PENDAHULUAN
B. Lokasi Pabrik
Pemilihan lokasi pabrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting
bagi kelangsungan, keberhasilan produksi, dan pemasaran produk suatu pabrik,
serta diharapkan akan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi perusahaan,
terutama dari segi penekanan biaya produksi.
a. Bahan Baku
Bahan baku utama produksi semen adalah batu kapur (limestone), dimana
di daerha Citeureup dan Cirebon serta Tarjun merupakan daerah yang kaya
akan batu kapur serta tanah liat dan pasir silica yang letaknya sangat
berdekatan. Bahan baku tersebut diangkut dengan belt conveyor dari quarry
atau menggunakan dump truck.
b. Transportasi
Distibusi bahan baku ke plant maupun pemasaran produk yang baik harus
di tunjang dengan sarana transportasi yang memadai. Daerah Citeureup yang
Dewan Direksi
2. Bahan Korektif
a. Sandyclay/ Pasir Silika
Sandyclay/ pasir silika merupakan sumber silika (SiO2) yang terdapat pada
permukaan bumi, dimana senyawa tersebut dibutuhkan untuk membentuk C2S dan
C3S pada reaksi sintering yang terjadi di kiln.
Sifat fisika Pasir silika :
Fase : Padat Bulk Density : 1,45 ton/m3
Warna : Putih Kemerahan Ukuran material : 0-30 mm
Spesific Gravity : 2,37 g/cm3 Titik lebur : 13000C
c. Iron Material
Iron material yang biasa digunakan dalam pembuatan seman adalah pasir
besi. Pasir Besi merupakan Fe2O3 dengan kadar besi oksida tinggi yang berfungsi
sebagai pembentuk komponen dasar semen yaitu C4AF pada reaksi sintering yang
terjadi di kiln.
Sifat fisika Pasir Besi :
Fase : Padat Ukuran material : 0-30 mm
Warna : Hitam Keabuan Titik lebur : 11500C
Spesific Gravity : 5,12 g/cm3 BM : 159,70 gr/mol
Bulk Density : 1,8 ton/m3
3. Bahan Aditif
Bahan aditif merupakan bahan mentah yang ditambahkan ke dalam raw
mixatau terak untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu yang diinginkan pada semen
b. Trass
Trass berasal dari lahar gunung berapi sehingga mempunyai SiO2 aktif yang
dapat berikatan dengan free lime membentuk CaO.SiO2 (Kalsium Silikat).
Fase : Padat
Warna : Kecoklatan
2. Unit Pengeringan dan Penggilingan Bahan Baku (Unit Raw Mill Unit)
Pada unit ini terjadi proses pengeringan dan penggilingan bahan baku.
Langkah proses di unit raw mill adalah sebagai berikut:
a. Pengeringan bahan baku (batu kapur, sandy clay,clay corrective, iron material)
sehingga kadar airnya berkurang dari 9,5 % menjadi kurang dari 1%.
Tepung baku yang terdapat dalam raw meal silo yang lebih dikenal dengan
nama kiln feed dialirkan oleh air sliding conveyor ke tangki pengumpan.
Dengan bantuan rotary feeder , tepung baku tersebut dijatuhkan ke weighing
feeder yang terdapat dibawahnya. Umpan kiln dialirkan ke suspension preheater
dengan bucket elevator.
Prinsip kerja dari alat tersebut adalah material dari storage silo masuk ke
tingkat paling atas kemudian turun ke tingkat berikutnya oleh adanya gaya berat
dari materal tersebut , selanjutnya dengan adanya udara panas dari kiln dan panas
pembakaran batubara pada burner , maka akan terjadi proses kalsinasi antara 70-
80% dan sisanya akan disempurnakan di dalam kiln sehingga proses kalsinasi
mencapai 100%
Umpan kiln dari storage silo dialirkan dengan air slide dan bucket elevator ke
feed tank sebagai tempat penampungan sementara. Dari feed tank tepung baku di
keluarkan melalui weighing feeder dengan tujuan untuk mengatur aliran material
agar tetap konstan menuju bucket elevator. Selanjutnya umpan kiln masuk ke SP.
