Anda di halaman 1dari 76

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kenneth Copeland adalah seorang tokoh teologi Kemakmuran yang telah

mempengaruhi orang percaya untuk tidak memahami Konsep mengikut Kristus yang benar.

Pengaruh pemikiran Copeland mengenai teologi Kemakmuran sudah diimani oleh banyak

orang percaya, sudah menjunjung tinggi ajaran ini tanpa meneyelidiki ajaran itu berdasarkan

kitab suci. Melalui pemikiran Copeland ini, orang percaya pada masa kini, tidak memiliki

tujuan yang jelas dalam mempercayai Yesus sebagai Tuhan, Tujuan menjadi pengikut Kristus

hanya supaya mengalami kesembuhan bagi orang yang mengalami penyakit dan bagi orang

yang mengalami kemiskinan supaya menjadi kaya. Adapun ajaran ini sangat menekankan

pada iman, yakni iman sebagai sarana dalam menggapai kemakmuran dari Tuhan.1

Adapun Ajaran Teologi Kemakmuran menurut Copeland yang mempengaruhi orang

percaya pada zaman ini adalah bahwa kemiskinan merupakan hal yang fatal dalam kehidupan

orang percaya. Hal ini dikatakan karena kemiskinan merupakan pekerjaan iblis bahkan berasal

dari Iblis. Iblis adalah musuh dari Allah dan dialah bapa orang berdosa sekaligus sumber

segala kemiskinan, dan peran iblis dalam dunia ini adalah untuk mempengaruhi orang percaya

supaya menjadi pengikutnya sehingga orang percaya tidak akan mengalami kemakmuran

dalam hidup.2 Disisi lain, Allah adalah sumber kemakmuran yang merindukan orang percaya

mengalami kemamuran. Iblis berlawanan dengan Allah sebab yang ditawarkan iblis kepada
1
Herlianto, Teologi Sukses, ( Jakarta: Gunung Mulia, 1993) hlm 10
2
Kenneth Copeland, The Laws of Prosperity, (Fort Worth: KCP Publications, 1989) p 50

1
2

manusia dan yang ditawarkan Allah sangat berbeda. Iblis telah berusaha sekuat tenaga untuk

menjadikan orang percaya di bumi ini menjadi pengikutnya, sebab iblis tidak mau sendirian

mengalami kemiskinan sehingga iblis harus melakukan banyak strategi untuk mempengaruhi

orang percaya sehingga pada akhirnya menjadikan orang percaya menjadi pengikutnya. Orang

percaya yang hidupnya tidak makmur itu dikarenakan tipu daya iblis yang mempengaruhinya,

sebab orang tersebut terjerat dengan godaan iblis. Oleh sebab itu seseorang yang mengklaim

dirinya orang percaya tetapi tidak mengalami kemakmuran dalam hidupannya, maka dia

bukanlah pengikut Kristus melainkan pengikut iblis. 3

Copeland dalam ajarannya berpendapat bahwa sebelum Kristus mati di kayu Salib,

manusia hidup dalam k utukan kemiskinan, tetapi ketika Kristus telah mati di kayu Salib maka

kutukan itu dicabut dari manusia sehingga manusia yang hidup dalam Kristus dan mendapat

berkat. Copeland memahami Kutuk dalam konteks ini lebih mengarah kepada kemiskinan,

oleh sebab itu, kemiskinan merupakan hal yang tidak boleh terjadi di dalam kehidupan orang

percaya karena hal itu menjadikan Kristus tidak bermakna di dalam kehidupannya. 4 Dua hal

yang selalu disoroti Copeland dalam ajaran Teologi Kemakmuran, pertama mengenai

penyakit. Allah menghendaki orang percaya harus hidup dalam tubuh yang sehat tanpa

penyakit sebab penyakit merupakan dosa sekaligus kutukan yang datang dari Iblis. Allah tidak

akan diam bersama dengan orang yang mengalami penyakit sebab penyakit berasal dari iblis

dan orang yang telah mengalami penyakit telah berkomfromi dengan iblis, sehingga Allah

tidak mau hadir bersamanya sebab Allah tidak mau berkomfromi dengan iblis melalui orang

percaya yang mengalami penyakit tersebut.5

3
Kenneth Copeland, Blessed to be A Blessing, ( Fort Worth: KCP Publication, 1947) p 34- 40.
4
Kenneth Copeland, Force of Righteousness, (Fort Worth: KCP Publication, 1983) p 59
5
Kenneth Copeland, The Laws of Prosperity, (Fort Worth: KCP Publications, 1989) p 70- 76
3

Kedua, mengenai kemiskinan, dalam hidup orang percaya kekayaan harus menjadi

patokan iman dalam kekristenan. Kekayaan dalam hidup telah disediakan Allah bagi setiap

orang percaya, namun, Allah telah menetapkan sebuah syarat untuk menerima kekayaan itu,

yakni melalui iman. Iman merupakan hal sangat penting di dalam ajaran Copeland, sebab

hanya dengan imanlah orang percaya menggapai kemakmuaran dalam hidup.6 Berdasarkan

ajaran Teologi Kemakmuran menurut Kenneth Copeland yang dipaparkan diatas maka

muncul akibat buruk bagi orang Percaya, al:


1. Orang Kristen yang miskin disebut sebagai Pengikut Iblis

Konsep ini merupakan konsep yang tidak benar sebab tidak mungkin kemiskinan

menjadikan orang Kristen menjadi pengikut iblis. Powell berpendapat bahwa murid Kristus

yang sejati adalah orang- orang yang mau menyerahkan kehidupannya selama hidupnya di

dalam dunia ini, Tuhan tidak pernah melihat kekayaan atau kemiskinan seseorang dalam

mengikut Dia. Yang Tuhan inginkan dalam kehidupan orang percaya adalah kerelahan hati

dalam mengikut Dia.7 Kemudian Caram mengatakan bahwa Tuhan tidak pernah menjanjikan

bahwa setiap orang percaya akan mengalami kehidupan yang makmur, kaya. Jikalah Yesus

pernah menjanjikan seperti ini berarti Yesus adalah pribadi yang tidak bisa diteladani secara

mutlak. Alasannya adalah bahwa Yesus selama hidupnya tidak pernah mengalami kehidupan

yang makmur secara jasmani. Dia dari bayi sudah menderita, miskin, Dia dilahirkan ditempat

yang hina. Jadi, jelas bahwa Yesus tidak pernah menjanjikan kemakmuran hidup seseorang

dalam mengikut Dia.8 Robirosa mengatakan bahwa Kekristenan tidak didentik dengan
6
Kenneth Copeland, The Force of Love, (Fort Worth: KCP Publications, 1987) p 56
7
Dalam penjelasan diatas, Powel menjelaskan secara merinci mengenai Murid Sejati.
Sekalipun Powel tidak meyinggung istilah teologi Kemakmuran dalam bukunya, khususnya menurut
Copeland, penulis meyakini berdasarkan isi dari buku yang ditulis Powel menunjukkan kritisisasi
kepada Copeland. Dikutip dari: Paul W. Powell, Murid Sejati, ( Yayasan Kalam Hidup, Bandung,
1982) hlm 45- 50.
8
Caram dalam bukunya banyak memakai kata Makmur, kaya, sehat. Penulis meyakini bahwa
Caram mengkritisi Tologi Kemakmuran. Sekalipun Caram tidak menyebut nama secara ekspilisit
kemakmuran, kekayaan tetapi didentik dengan iman yang benar dan Kasih. Dalam mengikut

Yesus tidaklah berbicara mengenai kekayaan jasmani, melainkan kekayaan rohani. Untuk apa

memiliki kekayaan jasmanai, tetapi tidak mempunyai kekayaan rohani. Kekayaan jasmani

bersifat sementara, tetapi kekayaan rohani bersifat kekal. Yesus tidak pernah menawarkan

kekayaan yang sementara kepada orang- orang percaya, melainkan Dia menawarkan kekayaan

yang bersifat kekal. Yang terpenting dalam mengikut Yesus adalah dengan memiliki kekayaan

yang kekal itu.9 Ketiga pendapat tokoh diatas menjelaskan argumentasinya atas

ketidaksetujuan dengan ajaran Teologi Kemakmuran menurut Copeland mengenai orang

percaya yang miskin disebut sebagai pengikut iblis.

2. Orang Kristen yang miskin disebut sebagai orang yang tidak beriman

Alkitab dengan gamblang mengatakan bahwa bahwa esensi iman bukanlah supaya kita

beroleh berkat materi tetapi supaya mengenal Pribadi Kristus Sipemberi berkat itu dengan

benar. Founation mengatakan bahwa ajaran teologi kemakmuran menurut Copeland

membelokkan iman Kristen yang sesungguhnya, dimana iman Kristen yang sesungguhnya

adalah beriman kepada Yesus bukan supaya menjadi kaya secara jasmani, tetapi esensi iman

dalam kekristenan mengajarkan iman keselamatan, yakni iman kepada Yesus supaya masuk

surga dan memperoleh hidup kekal bersama dengan Dia.10 Kemudian Kuswanto berpendapat

bahwa orang Kristen harus memahami esensi iman yang sesungguhnya, sebab dalam

kekristenan sangat menkankan yang namanya iman, dan hanya dengan iman kepada Yesuslah

tetapi berdasarkan isi dari bukunya, penulis meyakini bahhwa Caram mengkritisi Copeland. Dikutip
dari: Paul G. Caram, Mengubah Kutuk menjadi Berkat ( Jakarta, Nafiri Gabriel 1972) hlm 80- 90
9
Robirosa menjelaskan dalam bukunya yaitu mengenai perbandingan antara berkat jasmasni
dan rohani. Robirosa mengkritisi beberapa tokoh teologi Kemakmura, tetapi yang paling banyak
disoroti adalah Copeland. Dikutip dari: Christian Robirosa Teologi Kemakmuran, Malang, Gandum
Mas, 2009) hlm 70- 72
10
Daniel E. Founation, Yesus? Siapa Dia? (Bandung: Lembaga Literatur Babtis, 2003), hlm
111- 115

1
5

orang beroleh keselamatan. Oleh sebab itu, esensi iman tidak boleh disalahmengeri oleh orang

Kristen.11 Selanjutnya Herlianto mengemukakan bahwa di era post modern ini, muncul ajaran-

ajaran yang tidak alkitabiah khususnya teologi kemakmuran menurut Copeland, dimana

Copeland mencoba mengesampingkan inti iman yang sesungguhnya itu. Oleh sebab itu,

semua orang harus Kristen harus hati- hati terhadap konsep yang demikian. Sebab ajaran

demikian bukanlah memperkuat iman kepada Yesus tetapi membelokkan inti iman sejati itu.12

Ketika tokoh diatas menjelaskan argumentasinya atas ketidaksetujuannya terhadap ajaran

teologi kemakmuran menurut Copeland mengenai orang percaya yang miskin disebut sebagai

orang yang tidak beriman.

3. Orang Kristen yang sakit disebut sebagai orang yang tidak mengalami kehadiran Allah

Sebuah konsep yang salah apabila Copeland meyakini ajaran yang demikian sebab ini

bukanlah ajaran Kristus. Schaeffer mengatakan bahwa Allah tidak pernah membeda- bedakan

manusia, khususnya orang- orang yang percaya kepada-Nya. Dihadapan Tuhan semua orang

adalah sama, tidak ada yang sakit, tidak ada yang sehat, tidak ada orang Yahudi dan tidak ada

orang Yunani. Kehadiran Tuhan dalam kehidupan seseorang tidak terletak masalah kesehatan

fisik seseorang melainkan terletak pada iman seseorang.13 Piper mengatakan bahwa dalam

11
Sekalipun Kuswanto tidak menyebut secara langsung nama Copeland dalam hal memahami
iman, tetapi ketika penulis membanding ajaran yang dianut oleh Copelad dengan buku yang ditulis
oleh Kuswanto, terlihat jelas bahwa Kuswanto mengkritik Copeland. Dikutip dari: Cornelius
Kuswanto, Teologi Kemakmuran menjatuhkan iman, Teologi salib menguatkan iman, (Jurnal pelita
zaman 6,1991), hlm 31- 32
12
Herlianto banyak mengkritik Teologi Kemakmuran menurut Copeland. Dikutip dari:
Herlianto, Teologi Sukses, ( Jakarta: Gunung Mulia, 1993),hlm 50- 51
13
Schaeffer dalam bukunya mengkritik secara langsung teologi Kemakmuran. Sekalipun tidak
menyinggung sediktipun nama Copeland, penulis tetap meyakini bahwa Schaeffer mengkritik
Copeland. Alasannya adalah bahwa Copeland tokoh teologi kemakmuran yang berpengaruh, mau tidak
mau , Schaeffer tetap menyinggung ajaran Copeland sekalipun tidak menuliskan namanaya. Dikutip
dari: Franky schaeffer harold fickett, A modest proposal for peacen prosperity and happiness ( new
work: Grand Rapids, 1984), p 90.
6

sejarah kehidupan Yesus selama Dia ada dalam dunia ini, Yesus tidak pernah membenci

orang- orang yang sakit secara fisik, bahkan Yesus sendiri menyembuhkan orang buta,

timpang. Yesus adalah Allah yang penuh kasih, Dia selalu membuktikan kasih- Nya kepada

semua orang. Allah tidak melihat apa yang dilihat oleh manusia, tetapi Allah justru melihat

apa yang tidak dilihat oleh manusia, oleh sebab itu, jangan pernah menilai kehadiran Allah
14
berdasarkan fisik seseorang. . Kemudian Kushner mengatakan bahwa dalam realita

kehidupan ini, Kushner belum pernah melihat tanda- tanda orang yang sakit fisik, seperti buta,

tuli, ditinggalkan oleh Tuhan, tetapi justru orang- orang yang seperti itulah Tuhan

memakainya dengan luarbiasa, sepertiny penyanyi, pengkhotbah. Tuhan memakai mereka

karena membuktikan bahwa dihadapan Tuhan tidak ada diskriminasi, Tuhan memakai orang

sakit seperti Tuhan memakai orang yang sehat berdasarkan talentanya. 15 ketika tokoh

menjelaskan argumentasinya atas ketidaksetujuannya terhadap pendangan Copeland yang

mengatakan bahwa orang percaya yang sakit tidak akan mengalami kehadirang Allah dalam

hidupnya.

B. Rumusan Masalah

Apakah Evaluasi Kritis Terhadap Teologi Kemakmuran Menurut Kenneth Copeland

sanggup Menolong Orang Kristen pada masa kini Memahami Konsep Mengikut Kristus

Dengan Benar?

14
Piper menerangkan sejarah Yesus mulai dari mujizat yang dikakuan-Nya hingga pada
Kematian-Nya. Dalam bukunya dia menjelaskan bahwa Yesus banyak melakukan kesembuhan kepada
orang- orang yang sakit, Yesus tidak membencinya, tetapi justru menyembuhkan. Hal ini menunjukkan
bahwa Piper tidak secara langsung mengkritik Copeland. Dikutip dari: John Piper, Penderitaan Yesus
Kristus, ( Surabaya, Momentum, 2005) hlm
15
Kushner dalam bukunya, langsung melihat dalam realti kehidupan sehari- ari bahwa Allah
tidak pernah meninggalkan orang yang cacar, tuli, dll. Justru sebaliknya Allah memakainya secara luar
biasa. Penulis, tetap meyakini bahwa Kusher mengkritik Copelad tetapi tidak secara langsung. Dikutip
dari: Harold S. Kushner, Derita, Kutuk atau Rahmat, ( Yokyakarta: Kansius, 1987), hlm 60 67.
7

C. Tujuan Penelitian

Untuk menunjukkan bahwa Evaluasi Kritis Terhadap Teologi Kemakmuran Menurut

Kenneth Copeland sanggup Menolong Orang Kristen pada masa kini Memahami Konsep

Mengikut Kristus Dengan Benar.

D. Hipotesa Penelitian

Evaluasi Kritis Terhadap Teologi Kemakmuran Menurut Kenneth Copeland sanggup

Menolong Orang Kristen pada masa kini Memahami Konsep Mengikut Kristus Dengan

Benar.

E. Ruang Lingkup Dan Keterbatasan Penelitian

Mengingat bahwa evaluasi kritis ini hanya mengkritisi teologi Kemakmuran dari sudut

pandang Kenneth Copeland, maka hasil penelitiannya bersifat terbatas dan perlu penelitian

lebih luas jika hendak mengkritisi teologi Kemakmuran diluar Kenneth Copeland.

F. Definisi Operasional

Konsep : Pandangan, pemahaman

Kenneth Copeland : Salah seorang penganut Teologi Kemakmuran

Teologi Kemakmuran : Sebuah doktrin yang mengajarkan kemakmuran dalam hidup

orang percaya sebagai bukti orang tersebut memiliki iman


8

Evaluasi : Mengulas kembali dalam peristiwa, pemikira, dll yang telah

terjadi

Orang Percaya : Orang yang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat

Iman : Meyakini akan sesuatu keberadaan sekalipun tidak melihat.

Esensi : Inti dalam memahami sesuatu


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Memahami Konsep Mengikut Yesus merupakan suatu ajaran yang sangat penting

diajarkan dalam kehidupan orang percaya sebab banyak orang percaya akhir- akhir ini tidak

memahami dengan benar arti mengikut Yesus yang benar. Oleh sebab itu ajaran konsep

Mengikut Yesus harus dipahami berdasarkan Alkitab, bukan pada pengalaman, pemahaman

yang subjektif. Adapun ayat- ayat mampu menolong untuk memahami konsep mengikut Yesus

dengan benar adalah: Matius 16: 24- 25, konsep mengikut Yesus harus dibangun pada

pemahaman yang berasal dari Alkitab sebab Alkitab merupakan dasar dalam memahami

ajaran Kristen khususnya konsep mengikut Yesus. Adapun teks ini mengajarkan kepada orang

percaya bahwa setiap orang yang mengikut Yesus harus mau menyangkal dan memikul

salibnya. Teks ini menjelaskan bahwa dalam mengikut Yesus akan banyak tantangan- tantanga

yang akan kita dihadapi, dan tantangan- tantangan ini harus tetap dihadapi dan maju terus,

jangan mundur karena Yesus tetap bersama dengan orang percaya. Lukas 19: 1- 10, teksi ini

juga menjelaskan bahwa dalam mengikut Yesus harus berani meninggalkan sesuatu yang

membuat dia nyaman, bahkan juga harus berkorban. Dalam mengikut Yesus harus banyak

pengorbanan yang dilakukan sebab Yesus sendiri juga sudah berkorban bagi manusia. Lukas

18: 22, teks ini menjelaskan seorang muda yang kaya harus menjual segala kekayaan yang

dimiliki dalam mengikut Yesus. Dengan kata lain ialah bahwa dalam mengikut Yesus, Tuhan

9
tidak pernah menjanjikan setiap orang yang mengikt Dia dijamin hidup dalam berkelimpahan,

melainkan harus mengalam i banyak penderitaan.16

A. MENGIKUT YESUS DENGAN BENAR

1. Arti mengikut Yesus

Sebagai orang percaya, sudah sepan tasnya mengetahui dengan baik konsep mengikut

Kristus yang benar. Pemahaman mengikut Kristus dalam Matius 16: 24 adalah bahwa Yesus

berada di posisi paling depan dan orang percaya mengikuti dari belakang. Konsep mengikut

Kristus berarti Kristus yang adalah Tuhan yang harus dikuti, segala perintah dan ketetapan

harus menurut Kristus dan yang mengikuti adalah orang Kristen atau orang yang percaya

pada- Nya. Orang Percaya harus hidup dalam aturan- aturan yang ditetapkan Oleh Kristus.

