PENDAHULUAN
romental Ecology.
produktivitas hutan.
Dalam ekologi hutan baik penge tahuan autekologi
maupun sinekologi bersama-sama diperlukan, karena kita
(4). Klimatologi
pohon.
hutan.
daun).
(3). mempelajari syarat-syarat keadaan tempat tumbuh
penanaman atau permudaan alam
A. Pengertian
Ekosistem adalah suatu sistem di alam yang
mengandung komponen hayati (organisme} dan komponen non-
ekosistem.
Ekosistem merupakan satuan fungsional dasar ekologi,
karena ekosistem mencakup organisme dan lingkungan abiotik
B. Komponen Ekosistem
1. Dari Segi "trophic level", ekosistem terdiri atas:
anorganik sederhana.
F. Ekologi Niche
Niche adalah peranan suatu mahkluk hidup dalam
suatu habitat. Sedangkan habitat adalah tempat hidup
organisme. Dengan demikian ekologi niche adalah peran
total dari suatu species dalam komunitas. Ekologi
niche mencakup species organisme, faktor lingkungan,
areal tempat hidup, spesialisasi dari populasi species
dalam suatu komunicas.
Hukum Thermodinamika I:
Energi dapat diubah dari suatu bentuk ke bentuk
lainnya, tetapi energy tak pernah dapat diciptakan
atau dimusnahkan.
H. Rantai Pangan
Rantai pangan ada1ah pengalihan energi dari
sumberdaya dalam tumbuhan melalui sederetan organisme
yang makan dan yang dimakan. Semakin pendek rantai
pangan semakin besar energi yang dapat disimpan dalam
bentuk tubuh organisme di ujung rantai pangan.
J. Produktivitas
- Produktivitas primer adalah kecepatan
penyimpanan energi potensial oleh organisme
produsen melalui proses fotosintesis dalam bentuk
bahan-bahan organik yang dapat digunakan sebagai
bahan pangan. Unit satuannya:
1) Ash Free Dry Weight Kal./ha/th.
2) Dry Weight Ton/ha/th.
Produktivitas primer dibagi dua macam:
(1). Produktivitas primer kotor:
Kecepatan total fotosintesis, mencakup pula
bahan organic yang dipakai untuk respliasi
selama pengukuran. Istilah ini sama dengan
asimilasi total.
(2). Produktivitas primer bersih:
Kecepatan penyimpanan bahan-bahan organik dalam
jaringan tumbuhan sebagai kelebihan bahan yang
dipakai untuk respirasi oleh tumbuh-tumbuhan
selama pengukuran. Istilah ini sama dengan
asimilasi bersih.
2. Pesisir 2.000
3. Upwelling Zone 6.000
4. Estuari dan reefs 20.000
K. Siklus Biogeokimia
Tumbuhan
DATA KUALIFIKATIF
Komposisi flora
Stratifikasi dan aspection
Fenology
Vitalitas DATA KUANTITATIF
Sosiabilitas Pola disttribusi
Life-form & fisiognomy Frekuensi
Organisasi tropic, rantai Kerapatan
makanan Penutupan tajuk; dominansi
DATA ANALITIK
ORGANISASI KOMUNITAS
Struktur
Komposisi
Organisasi tropik
DATA SINTETIK
Kehadiran dan konstansi
Kesetiaan
Dominansi
Indeks dominansi
Indeks asosiasi
1.Data Kualitatif
a.Komposisi Flora
- keaneragaman jenis
- tahap suksesi
- kondisi lingkungan/habitat
tumbuhan.
Stratifikasi terdiri :
- pucuk
c. Fenologi
Masa kecambah :/
Masa berbunga :/
Masa berbuah : / /
Klasifikasi vitalitas :
Sosiabilitas
- life-form
- vigor
- kondisi habitat
- kemampuan bersaing.
tersebar.
kelompok terputus-putus.
2. Data Kuantitatif
Distribusi
1) Random (acak)
2) Mengelompok ('clumped')
(misal kompetisi).
V/M = 1 (random)
100 petak
0(46)+1(34)+2(14)+3(6)
Mean (M)=
100
= 0.8
X2 (X)2/n
Variance =
n-1
[12(34)+22(14)+32(6)+02(46)] (80)2/100
=
100 - 1
= 0.808
Pengujian V/M = 1?
(0) = (n)p(0)
= (100)p(0)
= (100)e-0.8 = 44.9
(1) = (n)p(1)
= (100)(0.8/1)(p(0))
= 100 x 0.8/1 x 0.4493 = 0.3594
(1) = m e-m x n
= 0.8 x e-0.8 x 100
= 0.8 x 0.4493 x 100 = 0.3594
1 individu/petak 0 1 2 3
2 petak terobservasi 46 34 14 6
3 petak harapan 44.9 35.9 14.4 3.8
4 Perbedaan petaj antara 1.1 1.9 0.4 2.2
terobservasi dan harapan
ke-I (i=1,2,3,,q)
Kriteria : IS = 1 (random)
IS > 1 (clumped)
IS < 1 (regular)
Pengujian IS = 1?
