Makalah Promkes Diare
Makalah Promkes Diare
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Setiap tahun kasus tenang penyakit diare semakin meningkat. Angka kesakitan dan
kematian masih terus bertambah. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang diare
menimbulkan rasa ketakutan berlebihan terhadap diare. Selain itu, belum optimalnya peran
serta masyarakat dalam pencegahan serta pengendaliannya. Tidak sedikit anggota
masyarakat yang menderita sakit perut yang mungkin tidak disebabkan Diare menjadi
ketakutan berlebihan sehingga minta rawat inap di rumah sakit. Di samping itu, masyarakat
belum banyak mempunyai pemahaman tepat dan benar tentang pencegahan dan
pengendalian vektor Diare. Akibatnya, peran serta masyarakat terhadap pencegahan dan
pengendaliannya masih sangat kurang. Sering di masyarakat, masih banyak yang tidak
peduli terhadap asupan makan makanan yang mereka konsumsi yang pada akhirnya
menimbulkan diare. Pada beberapa gerakan penyuluhan dalam rangka pencegahan diare
sering salah sasaran.
B. TUJUAN
Tujuan umum : Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya
pencegahan diare.
Tujuan khusus :
1. Masyarakat mampu mencegah timbulnya penyakit diare.
2. Meningkatkan prilaku hidup bersih dan sehat.
3. Masyarakat tidak lagi berprilaku sembarangan.
4. Masyarakat dapat mengetahui pentingnya kebersihan makanan yang akan dikonsumsi
5. Berperan aktif dalam upaya kegiatan kesehatan.
C. RUMUSAN MASALAH
D. METODE PENULISAN
BAB II
A. PENDAHULUAN
B. Panitia Pelaksana
Panitia pelaksana terdiri dari mahasiswa tingkat IIA Poltekkes Depkes Palembang
Prodi Keperawatan Baturaja. Susunan panitia pada kegiatan promosi kesehatan ini adalah
sebagai berikut :
Ketua : Yuriendo Najimi
Sekertaris : Defri Aryanti
Bendahara : Defri Aryanti
Moderator : Septia Reni
E. Metode Promosi
Metode yang akan digunakan dalam promosi kesehatan penyuluhan pencegahan
penyakit diare adalah penyuluhan langsung, pemasangan poster, penyebaran leaflet, serta
meberikan contoh konkrit berupa foto-foto dan slide untuk pengetahuan tentang Diare.
G. Pokok materi
J. Evaluasi
1. Prosedu : Pre Test dan Post Test
2. Jenis test : Pertanyaan secara lisan
3. Butir soal :6
BAB III
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Diare
Diare (atau dalam bahasa kasar disebut menceret) (BM = diarea; Inggris = diarrhea)
adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan buang air besar yang
terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki kandungan air berlebihan. Di Dunia
ke-3, diare adalah penyebab kematian paling umum kematian balita, dan juga membunuh
lebih dari 1,5 juta orang per tahun
B. Penyebab
Diare disebabkan oleh infeksi dari lumen saluran cerna, dan dindingnya seperti
akibat dari komplikasi penyakit lain di luar saluran cerna. Bisa juga karena sejenis zat racun
yang tidak sesuai dan atau tidak bisa dikenal oleh saluran cerna yang berasal dari makanan
atau minuman.
Kuman Penyebab adalah amuba, kebanyakan adalah kelompok shigella dan
salmonella (termasuk Salmonella typhi, dan para typhi A dan B, demam typhoid dan
paratyphoid, dan masih banyak lagi jenis salmonella lainnya, termasuk salmonella
typhimurium0. belakangan ternyata jenis Campilobacter diakui merupakan penyebab diare
yang utama di seluruh dunia.
Pada bayi yang hanya berbaring di dalam boks dan juga minum susu saja, terutama
yang tinggal di daerah yang sanitasinya kurang baik, maka jenis Clastridium juga
merupakan penyebab diare (sering terdapat pada daging babi maupun sapi).
Diare yang berat sering disebabkan oleh kuman Vibrio, terutama Vibrio cholera.