Kristuslah yang menentukan segala aturan- aturan dan orang percaya harus mengikuti aturan-

aturan tersebut.17 Apa bila seorang berdoa kepada Tuhan dan memaksakan kehendaknya

supaya Tuhan mendengarkan dan memberikan apa yang menjadi doanya, itu berarti bahwa

orang tersebut bukanlah mengikut Yesus tetapi mengikuti kehendaknya. Seharusnya ketika

seseorang berdoa kepada Tuhan, semuanya harus berdasarkan kehendak Allah, kedaulatan

Allah, kemurahan Allah dan apapun hasilnya kita harus tetap taat dan mengikut Yesus.18

Arti mengikut Yesus bukan bersifat egosentris tetapi Theosentris. Artinya adalah

bahwa dalam mengikut Yesus orang percaya tidak boleh berpikir bahwa dalam mengikut

Yesus saya pasti mendapatkan kemakmuran hidup secara jasmani. Seharusnya pemahaman

yang harus dimiliki oleh orang percaya dalam mengikut Yesus adalah saya harus menyukakan

Charles F. Pfeiffer & Everett F. Harisson,, The Wycliffe Bible Commentary,( Malang:
16

Gandum Mas 2001),p 51- 53


17
John Nolland, The Gospel of Matthew, ( Michigan: Grand Rapids, 2005) p. 690- 681
18
Dietrich Bonhoeffer, Mengikut Yesus, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia,1998) hlm 56

9
11

hati Tuhan dan saya mau hidup berdasarkan aturan- aturan yang ditetapkan oleh Tuhan.

supaya nama Tuhan dipermulikan.19 Crosby juga berpendapat bahwa:

Dalam mengikut Yesus orang percaya harus memiliki kasih yang sungguh- sungguh
kepada Allah karena Allah terlebih dahulu mengasihi kita. Demikian juga orang percaya
harus mengasihi Allah. mengikut Yesus bukanlah karena dilahirkan dari keturunan orang
Kristen tetapi harus betul- betul mengalami Yesus secara pribadi sehingga pada akhirnya
memiliki kasih yang sungguh- sungguh kepada Yesus.20

Pemahaman yang dipaparkan oleh Crosby dalam mengikut Yesus menjelaskan bahwa

dalam mengikut Yesus harus memiliki kasih yang sungguh, lagipula orang yang disebut

sebagai pengikut Yesus bukanlah karena dilahirkan dari keturunan orang percaya tetapi harus

mengalami Tuhan dalam hidupnya. Pemahaman ini menunjukkan bahwa dalam mengikut

Yesus harus mengasihi Yesus, harus memuliakan Tuhan, dan semuanya harus bersifat

Theosntris sehingga pada dalam mengikut Yesus hanya mendatangkan kumilaan bagi Tuhan

saja.

2. Syarat mengikut Yesus

Sebagai orang percaya sudah seharusnya mengetahui dengan benar apa saja yang

menjadi syarat dalam mengikut Yesus supaya tidak salah langkah dalam mengikut Yesus:

a. Menyangkal diri

Menyangkal diri menurut Matius 16: 24 adalah sebuah keharusan bagi orang percaya

sebab Kristus sudah terlebih dahulu menyangkal bahkan mengosongkan diri- Nya ketika Dia

mati di kayu salib. Menyangkal diri bagi orang percaya adalah berusaha melenyapkan segala

keinginan- keinginan pribadi yang membuatnya menjauh dari Tuhan, sebab banyak keinginan-

19
John Piper, Kesukaan Allah ( Surabaya: Momentum, 2008), hlm 78- 80
20
Michael, H. Crosby, Apakah Engkau Mengasihi Aku? ( Jakarta: Gunung Mulia, 2009), hlm
90
12

keinginan manusia yang berlawanan dengan keinginan Tuhan. Keinginan atau kehendak

Tuhan sudah menjadi hal yang mutulak untuk diutamakan dari pada keingginan manusia. 21

Memang sangat menyakitkan bagi manusia karena manusia mempunyai keinginan- keinginan

yang banyak tetapi ini sudah menjadi syarat yang Yesus tentukan dalam mengikuti- Nya. 22

Ken Ham, dkk berpendapat:

Manusia dilahirkan bukanlah tanpa keinginan. Dan keinginan manusia itu bermacam-
macam, bahkan manusia tidak segan- segan melakukan apapun dalam mewujudkan
keinginannya. Inilah yang menjadi masalah sehingga manusia tidak menyangkal diri
dalam mengikut Yesus. Manusia lebih menonjolkan keinginannya dari pada keinginan
Tuhan. Oleh sebab itu, dalam mengikut Yesus, orang percaya harus mengesampingkan
keinginan pribadi demi mewujudkan keinginan Tuhan.23

Ken Ham, dkk, terlihat jelas bahwa mereka mengamati bahwa banyak orang percaya yang

berusaha mengejar atau mewujudkan apa yang menjadi cita- citanya atau keinginannya. Dan

ini merupakan sebagai penghalang dalam kehidupan orang percaya untuk menyangkal diri.

Tetapi bagian terakhir mereka menginginkan supaya berusha mengesampingkan keinginan

pribadi demi mewujudkan keinginan Tuhan.

b. Memikul Salib

Dalam Matius 16: 24 dijelaskan bahwa Salib merupakan lambang penderitaan bagi

orang percaya, sebab dalam mengikut Yesus orang percaya akan memikul setiap penderitaan

yang dihadapi. Dengan kata lain adalah bahwa dalam mengikut Yesus sudah otomatis

penderitaan terjadi dalam kehidupan orang percaya. 24 Jangan ada pemikiran dalam hidup

orang percaya bahwa dalam mengikut Yesus supaya menjadi makmur, sukses,dll, malah

sebaliknya justru banyak penderitaan- pernderitaan yang terjadi dalam hidup kita. Yesus telah
21
Frederick Dale Bruner, Matthew, ( London: Word Publishing, 1990) p. 590
22
Richard M. Daulay, Faith in Action, ( Jakarta: Gunung Mulia, 2001), hlm 93
23
Ken Ham dkk, Jawaban Pasti, ( YokyakartaL: ANDI, 1990), Hlm 78
24
Frederick Dale Bruner, Matthew ( London: Word Publishing, 1990), p 591
13

menderita sepanjang hidupnya di bum ini, bahkan Dia tidak pernah mengajarkan supaya

setiap kehidupan orang percaya penuh dengan kebahagiaan namun justru yang diajarkan harus

menderita.25 Mulyono menambahkan:

Dalam segala beban pergumulan dalam mengikut Yesus, orang percaya tidak boleh
langsung marah sama Tuhan bahkan langsung menyangkal Tuhan dalam
kehidupannya. Tetapi orang percaya harus belajar tabah dalam mengikut Yesus, sebab
penderitaan yang dialami oleh orang percaya bukanlah membawa kita kepada
kebinasaan tetapi membawa kita kepada kualitas kerohanian dihadapan Allah.26

Penjelasan yang dipaparkan oleh Mulyono terlihat bahwa dalam mengikut Yesus pasti

menglami banyak tantangan sehingga dia memuculkan sebuah solusi supaya tetapa tabah

dalam menghadapai segala penderitaan itu sebab penderitaan itu tidak membawa kita kepada

kebinasaaan melainkan sebaliknya untuk menguji kualitas rohani kita dihadapan Allah.

3. Upah mengikut Yesus

Upah mengikut Yesus merupakan sebuah hal yang sangat penting dalam kehidupan

orang percaya sebab berbicara mengenai upah adalah berbicara mengenai sasaran dalam

mengikut Yesus. Akan tetapi Upah mengikut Yesus harus dipahami dengan benar sebab

banyak orang percaya memahami upah mengikut Yesus hanya sebatas hal- hal jasmani seperti

kaya, sehat, dll. Kesalahan dalam memahami upah mengikut Yesus akan salah memahami arti

iman yang sesungguhnya. Jikalau upah hanya dipahami sebatas kehidupan jasmani, maka

sudah tentu iman digunakan sebagai sarana mencapai upah tersebut. Penulis bukan berarti

menolak ketika seseorang hidup setia dalam mengikut Yesus, kemudian Allah memberkati

hidupnya dan menjadikan itu sebagai upah akan kesetianya. Penulis, menerima pemahaman

25
John Piper, The Passion of Jesus Christ,( Surabaya: Momentum, 2005), hlm 35
26
Y. Bambang Mulyono, Teologi Ketabahan, ( Jakarta: Gunung Mulia, 1996), hlm 98
14

tersebut, akan tetapi pemahaman tersebut tidak mutlak untuk semua orang, sebab banyak

orang percaya yang setia dalam mengikut Yesus justru hidupnya miskin dan mengalami

penyakit. Upah mutlak dalam mengikut Yesus bukan terletak pada kehidupan selama di dunia

ini, tetapi kehidupan setelah kematian yakni hidup kekal. 27 Wright menambahkan bahwa:

Seharusnya manusia harus menyadari dengan baik apa yang menjadi tujuan hidup ini,
banyak orang bercita- cita ingin menjadi orang kaya, sukses, dll. Betul, itu tidak salah,
akan tetapi tujuan hidup mereka hanya berhenti sampai disitu saja. Tujuan hidup yang
sesungguhnya adalah memperoleh hidup yang kekal di dalam surga. Oleh sebab itu,
selama manusia masih bisa bernafas, belajarlah memahami akan tujuan hidup yang
sesungguhnya, supaya tidak kecewa dalam hidup ini.28

Dari penjelasan ini, Wright terlihat jelas bahwa dia mengungkap pengamatan yang dia

lakukan yakni banyak orang yang hanya melihat tujuan hidup hanya sebatas hidup di dunia ini

saja tanpa menengadah lebih jauh lagi. Dalalam pengamatan itu juga terlihat bahwa Wright

menyadari bahwa tujuan hidup manusia tidak berhenti sampai di dunia ini saja melainkan

kehidupan di hidup yang kekal.

Pemahaman upah dalam mengikut Yesus tidak boleh dipahami dari sudut pandang

manusia, melainkan dari sudut pandang Allah yang kekal itu. Adapun upah yang Allah

sediakan bagi orang percaya bukanlah hal- hal yang bersifat dunia saja. Tetapi upah yang

sesungguhnya yang Tuhan sediakan adalah Hidup kekal dalam kerajaan- Nya. Pemikiran

seperti ini harus diubah menjadi pemikiran- pemikiran rohani sehingga tidak salah memahami

apa yang menjadi pemikiran Tuhan khususnya mengenai upah dalam mengikut Yesus.29

4. Mengikut Yesus hari ini

27
David Santoso, Hakekat dan Kritik Terhadap Teologi Kemakmuran ( dengan Eksposisi
Wahyu 3: 14- 20,Jurnal Pelita Zaman 6 ( 1991), hlm 4
28
N. T. Wright, Jalan Tuhan, ( Jakarta: Waskita Publishing, 2010), hlm 93
29
Richard L. Pratt, Menaklukan segala pikiran kepada Kristus, ( Malang: SAAT, 1994), hlm 98
15

Banyak orang percaya hari ini tidak memahami arti mengikut Yesus dengan benar.

Mereka menjadikan berkat- berkat- Nya sebagai standard keberhasilan dalam mengikut Yesus.

Mereka banyak menyibukkan diri dalam pelayanan dengan tujuan supaya mendapat berkat-

Nya. Mereka sama dengan seorang pembantu yang bekerja kepada majikan hanya mendapat

hadiah ataupun bayarannya. Pemahaman- pemahaman seperti ini sudah menjalar dalam

kehidupan orang percaya. Mereka hanya memusatkan perhatian terhadap berkat- Nya dan

mengabaikan sumber dari berkat itu. Pemahaman- pemahaman seperti ini telah salah

mengartikan iman. Iman dijadikan hanya sebagai sarana dalam menggapai segala sesuatu

yang dibutuhkan mereka, dan ketika tidak mendapatkan akan apa yang diinginkan mereka

mengaggap diri mereka kurang beriman dihadapan Allah, dan ketika mendapatkan apa yang

dibutuhkan itu mereka mengklaim bahwa mereka memiliki iman yang luar biasa dihadapan

Allah. Kesalahan dalam mengikut Yesus hari ini akan membutakan mata rohani kehidupan

orang percaya pada hari ini.30

Banyak orang percaya hari ini dalam kepercayaannya kepada Tuhan tidak memahamu

dengan benar apa yang menjadi Visi Allah, sehingga sebagai orang percaya tidak sungguh-

sungguh menunjukkan diri sebagai orang percaya. Oleh sebab itu dalam mengikut Yesus,

orang percaya harus memahami apa yang visi Allah. Adapun Visi Allah adalah supaya nama

Allah dipermuliakan melalui hidup orang percaya.31

B. Teologi Kemakmuran
1. Definisi Teologi Kemakmuran

30
Christian Robirosa , Teologi Kemakmuran, (Malang: Gandum Mas, 2009), hlm 47- 48
31
Anne Graham Lotz, Visi Kemuliaan Allah, ( Bandung: Lembaga Literatur Babtis), hlm 101
16

Teologi Kemakmuran adalah sebuah doktrin yang mengajarkan kemakmuran dalam

hidup orang percaya sebagai bukti orang tersebut memiliki iman. 32 Doktrin Teologi

Kemakmuran mengajarkan bahwa kemakmuran telah disediakan Allah bagi setiap orang

percaya, tetapi Allah telah menetapkan sebuah syarat untuk menerima kemakmuran tersebut,

yaitu melalui iman. Doktrin Teologi Kemakuran sangat menekankan iman dalam hidup

orang percaya sehingga doktrin ini sering disebut sebagai Teologi Iman. Menurut doktrin ini,

iman harus dibuktikan secara konkret melalui hidup dalam kemakmuran dan tujuan iman

digunakan adalah untuk menggapai hidup yang makmur. Kemakmuran menjadi patokakan

dalam hidup orang percaya dan kemakuran menjadi tujuan utama dalam kehidupan orang

percaya.33 Drescher berpendapat bahwa:

We are wooed and won today by treasure, pleasure, and leisure. We work for these,
live for these, and die for these. There are few things we are tempted with as much as
things, thrills, and time we havent learned how to use wisely. Its hard to hear in times
of prosperity. in prosperity the destroyer shall come ( Job 15: 21). We become so
self- sufficient and supposedly statisfied. Of the Lord God said, I spoke to you in
your prosperity, but you said, I will not listen . (Jeremiah 22: 21). The vision and
voice of God blurred, sometimes entirely banished, when so much as a small coin is
held too close to the eyes or let fall on the pavement of a business venture.34

Penjelasan yang diparkan oleh Drescher terlihat bahwa orang- orang percaya hanyalah

datang kepada Yesus hanya bertujuan untuk mendapatkan kemakuran secara jasmani.

Drescher mengatakan bahwa Allah telah berfirman dalam kemakmuran- Nya untuk

menjadikan orang percaya hidup dalam kemakmuran tetapi manusia tidak mendengarkan

Allah. Pernyataan seperti ini menjadikan kemakmuran menjadi perintah primer dalam

kekristenan.

32
Herlianto, Teologi Sukses, ( Jakarta: Gunung Mulia, 1993),hlm 50- 51
33
Kenneth Copeland, The Laws of Prosperity, (Fort Worth: KCP Publications, 1989) p 50
34
John M. Drescher, Follow Me; Christian discipleship for today, ( Scottdale, Hearld Press,
1971), p 105
17

2. Sejarah Munculnya Teologi Kemakmuran

E. W Kenyon berasal dari Inggris dan beliau adalah tokoh yang pertama mencetuskan

doktrin Teologi Kemakmuran pada tahun 1867-1948. Kenyon adalah seorang pengkhotbah,

pendidik bahkan penulis yang hebat. Padamulanya Kenyon dari gereja Metodist, Karena ada

sedikit masalah dalam gereja Methodist, akhirnya beliau pindah ke gereja Baptis dan pada

akhirnya ke Pentakosta. Dalam doktrin yang diajarkan Kenyon, Kenyon sangat menekankan

Iman. Kenyon memahami iman sebagai sarana untuk mendapat Kemakmuran dalam hidup. 35

Setelah Kenyon memulai ajaran ini, beliau menyebut ajaran ini dengan sebutan Theologi

Kemakmuran. Pada akhirnya, muncullah banyak tokoh- tokoh yang mempercayai dan

mengajarkan ajaranTeologi Kemakmuran salah satunya Kenneth Copeland.

Alasan mengapa ajaran Teologi Kemakmuran dapat menarik banyak orang adalah

karena akibat dari kemajuan perekonomian dan sekularisasi yang terjadi di Amerika pasca

Perang Dunia II Amerika ( 1941- 1945) mengalami perkembangan ekonomi yang luar biasa.

Kemakmuran merupakan hal yang sangat mudah didapat dan berlahan-lahan pola pemikiran

materialistispun semakin terbentuk. Keadaan yang demikian, pada akhirnya menimbulkan

kekosongan rohani dalam diri banyak orang. Dalam keadaan yang demikianlah ajaran Teologi

Kemakmuran berkembang di Amerika karena memiliki banyak kesempatan dalam

mengajarkan ajarannya.36. Dalam keadaan kekosongan Rohani yang dihadapi masyarakat

Amerika pada masa itu, maka cara pemujuaan kepada Tuhan yang dilakukan oleh penganut

Teologi Kemakmuran adalah Praise and Worship yang muncul pada tahun 1960- an. Cara

Pemujaan yang demikian dianggap lebih menghidupkan iman, bahkan dapat melihat

35
E. W. Kenyon, The two Kinds of Life, ( 1970) p. 89
36
William James, The Varieties of Religious Experience, ( New Work: A Mentor Book, 1958),
p. 69.
18

kehadiran Tuhan, sehingga bagi orang sakit akan disembuhkan, bagi orang miskin akan

menjadi kaya.37 Terry Law berbendapat bahwa:

Until a few years ago, I, too, did not fully comprehend this simple concept. But, after
years of overseas ministry and character shaping experience, all of which culminated
with an overwhelming personal tragedy, God revealed to me the power of this simple
truth. Praise and worship brings us healing and deliverance. You do not need to wait for
years, as I did, to begin to understand and experience the power of this concept. The
power of praise and worship is available to you and all believers now. Today you can
begin to experience healing and deliverance in every area of your life.38

Pernyataan yang dijelaskan oleh Terry Law bertujuan untuk memperkenalkan sebuah

konsep penyembahan yang baru kepada publik. Adapun konsep tersebut adalah praise and

worship. Dalam konsep penyembahan ini hanya menekankan doa dan penyembahan kepada

Tuhan tanpa menekankan Firman Tuhan yang lebih mendalam. Kemudia Terry Law

menjelaskan dalam konsep penyembahan seperti ini bertujuan untuk mendatangkan kesehatan

dan kekayaan, sehingga hidup menjadi makmur dihadapan Allah.

