Terry, didukung
Stogdill, melihat bahwa kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi
aktivitas kelompok dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan. Demikian
juga dengan pandangan Stephen P. Robbins yang melihat bahwa kepemimpinan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi kelompok menuju pencapaian sasaran.
Pendapat yang disampaikan oleh para ahli tersebut menunjukkan bahwa
kepemimpinan adalah aktivitas dan kemampuan untuk mempengaruhi orang-orang dan
kelompok yang diarahkan untuk mencapai tujuan.
Sifat sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemipin muda selain kreatif ialah
sebagai berikut: 1. Bertanggung jawab sosial, Pemimpin berkarakter dengan
selalu aktif dan berpartisipasi dalam kegiatan sosia lserta memiliki sikap
bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain 2. Ekstrovet atau terbuka,
pemimpin yang berkarakter bersikap respek terhadap orang lain, empat iterhadap
orang lain, empati terhadap orang lain dan memiliki kepeduliaan terhadap situasi
atau masalah-masalah lingkungan sekitarnya. 3. Visioner atau memiliki visi yang
tinggi, seorang pemimpin harus mempunyai tujuan jangka panjang yang jelas,
dengan pencapaiannya serta harus memikirkan segala rintangan yang
menghadang 4. Percayadiri, sikap percaya diri sangat dibutuhkan oleh seorang
pemimpin.. dimana kepercayaan diri itu sebagai rasa keberanian dan dapat
dijadikan modal untuk berkomunikasi dll. 5. Memiliki harapan hidup yang lebih
baik, pemimpin yang berkarakter mengarahkan hidupnya berdasarkan
pengalaman dan nilai nilai kehidupan yang dianutnya.. dia akan berkeyakinan
bahwa dia akan sukses dan menjadi lebih baik dengan disertai kerja keras dan
sikap optimis yang tinggi. 6. Tidak diskriminasi, seorang pemimpin harus dapat
adil atau adanya penyamarataan antara hak dan kewajiban anggotanya sesuai
dengan porsinya masing-masing atau tidak ada pembedaan pada individual atau
kelompok tertentu 7. Pantang menyerah, seorang pemimpin harus dapat
menularkan semangat dan jiwa pantang menyerah pada anggotanya atau tidak
menunjukkan suatu hal yang menurunkan semangat anggotanya Beberapa poin
diatas sangat menunjang kepemimpinan, maka dari itu seorang pemipin era
modern harus dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Hal terakhir yang
perlu diingat bahwa pemimpin itu diciptakan bukan dilahirkan. Menjadi seorang
pemimpin yang kreatif dapat kita asah secara dini bukan semata mata memang
sudah bawaan lahir. Untuk itu mulailah belajar dan berlkatih mengembangkan diri
untuk menadi pemimpin yang lebih kreatif dan semoga sukses.
Dalam berbagai teori tentang kepemimpinan dan organisasi, ada dua model
budaya organisasi yang ideal adalah yang memiliki sifat:
a. pertama strong (kuat). Artinya budaya organisasi yang dikembangkan
organisasi harus mampu mengikat dan mempengaruhi perilaku (behavior) para
individu pelaku organisasi (pemilik, manajemen, dan anggota organisasi) untuk
menyelaraskan (goal congruence) antara tujuan individu dan tujuan kelompok
mereka dengan tujuan organisasi. Selain itu, budaya organisasi yang dibangun
tersebut harus mampu mendorong para pelaku organisasi itu sendiri untuk
mencapai tujuan (goals), sasaran (objectives), persepsi, perasaan, nilai dan
kepercayaan. Interaksi sosial dan norma-norma bersama yang mempunyai arah
yang jelas sehingga mampu bekerja mengekspresikan potensi dalam arah dan
tujuan yang sama, serta dalam semangat yang sama pula.
b. Sifat kedua, dinamis dan adaptif (dynamic and adaptive) artinya budaya
organisasi yang dibangun harus fleksibel dan responsive terhadap perkembangan
lingkungan internal dan eksternal organisasi (mega environments), seperti
tuntutan stake holder eksternal dan perubahan lingkungan, seperti perkembangan
hukum, ekonomi, politik, sosial, teknologi informasi dll.
Gaya kepemimpinan yg diterapkan oleh Ir. Soekarno berorientasi pada moral dan etika ideologi
yang mendasari negara atau partai, sehingga sangat konsisten dan sangat fanatik, cocok
diterapkan pada era tersebut. Sifat kepemimpinan yg juga menonjol dan Ir. Soekarno adalah
percaya diri yang kuat, penuh daya tarik, penuh inisiatif & inovatif serta kaya akan ide dan
gagasan baru. Sehingga pada puncak kepemimpinannya, pernah menjadi panutan dan sumber
inspirasi pergerakan kemerdekaan dari bangsa-bangsa Asia dan Afrika serta pergerakan melepas
ketergantungan dari negara-negara barat (Amerika dan Eropa).
Ir. Soekarno adalah pemimpin yang kharismatik, memiliki semangat pantang menyerah dan rela
berkorban demi persatuan dan kesatuan serta kemerdekaan Bangsanya.
Soekarno termasuk sebagai tokoh nasionalis dan anti-kolonialisme yang pertama, baik di dlm
negeri maupun untuk lingkup Asia, meliputi negeri-negeri seperti India, Cina, Vietnam, dan lain-
lainnya. Tokoh-tokoh nasionalis anti-kolonialisme seperti inilah pencipta Asia pasca-kolonial.
Dalam perjuangannya, mereka harus memiliki visi kemasyarakatan dan visi tentang negara
merdeka. Ini khususnya ada dalam dasawarsa l920-an dan 1930-an pada masa kolonialisme
kelihatan kokoh secara alamiah dan legal di Dunia
Berikut adalah kelemahan dan kelebihan kepemimpinan presiden soekarno :
Kelemahan
a. Perekonomian berjalan tidak mulus disebabkan ketidakstabilan politik dalam negeri yang
dicerminkan oleh beberapa pemberontakan di sejumlah wilayah.
b. Kondisi perekonomian Indonesia di orde lama hampir mengalami stagflasi selama 1965
1966 dengan PDB hanya 0,5 persen dan 0,6 persen
c. Kehancuran ekonomi Indonesia menjelang akhir periode orde lama juga di dorong oleh
hiperinflasi yang pada tahun 1966 mencapai 650%.
d. Sistem perekonomian terpengaruh haluan komunis meskipun indonesia berdasrkan haluan
pancasila
Kelebihan
a. Melakukan kebijakan ekonomi yang di anggap penting dengan mereformasi moneter
melalui devaluasi mata uang nasional yang saat itu masih gulden dan pemotongan uang sebesar
50 % atas semua uang yang beredar pada kabinet natsi.
b. Berani menentang kapitalisme yang di anut perusahaan-perusahaan peninggalan belanda
c. Menasionalisasi/ mengambil alih perusahaan-perusahaan asing termasuk perusahaan
belanda.
Menjadi presiden bukan karena keinginannya. Hanya karena kondisi sehingga ia jadi
presiden. Orang yang cerdas tapi terlalu lugu dalam politik. Karena ingin terlihat bagus, ia
membuat blunder dalam masalah timor timur.
Seorang kiai yang sangat liberal dalam pemikirannya, penuh dengan ide, sangat tidak disiplin,
dan berkepemimpinan ala LSM.
Berpenampilan tenang dan tampak kurang acuh dalam menghadapi persoalan. Tetapi
dalam hal-hal tertentu megawati memiliki determinasi dalam kepemimpinannya, misalnya
mengenai persoalan di BPPN, kenaikan harga BBM dan pemberlakuan darurat militer di Aceh
Nanggroe Darussalam.
Gaya kepemimpinan megawati yang anti kekerasan itu tepat sekali untuk menghadapi
situasi bangsa yang sedang memanas.
