Anda di halaman 1dari 32

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
a) Nama/ Jenis Kelamin/ Umur : An. R/ Laki-Laki / 17 Tahun
b) Pekerjaan : Pelajar
c) Alamat : RT. 03 Olak Kemang

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan : belum menikah
b. Jumlah saudara : 3 bersaudara
c. Status ekonomi : cukup
d. Kondisi Rumah :
Pasien tinggal di rumah permanen yang terbuat dari semen dengan
lantai keramik dengan atap genteng. Beberapa ruangan mempunyai
ventilasi untuk pertukaran udara sedangkan yang lain tidak, dan tidak
memakai jaring untuk mencegah nyamuk masuk ke dalam kamar.
Mempunyai 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga sekaligus ruang tempat makan
yang bergabung dengan dapur pasien serta 3 kamar tidur. Mempunyai 1
kamar mandi yang dilapisi dengan keramik dan dilengkapi dengan WC
leher angsa. Sumber air berasal dari PDAM, dan sumber penerangan
berasal dari PLN.

e. Kondisi Lingkungan Keluarga :


Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya beserta adiknya. Ayah
pasien merupakan seorang guru di salah satu sekolah di kota jambi. Ibu
pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Kakak pasien sudah menikah dan
tidak tinggal 1 rumah lagi dengan pasien. Adik pasien masih sekolah.
Pasien tidur sendiri di kamar dan tidak memakai kelambu, tetapi kadang-
kadang memakai obat nyamuk semprot. Di belakang rumah pasien
terdapat kolam ikan yang sudah lama tidak digunakan yang airnya tidak
1
mengalir. Di depan rumah pasien juga ada kebun pisang. Dikanan kiri
rumah pasien berbatasan dengan rumah tetangga pasien.

III. Aspek Psikologis di Keluarga :


Pasien dikenal sebagai anak yang rajin dan berbakti kepada orang tua.
Denga adiknya pasien sangat akrab, tidak ada percekcokan.

IV. Keluhan Utama :


Demam sejak 3 hari sebelum datang ke puskesmas.

V. Riwayat Penyakit Sekarang :


Sejak 3 hari sebelum datang ke puskesmas, pasien mengeluh
demam, demam naik turun, terjadi pada siang hari maupun malam hari.
Pasien mengeluh demam diawali dengan menggigil, lamanya kira-kira 15
menit. Dan ketika demam turun pasien berkeringat banyak dan badan terasa
lebih baikan.
Pasien juga mengeluh badan terasa pegal-pegal dan kepala pusing,
mual (+), muntah (+) 4 kali isi apa yang dimakan, nyeri ulu hati (+) dan
nafsu makan berkurang. BAK tidak ada keluhan, warna kuning pekat jernih,
darah(-), nyeri (-). BAB tidak ada keluhan, warna kuning kecoklatan, darah
(-), lendir (-). Pasien mengaku sudah minum obat paracetamol yang dibeli di
apotik, panas hanya turun sebentar, setelah itu panas muncul lagi.

VI. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :


- Riwayat sakit dengan keluhan yang sama sebelumnya disangkal.
- Riwayat berpergian ke luar daerah sebelum sakit disangkal.
- Riwayat transfuse darah sebelum sakit (-).
- Riwayat keluarga yang sakit malaria disangkal.
- Tetangga didekat rumah yang terkena sakit malaria (+).

2
VII. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
1. Keadaan sakit : tampak sakit sedang
2. Kesadaran : compos mentis
3. Suhu : 38,4C
4. Tekanan darah : 110/70 mmHg
5. Nadi : 110 x/menit
6. Pernafasan : 22 x/menit

Pemeriksaan Organ
1. Kepala Bentuk : normocephal
Simetri : simetris
2. Mata Exopthalmus/enophtal : (-)
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Kornea : normal
Pupil : bulat, isokor, reflex cahaya +/+
Lensa : normal, keruh (-)
3. Hidung : tak ada kelainan
4. Telinga : tak ada kelainan
5. Mulut Lidah : putih kotor/ulkus (-)
6. Leher KGB : tak ada pembesaran
Kel.tiroid : tak ada pembesaran
7. Thorak :
Paru :
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Palpasi : Fremitus kiri dan kanan normal
Perkusi : Sonor
Auskustasi : suara nafas vesikuler, Rhonki -/-, wheezing -/-
3
Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba 1 jari LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-)

8. Abdomen:
Inspeksi : datar, venektasi (-), jaringan parut (-)
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+), heparlien tidak
teraba, tugor kulit baik.
Perkusi : Timpani, nyeri CVA (-)

9. Ektremitas : Akral hangat, edema (-), petechi (-), uji torniquet


(-), Reflek fisiologis +/+, Reflek Patologis -/-,
CRT < 2 detik.