3. Teologi kemakmuran dan orang percaya hari ini

Pengaruh Teologi Kemakmuran ini sudah menjadi sebuah ajaran yang diimani oleh

banyak orang. Ajaran ini mengklaim iman sebagai sarana untuk mendapatkan hal- hal jasmani

saja sehingga dengan demikian orang percaya sudah kehilangan motivasi dalam mengikut

Kristus, orang percaya datang ke gereja bukan lagi supaya menyembah Tuhan melainkan

supaya mendapat berkat- berkat jasmani. Mereka yang dulunya miskin berharap supaya

menjadi kaya, mereka yang dulunya sakit akan mengalami kesembuhan. Motivasi demikian

tidak lagi menjadikan Yesus sebagai pribadi yang disembah melainkan hanya sebagai pemberi

37
Janice Christie, Evaluasi Kritis Konsep Mengikut Yesus dalam Teologi Kemakmuran
berdasarkan Matius 8: 18- 22, Skripsi ( 2007), hlm 12- 14
38
Terry Law, The Power of Praise and Worship, ( Tulsa: Victory House Publishers, 1985) p 1
19

berkat saja. Konsep demikian telah mempengaruhi kehidupan orang percaya dan tidak

berpusat pada Kristus secara benar.39

Adapun ajaran Teologi Kemakmuran mengenai berkat- berkat adalah bahwa Teologi

ini mengajarkan agar setiap orang percaya harus mendapat berkat sebagai bukti bahwa orang

tersebut sebagai orang Percaya. Berkat- berkat dalam ajaran Teologi Kemakmuran selalu

dipahami secara jasmani saja bahkan berkat jasmani merupakan esensi kekristenan dalam

membangun relasi antara Allah dan umat- Nya. Adapun berkat- berkat jasmani yang dimaksud

dalam bagian ini adalah berkat kekayaan dan kesehatan. Sehingga dengan pemahaman ini

terbentuk sebuah pernyataan bahwa setiap orang percaya harus kaya dan sehat.40

Memang masih banyak orang percaya pada saat ini tidak mengerti apa itu teologi

Kemakmuran bahkan tokoh- tokohnya juga mereka tidak tahu akan tetapi pengaruh dari ajaran

ini sangat berdampak dalam kehidupan orang percaya pada hari ini. Pengaruh itulah yang

menjadikan orang percaya keliru dalam mengikut Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat

dalam kehidupan mereka. Banyak hamba Tuhan yang ketika di mimbar mereka tidak

mengajarkan pribadi Yesus tetapi mereka mengajarkan berkat yang dari Yesus itu kepada

setiap jemaat. Adapaun argumentasi mereka adalah karena dalam memperkeknalkan Yesus

kepada orang tidak mungkin membawa pribadi Yesus kepada mereka tetapi harus

memperkenalkan berkatnya yang bisa dilihat dan dirasakan sebab apabila memperkenalkan

pribadi Yesus tentu tidak mungkin karena Yesus berada dalam surga. Metode teologi

kemakmuran ini seharusnya harus dilakukan untuk memenangkan banyak orang untuk

Kristus. Argumentasi itu sepertinya masuk akal, tetapi kekeliruannya sangat fatal sebab

39
Herlianto, Teologi Sukses,hlm 60
40
Kenneth Copeland, He did it all for you, ( Forth Worth: Kenneth KCP Publications, 1988) p
45
20

konteks teologi kemakmuran pada masa ini adalah bahwa para tokoh teologi kemakmuran

mengajarkan ajaran ini justru di mimbar, artinya kepada orang- orang yang sudah lama

mengikut Yesus. Tentu ini menjadi masalah, kalau sudah lama menjadi orang percaya,

mengapa metode yang dilakukan adalah metode memperkenalkan Yesus lagi?. Seharusnya

metode yang dilakukan adalah berkorban untuk Kristus. Dari argumentasi diatas terlihat

bahwa para tokoh teologi kemakmuran berusaha sekuat tenaga mereka untuk mempengaruhi

orang percaya dengan berbagai cara yang seolah- olah masuk akal. Itulah sebabnya orang

percaya pada masa ini banya terjebak dalam ajaran ini. kemudian masalah selanjutnya adalah,

tokoh- tokoh teologi kemakmuran mengajarkan teologi kemakmuran tidak hanya sebatas

metode dalam penginjilan tetapi justru menjadikan sebuah doktrin. Tentu argumentasi mereka

paparkan diatas menunjukkan ketidak konsistenan mereka dalam berargumentasi.41

C. Teologi Kemakmuran Menurut Kenneth Copeland


1. Biografi Kenneth Copeland

Kenneth Copeland Lahir di Lubbock, Texas, Amerika 6 Desember 1936, nama istrinya

adalah Gloria Copeland, lulusan dari Oral Roberts University. Oral Roberts University adalah

sebuah sekolah yang didirikan oleh Oral Robert sendiri di Tulsa pada tahun 1963 yang juga

penganut teologi Kemakmuran. Kenneth Copeland memiliki tiga anak yakni: Terri Pearsons,

Kellie Copeland Swisher, John Copeland.42

Kenneth Copeland dulunya bukanlah orang percaya tetapi atas berkat dari Gloria, sang

istri yang dengan tekun menjelaskan kepadanya tentang ajaran Kristen, maka pada akhirnya

Kenneth Copeland percaya kepada Tuhan. Tidak lama sesudahnya mereka menikah, dan

41
Ibid, p.20
42
http://kennethcopelandblog.com/2010/08/01/kenneth-and-gloria-copeland-the-untold-
story/diakses tgl 1 Maret 2016
21

mereka tinggal dalam sebuah tempat yang sederhana bersama dengan orang- orang yang

menderita lainnya. Copeland menjadi sosok pribadi yang takut akan Tuhan dan mau berharap

kepada Tuhan sehingga rasa cinta kepada Tuhan dan sesama semakin tertanam dalam

kehidupannya. Copeland melihat orang- orang disekitarnya yang telah hidup dalam sakit-

penyakit dan kemiskianan sehingga dia berdoa kepada Tuhan supaya Tuhan melihat keadaan

orang- orang yang ada disekitarnya. Copeland mulai memberitakan firman Tuhan kepada

orang- orang disekitarnya dan memberi pengharapan supaya percaya kepada Tuhan. Pada

tahun 1968, Copeland mengambil keputusan untuk kuliah kependetaan di Oral Roberts

university, Tulsa, setelah beliau tamat, beliau mulai memberitakan Injil melalui radio, melalui

lagu- lagu yang diciptakannya bersama dengan istrinya. Inilah permulaan pelayanan yang

dilakukan oleh Kenneth Copeland sehingga namanya mulai dikenal orang sebagai pemberita

Injil dalam teologi Kemakmuran.43

2. Doktrin Teologi Kemakmuran menurut Kenneth Copeland

Secara garis besar, doktrin yang diajarkan oleh semua tokoh Teologi Kemakmuran

adalah sama, bahkan saling berkaitan yang satu dengan yang lain. Yang membedakan

hanyalah Latar belakang kehidupan, dan konteks pelayanan yang dilakukan oleh setiap tokoh

Penganut Teologi Kemakmuran. Kesamaan setiap penganut teologi Kemakmuran adalah

iman untuk makmur .44 Adapun tokoh- tokoh penganut Teologi Kemakmuran ini beraliran

gereja- gereja Pantekosta dan Kharismatik.45

43
http://kennethcopelandministries.org/, diakses 1 Maret 2016
44
S. Christ ian Robirosa. S, Teologi Kemakmuran, hlm 78
45
Tokoh Penganut Teologi Kemakmuran baraliran Pantekosta dan Kharismatik, akan tetapi
orang percaya tidak boleh mengklaim setiap Kristen yang beraliran Pantekosta dan Kharismatik adalah
penganut Doktrin Teologi Kemakmuran sebab tidak semua dari kalangan Pantekosta dan Kharismatik
menerima Doktrin ini ( Dikutip dari: Herlianto, Humanisme dan Gerakan Zaman baru, ( Bandung,
Kalam Hidup, 1991), hlm. 97
22

Berdasarkan Latar belakang kehidupan dan konteks pelayanan yang dilakukan oleh

Copeland, maka Doktrin Teologi Kemakmuran berdasarkan Copeland sbb:

a. Orang Kristen yang miskin disebut sebagai Pengikut Iblis

Argument Copeland mengenai orang percaya yang mengalami kemiskinan disebut

sebagai pengikut iblis:

1). Natur manusia

Dalam Kejadian 1: 26- 27 mengenai Gambar dan Rupa Allah dipahami bahwa Allah

dan manusia memiliki natur yang sama sehingga pada waktu Allah menciptakan manusia di

taman Eden, Allah membentuk dan menciptakan rekan yang senatur dengan Dia. Ketika Allah

menciptakan manusia menurut Gambar dan Rupa Allah, Allah langsung menyalin secara

sempurna wajahnya kepada manusia.46 Cerullo sepaham dengan ajaran ini sehingga dalam

sebuah khotbah, dia pernah mengatakan didepan orang banyak bahwa: pada saat ini, engkau

tidaklah melihat saya, tetapi engkau sedang melihat Allah.47 Pernyataan ini mempertegas

bahwa orang- orang percaya adalah Allah sendiri. Berhubungan dengan ini, Hinn pernah

mengungkapkan demikian, Orang percaya tidak memiliki Allah di dalam hidup mereka, sebab

merekalah Allah itu.48 Allah dan orang percaya bersatu menjadi satu Roh sehingga orang

percaya harus berdoa kepada diri- sendiri bukan kepada Allah.49

46
Kenneth Copeland, The Laws of Prosperity, p. 77- 80
47
Morris Cerullo, The back Side of Satan, ( La Habra, Creaton House, 1973). p 200- 202
48
Benny Hinn, Darah: Kuasanya Dari Kejadian sampai Yesus sampai kepda anda,
( Jakarta: Immanuel, 1993), hlm 33
49
Kenneth Copeland, Believers Voice of Victory, p. 45
23

Pernyataan demikian, Copeland berpendapat bahwa Allah dan manusia memiliki natur

yang sama bahkan manusia sanggup menciptakan segala sesuatu khususnya dapat menjadikan

dirinya menjadi kaya. Yang membedakan Allah dan manusai bukanlah pada naturnya tetapi

pada tingkatan. Allah memiliki tingkatan sedikit lebih tinggi dari manusia, sehingga manusia

tidak bisa menciptakan manusia. Inilah argumentasi Copeland bahwa manusia disebut sebagai

Allah- Allah kecil.50 Manusia sebagai Allah dapat berdoa kepada diri sendiri bahkan dapat

melakukan segala sesuatu menurut kehendaknya termasuk kehendak untuk menajadi kaya.51

2). Inkarnasi Yesus

Masalah terbesar bagi manusia pada masa itu adalah mengenai kejatuh kedalam dosa

( Kejadian 3). Hidup manusia yang dulunya makmur dan memilik hubungan yang baik

dengan Allah, sekarang jadi miskin dan mengalami kutukan.52 Allah harus menjelma menjadi

manusia dengan tujuan menyelamatkan rekan-Nya, supaya kembali mengalami

kemakmuran sepertinya sediakala. Alasan manusia menjadi miskin adalah karena Allah telah

mengutuk manusia menjadi miskin ( Kejadian 3: 16- 19). Kutuk dalam pemahaman

Copeland adalah kemiskian. Sebelum Yesus datang ke dalam dunia, manusia menjalani hidup

dalam kemiskinan dan kemiskinan tidak akan berakhir apabila Allah tidak berinkarnasi.

Tujuan Yesus datang ke dalam dunia adalah untuk melepaskan manusia dari kutukan sehingga

kembali kepada natur keallahannya dan mengalami kemakmuran.53

Setelah Allah berinkarnasi untuk menghancurkan kutukan penderitaan yang dialami

oleh manusia, maka iblispun merasa kecewa kepada Allah karena iblis takut sendirian yang

50
Kenneth Copeland, Prosperity promises, ( Fort Worth: KCP Publication, 1948) p. 50.
51
Ibid 1
52
Kenneth Copeland, Force of Righteousness, p .73
53
Ibid, p 80
24

mengalami penderitaan di bumi ini, sehingga iblis akan menggunakan banyak cara untuk

memisahkan manusia dengan Allah dan menjadikan manusia miskin sehingga manusia

menjadi pengikut iblis. Tujuan Yesus datang kedalam dunia ini untuk menghancurkan kutukan

yang telah terjadi dalam peristiwa Adam dan Hawa sebab pada waktu manusia telah terkutuk,

manusia tidak bisa berkomunikasi dengan Allah untuk menyampaikan segala penderitaan

yang dialami oleh kehidupan orang percaya. Sebelum Allah menjelama menjadi manusia,

manusia dimuka bumi ini mengalami penderitaan yang tidak henti- hentinya. Allah dalam

anugerahnya menjelma menjadi manusia karena tidak tahan melihat penderitaan rekan- Nya

( Keluaran 1: 1- 22). Allah harus menjelma menjadi manusia supaya kutukan yang melekat

dalam diri manusia itu menjadi lepas sehingga manusia akan terlepas dari belenggu

kemiskinan yang menjeratnya.54 Hagin sepaham dengan pendapat ini bahwa:

Kedatangan Yesus ke dalam dunia ini bukanlah tanpa tujuan dan bukanlah tanpa visi.
Allah datang kedalam dunia karena Allah telah melihat penderitaan umatnya beribu-
ribu tahun, hal ini membuat hati Tuhan merasa berbelas kasihan kepada umat- Nya.
Penderitaan umat yang dipilihnya yakni Israel berawal dari perbudakan ditanah Mesir,
Allah membangkitkan seorang pemimpin yang bernama Musa tetapi Musa tidak
sanggup memberi kebahagiaan kepada umat- Nya bahkan Musa sendiri tidak masuk ke
tanah Kanaan yang berlimpah susuh dan madunya. Inilah yang menjadi Tujuan Allah
datang ke dalam dunia ini yakni untuk membebasakan umat- Nya dari kemiskinan.55

Pemahaman Hagin ini dapat dilihat bahwa dia tidak melihat tujuan Allah secara esensi,

tidak memahami dengan benar mengenai kejatuhan manusia ke dalam dosa sehingga pada

akhirnya dari penjelasaanya diatas menunjukkan kedatangan Yesus ke dalam dunia untuk

memberi kekayaan secara jasmani semata. Hagin berpendapat bahwa visi utama Allah yang

54
Kenneth Copeland, Blessed to be A Blessing, p. 42
55
Kenneth E. Hagin, Cara berpikir yang benar dan yang keliru, ( Jakarta, Yayasan Pekabaran
Injil IMMANUEL 1987), hlm 23
25

menjelma menjadi manusia karena Allah melihat penderitaan umat- Nya secara jasmani

sehingga harus menjelma.

Kemiskinan merupakan sebuah kutukan yang sangat berbahaya dalam kekristenan.

Kutukan adalah hasil dari sebuah tindakan yang tidak berkenan dihadapan Allah sebab itu

kutukan tidak boleh terjadi dalam kalangan orang percaya. Manusia miskin mulai zaman

Adam sampai sebelum kedatangan Yesus itu dikarenakan kutukan setelah melakukan

pelanggaran dihadapan Allah. Demikian juga kutukan ini terjadi pada zaman ini, itu

dikarenakan manusia melakukan sebuah pelanggaran dihadapan Allah. Kemiskinan yang

mengakibatkan kutukan itu terjadi karena orang percaya telah melakukan sebuah pelanggaran
56
dihadapan Allah bahkan pelanggaran itu belum dibereskan dihadapan dengan Allah. Ini

menjadi standard bagi orang percaya bahwa kutukan tidak boleh terjadi dalam kehidupan

orang percaya. Orang percaya harus menghindar dari kutukan kemiskinan itu. Cara yang

dilakuan oleh orang percaya untuk menghindari dari kutukan kemiskinan itu dengan cara

memiliki iman yang kuat dihadapan Allah, mau meminta kekayaan itu dari Tuhan sehingga

kutukan kemiskinan itu lari dari orang percaya.57

3). Peran Iblis dalam Dunia

Iblis tidak memiliki harta, iblis tidak memiliki kekayaan, karena Iblis telah terkutuk

pada waktu mencobai Adam dan Hawa dan Allah tidak akan membebaskan iblis dari kutukan

itu sampai kapanpun karena iblis dengan Allah bermusuhan ( Kejadian 3: 14). Kemudian

dalam Kejadian 3: 15 bahwa iblis bermusuhan dengan manusia. Iblis dan manusia memang

sudah bermusuhan tetapi iblis juga berusaha supaya manusia dengan dirinya berdamai dengan

56
Kenneth Copeland, Covenant Blood, ( Fort Worth: KCP Publication, 1947) p. 34
57
Ibid, p 84
26

tujuan supaya kelak nanti manusia menjadi pengikutnya. Iblis telah dikutuk oleh Allah

sehingga mengalami kemiskinan. Iblis cemburu kepada manusia karena pada waktu itu Allah

mengutuk ular/iblis bersama- sama dengan manusia tetapi Allah dalam kasih- Nya

membebaskan manusia dari kutukan itu sementara Allah tidak membebaskan iblis . Inilah

yang membuat iblis hingga sampai sekarang selalu merayu orang percaya supaya mengikut

iblis dan hidup dalam kemiskinan sebab dia tidak ingin sendirian yang mengalami

kemsikinan.58 Perempuan dan Iblis telah bermusuhan atas perintah Allah sehingga sampai

pada saat ini keturunan perempuan yakni manusia selalu menghindari dari serangan dan

bujukan iblis supaya mengikut dia menjadi hidup dalam kemiskinan sama seperti iblis. 59

Berdasarkan pemahaman ini, Copeland mengajarkan supaya orang percaya tidak

terjebak dan tidak mau digoda oleh iblis sebab Iblis adalah sumber segala kemiskinan dan di

dalam dia tidak ada kekayaan. Orang percaya yang kuat dalam menghadapi rayuan iblis akan

mengalami kekayaan di dalam Allah karena Allah adalah sumber segala kekayaan. Dan orang

percaya yang tidak kuat dalam menghadapi rayuan dari iblis akan mengalami kemiskinan

bersama dengan iblis dan akan disebut sebagai pengikut iblis.60

b. Orang Kristen yang miskin disebut sebagai orang yang tidak beriman

Argument Copeland mengenai orang percaya yang mengalami kemiskinan disebut

sebagai orang yang tidak beriman:

1). Allah yang maha Kaya

58
Kenneth Copeland, Blessed to be A Blessing, p 46.
59
Kenneth E. Hagin, The Woman Question, ( Greensburg, Manna Christian Outreach, 1975), p.
65- 68
60
Kenneth Copeland, The Blessing of The Lord, p 62
27

Copeland mengajarkan bahwa Allah menghendaki setiap orang percaya harus hidup

dalam kekayaan, bahkan menganggap kemiskinan sebagai sebuah dosa dan kutukan. Dia juga

menekankan bahwa Allah dalam kasih dan kemurahan-Nya yang besar menghendaki agar

tidak ada seorangpun orang percaya yang miskin. 61

Ada beberapa dasar yang dipakai Copeland dalam ajaran ini, pertama, Dalam Yohanes

10:10 dikatakan bahwa Yesus datang supaya orang percaya memiliki hidup yang

berkelimpahan. Kedua, Dalam 2 Korintus 8:9 juga disebutkan bahwa Yesus yang kaya mau

menjadi miskin supaya orang percaya kaya. Dua ayat ini ditafsirkan sebagai kelimpahan

secara jasmani atau materi.62 Ketiga, Yesaya 53: 4 semua versi Inggris we are healed). Ayat

ini dipahami secara hurufiah (kesembuhan fisik) dan dianggap berlaku secara terus-menerus,

karena memakai present tense.63 Kemudian Ayat terakhir yang dipakai Copeland adalah

3Yohanes 2. Ayat 2a diterjemahkan dengan saudara-saudaraku, aku berdoa semoga engkau

sukses ( prosper ) dalam segala hal. Copeland menafsirkan prosper di sini secara hurufiah

merujuk pada kemakmuran.64 Pemahaman demikian menuntut orang percaya harus hidup

dalam kekayaan karena Allah sendiri hidup dalam kekayaan dan merupakan ajaran Alkitab. 65

Orang percaya disebut sebagai ahli waris dari Allah yang akan mendapatkan kekayaan yang

dari Allah. Kekayaan yang dari Allah akan diberikan dengan Cuma- Cuma kepada orang yang

percaya saja. Allah tidak mungkin menyuruh orang percaya untuk menyaksikan

kemahakuasaan Allah jikalau Allah tidak memberikan kekuasaan kepada orang percaya

sebagai bukti kesaksian mereka kepada orang lain. Demikian juga dalam hal ini, Allah tidak
61
Kenneth Copeland, Faith to Faith, ( Fort Worth, KCP Publications, 1986) p 57- 60
62
Ibid p 50
63
Kenneth Copeland, What Happenend from the Cross to the Throne, (Forth Worth: KCP
Publications, 1988), p 36
64
Kenneth Copeland, Pursuitn of His Presence, ( Fort Worth: KCP Publications, 1980) p 36-
40
65
Ibid, hlm 42
28

mungkin menyuruh orang percaya untuk menyaksikan kekayaan Allah kalau tidak

mendapatkan kekayaan dari Allah. Setiap orang percaya akan mewarisi kekayaan dari Allah

bagaikan seorang raja mewariskan kerajaan kepada anak-nya.66 Cho mepertegaskan:

Yesus yang yang sangat kaya, Ia adalah pencipta dan memiliki surga dan bumi serta
segala isinya, namun Ia melepaskan kekayaan itu. Ia datang ke dunia sebagai seorang
miskin. Jika kita tidak menerima kekayaan ini berarti kemiskinan Yesus sia- sia. Kita
memiliki tanggung jawab yang penting yaitu memiliki kehidupan yang makmur
dengan segala sesuatu yang kita perlukan yang telah Ia sediakan melalui kemiskinan-
Nya. Allah telah menjadi miskin karena kekayaanya telah diwariskan kepada orang
percaya.67

Cho dalam pernyataan ini memahami bahwa kekayaan harus terjadi bagi orang

percaya karena Allah sendiri adalah kaya. Yesus yang kaya menjadi sebuah patokan kepada

orang yang mengikut- Nya, yakni bahwa setiap orang yang mengikutnya juga harus

mengalami kekayaan dalam kehidupannya bahkan lebih lagi Cho berpendapat bahwa orang

Allah telah mewariskan kekayaan-Nya kepada orang percaya sehingga orang percaya harus

memiliki kekayaan.