Penyebab lainnya juga dari kelompok protozoa (misalnya, jenis Amoeba, Blantidium, dan
Giardia yang langsung menginfeksi saluran cerna, dan malaria sebagai akibat
komplikasinya). Begitu juga beberapa jenis cacing seperti cacing bulat (Nematoda), cacing
dalam darah (seperti Schistosoma dan Fasciolopsis). Diare yang berat kadang-kadang
disertai dengan keluarnya darah bersama tinja, mungkin karena racun yang dihasilkan
kuman penyebab (endotoksin). Toksin atau racun, bisa juga dari makanan dan minuman
yang masuk seperti air dan susu yang tercemar. Toksin meresap ke dinding saluran cerna
menimbulkan luka sehingga berdarah. Kuman yang paling sering bertanggung jawab jawab
atas kejadian ini adalah Staphylococus aureus, beberapa jenis Salmonella dan kuman yang
masuk golongan enteropathik Eschercia coli. Karena gangguan proses penyerapan
makanan, mungkin diare lebih populer diistilahkan oleh awam sebagai sebagai gangguan
pencernaan (malabsorbtion), tinja sering berlemak, sering merupakan tahap awal
kekurangan vitamin. Pada zaman dahulu sewaktu rombongan Colombus mengelilingi dunia,
karena terlalu lama dalam pelayaran tidak makan sayuran dan buah-buahan segar maka
kekurangan vitamin C (scorbutl sprue) disertai infeksi sejenis Protozoa. Seperti jenis Giardia
lambia dan sejenis cacing Capillaria. Gejala ini juga terjadi pada anak-anak yang
kekurangan enzym pencernaan khususnya enzym lactase untuk mencerna susu.
Diare yang kronis yaitu, hilang lalu timbul kembali, bisa jadi disebabkan oleh infeksi
yang terus menerus oleh jenis Shigella, Entamoeba, dan Schistosoma sebagaimana udah
disebutkan di atas.
Pada keadan seperti ini terjadi pada perubahan pada sel epitel dinding saluran cerna
yang merupakan permulaan terjadi perdangan usus besar yang kronis (Colitis chronica) dan
selaput lendir usus besar akan berkerut. Lama kelamaan bisa menjadi keganasan
(carcinoma=kanker), sehingga diare makin berat dan kadang-kadang disertai tinja berdarah.
Infeksi virus bisa menimbulkan diare ringan sampai berat. Diare karena virus tidak
terlalu menginfeksi langsung pada saluran cerna, tetapi karena infeksi menurunkan daya
tahan tubuh secara umum.
Diare yang disertai dengan penyakit umum lainnya seperti sakit perut, demam,
kehilangan berat badan, dan lain-lain.
Diare pada orang bepergian (kemungkinan terjadi infeksi yang eksotis seperti
parasit)
Diare dalam institusi seperti rumah sakit, perawatan anak, institut kesehatan mental.
E. Pengobatan Diare
Diare merupakan suatu gejala dan pengobatannya tergantung pada penyebabnya.
Kebanyakan penderita diare hanya perlu menghilangkan penyebabnya, misalnya permen
karet diet atau obat-obatan tertentu, untuk menghentikan diare.Kadang-kadang diare
menahun akan sembuh jika orang berhenti minum kopi atau minuman cola yang
mengandung cafein.
Untuk membantu meringankan diare, diberikan obat seperti difenoksilat, codein,
paregorik (opium tinctur) atau loperamide. Kadang-kadang, bulking agents yang digunakan
pada konstipasi menahun (psillium atau metilselulosa) bisa membantu meringankan diare
Untuk membantu mengeraskan tinja bisa diberikan kaolin, pektin dan attapulgit aktif.
Bila diarenya berat sampai menyebabkan dehidrasi, maka penderita perlu dirawat di
rumah sakit dan diberikan cairan pengganti dan garam melalui infus. Selama tidak muntah
dan tidak mual, bisa diberikan larutan yang mengandung air, gula dan garam.