VIII. Laboratorium
1. Eritrosit : 5,5 x 106 mm3
2. Leukosit : 4.9 x 103 mm3
3. Trombosit : 105 x 103 mm3
4. Hematokrit : 47,1 %
5. Hb : 14,9 g%
6. GDS : 96 g/dL

IX. Pemeriksaan Anjuran


- Pemeriksaan apusan darah tebal dan tipis (DDR)
- Urin Rutin

X. Diagnosis Kerja :
Febris et causa Malaria Klinis
4
XI. Diagnosis Banding
- Febris et causa Malaria
- Febris et causa DBD
- Febris et causa Demam Dengue
- Febris et causa ISK

XII. Manajemen
a. Promotif :
Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit malaria dan
akibatnya, serta kemungkinan penyakit lain yang dicurigai.
Menjelaskan pengaruh lingkungan terhadap penyakitnya.
Menjelaskan pencegahan terhadap penyakit tersebut.

b. Preventif :
Membersihkan lingkungan disekitar rumah sehingga tidak menjadi
tempat nyamuk bersarang, serta mengubur barang-barang bekas.
Memasukkan ikan ke dalam kolam di belakang rumah pasien
sehingga tidak menjadi tempat berkembang biakan nyamuk dan
menutup tempat tempat penampungan air.
Tidur menggunakan kelambu atau menggunakan obat nyamuk
Menggunakan jaring pada ventilasi agar nyamuk tidak masuk ke
dalam rumah.
Menguras bak mandi dan tempat-tempat panampungan air sekurang-
kurangnya seminggu sekali.
Menjaga kebersihan dan kerapihan rumah, salah satunya tidak sering
menggantung atau menumpuk baju yang akan menjadi tempat nyamuk bersarang.

c. Kuratif :
Nonfarmakologis

5
Istirahat yang cukup
Tidak beraktivitas berlebihan
Makan makanan yang bergizi

Farmakologis
IVFD RL 20 tetes/menit
Inj. Ondancentron 3 x 4 mg
PO:
Kloroquin hari I : 4 tablet, hari II: 4 tablet, hari III 2
Primakuin 1 tablet sehari selama 14 hari
Parasetamol tablet 3 x 500 mg bila demam
Antasida 3 x 1 tablet
Vitamin B Complex 3 x 1 tablet

Tradisional
Bahan :
Daun papaya
Cara Pembuatan :
Ambil dua helai daun pepaya
Cuci daun sampai bersih
Masukkan kedalam panci dengan air tiga gelas
Rebus air dan daun pepaya sampai mendidih hingga menjadi
takaran satu gelas
Dinginkan rebusan daun pepaya sejenak sebelum diminum.
Cara Penggunaan:
Minum sebelum tidur malam.

d. Rehabilitatif
Meminum oabt yang teratur dan istirahat yang cukup

6
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengatur pola makan yang
bergizi untuk pemulihan kesehatan tubuh pasien.
Pola hidup yang sehat dan bersih

7
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Perawatan Olak Kemang
Jl. Jenderal Sudirman Olak Kemang
Dr. Siti Annisa SIP. GIA108013
STR.151190
1 September 2014
R/ RL Kolf No. III
Inj. Ondancentron amp No. III
S.i.m.m
R/ Kloroquin tab No. X
S1dd. Tab. IV. pc

R/ Primakuin tab No. XIV


S1dd. Tab. I. pc

R/ Paracetamol tab No. XV


S3dd. Tab. I. pc

R/ Antasida tab No. XV


S3dd. Tab. I. ac

R/ B Complex tab No. XV


S3dd. Tab. I. pc

Pro : An. R Usia : 17 tahun


Alamat : RT 03 Olak Kemang
Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter

8
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Perawatan Olak Kemang
Jl. Jenderal Sudirman Olak Kemang
Dr. Siti Annisa SIP. GIA108013
STR.151190
1 September 2014

R/ RL Kolf No. III


Inj. Ranitidin amp No. III
Inj. Neurobion 5000 No. III
S.i.m.m

R/ Kina tab No. LXIII


S3dd. Tab. III. pc

R/ Primakuin tab No. XIV


S1dd. Tab. I. pc

R/ Ibuprofen tab No. XV


S3dd. Tab. I. pc

Pro : An. R Usia : 17 tahun


Alamat : RT 03 Olak Kemang
Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter

9
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Perawatan Olak Kemang
Jl. Jenderal Sudirman Olak Kemang
Dr. Siti Annisa SIP. GIA108013
STR.151190
1 September 2014
R/ RL Kolf No. III
Inj. Ranitidin amp No. III
Inj. Neurobion 5000 No. III
S.i.m.m

R/ ACT tab paket blister No.I


Artesunat No. XII
S1dd. Tab. IV
Amodiakuin No.XII
S1dd. Tab. IV

R/ Primakuin tab No. XXVIII


S1dd. Tab. II. pc

R/ Asam Mefenamat tab No. XV


S3dd. Tab. I. pc

Pro : An. R Usia : 17 tahun


Alamat : RT 03 Olak Kemang
Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter

10
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Definisi
Malaria merupakan suatu penyakit akut maupun kronik, yang disebabkan
oleh protozoa genus Plasmodium dengan manifestasi klinis berupa demam,
anemia dan pembesaran limpa. Sedangkan meurut ahli lain malaria merupakan
suatu penyakit infeksi akut maupun kronik yang disebakan oleh infeksi
Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk
aseksual dalam darah, dengan gejala demam, menggigil, anemia, dan pembesaran
limpa.

