Anda di halaman 1dari 1

Menginang atau menyirih adalah istilah untuk menyebut kebiasaan mengunyah daun sirih,

pinang, dan kapur yang pada masa selanjutnya juga dicampur dengan gambir dan tembakau.
Kebiasaan yang kini mulai sulit ditemukan ini merupakan kebiasaan khas masyarakat Asia Tenggara,
tak terkecuali masyarakat melayu. Selain menjadi bagian dari kebiasaan sehari-hari, sirih pinang juga
hadir sebagai perkakas utama perhelatan adat, seperti tunangan (pinangan), pernikahan, upacara
melenggang perut, hingga upacara membangun rumah. 1

Bahan-bahan dalam bersirih pinang juga dilekati bebagai makna yang ditilik dari sifat
masing-masing bahan. Sirih misalnya, dianggap mengajarkan sifat rendah diri dan memuliakan orang
lain lantaran pohonnya bersifat memanjat, memerlukan sandaran pohon atau tempat lain, tetapi
tidak sampai merusak sandarannya. Pohon pinang dianggap melambangkan keturunan yang baik-
baik, tinggi secara adat dan lurus dalam budi pekerti, seperti penampilan pohonnya yang menjulang
ke atas. Kapur yang putih dianggap mewakili niat hati bersih. Gambir yang pahit menandakan hati
yang tabah menahan penderitaan. Sedangkan tembakau yang pahit juga dianggap mencerminkan
sifat tabah dan rela berkorban untuk orang lain.1

Pada awalnya orang menginang tidak lain hanya dimaksudkan untuk penyedap mulut.
Ramuan dalam menginang dapat memberikan rasa campuran antara sepat, pedas, pahit dan lain-
lain sehingga mulut terasa hangat yang khas sehingga air ludah mengocor tak tertahan dan terpaksa
harus sering dibuang sebagai ludah merah. Bagi orang yang baru belajar menginang rasa yang
demikian akan terasa sangat asing dan cenderung tidak enak. Bagi mereka yang tidak cocok akan
berhenti setelah mencoba, sedangkan bagi mereka yang senang dengan rasa tersebut maka
cenderung sulit dalam melepaskan kebiasaan tersebut. Berdasarkan penelitian Mr. J.G Huyser,
menyatakan bahwa perilaku menginang tidak berbeda dengan kebiasaan lain yang membuat
ketagihan seperti tembakau (rokok), teh, kopi, madat, dan lain-lainnya. 2

1. Lukman Solihin. 2009. Menginang atau menyirih.


2. Tirtowijoyo S. Album Pekinangan Tradisional (Lampung, Kalimantan Selatan, Bali, Sulawesi
Utara, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur). Jakarta: Direktorat Jendral Kebudayaan.
1991. http://melayuonline.com/ind/encyclopedia/detail/217/menginang-atau-menyirih.
Diakses 18 maret 2017.

Anda mungkin juga menyukai