon
agar karbon dapat menjadi adsorben yang baik karena ketika karbon
dipanaskan, pori-pori pada permukaan karbon akan terbuka dan
pori-pori tersebut akan aktif menyerap secara maksimal. Setelah
karbon aktif dimasukkan, ditambahkan dengan larutan asam asetat
dengan berbagai konsentrasi pada masing-masing erlenmyer.
Setelah itu dilakukan pengadukan selama 10 menit pada temperatur
konstan (suhu kamar). Tujuan pengadukan agar penyerapan karbon
aktif terhadap larutan asam asetat semakin besar setelah dilakukan
pengadukan kemudian dilanjutkan dengan pengocokan selama 10
menit dengan tujuan agar campuran larutan asam asetat dan karbon
aktif dapat tercampur secara homogen dan proses adsorpsi dapat
berlangsung secara cepat dan merata serta menjaga kestabilan
adsorben dalam mengadsorpsi adsorbat pada saat terjadi reaksi.
Setelah pengocokan selama 10 menit, campuran larutan didiamkan
selama 15 menit dengan tujuan agar penyerapan terjadi tersebut
dapat terjadi maksimal, setelah itu dilakukan penyaringan dengan
kertas saring dan didapatkan residu yang berwarna hitam dan filtrat
berupa larutan tidak berwarna.
Filtrat yang diperoleh kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N.
Pada proses titrasi, filtrat bertindak sebagai titer (zat yang dititrasi)
sedangkan larutan NaOH yang berada dalam buret bertindak
sebagai titran (zat penitrasi). Titrasi ini merupakan titrasi
netralisasi/penetralan karena larutan asam asetat merupakan asam
lemah dititrasi dengan basa kuat NaOH, sebelum dilakukan titrasi
filtrat ditambahkan larutan fenol merah sebanyak 2-3 tetes sebagai
indikator pada perubahan warna yang terjadi saat titik akhir titrasi
yang ditandai dengan filtrat yang semula tidak berwarna menjadi
berwarna merah muda karena sistem telah melewati titik ekivalen
yaitu berada pH>7 (pH basa).
Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa semakin
rendah konsentrasi maka semakin kecil volume NaOH yang
dibutuhkan, tetapi pada percobaan yang dilakukan, filtrat larutan
asam asetat pada konsentrasi 0,12 M volume yang dibutuhkan lebih
sedikit daripada filtrat dengan konsentrasi 0,05 M dan 0,06 M.
Sedangkan pada kontrol tanpa penambahan karbon aktif
membutuhkan volume NaOH lebih banyak yaitu 42,05 mL
dibandingkan dengan sampel pada percobaan. Hal ini menunjukan
bahwa adanya pengaruh penambahan karbon aktif pada sampel
dengan ditandai bertambahnya volume NaOH. Hal ini disebabkan
karena adanya karbon aktif semakin banyak sampel yang diadsorbsi
maka semakin sedikit volume titrasi yang dibutuhkan. Pada blanko,
karena tidak memiliki karbon aktif sehingga konsentrasi sampel tetap
karena tidak ada penyerapan sehingga volume yang dibutuhkan
semakin banyak.
Kemungkinan kesalahan yang terjadi selama praktikum
adalah dikarenakan faktor pengocokan yang tidak merata. Dari
volume NaOH yang diperoleh dari hasil titrasi , dapat digunakan
untuk menentukan massa larutan asam asetat yang teradsorpsi
karbon aktif.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin tinggi daya
adsorbannya dan semakin banyak pula zat yang teraddsorbsi
demikian sebaliknya
2. Semakin luas permukaan adsorban maka semakin tinggi fungsi
daya adsorpsinya pada zat terlarut.
V.2 Saran
Percobaan selanjutnya disarankan untuk mengukur adsorpsi
dari suatu larutan basa lemah dan basa kuat. Contohnya NaOH dan
NH4OH.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W. 1990. Kimia Fisika. Edisi 4. Penerjemah: Kartohadiprojo.
Erlangga. Jakarta.
Bird, T. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Pt. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
Chang,R. 2005. Kimia Dasar. Edisi 3. Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Daintith,J. 1994. Kamus Lengkap Kimia. Erlangga. Jakarta
Foo,K.Y. and B.H. Hameed. Insight into the Modeling of Adsorption
Isotherm Systems. Chemical Engineering Journal. Vol.2.156.
Keenan,C.W., D.C. Kleinfelter, dan J.H. Nood. 1984. Kimia untuk
Universitas. Erlangga. Jakarta.
Khopkar,S.M.1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI.Press. Jakarta.
Kundari,N.A dan Slamet Wiyuniati. 2008. Tinjauan Kesetimbangan
Adsorpsi Tembaga dalam Limbah Pencuci PCB dengan
Zeolit.Seminar Nasional IV.ISSN 1978-0176
Piccin,J.S., G.L. Dotto, and L.A.A.Pinto.2011. Adsorption Isotherm and
Thermochemical Data of FD and C Red N 0 40 Binding by Chitosan.
Brazilian Journal of Chemical Engineering. Vol .28. No. 02,PP 295-
304
Sukardjo. 1990. Kimia Anorganik. Rineka Cipta. Jakarta.
Wertheim,J. 2000. Kamus Kimia Bergambar. Erlangga. Jakarta.
LAMPIRAN