SP yang digunakan adalah jenis ILC (In-Line Calciner) dan SLC (Separate Line
Calciner), dimana ILC sebagai alat utama yang bekerja sendiri tanpa SLC,
sedangkan SLC sebagai alat pendukung yang tidak dapat bekerja sendiri tanpa
ILC. Material masuk ke dalam SP melalui cyclone 1 dan 2 , sedangkan gas panas
mengalir berlawanan dengan arah umpan. Dengan adanya susunan cyclone di SP
maka tepung baku mengalami pemanasan sepanjang tingkatan cyclone dan
dengan adanya gaya sentrifugal, material akan turun terpisah dengan gas panas.
Karena dengan adanya dorongan gas panas dari cyclone 2 maka material yang
berada di saluran antara cyclone 1 dan 2 terangkat masuk ke cyclone 1. Didalam
cyclone 1 terdapat gaya sentrifugal dimana material akan turun terpisah dengan
gas panas. Material akan turun ke saluran antara cyclone 2 dan 3. Karena adanya
dorongan gas panas dari cyclone 3 maka material akan masuk ke cyclone 2. Di
dalam cyclone 2 juga terjadi pemisahan antara material dan gas panas dimana
material akan jatuh ke saluran antara cyclone 3 dan 4, sedangkan gas panas akan
naik. Hal yang sama terjadi pada cyclone 3 dan 4. Material yang jatuh dari
cyclone 4 masuk ke dalam precalciner ILC sebelum masuk ke cyclone 5. Pada
cyclone 5 material menerima gas panas dari kiln yang selain menaikkan kiln inlet
hood untuk dikalsinasi lebih lanjut.
Tahap berikutnya adalah material masuk ke rotary kiln. Proses yang terjadi di
rotary kiln adalah kalsinasi lanjut (20-30%) dan klinkerisasi atau pembentukan
mineral-mineral pembentuk semen. Material akan mengalami perubahan fisik dan
kimia sepanjang kiln, karena adanya kontak antara material dan gas panas. Proses
pembakaran di rotary kiln menggunakan bahan bakar batubara. Bahan bakar ini
dialirkan ke alat pembakar (burner ) di ujung pengeluaran kiln. Batubara dibakar
dengan bantuan udara primer yang dihembuskan oleh primary fan blower dari
udara bebas dan udara sekunder yang berasal dari cooler. Hasil pembakaran yang
berupa gas panas selanjutnya membantu pemanasan di SP , raw mill , dan coal
mill.
Secara garis besar rotary kiln dibagi menjadi 5 zona yaitu zona kalsinasi lanjut,
zona safety, zona transisi, zona sintering dan zona cooling. Pada dinding badan
kiln dipasang batubata tahan api yang pemasangannya didasarkan pada proses
yang terjadi dan temperatur pada masing-masing zona. Adapun proses yang
terjadi pada masing-masing zona :
Umumnya bagian atas bata tahan api pada zona sintering terbentuk lapisan
(coating) material akibat pelelehan di bagian transisi, lapisan coating didalam kiln
berguna untuk menjaga ketahanan bata tahan api.
Reaksi yang terjadi selama proses pembentukan klinker dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :
Pada pendinginan dengan grade cooler, cooler yang digunakan terdiri atas
dua buah grade yang disusun secara horizontal. Grate pertama letaknya lebih
tinggi dari grate kedua dan berfungsi untuk proses pendinginan dan menghindari
proses pembentukan C3S dan C2S agar standar C3S antara 60-65%. Dari grate
kedua , klinker selanjutnya masuk ke impact crusher yang berfungsi untuk
menghancurkan klinker. Pendinginan klinker yang lambat akan
6. BetonSiap-Pakai
7. Agregat
E. Pengolahan Limbah
Limbah Padat
Pada industri semen, limbah padat yang ditimbulkan berupa debu. Debu yang
dikeluarkan melalui cerobong adalah hasil dari suatu proses, sebagai contoh
limbah debu tersebut berasal dari raw material (limestone, sand dan clay), raw
meal, klinker, semen serta batubara.
Penambahan alat penangkap debu dalam industri semen sangat diperlukan,
jika alat ini bekerja dengan baik maka debu yang keluar hanya mengandung debu
yang sangat halus.Emisi debu ini dapat ditekan sampai 80 mg/m3, pabrik-pabrik
baru telah direncanakan dibangun untuk tingkat emisi tersebut. Selain penekanan
emisi debu PT.Indocement Tunggal Prakarsa,Tbk juga melakukan penanaman
pohon mulai tahun 1983 pada bekas areal tambang dengan menggunakan tanaman
tropis.