Calon yang satu ini merupakan calon lebih banyak menjual image orang tua beliau,
dari pada image dirinya sendiri. Beliau merupakan presidennya wong cilik, memang benar
wong cilik yang sering kami tanya mengenai hal ini banyak yang memilih beliau karena beliau
mempunyai perhatian yang tinggi kepada mereka dengan menyediakan bahan pokok murah,
namun banyak aset perusahaan negara yang dijual untuk membeli bahan pokok bagi rakyat.
Memang orang yang hanya berfikir hidup, akan merasa terbantu sekali dengan model
kepemimpinan beliau ini. Namun sebagian orang juga tidak setuju penjualan aset tersebut.
kurang dapat memprediksikan gaya pemerintahan beliau, karena semuanya lebih bergantung
kepada anggota kabinet daripada sosok beliau sendiri.
Cukup demokratis, tapi pribadi Megawati dinilai tertutup dan cepat emosional. Ia alergi
pada kritik. Komunikasinya didominasi oleh keluhan dan uneg-uneg, nyaris tidak pernah
menyentuh visi misi pemerintahannya.
Beliau ini presiden pertama yang dipilih oleh rakyat. Orangnya mampu dan bisa menjadi
presiden. Juga cukup bersih, kemajuan ekonomi dan stabilitas negara terlihat membaik. Sayang
tidak mendapat dukungan yang kuat di Parlemen. Membuat beliau tidak leluasa mengambil
keputusan karena harus mempertimbangkan dukungannya di parlemen. Apalagi untuk
mengangkat kasus korupsi dari orang dengan back ground parpol besar, beliau keliahatan
kesulitan. Sayang sekali saat Indonesia punya orang yang tepat untuk memimpin, parlemennya
dipenuhi oleh begundal-begundal oportunis yang haus uang sogokan.
Pembawaan SBY, karena dibesarkan dalam lingkungan tentara dan ia juga berlatar
belakang tentara karir, tampak agak formal. Kaum ibu tertarik kepada SBY karena ia santun
dalam setiap penampilan dan apik pula berbusana. Penampilan semacam ini meningkatkan citra
SBY di mata masyarakat.
SBY sebagai pemimpin yang mampu mengambil keputusan kapanpun, di manapun, dan
dalam kondisi apapun. Sangat jauh dari anggapan sementara kalangan yang menyebut SBY
sebagai figur peragu, lambat, dan tidak "decisive" (tegas). Sosok yang demokratis, menghargai
perbedaan pendapat, tetapi selalu defensif terhadap kritik. Hanya sayang, konsistensi Yudhoyono
dinilai buruk. Ia dipandang sering berubah-ubah dan membingungkan publik.
1. Seokarno
2. Seoharto
Beliau ini adalah ke VI Republik Indonesia dan presiden pertama yang dipilih
oleh rakyat. Orangnya mampu dan bisa menjadi presiden. Juga cukup bersih,
kemajuan ekonomi dan stabilitas negara terlihat membaik. Sayang tidak
mendapat dukungan yang kuat di Parlemen. Membuat beliau tidak leluasa
mengambil keputusan karena harus mempertimbangkan dukungannya di
parlemen.
4. Joko Widodo
Dalam sistem politik yang demokratis, pemimpin yang tegas dan berani tidak
identik dengan militer. Latar belakang militer tidak otomatis lebih berani,
lebih tegas atau lebih nasionalis. Pemimpin kuat juga tidak sama dengan
pemimpin yang membuat kebijakan dan menerobos aturan. Dalam demokrasi
di mana hukum dikedepankan, sikap tegas, berani dan konsisten justru bisa
ditunjukkan dengan cara-cara yang lembut dan santun seperti Jokowi.
Ir. Soekarno adalah pemimpin yang kharismatik, memiliki semangat pantang menyerah
dan rela berkorban demi persatuan dan kesatuan serta kemerdekaan bangsanya.
Dalam era globalisasi yang penuh dengan daya saing dan tantangan
perubahan lingkungan, pemimpin yang ideal seyogyanya memiliki ciri-ciri
pribadi diatas, ditambah dengan memiliki tiga ketrampilan sebagaimana
dikatakan Robert L. Katz (1955) dalam jurnalnya Skills of an Effective
Administrator, yaitu:
1. Ketrampilan teknis (technical skill), pengetahuan dan ketrampilan
seseorang dalam salah satu jenis proses atau teknik.
2. Ketrampilan manusiawi (human skill), kemampuan bekerja secara efektif
dengan orang-orang dan membina kerjasama tim
3. Ketrampilan konseptual (conceptual skill), kemampuan untuk berpikir
dalam kaitannya dengan model, kerangka, hubungan yang luas dan
rencana jangka panjang (visioner).
Beberapa pendapat ahli tentang definisi kepemimpinan seperti yang
dikemukakan telah dikemukakan oleh George R. Terry di atas, didukung
olehStogdill melihat kepemimpinan sebagai suatu proses mempengaruhi
aktivitas kelompok dalam rangka perumusan dan pencapaian
tujuan. Harold Koontz dan Cyril ODonnel juga menjelaskan
bahwa leadership may be defined as the ability to exert interpersonal
influence, by means of communication, toward the
achievement a goal. Demikian juga dengan pandangan Stephen P.
Robbins melihat kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi
kelompok menuju pencapaian sasaran. Pengertian agak berbeda
dikemukakan oleh Dubin yang menyebutkan kepemimpinan
sebagaiaktivitas para pemegang kekuasaan dan membuat keputusan.
Pendapat yang disampaikan oleh para ahli tersebut menunjukkan
bahwa kepemimpinan adalah aktivitas dan kemampuan untuk
mempengaruhi orang-orang dan kelompok yang diarahkan untuk
mencapai tujuan organisasi. Sedangkan fungsi pemimpin adalah
mengarahkan, membina, mengatur, menunjukkan terhadap orang-orang
yang dipimpin agar orang yang dipimpin itu senang, sehaluan serta terbina
dan menuruti kehendak dan tujuan dari pemimpin. Disamping pendapat
tersebut juga telah dikembangkan beberapa teori tentang kepemimpinan,
yaitu:
1. Teori Ciri, pemimpin mempunyai sejumlah atribut individual seperti
aspek-aspek kepribadian, temperamen, kebutuhan, motivasi dan nilai-nilai.
Cirinya adalah watak yang relatif stabil dalam berprilaku, yang menyatakan
bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan dibuat, sehingga seseorang yang
dilahirkan sebagai pemimpin amaka akn menjadi pemimpin.
2. Teori Perilaku, yang didasarkan pada beberapa penelitian yaitu : Univeritas
Ohio State yang menghasilkan : perilaku pemimpin pada dasarnya
memiliki kecenderungan yang mengarah kepada dua kategori yaitu
consideration yaitu cenderung mengarah kepada kepentingan bawahan
dan Initiating Structure yaitu pemimpin cenderung lebih mementingkan
organisasi dari pada memperhatikan bawahannya. Teori ini mengadopsi
Studi Kepemimpinan Michigan, Model Leadership Continuum Robert
Tannenbaum dan Warren H. Schmidt, yang disempurnakan oleh Likert
dengan model Likerts Management System, dan Managerial Grid oleh
Robert R Blake dan Jane s Mouton.
3. Teori Kontingensi, teori ini berdasarkan asumsi bahwa pola perilaku atau
pola ciri yang berbeda akan menjadi efektif di dalam situasi yang berbeda-
beda dan bahwa pola perilaku atau pola ciri tidaklah optimal dalam semua
situasi. Teori ini mengadopsi Path Goal Theory (House dan Dessler,
1974); LPC Contingency Model (Fiedler, 1978); Leader Member Exchenge
Theory (Graen dan Casman, 1975); Teori Situasional (Hersey dan
Blanchard); dan Leader Participations Model (Vroom dan Yetton, 1973).
4. Teori Neocharismatic, menekankan kepada simbolik, pertimbangan
emosional dan komitmen pengikut yang luarbiasa, dengan mengadopsi
teori atribusi tentang Karisma (Conger dan Kanungo); Transformational
Leadership (Burn, 1978); Visionary Leadership; dan
Teori Superleadership.