Jika seseorang atau balita telah terserang diare, langkah awal yang dapat dilakukan
adalah:
Berikan minum dan makan secara normal untuk menggantikan cairan tubuh yang
hilang;
Untuk bayi dan balita, teruskan minum ASI (Air Susu Ibu);
F. Pencegahan diare
Diare dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Adapun
cara pencegehan diare dapat dilakukan dengan cara:
- Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting yaitu:
1) sebelum makan,
2) setelah buang air besar,
3) sebelum memegang bayi,
4) setelah menceboki anak
5) sebelum menyiapkan makanan;
- Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara merebus,
pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi;
- Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa,
kutu, lipas, dan lain-lain);
- Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban dengan
tangki septik.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Promosi Kesehatan tentang penyuluhan Diare memang penting bagi sasaran yaitu
masyarakat Air Gading Baturaja. Untuk menambah kesadaran tentang pentingnya berprilaku
sehat terhadap dilingkungan. Serta dapat meningkatkan status kesehatan dalam
pencegahannya terhadap Diare.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Setiap memasuki awal dan akhir musim hujan kita selalu disibukkan oleh terjadinya
kenaikan kasus atau kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah dengue (DBD). Kejadian
tersebut selalu berulang dan meresahkan sehingga masyarakat dihantui ketakutan tertular
atau terinfeksi virus dengue penyebab DBD. Sebab, DBD dapat secara cepat menimbulkan
kematian. Sektor kesehatan dari tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/ kota bahkan sampai
ke pelayanan terdepan, para pejabat publik selalu kewalahan mengatasi masalah KLB DBD
yang sampai saat ini belum mampu dikendalikan dengan baik.
Angka kesakitan dan kematian masih terus bertambah. Kurangnya pemahaman
masyarakat tentang DBD menimbulkan rasa ketakutan berlebihan terhadap infeksi virus
dengue. Selain itu, belum optimalnya peran serta masyarakat dalam pencegahan serta
pengendaliannya. Tidak sedikit anggota masyarakat yang menderita demam yang mungkin
tidak disebabkan DBD menjadi ketakutan berlebihan sehingga minta rawat inap di rumah
sakit. Di samping itu, masyarakat belum banyak mempunyai pemahaman tepat dan benar
tentang pencegahan dan pengendalian vektor DBD. Akibatnya, peran serta masyarakat
terhadap pencegahan dan pengendaliannya masih sangat kurang. Sering di berbagai
pemukiman/rumah-rumah, termasuk di asrama banyak jentik nyamuk aedes di tempat-
tempat penampungan air; baik di tipe perumahan tertata maupun yang tidak tertata. Bahkan,
tidak jarang jentik nyamuk aedes ditemukan dalam jumlah cukup banyak di fasilitas umum,
seperti sekolah, kantor, tempat-tempat ibadah. Pada beberapa gerakan kebersihan dalam
rangka pencegahan dan pengendalian nyamuk DBD sering salah sasaran.
Yang dilakukan adalah membersihkan saluran pembuangan limbah, drainase, dan
sampah sehingga tempat penampungan air sebagai habitat perkembangbiakan nyamuk
DBD tidak tersentuh. Gerakan kebersihan tersebut tidak salah dan sangat bagus untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).Apabila, hal itu bertujuan untuk
mencegah dan mengendalikan DBD tidak tepat sasaran. Gerakan tersebut membuktikan
bahwa pemahaman masyarakat tentang DBD dan cara pengendalian vektor masih belum
baik.
Pengetahuan atau pemahaman tentang DBD, cara pencegahan, dan
pengendaliannya secara baik dan benar oleh masyarakat, aparat pemerintah, dan lintas
sektor terkait, termasuk LSM dan tokoh masyarakat akan meningkatkan kepedulian,
kemampuan, dan peran sertanya secara tepat. Dengan demikian, diharapkan mempunyai
daya ungkit yang positif dalam mencegah terjadinya penularan dan KLB DBD di Indonesia.
Karena itu, perlu dilakukan terobosan baru untuk meningkatkan pemaham terhadap
masyarakat melalui penyuluhan, kampanye, atau promosi kesehatan tentang DBD, vektor,
cara penularan, serta cara pencegahan dan pengendaliannya secara berkesinambungan.
DBD merupakan salah satu penyakit menular yang berbasis lingkungan. Artinya,
kejadian dan penularannya dipengaruhi berbagai faktor lingkungan. Tiga faktor lingkungan
yang berpengaruh, antara lain lingkungan biologi, fisik, sosialbudaya. Lingkungan biologi,
seperti virus dengue sebagai penyebab/ agen penyakit, nyamuk aedes sebagai penular
disebut sebagai vektor DBD, manusia sebagai penjamu atau hospes yang menderita sakit
dengue dan DBD, faktor-faktor biologi lain, seperti musuh alami nyamuk (bakteri, predator,
parasit, parasitoid) dan vegetasi lainnya.
Virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk vektor, masyarakat umum menyebut
sebagai nyamuk demam berdarah, yaitu nyamuk aedes, aedes aegypti sebagai vektor
utama, dan Ae albopictus sebagai vektor sekunder. Nyamuk aedes warna hitam dan belang-
belang sehingga sering disebut sebagai nyamuk harimau, lebih banyak menggigit manusia
sehingga disebut bersifat antropofilik. Nyamuk aedes aegypti sebagai vektor DBD sangat
efektif, di samping rentan terhadap virus dengue juga bersifat multiple feeding. Artinya,
aedes aegypti dalam menghisap darah sampai kenyang sering berpindah hospes dari satu
orang ke orang lain. Sifat ini meningkatkan risiko penularan pada masa KLB karena satu
nyamuk aedes infektif dalam satu hari akan mampu menularkan virus dengue kepada lebih
dari satu orang (calon pasien). Kebiasaan menggigit atau menghisap darah hospes terjadi
pada siang hari, puncak aktivitas menggigit antara pukul 06.00-10.00 dan sore hari antara
pukul 16.00-18.00. Di Indonesia, vektor DBD sebagai nyamuk pemukiman. Artinya, berada
dan ditemukan di daerah pemukiman penduduk. Habitat perkembangbiakan stadium
pradewasa,yaitu telur, larva, dan pupa, terdapat di segala jenis tempat penampungan air,
seperti bak mandi, penampungan air minum, pot bunga, kaleng bekas, drum, ban bekas,
aksila pohon, talang air, tempat minum unggas.Wadah ini yang berisi air bersih, relatif jernih
dan tidak langsung kontak dengan tanah.
B. TUJUAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
B. Penyebab
Penyebab utama penyakit demam berdarah adalah virus dengue, yang merupakan
virus dari famili Flaviviridae. Terdapat 4 jenis virus dengue yang diketahui dapat
menyebabkan penyakit demam berdarah. Keempat virus tersebut adalah DEN-1, DEN-2,
DEN-3, dan DEN-4. Gejala demam berdarah baru muncul saat seseorang yang pernah
terinfeksi oleh salah satu dari empat jenis virus dengue mengalami infeksi oleh jenis virus
dengue yang berbeda. Sistem imun yang sudah terbentuk di dalam tubuh setelah infeksi
pertama justru akan mengakibatkan kemunculan gejala penyakit yang lebih parah saat
terinfeksi untuk ke dua kalinya. Seseorang dapat terinfeksi oleh sedikitnya dua jenis virus
dengue selama masa hidup, namun jenis virus yang sama hanya dapat menginfeksi satu
kali akibat adanya sistem imun tubuh yang terbentuk.
Virus dengue dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan vektor pembawanya,
yaitu nyamuk dari genus Aedes seperti Aedes aegypti betina dan Aedes albopictus. Aedes
aegypti adalah vektor yang paling banyak ditemukan menyebabkan penyakit ini. Nyamuk
dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus
tersebut. Sesudah masa inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang
terinfeksi dapat mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya.
Nyamuk betina juga dapat menyebarkan virus dengue yang dibawanya ke keturunannya
melalui telur (transovarial).Beberapa penelitian menunjukkan bahwa monyet juga dapat
terjangkit oleh virus dengue, serta dapat pula berperan sebagai sumber infeksi bagi monyet
lainnya bila digigit oleh vektor nyamuk.
Tingkat risiko terjangkit penyakit demam berdarah meningkat pada seseorang yang
memiliki antibodi terhadap virus dengue akibat infeksi pertama. Selain itu, risiko demam
berdarah juga lebih tinggi pada wanita, seseorang yang berusia kurang dari 12 tahun, atau
seseorang yang berasal dari ras Kaukasia.
C. Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah
Masa tunas / inkubasi selama 3 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue,
Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah
sebagai berikut :
1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 40 derajat Celsius).