2.2 Etiologi
Malaria disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk ke dalam genus
Plasmodium. Plasmodium ini merupakan protozoa obligat intraseluler. Pada
manusia terdapat 4 spesies yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum,
Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale. Penularan pada manusia dilakukan
oleh nyamuk betina Anopheles ataupun ditularkan langsung melalui transfusi
darah atau jarum suntik yang tercemar serta dari ibu hamil kepada janinnya.
Malaria vivax disebabkan oleh P. vivax yang juga disebut juga sebagai
malaria tertiana. P. malariae merupakan penyebab malaria malariae atau malaria
kuartana. P. ovale merupakan penyebab malaria ovale, sedangkan P. falciparum
menyebabkan malaria falsiparum atau malaria tropika. Spesies terakhir ini paling
berbahaya, karena malaria yang ditimbulkannya dapat menjadi berat sebab dalam
waktu singkat dapat menyerang eritrosit dalam jumlah besar, sehingga
menimbulkan berbagai komplikasi di dalam organ-organ tubuh.

2.3 Siklus Hidup Plasmodium


Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu
manusia dan nyamuk anopheles betina.
2.4.1 Silkus Pada Manusia
11
Pada waktu nyamuk anopheles infektif mengisap darah manusia,
sporozoit yang berada dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dsalam
peredaran darah selama kurang lebih 30 menit. Setelah itu sporozoit akan masuk
ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi
skizon hati yang terdiri dari 10.000 sampai 30.000 merozoit hati. Siklus ini
disebut siklus eksoeritrositer yang berlangsung selama kurang lebih 2 minggu.
Pada P. vivak dan P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang
menjadi skizon, tetapi ada yang memjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit.
Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan sampai
bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif
sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh).
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke dalam
peredaran darah dan menginfeksi sela darah merah. Di dalam sel darah merah,
parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30
merozoit). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya
eritrosit yang terinfeksi skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi
sel darah merah lainnya. Siklus inilah yang disebut dengan siklus eritrositer.
Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang meninfeksi sel darah
merah dan membentuk stadium seksual yaitu gametosit jantan dan betina.

12
2.4.2 Siklus Pada Nyamuk Anopheles Betina
Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung
gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan gamet betina melakukan
pembuahan menjadi zigot. Zigot ini akan berkembang menjadi ookinet kemudian
menembus dinding lambung nyamuk. Di luas dinding lambung nyamuk ookinet
akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit yang nantinya akan
bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia.
Masa inkubasi atau rentang waktu yang diperlukan mulai dari sporozoit
masuk ke tubuh manusia sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan
demam bervariasi, tergantung dari spesies Plasmodium. Sedangkan masa prepaten
atau rentang waktu mulai dari sporozoit masuk sampai parasit dapat dideteksi
dalam darah dengan pemeriksaan mikroskopik.

2.4 Patogenesis Malaria


Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang
dan lingkungan. Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan
permeabilitas pembuluh darah daripada koagulasi intravaskuler. Oeleh karena
skizogoni menyebabkan kerusakan eritrosit maka akan terjadi anemia. Beratnya
anemi tidak sebanding dengan parasitemia menunjukkan adanya kelainan eritrosit
selain yang mengandung parasit. Hal ini diduga akibat adanya toksin malaria yang
menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pecah melalui limpa
sehingga parasit keluar. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya anemia
mungkin karena terbentuknya antibodi terhadap eritrosit.
Limpa mengalami pembesaran dan pembendungan serta pigmentasi
sehingga mudah pecah. Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag
dan sering terjadi fagositosis dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak
terinfeksi. Pada malaria kronis terjadi hyperplasia dari retikulosit diserta
peningkatan makrofag.
Pada malaria beratm mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan invasi
merozoit ke dalam eritrosit sehingga menyebabkan eritrosit yang mengandung
parasit mengalami perubahan struktur danmbiomolekular sel untuk
13
mempertahankan kehidupan parasit. Perubahan tersebut meliputi mekanisme,
diantaranya transport membran sel, sitoadherensi, sekuestrasi dan resetting.
Sitoadherensi merupakan peristiwa perlekatan eritrosit yang telah
terinfeksi P. falciparum pada reseptor di bagian endotelium venule dan kapiler.
Selain itu eritrosit juga dapat melekat pada eritrosit yang tidak terinfeksi sehingga
terbentuk roset.
Resetting adalah suatu fenomena perlekatan antara sebuah eritrosit yang
mengandung merozoit matang yang diselubungi oleh sekitar 10 atau lebih eritrosit
non parasit, sehingga berbentu seperti bunga. Salah satu faktor yang
mempengaruhi terjadinya resetting adalah golongan darah dimana terdapatnya
antigen golongan darah A dan B yang bertindak sebagai reseptor pada permukaan
eritrosit yang tidak terinfeksi.
Menurut pendapat ahli lain, patogenesis malaria adalah multifaktorial dan
berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Penghancuran eritrosit
Fagositosis tidak hanya pada eritrosit yang mengandung parasit tetapi
juga terhadap eritrosit yang tidak mengandung parasit sehingga menimbulkan
anemia dan hipoksemia jaringan. Pada hemolisis intravascular yang berat
dapat terjadi hemoglobinuria (black white fever) dan dapat menyebabkan
gagal ginjal.
2. Mediator endotoksin-makrofag
Pada saat skizogoni, eritrosit yang mengandung parasit memicu
makrofag yang sensitive endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator.
Endotoksin mungkin berasal dari saluran cerna dan parasit malaria sendiri
dapat melepaskan faktor nekrosis tumor (TNF) yang merupakan suatu
monokin, ditemukan dalam peredaran darah manusia dan hewan yang
terinfeksi parasit malaria. TNF dan sitokin dapat menimbulkan demam,
hipoglikemia, dan sndrom penyakit pernapasan pada orang dewasa.
3. Sekuestrasi eritrosit yang terluka
Eritrosit yang terinfeksi oleh Plasmodium dapat membentuk tonjolan-
tonjolan (knobs) pada permukaannya. Tonjolan tersebut mengandung antigen
14
dan bereaksi dengan antibodi malaria dan berhubungan dengan afinitas
eritrosit yang mengandung parasit terhadap endothelium kapiler alat dalam,
sehingga skizogoni berlangsung di sirkulasi alat dalam. Eritrosit yang
terinfeksi menempel pada endothelium dan membentuk gumpalan yang
mengandung kapiler yang bocor dan menimbulkan anoksia dan edema
jaringan.

