Fibroadenoma Mammae
Fibroadenoma Mammae
I. PENDAHULUAN
Fibroadenoma merupakan tumor jinak pada payudara yang paling
umum ditemukan. Fibroadenoma terbentuk dari sel sel epitel dan
jaringan ikat, dimana komponen epitelnya menunjukkan tanda tanda
aberasi yang sama dengan komponen epitel normal. Etiologi penyakit ini
belum diketahui secara pasti. Namun diperkirakan berkaitan dengan
aktivitas estrogen. Fibroadenoma pertama kali terbentuk setelah aktivitas
ovarium dimulai dan terjadi terutama pada remaja muda.(1,2,3,4,5,6)
Fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita muda, terutama
dengan usia di bawah 30 tahun dan relatif jarang ditemukan pada payudara
wanita postmenopause. Tumor ini dapat tumbuh di seluruh bagian
payudara, namun tersering pada quadran atas lateral. Penyakit ini bersifat
asimptomatik atau hanya menunjukkan gejala ringan berupa benjolan pada
payudara yang dapat digerakkan, sehingga pada beberapa kasus, penyakit
ini terdeteksi secara tidak sengaja pada saat pemeriksaan fisik. Penanganan
fibroadenoma adalah melalui pembedahan pengangkatan tumor.
Fibroadenoma harus diekstirpasi karena tumor jinak ini akan terus
membesar.(2, 3, 5, 6)
i
Gambar 1. Juveline Fibroadenoma, pada remaja usia 13 tahun. Menstruasi dimulai sejak
tiga bulan yang lalu. Sembilan bulan sebelumnya, ukuran kedua payudara relatif sama.
Pembesaran yang cepat pada payudara kanan mengacu pada tumor halus tanpa kapsul
dengan ukuran 20 x 15 x 15 cm. Pengangkatan tumor dengan curved incision.(dikutip dari
kepustakaan 3)
ii
III. ETIOLOGI
Penyebab pasti fibroadenoma tidak diketahui. Namun, terdapat
beberapa faktor yang dikaitkan dengan penyakit ini, antara lain
peningkatan mutlak aktivitas estrogen, yang diperkirakan berperan dalam
pembentukannya. Selain itu, diperkirakan terdapat prekursor embrional
yang dormant di kelenjar mammaria yang dapat memicu pembentukan
fibroadenoma yang akan berkembang mengikuti aktivitas ovarium.(2,3)
IV. ANATOMI
iii
pula duktus laktiferus, fascia pektoralis, m. pektoralis mayor dan tulang
iga.(9)
iv
medial ke lateral adalah arteri torakalis lateralis. Agak ke lateral dari arteri
torakalis lateralis terdapat arteri subskapularis. Vena dapat dibagi menjadi
2 kelompok, yakni superfisial dan profunda. Vena superfisial terletak di
subkutis, mudah tampak, bermuara ke vena mammaria interna atau vena
superfisial leher. Vena profunda berjalan seiring dengan arteri yang
senama, dan secara terpisah bermuara ke vena aksilaris, vena mammaria
interna dan vena azigos atau vena hemiazigos.(10)
v
Gambar 4. Anatomi Payudara. Vaskularisasi dan Aliran Limfe (dikutip dari kepustakaan 9)
V. FISIOLOGI
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipegaruhi oleh
hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui
masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause.
Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh
ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus
berkembang dan timbulnya asinus. (5)
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid.
Sekitar hari ke 8 haid, payudara jadi lebih besar dan beberapa hari
sebelum haid berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang kadang
timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang
haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik,
terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu, pemeriksaan
foto mamografi tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu
haid mulai, semuanya berkurang. (5)
Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada
kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus
alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. (5)
vi
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi.
Air susu diproduksi oleh sel sel alveolus, mengisi asinus, kemudian
dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.(5)
VI. PATOFISIOLOGI.
Fibroadenoma adalah tumor jinak yang menggambarkan suatu
proses hiperplasia dan proliferasi pada satu duktus terminal,
perkembangannya dihubungkan dengan suatu proses aberasi
perkembangan normal. Penyebab proliferasi duktus tidak diketahui,
diperkirakan sel stroma neoplastik mengeluarkan faktor pertumbuhan yang
memengaruhi sel epitel. Peningkatan mutlak aktivitas estrogen,
diperkirakan berperan dalam pembentukannya. Kira kira 10%
fibroadenoma akan menghilang secara spontan tiap tahunnya dan
kebanyakan perkembangan fibroadenoma berhenti setelah mencapai
diameter 2 3 cm. Fibroadenoma hampir tidak pernah menjadi ganas.(2,4)
Fibroadenoma jarang ditemukan pada wanita yang telah mengalami
postmenopause dan dapat terbentuk gambaran kalsifikasi kasar.