IS (T-1)+ q T
Fo =
Q 1
Bila Fo Fq-1 Clumped
( = 0.05 atau 0.01)
Variance
1
GI = Means
n 1
GI bervariasi dari: 0 sampai maximum.
0 = random, 1 = clumping.
b. Kerapatan
Adalah jumlah suatu spesies dalam suatu unit
area. Kerapatan menunjukkan kelimpahan suatu spesies
dalam suatu komunitas.
Satuan : ind/m2 (tumbuhan bawah)
Ind/ha (pohon)
Kerapatan relative: persentase kerapatan suatu spesies
terhapdap jumlah kerapatan semua spesies.
c.Frekuensi
"Law of Frequency"
>
A>B>C=D<E
<
3. Data Sintetik
Presence
terisi species.
Constance (Kontansi)
Klas 1 : 1 - 20 % Frekuensi
Klas 2 : 21 - 40 % Frekuensi
Klas 3 : 41 - 60 % Frekuensi
Klas 4 : 61 - 80 % Frekuensi
c. Dominansi Jenis
Jenis dominan adalah jenis yang bei k..i :\sa dan mencirikan
- Kerapatan
- Biomasa
- Volume
M/ha.
semua habitat).
dalam komunitas).
Simpson (1949)
ID = C = E (ni/N)2
C = indeks of dominance
ni = INP atau kerapatan atau biomasa suatu species.
N = Total INP atau total kerapatan ,atau biomasa dari
semua species.
(ad-bc)2 X N
2
X hit =
m X n X r X s
nilai X2 ini bandingkan dengan
X2tab ( = 0.05, db = 1)
Bila X2hit X2tab ada asosiasi
a = petak dimana 2 spesies ada
b = petak, sp. A ada, sp. B tak ada
c = petak, sp. A tak ada, sp. B ada
d = petak, sp. A dan B tak ada
N = total petak contoh
a
JI =
a+b+c
g. Index of Diversity
keanekaragaman jenis adalah suatu parameter
penting dalam membandingkan dua komunitas,
terutama untuk mempelajari pengaruh gangguan
biotic atau mengetahui tahap suksesi dan
stabilitas komunitas
pada komunitas klimak, spesies diversity meningkat
food chain meningkat komunitas stabil
Respirasi komunitas
Ecological turnover =
Biomassa komunitas
R/B rendah komunitas diversity meningkat
Metode/cara penentuan spesies diversity
1) Shanon-Weiner Diversity Index
H = -[(ni/N) log (ni/N)]
ni = Nilai kuantitatif suatu spesies
N = jumlah nilai kuantitatif semua spesies
dalam komunitas
Variasi nilai H
0 = satu spesies tak terhingga nilai yang tinggi
(banyak spesies)
S = jenis
Variasi nilai D:
0 = satu spesies tak terhingga
1 1/s = diversity spesies max.
C. Fungsi Komunitas
1. Biomassa
Biomassa adalah jumlah bahan organic yang
diproduksi oleh organism per satuan unit area
2
pada suatu saat. Satuannya g/m atau Kg/ha.
Biomassa menunjukkan net production
Biomassa production rate adalah laju akumulasi
biomassa dalam kurun waktu tertentu (Kg/ha/yr)
Biomassa dinyatakan dalam dry weight (berat
kering) oven pada suhu 105o selama 12 jam atau
800C selama 48 jam. Satuan lain adalah berat
kering bebas abu (ash free dry weight)
Biomassa profil menunjukkan jumlah bahan
organic kering pada tingkat yang berbeda dari
komunitas
Akumulasi biomassa di tropic lebih rendah
daripada di temperate karena laju respirasi di
tropic lebih tinggi
2. Aliran Energi
Dari sudut energy, komunitas adalah unit
thermodinamika
Matahari
refleksi
Tumbuhan panas
absorpsi
ditangkap
Energi makanan
Siklus Biogeokimia
parasit.
Host seringkali mengeluarkan antibodi Parasit
yang heterofog lebih bertahan daripada monoloq.
horuntuceae).
Rafflesia - bunga liar (famili Rafflesiaceae)
Genus lain : - Rhizanthes
- Rafflesia arnoldi
20-30 hari.
(5). Commensalisme ( + , 0)
epifit).
tajuk.
heliophyta)
cahaya (heliophyta)
mutualisme.
inang.
mikoriza.
mikoriza.
- Manfaat mikoriza
tumbuhan tertentu.