2.5 Patologi Malaria


Sporozoit pada fase eksoeritrosit bermultiplikasi dalam sel hepar tanpa
menyebabkan reaksi inflamasi, kemudian merozoit yang dihasilkan menginfeksi
eritrosit yang merupakan proses patologi dari penyakit malaria. Proses terjadinya
patologi malaria serebral yang merupakan salah satu dari malaria berat adalah
terjadinya perdarahan dan nekrosis di sekitar venula dan kapiler. Kapiler dipenuhi
leukosit dan monosit, sehingga terjadi sumbatan pembuluh darah oleh roset
eritrosit yang terinfeksi.

2.6 Manifestasi Klinis


Malaria sebagai penyebab infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium
mempunyai gejala utama yaitu demam. Demam yang terjadi diduga berhubungan
dengan proses skizogoni (pecahnya merozoit atau skizon), pengaruh GPI (glycosyl
phosphatidylinositol) atau terbentuknya sitokin atau toksin lainnya. Pada beberapa
penderita, demam tidak terjadi (misalnya pada daerah hiperendemik) banyak
orang dengan parasitemia tanpa gejala. Gambaran karakteristik dari malaria ialah
demam periodic, anemia dan splenomegali.
Manifestasi umum malaria adalah sebagai berikut:
2. Masa inkubasi
Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies
parasit (terpendek untuk P. falciparum dan terpanjanga untuk P. malariae),
beratnya infeksi dan pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi
hospes. Selain itu juga cara infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk

15
atau secara induksi (misalnya transfuse darah yang mengandung stadium
aseksual).
3. Keluhan-keluhan prodromal
Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam,
berupa: malaise, lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang
dan otot, anoreksia, perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa
dingin di punggung. Keluhan prodromal sering terjadi pada P. vivax dan P.
ovale, sedangkan P. falciparum dan P. malariae keluhan prodromal tidak
jelas.

4. Gejala-gejala umum
Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria
proxym) secara berurutan:
Periode dingin
Dimulai dengan menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering
membungkus dirinya dengan selimut atau sarung pada saat menggigil,
sering seluruh badan gemetar, pucat sampai sianosis seperti orang
kedinginan. Periode ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam diikuti
dengan meningkatnya temperatur.
Periode panas
Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan
panas tubuh tetap tinggi, dapat sampai 40oC atau lebih, penderita
membuka selimutnya, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital,
muntah-muntah dan dapat terjadi syok. Periode ini berlangsung lebih lama
dari fase dingin dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan
berkeringat.
Periode berkeringat
Penderita berkeringan mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh,
penderita merasa capek dan sering tertidur. Bial penderita bangun akan
merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa.

16
Anemia merupakan gejala yang sering ditemui pada infeksi
malaria, dan lebih sering ditemukan pada daerah endemik. Kelainan pada
limpa akan terjadi setelah 3 hari dari serangan akut dimana limpa akan
membengkak, nyeri dan hiperemis.
Hampir semua kematian akibat malaria disebabkan oleh P.
falciparum. pada infeksi P. falciparum dapat meimbulkan malaria berat
dengan komplikasi umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang
menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi P. falciparum stadium
aseksual dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut:

2.7 Diagnosis
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.
Diagnosis pasti infeksi malaria ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah
secara mikroskopik atau tes diagnostic cepat.
1. Anamnesis
Keluhan utama, yaitu demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai
sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot dan pegal-pegal.
Riwayat berkunjung dan bermalam lebih kurang 1-4 minggu yang lalu ke
daerah endemik malaria.
Riwayat tinggal di daerah endemik malaria.
Riwayat sakit malaria.
Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.
Riwayat mendapat transfusi darah.
Selain hal-hal tersebut di atas, pada tersangka penderita malaria berat,
dapat ditemukan keadaan di bawah ini:
Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat.
Keadaan umum yang lemah.
Kejang-kejang.
Panas sangat tinggi.
Mata dan tubuh kuning.
17
Perdarahan hidung, gusi, tau saluran cerna.
Nafas cepat (sesak napas).
Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum.
Warna air seni seperti the pekat dan dapat sampai kehitaman.
Jumlah air seni kurang bahkan sampai tidak ada.
Telapak tangan sangat pucat.

