Anda di halaman 1dari 4

KOMPETENSI VEKTORIAL

KOMPETENSI VEKTORIAL :

Tidak semua vektor penykit dapat berperan sebagai vektor, ini terjadi karena terdapat perbedaan
hal dalam komponen-komponen vektorial antar species yang membedakan. Ada kemungkinan
terjadi intraspecies, spesies yang sama dari dua wilayah atau lebih yang berbeda dalam hal
kompetensi vektorialnya. Identifikasi terhadap taksonomi dengan teknik yang modern
mengungkap adanya species kembar (sibling species).

Diartikansebagaisuatukemampuansuatu species nyamukuntukberperansebagai vector yang


efisien.Kompentensivektorialditentukanolehbanyakfaktor, antaralain :

A. Reseptivitas atau kerentanan nyamuk terhadap parasite yang dipengaruhi oleh factor
genetic.
B. Rentang umurn yamuk (longevity) yang menentukan kelangsungan daur seksual dan ini
dipengaruhi factor lingkungan klimatologisnya.
C. Sifat antropofiliknya, hal kesukaan nyamuk menggigit dan mengisap darah manusia
dipengaruhi oleh sifat perilaku (factor etologis) nyamuk.
D. Kepadatan nyamuk relative terhadap manusia yang menentukan jumlah atau frekunsi
kontak antara nyamuk parasite- manusia, ini dipengaruhi factor ekologis yang
menentukan jumlah, lokasi dan tipe tempat perindukan vector.

Nyamuk Anopheles, vector malaria bersifat reseptif atau rentan terhadap infeksi dengan parasite
malaria menunjukkan adanya kecocokan fisiolgis antara nyamuk sebagai inang definitive dan
Plasmodium sebagai parasite malaria. Bagi parasite malaria, nyamuk merupakan medium vital
untuk menyelesaikan sebagian daur hidupnya yang penting.Reproduksi seksual(sin-
gamidansporogoni). Tingkat kerentanan nyamuk itu diukur dengan angka oosista (oocystarate).
Ukuran yang lebih baik adalah angka sporozoit (sporozoite rate) karena untuk nyamuk yg
kurang kompetensi vektoralnya, mungkin saja oosista terbentuk tetapi kemungkinan tidak masak
(mateure) sehingga tidak pecah dan sporozoit- sporozoit tidak akan keluar dan sampai ke
kelenjar liur. Akibatnya nyamuk tidak siaptular (infectious).
Panjang Umur (longevely) nyamuk menentukan kelangsungan daur seksual dan sporogonik
parasite malaria dalam nyamuk yang di infeksinya. Umur nyamuk ditentukan dari angka
parositas (porosity rate) dan lamanya daur gonotropik (gonotrophic cycle).

Sifat antropofilik merupakan sifat mutlak dari nyamuk untuk dapat terinfeksi dengan dan
menularkan parasite malaria antar manusia. Indeks darah manusia (human blood indexs)
umumnya digunakan sebagai petunjuk tingkat kompetensi vektorial dari suatu species nyamuk.

Kepadatan nyamuk vector yang antrophofilik dan terinfeksi parasite malaria itu jelasakan
menambah jumlah dan frekkuensi kontak nyamuk-parasit malaria-manusia, dan akan
memperbesar intensitas penular penyakit malaria. Kepadatan nyamuk dinyatakan dengan MBR
(man bitting rate) yaitu jumlah gigitan nyamuk pada suatu orang dalam waktu 24 jam.

Kapasitas vektorial yaitu rerata jumlah orang yang secara sangkil (efektif) mampu digigit dan
ditulari parasite malaria (sporozoit) oleh seekor nyamuk Anopheles species tertentu persatuan
waktu ( 12 jam satu malam penuh) dari satu orang manusia sumber penyakit malaria.

Secara matematik, Garret-Jones & Shidrawi mengemukakan kapasitas vektorial dengan formula
sebagai berikut :

Dengan : C = Kapasitas vektorial

m =Kepadatan nyamuk perorang perjam ( MHD = Man Hour Density)

a =Jumlah orang digigit seekor nyamuk perhari/permalam perjam ( MBD = Man Bitting Rate)

x =proporsi penduduk yang positif untuk parasite malaria

p =probabilitas seekor nyamuk tetap hidup dalam masa satu hari

n =lamanya daur sporogonik


Faktor Faktor langsung dan factor utama tidak langsung yang mempengaruhi penular malaria
diwilayah endemic .

Anda mungkin juga menyukai