Limbah Gas
Limbah gas ini biasanya berasal dari kondisi pembakaran yang tidak
sempurna sehingga menghasilkan gas CO. Kadar CO ini normalnya berada pada
tingkat 0,01-0,02 %, kenaikan kadar CO sangat dihindari karena apabila bereaksi
lanjut dengan oksigen akan menimbulkan panas (ledakan). Selain CO, polutan gas
lainnya adalah NOx, N2, SO2, CO2 dan O2 sisa. Komponen ini terkandung
dalam batu bara yang digunakan sebagai bahan bakar di dalam rotary kiln.
Penanganan limbah gas di PT.Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk adalah
dengan membuat konstruksi cerobong asap setinggi mungkin ( 67 m). Hal ini
bertujuan agar gas buang tidak sampai mencemari lingkungan sekitarnya, dengan
konstruksi cerobong yang tinggi maka konsentrasi gas buang dapat diperkecil
karena terjadinya pengenceran oleh udara bebas.
F. Utilitas
Penyediaan Air
Udara Tekan
Udara tekan dipergunakan untuk berbagai macam hal diantaranya untuk
pembersihan debu pada peralatan, menggerakkan Damper Valve,pengadukan
lapisan material di Blending Silo dan transportasi material dengan Air Slide.
Prinsip Penyediaan Udara Tekan :
Udara dari atmosfer ditarik dengan kompresor berkapasitas 16500 m3/jam
dengan daya 180 HP dan bekerja pada tekanan 100 psig menuju ke filter udara
yang selanjutnya di keringkan di pengering udara. Udara yang telah kering
dialirkan menuju ke peralatan-peralatan yang membutuhkan udara tekan.Udara
tekan yang dihasilkan mempunyai tekanan 4 kg/cm2.
Udara Bebas
Udara bebas berguna untuk memenuhi kebutuhan udara pembakaran,
pendingin klinker dalam grate cooler dan pendingin peralatan.Kebutuhan udara
bebas ini dapat diperoleh dengan menggunakan fan.
Penyediaan Bahan Bakar
Unit ini dibawah suplai division yang bertugas menyediakan bahan bakar dan
mendistribusikan ke unit-unit yang membutuhkan. Jenis bahan bakar yang
digunakan PT. Indocement Tunggal Prakarsa,Tbk antara lain :
Solar
Solar digunakan untuk bahan bakar alat-alat transportasi , seperti truk, alat
berat dan kendaraan operasional pabrik. Bahan bakar ini langsung dibeli dari
pertamina.Solar dikirim ke pabrik dengan menggunakan truck yang kemudian
ditampung dalam tempat pengisian solar.
Oil
Oil yang biasa digunakan adalah IDO (Industrial Diesel Oil) yang berasal dari
penyulingan minyak bumi.IDO digunakan sebagai bahan bakar untuk jenis
BAB III
TUGAS KHUSUS
A. Latar Belakang
Di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ini kiln yang digunakan untuk
mengolah semen, memerlukan suhu pembakaran yang tinggi. Suhu pembakaran
menjadi tinggi karena terjadi perpindahan panas pada permukaan coating di
dinding kiln yang tidak rata.Sebagai akibatnya dibutuhkan bahan bakar yang
banyak. Kiln dalam industri semen memegang peranan penting. Proses
pembakaran dan pendinginan klinker merupakan proses yang komplek atau biasa
disebut jantungnyanya proses pembuatan semen. Dengan memperhatikan faktor
B. Tujuan
Tujuan perhitungan neraca massa dan neraca panas kiln adalah untuk
mengetahui unjuk kerja kiln pada efisiensi pembakarannyayaitu perbandingan
panas yang keluar sistem terhadap panas yang disediakan di plant 11 PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Untuk itu diperlukan perhitungan dengan
bantuan neracamassa dan neraca panas dari kiln.
C. Tinjauan Pustaka
Kiln adalah salah satu unit yang memiliki peranan penting dalam proses
pembuatan semen. Istilah kiln sendiri mengacu pada proses pembakaran tepung
baku dan pendinginan klinker yang juga identik dengan burning unit. Dari definisi
tersebut, kiln merupakan salah satu bagian dari 3 bagian yang menjadi satu
kesatuan utama yaitu Suspension Preheater dan Cooler.Di dalam Suspension
Preheater terjadi pemanasan awal dan tahap reaksi awal berupa kalsinasi sampai
dengan 90%. Reaksi utama sebagian besar terjadi di dalam rotary kiln . Klinker
yang terbentuk dan keluar dari rotary kiln , kemudian didinginkan didalam cooler.