2. Pemeriksaan Fisik
Demam (37,5oC)
Kunjunctiva atau telapak tangan pucat
Pembesaran limpa
Pembesaran hati
Pada penderita tersangaka malaria berat ditemukan tanda-tanda klinis
sebagai berikut:
Temperature rectal 40oC.
Nadi capat dan lemah.
Tekanan darah sistolik <70 mmHg pada orang dewasa dan <50 mmHg pada
anak-anak.
Frekuensi napas >35 kali permenit pada orang dewasa atau >40 kali permenit
pada balita, dan >50 kali permenit pada anak dibawah 1 tahun.
Penurunan kesadaran.
Manifestasi perdarahan: ptekie, purpura, hematom.
Tanda-tanda dehidrasi.
Tanda-tanda anemia berat.
Sklera mata kuning.
Pembesaran limpa dan atau hepar.
Gagal ginjal ditandai dengan oligouria sampai anuria.
Gejala neurologik: kaku kuduk, refleks patologis positif.

3. Pemeriksaan Laboratorium
A. Pemeriksaan dengan mikroskopik
18
Sebagai standar emas pemeriksaan laboratoris demam malaria pada
penderita adalah mikroskopik untuk menemukan parasit di dalam darah tepi.
Pemeriksaan darah tebal dan tipis untuk menentukan:
Ada/tidaknya parasit malaria.
Spesies dan stadium Plasmodium
Kepadatan parasit
- Semi kuantitatif:
(-) : tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB
(+) : ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB
(++) : ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB
(+++) : ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB
(++++) : ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB
- Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung permikroliter darah pada sediaan darah
tebal atau sediaan darah tipis.

Gambar: stadium-stadium dalam siklus P. Falciparum

Bentuk tropozoit matur

Bentuk tropozoit awal (bentuk


cincin)

19
Bentuk schizont matur, jarang
terlihat di sedian darah perifer
karena sekuestrasi
mikrovaslular

Bentuk pisang (Gametosit)

B. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)


Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria,
dengan menggunakan metoda immunokromatografi dalam bentuk dipstik.

C. Tes serologi
Tes ini berguna untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap
malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang
bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab antibodi baru terbentuk setelah
beberapa hari parasitemia. Titer >1:200 dianggap sebagai infeksi baru, dan tes
>1:20 dinyatakan positif.

2.8 Pengobatan Malaria


Obat anti malaria yang tersedia di Indonesia antara lain klorokuin,
sulfadoksin-pirimetamin, kina, primakuin, serta derivate artemisin. Klorokuin
merupakan obat antimalaria standar untuk profilaksis, pengobatan malaria klinis
dan pengobatan radikal malaria tanpa komplikasi dalam program pemberantasan
malaria, sulfadoksin-pirimetamin digunakan untuk pengobatan radikal penderita

20
malaria falciparum tanpa komplikasi. Kina merupakan obat anti malaria pilihan
untuk pengobatan radikal malaria falciparum tanpa komplikasi. Selain itu kina
juga digunakan untuk pengobatan malaria berat atau malaria dengan komplikasi.
Primakuin digunakan sebagai obat antimalaria pelengkap pada malaria klinis,
pengobatan radikal dan pengobatan malaria berat. Artemisin digunakan untuk
pengobatan malaria tanpa atau dengan komplikasi yang resisten multidrug..
Beberapa obat antibiotika dapat bersifat sebagai antimalaria. Khusus di
Rumah Sakit, obat tersebut dapat digunakan dengan kombinasi obat antimalaria
lain, untuk mengobati penderita resisten multidrugs. Obat antibiotika yang sudah
diujicoba sebagai profilaksis dan pengobatan malaria diantaranya adalah derivate
tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, sulfametoksazol-trimetoprim dan
siprofloksasin. Obat-obat tersebut digunakan bersama obat anti malaria yang
bekerja cepat dan menghasilkan efek potensiasi antara lain dengan kina.

a. Pengobatan malaria falciparum


Lini pertama: Artesunat+Amodiakuin+Primakuin
dosis artesunat= 4 mg/kgBB (dosis tunggal), amodiakuin= 10 mg/kgBB (dosis
tunggal), primakuin= 0,75 mg/kgBB (dosis tunggal).
Apabila pemberian dosis tidak memungkinkan berdasarkan berat
badan penderita, pemberian obat dapat diberikan berdasarkan golongan umur.
Dosis makasimal penderita dewasa yan dapat diberikan untuk artesunat dan
amodiakuin masing-masing 4 tablet, 3 tablet untuk primakuin.
Tabel 1. Pengobatan Lini Pertama Malaria Falciparum Menurut
Kelompok Umur.
Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
Har Jenis obat 0-1 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th 15 th
i bln
Artesunat 1 2 3 4
I Amodiakuin 1 2 3 4
Primakuin - - 1 2 2-3