Sebaliknya, fibroadenoma dapat berkembang dengan cepat selama proses
kehamilan, pada terapi pergantian hormon, dan pada orang orang yang
mengalami penurunan kekebalan imunitas, bahkan pada beberapa kasus,
dapat menyebabkan keganasan. Pada pasien pasien yang mengalami
penurunan kekebalan tubuh, perkembangan fibroadenoma berkaitan
dengan infeksi virus Epstein-Barr.(4)
Fibroadenoma terbagi atas Juvelline Fibroadenoma, yang terjadi
pada wanita remaja dan Myxoid Fibroadenoma yang terjadi pada pasien
dengan Carney complex. Carney complex merupakan suatu sindrom
neoplasma autosomal dominan yang terdiri atas lesi pada kulit dan
mukosa, myxomas dan kelainan endokrin.(4)
vii
VII. DIAGNOSIS
VII.1. DIAGNOSIS KLINIK
VII.1.a. GAMBARAN KLINIK
viii
VII.1.c. PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI
ix
Gambar 6. Tabel Perubahan Mikroskopik pada Fibroadenoma (dikutip
dari kepustakaan 1)
x
mm. Fibrodenoma biasanya memiliki densitas yang sama
dengan jaringan kelenjar sekitarnya, tetapi, pada
fibroadenoma yang besar, dapat menunjukkan densitas
yang lebih tinggi. Kadang-kadang, tumor terdiri atas
gambaran kalisifikasi yang kasar, yang diduga sebagai
infraksi atau involusi. Gambaran kalsifikasi pada
fibroadenoma biasanya di tepi atau di tengah berbentuk
bulat, oval atau berlobus lobus. Pada wanita
postmenopause, komponen fibroglandular dari
fibroadenoma akan berkurang dan hanya meninggalkan
gambaran kalsifikasi dengan sedikit atau tanpa komponen
jaringan ikat.(4,11,12)
xi
Gambar 9. Gambaran Mamografi Fibroadenoma. Kalsifikasi pada degenerasi fibroadenoma,
tampak gambaran kalsifikasi kasar pada 2 degenaerasi fibroadenoma, tanda panah menunjukkan
komponen haringan lunak yang terlihat sebagai satu massa. (dikutip dari kepustakaan 14)
xii
Gambaran 11. Gambaran Mamografi Fibroadenoma. Tampak gambaran kalsifikasi Pop Corn
Appearence yang kasar (dikutip dari kepustakaan 11)
xiii
Gambar 12. Gambaran USG Fibroadenoma. Tampak massa hipoechoic yang rata, batas
tegas pada sebagian lobus merupakan khas dari fibroadenoma (dikutip dari kepustakaan 4)
xiv
Gambar 13. Seorang wanita 47 tahun, dengan lesi 1cm yang terohat dari mamografi.
Dari pemeriksaan USG dan FNA, menujukkan gambaran fibroadenoma. Pemeriksaan
dengan MRI post-contras, memperlihatkan penyerapan yang cepat tanpa pembersihan,
yang merupakan ciri khas dari fibroadenoma. (dikutip dari kepustakaan 15)
xv
Gambar 14. Mamografi Cystosarcoma Phyllodes. Tampak massa berbatas tegas
tanpa kalsifikasi (dikutip dari kepustakaan 14)
xvi
2. Kista Payudara. Kista payudara dapat berasal dari adenosis, ketika
lamina duktus dan acini mengalami dilatasi dan dibatasi oleh
jaringan epitel. Gambaran mamografinya berupa massa bulat atau
oval yang berbatas tegas. Tepi kista ini dapat berbatasan dengan
jaringan fibroglandular, baik sebagian maupun seluruhnya.(11)
Gambar 15. Gambaran Mamografi Kista Payudara. Tampak massa bulat atau
oval dengan densitas yang lebih terang dibandingkan dengan parenkim
payudara. (dikutip dari kepustakaan 13)
xvii
Gambar 16. Gambaran USG Kista Payudara. Tumor ini akan tampak sebagai
suatu lesi an-echoic dengan batas teratur serta tampak penyangatan akustik
posterior. (dikutip dari kepustakaan 16)
xviii
Gambar 17. Mamografi Papilloma. Tampak gamabran heterogen dari payudara
dengan kalsifikasi yang menyebar tanpa gambaran massa (dikutip dari
kepustakaan 14)
Gambar 18. Gambaran USG Papiloma. Tampak lesi iso-echoic dengan pelebaran
duktus laktiferus. (dikutip dari kepustakaan 14)