Unit pembakaran bahan baku dan pembakaran klinker dalam pabrik semen
dibagi dalam 3 tahap, yaitu :
a. Gas panas yang keluar dari SP dapat digunakan sebagai pemanas di raw
mill dan coal mill
b. Rotary kiln lebih pendek
c. Penghematan bahan bakar
Proses kalsinasi akhir dan klinkerisasi terjadi di kiln. Kiln merupakan silinder
baja yang bagian dalam dinding dibatasi batu tahan api. Batu tahan api ini
berfungsi melindungi dinding atau silinder baja dari hot spot yang disebabkan
panas berlebih, sehingga akan merusak kiln itu sendiri.
1. Reaksi disosiasi :
Al2Si2O7.xH2O(s) Al2O3(s) + 2 SiO2(s) + xH2 (endotermis)
2. Reaksi sintesa :
2 CaO(s) + SiO2(s) 2CaO.SiO2 (eksotermis)
3 CaO (s) + Al2O3 3 CaO.Al2O3 (s) (eksotermis)
4 CaO(s) + Al2O3(s) + Fe2O3 4CaO.Al2O3.Fe2O3(s) (eksotermis)
2CaO.SiO2(l) + CaO(l) 3CaO.SiO2(l) (eksotermis)
Data data yang digunakan untuk menghitung neraca massa dan panas di
kiln diperoleh melalui 2 cara yaitu :
Data Primer
Data ini di peroleh dari QARD (Quality Assurance and Research
Departement) Daily Check Report dari CCP (Central Control Panel) Plant
11 pada tanggal 11dan15 Februari 2016. Adapun data yang digunakan
yaitu meliputi :
a) Tabel 3.1 Data umpan kiln dan coal mill
Komponen Kapasitas (Kg/Jam)
Umpan Segar masuk SP 508678
Kebutuhan batu bara Kiln 12507
(Sumber : CCP Plan 11, 15 Februari 2016)
Komponen % Massa
C 58,28
H2 4,94
O2 18,2
N2 1,55
S 1,15
H2 O 8,35
Ash 7,53
Total 100
(Sumber :QARD, 15 Februari 2016)
Komponen % Massa
SiO2 21,11
Komponen % Massa
SiO2 9,33
Al2O3 1,02
Fe2O3 0,89
CaO 42,68
MgO 1,08
K2O 0,44
Na2O 0,08
SO3 0,62
Impuritas 0,45
(Sumber : QARD, 15 Februari 2016)
d) Data pada alat
Suhu gas hasil pembakaran dari Kiln : 890 C
Efisiensi = 100 %
Input Output
Keterangan
(Kkal) (Kkal)
Panas Umpan segar masuk SP (Q1) 47108669,58
Panas Umpan Masuk Kiln (Q2) 63817920,93
Panas GHP kiln (Q3) 23950915,01
Panas yang dibawa klinker (Q4) 91342359,33
Panas batubara masuk Kiln (Q5) 6704653,109
Panas dari udara Primer (Q6) 567,3920
Panas dari Udara Sekun der (Q7) 91949,6284
Panas yang dibawa H2O dalam batubara 41777,5573
Panas CO2 hasil kalsinasi 4236244,125
Paanas yang Keluar (QOut) 35118008,7
TOTAL 117723760,6 154689304,7
Dari perhitungan neraca panas dapat di peroleh efisiensi kiln sebesar 77,59 %.
Effisiensi ini dianggap masih cukup baik. Panas keluar yang dihasilkan lebih
besar dibandingkan dengan panas yang masuk ini disebabkan karena adanya
panas radiasi / panas yang hilang dari proses pembentukan klinker, dimana hal ini
dapat menurunkan efisiensi Kiln. Selain panas yang hilang hal-hal lain yang dapat
mempengaruhi efisiensi Kiln :
Dari segi proses, efisiensi dapat ditingkatkan dengan cara meminimalisir panas
yang hilang dan menjaga proses pembakaran agar tetap berada pada kondisi
optimum. Kehilangan panas tersebut dapat diminimalkan dengan penambahan
isolasi pada dinding rotary kiln.Isolasi yang digunakan umumnya adalah bata
tahan panas.