Bakteri rhizobium adalah pengikat N tumbuhan
1. Legume, (rhizobium)
(Albizia, Akasia, Leucoem - Leguminosae) tidak
semua legum berasosiasi dengan rhizobium
Mimosaceae
Leguminosae Caesalpiniaceae Jarang
Papilionaceae
(Casuarina, Podocarpus)
- Keuntungan adanya nodul akar:
1. Tanaman inang bisa hidup pada tanah miskin N
1. Faktor Iklim
- kekeringan
2. Faktor Topografi/Edafis
- penggembalaan
- penebangan
- deforestasi
- perladangan
- dan lain-lain
C. Tipe-tipe Suksesi
1. Hidrosere
2. Halosere
tanah/air masin.
3. Xerosere
4. Psammosere
5. Lithosere
6. Serule
pohon, dll.
D. Tahab-tahab Suksesi
yaitu:
tertentu.
(established).
E. Macam Suksesi
suksesi;
kerusakan-kerusakan lainnya.
sebagainya.
3. Teori Informasi
HUTAN HUJAN
TANAH RENDAH
Vegetasi cryptogamae
Vegetasi
Permukaan terganggu
tanah telanjang
V. KLASIFIKASI VEGETASI HUTAN
terbesar.
oleh:
- Perbedaan iklim.
- Perbedaan habitat
- Suksesinya.
formasi hutan.
hutan.
perbedaan topografi.
perbedaan edafis.
disebabkan :
Ekologis.
lingkungan.
I. IKLIM BASAH
........................ 1. Mangrove
Tanah Kering
Pantai
Pegunungan .
bertautan.
Kelas Formasi dwart-scrub dan Related Communities
(semak-semak kecil dan komunitas kerabat lainnya), sering
(vegetasi herba). Ada dua tipe besar dari vegetasi ini, yaitu
graminoid dan forbs. Termasuk graininoid adalah semua rumput
herba dan tanaman rumput-rumputan seperti Carex sejenis alang-
Forest
3. Tropical and Subtropical Semi Decidous Purest
4. Subtropical Ombrophilous Forest
5. Mangrove Forest
6. Temperate and Subpolar Evergreen Ombropuilous
Forest
Forest
B. DECIDUOUS
Shrubs) Admixed
3. Cold-Deciduous Forest without Evergreen Trees
C. XEROMORPHIC
1. Sclerophyllous-Dominated Extremely Xero-morphic
Forest
2. Thorn-Forest
3 . Mainly Succulent Forest
II. WOODLAND
A. EVERGREEN
Trees
B. XEROMORPHIC
Woodland
2. Thorn-Woodland
3. Mainly Succulent Woodland
III. SCRUB
A. EVERGREEN
Shrubland
B. DECIDUOUS
Plants Admixed
3. Cold-Deciduous Scrub
C. XEROMORPHIC
A. EVERGREEN
3. Cold-Deciduous Dwarf-Thicket
C. XEROMORPHIC
D. TUNDRA
V. HERBACEOUS VEGETATION
C. SHORT GRASSLAND
D. FORB VEGETATION
Tabel 1, berikut.
Tabel 1. Satuan - satuan Ekosistem di Indonesia
Bioma Subbioma Tipe Ekosistem
Suhu
Ketinggian rata-
Nama Iklim Nama Nama Q Tanah Takson/khas/umum/dominan
dpl (m) rata
(0)
1. Hutan Hujan Selalu basah 1. Hutan 1. hutan < 1000 26-21 <33.3 Podsolik merah Anacardiaceae, Annonaceae,
sampai kering hujan tanah non- kuning,Latosol Burseraceae,
tengah-tahun Q kering Dipterocarp Ebenaceae,Euphorbiaceae,
< 60.0 aceae Gutiferae, Lauraceae,
Leguminosae, Moraceae,
Muristicaceae, palmae,
Sapindaceae,
Sterculiaceae, dsb
II. Hutan Musim Sangat kering 3. Hutan 19. Hutan < 800 >22 >60.0 Mediteran merah Protium javanicum,Tectona
tengah tahun: Musim musim gugur kuning,Renzina grandis,Swietenia
Q>60.0 (tipe D- Regosol,Litosol macrophylla,Pterocarpus Garuga
F); curah hujan floribunda, Eucalyptus, Acacia
per tahun;700- cophioea, dsb
2900 mm
20. Hutan < 1200 >20 >60.0 Mediteran merah Schleicera oleaosa, Schoutenia
Musim selalu kuning,Renzina ovate,Tamarindus
hijau Regosol,Litosol indica,Albizia chinensis, dsb
(Dryever-
green)
III. Savana Selalu basah 4. Sabana 21.Sabana < 900 >22 >60.0 Mediteran merah Borassus,Corypha,Acacia,
sampaisangat pohon-pohon kuning,Renzina Eucalyptus,Casuarina,
kering tengah dan palma Regosol,Litosol Heterophagon
tahun; Q=0-300