2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan (Epitaksis),
Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur darah (Melena), dan
lain-lainnya.
4. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 7 terjadi penurunan trombosit dibawah
100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai
normal (Hemokonsentrasi).
7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu
makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.
8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.
10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
6. Menabur bubuk abete atau altosid pada tempat-tempat penampungan air yang sulit
dikuras atau di daerah yang air bersih sulit didapat, sehingga perlu penampungan air
hujan
Lakukan kompress dingin, tidak perlu dengan es karena bisa berdampak syok.
Bahkan beberapa tim medis menyarankan kompres dapat dilakukan dengan alkohol.
Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji bangkok,
namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik, akan tetapi jambu biji
kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena dan peningkatan nilai trombosit darah.
BAB III
Perencanaan Promosi
C. Metode Promosi
Metode yang akan digunakan dalam promosi kesehatan penyuluhan pencegahan
penyakit demam berdarah adalah penyuluhan langsung, pemasangan poster, penyebaran
leaflet, serta meberikan contoh konkrit berupa foto-foto dan slide untuk pengetahuan tentang
DBD.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Promosi Kesehatan tentang penyuluhan DBD memang penting bagi sasaran yaitu
mahasiswa yang tinggal di asrama. Untuk menambah kesadaran tentang pentingnya
berprilaku sehat terhadap dilingkungan. Serta dapat meningkatkan status kesehatan dalam
pencegahannya terhadap DBD.
Anak umumnya mengidap TBC lantaran tertular orang dewasa. Pada orang dewasa,
bakteri penyebab TBC masuk ke paru-paru kemudian menyerang dinding saluran napas
dengan membentuk rongga yang berisi nanah dan bakteri TBC. Setiap kali yang bersangkutan
batuk, bakteri TBC yang berukuran kurang dari 10 mikron ikut terlontar keluar dan
melayang-layang di udara. Kalau anak yang sehat menghirup udara yang kebetulan
mengandung bakteri TBC, maka ia berkemungkinan terkena.
Namun pada anak-anak, bakteri yang ikut masuk tadi hanya menyerang jaringan paru-
paru. Jadi, tidak sampai menyerang dinding saluran napas/bronchus. Itulah sebabnya, anak
yang menderita TBC umumnya tidak memperlihatkan gejala batuk. Karena tidak pernah
batuk, bakteri jadi tidak pernah keluar dan anak tidak akan pernah menularkan penyakitnya
kepada orang lain. Fase ini dinamakan sebagai TBC tertutup.
Meski begitu, pada anak-anak dengan status gizi sangat buruk, bakteri TBC bisa saja
menyerang saluran bronchusnya hingga menimbulkan rongga bernanah berisi bakteri TBC
seperti layaknya TBC pada orang dewasa. Anak akan sering terbatuk dan ikut keluarlah
nanah dan bakteri yang bercokol di tubuhnya. TBC anak yang seperti ini bersifat menular dan
fasenya bukan tertutup lagi, melainkan sudah terbuka.
Hal yang perlu diwaspadai dari penyakit ini adalah terjadinya komplikasi. Komplikasi
terjadi karena bakteri yang masuk ke paru-paru tidak bisa dilawan oleh sel darah putih.
Akibatnya, bakteri tersebut masuk ke aliran darah dan menyerang organ-organ vital seperti
tulang, sendi panggul, otak, dan lain-lain. Hal ini umumnya terjadi pada anak yang belum
mendapat vaksinasi BCG atau bisa juga karena ibu menderita TBC di masa hamil dan
kemudian menularkannya pada bayi melalui ASI. Risiko tertular makin besar bila si anak
memiliki kondisi gizi buruk.
Tes untuk mendeteksi
Tidak mudah untuk memvonis seorang anak mengidap TBC. Dibutuhkan serangkaian tes
dan konsultasi langsung dengan keluarga untuk menemukan jawaban pastinya:
1. Tes Rontgen
Tes ini untuk mengetahui ada tidaknya flek paru pada anak. Sayangnya hasil foto rontgen tak
bisa dijadikan patokan mutlak. Sebab, flek paru pada anak untuk menentukan sebuah
penyakit tidaklah khas. Artinya, flek yang disebabkan oleh TBC dan asma, contohnya, relatif
sama. Ini berbeda dengan orang dewasa, foto flek paru akibat TBC pada orang dewasa
umumnya sedikit berawan pada bagian atas, sedangkan pada penderita asma berawan pada
bagian bawah.