Copeland berpendapat bahwa Allah bukanlah Allah yang terbatas, Allah sanggup

melakukan segala sesuatu kepada orang percaya, oleh sebab itu orang percaya tidak boleh

ragu- ragu dalam hidup ini, sebab Allah telah menyediakan segala sesuatu yang

dibutuhkannya. Selain itu dalam pribadi Allah yang berkuasa, Allah mempunyai kerinduan

yang besar bagi orang percaya untuk memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan orang

percaya akan tetapi orang percaya tersebut malas dan tidak mau memintanya ( Matius 7: 7-

11).68 Cho sepaham dengan pandangan ini dengan mengatakan:

66
Kenneth Copeland, Believers Voice of Victory, ( Forth Worth: Kenneth KCP Publications,
1987) p 23
67
Paul Yonggi Cho, Our God is good, ( Marshall Morgan: Scott Publishing, 1988), p. 68
68
Kenneth Copeland, The Force of Faith , p 24
29

Orang percaya tidak boleh ragu- ragu dalam kehidupan ini, dan orang percaya
diharuskan untuk mengalami kehidupan yang berkelimpahan secara jasmani karena
Allah yang maha kuasa sanggup memberikan kelimpahan berkat kepada orang yang
mau memintanya. Masalahnya adalah bahwa orang percaya tidak mau meminta berkat
yang berkelimpahan itu dari Allah.69

Dari penjelasan yang dipaparkan oleh Cho terlihat bahwa kehidupan yang berlimpahan

sudah menjadi perintar primer dalam kehidupan orang percaya sehingga dalam bagian ini Cho

mengeluarkan sebuah pernyataan bahwa orang percaya harus mengalami kehidupan yang

berkelimpahan secara jasmani. Kata Harus/diharuskan merupakan kata yang perlu

diperhatikan dengan saksama sebab kata Harus yang dicata dalam bagian ini bahwa Cho

mengimani bahwa kemakmuran merpakan sebuah perintar pimer dalam kehidupan orang

percaya sehingga memakai kata Harus untuk menekankan bahwa kekayaan adalah printah

primer dari Allah.

Allah telah menyediakan berkat dan Allah telah siap menyalurkan berkat itu kepada

orang percaya sebab apabila Allah tidak menyalurkan berkat itu kepada orang percaya maka

berkat untuk Allah tidak akan bertambah lagi. Allah ingin mendapat berkat yang bertambah

harus juga menyalurkan berkat itu kepada orang percaya supaya berkat dan kemahakuasaan

Allah semakin bertambah ( Yohanes 3: 30). Peluang bagi orang percaya untuk mendapatkan

kemakmuran itu sangat banyak, dan apabila orang percaya tidak bisa hidup makmur, maka

orang tersebut disebut sebagai orang yang tidak beriman. 70Allah dalah Allah yang maha kuasa

yang selalu memberi perhatian kepada orang yang percaya kepadanya, perhatian yang

diberikan kepada orang percaya adalah sebuah perhatian yang dapat dipegang oleh orang

percaya. Copeland mengatakan perhatian itu diwujudkan melalui berkat- berkat jasmani yang

69
Paul Yonggi Cho, The Fourth Dimension,hlm 50
70
Kenneth Copeland, The Force of Faith , p 20
30

menjadikan orang percaya itu hidup dalam kelimpahan. Allah dalam kasih-Nya tidak pernah

menginginkan orang percaya hidup dalam penderitaan dan Allah mempunyai ambisi supaya

orang percaya hidup dalam kemakmuran. Orang percaya yang hidup dalam penderitaan

dikarenakan oleh iman mereka yang tidak benar dihadapan Allah, bahkan dosa- dosa yang

menghalangi berkat itu datang dalam hidupnya.71 Sepaham dengan itu Prince berpendapat:

Allah itu maha kasih, oleh karena itu apapun yang diminta oleh setiap orang percaya
pasti akan diberikan Allah ( Matius 7: 7). Permintaan mereka harus diyakini dengan
iman yang kuat baru ada hasilnya ( Yakobus 5: 16b). Bila doa itu tidak dikabulkan oleh
Tuhan, maka dapat disimpulkan bahwa iman orang yang berdosa itu kurang kuat
( Yakobus 1: 7- 8), masih banyak dosa yang disimpan yang harus diakui ( Yesaya 59:
1- 2) atau masih harus dilepaskan dari ikatan- ikatan dosa tertentu melalui doa
pelepasan ( Lukas 13: 16; II Timotius 2: 26.72

Dari penjelasan yang diungkapkan oleh Prince ini terlihat bahwa begitu pentingnya

berkat- berkat jasmani itu dalam hidup orang percaya dibanding dengan berkat- berkat rohani.

Dalam pemberian berkat, Allah yang kasih itu selalu siap sedia memberikan berkat kepada

orang percaya tetapi yang menjadi penghalang berkat adalah karena dosa yang telah dilakukan

orang percaya. Orang percaya yang miskin dikarenakan oleh dosa mereka yang belum

dibereskan dihadapan Allah.

2). Iman

Copeland memandang iman sebagai unsur yang sangat penting dalam kekristenan

khususnya dalam mencapai kemakmuran. Orang percaya harus meminta kepada Roh Kudus

agar memberikan iman di dalam hati orang percaya sehingga dapat memindahkan gunung.

Jika orang percaya meminta iman yang demikian, maka Allah akan berkarya dalam hidupnya

71
Kenneth Copeland, Force of Righteousness,hlm 60
72
Derek Prince, Faedah Pentakosta seri 4, ( Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil Immanuel,
1992), hlm 15
73
dan memberikan segala kebutuhan dengan berkelimpahan . Selain orang percaya dapat

meminta iman kepada Roh Kudus, orang percaya juga dapat memiliki iman dari dirinya

sendiri. Orang percaya dapat memiliki iman dalam dirinya adalah memlalui usaha- usaha

setiap hari, seperti rajin ke gereja untuk beribadah, rajin berdoa, rajin membaca Alkitab. Hal

demikian merupakan cara yang lebih tepat supaya seseorang memiliki iman dihadapan

Allah.74 Iman dapat menguasai segala sesuatu, iman dapat bertindak semaunya karena iman

adalah yang Tuhan inginkan dari orang percaya. Tuhan tidak akan mendengarkan doa jika

tidak berdasarkan iman, tidak akan menerima persembahan jika tanpa iman karena segala

sesuatu harus berdasarkan iman. Dengan iman, orang percaya dapat memaksa Tuhan untuk

memenuhi setiap kebutuhan orang percaya bahkan mungkin Tuhan telah merencanakan

supaya hidup kita miskin akan tetapi dengan iman semuanya akan berubah. Dengan iman,

orang percaya dapat menggoncangkan takhta surga, bahkan dengan iman segala sesuatu dapat

terjadi dalam kehidupan orang yang memilikinya.75

Copeland sangat menekankan bahwa orang percaya harus memiliki iman sehingga

memperoleh hidup yang berkelimpahan dihadapan Allah. Jika orang percaya tidak memiliki

kekayaan dalam kehidupannya, maka dengan tegas Copeland mengatakan bahwa di dalam diri

orang tersebut tidak ada iman. menurut Copeland, kekayaan merupakan standard yang tepat

untuk menilai seseorang, apakah seseorang mempunyai iman tau tidak mempunya iman.76

73
Kenneth Copeland, The Force of Faith , p 23
74
Kenneth Copeland, Faith to faith, (Fort Worth: KC Publications, 1988 ) p. 60
75
Ibid, p 67- 68
76
Ibid 1

9
32

c. Orang Kristen yang sakit disebut sebagai orang yang tidak mengalami kehadiran Allah

Argument Copeland mengenai orang percaya yang mengalami penyakit disebut

sebagai orang tidak mengalami kehadiran Allah:

1) Mujizat

Dalam Alkitab, Yesus banyak mengadakan mujizat kepada orang- orang yang

mengalami penyakit. Bahkan seorang Lazarus yang telah meninggal, Allah sanggup

mengadakan mujizat kepadanya. Bagian ini memberi penjelasan berkaitan dengan orang yang

sakit maka Allah tidak akan hadir bersamanya. Di dalam doktrin Teologi Kemakmuran yang

dianut oleh Copeland, dua hal yang menarik yang saling mendukung dalam ajarannya yaitu

orang percaya harus kaya dan orang percaya harus sehat. Allah mau hadir dan memberi

kesembuhan dan bahkan mau menjawab doa hanyalah orang yang memiliki kekayaan dan

kesehatan, tetapi orang yang sakit dan juga miskin, Allah tidak akan hadir bersamanya dan

tidak akan mendengar segala permintaannya. 77

Dalam ajaran Teologi Kemakmuran menurut Copeland yang sangat ditekankan adalah

Iman dalam Yesus Kristus, orang percaya yang kaya berarti memiliki iman dan orang percaya

yang sehat Allah hadir dalam kehidupan- Nya dan doanya didengar oleh Tuhan. Semua ini

membahas masalah iman. Demikian juga mengenai alasan kenapa Allah hanya memberi

mujizat kepada orang percaya yang sakit jika memiliki kekayaan. Itu dikarenakan bahwa

kuota imannya masih ada yakini di dalam kekayaan itu. Allah tidak mengadakan mujizat

kepada orang percaya yang sakit dan yang tidak memiliki kekayaan itu karena kuota iman

77
Kenneth Copeland, PROSPERITY, The Choice is yours, (, (Fort Worth: KCP Publications,
1989) p. 46
33

tidak ada baik dari kekayan maupun kesehatan. Orang percaya yang hidup dalam penyakit

tetapi kaya akan mendapat mujizat dari Tuhan karena kuota imannya masih tersimpan dalam

kekayaan tersebut demikian juga orang miskin yang sehat akan mendapat mendapatkan

mujizat karena iman tersimpan dalam kesehatan itu tetapi orang yang tidak memiliki

kesehatan dan tidak memiliki kekayaan, Allah tidak akan memberikan mujizat. 78

2). Kehadiran Allah


Copeland mengajarkan bahwa Allah menghendaki supaya setiap orang percaya harus

hidup dalam kesehatan secara fisik, Sebab Allah dalam kemurahan-Nya menghendaki agar

tidak ada satupun orang percaya yang pernah sakit .79 Setiap orang percaya akan berumur

panjang di bumi tanpa mengalami sakit- penyakit.80 Penyakit merupakan usaha yang

dilakukan oleh iblis terhadap orang percaya supaya Allah tidak diam bersama dengan orang

yang mengalami penyakit itu.81. Copeland Menganggap tubuh yang sakit tidak bisa

memuliakan Tuhan dan Roh Kudus tidak mau tinggal di dalam tubuh seseorang baik yang

buta maupun tuli. 82


Dasar pemikiran Copeland sehingga membentuk ajaran mengenai orang jika orang

percaya yang tidak sehat ( mengalami penyakit) maka Allah tidak diam dengannya didasari

pada konsep Kutuk dan berkat. Kutuk berasal dari Iblis yakni penyakit dan berkat berasal

dari Allah yakni Kemakmuran.83 Iblis adalah musuh dari Allah sebab itulah kutuk dan berkat

merupakan hal yang bertolak belakang. Iblis atau setan merupakan makhluk yang diciptakan

dan malaikat yang telah dilempar dari surga karena keseombongannya, kemudian Iblis

memerintah sebuah kerajaan roh yang terdiri atas malaikat- malaikat jahat. Tujuan iblis adalah
78
Ibid, p 45
79
Kenneth Copeland, The Laws of Prosperity, p. 51
80
Ibid., p 54
81
Ibid 1
82
Ibid., p 70- 76
83
Kenneth Copeland, The Blessing of The Lord, (Forth, KCP Publications, 2011) p 70
34

mengendalikan seluruh umat manusia dan taktik utamanya adalah tipu muslihat supaya pada

akhirnya semua manusia hidup dalam penyakit sehingga Tuhan tidak akan diam bersama

dengan manusia, melainkan akan diam bersama dengan iblis selama- lamanya.84
Prince lebih jelas membedakan anatara contoh kutuk dan contoh berkat:
KUTUK- KUTUK: Penghinaan, kurang berhasil dalam segala bidang kehidupan, sakit
jasmani, terganggu dalam pikiran, krisis keluarga, kemiskinan, kekalahan, penindasan,
kegagalan, kehilangan perkenanan Allah. Diantara kutuk- kutuk yang dipaparkan,
kutuk yang terberat dan mengerikan adalah penyakit. BERKAT- BERKAT: Kedudukan
( diangkat diatas segala bangsa, kesehatan, kemampuan bereproduksi ( berlipat ganda),
kemakmuran, kemenangan, perkenanan Allah.85

Perbedaan- perbedaan berkat dan kutuk yang dipaparkan oleh prince terlihat jelas

perbedan yang bertolak belakang antara berkat dan kutuk. Orang yang mendapat berkat akan

hidup dalam kemakmuran sementara orang yang hidup dalam kutuk akan hidup dalam penderi

taan. Selain itu, dalam susunan kutuk yang dipaparkan diatas terlihat jelas bahwa penyakit

adalah sebuah kutuk yang sangat berat dan mengerikan, oleh sebab itu orang percaya tidak

boleh mengalami penyakit dalam hidupnya.


Tujuh gejala utama yang menunjukkan bahwa seseorang berada dibawah kutuk:

Gangguan syaraf dan kejiwaan, penyakit kambuhan ( kronis), sering keguguran, hancurnya

pernikahan, selalu kekurangan, cenderung mengalami kecelakaan, serangkaian kematian tidak

wajar seperti bunuh diri.86 Kutuk dapat diumpakan seperti tangan raksasa yang telah lama

mencengkram hidup manusia. Tangan itu menekan dan menghalangi hidup manusia untuk

84
Derek Prince, Berkat dan Kutuk: Langkah Alkitabiah Mematahkan Kutuk dan Menuai Berka
, ( Yokyakarta: ANDI, 2004), hlm 93
85
Derek Prince, Tinggalkan Kutuk Terimalah Berkat, ( Jakarta: Yayasan Pelayanan Bersama
Indonesia METANOIA, 1994), hlm 48- 40
86
Ibid 1
35

87
mengembangkan diri. penyakit adalah lambang ketidakhadiran Allah dalam hidup orang

percaya.88
Ketidak hadiran Allah kepada orang sakit dilandasi dalam ayat Alkitab dalam 1

Korintus 6: 19 mengenai tubuhmu adalah bait Allah. Copeland menafsir ayat ini bahwa Allah

tidak akan tinggal kepada tubuh manusia kalau tubuhnya kotor atau tidak bersi. Kotor atau

tidak bersih yang dimaksud Copeland dalam bagian ini adalah kotor dalam hal penyakit. Oleh

sebab itu manusia harus membersihkan terlebih dahulu tubuhnya maka Allah akan hadir

bersama- sama dengan orang percaya tersebut.89 Penyakit dihadapan Allah bagaikan sesuatu

barang yang tidak berguna yang tidak bisa dipakai lagi.90

Allah adalah Allah yang maha kudus yang tidak memiliki cacat didalam diri- Nya

( Imamat 11: 44). Penyakit yang menempel dalam diri manusia menujukkan ketidak kudusan

manusia yang membuat Allah tidak mau bersentuhan dan tidak mau hadir bersamanya. Allah

tidak pernah mengalami sakit penyakit, karena itu Allah ingin supaya orang yang percaya

tidak mengalami penyakit. Allah tidak mau hadir kepada orang yang mengalami penyakit

dikarenakan bahwa penyakit mengandung racun dalam menjalani relasi dengan Tuhan, sama

halnya ketika seseorang menjalani relasi dengan lawan jenis di dunia ini, dalam status

berpacaran, kemudian salah seorang dari mereka mengalami penyakit, maka relasi ini tidak

87
Derek Prince, Berkat atau Kutuk, (( Jakarta: Yayasan Pelayanan Bersama Indonesia
METANOIA, 1994), hlm 13
88
Penjelasa n ini dilatarbelakangi oleh sebuah mimpi Copeland, dimana iblis datang dalam
mimpinya supaya dia tidak mengajarkan bahwa penyakit adalah lambang ketidakhadiran Allah. Dalam
mimpinya iblis berpendapat bahwa penyakit adalah lambang kesucian hidup yang rela mengalami
penyakit bahkan penderitaan secara jasmaniah demi mempesembahkan tubuhnya untuk Allah, tetapi
Copeland tidak setuju dengan perkataan iblis sehingga dia tetap dengan teguh mengajarkan bahwa
penyakit adalah lambang ketidakhadiran Allah. (Kenneth Copeland, Blessed to be A Blessing, p 11.
89
Kenneth Copeland, Pursuitn of His Presence, p 40
90
Edwin Louis Cole, Kunci Keberhasilan: Nikmat hidup berkemenangan, ( Jakarta: Yayasan
Pekabaran Injil Imanuel,2004), hlm 34
akan bertahan lama karena takut ketularan penyakit.91 Ketidakhadiran Allah kepada orang

yang mengalami penyakit dapat dilihat melalui Allah tidak menjawab doanya, Allah tidak

memberikan keberhasilan dalam hidupnya.92 Hinn sepaham dengan pernyataan ini dengan

mengatakan:

Allah tidak ada bersamamu bila engkau tidak membereskan dirimu dari sarang dosa,
Allah tidak hadir didalam kehidupanmu jikalau badanmu bau tanpa memakai pewangi,
karena Allah suka berbau wangi- wangian. Oleh sebab itu, kalau pergi ke gereja harus
membersihkan tubuhnya terlebih dahulu dan menghias wajahnya dan pakaiannya
harus rapi sebab kita datang ke gereja untuk mememui kekasih yakni sang suami kita.
Tuhan ingin supaya umatnya rajin menata kehidupannya supaya Allah mau tinggal
didalam hidupmu sehingga setiap hari Allah mau mendengar doamu, mendengar setiap
pergumulanmu bahkan Allah akan memberikan keberhasilan dalam hidupmu hingga
engkau mengalami kemakmuran yang nyata.93

Persoalan dalam pemahaman Hinn diatas adalah bahwa kehadiran Allah ditentukan

pertama dengan kebersihan jasmani seseorang. Memang kebersihan adalah bagian yang tidak

terpisahkan dalam pemahaman kehidupan iman Kristen bahwa Allah hadir bersama kita.

namun persoalan membesarkan unsure jasmani dengan tidak menegaskan unsur kebersihan

jiwa sebagai titik mula menyadari kebersihan secara jasmani menyebabkan pemikiran Hinn
91
Sebuah pengalaman yang pernah dirasakan oleh Copeland dalam masa hidupnya, ketika
masih remaja. Pada usia 16 tahun pernah berpacaran dengan serong gadis dan gadis itu mengalami
penyakit kanker yang membuatnya akan meninggal. Sebelum meninggal hubungan antara Copeland
dan gadis tersebut sudah putus karena Copeland tidak suka dengan dengan seorang gadis yang
mengalami penyakit. Dari latar belakang ini, Copeland membangun sebuah doktrin bahwa Allah tidak
hadir bersama orang yang mengalami penyakit karena itu penyakit harus disingkirkan dari orang
percaya. Dalam pemahaman Copeland dalam ajaran ini, Copeland berpendapat bahwa orang yang
sakit itu akan membawanya meninggal. Sama halnya dengan gadis yang dicintainya sebelumnya,
ketika dia mengetahui bahwa gadis yang dicintai itu mengalami penyakit dan mengambil keputusan
untuk mengakhiri hubungan mereka, maka akhirnya gadis tersebut meninggal dunia. Demikian juga
hubungan antara Allah dan manusia, Tuhan tidak mau tinggal/ tidak mau hadir bersama orang yang
mengalami penyakit karena Allah tahu bahwa orang yang mengalami penyakit itu akan membawanya
kepada kematian. Allah adalah Allah yang hidup yang tidak mau berkompromi dengan kematian,
sebab itu Allah tidak mau tinggal dalam kehidupan orang yang sakit karena Allah tahu bahwa penyakit
itu akan membawanya kepada kematian. (Kenneth Copeland, Force of Righteousness, p 60- 62)
92
Ibid 1
93
Benny Hinn, Darah: Kuasanya Dari Kejadian sampai Yesus sampai kepda anda, ( Jakarta:
Immanuel, 1993), hlm 34- 35

9
37

disini menjadi problematik. Kebersihan jasmani untuk datang kepada Allah meruakan suatu

ekspresi sikap dan perilaku kristiani, karena memang mereka telah dbenarkan oleh Allah dan

masuk daam proses kekudusan Allah. Pencitraan diri sebagai gambar Allah yang telah

dimerdekakan itu dimanifestasikan dengan menjaga kebersihan diri, apalagi kala datang

beribadah dan menyembah kepada Allah yang telah menyelamatkannya. Apalalagi ditegaskan

bahwa Allah tidak mau tinggal dan bahkan Allah tidak mau mendengar doa orang yang

badannya tidak wangi. Pernyataan Pemahaman yang demikian sangat mirip dengan

pemahaman yang telah dipaparkan Copeland mengenai ketidak hadiran Allah atas orang

yang mengalami penyakit. Kemiripan yang dilihat adalah bahwa Allah tidak hadir karena

urusan tubuh jasmani saja bahkan tidak akan mendengar setiap doa yang telah didoakan.