Tulisan ini mencoba membahas bagaimana pemimpin yang ideal dalam era
globalisasi ini yang dapat menggerakkan organisasi mencapai tujuan dan
sasarannya dengan berbagai dinamika dan konflik yang terjadi didalamnya.
Era saat ini dunia membutuhkan pemimpin yang dinamis dan berintegritas. Globalisasi menciptakan
sebuah pasar dunia yang kompleks dan cepat dalam perubahan. Caligiuri dan Tarique (2012) dalam
tulisannya yang berjudul Dynamics cross-cultural competencies and global leadership effectiveness di
Journal of world, mengungkapkan bahwa kepemimpinan yang efesien dan efektif merupakan kebutuhan
dalam masyarakat global. Dan kepemimpinan tersebut haruslah mampu untuk melampaui keterbatasan
antar budaya di muka bumi ini.
Kepemimpinan adalah kunci utama dalam menjalankan organisasi dan menggerakan dunia yang
kompleks ini. Penguasaan teknologi, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan manajemen cross-
cultural menjadi parameter utama dalam melihat pemimpin di era global. Disamping itu integritas dan
kemampuan untuk mengambil tindakan potensial tetap masih menjadi kemampuan dasar yang dapat
diterapkan. Pemimpin haruslah mampu bertindak dinamis dengan menampilkan diri otentiknya.
Sehingga dalam perubahan yang sangat cepat, ia masih mampu bertanggung jawab terhadap diri dan
proses perubahan tersebut.
Untuk menjawab kebutuhan tersebut, maka personal pemimpin yang dinamis dan berintegritas adalah
karakter yang perlu dikembangkan oleh para pemimpin di era globalisasi. Dinamis adalah suatu roh
semangat yang bekerja secara cepat dan tepat, serta mengoptimalkan sumber daya yang ada. Seorang
pemimpin akan dinamis dalam era globalisasi apabila ia memiliki sikap proaktif. Sikap proaktif ini
bukanlah respon yang didasari oleh adanya stimulus. Namun sebuah respon aktif yang hadir
dikarenakan kesadaran akan adanya sebuah tindakan perubahan. Pemimpin yang proaktif, tidak akan
melakukan tindakan hiperaktif. Namun ia akan selalu melakukan sebuah tindakan yang didasari rasa
tanggung jawab dan kesiapan untuk menghadapi situasi didepannya. Selain butuh personal pemimpin
yang proaktif, era globalisasi juga membutuhkan pemimpin yang memiliki visi perubahan kedepan. Visi
merupakan sebuah tanggung jawab pemimpin untuk melihat masa depan dan membawa orang-orang
yang dipimpinnya saat ini ke kondisi tersebut. Dengan memiliki visi, maka sifat era globalisasi yang
memungkinkan terjadinya kondisi ketidak pastian, menjadi sebuah arah yang pasti dan jelas. Pemimpin
tidak bisa menolak datangnya arus globalisasi. Yang dapat dilakukan oleh dirinya adalah mengendalikan
arus tersebut, kearah yang diinginkannya. Selanjutnya pemimpin secara personal juga haruslah memiliki
komunikasi yang efektif dan efesien. Teknologi komunikasi yang dihadirkan dalam era ini,
memungkinkan setiap pemimpin mampu untuk mengoptimalkan tools ini dalam menyampaikan visi,
misi dan tujuan yang diinginkannya. Dengan komunikasi yang efektif, seorang pemimpin akan lebih
cepat untuk menciptakan perubahan. Ia tidak perlu bekerja sendiri, namun dapat bekerja secara
berjejaring dengan orang-orang disekitarnya. Dengan demikian visi, misi dan tujuannya akan lebih cepat
tercapai. Berikutnya adalah hal yang lebih penting dalam personal pemimpin di era globalisasi adalah
integritas diri. Pemimpin haruslah memiliki kesatuan antara hal-hal yang dipikirkan, dikatakan dan
dilakukan. Pemimpin haruslah mereka yang telah memahami siapa diri mereka, dan siap untuk
mengarahkan orang lain menuju pada sebuah kondisi ideal. Ia adalah seseorang yang telah mampu
untuk memenangkan dirinya ditengah pertarungan realitas disekitarnya. Dengan memenangkan diri, ia
mampu menentukan aktivitas-aktivitas prioritas untuk menunjang pengembangan dirinya. Pemimpin
yang ideal adalah pemimpin yang tidak bersembunyi dibalik topeng realitas sekitarnya. Namun
pemimpin yang berani dengan realitas dalam diri, menunjukan bahwa ia mampu mengarahkan dan
membuat perubahan.
Globalisasi membutuhkan personal pemimpin yang bisa mengarahkan dan mengoptimalkan sumber
daya yang tidak terbatas di era global. Dengan memiliki karakter kepemimpinan seperti diatas, maka
secara personal seseorang mampu menjadi pemimpin yang diharapkan di era tanpa gravitasi ini. Ia
selalu memliliki tali pengaman integritas untuk mengikat dirinya dengan situasi kekinian yang cepat
untuk berubah. Dan orang seperti inilah yang mampu membawa orang lain ke sebuah kondisi yang ideal.
B.Kepemimpinan Karismatik
Max Weber, seorang sosiolog, adalah ilmuan pertama yang membahas kepemimpinan
karismatik.Lebih dari seabad yang lalu, ia mendefinisikan karisma (yang berasal dari bahasa
Yunani yang berarti "anugerah") sebagai "suatu sifat tertentu dari seseorang, yang
membedakan mereka dari orang kebanyakan dan biasanya dipandang sebagai kemampuan
atau kualitas supernatural, manusia super, atau paling tidak daya-daya istimewa.Kemampuan-
kemampuan ini tidak dimiliki oleh orang biasa, tetapi dianggap sebagai kekuatan yang
bersumber dari yang Ilahi, dan berdasarkan hal ini seseorang kemudian dianggap sebagai
seorang pemimpin.
C. Kepemimpinan Transformasional
* Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan
penuh kemauan untuk tujuan kelompok (George P Terry)
* Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai
tujuan umum (H.Koontz dan C. O'Donnell)
* Kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu keadaan dan
diarahkan melalui proses komunikasi ke arah tercapainya sesuatu tujuan (R. Tannenbaum,
Irving R, F. Massarik).
Untuk lebih mendalami pengertian kepemimpinan, di bawah ini akan dikemukakan beberapa
definisi kepemimpinan lainnya seperti yang dikutip oleh Gary Yukl (1996: 2), antara lain:
* Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan berada di atas
kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi (Katz dan Kahn)
* Kepemimpinan adalah proses memberi arti terhadap usaha kolektif yang mengakibatkan
kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran (Jacobs dan
Jacques)
Menurut Wahjosumidjo (1984: 26) butir-butir pengertian dari berbagai definisi kepemimpinan,
pada hakekatnya memberikan makna :
* Kepemimpinan adalah sesuatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-
sifat tertentu seperti kepribadian, kemampuan, dan kesanggupan.
* Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan
kedudukan serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri
* Kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin, bawahan dan
situasi.
ANALISA
Ada sebuah kutipan dari mantan Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla : Katakan yang
akan dikerjakan, Kerjakan yang dikatakan, dan Komunikasikan apa yang telah dikerjakan dan
yang tidak dikerjakan . Tidak mustahil dengan membangun ketiga hal tersebut kepercayaan
akan lebih mudah terbina.
* Hubungan kekuatan/kekuasaan
* Inisiasi struktur
Tadi dikatakan diatas bahwa ada 4 faktor yang menuju kepemimpinan transfomasional,adapun
pengertian dari masing-masing faktor tersebut :
- Idealized influence
kepala sekolah merupakan sosok ideal yang dapat dijadikan sebagai panutan bagi guru
dan karyawannya, dipercaya, dihormati dan mampu mengambil keputusan yang terbaik untuk
kepentingan sekolah.
- Inspirational motivation
kepala sekolah dapat memotivasi seluruh guru dan karyawannnya untuk memiliki
komitmen terhadap visi organisasi dan mendukung semangat team dalam mencapai tujuan-
tujuan pendidikan di sekolah.