Selain itu, anak yang tidak ada flek parunya saat di-rontgen bukan berarti bebas dari TBC.
Bisa saja dia tidak terkena TBC paru, tapi TBC tulang hingga hasilnya tidak tampak.
Pemeriksaan rontgen ini tentu saja mesti diikuti tes lainnya.
2. Tes Mantoux
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kadar sel darah putih (leukosit) pada anak. Jika
jumlah sel leukosit menunjukkan peningkatan tajam melebihi standar normal (>10
milimeter), ada kemungkinan yang bersangkutan menderita TBC. Meningkatnya sel darah
putih ini berguna untuk melawan bakteri TBC. Pemeriksaan ini umumnya dilanjutkan dengan
screening untuk menentukan apakah ia positif terkena TBC atau tidak. Pemeriksaan ini juga
mesti dilakukan hati-hati, karena bukan berarti anak yang jumlah leukositnya rendah negatif
pastilah TBC. Mungkin saja si anak berstatus gizi sangat buruk, hingga tubuhnya tidak bisa
memproduksi sel darah putih, alias kekebalan tubuhnya terganggu.
3. Tes Darah
Ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana laju endap darahnya. Selain bisa juga ditemukan
adanya antibodi TBC. Jika laju endap darahnya kurang baik dan ditemukan antibodi TBC,
besar kemungkinan si kecil terkena TBC.
4. Wawancara
Untuk mengetahui riwayat perjalanan penyakit anak, wawancara mesti dilakukan secara
detail. Beberapa yang hal yang biasanya ditanyakan antara lain lamanya demam, siapa saja
anggota keluarga yang berpotensi kemungkinan menularkan penyakit, adakah keluarga yang
mengidap TBC. Semua pertanyaan itu sangat penting untuk menegakkan diagnosa TBC pada
anak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Imunisasi BCG termasuk salah satu dari 5 imunisasi yang diwajibkan. Ketahanan
terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan keberadaan virus tubercel bacili yang
hidup di dalam darah. Itulah mengapa, agar memiliki kekebalan aktif, dimasukkanlah jenis
basil tak berbahaya ke dalam tubuh, alias vaksinasi BCG (Bacillus Calmette Guerin).
Imunisasi BCG wajib diberikan, seperti diketahui, Indonesia termasuk negara endemis
TB dan salah satu negara dengan penderita TB tertinggi di dunia. TB disebabkan kuman
Mycrobacterium tuberculosis, dan mudah sekali menular melalui droplet, yaitu butiran air di
udara yang terbawa keluar saat penderita batuk, bernapas ataupun bersin. Gejalanya antara
lain: berat badan anak susah bertambah, sulitmakan, mudah sakit, batuk berulang, demam,
berkeringat di malam hari, juga diare persisten. Masa inkubasi TB rata-rata berlangsung
antara 8-12 minggu.
Untuk mendiagnosis anak terkena TB atau tidak, perlu dilakukan tes rontgen untuk
mengetahui adanya vlek, tes Martoux untuk mendeteksi peningkatan kadar sel darah putih,
dan tes darah untuk mengetahui ada-tidak gangguan laju endap darah. Bahkan, dokter pun
perlu melakukan wawancara untuk mengetahui, apakah si kecil pernah atau tidak, berkontak
dengan penderita TB.
Jika anak positif terkena TB, dokter akan memberikan obat antibiotik khusus TB yang
harus diminum dalam jangka panjang, minimal 6 bulan. Lama pengobatan tak bisa
diperpendek karena bakteri TB tergolong sulit mati dan sebagian ada yang tidur.
Karenanya, mencegah lebih baik daripada mengobati. Selain menhindarianak berkontak
dengan penderita TB, juga meningkatkan daya tahan tubuhnya yang salah satunya melalui
pemberian imunisasi BCG.
DAFTAR PUSTAKA
1. www.google.com
2. www.astaqauliyah.com
3. http://www.info-sehat.com/content.php?s_sid=459