Ketidakhadiran Allah terhadap orang yang sakit disebabkan penyakit adalah sebuah

proses menuju kepada kematian. Allah benci dengan kematian, kematian yang kekal milik-

nya iblis dan pengikut- pengikutnya yang akan dilemparkan ke dalam neraka yakni kematian

yang kekal. sementara Allah adalah Allah yang hidup yang tetap hidup sampai selamanya.

Kematian dan kehidupan merupakan sebuah status yang bertolak belakang dihadapan Allah

dan ini tidak boleh bersatu. Itulah sebabnya Allah dengan orang yang mengalami penyakit

yang merujung kepada kematian tidak mau bersatu dan segala permintaan dan doa orang yang

sakit tersebut tidak akan didengar oleh Allah. Sebenarnya orang sakit harus berdoa kepada

iblis karena sumber kematian ada di tangan Iblis.94

Dua hal yang ditekankan oleh Kenneth Copeland dalam ajaran Teologi Kemakmuran

yakni orang percaya harus hidup dalam kekayaan dan orang percaya harus mengalami

kesehatan. Kalau orang yang tidak memiliki kriteria ini sebagai pengikut Kristus maka orang
94
Kenneth Copeland, Pursuitn of His Presence, p. 42
38

tersebut bukanlah orang percaya yang sejati. Dalam meraih kedua hal ini, maka orang percaya

harus memiliki iman dalam Kristus. iman merupakan hal yang sangat penting dalam meraih

segala berka- berkat Tuhan. Allah sudah menyediakan bahkan siap memberikan segala

sesuatu kepada semua orang hanya saja manusia tidak memiliki iman. Dengan adanya iman,

orang percaya dapat mengguncangkan surga sehingga Allah memberikan berkat- berkat itu.

Copeland juga berasumsi bahwa iman dapat dicapai melaui usaha- usaha manusia seperti rajin

berdoa, rajin ke gereja dan mendengarkan Firman Allah. Kemakmuran merupakan standard

seseorang memiliki iman dalam Kristus Yesus.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Literatur

Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode Literatur. Metode

literatur merupakan penelusuran literatur yang bersumber dari dari buku, media, ahli ataupun

dari hasil penelitian orang yang menelusurinya yang bertujuan untuk menyusun dasar teori

yang digunakan dalam melakukan penelitian. Salah satu sumber acuan dimana peneliti dapat

menggunakanya sebagai petunjuk informasi dalam menelusuri bahan bacaan adalah dengan

menggunakan buku referensi. Referensi berasal dari bahasa Inggris, reference yang berarti

merujuk pada. Buku- buku referensi ini dapat berisi uraian singkat atau petunjuk nama dari

bacaan tertentu. Bahan dari buku referensi tidaklah untuk dibaca dari halaman pertama sampai

tamat, hanya bagian yang penting dan yang diinginkan saja.95

Berdasarkan Wibisono Sastrodiwiryo dalam Metode literatur, ada beberapa teknik

yang digunakan antara lain: (1) Criticize, (2) Contrast, (3) Compare, ( 4) Summarize, (5)

Synthesize. Hasil dari teknik tersebutlah yang kemudian ditulis sebagai landasan teori untuk

analisis penelitian kita. 96

1). Compare: teknik melakukan literatur review dengan cara menemukan kesamaan antara

beberapa literatur dan mengambil kesimpulannya

95
Sayudjauhari, Study Literatur, diakses 13 Maret 2015 dari http://sayudjberbagi.
Wordpress.com/2010/29/study- literature/.
96
Wibisono Sastrodiwiryo, Studi Literatur/ Wibs Web World, diakses 19 Nopember 2015 dari
http://wibisastro. Wordpress.com/2010/02/10/studi-literatur/.

31
40

2). Contrast: Mencoba untuk menemukan perbedaan antara literature. Yaitu teknik melakukan

literatur review dengan cara menemukan perbedaan antara beberapa literatur dan mengambil

kesimpulan.

3). Criticize: Teknik melakukan literatur review dengan cara membuat pendapat sendiri dari

sumber yang dibaca.

4). Synthesize: eknik melakukan literatur review dengan menggabungkan beberapa sumber

untuk menjadi sebuah ide baru.

5). Summarize: Teknik melakukan literatur review dengan review dengan cara menuliskan

kembali dari sumbernya dengan kalimat sendiri.97

Penulis menggunakan teknik Criticize karena penulis akan meneliti pandangan

Kenneth Copeland menenai Teologi Kemakmuran secara kritis. Adapun prinsip- prinsip dalam

menggunakan teknik Criticize adalah:

1. Bacaan yang didukung oleh naskah yang lebih tua biasanya lebih disukai.
2. Bacaan yang didukung oleh naskah- naskah secara geografis terpisah jauh biasanya

lebih disukai.
3. Bacaan yang didukung oleh tipe teks yang lebih banyak biasanya lebih disukai.

B. Prosedur dan Aplikasi

Setelah memaparkan pemahaman- pemahaman Kenneth Copeland mengenai Teologi

Kemakmuran di bab dua, maka di dalam bab empat penulis akan mengkritisi pemahaman-

pemahaman Copelan d. Penulis akan mengkritisi pemahmaman Copeland berdasarkan

pemikiran tokoh yang pernah mengkritisi ajaran ini. Sehubungan Copeland juga mengutip

97
Slameto, Literatur Review/ ASAL NGEBLOG AJA, diakses 11 Nopember 2015 dari
http://s3mproll.blogspot.com/2013/02/literatur-review. html.
41

ayat- ayat Alkitab yang tidak dapat ditafsirkan secara tepat, maka penulis juga akan

mengkritisi penafsiran ayat tersebut berdasarkan para penafsir Alktab yang diyakini oleh

penulis dapat dipertanggung jawabkan penafsirannya. Penulis akan mengkritisi setiap

pemikiran Copeland berdasarkan sistematika penulisan yang telah disusun dibab dua. Diakhir

bab empat, penulis akan memberi pemahaman yang benar dalam mengikut Kristus supaya

orang percaya tidak terpangaruh ataupun terjebak dengan kosep mengikut Kristus menurut

ajaran Copeland.
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bagian penulis akan mengkritisi setiap bagian- bagian doktrin Teologi

Kemakmuran menurut Kenneth Copeland yang telah dipaparkan di bab II dan

membandingkan dengan Konsep Mengikut Yesus. Dalam bab ini penulis akan mengkritisi

ajaran Copeland ini berdasarkan tokoh yang pernah mengkritisi Teologi Kemakmuran

khususnya Copeland. Berhubungan dengan ini, Copeland juga memakai ayat- ayat kitab suci

yang merupakan dasar pemikirannya dalam mendukung ajarannya akan tetapi penulis melihat

bahwa ayat- ayat yang digunakan ditafsir tidak dengan tepat, oleh sebab itu penulis juga akan

memakai penafsir- penafsir Alkitab yang penafsirannya dapat dipertanggungjawabkan.

A. Evaluasi Kritis Terhadap Teologi Kemakmuran menurut Kenneth Copeland


1. Kemiskin tidak selalu disebabkan karena Iblis
Pemahaman Copeland mengenai Orang Kristen yang miskin disebut sebagai Pengikut

Iblis adalah bahwa iblis hidup dalam kemiskinan bahkan iblis adalah sumber kemiskinan

sehingga dengan demikian Copleland mengklaim bahwa orang yang miskin disebut sebagai

pengikut iblis.
Kemiskinan tidak selalu disebabkan oleh Iblis tetapi justru pada orang yang

mengalami kemiskinan itu. Amasal 6: 6 dan 2 Tesalonika 3: 10 dapat mewakili untuk

membantah pemahaman Copeland ini yakni diakibatkan oleh kemalasan dan yang tidak mau

bekerja.

Menurut Mardimin, ada beberapa faktor penyebab kemiskinan:


1). Sikap dan pola pikir serta wawasan yang rendah, malas berpikir dan bekerja 2).
Kurang keterampilan 3). Pola hidup konsumtif 4). sikap apatis, egois, pesimis 5).
Rendah diri 6). Adanya gep antara kaya dan miskin.7). Belenggu adat dan kebiasaan
8). Pemborosan dan kurang menghargai waktu 9). Kurang motivasi mengembangkan

34
prestasi 10).Kurang kerjasama 11).Pengangguran dan sempitnya lapangan pekerjaan
12). Tidak dapat memanfaatkan SDA dan SDM setempat 98

Dari penjelasan Mardimin terlihat jelas bahwa penyebab- penyebab kemiskina itu

terletak pada orang yang mengalami kemiskinan tersebut bahkan Mardimin tidak ada

menyinggung sedikitpun bahwa penyebab kemiskinan berasal dari Iblis. Kalau ada orang

yang megalami kemiskinan jangan selalu mempersalahkan iblis yang seolah iblis yang

menjadikan orang tersebut bersalah tetapi sesungguhnya kesalahan terletak pada orang miskin

tersebut yang tidak mau memotifasi diri untuk hidup kaya.


Ketiga pemahaman Copeland yang mendukung bahwa Orang Kristen yang miskin

disebut sebagai Pengikut Iblis Adalah merupakan kesalah besar dan perlu dikritisi lebih

dalam lagi. Adapun pemahamn tersebut adalah:


a. Natur Manusia

Copeland menyebutkan bahwa Allah dan manusia memiliki natur yang sama bahkan

manusia adalah Allah- Allah kecil yang harus berdoa kepada dirinya sendiri sehingga segala

sesuatu dapat diciptakan manusia selain manusia itu sendiri. Yang membedakan Allah dan

manusia bukan pada naturnya melainkan hanya pada tingkatannya saja. Manusia tidak

memiliki natur yang sama dengan Allah sebab Kata gambar dalam bahasa Ibrani memakai

Wnmel.c;B. ( Tselem) yang menjelaskan sesuatu ukiran. Dalam hal ini, Pengukir

adalah Allah sendiri dan yang diukir adalah manusia. Kata rupa memakai kata

Wnte_Wmd>Ki ( Demut) dan dalam bahasa Ingris memakai kata Likeness

artinya keserupaan. Keserupaan dan serupa tidaklah hal yang sama sebab keserupaan

98
Yohanes Mardimin, kritis proses pembangunan di Indonesis, ( Yokyakarta: Kansius, 1996),
hlm 38.

34
menerangkan seperti sama dan pada hakekatnya tidaklah serupa.99 Dalam pengertian

sederhana manusia dibuat menyerupai Allah. Serupa yang dimaksud bukan dalam arti

memiliki natur yang sama sebab Allah ada dari kekekalan bahkan keberadaan Allah tidaklah

tanpa bahan, sementara manusia dibuat dari tanah ( Kejadian 2: 7 band Yohanes 4: 24). Serupa

yang dimaksud bahwa Allah dan manusia sama- sama memiliki pemikiran ( akal budi) dan

perasaan dan bahkan inilah kelebihan manusia dengan makluk lainnya.100

Gambar dan Rupa merujuk pada manusia diciptakan dalam kebenaran yang sempurna

sebagi refleksi dari Allah. Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupanya untuk

mewakili Allah dalam mengkelolah dunia ini ( Kejadian 1: 29- 30).101 Hoekema menjelaskan

Kejadian 1: 26- 27:

In Genesis 1: 26 both image and likeness are used; in 1: 27 only image is used, while
in 5: 1 only the word likeness is used. In 5: 3 the two words are used again but this
time in a different order: in his likeness, after his image. And again in 9: 6 only the the
word image is used. If these words were intended to describe different aspect oh the
human being, they would not be used as we have seen them used, that is, almost
interchangeably.102

Dalam pemaparan yang telah dipaparikan oleh Hoekema terlihat jelas bahwa

penggunaan image dan likeness hanya sebagai keistimewaan manusia dihadapan Allah

dibandingkan dengan makhluk lainnya. Ada beberapa ayat yang dikutip untuk menjelaskan

image dan likeness, beberapa ayat hanya menggunakan image dan sebagian

menggunakan likeness bahkan yang lain menjelaskan kedua- duanya. Akan tetapi, dalam

99
Peter Cotterell, Prosperity Theology, ( Legicester: Religious and Theological Fellowship,
1993) p 20
100
Walter Lempp, Tafsiran Kedjadian, ( Jakarta: Badan Penerbit Kristen, 1964), hlm 50
101
Ibid, hlm 50- 51
102
Anthony A. Hoekema, Created in Gods Image, ( Grand Rapids: Zondervan Bible
Publishers, 1988),p 13

34
45

penjelasan yang dipaparkan diatas terlihat bahwa kata image dan likeness digunakan dalam

konteks yang berbeda. Kesimpulan yang dijelaskan oleh Hoekema bahwa kata Image dan

likeness tidak menunjukkan sebagai keberadaan manusia yang adalah Allah tetapi hanya

menunjukkan bahwa manusia adalah makluk yang unik dari makhluk yang lain. Natur

manusia tidak sama dengan natur manusia, dan manusia juga bukanlah Allah- Allah kecil yang

harus berdoa kepada dirinya sendiri, sebab manusia diciptakan Allah dari tanah sementara

Allah tanpa bahan.

Pemahaman Copeland mengenai Natur manusia sangat bertolak belakang dengan

Konsep Mengikut Kristus, sebab Copeland menyebut bahwa Allah dan manusia memiki natur

yang sama dan yang membedakan hanya pada tingkatannya saja. Penulis menolak

pemahaman Copeland ini sebab pemahaman ini menjadikan manusia melanggar konsep

mengikut Yesus dan tidak mau lagi mengikut Yesus karena disebabkan manusia juga Allah

dan sanggup melakukan segala sesuatu.

b. Inkarnasi Yesus
Copeland menyebutkan bahwa tujuan Inkarnasi Yesus adalah supaya mengembalikian

manusa pada kehidupan semula. Dimana kehidupan manusia sebelum jatuh kedalam dosa

dalam keadaan makmur. Akan tetapi ketika jatuh kedalam dosa menjadi miskin, Oleh sebab

itulah Yesus memiliki tujuan yang mulia yakni mengembalikan kehidupan manusia kepada

kehidupan sebelumnya. Inkarnasi Yesus kedalam dunia ini telah disalah artikan oleh

Copeland, sebab dalam dalam doktrin yang dipercayainya dan bahkan yang diajarkannya,

tujuan Yesus datang kedunia ini untuk menghancurkan kutukan yang telah terjadi pada kisah

kejatuhan manusia di taman Eden. Kutuk yang dipahami oleh Copeland dalam bagian ini

adalah kemiskinan, sehingga ketika Yesus datang kedalam dunia ini telah menghancurkan
46

kutukan kemiskinan tesebut.103 Kutukan yang diajarkan dalam kitab suci bukanlah kutukan

mengenai kemisikinan tetapi kutukan yang dimaksud adalah hubungan Allah dengan manusia

telah terputus dari Allah, hubungan Allah dan manusia telah terputus sehingga manusia tidak
104
dapat berkomunikasi lagi dengan Allah dan kutukan itu akan berakhir pada kematian kekal.

Baan menjelaskan mengenai kejatuhan manusia:

Doktrin kejatuhan manusia ke dalam dosa bukanlah hasil rekaan manusia. Firman
Allah mengacu kepada hal ini dalam banyak bagian. Disamping kisah mengenai
kejatuhan manusia ke dalam dosa ( Kej. 3) dan banyak bukti alkitabiah tentang
manusia yang penuh dengan dosa, kerusakan manusia merupakan pokok masalah yang
terus menerus diulang dalam pengakuan- pengakuan umat Allah ( mis. Mazmur, Ayub,
ketiga kitab Salomo, dan kitab para nabi). Bahkan Yesus sendiri menekankan tema ini
berulang kali. Secara dogmatis, kerusakan total manusia lebih lanjut dikembangkan
dalam Perjanjian Baru, terutama dalam surat- surat yang ditulis oleh Rasul Paulus.
Terlalu panjang rasanya bila kita harus memberikan daftar lengkap akan bukti
alkitabiah yang membela doktrin ini, tetapi cukuplah bila kita merenungkan daftar
dosa- dosa dan kejahatan- kejahatan yang diketengahkan kepada kita oleh Rasul
Paulus dalam pasal- pasal pertama dari suratnya kepada jemaat di Roma.105

Seperti penjelasan yang telah dipaparkan oleh Baan dapat dipahami dengan jelas

bahwa kejatuhan manusia ke dalam dosa akan mengakibatkan kutukan bahkan kutukan

bukanlah masalah biasa tetapi masalah kematian manusia kekal. Ketika Allah menciptakan

manusia, hubungan manusia dengan Allah begitu dekat akan tetapi ketika manusia jatuh ke

dalam dosa, maka hubungan dengan Allah telah terputus, bahkan dalam bahasa yang yang

digunakan oleh Baan adalah rusak total. Rusak total berbicara bahwa manusia tidak bisa

berbuat yang benar dihadapan Allah sebab manusia sudah dilatarbelakangi dengan dosa.

Manusia telah jatuh kedalam dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah sehingga

hubungan manusia dengan Allah telah terputus, oleh sebab itulah Allah yang sempurnah harus

103
Ibid 1, hlm 34
104
Ibid, hlm 36
105
G. J. Baan, Tulip: Lima pokok ajaran Calvinisme, ( Surabaya, Momentus, 2012), hlm 2- 3
47

berinkarnasi menjadi manusia, sebab hanya dengan cara itulah manusia yang telah telah

mengalami kutukan itu tidak mengalami kutukan lagi, yakni keselamatan yang dianugerahkan

oleh Yesus. Hanya melalui ikarnasi Yesuslah manusia beroleh keselamatan. Yesus adalah

sepenuhnya Allah dan sepenuhnya Manusia yang menjadi perantara antara antara Allah dan

manusia yang telah menyerahkan diri-Nya menjadi korban perdamaian antara Allah dan

manusia demi memulihkan hubungan yang telah rusak 106 Abineno berpendapat bahwa:

Oleh korban ini Allah seperti yang telah kita dengar mendamaikan manusia dengan
diri- Nya. Antara Allah dan manusia tidak ada permusuhan lagi. Allah berdamai
dengan manusia. Dan manusia berdamai dengan Allah. Dalam hal yang pertama, yaitu
Allah berdamai dengan manusi, Yesus Kristus bertindak sebagai wakil kita. Ia
mempersembahkan diri- Nya sebagai korban kepada Allah. Didalam Dia, oleh korban-
Nya itu, kita dibenarkan oleh Allah dan diterima kembali sebagai patner- patner
perjanjian- Nya. Dalam hal kedua, yaitu manusia berdamai dengan Allah, Yesus
Kristus bertindak sebagai manusia yang Allah sendiri Allah pilih dan utus ke dunia
untuk menyelamatkan kita dari dosa kita. Ia tahu bahwa pengutusan itu akan
membawa Yesus kepada penderiaan dan kematian. Sungguh demikian hal itu Ia
lakukan karna kasih-Nya kepada kita ( bnd Rm 5: 6-8). Dan karena kasih- Nya itu Ia
juga telah membangkitka Yesus dari antara orang mati. Ia tidak mau, bahwa kita
memutuskan hubungan dengan Dia. Ia ma uterus bersama- sama dengan kita sebagai
patner- patner- Nya. 107

Penjelasan yang telah dipaparkan diatas telihat jelas bahwa kedatangan Yesus datang

kedalam dunia ini untuk menghancurkan kutukan dosa yang telah terjadi kepada Adam dan

Hawa di taman Eden. Hubungan Allah dengan manusia telah terputus oleh karena dosa dan

dosa itu telah menjalar ke dalam kehidupan setiap manusia. Dampak hubungan yang terputus

dengan Allah adalah bahwa manusia tidak bisa mendapat kehidupan yang kekal dalam Tuhan

bahkan segala kebaikan yang dilakukan manusia tidak akan bisa menjamin masuk ke dalam

106
T. Jacob S. Y, Siapa Yesus Kristus menurut Perjanjian Baru, ( Yokyakarta: Kansius, 1981),
hlm 21
107
J. L. Ch. Abineno, Aku percaya kepada Allah, ( Jakarta: Gunung Mulia, 1983), hlm 74- 75
48

surga. Oleh sebab itulah Allah harus menjelma menjadi manusia supaya manusia dilepas dari

kutuk dosa yang menghalangi manusia datang kepada Allah.