- Intellectual Stimulation
kepala sekolah dapat menumbuhkan kreativitas dan inovasi di kalangan guru dan
stafnya dengan mengembangkan pemikiran kritis dan pemecahan masalah untuk menjadikan
sekolah ke arah yang lebih baik.
- Individual consideration
kepala sekolah dapat bertindak sebagai pelatih dan penasihat bagi guru dan stafnya.
2.TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan
yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat
besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik
dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang
superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang
kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri.
Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.
Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan
paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat sikap over-
protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih
lebihan.
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter.
Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah: (1) lebih banyak menggunakan
sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana, (2)
menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3) sangat menyenangi formalitas, upacara-
upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan, (4) menuntut adanya disiplin yang
keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-
kritikan dari bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung searah.
Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain: (1) mendasarkan diri pada
kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi, (2) pemimpinnya selalu berperan sebagai
pemain tunggal, (3) berambisi untuk merajai situasi, (4) setiap perintah dan kebijakan selalu
ditetapkan sendiri, (5) bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana
dan tindakan yang akan dilakukan, (6) semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah
diberikan atas pertimbangan pribadi, (7) adanya sikap eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa
secara absolut, (9) sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10)
pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan
kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit
pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh
bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan
teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan
koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai
pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme.
Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.
ANALISA
Dalam berorganisasi tentu kita mempunyai seorang pemimpin, dan tentunya mempunyai
cara kepemimpinan yang khas agar pekerjaan tidak menimbulkan kejenuhan dalam
pekerjaan.Dari penjelasan diatas, dijelaskan bahwa tipe tipe kepemimpinan terdiri dari 8.
Masing- masing mempunyai ciri-ciri yang berlainan dalam memimpin.berikut adlah penjelasan
dari tipe-tipe kepemimpinan.
Tipe Kepemimpinan Karismatis adalah sampai saat ini para ahli manajemen belum
berhasil menamukan sebab-sebab mengapa seorang pemimin memiliki karisma. Yang
diketahui ialah tipe pemimpin seperti ini mampunyai daya tarik yang amat besar, dan karenanya
mempunyai pengikut yang sangat besar. Kebanyakan para pengikut menjelaskan mengapa
mereka menjadi pengikut pemimpin seperti ini, pengetahuan tentang faktor penyebab Karena
kurangnya seorang pemimpin yang karismatis, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin
yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers), perlu dikemukakan
bahwa kekayaan, umur, kesehatan profil pendidikan dan sebagainya. Tidak dapat digunakan
sebagai kriteria tipe pemimpin karismatis.
Tipe Otokratis merupakan tipe tipe kepemimpinan yang mencirikan kekuasaan yang
tertinggi yang mengandalkan kepada kekuasaan dan pemaksaan. Tipe ini jelas membuat
bawahan hanya mengikuti segala sesuatu yang telah ditetapkan tanpa mampu untuk
memberikan sebuah pendapat atau ide-ide. Sehingga bisa menimbulkan adanya kekacauan
yang akan terjadi suatu saat dimana para bawahan mengalami suatu kejenuhan dalam
mengikuti peraturan yang ada. Contohnya : adanya keadaan dimana terjadinya pengambilan
kekuasaan secara paksa atau biasa disebut kudeta yang dilakukan oleh para
pengikut/bawahannya. Tipe Otokratis ini tidak cocok untuk masa modern seperti sekarang ini,
karena perkembangan zaman yang ada membuat orang orang bebas dan mudah
mengeluarkan pendapat / komentar maka dari itu dibutuhkan suatu tipe-tipe kepemimpinan
yang mampu menampung aspirasi dan ide-ide baru yang ada. diketahui bahwa tipe ini tidak
menghargai hak-hak dari manusia, karena tipe ini tidak dapat dipakai dalam organisasi modern.
Tipe Laissez Faire, tipe ini memberikan kebebasan kepada para bawahan, tidak adanya
keterlibatan pemimpin untuk mengawasi dan mengkoordinasi menyebabkan terjadinya
kesenjangan. Para bawahan bebas dan tanpa ragu melakukan segala sesuatu yang mungkin
bisa menyebabkan suatu kekacauan. Tipe sangat tidak cocok untuk masa sekarang, jika tipe ini
memimpin pada masa sekarang secara cepat akan terjadi kekacauan karena tidak adanya
ketegasan dan sikap dari pimpinan.
Tipe Paternalistik merupakan tipe dengan cara memimpin yang membuat para
bawahannya terlihat seperti orang yang belum dewasa. Sehingga menyebabkan para bawahan
tidak bisa mengembangkan diri serta mengeluarkan ide-ide yang baru. Tipe ini hampir mirip
dengan tipe otokratis yaitu para bawahan tidak bisa berkembang dan mengeluarkan ide-ide
baru, tetapi dalam hal cara memimpin sangatlah berbeda. Tipe Otokratis memimpin dengan
kekuasaan dan pemaksaan sedangkan pada tipe paternalistik pemimpin selalu bertindak
sebagai bapak dan memberikan perlindungan kepada bawahannya. Harus diakui bahwa dalam
keadaan tertentu pemimpin seperti ini sangat diporlukan. Akan tetapi ditinjau dari segi sifar-sifar
negatifnya pemimpin faternalistis kurang menunjukkan elemen kontinuitas terhadap organisasi
yang dipimpinnya.
Tipe Kepemimpinan di cirikan dengan segala sesuatu yang bersifat formal. Komunikasi
yang terjalin antara pemimpin dan bawahan terlihat bersifat kaku dan mungkin bisa
menimbulkan ketidaknyamanan. Tipe ini mungkin cocok untuk lingkungan yang bersifat militer
yang menjunjung tinggi disiplin yang tinggi.
Tipe Demokratis, tipe tipe kepemimpinan ini mungkin yang mendekati sempurna.
Para bawahan dibebaskan untuk berperan aktif dalam kegiatan organisasi, memberikan ide dan
saran. Serta ikut dalam pengambilan keputusan. Namun dalam hal ini kekurangan pada tipe
demokratis adalah dimana segala sesuatu yang berhubungan dengan keputusan bersifat
terbuka terkadang menimbulkan pro dan kontra. Sifat terbuka ini terkadang membuat orang
orang yang terlibat didalamnya menjadi was- was sehingga timbul untuk menutupi,
memanipulasi dan melakukan penyelewangan. Contohnya : korupsi.
Tipe Open Leadership sama dengan tipe demokratis namun dalam hal pengambilan
keputusan ada ditangan pemimpin. Ini menandakan ada batasan antara bawahan dan
pimpinan. Para bawahan tetap berpatisipasi aktif dalam kegiatan organisasi dan memberikan
syarat dan ide baru. Tetapi pimpinanlah yang berhak untuk menyaring serta mengambil
keputusan yang ada. Tipe ini menurut saya adalah tipe yang paling cocok karena walaupun
pemimpin yang berhak membuat keputusan, namun ide dan saran bawahan pasti ikut andil
dalam setiap keputusan yang di ambil oleh pimpinan.
Pada dasarnya Tipe kepemimpinan ini bukan suatu hal yang mutlak untuk diterapkan,
karena pada dasarnya semua jenis gaya kepemimpinan itu memiliki keunggulan masing-
masing. Pada situasi atau keadaan tertentu dibutuhkan gaya kepemimpinan yang otoriter,
walaupun pada umumnya gaya kepemimpinan yang demokratis lebih bermanfaat. Oleh karena
itu dalam aplikasinya, tinggal bagaimana kita menyesuaikan gaya kepemimpinan yang akan
diterapkan dalam keluarga, organisasi/perusahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang
menuntut diterapkannnya gaya kepemimpinan tertentu untuk mendapatkan manfaat.