(tipe A-F);curah
hujan per tahun
700-7100 mm
22.Sabana 1500-2400 18-13 <60.0 Andosol,Regosol, Casuarina, Pennistum,dsb
Casuarina Litosol
IV. Padang rumput Selalu basah 5. Padang 23. Padang < 1000 26-21 <60.0 Podsolik merah Imperata cylindrical,
samapai sangat rumput Iklim rumput tanah kuning,Latosol, Saccharum spontaneum, Themeda
kering tengah basah rendah Litosol vilosa, dsb
tahun;Q=0-300
(tipe A-F);curah
hujan per tahun
700-7100 mm
24. Rawa < 100 26 <60.0 Organosol, Aluvial Panicumstangineum,Phragintes
rumput dan karka,Scirpus,Cyperus,Cladium,
terna tanah Fimbristylis,Eguisetum,Monocho
rendah ria ischaemum, Eichornia
crassipes, dsb
6. Padang 29.Padang < 900 < 22 < 60.0 Mediteran merah Themedia,Heteropogon,dsb
rumput iklim rumput iklim kuning,Regosol,
kering kering Litosol,Rensina
C.4.Klasifikasi Tipe-tipe Hutan di Indonesia oleh
Departemen Kehutanan
Departemen Kehutanan dalam Vademecum (1976) telah
mengklasifikasikan hutan di Indonesia berdasarkan
keadaan iklim, edafis, dan komposisi tegakan. Faktor
iklim menurut pembagian F.H. Schimidt dan J.H. Ferguson
yang didasarkan pada nilai Q, yaitu persentase perban-
dingan antara jumlah bulan kering dan jumlah bulan
basah, sehingga diperoleh tipe-tipe iklim A, B, C, D
dan seterusnya berturut-turut dari nilai Q yang
terkecil sampai terbesar. Faktor iklim yang
mempengaruhi pernbentukan vegetasi adalah temperatur,
kelembaban, intensitas cahaya dan kecepatan angin.
Tipe hutan yang pembentukannya sangat dipengaruhi
oleh faktor iklim disebut Formasi Klimatis (Klimatic
Formation). Termasuk kedalamnya, yaitu : Hutan Hujan
(Tropical Rain Forest), Hutan Musim (Monsoon Forest),
dan Hutan Gambut (Peat Forest).
Hutan Nipa [Nipa Formation) dianggap sebagai
suatu konsosiasi dari Hutan Payau atau Hutan Rawa
tergantung kepada faktor edafis yang ada.
Hutan Palma tanah rawa (Palm swamp forest.)
dimana banyak terdapat jenis-jenis Phoenix atau
Oncosperma dianggap sebagai suatu konsosiasi.
Berikut diberikan bagan klasifikasi tipe-tipe
hutan di Indonesia menurut Departemen Kehutanan :
I. FORMASI KLIMATIS
1. Hutan Hujan (Tropical Rain Forest)
Ciri-ciri : iklim A atau B; jenis tanah latosol,
aluvial, dan regosol; drainase baik,jauh dari
pantai; dan tegakan selalu hijau.
a. Hutan Hujan Bawah (0-1000 m dpl)
Jenis pohon yanq dominan : famini
Dipterocarpaceae (Kalimantan dan Sumatera);
Agathis, Ficus, Castanopsis (Jawa dan Husa
Tenggara);Palaquium spp., Pometia pinnata,
Diospyros spp. (Indonesia Timur)
b. Hutan Hujan Tengah (1000-3300 m dpl)
Quercus, Castanopsis, Nothofagus, dan jenis-
jenis dari famili Magnoliaceae; Pinus merkusii
(Aceh); Albizia montana, Casuarina (Jawa);
Trema, Podocarpus imbricatus (Indonesia Timur)
c. Hutan Hujan Atas (3300-4100 m dpl)
Merupakan kelompok-kelompok yang terpisah-
pisah oleh padang rumput atau belukar. Jenis-
jenis pohon: Dacrydium, Podocarpus,
Phyllocladus (Irian Jaya),Eugenia, dan
Calophyl1um.
2. Hutan Musim (Monsoon Forest)
Ciri-ciri : iklim C atau D; gugur daun musim
kemarau; terdapat 2 lapisan tajuk yang berbeda;
dan banyak herba dan tumbuhan bawah.
a. Hutan Musim Bawah (0-1000 m dpl)
Jenis-jenis pohon : Tectona grandis, Acacia
leucophloea, Albizia chinensis (Jawa); Euca-
lyptus, Santalum album (Nusa Tenggara).
b. Hutan Musim Tengah-Atas (1000-4100 m dpl)
Casuarina junghuhniana (Jawa Tengah dan
Timur); Eucalyptus (Indonesia Timur), Pinus
merkusii (Sumatera).