Permasalahan yang terjadi dalam hidup manusia ketika peristiwa kejatuhan manusia ke

dalam dosa adalah bahwa hubungan manusia dengan Allah telah terputus. Kejatuhan manusia

disebut sebagai Kutuk sebab akan berakhir kepada kematian yang kekal.108 Palmer

menegaskan dengan memakai kata Kerusakan Total :

Kerusakan total berarti manusia tidak pernah dapat melakukan kebajikan sejati yang
diinginkan Allah, dan pada kenyataannya manusia selalu berbuat jahat. Ini disaksikan
dengan jelas oleh Alkitab. Dalam kejdian 6: 5 kita membaca bahwa kejahatan
manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan
kejahatan semata- mata. Perhatikanlah uraian mengenai kejahatan disini. Kejahatan
manusia itu besar. Kejahatan itu menembus sampai bagian yang terdalam dari
manusia. Bukan saja sampai kepada hatinya, sampai kepada pikirannya, tetapi bahkan
sampai kepada kecenderungan hatiya. Menurut Alkitab, kecenderungan yang paling
dalam ini semata- mata jahat dan terus- menerus jahat sepanjang waktu. kejadian 8: 21
menambah satu informasi yaitu bahwa keadaan ini terjadi pada manusia bukan hanya
pada saat manusia telah dewasa, melainkan sejak kecil.109

Penjelasan yang dipaparkan oleh Palmer dapat dipahami bahwa ketika manusia jatuh

ke dalam dosa, hubungan manusia dengan Allah telah rusak sehingga manusia hidup dalam

dosa dan hidup menurut keinginan manusia itu sendiri. Kejahatan yang dilakukan akibat

kejatuhan manusia itu menembus sampai bagian terdalam manusia. Kejahatan- kejahatan

dapat dilakukan manusia bukan pada saat manusia dewasa tetapi ketika di rahim ibupun sudah

hidup dalam dosa. Penjelasan diatas, tidak ada sedikitpun memabahas mengenai ketika

manusia jatuh dalam dosa, manusia mengalami kemiskinan dan penyakit.

Paul Osterman, Securing Prosperity, ( New Jersey: Princeton University Press, 1999), p 69
108

Edwin Palmer, Lima Pokok Calvinisme, ( Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia,
109

1996), hlm 8- 9
49

Copeland berpendapat bahwa ketika manusia manusia pertama jatuh kedalam dosa,

Allah memberikan sanksi kepada manusia itu dengan mengutuknya menjadi orang yang

miskin. Pemahaman ini menjelaskan bahwa orang yang mengalami kemiskinan disebabkan

oleh dosa. Setiap orang percaya yang mengalami kemiskinan disebabkan oleh dosa dihadapan

Allah dan dosa itu harus dibereskan dihadapan Allah. 110 Pemahaman ini merupakan

pemahaman yang salah sebab Allah tidak pernah berfirman bahwa orang miskin disebabkan

oleh sebuah pelanggaran. Dalam Kisah Ayub, Ayub menjadi miskin bahkan mengalami

penyakit, itu bukanlah karena dia melakukan pelanggaran dihadapan Allah sebelumnya malah

justru Ayub terkenal degan kesalehannya. Kemiskinan dalam hidup Ayub terjadi karena Allah

mengijinkan iblis mencobai Ayub. Kisah ini tentu sangat bertentangan dengan penjelasan

Copeland mengenai penyebab kemiskinan dalam hidup orang percaya.

Pemahaman Copeland mengenai Inkarnasi Yesus merupakan sebuah ajaran yang

bertolak belakang dengan konsep Mengikut Yesus. Konsep Inkarnasi Yesus menurut Copeland

ini menjelaskan bahwa tujuan Yesus berinkarnasi adalah untuk mengembalikan kehidupan

manusia kepada kehidupan sebelumnya yakni sebelum jatuh ke dalam dosa. kehidupan yang

dimaksud oleh Copeland dalam bagian ini adalah kehidupan jasmani yakni kaya dan miskin.

Tujuan inkarnasi Yesus bukan mengembalikan hidup secara jasmani yakni dari menderita

menjadi makmur melainkan hidup secara rohani yang mengembalikan relasi antara Allah dan

manusia. Konsep mengikut Yesus yang diajarkan kitab suci adalah untuk mengembalikan

relasi manusia dengan Allah dan pada akhirnya membawa manusia memperoleh hidup kekal.

c. Peran Iblis dalam dunia

110
Kenneth Copeland, The Blessing of The Lord, p 60
50

Copeland menyebutkan Peran Iblis dalam dunia ini adalah supaya semua orang

mengikut dia, sebab Iblis adalah adalah sumber segala kemiskinan dan penyakit. Oleh sebab

itu setiap itu setiap orang yang miskin dan sakit itu berarti bahwa dia pengikut Iblis.

Pemahaman yang salah mengenai doktrin yang dipaparkan oleh Copeland yang

mengklaim bahwa orang percaya yang miskin adalah pengikut iblis. Iblis dalam dunia ini

berusaha menggoda orang percaya supaya tidak mau mengikut Yesus sebab apabila orang

percaya mengikut Yesus, maka hidupnya akan kaya tetapi sebaliknya apabila orang percaya

mengikut Iblis, maka hidupnya akan miskin karena iblis sumber segala kemiskinan. Iblis tidak

mau sendirian mengalami kemiskinan, sehingga dia berusaha menggoda orang percaya mau

mengikut dia. Dari pemahaman inilah Copeland memutuskan bahwa orang percaya yang

miskin disebut pengikut Iblis.

Dalam 1 petrus 5: 8 dijelaskan bahwa orang percaya harus waspada terhadap

cangkraman iblis, sebab iblis berkeliling sama seperti singa yang mengaum- ngaum dan

mencari orang yang dapat ditelannya. Konteks teks dalam bagian ini adalah bahwa iblis

berusaha mencari orang percaya menjadi pengikutnya. Pengikutnya yang dimaksud bukanlah

supaya menjadikan orang percaya menjadi miskin tetapi supaya melakukan dosa dan

kenajisan sehingga menjauh dari Allah. Dalam Yakubus 4: 7 juga dijelaskan, lawan iblis,

maka ia akan lari. Orang percaya harus melawan sagala tipu daya iblis yang menginginkan

orang percaya hidup dalam dosa sehingga jauh dari Allah. 111 Ajaran demikian adalah sebuah

ajaran yang tidak memahami Alkitab secara benar. Pekerjaan iblis dalam dunia bukanlah

menjadikan orang percaya menjadi miskin, tetapi menjadikan orang percaya menjauh dari

Tuhan. Selain itu juga Iblis bukanlah sumber segala kemiskinan sebab ketika iblis mencobai

111
Fredick S. Leahy, Iblis sudah keok, ( Jakarta, Gunung Mulia, 1979). Hlm 35
51

Yesus, iblis justru menunjukkan kekayaan dunia yang dimilikinya kepada Yesus untuk

dimiliki- Nya, jika Yesus mau menyembah iblis.112 Iblis memiliki kekayaan yang luar biasa,

dan dengan kekayaan itulah iblis akan mempermainkan orang percaya dalam kelicikannya.113
Tugas iblis dalam dunia ini justru ingin menjadikan orang percaya hidup dalam

kekayaan, sehingga dengan kekayaan yang dimiliki, orang percaya terlena dengan semua

kekayaan dan kenikmatan dunia ini dan pada akhirnya meninggalkan Tuhan. Alat yang ampuh

yang digunakan iblis untuk menjauhkan orang percaya dari Tuhan adalah dengan menawarkan

kekayaan dan kenikmatan dunia.114 Wijanarko berpendapat bahwa:

Bagaimana cara ingin kaya dan tidak jatuh ke dalam pencobaan?, pertama: jangan
bernafsu, biarlah keinginan untuk kaya tersebut dilandasi dengan motivasi yang benar,
yaitu menjadi saluran berkat, sebab kalau tidak memiliki motivasi yang benar, iblis
akan menggunakan motivasi itu kearah yang salah. Kedua: jangan cinta uang, karena
akar dosa atau kejahatan adalah cinta uang. Jadi yang dijauhkan bukan uangnya tetapi
nafsu dan cinta uang, karena uang ditangan yang benar, justru menjadi berkat dan bisa
memberkati banyak orang, membiayai pelayanan, berbuat kasih, membangun rumah
ibadah dan berbagai perbuatan lainnhya.115

Berdasarkan penjelasan yang dipaparkan oleh Wijanarko terlihat bahwa iblis bisa hadir

dalam hidup orang percaya. Menggapai kekayaan bukanlah sesuatu hal yang salah, sebab

dengan kekayaan orang percaya dapat melakukan banyak perbuatan baik, seperti membantu

janda- janda miskin, yatim piatu tetapi yang menjadi letak kesalahannya adalah motivasi,

apakah motivasi untuk menggapai kekayaan itu benar atau tidak, kalau motivasinya salah,

iblis akan menggunakan motivasi ini, sehingga ketika nantinya orang percaya sudah kaya,

maka yang dikerjakan bukanlah hal- hal yang baik tetapi hal- hal yang buruk sehingga dengan

112
Ibid, hlm 32- 35
113
Stan Baldwin, Permainan Iblis, ( Bandung, Yayasan Kalam Hidup, 1971), hlm 98
114
Craig L. Blomberg, Tidak miskin tetapi juga tida kaya; teologi Alkitab tentang Kepemilkan,
( Jakarta, Gunung Mulia, 2011), hlm 59
115
Jarot Wijanarko, saya mau kaya, ( Jakarta, Suara Pemulihan, 2003), hlm 80
52

demikian, iblis berusaha menjauhkan orang percaya dari Tuhan. Tozer mempertegas mengenai

tugas iblis dalam dunia ini:

Why doesnt the old devil, satan, give up and bow out of the picture when a person
becomes a believing Christian?. Although he is a dark and sinister foe dedicated to the
damnation of human, I think he knows that it is no use trying to damn a forgiven and
justified child of God who is in the Lords hand. So it becomes the devils business to
keep the Christians spirit imprisoned. He knows that the believing and justified
Christian has been raised up out of the grave of his sins and trespasses. From that point
on, satan works that much harder to keep us bound and gagged, actually imprisoned in
our own grave clothes. He knows that if we continue in this kind of bond age, we will
never be able to claim our rightful spiritual heritage. He knows also that while we
continue bound in this kind of enslavement we are not much better off than when we
were spiritually dead. This is the one reason why the Christian in todays churches are
behaving like a flock of frightened sheep, so intimidated by the devil that we cant
even say amen.116

Penjelasan yang dipaparkan oleh Tozer terlihat bahwa tugas iblis dalam dunia untuk

memisahkan hubungan Allah dari Tuhan. Iblis berkerja keras, sebab dia tidak mau sendirian

yang akan dilemparkan ke dalam dunia orang mati. Banyak cara yang dilakukan iblis supaya

orang percaya tidak mau menyembah Allah. Oleh sebab itu orang percaya harus memahami

dengan benar, apa yang dilakukan iblis dalam dunia ini sehingga tidak terperangkap dengan

tipu daya dari iblis.

Pemahaman Copeland mengenai mengenai Konsep Peran Iblis dalam dunia

merupakan sebuah ajaran yang bertentangan dengan Konsep mengikut Kristus. Adapun ajaran

Copeland mengenai Peran Iblis dalam dunia ini adalah untuk menarik manusia menjadi

miskin, sakit sebab Iblis adalah sumber penyakit dan kemiskinan sehingga setiap orang yang

miskin dan sakit adalah pengikut iblis. Peran Iblis yang sesungguhnya bukanlah menggoda

116
A. W. Tozer, I talk back to the devil, ( Penna: Christian Publication, 1972), p 9- 10
53

manusia menjadi sakit dan miskin melainkan menggoda manusia supaya jatuh ke dalam dosa

supaya pada akhirnya manusia menyangkal Yesus dan tidak mau lagi mengikut Yesus.

2. Kemiskinan tidak dapat dikaitkan dengan iman


Pemahaman Copeland mengenai Orang- Orang Kristen yang miskin disebut sebagai

orang yang tidak beriman adalah bahwa iman merupkan sebuah sarana untuk mendapatkan

berkat yang berkelimpahan dari Tuhan. Oleh sebab itu, jika orang Kristen yang mengalami

kemiskinan itu menunjukkan bahwa orang tersebut tidak memiliki iman. Dua argumentasi

dari Copeland mengenai Orang Kristen yang miskin disebut sebagai orang yang tidak

beriman dan penulis akan mengevaluasi secara kritis kedua argumentasi tersebut:
a. Allah yang maha Kaya
Copeland menyebutkan bahwa Allah menghendaki setiap orang percaya harus hidup

dalam kekayaan, bahkan menganggap kemiskinan sebagai sebuah dosa dan kutukan. Allah

yang maha kuasa memang memiliki kerinduan yang besar untuk mewujudkan kuasa- Nya

kepada orang percaya tetapi cara Allah dalam mewujudkan kuasa- Nya tidaklah hanya melalui

kekayaan saja, dan Allah dalam kemahakuasaannya dapat memberikan perhatian kepada

orang percaya. Allah tidak pernah mengatakan bahwa semua orang percaya harus kaya supaya

dengan kekayaan itu dapat menjadi kesaksian bagi orang yang belum percaya. Allah ingin kita

supaya mejadi saksi dalam dunia ini yakni melalui tindakan hidup kita sehari yakni menjadi

terang dan garam dunia ( Matius 5: 13- 16).117 Ayat- ayat yang dipakai oleh Copeland:

Yohanes 10: 10: Kedatangan Yesus ke sebagai gembalam menjelaskan bahwa untuk

memberikan kehidupan kepada domba- domba. Berlawanan dengan pencuri yaitu

membinasakan. Dia datang untuk menaruh kehidupan dalam kawanan domba- Nya yakni

gereja secara umum. kata Hidup dalam bagian ini menjelaskan kepada kehidupa kekal

yang telah Tuhan berikan. Kata kelimpahan dalam bagian ini tidak boleh hanya dipahami
117
Peter Cotterell, Prosperity Theology, p 31
54

secara jasmani saja sebab dalam ayat ini ada kata meberikan nyawanya kepada dombanya

artinya adalah bahwa ini berbicara kepada pengorbanan Kristus di kayu salib yang telah

memberikan hidup kepada manusia karena telah jatuh ke dalam dosa. baik kata Hidup maupun

kelimpahan lebih merujuk kepada berkat secara rohani yang didapat dalam pengorbanan

Yesus. Kata kelimpahanmempunyai arti rohani, bukan jasmani. Alasan Yesus datang kedam

dunia supaya orang yang mati rohani itu mempunyai hidup secara rohani. Konteks ini sama

sekali tidak berbicara kelimpahan secara jasmani tetapi mengenai rohani. Tujuan kedatangan

Yesus datang ke dalam dunia ini, dimana manusia telah mengalami kematian karena dosa dan

karena itulah Yesus datang kedalam dunia ini supaya manusia selamat dan mendapatkan

kehidupan yang berlimpah secara rohani.118 Dalam bahasa Yunani, kata kelimpahan memakai

kata perisso.n yang yang memberi penjelasan hidup yang terlepas 119

2 Korintus 8:9: Ada beberapa ayat yang perlu diperhatikan dalam ayat ini, pertama:

sekalipun Ia kaya, Ini merujuk pada pra- eksistensi Yesus Kristus ( band Yoh 1: 1; Filipi 2:

6- 7; Kolose 1: 17; Ibrani 1: 3, kedua: yang oleh karena kamu menjadi miskin, ini adalah

penekanan pada inkarnasi Yesus yang telah miskin yang diawali mulai dari kelahiran- Nya.

Keriga: supaya kamu menjadi kaya oleh kemiskinan- Nya, Paulus menggunakan Inkarnasi

Yesus dalam dua cara: 1). Dia datang untuk mati menggantikan kita untuk dosa- dosa kita

( Markus 10: 45), 2). Dia datang untuk memberi teladan bagi setiap manusia ( 1 Yohanes 3:

16). Definsi kekayaan dari bagian ini adalah: kekayaan rohani yang berorientasi pada

pelayanan bukannya kekayaan jasmani.120

118
Leon Morries, Expository Reflections on the Gospel of John, ( Grand Rapids, Baker Book
House, 1991), p. 376- 380
119
Herman, N. Ridderbos, Injil Yohanes suatu Tafsiran Theologis, ( Surabaya: Momentum,
2011), hlm 660
120
Charles F. Pfeiffer & Everett F. Harisson, The Wycliffe Bible Commentary, ( Malang:
Gandum Mas 2001), hlm 687- 689
55

Yesaya 53: 4: Ayat ini dikutip dalam Matius 8: 17 dalam kaitan dengan pelayanan

Yesus menyembuhkan orang sakit. Kata penyakit dalam bahasa Ibrani memakai kata

WnyEl'x\ artinya penyakit. Penyakit dalam konteks perjanjian Lama khususnya

dalam kitab Yesaya tidak hanya berbicara penyakit secara jasmani saja melainkan penyakit

secara rohani. Dalam Septuaginta memakai kata Amartias yang artinya dosa. Kemudian

dalam Matius 8: 17 memakai kata no,souj artinya Allah dengan manusia terpisah. Penekan

kata- kata yang sudah dipaparkan diatas menjelaskan bahwa penyakit yang dimaksud bukan

penyakit jasmani tetapi putusnya hubungan antara Allah dan manusia. Kitab Yesaya terkenal

dengan kitab nubuat tentang kedatangan Mesias untuk menyelamatkan manusia.

Menyelamatkan dalam bagian ini berbicara memulihkan hubungan manusia dan Allah yang

telah rusak.121 3 Yohanes 2: Kata yang diterjemahkan kata baik- baik dalam bahasa Inggris

memang memakai kata Prosperity tetapi dalam bahasa Yunani memakai kata euodoo

yang secara harfiah berarti mempunyai perjalanan baik, dipimpin pada jalan yang baik.

Menurut pengertian itu, doa pokok Yohanes adalah supaya orang percaya yang menempuh

jalan keselamatan dalam Kristus, mereka dapat berjalan dalam kehendak Allah dan kebenaran-

Nya. Kata Prosperty dalam bagian tidak boleh ditafsirkan secara jasmani saja sebab kata

prosperty atau baik- baik saja mengacu kepada perjalan kerohanian orang percaya yang baik-

baik saja.122

Allah adalah Allah yang mahakuasa dan Allah yang sempurna, didalam Dia tidak ada

sesuatupun yang tidak berasal dari Dia. Segala sesuatu telah dijadikan ( Kejadian 1) dan tidak

ada lagi yang lebih tinggi dari pada Allah, oleh sebab itu Allah tidak membutuhkan bantuan

John N. Oswalt, The New book of Isaiah Chapter 40- 66 ( Grand Rapid: William B.
121

Eerdmans Publishing Company, 1997), p. 384- 385


122
Charles F. Pfeiffer & Everett F. Harisson, The Wycliffe Bible Commentary, hlm 1071- 1075
56

dari yang lain. Berhubungan dengan kekayaan ini, Copeland berpendapat bahwa Allah adalah

Allah yang kaya tetapi kekayaan tersebut harus disalurkan kepada orang percaya supaya

kekayaan tersebut dapat bertambah. Pemahaman demikian bertentangan dengan

kemahakuasaan Allah, dan bahkan menjadikan Allah hanya sebagai perantaraan kekayaan saja

dan tidak memandang Allah sebagai sumber kekayaan itu. Copeland mengutip Yohanes 3: 30

tetapi salah menjelaskan maknanya. Ia berpendapat bahwa Allah tidak sempurna karena dalam

ayat ini dijelaskan bahwa: Ia ( Yesus) harus semakin besar tetap aku ( Yohanes) harus semakin

kecil. Penjelasan ini bukan berarti Allah yang tidak sempurna tetapi dalam konteks ayat ini,

Yohanes bersaksi bahwa kemuliaan hanya bagi Dia bukan kepada dia. Konteks kesaksian ini

berbicara penjelasan Yohanes bahwa dia bukan Mesias. Yesus adalah Mesias bukan

Yohanes sehingga yang layak dimuliakan hanyalah Yesus. Dalam bahasa Yunani, kata

semakin bertambah memakai kata auvxa,nein( artinya Increase dan dapat diartikan

diagungkan, dimuliakan.123

Pemahaman Copeland mengenai Allah yang maha kaya merupakan pemahaman yang

bertolak belakang dengan Konsep Mengikut Yesus. Copeland berpendapat bahwa setiap orang

yang percaya harus hidup dalam kekayaan. Pemahaman ini akan bertolak belakang dengan

konsep mengikut Yesus khususnya mengenai syarat- syarat mengikut Yesus yang telah

dipaparkan diatas. Adapun syarat- syaratnya adalah: meyangkal diri dan memikul salib.