3.GAYA KEPEMIMPINAN
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam
mempengaruhi perilaku orang lain. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang
dipergunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang
lain. Masing-masing gaya tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan. Seorang pemimpin
akan menggunakan gaya kepemimpinan sesuai kemampuan dan kepribadiannya. Setiap
pimpinan dalam memberikan perhatian untuk membina, menggerakkan dan mengarahkan
semua potensi pegawai di lingkungannya memiliki pola yang berbeda-beda antara satu dengan
yang lainnya . Perbedaan itu disebabkan oleh gaya kepemimpinan yang berbeda-beda pula
dari setiap pemimpin. Kesesuaian antara gaya kepemimpinan, norma-norma dan kultur
organisasi dipandang sebagai suatu prasyarat kunci untuk kesuksesan prestasi tujuan
organisasi.
Pada dasarnya di dalam setiap gaya kepemimpinan terdapat 2 unsur utama, yaitu unsure
pengarahan (directive behavior) dan unsur bantuan (supporting behavior). Sedangkan
berdasarkan kepribadian maka gaya kepemimpinan dibedakan menjadi (Robert Albanese,
David D. Van Fleet, 1994) :
1). Mereka belajar untuk berkomitmen, sekalipun seringkali mereka akan gagal.
2). Mereka menempatkan orang-orang untuk menutupi kelemahan mereka, dimana kepribadian
ini berantakan dan tidak sistematis.
tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan
hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan. Dalam gaya kepemimpinan otoriter, pemimpin
mengendalikan semua aspek kegiatan. Pemimpin memberitahukan sasaran apa saja yang ingin
dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut, baik itu sasaran utama maupun sasaran
minornya.
Pemimpin yang menjalankan gaya kepemimpinan ini juga berperan sebagai pengawas
terhadap semua aktivitas anggotanya dan pemberi jalan keluar bila anggota mengalami
masalah.Dengan kata lain, anggota tidak perlu pusing memikirkan apappun. Anggota cukup
melaksanakan apa yang diputuskan pemimpin.Kepribadian dasar pemimpin model ini adalah
merah. Kelebihan model kepemimpinan otoriter ini ada pada pencapaian prestasinya. Tidak ada
satupun tembok yang mampu menghalangi langkah pemimpin ini. Ketika dia memutuskan suatu
tujuan, itu adalah harga mati, tidak ada alasan, yang ada adalah hasil. Langkah - langkahnya
penuh perhitungan dan sistematis. Dingin dan sedikit kejam adalah kelemahan pemimpin
dengan kepribadian merah ini. Mereka sangat mementingkan tujuan, sehingga tidak pernah
peduli dengan cara. Makan atau dimakan adalah prinsip hidupnya. Gaya kepemimpinan ini
menganggap bahwa semua orang adalah musuh, entah itu bawahannya atau rekan kerjanya.
C. Gaya Kepemimpinan Demokratis
2). Punya semangat bahwa hidup ini tidak selalu win-win solution, ada kalanya terjadi win-
loss solution. Pemimpin harus mengupayakan agar dia tidak selalu kalah,tetapi ada kalanya
menjadi pemenang.
2) Belajar mempercayai orang lain atau membiarkan melakukan dengan cara mereka, bukan
dengan cara anda.
ANALISA
Kepemimpinan merupakan salah satu isu dalam manajemen yang masih cukup menarik
untuk diperbincangkan hingga dewasa ini. Media massa, baik elektronik maupun cetak,
seringkali menampilkan opini dan pembicaraan yang membahas seputar kepemimpinan. Peran
kepemimpinan yang sangat strategis dan penting bagi pencapaian misi, visi dan tujuan suatu
organisasi, merupakan salah satu motif yang mendorong manusia untuk selalu menyelidiki
seluk-beluk yang terkait dengan kepemimpinan.
Kualitas dari pemimpin seringkali dianggap sebagai faktor terpenting dalam keberhasilan
atau kegagalan organisasi demikian juga keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi baik
yang berorientasi bisnis maupun publik, biasanya dipersepsikan sebagai keberhasilan atau
kegagalan pemimpin. Begitu pentingnya peran pemimpin sehingga isu mengenai pemimpin
menjadi fokus yang menarik perhatian para peneliti bidang perilaku keorganisasian. Organisasi
yang berhasil dalam mencapai tujuan serta mampu memenuhi tanggug jawab sosialnya akan
sangat tergantung pada para pimpinan. Bila pimpinan mampu melaksanakan dengan baik,
sangat mungkin organisasi tersebut akan mencapai sasarannya. Suatu organisasi
membutuhkan pemimpin yang efektif, yang mempunyai kemampuan mempengaruhi perilaku
anggotanya atau anak buah. Jadi, seorang pemimpin atau kepala suatu organisasi akan diakui
sebagai seorang pemimpin apabila ia dapat mempunyai pengaruh dan mampu mengarahkan
bawahannya kearah pencapaian tujuan organisasi.dan seperti yang kita ketahui bila ingin
mencapai tujuan harus ada cara yang dikembangkan agar terlaksana dengan baik.teori diatas
menjelaskan bahwa ada 4 gaya kepemimpinan yaitu Kepemimpinan
Kharismatis,Otoriter,Demokretis dan Moralis.
Demokratis
Komunikasi berlangsung secara timbal balik, baik yang terjadi antara pimpinan dan bawahan
maupun sesama bawahan;
Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan
secara wajar;
Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran, pertimbangan atau pendapat;
Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan dari pada intruksi;
Pimpinan memperhatikan dalam bersikap dan bertindak, adanya saling percaya, saling
menghormati.
Otoriter
Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahannya
dilakukan secara ketat;
Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran pertimbangan atau pendapat;
Lebih banyak kritik dari pada pujian, menuntut prestasi dan kesetiaan sempurna dari bawahan
tanpa syarat, dan cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman.
Pimpinan menentukan semua keputusan yang bertalian dengan seluruh pekerjaan dan
memerintahkan semua bawahan untuk melaksanakannya;
Adanya sanksi yang jelas jika seorang bawahan tidak menjalankan tugas sesuai dengan
standar kinerja yang telah ditentukan.
Moralis
Hubungan antara atasan dan bawahan dalam suasana yang baik secara umum manajer
bertindak cukup baik;
Manajer menyampaikan berbagai peraturan yang berkaitan dengan tugas-tugas atau perintah,
dan sebaliknya para bawahan diberikan kebebasan untuk memberikan pendapatannya
a. Seseorang ditakdirkan lahir untuk menjadi pemimpin. Seseorang menjadi pemimpin melalui
usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan sendiri.
b. Seseorang menjadi pemimpin bila sejak lahir ia memiliki bakat kepemimpinan kemudian
dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman serta sesuai dengan tuntutan lingkungan.
2. Teori lingkungan
5. Teori humanistik
6. Teori pertukaran
2.Teori Lingkungan
Teori ini dikemukakan berdasarkan tiga variable, yaitu : aktivitas, interaksi, dan
sentiment. Struktur interaksi akan menentukan arah aktivitas, sehingga pemimpin harus dapat
menciptakan suatu struktur interaksi dimana struktur ini merupakan stimulasi terciptanya suatu
suasana yang relevan dengan harapan-harapan dari masyarakat.
5.Teori Humanistik
Teori ini menyatakan bahwa fungsi kepemimpinan adalah mengatur kebebasan individu
untuk dapat merealisasikan motivasi rakyatnya agar dapat bersama-sama mencapai tujuan.
Yang terpenting dalam teori ini adalah unsur organisasi yang baik dan dapat memperhatikan
kebutuhan anggotanya.
6.Teori Pertukaran
Teori ini menganggap bahwa interaksi sosial akan menghasilkan bentuk perubahan-
perubahan dimana para pengikutnya akan berpartisipasi aktif. Pemimpin dan kepemimpinan
banyak diharapkan mengadakan interaksi untuk menunjang keberhasilan dari kepemimpinanya
sehingga para anggotnya merasa dihargai dan adanya kepuasan serta penghargaan terhadap
pimpinan. Dengan demikian akan terjalin suatu keseimbangan yang positif untuk adanya
kebersamaan persepsi terhadap tujuan yang akan dicapai, sehingga pengikut maupun
pimpinan secara bersama-sama merasakan kepuasan dalam mencapai harapan-harapannya.