3. Hutan Gambut (Peat Forest)
Ciri-ciri: iklim A atau B; tanah organosol;
terletak anatar hutan hujan dan hutan rawa;
selalu hijau dan banyak lapisan tajuk.
Jenis-jenis : Alstonia spp., Palaquium spp.,
Dactylocladus; Eugenia spp., Gonystylus spp.
(khusus di Kalimantan dan beberapa daerah di
Sumatera).
Keterangan: 1) termasuk hutan Nipa (Nypa fruticans) dan Nibung (Oncosperma filamentosa)
2) termasuk hutan sagu (Metroxylon sago)
3) termasuk hutan kerangas (Heath Forest), vegetasi tanah kapur (Limestone) dan hutan Riparian (Riparian forest)
4) termasuk hutan tegakan murni Pinus merkusii di Aceh
5) termasuk hutan sub-alpin dan Alpin
VI. TEKNIK ANALISIS VEGETASI RUANG LINGKUP
40
cm
2 m
5 m
20 m
10 m
Random Sistematik
Gambar 2. Desain Petak Ganda di Lapangan
A
Arah
rintis
D
C
B
Arah rintis
D
C
B
Jarak tertentu
sama
5 m
2 m Arah rintis
D
C
B
20 m
h. Frekuensi relative
Frekuensi suatu jenis
X 100%
Frekuensi semua jenis
i . INP = KR + FR + DR
900 900
- tambang, tali
Alat tersebut dibagi ke dalam interval-interval
jarak tertentu.
diinventarisir adalah :
(1) panjang garis yang tersentuh oleh setiap individu
tumbuhan.
A. Pengertian Lingkungan
Lingkungan adalah suatu sistem yang kompleks di
mana berbagai factor berpengaruh timbale balik satu
sama lain dan dengan komunitas organism hidup.
Satu/beberapa factor lingkungan dikatakan penting bila
berada pada taraf minimal, maksimal dan optimal menurut
batas toleransi dari tumbuh-tumbuhan sehingga factor-
faktor tersebut sangat mempengaruhi tumbih dan hidupnya
tumbuh-tumbuhan. Satu atau beberapa organism/tumbuhan.
Factor penghambat adalah setiap keadaan jumlah
sesuatu zat atau derajat sesuatu factor fisik yang
berada dekat atau melampaui batas-batas toleransi.
Kisaran toleransi organism terhadap lingkungan ada dua
macam, yaitu:
1). Steno (sempit)
2). Eury (lebar)
Setiap organism kemungkinan hidupnya dibatasi oleh:
1. jumlah dan variabilitas zat-zat tertentu yang ada,
kebutuhan minimum, dan factor-faktor fisik yang
kritis
2. batas-batas toleransi dari masing-masing organism
terhadap factor-faktor itu dan factor-faktor lainnya
D. Iklim
1. Pengertian iklim dapat dikategorikan ke dalam:
a. Iklim mikro : iklim yang nilai-nilainya berlaku
untuk tempat/ruang yang terbatas (habitat mikro)
b. Iklim makro : iklim yang nilai-nilainya berlaku
untuk daerah yang luas. Nilai-nilai iklim makro
dipergunakan untuk menetapkan tipe iklim, zona
iklim, zona vegetasi
2. Klasifikasi iklim yang paling banyak dipergunakan
di Indonesia adalah klasifikasi tipe hujan oleh
Schmidt dan Fergusson (1951). Dimana:
Jumlah rata-rata bulan kering (< 60 mm)
Q =
Jumlah rata-rata bulan kering (> 100 mm)
Berdasarkan nilai Q, setiap tipe iklim mempunyai
tipe-tipe hujan sebagai berikut:
Tipe Iklim Nilai Q Keadaan Ikllim
A 0 0.143 Tanpa musim kering, hutan hujan
tropika selalu hijau
B 0.143 0.333 Tanpa musim kering, hutan hujan
tropika selalu hijau
C 0.333 0.600 Musim kering nyata, peralihan
hutan hujan tropika ke hutan
musim
D 0.600 1.000 Musim kering agak keras, hutan
musim yang pohon-pohonnya gugur
daun
E 1.000 1.670 Musim kering keras, hutan
savanna
F 1.670 3.000 Musim kering keras, hutan
savanna
G 3.000 7.000 Daerah kering, padang pasir
H > 7.000 Daerah kering, padang pasir
Umumnya di hutan hujan, jumlah curah hujan
berkisar antara 1600-4000 mm/tahun. Di daerah
dengan curah hujan < 1000 mm/tahun ditemukan
komunitas savanna, sedangkan daerah gurun curah
hujannya 300 mm/tahun.
3. Cahaya
a. Fotosintesis
- Cahaya matahari merupakan sumber utama energy
yang diperlukan bagi kehidupan. Bagi tumbuhan,
energy cahaya melalui butir-butir daun diserap
dan dirubah menjadi energy kimia dalam bentuk
mineral molekul gula yang sederhana.