F. Kesimpulan
1. Dari hasil perhitungan di peroleh effisiensi kiln sebesar 77,59%
DAFTAR PUSTAKA
George, T. Austin. 1985. Chemical Process Industries. Shreevels. New York
Perray, E. Kurt. 1984. Cement Manufacturing Hand Book. 2nd edition. Chemical
Publishing Co Inc. New York
Perry, R. H. and Don W. Green. 1998. Chemical Engineeers Handbook. 7th
edition. International Student. Mc Graw Hill. New York
SP
KILN
Keterangan :
Diketahui :
Massa Mol
Komponen % Massa
(Kg) (Kgmol)
SiO2 9,33 47459,6574 790,9943
Al2O3 1,02 5188,5156 50,8678
Fe2O3 0,89 4527,2342 28,2952
CaO 42,68 217103,77 3876,8530
MgO 1,08 5493,7224 137,3431
K2O 0,44 2238,1832 23,8105
Na2O 0,08 406,9424 6,5636
SO3 0,62 3153,8036 39,4225
Impuritas 0,45 2289,051 -
Sehingga perlu dicari untuk mengetahui jumlah total umpan masuk Kiln.
M1 = M2 + MOut
Dimana MOut merupakan CO2 yang menguap dan H2O yang menguap keluar
SP
1. Mencari CaCO3 sisa dan MgCO3 sisa
100
= 3876,8530
90
= 4307,6145 kgmol
Reaksi (1) :
= 0,9 x 4307,6145kgmol
= 3876,8530 kgmol
CaCO3 sisa
= 430,7615kgmol
= 43076,15 kg
Reaksi (2)
100%
Mol MgCO3mula-mula =
90%
100
= 137,3430
90
= 152,6033 kgmol
= 12818,68 kg
= 137,3430 kgmol
MgCO3 sisa
= 15,2603 kgmol
= 1281,8652 kg
Massa
Komponen
(Kg)
SiO2 47459,6574
Al2O3 5188,5156
Fe2O3 4527,2342
CaCO3 sisa 43076,15
MgCO3 sisa 1281,8652
CaO 217103,77
MgO 5493,7224
K2O 2238,1832
= (508678 - 332218,8954) Kg
= 176459,1046 Kg
Reaksi (1)
Dari hasil reaksi (1) (reaksi dapat dilihat diatas) didapat
CO2 terbentuk = CaCO3 yang bereaksi
= 0,9 x 4307,6145kgmol
= 3876,8530 kgmol
= 170581,532 Kg
Reaksi (2)
Dari hasil reaksi (2) (reaksi dapat dilihat diatas) didapat
CO2 terbentuk = MgCO3 yang bereaksi
= 5438,7828 Kg
= ( 170581,532 + 5438,7828 ) Kg
= 176020,3148 Kg
Dari massa CO2 yang sudah diketahui sehingga diperoleh besarnya H2O
yang menguap
= (176459,1046 - 176020,3148) Kg
= 438,7898 Kg
Diketahui :
Reaksi (1) :
= 430,7615 kgmol
=430,7615 kgmol
= 18953,508 kg
Reaksi (2) :
= 15,2603 kgmol
= 610,412 kg
= 15,2603 kgmol
= 671,4532 kg
= massa CO2 hasil reaksi (1) + massa CO2 hasil reaksi (2)
= 18953,508 kg + 671,4532 kg
= 19624,9612 kg
Total CaO = massa CaO dalam umpan Kiln + massa CaO hasil kalsinasi lanjutan
= 217103,7704 kg + 24122,644 kg
= 241226,4144 kg
= 5493,7224kg + 610,412 kg
= 6104,1344 kg
Reaksi (1)
C + O2 CO2
7289,0796 kg
=
7289,0796
= 12 /
= 607,4233 kgmol
=26726,6252 kg
= 607,4233 kgmol
= 19437,5456 kg
Reaksi (2)
S + O2 SO2
143,8305
=
143,8305 kg
=
32 /
= 4,4947 kgmol
= 287,6608 kg
= 4,4947 Kgmol
Reaksi (3)
H2 + 0,5 O2 H2O
617,8458
= 2
617,8458
= 2 /
` = 308,9229 Kgmol