Keenam teori kepemimpinan diatas dapat dirangkum menjadi tiga teori atau pendekatan utama,
yaitu:
ANALISA
Dari penjelasan di atas ada rangkuman dari landasan keenam teori tersebut dan di bagi
menjadi 3 atau pendekatan utama beserta pengertiannya yaitu:
Namun kelemahan pendekatan ini ialah sulit untuk mendapatkan generalisasi sifat-sifat
kepemimpinan yang dapat ditemui padaorang lain. Namun demikian ternyata terdapat pula
sifat-sifat kepribadian pemimpin yang dianggap berhasil itu yang saling bertentangan. Misalnya
: ramah tapi tegas, suka merenung tetapi aktif, stabil tapi fleksibel, keras hati tapi
kooperatif.
Pendekatan ini sering disebut orang-orang besar yang menyatakan bahwa pemimpin
besar yang terkenal. Namun demikian dapat diakui bahwa tidak semua sifat kepemimpinan itu
dilahirkan. Sebagian dapat dicapai melalui pendidikan.
Walau pendekatan ini banyak mendapat kritikan dan sulit untuk diterapkan dalam setiap
situasi organisasi, namun dapat diakui bahwa pendekatan ini telah meletakkan dasar untuk
munculnya pendekatan lain, seperti pendekatan yang berpusat pada prilaku pemimpin dalam
interaksinya dengan orang lain pada kelompok atau organisasi.
2. Pendekatan Keprilakuan
3. Pendekatan Kontigensi
Teori ini penting karena merupakan satu-satunya yang menekankan kepemimpinan dari
pandangan para pengikut dan bagaimana prilaku pemimpin dilihat dari persepsi dan perasan
mereka. Model ini menggunakan kerangka teori motivasi kerja disatu pihak, dan dilain pihak
berhubungan dengan kekuasaan.
Sosial Learning merupakan suatu teori yang dapat memberikan suatu model yang
menjamin kelangsungan interaksi timbal balik antara pemimpin
Teori ini merupakan pengembangan yang mutakhir dari teori kepemimpinan dan merupakan
hasil baru dari model keefektifan pemimpin tiga dimensi.
o Brown (1936) berpendapat bahwa pemimpin tidak dapat dipisahkan dari kelompok, akan
tetapi boleh dipandang sebagai suatu posisi dengan potensi tinggi di lapangan. Dalam hal ini,
Krech dan Crutchfield memandang bahwa dengan posisinya yang khusus dalam kelompok,
pemimpin berperan sebagai agen primer untuk penentuan struktur kelompok, suasana
kelompok, tujuan kelompok, ideologi kelompok, dan aktivitas kelompok.
o Kepemimpinan sebagai suatu kemampuan mengarahkan orang lain untuk memperoleh hasil
yang maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan kerja sama yang besar, kepemimpinan
merupakan kekuatan semangat/moral yang kreatif dan terarah.
o Pemimpin adalah individu yang memiliki program/rencana dan bersama anggota kelompok
bergerak untuk mencapai tujuan dengan cara yang pasti.
PERSYARATAN PEMIMPIN
Karena seorang pemimpin bertugas menggerakan orang-orang yang dipimpinnya, maka
sudah barang tentu ia harus memiliki sifat-sifat yang lebih dari orang-orang yang dipimpinnya.
Banyaknya sifat-sifat ideal yang dituntut bagi seorang pemimpin berbeda-beda menurut bidang
kegiatan, jenis atau tipe kepemimpinan, tingkatan dan bahkan juga latar belakang budaya dan
kebangsaan. Untuk memperoleh perbandingan yang luas berikut ini akan diuraikan sifat-sifat
atau syarat-syarat kepemimpinan yang diajukan oleh beberapa ahli, pemuka masyarakat, dan
bahkan berdasarkan tradisi masyarakat tertentu.
Menurut Dr. Roeslan Abdulgani seorang pemimpin harus memiliki kelebihan dalam 3 hal dari
orang-orang yang dipimpinnya :
Artinya seseorang pemimpin harus memiliki pengetahuan tentang tujuan dan asas organisasi
yang dipimpinnya. Memiliki pengetahuan tentang cara-cara untuk menjalankan organisasi
secara efisien. Dan dapat memberikan keyakinan kepada orang-orang yang dipimpin ke arah
berhasilnya tujuan.
Artinya seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat yang memancarkan keluhuran budi,
ketinggian moral, dan kesederhanaan watak.
Artinya dengan kelebihan ketahanan jasmaniah ini seorang pemimpin akan mampu
memberikan contoh semangat dan prestasi kerja sehari-hari yang baik kepada orang-orang
yang dipimpin.
Terry menyebutkan adanya 8 buah syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin yang
baik, yaitu memiliki:
Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan lahiriah dan rokhaniah sehingga mampu bekerja
keras dan banyak berfikir untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
2. Penguasaan emosional
Seorang pemimpin harus dapat menguasai perasaannya dan tidak mudah marah dan putus
asa.
3. Pengetahuan mengenai hubungan kemanusiaan
Seorang pemimpin harus dapat mengadakan hubungan yang manusiawi dengan bawahannya
dan orang-orang lain, sehingga mudah mendapatkan bantuan dalam setiap kesulitan yang
dihadapinya.
4. Motivasi dan dorongan pribadi, yang akan mampu menimbulkan semangat, gairah, dan
ketekunan dalam bekerja.
6. Kecakapan mengajar pemimpin yang baik adalah guru yang mampu mengajar dan
memberikan teladan dan petunjuk-petunjuk, menerangkan yang belum dengan gambaran jelas
serta memperbaiki yang salah.
7. Kecakapan bergaul: dapat mengetahui sifat dan watak orang lain melalui pergaulan agar
dengan mudah dapat memperoleh kesetiaan dan kepercayaan. Sebaiknya bawahan juga
bersedia bekerja dengan senang hati dan sukarela untuk mencapai tujuan.
ANALISA
Dari definisi di atas, jelas bahwa pemimpin merupakan salah satu figur penting yang
menentukan kesuksesan sebuah organisasi. Namun, berikutnya muncul dua pertanyaan yang
menjadi perdebatan mengenai pemimpin. Pertanyaan tersebut adalah: (1) apakah seorang
pemimpin dilahirkan atau ditempa? (2) Apakah efektivitas kepemimpinan seseorang dapat
dialihkan dari satu organisasi ke organisasi yang lain oleh seorang pemimpin yang sama?
Khalayak umum sering meyakini bahwa para pemimpin (leader) dilahirkan bukan
ditempa. Sementara kepemimpinan (leadership) adalah sesuatu yang dipelajari, keterampilan
dan pengetahuan yang diproses oleh pemimpin dapat dipengaruhi oleh atributnya atau miliknya
atau ciri, seperti kepercayaan, nilai, etika karakter, dan. Pengetahuan dan keterampilan
berkontribusi langsung kepada proses kepemimpinan, sedangkan atribut lain memberikan
karakteristik tertentu pada pemimpin yang membuat dia unik.
Untuk menjawab pertanyaan pertama tersebut kita lihat beberapa pendapat terkait.
Pertama,pihak yang berpendapat bahwa pemimpin itu dilahirkan melihat bahwa seseorang
hanya akan menjadi pemimpin yang efektif karena dia dilahirkan dengan bakat-bakat
kepemimpinannya. Sementara, kubu yang menyatakan bahwa pemimpin dibentuk dan
ditempa berpendapat bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang dapat dibentuk dan ditempa.
Caranya adalah dengan memberikan kesempatan luas kepada yang bersangkutan untuk
menumbuhkan dan mengembangkan efektivitas kepemimpinannya melalui berbagai kegiatan
pendidikan dan latihan kepemimpinan.
