STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a) Nama/ Jenis Kelamin/ Umur : An. R/ Laki-Laki / 17 Tahun
b) Pekerjaan : Pelajar
c) Alamat : RT. 03 Olak Kemang
2
VII. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
1. Keadaan sakit : tampak sakit sedang
2. Kesadaran : compos mentis
3. Suhu : 38,4C
4. Tekanan darah : 110/70 mmHg
5. Nadi : 110 x/menit
6. Pernafasan : 22 x/menit
Pemeriksaan Organ
1. Kepala Bentuk : normocephal
Simetri : simetris
2. Mata Exopthalmus/enophtal : (-)
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Kornea : normal
Pupil : bulat, isokor, reflex cahaya +/+
Lensa : normal, keruh (-)
3. Hidung : tak ada kelainan
4. Telinga : tak ada kelainan
5. Mulut Lidah : putih kotor/ulkus (-)
6. Leher KGB : tak ada pembesaran
Kel.tiroid : tak ada pembesaran
7. Thorak :
Paru :
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Palpasi : Fremitus kiri dan kanan normal
Perkusi : Sonor
Auskustasi : suara nafas vesikuler, Rhonki -/-, wheezing -/-
3
Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba 1 jari LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-)
8. Abdomen:
Inspeksi : datar, venektasi (-), jaringan parut (-)
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+), heparlien tidak
teraba, tugor kulit baik.
Perkusi : Timpani, nyeri CVA (-)
VIII. Laboratorium
1. Eritrosit : 5,5 x 106 mm3
2. Leukosit : 4.9 x 103 mm3
3. Trombosit : 105 x 103 mm3
4. Hematokrit : 47,1 %
5. Hb : 14,9 g%
6. GDS : 96 g/dL
X. Diagnosis Kerja :
Febris et causa Malaria Klinis
4
XI. Diagnosis Banding
- Febris et causa Malaria
- Febris et causa DBD
- Febris et causa Demam Dengue
- Febris et causa ISK
XII. Manajemen
a. Promotif :
Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit malaria dan
akibatnya, serta kemungkinan penyakit lain yang dicurigai.
Menjelaskan pengaruh lingkungan terhadap penyakitnya.
Menjelaskan pencegahan terhadap penyakit tersebut.
b. Preventif :
Membersihkan lingkungan disekitar rumah sehingga tidak menjadi
tempat nyamuk bersarang, serta mengubur barang-barang bekas.
Memasukkan ikan ke dalam kolam di belakang rumah pasien
sehingga tidak menjadi tempat berkembang biakan nyamuk dan
menutup tempat tempat penampungan air.
Tidur menggunakan kelambu atau menggunakan obat nyamuk
Menggunakan jaring pada ventilasi agar nyamuk tidak masuk ke
dalam rumah.
Menguras bak mandi dan tempat-tempat panampungan air sekurang-
kurangnya seminggu sekali.
Menjaga kebersihan dan kerapihan rumah, salah satunya tidak sering
menggantung atau menumpuk baju yang akan menjadi tempat nyamuk bersarang.
c. Kuratif :
Nonfarmakologis
5
Istirahat yang cukup
Tidak beraktivitas berlebihan
Makan makanan yang bergizi
Farmakologis
IVFD RL 20 tetes/menit
Inj. Ondancentron 3 x 4 mg
PO:
Kloroquin hari I : 4 tablet, hari II: 4 tablet, hari III 2
Primakuin 1 tablet sehari selama 14 hari
Parasetamol tablet 3 x 500 mg bila demam
Antasida 3 x 1 tablet
Vitamin B Complex 3 x 1 tablet
Tradisional
Bahan :
Daun papaya
Cara Pembuatan :
Ambil dua helai daun pepaya
Cuci daun sampai bersih
Masukkan kedalam panci dengan air tiga gelas
Rebus air dan daun pepaya sampai mendidih hingga menjadi
takaran satu gelas
Dinginkan rebusan daun pepaya sejenak sebelum diminum.
Cara Penggunaan:
Minum sebelum tidur malam.
d. Rehabilitatif
Meminum oabt yang teratur dan istirahat yang cukup
6
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengatur pola makan yang
bergizi untuk pemulihan kesehatan tubuh pasien.