Syarat- syarat ini menjelaskan bahwa setiap orang yang percaya pada Yesus justru harus

menderita. Oleh sebab itu, pemahaman Copeland mengenai Allah yang maha kaya tidak benar

karena bertolak belakang dengan konsep mengikut Yesus yang benar.

b. Iman

123
Peter Cotterell, Prosperity Theology, p 29
57

Copeland menyebutkan bahwa iman sebagai unsur yang sangat penting dalam

kekristenan khususnya dalam mencapai kemakmuran. Iman harus diarahkan untuk mencapai

kemakmuran saja. Iman merupakan hal yang sangat penting dalam kekristenan karena hanya

melalui imanlah manusia beroleh pengharapan dari Tuhan. Iman bukanlah usaha manusia,

melainkan pemberian dari Allah yang diberikan kepada manusia dengan Cuma- Cuma. Tujuan

utama iman dalam hidup orang percaya harus diketahui dengan baik oleh semua orang

percaya karena kekristenan adalah sebuah agama yang didasari pada iman. Tujuan iman

adalah untuk mendapat hidup yang kekal bukan untuk kekayaan semata. Sebab itu, jangan
124
pernah mengukur iman berdasarkan kekayaaan yang dimiliki seseorang. Gillespie

berpendapat:
Faith is presented as something given in scripture. We possess it, we use it every day,
we are not really human without it. One distinguishing mark of human kind is our
ability to place some sort of credence in something or someone and then order our life
around that commitment. In a grammatical sense, faith is a noun, a verb, and it
possesses an object. It is a noun in that it is a thing we think we possess; it is a verb
in that it is a process, a sense of presence, or a movement; it possesses an object, which
receives the action faith. We know if there is faith when we act. We know what
faith is when we use understand faithfulness. One believe in, trust in, rest in,
something or some one. Then trustworthiness of the faith object is more significant
than the actual experience of faith. The actual presence of faith and its concomitant
surety is directly related to the object in which we have faith. And Faith is grace from
God to worship Him.125

Penjelasan Gillespie mengenai iman dapat dilihat bahwa iman bukanlah sebuah sarana

untuk mendapat kemakmuran dalam hidup orang percaya. Dalam penjelasan terakhir dari

Gillespie diungkapkan Faith is grace from God to worship Him, artinya menjelaskan bahwa

iman adalah anugerah Allah dan tujuannya untuk menyembah Tuhan. Manusia tidak boleh

berusaha untuk mendapatkan iman seperti yang diajarkan oleh penganut teologi kemakmuran

bahkan mereka menyalah artikan tujuan iman tersebut.


124
Peter Cotterell, Prosperity Theology, p 27
125
V. Bailey Gillespie, The Experience of faith, ( Alabama: Religious Education Press, 1988),
p 24
58

Copeland tidak melihat tujuan iman secarah utuh, beliau hanya mengarahkan iman

kepada hal- hal yang berbau lahiriah saja tanpa melihat rahasia penyelamatan dalam iman.

penekanan iman tidak hanya kepada hal- hal yang jasmani saja khususnya dalam hal

mendapat kemakmuran tetapi keselamatan yang secara rohani ( Roma 1:16- 17). Penekanan

iman yang dijelaskan Copeland adalah penekanan iman yang timpang bahkan tidak akan

menghasilkan tujuan hidup orang percaya tersebut. Jika iman diaplikasikan kepada berkat

jasmani saja, maka Allah percuma menjelma menjadi manusia sebab tujuan Allah menjelma

menjadi manusia adalah untuk menyelamatkan manusia secara rohani. Iman menurut

Copeland tidak boleh diaplikasikan kepada hal jasmani saja yakni berkat- bekat dunia.126

Selain itu Copeland tidak memahami bahwa iman dihaslikan bukanlah melalui usaha

manusia seperti rajin berdoa, rajin baca Alkitab tetapi sesungguhnya iman hanya di dapat

melalui pemeberian atau anaugerah Allah semata dan semua itu akan diatur oleh hak Allah.

Dalam Efesus 2:8-9 dikatakan bahwa manusia diselamatkan oleh iman dalam kasih karunia

Allah bukanlah sebaliknya melalui usaha manusia. Oleh sebab itu manusia tidak perlu

mengumpulkan kebaikan bahkan menyiksa diri untuk mendapatkan iman karena Allah sudah

memberikan iman dalam anugarah Allah. Kesalahan Copeland yang fatal adalah bahwa

dengan adanya iman dalam kehidupan orang percaya maka orang tersebut dapat mengguncang

surga bahkan dapat memaksa Tuhan supaya memberikan kebutuhan orang percaya. Iman

demikan adalah iman yang salah dan tidak alkitabiah sebab pernyataan demikian akan

menimbulkan bahwa Iman lebih besar dari pada Allah sehinga iman dapat mengguncang Allah

dan memaksa Allah untuk memberikan kebutuhan orang percaya. Iman ada disebabkan oleh

Allah. Dalam Ibrani 11 dijelaskan bahwa Iman adalah: dasar dari segala sesuatu yang kita
126
Peter Cotterell, Deviation Prosperity Theology, ( Legicester: Religious and Theological
Fellowship, 1998) p 45- 49
59

harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Kata harap dan kata tidak kita

lihat mengacu kepada Allah sebab kata harap menjelaskan kepada Allah yang adalah

sumber Pengharapan dan kata tidak kita lihat juga mengacu kepada Allah karena

pengaharapan terhadap oknum yang tidak kita lihat adalah kepada Allah. Dari ayat ini dapat

dilihat bahwa bukan iman lebih besar dari Allah sehingga iman sanggup mengguncangkan

Allah tetapi iman adalah pemberian Allah karena iman yang diberikan Allah kepada manusia

adalah supaya manusia mengenal Allah bukan supaya iman mengguncangkan Allah. iman

berarti sarana yang diberikan atau dianugerahkan Allah kepada manusia supaya manusia

mengenal Allah.127

Pemahaman Copeland mengenai iman merupakan pemahaman yang bertolak belakang

dengan konsep mengikut Yesus dengan benar. Adapun pemahaman Copeland mengenai iman

adalah sebagai sarana untuk mendapat hal- hal jasmani bahkan memutlakkan bahwa iman

berfungsi untuk menggapai hal- hal yang jasmani semata. Pemahaman ini bertentangan

dengan konsep mengikut Yesus khususnya Upah mengikut Yesus. Upah mengikut Yesus yang

diperoleh melalui iman adalah mendapat hidup kekal bukan kehidupan jasmani.

3. Sakit tidak berarti tidak mengalami kehadiran Allah


Pemahaman Copeland mengenai Orang Kristen yang sakit disebut sebagai orang

yang tidak mengalami kehadiran Allah adalah bahwa penyakit merupakan sebuah hal yang

tidak berkenan dihadapan Allah dan bahkan menganggap orang yang mengalami penyakit

disebut orang yang mengalami kutukan. Oleh sebab itu, jika orang Kristen mengalami

penyakit maka Allah tidak akan hadir dalam kehidupannya . Dua argumentasi dari Copeland

mengenai Orang Kristen yang sakit disebut sebagai orang yang tidak mengalami kehadiran

Allah dan penulis akan mengevaluasi secara kritis kedua argumentasi tersebut:
127
Peter Cotterell, Deviation Prosperity Theology, p.,50
60

a. Mujizat
Copeland menyebutkan bahwa dua hal yang menarik yang saling mendukung dalam

ajarannya yaitu orang percaya harus kaya dan orang percaya harus sehat. Allah mau hadir dan

memberi kesembuhan dan bahkan mau menjawab doa hanyalah orang yang memiliki

kekayaan dan kesehatan, tetapi orang yang sakit dan juga miskin, Allah tidak akan hadir

bersamanya dan tidak akan mendengar segala permintaannya.


Dalam ajaran Copeland ada sebuah istilah kuota iman. kuota iman yang dimaksud

adalah bahwa ketika orang percaya yang mengalami penyakit tetapi hidup dalam kekayaan

akan mendapatkan mujizat dan orang percaya yang mengalami kemiskinan tetapi hidup dalam

kesehatan akan mendapat mujizat. Satu hal yang perlu diketahui dari ajaran Copeland bahwa

inti dalam ajarannya menekankan Kesehatan dan kekayaan. Kesehatan dan kekayaan hanya

didapat melalui iman saja. Oleh sebab itu Allah hanya memberikan mujizat kepada orang yang

memiliki iman. Orang yang sakit tetapi kaya akan mendapatkan mujizat dari Tuhan karena

orang tersebut sakit tetapi karena orang tersebut masih memiliki kouta iman dalam kekayaan,

maka orang tersebut akan mendapatkan mujizat kesembuhan. Demikian sebaliknya, orang

yang miskin Tetapi hidup sehat akan mendapat mujizat karena masih mendapat kouta iman

didalam kesehatan. Akan tetapi orang yang tidak memiliki kedua- duanya, maka orang

tersebut tidak akan mendapatkan mujizat dari Allah.128

Mujizat diberikan kepada semua orang bahkan semua orang dapat meminta dan

menerima mujizat dari Tuhan. Seseorang tidak menerima mujizat dari Tuhan bukanlah karena

masalah kuota iman tetapi karena Allah ingin menyatakan kehendak-Nya dalam hidup orang

tersebut. Pemberiaan mujizat kepada orang percaya bukanlah berdasarkan apa yang ada dalam

diri manusia melainkan berdasarkan pemberian Allah sebab jika pemberian mujizat dilakukan

128
Peter Cotterell, Deviation Prosperity Theology, p 87
61

berdasarkan apa yang ada dalam diri manusia, maka semua orang tidak akan mendapatkan

mujizat sebab semua orang tidak ada yang sempurnah dihadapan Allah. Dalam memahami

mujizat tidak boleh hanya dilihat dari hal- hal yang luar biasa saja tetapi mujizat harus

didefinisiskan segala sesuatu yang ada dalam diri manusia seperti bernafas, berjalan adalah

mujizat. Bernafas berasal dari Tuhan bahkan ini merupakan mujizat yang dari Tuhan dan

semua orang mendaptkannya berarti semua orang telah menerima mujizat. Kalau Allah tidak

memberikan mujizat ini, maka semua orang akan meninggal.129

Kisah Lazarus dalam Lukas 16: 19- 31 dijelaskan bahwa Lazarus adalah orang miskin

bahkan orang yang mengalami penyakit. Tetapi dalam realitanya ketika Lazarus meninggal

beberapa hari, Allah justru memberikan mujizat diluar pemikran manusia yang terbatas yakni

kebangkitan. Kisah ini dapat menjelaskan bahwa argument Copeland yang mengatakan

tentang kuota iman tidak berlaku sebab jika ajaran itu diterima, maka Copeland terjebak pada

kisah kemiskinan dan penyakit dari Lazarus. Dalam hal ini, orang yang belum percayapun

juga menikmati mujizat ini. Pemahaman Copeland mengenai mujizat masih begitu sempit

sehingga beliau tidak menyadari bahwa segala sesuatu dalam diri manusia adalah mujizat dari

Tuhan bahkan semua orang yang belum percayapun menerimanya.130

Kuota iman bukanlah ajaran yang berasal dari Tuhan sebab berbicara tentang kouta

iman adalah usaha manusia dalam mengumpulkan kekuatan iman supaya sanggup menerima

mujizat dari Tuhan. Dalam doktrin yang benar, seseorang dapat mengenal Allah bukanlah

karena manusia memiliki kesanggupan untuk melihat Allah tetapi karena Allah

menganugerahkan iman kepada orang tersebut sehingga dapat melihat Allah. Iman adalah

129
Ibid, p 88
130
Paul Osterman, Securing Prosperity, p 67
62

pemberian Allah bukan usaha manusia sebab itu kouta iman bukanlah ajaran yang dari

Kristus. selain itu juga ajaran kuota iman menjadikan manusia lebih mengejar kekayaan dan

kesehatan demi mendapatkan kuota yang lebih banyak lagi sehingga mengabaikan perintah

perintah Allah supaya menjadi terang dan menghasilkan buah iman dalam dunia ini.

Ketimpangan ajaran kuota iman terlihat ketika seseorang hidup kaya tapi mengalami penyakit,

maka orang tersebut mendapat mujizat demikian juga orang sakit tetapi hidup kaya akan

mendapatkan mujizat juga. Ajaran demikian membuat orang percaya hidup dalam kemalasan

karena akan berpikir satu diatara keduapun ( sehat dan kaya) dimiliki akan tetap mendapat

mujizat. Allah tidak suka dengan kemalasan ( band Amsal 6: 6; 6: 9).131

Konsep mujizat harus dipahami dengan baik bahwa seseorang berhak menerima

mujizat berdasarkan anugerah Allah. Allah tidak pilih kasih dalam memberi mujizat. Mujizat

terjadi dalam kehidupan seseorang bukan karena apa yang ada dalam diri manusia tetapi

melalui anugerah Allah. Jika seseorang tidak mendapat mujizat, itu bukan karena Allah tidak

mencintai tetapi karena Allah mempunyai rencana lain untuk mendatangkan hidup yang lebih

baik dalam hidup orang tersebut.

Pemahaman Copeland mengenai Mujizat merupakan sebuah ajaran yang bertolak

belakang dengan konsep mengikut Yesus. Copeland memahami mujizat hanya hal- hal yang

spektakuler saja, sementara hal- hal sederhana tidak diperhatikan sama sekali. Mujizat yang

benar adalah segala sesuatu yang terjadi dan yang ada dalam hidup manusia merupakan

mujizat dari Tuhan dan semua orang mengalaminya tidak hanya orang yang kaya dan yang

sehat saja. Berdasarkan pemahaman yang diajarkan oleh Copeland bahwa hanya orang yang

sehat dan kaya yang mengalami mejizat dan didengar Doanya maka sekarang dapat dibantah
131
Ibid 1
63

semua orang boleh mengalami mujizat bahkan doanyapun bisa didengar berdasarkan

kedaulatan Tuhan.

b. Kehadiran Allah
Copeland menyebutkan bahwa Allah menghendaki supaya setiap orang percaya harus

hidup dalam kesehatan secara fisik, dan kalau sakit maka Allah tidak hadir dalam kehidupan

orang tersebut. Banyak kisah dalam Alkitab yang menjelaskan bahwa Yesus melakukan

mujizat kepada orang- orang yang sakit, mulai dari buta menjadi melihat, lumpuh dapat

berjalan, yang tuli dapat mendengar bahkan orang telah mati dapat bangkit kembali. Ketika

Yesus dalam dunia, Yesus menyembuhkan orang- orang sakit berdasarkan sentuhan tangan

sekalipun Yesus dapat menyembuhkan dengan perintah/ucapannya. Kisah penyembuhan yang

dilakukan oleh Yesus dengan memberi sentuhan fisik menunjukkan hubungan yang dekat

antara Yesus dengan orang sakit. Tidak bisa disangkali lagi bahwa Yesus dalam kitab suci

melakukan banyak mujizat kepada orang- orang yang sakit. Selama Yesus ada dalam dunia

ini, penyembuhan kepada orang yang mengalami penyakit merupakan cara yang dilakukan

Yesus untuk memberitakan Injil bahwa diri- Nya adalah Allah. Kesembuhan yang dilakukan

Yesus kepada orang yang sakit adalah peristiwa yang telah dicatat oleh Alkitab bahkan dalam

Alkitab itu sendiri Yesus tidak pernah mengusir bahkan memberi pemisahan kepada orang-

orang yang sakit.132 Robirosa menambahkan:


Jika Allah memang membenci orang yang mengalami penyakit, maka Allah tidak
mungkin memberi kesembuhan didunia ini. Setiap orang yang sakit atau bentuk
apapun penyakit yang dialami akan bersiap- siap menunggu kepada kematian, sebab
Allah tidak mau menyembuhkan orang- orang yang sakit bahkan Allah tidak mau
hadir bersama- sama dengannya. Tetapi fakta dan ajaran teologi Kemakmuran sangat
berbeda, selama saya hidup dalam dunia ini, saya banyak menemukan orang sakit
sembuh bahkan orang yang mengalami sakit parah sekalipun, saya masih melihat
pertolongan Tuhan kepada orang sakit itu. Tentu ini adalah bukti kehadiran Allah

132
Bob Larson, Membongkar Tipu Daya Iblis, ( Yokyakarta, Andi, 2001), hlm 201- 205
kepada orang sakit itu, sebab dalam dunia ini tidak yang terjadi diiluar kehendak
Tuhan. 133

Berdasarkan pemaparan yang dijelaskan oleh Robirosa dapat dilihat bahwa Allah tidak

pernah mengatakan bahwa Allah membenci atau tidak mau tinggal bersama- sama dengan

orang yang mengalami penyakit. Terlepas dari perkataan Yesus dalam Alkitab, secara praktis

dan pengalaman yang dilihat oleh Robirosa dalam kehidupannya bahwa Allah memberi

kesembuhan kepada orang yang mengalami penyakit bahkan penyakit parah sekalipun.

Seperti yang sudah dijelaskan oleh Robirosa yang mengatakan segala sesuatu tidak ada yang

diluar kehendak Tuhan. Mungkin orang yang sakit itu, sembuh karena tenaga medis, tetapi

kembali kepada perkataan Robirosa. Jika memang Allah membenci dan tidak mau tinggal

kepada orang sakit, maka orang sakit tidak akan sembuh sekalipun bantuan medis.

Copeland dalam ajarannya mengenai Allah tidak hadir kepada orang sakit

menjelaskan mengenai bahwa Allah tidak mau bergaul, bahkan tidak mau mendengarkan

setiap doanya. Dengan kata lain, Allah tidak menyebut orang- orang yang sakit itu sebagai

Anak- anak Allah. Ajaran yang demikian menjadikan Allah sebagai Allah yang kejam bahkan

Allah yang mendiskriminasi ciptaan-Nya sendiri sementara Allah memperkenalkan diri- Nya

sebagai pribadi kasih yang telah menyerahkan nyawa-Nya kepada manusia ( Yohanes 3:

16).134 Kuswanto berpendapat:

Tidak ada dalam Alkitab yang memberi penjelasan bahwa Allah mendiskriminasi
orang. Jika Allah mendiskriminasi orang, maka Allah lebih kejam dari penjahat, sebab
saya sebelum bertobat adalah orang yang terjahat tetapi saya tidak pernah
mendiskriminasi orang. Jika Allah mendiskriminasi orang, maka saya dengan berani
mengatakan bahwa saya tidak akan percaya lagi kepada-Nya. Tetapi selama saya
menjadi orang percaya bahkan membaca kitab Suci, saya tidak pernah melihat bahwa
Allah itu mendiskriminasi orang. Teologi kemakmuran adalah sebuah ajaran yang
133
S. Christian Robirosa. S, Teologi Kemakmuran, hlm 60
134
Peter Cotterell, Prosperity Theology, p 45

34
65

tidak perlu dianut oleh orang percaya karena teologi ini membawa kita kepada
kejatuhan iman dan tidak mengenal sosok Kristus dengan benar.135

Kuswanto mengkritis teologi Kemakmuran dengan perbandingan antara doktrin

teologi kemakmuran dengan pengalaman dan juga antara teologi kemakmuran dengan

Alkitab. Berdasarkan pengalaman Kuswanto mengatakan bahwa beliau tidak pernah melihat

dalam kehidupan sehari bahwa Allah mendiskriminasi manusia khususnya dalam sakit-

penyaki. Berdasarkan Alkitab, Kuswanto juga mengatakan bahwa beliau tidak pernah melihat

dalam Alkitab bahwa Allah mendiskrimasi manusia.