Terkait dengan perdebatan tersebut, Sondang (1994) menyimpulkan bahwa seseorang hanya
akan menjadi seorang pemimpin yang efektif apabila :
- ditopang oleh pengetahuan teoritikal yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan, baik yang
bersifat umum maupun yang menyangkut teori kepemimpinan.
Berikutnya, untuk menjawab pertanyaan kedua dapat dirumuskan dua asumsi yang sudah
barang tentu harus dikaji lebih jauh lagi apakah hal tersebut benar. Asumsi tersebut, yaitu,(1)
keberhasilan seseorang memimpin satu organisasi dengan sendirinya dapat dialihkan kepada
kepemimpinan oleh orang yang sama di organisasi lain, (2) keberhasilan seseorang memimpin
satu organisasi tidak merupakan jaminan keberhasilannya memimpin organisasi lain.
Selanjutnya, setelah mengetahui arti penting pemimpin dan kepemimpinan, kita akan melihat
tipe-tipe kepemimpinan. Kita mengenal beberapa pemimpin besar dunia yang memiliki gaya
kepemimpinan yang berbeda.
Menjadi seorang pemimipin itu tidak mudah. Kalau untuk menjadi pemimpin yang asal-
asalan memang tidak dituntut syarat tertentu/minimal. Seorang pemimpin semestinya memiliki
bekal-bekal minimal sebagai berikut:
a. Memiliki Kharisma
Menjadi pemimpin itu tidak mudah. Tidak semudah yang dibayangkan orang. Ia harus
siap secara intelektual dan moral. Karena ia akan menjadi figur yang diharapkan banyak orang /
bawahan. Perilakunya harus menjadi teladan / patut diteladani.
b. Memiliki Keberanian
Secara lebih khusus keberanian itu ditunjukkan dalam komitmen berani membela yang
benar, memegang tegug pada pendirian yang benar, tidak takut gagal, berani ambil resiko, dan
berani bertanggungjawab.
Salah satu ciri bahwa seseorang memiliki jiwa kepemimpinan adalah kemampuannya
mempengaruhi seseorang untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan kemampuannya
berkomunikasi, ia dapat mempengaruhi orang lain.
Seorang pemimpin yang bijak mampu bertindak adil dan berpikir obyektif. Dua hal
tersebut akan menunjang tugas pimpinan untuk menjadi seorang mediator.
DAFTAR PUSTAKA
https://callhavid.wordpress.com/2011/04/30/kepemimpinan-dalam-organisasi/
http://referensi-kepemimpinan.blogspot.com/2009/03/persyaratan-seorang-pemimpin.html
http://diecahyouinyogya.blog.com/2011/06/06/adi/
http://abahanomkurnaedi.blogspot.com/2012/08/teori-dasar-kepemimpinan.html
http://blekenyek.blogspot.com/2012/11/gaya-kepemimpinan-terhadap-motivasi.html
http://beruangkaki5.blogspot.com/2012/06/klasifikasi-gaya-gaya-kepemimpinan.html
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&ved=0CDgQFjAD&url=http
%3A%2F%2Fjurnal.unpand.ac.id%2Findex.php%2Fdinsain%2Farticle%2Fdownload%2F65%2F62&
ei=PcyKVLugA4e6mAW4gYH4Ag&usg=AFQjCNGfia0vrURLiNmtZBulUb4Sl28yyw
http://belajarpsikologi.com/tipe-tipe-kepemimpinan/
http://coretaneta.blogspot.com/2013/04/definisi-teori-tipe-tipe-kepemimpinan.html
http://aloel129.blogspot.com/2012/05/tipe-tipe-kepemimpinan-teori.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan
http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepemimpinan-menurut-para-ahli/
http://derrykunardhiansyah.blogspot.com/2013/04/arti-kepemimpinan.html
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/adpu4334/w2_1_1_1.htm
http://ammistarelf.blogspot.co.id/2016/01/etika-moral-kepemimpinan.html
http://imeldablogadress.blogspot.co.id/2016/01/etika-dalam-kepemimpinan.html
Kepemimpinan strategis adalah suatu proses memberikan arah dan inspirasi yang
diperlukan untuk membuat dan melaksanakan visi organisasi, misi, dan strategi untuk
mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan strategis harus melibatkan manajer di
bagian atas, tengah, dan tingkat yang lebih rendah dari organisasi.
strategi merupakan masalah yang sangat urgen, yang akan menjadi dasar dalam
pengambilan keputusan, setelah dijabarkan tujuan yang hendak dicapai. Hal
demikian terjadi dalam setiap organisasi atau lembaga, dimana tidak terlepas dari
penetapan strategi, yang berbeda hanyalah apakah strategi itu tepat, berjalan
dengan baik, efisien, dan efektif atau memenuhi semua unsur yang perlu
diperhatikan dalam hal penerapannya. Sedangkan kepemimpinan didefinisikan
sebagai salah satu proses mempengaruhi aktivitas dari individu atau kelompok
untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu.
Memperhitungkan resiko
Seorang pemimpin harus memiliki keyakinan untuk memperhitungkan risiko. Ada perbedaan antara
memperhitungkan risiko dan berani bertindak penuh resiko. Memperhitungkan resiko berarti
mengambil resiko dengan berpikir lebih dari sekali. Orang yang perhitungan seringkali memiliki rencana
cadangan.
Pelatih(coach). Pemimpin visioner yang efektif harus menjadi pelatih yang baik.
Dengan ini berarti bahwa seorang pemimpin harus menggunakan kerjasama
kelompok untuk mencapai visi yang dinyatakan. Seorang pemimpin
mengoptimalkan kemampuan seluruh pemain untuk bekerja sama,
mengkoordinir aktivitas atau usaha mereka, ke arah pencapaian kemenangan,
atau menuju pencapaian suatu visi organisasi. Pemimpin, sebagai pelatih,
menjaga pekerja untuk memusatkan pada realisasi visi dengan pengarahan,
memberi harapan, dan membangun kepercayaan di antara pemain yang penting
bagi organisasi dan visinya untuk masa depan. Dalam beberapa kasus, hal
tersebut dapat dibantah bahwa pemimpin sebagai pelatih, lebih tepat untuk
ditunjuk sebagai player-coach.
Tuntutan Polri masa depan yang semakin kompleks sebagai polisi sipil yang
profesional, modern, demokratis, pandai, bermoral dan taat hukum, untuk
mencapai hal tersebut diperlukan sebuah figur kepemimpinan selain yang
baik, kuat yang dapat bertindak sebagai penggagas perkembangan dan
pembelajaran baik bagi diri sendiri, anak buah / anggota maupun bagi
organisasi yang dipimpinnya juga memikirkan pada konsistensi dan
keberlanjutan program dengan mengisyaratkan akan adanya keterkaitan dan
keterpengaruhan antara pemimpin yang baru dengan pemimpin sebelumnya pada
penentuan arah kebijakan dalam hal perwujudan visi organisasi.
Model kepemimpinan tersebut juga dikenal sebagai kepemimpinan
strategis dan sistemik. Kepemimpinan strategis adalah pemimpin yang
berorientasi pada visi karena keinginan adanya perubahan dan terus
menerus berinovasi untuk adanya suatu perubahan yang lebih baik,
sedangkan sistemik penekanan pengertiannya pada adanya saling
keterpengaruhan dan keterkaitan antara yang satu dengan yang lain dalam hal
penentuan arah kebijakan organisasi sehingga tetap terwujudnya konsistensi dan
keberlanjutan program organisasi didalam mencapai visinya.
Hal ini mengisyaratkan bahwa kepemimpinan Polri di era demokrasi harus dapat
mewujudkan 6 (lima) pokok-pokok demokratis yaitu :
1. Supremasi Hukum
Polri dalam bertindak harus berpedoman / mengacu pada hukum dan perundang-
undangan yang berlaku.
2. Jaminan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM)
Polri harus dapat senantiasa memberikan jaminan dan perlindungan Hak Asasi
Manusia (HAM) bagi seluruh warga masyarakat yang dilayaninya.