Pola hidup yang sehat dan bersih
7
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Perawatan Olak Kemang
Jl. Jenderal Sudirman Olak Kemang
Dr. Siti Annisa SIP. GIA108013
STR.151190
1 September 2014
R/ RL Kolf No. III
Inj. Ondancentron amp No. III
S.i.m.m
R/ Kloroquin tab No. X
S1dd. Tab. IV. pc
8
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Perawatan Olak Kemang
Jl. Jenderal Sudirman Olak Kemang
Dr. Siti Annisa SIP. GIA108013
STR.151190
1 September 2014
9
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Perawatan Olak Kemang
Jl. Jenderal Sudirman Olak Kemang
Dr. Siti Annisa SIP. GIA108013
STR.151190
1 September 2014
R/ RL Kolf No. III
Inj. Ranitidin amp No. III
Inj. Neurobion 5000 No. III
S.i.m.m
10
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Definisi
Malaria merupakan suatu penyakit akut maupun kronik, yang disebabkan
oleh protozoa genus Plasmodium dengan manifestasi klinis berupa demam,
anemia dan pembesaran limpa. Sedangkan meurut ahli lain malaria merupakan
suatu penyakit infeksi akut maupun kronik yang disebakan oleh infeksi
Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk
aseksual dalam darah, dengan gejala demam, menggigil, anemia, dan pembesaran
limpa.
2.2 Etiologi
Malaria disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk ke dalam genus
Plasmodium. Plasmodium ini merupakan protozoa obligat intraseluler. Pada
manusia terdapat 4 spesies yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum,
Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale. Penularan pada manusia dilakukan
oleh nyamuk betina Anopheles ataupun ditularkan langsung melalui transfusi
darah atau jarum suntik yang tercemar serta dari ibu hamil kepada janinnya.
Malaria vivax disebabkan oleh P. vivax yang juga disebut juga sebagai
malaria tertiana. P. malariae merupakan penyebab malaria malariae atau malaria
kuartana. P. ovale merupakan penyebab malaria ovale, sedangkan P. falciparum
menyebabkan malaria falsiparum atau malaria tropika. Spesies terakhir ini paling
berbahaya, karena malaria yang ditimbulkannya dapat menjadi berat sebab dalam
waktu singkat dapat menyerang eritrosit dalam jumlah besar, sehingga
menimbulkan berbagai komplikasi di dalam organ-organ tubuh.
12
2.4.2 Siklus Pada Nyamuk Anopheles Betina
Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung
gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan gamet betina melakukan
pembuahan menjadi zigot. Zigot ini akan berkembang menjadi ookinet kemudian
menembus dinding lambung nyamuk. Di luas dinding lambung nyamuk ookinet
akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit yang nantinya akan
bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia.
Masa inkubasi atau rentang waktu yang diperlukan mulai dari sporozoit
masuk ke tubuh manusia sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan
demam bervariasi, tergantung dari spesies Plasmodium. Sedangkan masa prepaten
atau rentang waktu mulai dari sporozoit masuk sampai parasit dapat dideteksi
dalam darah dengan pemeriksaan mikroskopik.
15
atau secara induksi (misalnya transfuse darah yang mengandung stadium
aseksual).
3. Keluhan-keluhan prodromal
Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam,
berupa: malaise, lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang
dan otot, anoreksia, perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa
dingin di punggung. Keluhan prodromal sering terjadi pada P. vivax dan P.
ovale, sedangkan P. falciparum dan P. malariae keluhan prodromal tidak
jelas.
4. Gejala-gejala umum
Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria
proxym) secara berurutan:
Periode dingin
Dimulai dengan menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering
membungkus dirinya dengan selimut atau sarung pada saat menggigil,
sering seluruh badan gemetar, pucat sampai sianosis seperti orang
kedinginan. Periode ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam diikuti
dengan meningkatnya temperatur.
Periode panas
Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan
panas tubuh tetap tinggi, dapat sampai 40oC atau lebih, penderita
membuka selimutnya, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital,
muntah-muntah dan dapat terjadi syok. Periode ini berlangsung lebih lama
dari fase dingin dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan
berkeringat.
Periode berkeringat
Penderita berkeringan mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh,
penderita merasa capek dan sering tertidur. Bial penderita bangun akan
merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa.
16
Anemia merupakan gejala yang sering ditemui pada infeksi
malaria, dan lebih sering ditemukan pada daerah endemik. Kelainan pada
limpa akan terjadi setelah 3 hari dari serangan akut dimana limpa akan
membengkak, nyeri dan hiperemis.
Hampir semua kematian akibat malaria disebabkan oleh P.
falciparum. pada infeksi P. falciparum dapat meimbulkan malaria berat
dengan komplikasi umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang
menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi P. falciparum stadium
aseksual dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut:
2.7 Diagnosis
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.
Diagnosis pasti infeksi malaria ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah
secara mikroskopik atau tes diagnostic cepat.
1. Anamnesis
Keluhan utama, yaitu demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai
sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot dan pegal-pegal.
Riwayat berkunjung dan bermalam lebih kurang 1-4 minggu yang lalu ke
daerah endemik malaria.