21
Artesunat 1 2 3 4
II Amodiakuin 1 2 3 4
Artesunat 1 2 3 4
III Amodiakuin 1 2 3 4

Kombinasi ini digunakan sebagai pilihan utama untuk pengobatan


malaria falciparum. Pemakaian artesunat dan amodiakuin bertujuan untuk
membunuh parasit stadium aseksual, sedangkan primakuin bertujuan untuk
membunuh gametosit yang berada di dalam darah.
Pengobatan lini kedua malaria falciparum diberikan bila pengobatan
lini pertama tidak efektif.
Lini kedua: Kina+Doksisiklin/Tetrasiklin+Primakuin
Dosis kina=10 mg/kgBB/kali (3x/hari selama 7 hari), doksisiklin= 4
mg/kgBB/hr (dewasa, 2x/hr selama 7 hari), 2 mg/kgBB/hr (8-14 th, 2x/hr
selama 7 hari), tetrasiklin= 4-5 mg/kgBB/kali (4x/hr selama 7 hari).
Apabila pemberian dosis obat tidak memungkinkan berdasarkan
berat badan penderita, pemberian obat dapat diberikan berdasarkan golongan
umur.
Tabel 2. Pengobatan Lini Kedua Untuk Malaria falciparum
Hari Jenis obat Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
0-11 bln 1-4 th 5- 9 th 10-14 th 15 th
*
Kina 3x 3x1 3x 3x2-3
I Doksisiklin - - - 2x1** 2x1***
Primakuin - 1 2 2-2
*
Kina 3x 3x1 3x 3x2-3
II-VII Doksisiklin - - - 2x1** 2x1***
*
: dosis diberikan per kgBB
**
: 2x50 mg doksisiklin
***
: 2x100 mg doksisiklin

22
b. Pengobatan malaria vivax dan malaria ovale
Lini pertama: Klorokuin+Primakuin
Kombinasi ini digunakan sebagai piliha utama untuk pengobatan
malaria vivax dan ovale. Pemakaian klorokuin bertujuan membunuh parasit
stadium aseksual dan seksual. Pemberian primakuin selain bertujuan untuk
membunuh hipnozoit di sel hati, juga dapat membunuh parasit aseksual di
eritrosit.
Dosis total klorokuin= 25 mg/kgBB (1x/hr selama 3 hari), primakuin= 0,25
mg/kgBB/hr (selama 14 hari).
Apabila pemberian dosis obat tidak memungkinkan berdasarkan berat
badan penderita obat dapat diberikan berdasarkan golongan umur, sesuai
dengan tabel.
Tabel 3. Pengobatan Malaria vivax dan Malaria ovale
Hari Jenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)
0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th 15 th
Klorokuin 1 2 3 3-4
I Primakuin - - 1
Klorokuin 1 2 3 3-4
II Primakuin - - 1
Klorokuin 1/8 1 1 2
III Primakuin - - 1
IV-XIV Primakuin - - 1

Pengobatan efektif apabila sampai dengan hari ke 28 setelah


pemberian obat, ditemukan keadaan sebagai berikut: klinis sembuh (sejak hari
keempat) dan tidak ditemukan parasit stadium aseksual sejak hari ketujuh.
Pengobatan tidak efektif apabila dalam 28 hari setelah pemberian obat:
Gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif, atau
Gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang atau
timbul kembali setelah hari ke-14.

23
Gejala klinis membaik tetapi parasit aseksual timbul kembali antara hari
ke-15 sampai hari ke-28 (kemungkinan resisten, relaps atau infeksi baru).

Pengobatan malaria vivax resisten klorokuin


Lini kedua: Kina+Primakuin
Dosis kina= 10 mg/kgBB/kali (3x/hr selama 7 hari), primakuin= 0,25
mg/kgBB (selama 14 hari).
Dosis obat juga dapat ditaksir dengan menggunakan tabel dosis
berdasarkan golongan umur sebagai berikut:

Tabel 4. Pengobatan Malaria vivax Resisten Klorokuin


Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
Hari Jenis obat 0-1 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th 15 th
bln
* *
1-7 Kina 3x 3x1 3x2 3x3
1-14 Primakuin - - 1
*
: dosis diberikan per kgBB

Pengobatan malaria vivax yang relaps


Sama dengan regimen sebelumnya hanya dosis primakuin yang
ditingkatkan. Dosis klorokuin diberikan 1 kali perhari selama 3 hari, dengan
dosis total 25 mg/kgBB dan primakuin diberikan selama 14 hari dengan
dosis 0,5 mg/kgBB/hari. Dosis obat juga dapat ditaksir dengan
menggunakan tabel dosis berdasarkan golongan umur.
Tabel 5. Pengobatan Malaria vivax yang Relaps
Jumlah tablet menurut kelompok golongan umur
Hari Jenis obat 0-1 bln 2-11 1-4 th 5-9 th 10-14 15 th
bln th
Klorokuin 1 2 3 3-4
1 Primakuin - - 1 1 2