3. Transparansi
Adanya keterbukaan karena Polri adalah lembaga publik sehingga dalam
menjalankan kepemerintahan yang baik (good governance) informasi bukan saja
diberikan oleh Polri sebagai lembaga publik tetapi masyarakat memiliki hak untuk
memperoleh informasi yang menyangkut kepentingan publik (masyarakat tidak
lagi pasif menunggu).
4. Akuntabilitas Publik
Polri sebagai lembaga public harus dapat mempertanggungjawabkan segala
tindakan / kebijakan kebijakan yang berkaitan dengan upaya paksa.
5. Berorientasi pada masyarakat
Polri harus proaktif dan bersikap problem solving dalam melaksanakan
pemolisiannya guna mewujudkan rasa aman dalam masyarakat.
6. Adanya pembatasan dan pengawasan kewenangan Polri
Polri tidak lagi dapat bertindak sewenang-wenang melainkan harus mengacu pada
hukum dan kewenangannya adalah amanah masyarakat yang ada batasnya serta
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum dan moral
Kepemimpinan ideal adalah kepemimpinan yang memiliki sifat bertanggung jawab untuk masa
sekarang dan yang akan dating serta memiliki komitmen yang kuat atas ucapan dan prilakunya
sehingga dapat diikuti oleh orang-orang yang di pimpinnya sesuai dengan tujuan organisasi.
Ki Hajar Dewantoro memperkenalkan gaya kepemimpinan dalam budaya jawa sebagai berikut :
pertama, ing ngarso sung tulodo, yaitu tiap pemimpin itu harus selalu menjadi contoh/teladan
dalam setiap sepak terjang, kiprah dan langkah-langkah dalam kehidupannya. Kedua, ing madyo
mangun karso, yaitu pemimpin harus ada di tengah rakyatnya untuk memberikan semangat.
Ketiga, tut wuri handayani, yaitu seorang pemimpin harus selalu memberikan motivasi dan
dorongan dari belakang.
Kualitas kepemimpinan yang punya komitmen kukuh pada kebenaran, mampu mempertemukan
semua unsur dalam organisasi Polri, melalui pendekatan yang egaliter dan demokratis. Kejelasan
visi dan misi tentang perjalanan Polri membuka jalan bagi kreativitas, tanggung jawab, dan
independensi dalam diri anggotanya.
Dalam konteks tersebut seorang Pemimpin harus dapat menerapkan perubahan kondisi kultur
Polisi sipil yang diharapkan tercermin pada sikap dan perilaku dalam postur Polri sehingga
kinerja polri dapat terpenuhi dan diterima oleh masyarakat dengan memberikan gambaran/contoh
sekaligus melaksanakan perubahan kultur/sifat dan sikap kinerja yaitu :
c) Akuntabilitas (Pertanggungjawaban).
(1) Pertanggung jawaban pelaksanaan tugas berada pada pimpinan.
(2) Pertanggung jawaban pengelolaan anggaran berada pada pimpinan.
d) Demokratis.
(1) Pengambilan keputusan dilaksanakan secara demokratis (tidak arogan)
(2) Kebijakan melalui pendekatan kekuasaan tidak ada lagi.
f) Modern.
(1) Polri yang modern dalam melaksanakan penegakan hukum selain mengacu kepada
Perundang-undangan yang berlaku dalam proses penyidikannya senantiasa berpegang pada
laboratories minded.
(2) Menggunakan teknologi Kepolisian yang berbasis pada teknologi informatika (monitoring
center, direction finder, Jiacdoc).
g) Integritas Pribadi.
(1) Personel Polri dalam melaksanakan tugas didasarkan pada nilai-nilai/budaya Kepolisian yang
melekat pada dirinya.
(2) Personel Polri mempunyai rasa kebersamaan untuk kepentingan institusi.
h) Kewajaran (fairness).
(1) Personel Polri dalam melaksanakan tugas pokoknya harus terbebas dari prasangka.
(2) Personel Polri harus bersifat netral dengan tidak memihak kepada salah satu pihak yang
terlibat dalam perkara.
j) Kejujuran (Honesty).
(1) Personel Polri dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari harus berdasarkan kejujuran.
(2) Dalam pelaksanaan tugas personel Polri dilaksanakan secara tulus hati.
k) Keberanian (Courage).
(1) Dalam pelaksanaan tugasnya personel Polri harus berpihak kepada kebenaran yang hakiki,
bukan kepada yang bayar.
(2) Personel Polri dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan tekad untuk melindungi jiwa dan
harta benda warga masyarakat.
l) Welas-asih (compassion).
(1) Dalam pelaksanaan tugasnya personel Polri harus mampu memahami masalah yang sedang
dihadapinya (baik diri polri sendiri maupun masyarakat, bangsa dan negaranya).
(2) Personel Polri dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan perasaan simpatik.
Merubah kultur bukanlah hal yang mudah namun dituntut suatu komitmen yang kuat, hal ini
memerlukan pengorbanan, penghayatan dan implementasi nilai-nilai dasar kemanusiaan. untuk
membangun kultur kepolisian antara lain;
a) bekerja benar penuh rasa tanggungjawab.
b) bekerja tuntas penuh integritas.
c) bekerja keras penuh semangat.
d) bekerja serius penuh kecintaan kepada organisasi dan masyarakatbekerja cerdas penuh
kreativitas.
e) bekerja tekun penuh keunggulan.
f) bekerja paripurna penuh kerendahan hati
g) bekerja untuk pengabdian dan tidak takut miskin
h) senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai moral yang ada dalam masyarakat
i) menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM)
b. Peningkatan Kinerja dan Perubahan kultur dalam rangka mewujudkan reformasi birokrasi
polri
Implementasi peningkatan kinerja dan perubahan kultur Polri dilakukan secara terencana dan
berkesinambungan melalui beberapa tahap :
1) Jangka Pendek
a) Penandatanganan fakta kinerja dan komitmen moral kepada seluruh anggota Polri.
b) Mensosialisasikan sampai tingkat pelaksana tentang perubahan kultur Polri dan reformasi
birokrasi Polri.
c) Konsisten menerapkan dan menjalankan program unggulun quick wins yang diantaranya
adalah Quick respon Patroli Samapta, Transparasi pelayanan SIM, STNK, BPKB (SSB),
Transparasi pelayanan penyidikan (SP2HP) dan transparasi dalam rekruitmen personel Polri.
d) Mensosialisasikan kode etik Polri dengan sanksinya kepada seluruh anggota Polri (berlakunya
hukum pidana terhadap anggota yang melanggar/memalukan citra Polri)
e) Pelaksanaan tugas secara transparan dam kepastian hukum serta adil tanpa membedakan
status.
f) Mempublikasikan secara luas tentang keberhasilan Polri terhadap kasus yang menjadi
perhatian masyarakat.
g) Mengadakan sosialisasi hukum dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat ikut
berperan serta di bidang keamanan.
2) Jangka Sedang
a) Mengadakan kerjasama dengan pemerintah, DPR dan instansi terkait dalam rangka
meningkatkan dukungan anggaran operasional Polri.
b) Mengadakan kerjasama secara intensif dengan aparat penegak hukum lainnya maupun lintas
Departemen.
c) Meningkatkan hubungan kerjasama dengan luar negeri untuk lebih meningkatkan kemampuan
anggota Polri.
d) Menindak secara tegas setiap pelanggaran hukum dengan menjunjung tinggi supremasi
hukum dan HAM.
e) Mendorong Pemerintah dan Legislatif untuk merevisi Peraturan Perundang-undangan yang
tumpang tindih.
3) Jangka Panjang
a) Pembangunan kekuatan personel Polri yang profesional, modern dan bermoral dalam rangka
mewujudkan kultur Polisi Sipil.
b) Membangun integritas dan akuntabilitas pelaksanaan tugas Polri yang berbasis teknologi
tinggi.
c) Menyelenggarakan Fit and Proper Test pada jabatan-jabatan strategis seperti Kasatwil.
d) Melaksanakan reward and punishment secara konsisten.
e) Fakta integritas digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas dan direalisasikan
secara benar.