Riwayat tinggal di daerah endemik malaria.
Riwayat sakit malaria.
Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.
Riwayat mendapat transfusi darah.
Selain hal-hal tersebut di atas, pada tersangka penderita malaria berat,
dapat ditemukan keadaan di bawah ini:
Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat.
Keadaan umum yang lemah.
Kejang-kejang.
Panas sangat tinggi.
Mata dan tubuh kuning.
17
Perdarahan hidung, gusi, tau saluran cerna.
Nafas cepat (sesak napas).
Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum.
Warna air seni seperti the pekat dan dapat sampai kehitaman.
Jumlah air seni kurang bahkan sampai tidak ada.
Telapak tangan sangat pucat.
2. Pemeriksaan Fisik
Demam (37,5oC)
Kunjunctiva atau telapak tangan pucat
Pembesaran limpa
Pembesaran hati
Pada penderita tersangaka malaria berat ditemukan tanda-tanda klinis
sebagai berikut:
Temperature rectal 40oC.
Nadi capat dan lemah.
Tekanan darah sistolik <70 mmHg pada orang dewasa dan <50 mmHg pada
anak-anak.
Frekuensi napas >35 kali permenit pada orang dewasa atau >40 kali permenit
pada balita, dan >50 kali permenit pada anak dibawah 1 tahun.
Penurunan kesadaran.
Manifestasi perdarahan: ptekie, purpura, hematom.
Tanda-tanda dehidrasi.
Tanda-tanda anemia berat.
Sklera mata kuning.
Pembesaran limpa dan atau hepar.
Gagal ginjal ditandai dengan oligouria sampai anuria.
Gejala neurologik: kaku kuduk, refleks patologis positif.
3. Pemeriksaan Laboratorium
A. Pemeriksaan dengan mikroskopik
18
Sebagai standar emas pemeriksaan laboratoris demam malaria pada
penderita adalah mikroskopik untuk menemukan parasit di dalam darah tepi.
Pemeriksaan darah tebal dan tipis untuk menentukan:
Ada/tidaknya parasit malaria.
Spesies dan stadium Plasmodium
Kepadatan parasit
- Semi kuantitatif:
(-) : tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB
(+) : ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB
(++) : ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB
(+++) : ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB
(++++) : ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB
- Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung permikroliter darah pada sediaan darah
tebal atau sediaan darah tipis.
19
Bentuk schizont matur, jarang
terlihat di sedian darah perifer
karena sekuestrasi
mikrovaslular
C. Tes serologi
Tes ini berguna untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap
malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang
bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab antibodi baru terbentuk setelah
beberapa hari parasitemia. Titer >1:200 dianggap sebagai infeksi baru, dan tes
>1:20 dinyatakan positif.
20
malaria falciparum tanpa komplikasi. Kina merupakan obat anti malaria pilihan
untuk pengobatan radikal malaria falciparum tanpa komplikasi. Selain itu kina
juga digunakan untuk pengobatan malaria berat atau malaria dengan komplikasi.
Primakuin digunakan sebagai obat antimalaria pelengkap pada malaria klinis,
pengobatan radikal dan pengobatan malaria berat. Artemisin digunakan untuk
pengobatan malaria tanpa atau dengan komplikasi yang resisten multidrug..
Beberapa obat antibiotika dapat bersifat sebagai antimalaria. Khusus di
Rumah Sakit, obat tersebut dapat digunakan dengan kombinasi obat antimalaria
lain, untuk mengobati penderita resisten multidrugs. Obat antibiotika yang sudah
diujicoba sebagai profilaksis dan pengobatan malaria diantaranya adalah derivate
tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, sulfametoksazol-trimetoprim dan
siprofloksasin. Obat-obat tersebut digunakan bersama obat anti malaria yang
bekerja cepat dan menghasilkan efek potensiasi antara lain dengan kina.
21
Artesunat 1 2 3 4
II Amodiakuin 1 2 3 4
Artesunat 1 2 3 4
III Amodiakuin 1 2 3 4
22
b. Pengobatan malaria vivax dan malaria ovale
Lini pertama: Klorokuin+Primakuin
Kombinasi ini digunakan sebagai piliha utama untuk pengobatan
malaria vivax dan ovale. Pemakaian klorokuin bertujuan membunuh parasit
stadium aseksual dan seksual. Pemberian primakuin selain bertujuan untuk
membunuh hipnozoit di sel hati, juga dapat membunuh parasit aseksual di
eritrosit.
Dosis total klorokuin= 25 mg/kgBB (1x/hr selama 3 hari), primakuin= 0,25
mg/kgBB/hr (selama 14 hari).