Cahaya
CO2 + 2 H20 CH20 + H20 + 02 + Energi
Klorofil
b. Transpirasi
- Besarnya transpirasi bergantung pada:
a. keadaan tempat tumbuh terutama iklim.
Penguapan daun semakin banyak bila kadar
air tanah semakin tinggi
b. kesuburan komunitas tumbuhan.
Tegakan yang lebih subur di areal beriklim
basah mempunyai transpirasi yang lebih
tinggi daripada tegakan yang kurang subur.
c. Kedudukan tumbuh-tumbuhan dalam komunitas.
Di dalam huutan, strata pohon penguapannya
lebih tinggi dari strata semak
- Transpirasi berbagai jenis tumbuhan menurut
Coster (1937):
a. Tumbuhan yang penguapannya kuat (> 2000
mm/th). Albizia falcataria, Acacia
villaosa, Leucaena galuca, Eupatorium
palescens, Bambu, Samanea samans, Lantana
camara, dll. Tipe vegetasi yang
penguapannya kuat: belukar.
b. Tumbuhan yang penguapannya sedang (1000-
2000 mm/th). Tectona grandis, Hevea
brasiliensis, Imperata cylindrical,
Artocarpus integra, Coffea robusta,
Eucalyptus alba, dll.
c. Tumbuhan yang penguapannya lemah (<1000
mm/th). Thea sinensis, Cocoa nucifera,
Casuarina equisetifolia, Ficus elastic,
Garcinia mangostana, Pinus merkusii,
Agathis alba, Lagerstroemia speciosa, dll.
Tipe vegetasi yang penguapannya lemah:
hutan pegunungan.
- Selain cahaya kasat mata, ada cahaya infra
merah yang tidak dapat dilihat. Secara
ekologis, cahaya ini penting karena memberikan
efek pemanasan dan berpengaruh pada proses
perkecambahan dan pertumbuhan batang. Selain
itu ada juga sinar ultra violet yang sebagian
besar diserap oleh lapisan ozon di luar
atmosfir. Sinar ini dapat mematikan
protoplasma.
- Factor cahaya yang penting diketahui adalah:
1). Intensitas cahaya atau jumlah radiasi per
satuan luas per satuan waktu, 2). Kualitas
atau komposisi panjang gelombang, dan 3)
lamanya penyinaran dalam sehari.
- Berdasarkan adaptasi tumbuhan terhadap
perbedaan intensitas cahaya, tumbuh-tumbuhan
dikategorikan ke dalam:
a. Tumbuhan toleran (shade-adapted plant)
yaitu tumbuhan yang tahan hidup di bawah
naungan (scyophyt), missal: Altingia
excelsa, Schima noronhae, Swietenia
mahagoni, Dypterocarpus spp., Dryobalanops
aromatic, Shorea accuminatisima, Vatica
rassak, Eusyderoxylon zwageri.
b. Tumbuhan intoleran (sun-adapted atau light
demanding plant) yaitu tumbuhan yang untuk
hidupnya memerlukan banyak cahaya matahari
(Heliophyt), missal: Acacia mangium,
Paraserianthes falcataria, Eucalyptus alba,
Gmelina arborea, Pinus merkusii, Tectona
grandis, Pterospermum javanicum
- Warna cahaya mempengaruhi kecepatan
fotosintesis. Dalam hal ini warna biru dan
merah lebih berpengaruh. Lamanya penyinaran
atau periodisitas cahaya sangat berpengaruh
terhadap fase generative (pembungaan).
Berdasarkan reaksi tanaman terhadap panjang
hari, tumbuhan dibagi menjadi tiga vegetasi,
yaitu:
a. Tumbuhan hari pendek, yaitu tumbuhan yang
berbunga bila panjang hari < 12 jam, missal
ubi jalar, arbei, aster, semai, dll.
b. Tumbuhan berhaari panjang, yaitu tumbuhan
yang berbunga bila panjang hari > 12 jam,
misal: kentang, lobak, dll
c. Tanaman netral, yaitu tanaman yang tidak
dipengaruhi oleh panjang hari, misal:
tomat, nenas, kapas, ubi kayu.
D. ADAPTASI TUMBUHAN
Warming (1895) mengklasifikasikan tumbuhan kedalam
bebera-pa grup ekologi berdasarkan persaratan tumbuh
terhadap air dan macam subtrat/tanah dimana tumbuhan
hidup.
HYDROPHYTES
A. Asal Kata
Bahasa Yunani : Hudor = air
Phyton = tumbuhan
B. Pengertian
Hydrophytes : tumbuhan yang hidup ditempat basah
atau dalam air baik sebagian maupun
seluruh tubuhnya terendam
Contoh : Hydrilla, Utricularia, Eichornia, dll
C. Klasifikasi Hydrophytes
Berdasarkan hubungan dengan air dan udara,
hydrophytes dibagi kedalam:
1. Submerged hydrophytes
Tumbuhan yang tumbuh di bawah permukaan air
(tanpa adanya kontak dengan atmosfir).