xix
IX. PENATALAKSANAAN.
Operasi eksisi merupakan satu-satunya pengobatan untuk
fibroadenoma. Operasi dilakukan sejak dini, hal ini bertujuan untuk
memelihara fungsi payudara dan untuk menghindari bekas luka.
Pemilihan tipe insisi dilakukan berdasarkan ukuran dan lokasi dari lesi
di payudara. terdapat 3 tipe insisi yang biasa digunakan, yaitu (3)
1. Radial Incision, yaitu dengan menggunakan sinar.
2. Circumareolar Incision
3. Curve/Semicircular Incision
X. PROGNOSIS.
Prognosis dari penyakit ini baik, walaupun penderita mempunyai
resiko yang tinggi untuk menderita kanker payudara. bagian yang tidak
diangkat harus diperiksa secara teratur.(6)
xx
DAFTAR PUSTAKA
1. Kuijper Arno., Mommers Ellen C.M., Van der Wall Elsken., Van Diest Paul
J. Histopathology of Fibroadenoma of The Breast. Available from :
http://ajcp.ascpjournals.org/.
2. Crum Christoper P., Lester Susan C., Cotran Ramzi S. Sistem Genitalia
Perempuan dan Payudara. Dalam : Robbins, Stanley L., Kumar Vinay.,
Cotran Ramzi S. Robbins Buku Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2007. Hal. 793 794.
3. Farrow Joseph H. Fibroadenoma of The Breast. Available from :
http://caonline.amcancersoc.org/.
4. Roubidoux Marilyn A. Breast, Fibroadenoma. Available from :
http://emedicine.medscape.com/. Update on July 26, 2009.
5. Sjamsuhidajat, R., De Jong Wim. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2005. Hal. 388 393.
6. Zieve David., Wechter Debra G. Fibroadenoma Breast. Available from :
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/. Update on December 17, 2009.
7. Shirley S.E., Mitchell D.I.G., Soares D.P., James M., Escoffery C.T., Rhodrn
A.M., Wolff C., Choy L., Wilks R.J. Clinicopathologic Features of Breast
Disease in Jamaica : Findings of the Jamaican Breast Disease Study. 2000
2002. Available from : http://lib.bioinfo.pl/ .
8. Hillegas Kathleen Branson. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. Dalam
: Anderson, Sylvia Price., Wilson Lorraine McCarty. Patofisiologi, Konsep
Klinis Proses Proses Penyakit. Volume 2. Edisi 6. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 2006. Hal. 1301 1302.
9. Ryan Stephanie., McNicholas Michelle., Eustace Stephen. In : Anatomy for
Diagnostic Imaging. Saunders, Elsevier Health. Philadephia. 2004. Hal. 308
310.
10. Desen Wan. Dalam : Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi 2. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta. 2008. Hal. 366 369.
xxi
11. Fleischer Arthur C., Cullinan Jeanne A. Ultrasonography in Obsetrics and
Gynaecology; Obsetric Radiology. In : Grainger Ronald G., Allison David.
Grainger & Allisons Diagnostic Radiology : A Textbokk of Medical
Imaging. Third Edition. Churchill Livingstone. New York. 1997, Hal. 2003
2011.
12. Gravelle I.H. Mammography. In : Sutton David. A Textbook of Radiology
and Imaging. Volume 2. Churchill Livingstone. Great Britain. London. 1993,
Hal. 1364 1366.
13. Eisenberg Ronald L. In : Clinical Imaging An Atlas of Differential Diagnosis.
Fifth Edition. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia. 2010. Hal. 1392
1395.
14. Muttarak Malai. Breast Imaging : A Comprehensive Atlas. Booknet
Company. Thailand. 2002. Hal. 33 177.
15. Kelcz Fred. Breast Imaging Using 3D-GRE. Available from :
http://www.gehealthcare.com/.
16. Makes Daniel. Atlas Ultrasonografi Payudara dan Mamografi. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta. 1992. Hal 16 19.
xxii