24
Klorokuin - 2 3 3-4
2 Primakuin - - 1 1 2
Klorokuin 1/8 1 1 2
3 Primakuin - - 1 1 2
14-14 Primakuin - - 1 1 2

c. Pengobatan malaria malariae


Klorokuin 1 kali perhari selama 3 hari, dengan dosis total 25
mg/kgBB. Klorokuin dapat membunuh parasit bentuk aseksual dan seksual P.
malariae. Pengobatan dapat juga diberikan berdasarkan golongan umur
penderita.
Tabel 6. Pengobatan Malaria Malariae
Jumlah tablet menurut kelompok golongan umur
Hari Jenis obat 0-1 bln 2-11 1-4 th 5-9 th 10-14 15 th
bln th
I Klorokuin 1 2 3 3-4
II Klorokuin 1 2 3 3-4

III Klorokuin 1/8 1 1 2

d. Kemoprofilaksis
Kemoprofilaksis bertujuan untuk mengurangi resiko terinfeksi malaria
sehingga bila terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat. Kemoprofilaksis ini
ditujukan kepada orang yang bepergian ke daerah endemis malaria dalam
waktu yang tidak terlalu lama, seperti turis, peneliti, pegawai kehutanan dan
lain-lain. Untuk kelompok atau individu yang akan bepergian atau tugas
dalam jangka waktu yang lama, sebaiknya menggunakan personal protection
seperti pemakaian kelambu, kawat kassa, dan lain-lain.
Oleh karena P. falciparum merupakan spesies yang virulensinya cukup
tinggi maka kemoprofilaksisnya terutama ditujukan pada infeksi spesies ini.
Sehubungan dengan laporan tingginya tingkat resistensi P. falciparum

25
terhadap klorokuin, maka doksisiklin menjadi pilihan. Doksisiklin diberikan
setiap hari dengan dosis 2 mg/kgBB selama tidak lebih dari 4-6 minggu.
Kemoprofilaksis untuk P. vivax dapat diberikan klorokuin dengan dosis 5
mg/kgBB setiap minggu. Obat tersebut diminum 1 minggu sebelum masuk ke
daerah endemis sampai 4 minggu setelah kembali.

Tabel 7. Dosis Pengobatan Pencegahan Dengan Klorokuin


Golongan umur (thn) Jumlah tablet klorokuin (dosis tunggal, 1x/minggu)
<1
1-4
5-9 1
10-14 1
>14 2

2.9 Prognosis
1. Prognosis malaria berat tergantung pada kecepatan dan ketepatan
diagnosis serta pengobatan.
2. Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas yang
dilaporkan pada anak-anak 15%, dewasa 20% dan pada kehamilan
meningkat sampai 50%.
3. Prognosis malaria berat dengan gangguan satu fungsi organ lebih baik
daripada gangguan 2 atau lebih fungsi organ.
Mortalitas dengan gangguan 3 fungsi organ adalah 50%.
Mortalitas dengan gangguan 4 atau lebih fungsi organ adalah 75%.
Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan mortalitas yaitu:
Kepadatan parasit <100.000/L, maka mortalitas <1%.
Kepadatan parasit >100.000/L, maka mortalitas >1%.
Kepadatan parasit >500.000/L, maka mortalitas >5%.

26
BAB III
ANALISA KASUS

ANALISIS PASIEN SECARA HOLISTIK


a. Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah :
Sejak 3 hari pasien demam naik turun, diawali dengan menggigil dan
ketika demam turun pasien berkeringat banyak dan badan terasa lebih baikan.
Badan terasa pegal-pegal, kepala pusing, mual (+), muntah (+), nyeri ulu hati (+)
dan nafsu makan berkurang. BAK tidak ada keluhan, warna kuning pekat jernih,
darah(-), nyeri (-). BAB tidak ada keluhan, warna kuning kecoklatan, darah (-),
lendir (-). Pasien tidak hilang dengan obat penurun panas. Riwayat sakit malaria
sebelumnya disangkal, tetangga ada yang sakit malaria.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu 38,4C, tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 110 x/menit, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), lidah
kotor (-). Abdomen supel, BU (+) normal, nyeri tekan epigastrium (+), tugor kulit
baik. Ektremitas akral hangat, petechi (-), uji torniquet (-), CRT < 2 detik.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosa penyakit yang


diderita pasien yaitu Febris et causa malaria klinis.