Contoh : Hydrilla, Vallisneria, Nitella, dll.
2. Floating Hydrophytes
Tumbuhan yang terapung di permukaan atau sedikit
di bawah permukaan air. Tumbuhan ini ada kontak
baik dengan air maupun udara, serta tumbuhan
tersebut mungkin berakar atau tidak dalam tanah.
Floating hydrophytes dibagi kedalam dua grup,
yaitu :
a. Free floating hydrophytes
Tumbuhan yang terapung bebas di permukaan air
tanpa berakar di lumpur.
Contoh: Wolffia arhiza
Wolffia microscopic Azolla
Eichornia crassipes
b. Floating but rooted hydrophytes
Tumbuhan yang berakar dalam lumpur di dasar
perairan, tapi daun dan bunganya terapung di
atau di atas permukaan air.
Contoh : Victoria regia (water lily)
Nymphaea
Ceratopteris thaiictroides
3. Amphibious hydrophytes
Tumbuhan yang beradaptasi terhadap lingkungan
perairan dan daratan. Tumbuhan ini bisa tumbuh di
saluran air atau di subtrat lumpur. "Amphibious
plants" yang hidup di tempat pasang-
surut/payau digolongkan halophytes. Akar dan
bebernpa bagian batang terendam oleh air atau
terkubur oleh lumpur, tapi sebagian pucuk daun,
cabang, dan bunga di atas permukaan air atau
bahkan tersebar di daratan.
Bagian aerial dari tumbuhan tersebut
memperlihat-kan penampilan mesophytik atau
xerophytic, tapi bagian yang terendam
berkarakter seperti hydrophytic.
Contoh : Oryza sativa (padi)
Enhydra flutuars
Marsilea Sagittaria
Phragmites Scirpus
Alisma
Jussiaea
Neptunia
Commelina
Polygonum
Typha
Ranunculus aquatilis, dll.
C. Adaptasi Hydrophytic
Beberapa penampilan adaptif dari tumbuhan air dalam:
a. Akar
- Tumbuhan air mempunyai akar yang berkembang kurang
baik.
- Bagian akar yang berhubungan langsung dengan air
berfungsi sebagai perraukaan penyerap air dan
mineral.
- Akar pada tumbuhan air yang terapunq miskin akan
rambut akar.
- Beberapa hydrophytes berakar seperti Hydrilla
memperoleh makanan dari air melalui
permukaan tubuhnya, tetapi sebagian tergantung
pada akarnya dalara tanah dalam hal unsur
mineral.
- Akar kadang-kadang tidak ditemukan dalam
tumbuhan air seperti: Azolla, Salvinia,
Ceratophyylurn, Utricularia.
- Dalam Jussiaea repens berkembang dua macam akar
bila tumbuh dipermukaan air, yaitu akar normal
dan akar "negatively geotrophic" yang mempunyai
struktur sponge.
- Akar terapung membantu tumbuhan air dalam
kestabilan posisi terapung.
b. Batang
- Batang bersifat lunak, warna hijau/kuning.
c. Daun
- Umumnya berbulu, panjang, bulat, warna hijau
pucat/gelap, permukaan atas berhubungan bebas
dengan atmosfir, tapi bagian dibawahnya
bersentuhan dengan air.
2. Heterophylly
- Heterophyly adalah suatu penomena dimana beberapa
D. Modifikasi Anatomi
Dalam tumbuhan hydrofit, modifikasi anatomi berperan
sebagai :
1. Pengurangan struktur pelindung
a. Cuticle
- tidak ditemukan dibagian tanaman terendam
air.
- beberapa lapisan tipis di permukaan tubuh
tumbuhan di permukaan air.
b. Epidermis
- berfungsi sebagai alat penyerap air, hara
mineral, dan gas secara langsung dari
lingkungan air.
d. Hypodermis
- kurang berkembang
2. Peningkatan Aerasi
a. Stomata
- tidak dijumpai pada tanaman yang terendam
air.
- pada tumbuhan terapung stomata berkembang
dengan jumlah yang terbatas pada permukaan
sebelah atas.
- pada tumbuhan amphibia stomata tersebar di
seluruh bagian tumbuhan yang kontak dengan
atmosfir dalam jumlah yang lebih besar
daripada tumbuhan terapung.
XEROPHYTES
A. Pengertian
Tumbuhan yang tumbuh di habitat kering atau xeric.
Habitat xeric adalah habitat dimana ketersediaan,
air sangat terbatas.
D. Adaptasi Xerophytes
1. Karakter xeromorphic
- Karakter xerofitik yang dapat diwariskan
(bersi-fat genetik) disebut xeromorhic.