= 5560,6122 kg
= 154,4615 Kgmol
= 4942,766 Kg
= 24524,1425 kg
=( 102 % x 24524,1425) kg
Kebutuhan O2 sesungguhnya
= 25014,6254 kg 2276,274 kg
= 22738,3514 kg
= 710,5735 Kgmol
= 22738,352 kg
100
= O2 sesungguhnya
21
100
= 710,5735
21
= 3383,6832 kgmol
= 97585,4235 kg
79
= 21 O2 sesungguhnya
79
= 21 710,5735
= 2673,1098 kgmol
= 74847,0753 kg
= (25014,6254 - 24524,1425 ) kg
= 490,4829 kg
= 10% x 97585,4235 kg
=9758,5424 kg
= (97585,4235 9758,5424) kg
= 87826,8811 kg
SP
KILN
Keterangan :
Cp TRef
Komponen Massa (Kg) T (oC)
(Kkal/Kg.oC) (oC)
CO2 26726,6252 0,255 890 30
SO2 287,6608 0,184 890 30
H2O 5560,6122 0,252 890 30
N2 74847,0753 0,26 890 30
O2 490,4829 0,245 890 30
Cp TRef
Massa Klinker (M4) (Kg) T (oC)
(Kkal/Kg.oC) (oC)
313535,7132 0,249 1200 30
Cp
Massa Klinker (M4) (Kg) dT (oC) Q4 (Kkal)
(Kkal/Kg.oC)
313535,7132 0,249 1170 91342359,33
1
= 7289,0796 Kg . (-0,4530) Kkal/mol . 0,012 /
= 275162,7549 Kkal
BM
Komponen m (Kg) Hc (Kkal/mol) Q5 (Kkal)
(Kg/mol)
C 7289,0796 -0,4530 0,012 275162,7549
H2 617,8458 0,2228 0,002 68828,0221
O2 2276,274 0,0000 0,032 0,0000
N2 193,8585 0,0000 0,028 0,0000
S 143,8305 0,0710 0,032 319,1239
H2O 1044,3345 68,3174 0,018 3963678,765
SiO2 198,8091 202,4600 0,060 670848,1731
Al2O3 107,5509 399,0900 0,102 420808,7126
Fe3O3 56,0357 198,5000 0,104 106952,7543
CaO 513,8335 151,7000 0,056 1391938,249
MgO 22,6027 143,8400 0,040 81279,3092
TOTAL 6704653,109
TRef
m (Kg) Cp (Kkal/Kmol.oC) T (oC) o
( C)
0,02894 + (0,4147.105 T) +
Udara
9758,5424 (0,3191.108 T2 ) (1,965 . 10- 32 30
Primer
12
T3)
Sehingga diperoleh :
32
m (Kg) . Q6 (Kkal)
30
TRef
m (Kg) Cp (Kkal/Kmol.oC) T (oC)
(oC)
0,02894 + (0,4147.105 T) +
Udara
87826,8811 (0,3191.108 T2 ) (1,965 . 10- 984,77 30
Sekunder
12
T3)
984,77
m (Kg) . Q7 (Kkal)
30
Panas Udara
87826,8811 30,1938 91949,6284
Sekunder
Sehingga diperoleh :
Cp TRef
Komponen Massa (Kg) T (oC)
(Kkal/Kg.oC) (oC)
CO2 hasil kalsinasi
19624,9612 0,251 890
Kiln 30
Sehingga diperoleh :
Cp.dT
Massa (Kg) Q (Kkal)
Panas CO2 hasil
19624,9612 215,86 4236244,125
kalsinasi Kiln
Input Output
Keterangan
(Kkal) (Kkal)
Panas Umpan segar masuk SP (Q1) 47108669,58
Panas Umpan Masuk Kiln (Q2) 63817920,93
Panas GHP kiln (Q3) 23950915,01
Panas yang dibawa klinker (Q4) 91342359,33
Panas batubara masuk Kiln (Q5) 6704653,109
Panas dari udara Primer (Q6) 567,3920
Panas dari Udara Sekun der (Q7) 91949,6284
Panas yang dibawa H2O dalam batubara 41777,5573
Panas CO2 hasil kalsinasi 4236244,125
Paanas yang Keluar (QOut) 35118008,7
TOTAL 117723760,6 154689304,7
Kiln = 100 %
91342359,33
= 117723760,6 100 %
= 77,59 %