Pasien tinggal di rumah permanen dan beberapa ruangan mempunyai


ventilasi dan tidak memakai jaring untuk mencegah nyamuk. Mempunyai 1 ruang
tamu, 1 ruang keluarga sekaligus ruang tempat makan yang bergabung dengan
dapur pasien serta 3 kamar tidur. Mempunyai 1 kamar mandi yang dilapisi dengan
keramik dan dilengkapi dengan WC leher angsa. Sumber air berasal dari PDAM,
dan sumber penerangan berasal dari PLN. Di belakang rumah pasien terdapat
kolam ikan yang sudah lama tidak digunakan yang airnya tidak mengalir. Di
depan rumah pasien juga ada kebun pisang. Dikanan kiri rumah pasien berbatasan
dengan rumah tetangga pasien.

27
Hubungan antara lingkungan rumah dan kondisi keadaan lingkungan dengan
penyakit malaria yang diderita pasien yaitu,
Kondisi rumah pasien yang tidak memakai jaring di ventilasi, tidak
memakai kelambu, dan jarang menggunakan obat nyamuk.
Kondisi belakang rumah pasien dengan kolam ikan yang tidak terawat lagi
dengan air yang tidak mengalir dapat menjadi tempat perkembang-biakan
nyamuk anopheles.
Kebun pisang yang berada di depan rumah pasien bisa menjadi tempat
sarang nyamuk.

b. Hubungan diagnosis dengan aspek psikologis di keluarga


Pasien dikenal sebagai anak yang rajin dan berbakti kepada orang tua.
Denga adiknya pasien sangat akrab, tidak pernah ada percekcokan.
Didalam hubungan diagnosis dan aspek psikologis disini tidak ada hubungan
yang memperberat penyakit akibat dari faktor psikologi pasien.

c. Hubungan kausal antara beberapa masalah dengan diagnosis


Perkembangbiakan nyamuk anopheles yang berasal dari kolam belakang
rumah pasien dan kebun pisang di depan rumah pasien mengigit pasien
sehingga plasmodium berkembang biak di tubuh pasien.
Tidak adanya proteksi terhadap nyamuk anopheles yang akan masuk ke
dalam rumah sehingga mempermudah nyamuk anopheles menggigit
pasien.
Tetangga pasien terkena penyakit malaria.

d. Analisis untuk mencegah terjadinya penyakit :


Untuk mencegah terjadinya penyakit malaria pada pasien ini yaitu dengan
membersihkan kolam ikan di belakang rumah dan mengelolanya dengan
memasukkan ikan kedalam kolam tersebut sehingga jentik nyamuk dapat dimakan
oleh ikan yang ada didalam kolam.

28
Menggunakan kelambu atau jaring ventilasi ataupun obat nyamuk untuk
mencegah nyamuk anopheles menggigit tubuh pasien.

e. Analisis untuk mengurangi paparan/ memutuskan rantai penularan


dengan faktor resiko atau etiologi pada pasien ini dan keluarga
1. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit malaria, seperti gejala-gejala
malaria yang khas (trias malaria: Panas, berkeringat, menggigil) sehingga
pasien dapat segera berobat apabila ada gejala seperti itu.
2. Menjelaskan hubungan antara lingkungan dan perilaku terhadap penyakit
malaria.
3. Menjelaskan pentingnya pengobatan dan kepatuhan pada pengobatan malaria.
4. Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit malaria merupakan penyakit
yang disebabkan oleh gigitan nyamuk anopheles, maka perlu untuk
memberantas tempat perkembangbiakan nyamuk anopheles, dengan cara:
Membersihkan lingkungan disekitar rumah sehingga tidak menjadi tempat
nyamuk bersarang, serta mengubur barang-barang bekas.
Memasukkan ikan ke dalam kolam di belakang rumah pasien sehingga
tidak menjadi tempat berkembang biakan nyamuk dan menutup tempat
tempat penampungan air.
Tidur menggunakan kelambu atau menggunakan obat nyamuk
Menggunakan jaring pada ventilasi agar nyamuk tidak masuk ke dalam
rumah.
Menguras bak mandi dan tempat-tempat panampungan air sekurang-
kurangnya seminggu sekali.
Menjaga kebersihan dan kerapihan rumah, salah satunya tidak sering menggantung atau
menumpuk baju yang akan menjadi tempat nyamuk bersarang.

5. Berobat segera ke puskesmas kalau terdapat gejala-gejala malaria karena


kalau tidak segera diobati makan dapat timbul komplikasinya seperti, malaria

29
serebral, kalau malaria sudah mencapai otak dan komplikasi lainnya yang
membahayakan pasien sendiri.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Harijanto PN. Malaria. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, edisi IV.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2006; Hal: 1754-60.
2. Nugroho A & Tumewu WM. Siklus Hidup Plasmodium Malaria.. Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta.
Diunduh dari: www.google.com
3. Pribadi W. Parasit Malaria. Dalam: gandahusada S, Ilahude HD, Pribadi W
(editor). Parasitologi Kedokteran. Edisi ke-3. Jakarta, Fakultas Kedokteran UI,
2000, Hal: 171-97.
4. Tjitra E. Obat Anti Malaria. Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi
Klinis dan Penanganan. Jakarta. Diunduh dari: www.google.com
5. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di
Indonesia. Jakarta, 2006; Hal:1-12, 15-23, 67-68.

31
LAMPIRAN

PASIEN SAAT DIPERIKSA

32

Anda mungkin juga menyukai