Kehadiran atau ketidak hadiran Allah dalam kehidupan orang bukan disebabkan oleh

karena seseorang mengalami penyakit atau tidak mengalami penyakit, tetapi disebabkan oleh

iman orang tersebut didalam Kristus. Allah hadir didalam kehidupan orang percaya jikalau

orang tersebut mengimani bahwa Allah hadir, sekalipun orang tersebut mengalami sakit

seperti buta, tuli, dll, jika orang tersebut meyakini kehadiran Allah, maka Allah akan hadir

bersamanya.136 Penafsiran terhadap 1 Korintus 6: 19 harus ditafsir dengan baik. Ayat ini

bukanlah berbicara tentang sakit- penyakit sebagai penghalang Allah hadir didalam hidup

manusia yang adalah bait Allah melainkan tindakan manusia yang tidak berkenan dihadapan

Allah, itulah yang menghalangi Allah hadir dalam hidup orang percaya.137

Dalam Doktrin Teologi Kemakmuran menurut Kennet Copeland yang dievalusai

secara kritis diatas maka penulis dapat melihat bahwa Teologi Kemakmuran menurut

Copeland merupakan sebuah ajaran yang menyesatkan sebab Copeland melandasi ajarannya

135
Cornelius Kuswanto, Teologi Kemakmuran- menjatuhkan iman, Teologi Salib menguatkan
iman ( dengan tinjauan khusus Mazmur 73, Jurnal Pelita zaman 6 ( 1991), hlm 45
136
Peter Cotterell, Prosperity Theology, 78
137
Peter Cotterell, Prosperity Theology, 30
66

berdasarkan Alkitab tetapi tidak dapat menafsirkan dengan baik bahkan menyesatkan. Iman

salah ditafsirkan, iman hanya saba gai sarana untuk mendapat kekayaan dan kesehatan,

bahkan iman lebih besar dari Allah. Doktrin iman merupakan ajaran fundamental, sebab itu

jika seseorang salah dalam memahami iman, maka orang tersebut bukanlah orang yang

memahami Alkitab dengan baik. Demikian halnya bahwa Copeland salah memahami iman,

sehingga Copeland tidak memahami Alkitab dengan baik dan ajarannya harus dihindari atau

disingkirkan dari kehidupan orang percaya.

Pemahaman Copeland mengenai Kehadiran Allah merupakan sebuah pemahaman

yang bertolak belakang dengan konsep mengikut Yesus. Adapun konsep Copeland mengenai

kehadiran Allah adalah bahwa Allah hanya hadir kepada orang orang yang sehat bahkan Allah

membenci penyakit. Tentu, pemahaman ini sangat berlawanan denga Konsep mengikut Yesus,

sebab dalam Konsep mengikut Yesus,Yesus tidak membeda- bedakan manusia, baik miskin

maupun kaya, sakit ataupun sehat, sebab semuanya sama dihadapan Allah, bahkan siapun

boleh mengikut Yesus.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penulisan ini ditujukan kepada pemimpin- pemimpin gereja dan jemaat supaya

terhindar dari pengajaran Teologi Kemakmuran. Teologi Kemakmuran menurut Kenneth

Copeland merupakan sebuah ajaran yang menekan kan bahwa setiap orang percaya harus

hidup dalam kesehatan secara fisik dan kekayaan secara jasmani. Ajaran ini sangat

menekankan pentingnya iman dalam kehidupan orang percaya, akan tetapi iman yang

ditekankan dalam ajaran berbeda dengan iman yang dicatat dalam Alkitan yakni iman yang

menyelamatkan setiap orang percaya. Iman dalam ajaran ini memberi penjelasan bahwa setiap

orang percaya harus memiliki iman dengan tujuan untuk mendapat kemakmuran dalam hidup

secara jasmani. Orang percaya harus memiliki iman yang sungguh- sungguh untuk meraih

kemakmuran karena hanya melalui imanlah orang percaya bisa mendapatkan kemakmuran

yang telah dijnjikan Tuhan dalam kehidupan orang percaya.

Ajaran Copeland adalah sebuah ajaran yang tidak pernah diajarkan oleh Yesus Kristus,

sebab Allah tidak pernah menekankan Kemakmuran sebagai standard iman seseorang justru

Yesus menyuruh murud- murid- Nya pada masa itu supaya rela menyerahkan nyawanya demi

mengikut Yesus. Pemahamn iman menurut Copeland begitu meyimpang, beliau memahami

iman adalah sesuatu yang luar biasa bahkan lebih besar dari Allah, sehingga argumennya

berpendapat bahwa setiap orang percaya yang memiliki iman dapat mengguncangkan surge.

Artinya setiap permintaan yang diminta oleh orang percaya itu pasti diberikan oleh Tuhan,

66
68

bahkan dengan iman yang dimiliki oleh orang percaya tersebut maka iman itu sanggup

mengubah kehendak Allah. Konsep iman yang demikian bukanlah iman demikian. Iman

adalah anugerah atau pemberian dari Allah supaya manusia dapat mengenal Allah. iman

bukanlah lebih tinggi dari Allah sehingga iman dapat mengguncangkan surga justru

sebaliknya, Iman adalah pemberian Allah kepada manusia. Ajaran Teologi Kemakmuran

menurut Kenneth Copeland adalah:

1. Orang Kristen yang miskin disebut sebagai Pengikut Iblis

Ajaran ini merupakan sebuah ajaran yang salah sebab menekankan bahwa iblis adalah

segala kemiskinan sehingga orang percaya yang miskin disebut sebagai pengikut iblis. Fakta

dan ajaran Alkitab justru mengajarkan bahwa orang percaya harus hati kepada iblis sebab

banyak cara yang dilakukan iblis untuk menjatuhkan orang percaya ke dalam dosa dan cara

yang ampuh adalah dengan menawarkan kakayaan dan kenimatan dunia ini. Disisi lain, waktu

iblis mencobai Yesus, justru iblis mencobai Yesus denga kekayaan yang dimiliki oleh iblis.

Hal ini terlihat bahwa iblis bukanlah sumber segala kemiskinan.

2. Orang Kristen yang miskin disebut sebagai orang yang tidak beriman

Ajaran ini menekankan bahwa orang percaya harus hidup dalam kekayaan sebagai

wujud dari iman yang dimiliki sehingga orang yang tidak memiliki kekayaan adalah orang

yang tidak beriman. Fakta dan ajaran Alkitab tidak mengajarkan demikian sebab banyak tokoh

Alkitab yang terkenal imannya justru hidup dalam kemiskinan seperti Paulus bahkan Yesus

sendiri ketika hadir dalam dunia ini, Yesus bukanlah orang yang miskin melainkan orang

miskin. Kemiskinan Yesus dapat dilihat mulai dari kelahairannya yang dilahirkan di kandang

binatang.
69

3. Orang Kristen yang sakit disebut sebagai orang yang tidak mengalami kehadiran Allah

Ajaran ini mengajarkan bahwa orang yang sakit, Allah tidak akan hadir dalam

hidupnya. Ajaran ini menegaskan bahwa sakit adalah symbol kenajisan dihadapan Allah sebab

kenajisan hanya berasal dari iblis. Oleh sebab itu Allah tidak terkontaminasi dengan iblis

sehingga Allah berusha menjauh dari kehidupan orang yang sakit sebab orang sakit itu sudah

terkontaminasi dengan Iblis. Fakta dan ajaran Alkitab tidak mengajarkan demikian, sebab

Allah tidak pernah mendiskriminasi manusia, bahka Alkitab jelas mengatakan bahwa tujuan

kedatanga Allah dalam dunia ini untuk menyatukan baik orang Yahudi maupun orang Yunani.

Dari gambaran ini terlihat bahwa sifat Allah adalah pemersatu bukan pemisah manusia. Fakta

dalam Alkitab juga mengajarkan bahwa Yesus banyak melakukan mujizat kepada orang yang

sakit bahkan sampai sekarang Allah juga masih memberikan karunia itu kepada orang percaya

supaya dapat menyembuhkan orang yang sakit. Penjelasan ini dapat dilihat bahwa Alkitab

tidak pernah mengajarkan bahwa Allah membenci orang yang sakit atau bahkan tidak hadir

dalam kehidupan orang yang sakit.

B. Saran

Konse p Mengikut Kristus merupakan kosep yang terpenting dari ajaran kekristenan.

Oleh sebab itu penulis menghimbau baik kepada para pendeta, penginjil yang telah belajar

dalam dunia pendidikan teologi yang benar harus menjelaskan arti konsep ini dengan baik

kepada jemaat yang dilayani supaya tidak menerima ajaran- ajaran yang muncul dizaman

sekarang ini tanpa membandingkan dengan Alkitab sebab banyak ajaran- ajaran yang muncul

dan yang berkembang dizaman ini. Setiap ajaran yang telah berkembang bahkan yang akan

berkembang dizaman ini harus diperhatikan dengan saksama, apakah ajaran itu merupakan
70

ajaran yang alkitabiah atau tidak supaya gereja diamana pendeta atau penginjil sedang

melayani tidak terpengaruh dengan ajaran- ajaran yang berkembang di zaman ini.138 Bagi

pendeta atau penginjil yang mungkin tidak belajar dalam dunia pendidikan dengan benar yang

mungkin hanya 4 bulan atau 6 bulan belajar dalam pendidikan kependetaan tanpa memiliki

gelar Sarjana Theologi sudah seharusnya belajar lebih banyak lagi sebab dunia dimana kita

melayani Tuhan bukanlah dunia yang biasa saja tetapi banyak hal- hal yang harus dihindari

dari ancaman sijahat.139 Bagi pendeta atau penginjil yang mungkin sudah memiliki gelar

sarjana Theologi tetapi kampus diamana dia mengambil sarjana itu memiliki doktrin yang

tidak mendasar dalam berteologi, Sudah seharusnya lebih banyak belajar teologi yang benar

sebab seorang gembala harus siap- sedia bahkan harus rela mati demi domba- dombanya.

Demikian juga seorang pendeta atau penginjil yang telah menggembalakan sebuah gereja

harus mempersejatai dirinya dengan pemahaman yang demikian. 140 Oleh sebab itu seorang

pendeta atau penginjil yang telah melayani Tuhan sudah sepatutnya banyak belajar

pendidikan theologi bahkan harus banyak memperlajari tentang isi Alkitab sehingga dengan

demikian pendeta atau penginjil yang telah menggembalakan gereja dimana melayani dapat

membimbing jemaatnya bahkan mengarahkan jemaat kepada sebuah ajaran yang benar dan

terbebebas dari pengaruh- pengaruh ajaran yang berkembang di zaman ini.141

138
C. Peter Wagner, Gereja saudara dapat Bertumbuh, ( Malang: Gandum Mas, 1976), 139
139
Agus Wiyanto, Rapor Excellent Pendeta, ( Yokyakarta: Gloria Graffa, 2010), hlm 85- 86
140
Stephen Tong, Kerajaan Allah, Gereja dan Pelayanan, ( Surabaya: Gandum Mas, 2001),
hlm 51
Bob Kauflin, Worship Matters: Menuntun Umat Allah mengalami Kebesaran Allah dalam
141

Ibadah, ( Bandung: Lemabaga Literatur Babtis, 2010), hlm 30- 34


71

Daftar Pustka

Buku

A. Hoekema, Anthony, Created in Gods Image, Grand Rapids: Zondervan Bible Publishers,
1988

Baldwin, Stan, Permainan Iblis, Bandung, Yayasan Kalam Hidup, 1971

B. Ferguson, Sinclair, Children of Living God, Surabaya: Momentum, 2003

Bambang Mulyono, Y. Teologi Ketabahan, Jakarta: Gunung Mulia, 1996

Bonhoeffer, Dietrich, Mengikut Yesus, Jakarta: BPK Gunung Mulia,1998

Cerullo, Morris, The back Side of Satan, La Habra, Creaton House, 1973

Copeland, Kenneth, Blessed to be A Blessing, Fort Worth: KCP Publication, 1947

Copeland, Kenneth, Force of Righteousness, Fort Worth: KCP Publication, 1983

Copeland, Kenneth, The Laws of Prosperity, Fort Worth: KCP Publications, 1989

Copeland, Kenneth, What Happenend from the Cross to the Throne, Forth Worth: KCP

Publications, 1988

Copeland, Kenneth, The Force of Love, Fort Worth: KCP Publications, 1987

Copeland, Kenneth, Prosperity promises, ( Fort Worth: KCP Publication, 1948

Copeland, Kenneth, Covenant Blood, Fort Worth: KCP Publication, 1947

Copeland, Kenneth, Faith to Faith, Fort Worth, KCP Publications, 1986

Copeland, Kenneth, Pursuitn of His Presence, Fort Worth: KCP Publications, 1980

Copeland, Kenneth, Believers Voice of Victory, Forth Worth: Kenneth KCP Publications,

1987

Copeland, Kenneth, Faith to faith, Fort Worth: KC Publications, 1988

Copeland,Kenneth, PROSPERITY, The Choice is yours, Fort Worth: KCP Publications, 1989
72

Copeland, Kenneth, The Blessing of The Lord, Forth, KCP Publications, 2011

Cotterell, Peter, Prosperity Theology, Legicester: Religious and Theological Fellowship, 1993

Cotterell, Peter, Deviation Prosperity Theology, Legicester: Religious and Theological

Fellowship, 1998

Copeland, Kenneth, He did it all for you, Forth Worth: Kenneth KCP Publications, 1988

Dale Bruner, Frederick, Matthew, London: Word Publishing, 1990

E. Founation,Daniel, Yesus? Siapa Dia? Bandung: Lembaga Literatur Babtis, 2003

E. Hagin ,Kenneth, Cara berpikir yang benar dan yang keliru, Jakarta, Yayasan Pekabaran

Injil IMMANUEL 1987

E. Hagin, Kenneth, The Woman Question, Greensburg, Manna Christian Outreach, 1975

Edwards, Jonathan , Pengalaman Rohani Sejati, Surabaya: Momemtum , 2011

F. Pfeiffer, Charles & F. Harisson, Everett, The Wycliffe Bible Commentary, Malang: Gandum

Mas 2001

F Bosworth, F, Prosperity Theology, New Jersey: Fleming H. Revell Company, 1983

Gillespie, Bailey, V, The Experience of faith, Alabama: Religious Education Press, 1988

G. Caram,Paul, Mengubah Kutuk menjadi Berkat Jakarta, Nafiri Gabriel 1972

Graham Lotz, Anne, Visi Kemuliaan Allah, Bandung: Lembaga Literatur Babtis

Ham, Ken, dkk, Jawaban Pasti, YokyakartaL: ANDI, 1990

Herlianto, Teologi Sukses, Jakarta: Gunung Mulia, 1993

Herlianto, Humanisme dan Gerakan Zaman baru, Bandung, Kalam Hidup, 1991

Hinn, Benny, DARAH Kuasanya Dari Kejadian sampai Yesus sampai kepda anda, ( Jakarta:

Yayasan Pekabaran Injil IMMANUEL, 1993

H. Crosby,Michael, Apakah Engkau Mengasihi Aku?, Jakarta: Gunung Mulia, 2009


73

James, William, The Varieties of Religious Experience, New Work: A Mentor Book, 1958

J. Baan, G, Tulip: Lima pokok ajaran Calvinisme, Surabaya, Momentus, 2012

Jacob S. Y,T, Siapa Yesus Kristus menurut Perjanjian Baru, Yokyakarta: Kansius, 1981

Kauflin, Bob, Worship Matters: Menuntun Umat Allah mengalami Kebesaran Allah dalam

Ibadah, ( Bandung: Lemabaga Literatur Babtis, 2010

L. Pratt, Richard, Menaklukan segala pikiran kepada Kristus, Malang: SAAT, 1994

Law, Terry, The Power of Praise and Worship, Tulsa: Victory House Publishers, 1985

Lempp, Walter, Tafsiran Kedjadian, Jakarta: Badan Penerbit Kristen, 1964

1988

L. Blomberg,Craig, Tidak miskin tetapi juga tida kaya; teologi Alkitab tentang Kepemilkan,

Jakarta, Gunung Mulia, 2011

L. Ch. Abineno,J, Aku percaya kepada Allah, Jakarta: Gunung Mulia, 1983

Louis Cole, Edwin, Kunci Keberhasilan: Nikmat hidup berkemenangan, Jakarta: Yayasan

Pekabaran Injil Imanuel,2004

Larson, Bob, Membongkar Tipu Daya Iblis, Yokyakarta, Andi, 2001

Mardimin, Yohanes kritis proses pembangunan di Indonesis, Yokyakarta: Kansius, 1996

M. Drescher, John ,Follow Me; Christian discipleship for today, Scottdale, Hearld Press, 1971

Maxwell, John, Patners in prayer, Batam: Interaksa, 1999

Morries, Leon, Expository Reflections on the Gospel of John, Grand Rapids, Baker Book

House, 1991

N. Ridderbos, Herman, Injil Yohanes suatu Tafsiran Theologis, Surabaya: Momentum, 2011

N. Oswalt, John, The New book of Isaiah Chapter 40- 66 Grand Rapid: William B. Eerdmans

Publishing Company, 1997


74

Nolland, John, The Gospel of Matthew, Michigan: Grand Rapids, 2005

Osterman, Paul, Securing Prosperity, New Jersey: Princeton University Press, 1999

Peter Wagner, C, Gereja saudara dapat Bertumbuh, Malang: Gandum Mas, 1976

Palmer, Edwin , Lima Pokok Calvinisme, Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1996

Piper, John, Penderitaan Yesus Kristus, Surabaya, Momentum, 2005

Piper, John, Kesukaan Allah, Surabaya: Momentum, 2008

Prince, Derek, Faedah Pentakosta seri 4, Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil Immanuel, 1992

Prince,Derek, Berkat dan Kutuk: Langkah Alkitabiah Mematahkan Kutuk dan Menuai Berka

Yokyakarta: ANDI, 2004

Prince, Derek, Tinggalkan Kutuk Terimalah Berkat, Jakarta: Yayasan Pelayanan Bersama

Indonesia METANOIA, 1994

Prince, Derek, Berkat atau Kutuk, Jakarta: Yayasan Pelayanan Bersama Indonesia

METANOIA, 1994

Piper, John, The Passion of Jesus Christ, Surabaya: Momentum, 2005

Robirosa,Christian, Teologi Kemakmuran, Malang, Gandum Mas, 2009

Richard M. Daulay, Faith in Action, Jakarta: Gunung Mulia, 2001

S. Leahy, Fredick , Iblis sudah keok, Jakarta, Gunung Mulia, 1979

Schaeffer, Harold Fickett Franky, A modest proposal for peacen prosperity and happiness

New work: Grand Rapids, 1984

S. Kushner, Harold, Derita, Kutuk atau Rahmat, Yokyakarta: Kansius, 1987

T. Wright, N, Jalan Tuhan, ( Jakarta: Waskita Publishing, 2010

Tong, Stephen, Kerajaan Allah, Gereja dan Pelayanan, Surabaya: Gandum Mas, 2001
75

Wurmbrand, Richard, Berkorban Demi Kristus, Surabaya: Yayasan Kasih Dalam Perbuatan,

1999

W. Powell, Paul, Murid Sejati, Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1982

W. Kenyon, E, The two Kinds of Life, 1970

Wijanarko, Jarot, saya mau kaya, Jakarta, Suara Pemulihan, 2003

W. Tozer, A, I talk back to the devil, Penna: Christian Publication, 1972

Wiyanto ,Agus, Rapor Excellent Pendeta, Yokyakarta: Gloria Graffa, 2010

Yonggi Cho, Paul,Our God is good, Marshall Morgan: Scott Publishing, 1988

Junrnal

Kuswanto,Cornelius, Teologi Kemakmuran menjatuhkan iman, Teologi salib menguatkan

iman, Jurnal pelita zaman 6,1991

Santoso, David, Hakekat dan Kritik Terhadap Teologi Kemakmuran dengan EksposisiWahyu

3: 14- 20,Jurnal Pelita Zaman 6 ( 1991), hlm 4

Skripsi

Christie,Janice, Evaluasi Kritis Konsep Mengikut Yesus dalam Teologi Kemakmuran

berdasarkan Matius 8: 18- 22, Skripsi ,2007

Internet

http://kennethcopelandblog.com/2010/08/01/kenneth-and-gloria-copeland-the-untold-story/

http://kennethcopelandministries.org/

Sayudjauhari, Study Literatur,dari http://sayudjberbagi.

Wordpress.com/2010/29/study- literature/.

Wibisono Sastrodiwiryo, Studi Literatur/ Wibs Web World, diakses 19 Nopember 2015 dari

http://wibisastro. Wordpress.com/2010/02/10/studi-literatur/.
76

Slameto, Literatur Review/ ASAL NGEBLOG AJA, http://s

3mproll.blogspot.com/2013/02/literatur-review. html.

Anda mungkin juga menyukai