Apabila pemberian dosis obat tidak memungkinkan berdasarkan berat
badan penderita obat dapat diberikan berdasarkan golongan umur, sesuai
dengan tabel.
Tabel 3. Pengobatan Malaria vivax dan Malaria ovale
Hari Jenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)
0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th 15 th
Klorokuin 1 2 3 3-4
I Primakuin - - 1
Klorokuin 1 2 3 3-4
II Primakuin - - 1
Klorokuin 1/8 1 1 2
III Primakuin - - 1
IV-XIV Primakuin - - 1
23
Gejala klinis membaik tetapi parasit aseksual timbul kembali antara hari
ke-15 sampai hari ke-28 (kemungkinan resisten, relaps atau infeksi baru).
24
Klorokuin - 2 3 3-4
2 Primakuin - - 1 1 2
Klorokuin 1/8 1 1 2
3 Primakuin - - 1 1 2
14-14 Primakuin - - 1 1 2
d. Kemoprofilaksis
Kemoprofilaksis bertujuan untuk mengurangi resiko terinfeksi malaria
sehingga bila terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat. Kemoprofilaksis ini
ditujukan kepada orang yang bepergian ke daerah endemis malaria dalam
waktu yang tidak terlalu lama, seperti turis, peneliti, pegawai kehutanan dan
lain-lain. Untuk kelompok atau individu yang akan bepergian atau tugas
dalam jangka waktu yang lama, sebaiknya menggunakan personal protection
seperti pemakaian kelambu, kawat kassa, dan lain-lain.
Oleh karena P. falciparum merupakan spesies yang virulensinya cukup
tinggi maka kemoprofilaksisnya terutama ditujukan pada infeksi spesies ini.
Sehubungan dengan laporan tingginya tingkat resistensi P. falciparum
25
terhadap klorokuin, maka doksisiklin menjadi pilihan. Doksisiklin diberikan
setiap hari dengan dosis 2 mg/kgBB selama tidak lebih dari 4-6 minggu.
Kemoprofilaksis untuk P. vivax dapat diberikan klorokuin dengan dosis 5
mg/kgBB setiap minggu. Obat tersebut diminum 1 minggu sebelum masuk ke
daerah endemis sampai 4 minggu setelah kembali.
2.9 Prognosis
1. Prognosis malaria berat tergantung pada kecepatan dan ketepatan
diagnosis serta pengobatan.
2. Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas yang
dilaporkan pada anak-anak 15%, dewasa 20% dan pada kehamilan
meningkat sampai 50%.
3. Prognosis malaria berat dengan gangguan satu fungsi organ lebih baik
daripada gangguan 2 atau lebih fungsi organ.
Mortalitas dengan gangguan 3 fungsi organ adalah 50%.
Mortalitas dengan gangguan 4 atau lebih fungsi organ adalah 75%.
Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan mortalitas yaitu:
Kepadatan parasit <100.000/L, maka mortalitas <1%.
Kepadatan parasit >100.000/L, maka mortalitas >1%.
Kepadatan parasit >500.000/L, maka mortalitas >5%.
26
BAB III
ANALISA KASUS
27
Hubungan antara lingkungan rumah dan kondisi keadaan lingkungan dengan
penyakit malaria yang diderita pasien yaitu,
Kondisi rumah pasien yang tidak memakai jaring di ventilasi, tidak
memakai kelambu, dan jarang menggunakan obat nyamuk.
Kondisi belakang rumah pasien dengan kolam ikan yang tidak terawat lagi
dengan air yang tidak mengalir dapat menjadi tempat perkembang-biakan
nyamuk anopheles.
Kebun pisang yang berada di depan rumah pasien bisa menjadi tempat
sarang nyamuk.
28
Menggunakan kelambu atau jaring ventilasi ataupun obat nyamuk untuk
mencegah nyamuk anopheles menggigit tubuh pasien.
29
serebral, kalau malaria sudah mencapai otak dan komplikasi lainnya yang
membahayakan pasien sendiri.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Harijanto PN. Malaria. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, edisi IV.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2006; Hal: 1754-60.
2. Nugroho A & Tumewu WM. Siklus Hidup Plasmodium Malaria.. Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta.
Diunduh dari: www.google.com
3. Pribadi W. Parasit Malaria. Dalam: gandahusada S, Ilahude HD, Pribadi W
(editor). Parasitologi Kedokteran. Edisi ke-3. Jakarta, Fakultas Kedokteran UI,
2000, Hal: 171-97.
4. Tjitra E. Obat Anti Malaria. Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi
Klinis dan Penanganan. Jakarta. Diunduh dari: www.google.com
5. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di
Indonesia. Jakarta, 2006; Hal:1-12, 15-23, 67-68.
31
LAMPIRAN
32