Contoh : halophytic mangrove dan beberapa pchon
selalu-hijau selalu memperlihatkan
xeromorphic characters.
2. Karakter xeroplastic
- Karakter xeroplastik : karakter yang disebabkan
oleh kekeringan dan selalu berasosiasi dengan
kondisi kering. Karakter ini tidak menurun, dan
akan hilang kalau faktor lingkungan
memungkinkannya
- Penampilan xerophytic yang penting adalah
sebagai berikut :
a. Adaptasi morfologi
(1). Akar
Xerophyte mempunyai sistem perakaran
yang berkembang dengan baik. Banyak
tumbuhan dari golongan ini mempunyai
perakaran yang dalam untuk mencapai
lapisan tanah yang banyak air.
(2). Batang
a) Batang dari beberapa xerophytic
menjadi keras dan berkayu baik
batang yang aerial maupun sub-terranean
b) Batang banyak diselimuti oleh
lapisan lilin yang tebal (misal
Equisetum). Selain itu, ada juga batang
yang diselimuti bulu-bulu yang rapat
(misal Calotropis)
c) Dalam beberapa xerophytic, batang
mungkin termodifikasi menjadi
duri, misal Duranta, Ulex, dll.
d) Dalam batang yang berdaging, batang
c. Adaptasi Fisiologi
Semula para ahli berasumsi bahwa adaptasi
struktural dalam tubuh xerophytes sangat
berguna dalam pengurangan transpirasi.
Tetapi saat ini hasil-hasil penelitian
menunjukkan bahwa kecuali sukulen, xerophyt
sejati menunjukkan laju transpirasi yang
tinggi. Dalam kondisi yang serupa, laju
transpirasi per unit area dalam xerofit
lebih besar dari mesofit. Begitu pula
jumlah stomata/unit area daun dalam xerofit
lebih besar dari mesofit.
(1) Sukulen mengandung polisakarida,
pentosan dan sejumlah masam yang
berperan sebagai penahan panas.
Modifikasi struktural dari sukulen
xerofit diatur oleh proses fisiologi.
Sukulen terbentuk dengan baik, karena
konversi polisakarida menjadi pentosan
menyebabkan akumulasi jumlah air
berlebihan dalam sel.
(2) Pada tanaman sukulen, stomata terbuka
dimalam hari dan tertutup disiang hari.
Pada malam hari, tumbuhan berespirasi
dan menghasilkan masam. Akumulasi masam
dalam sel pelindung akan meningkatkan
konsentrasi osmotik yang menyebabkan
aliran air dalam sel pelindung
tersebut. Saat sel pelindung
membengkak, stomata terbuka. Di siang
hari, masam-masam terurai menghasilkan
C02 yang digunakan dalam fotosintesis
dan sebagai akibat dari
tekanan/konsentrasi osmotik sel, serupa
(getah) menurun yang menyebabkan
stomata tertutup.
(3) Dalam xerofit, komposisi kimia dari
cairan sel secara aktif dikonversi
kedalam dinding sel. Misalnya,
perobahan polisakarida terhadap bentuk
anhidruous seperti selulosa.
(4) Beberapa enzim seperti eatalases,
peroxidases adalah lebih aktif dalam
xerofit daripada mesofit. Dalam
xerophytes, enzim amilase
menghidrolisis pati secara aktif.
(5) Kapasitas xerophyte untuk bertahan
hidup dalam kondisi kering dalam waktu
yang lama, tidak hanya disebabkan oleh
penampilan khusus struktural, tetapi
juga oleh resistensi protoplasma
terhadap panas dan kekeringan.
(6) Pengaturan transpirasi
Adanya cuticle, permukaan yang
licin, sel yang kompak dan
stomata yang cekung dilindungi
oleh rarnbut stomata untuk
mengatur transpirasi.
(7) Cairan sel bertekanan osmotik tinggi
Fenomena ini akan meningkatkan
pembengkakan sel yang menekan dinding
sel. Cairan sel yang bertekanan osmotik
tinggi juga akan mempengaruhi absorbsi
air.
MESOPHYTES
Mesofit adalah tumbuhan daratan yang tumbuh
dalam kondisi tidak terlalu basah dan tidak terlalu
kering. Tumbuhan ini tidak dapat tumbuh dalam tanah
jenuh air dan tanah kering. Contoh: vegetasi hutan
hujan, meadow, dll. Mesofit yang sederhana terdiri
atas rumput dan herba, sedangkan mesofit yang lebih
kaya terdiri atas herba dan semak, dan mesofit terkaya
terdiri atas pohon-pohonan. Mesofit dapat dibagi ke
dalam dua kelompok tumbuhan, yaitu:
1. Kornunitas rumput dan herba
2. Komunitas tumbuhan berkayu
B. Distribusi
- Percabangan pohon.
1. Penampilan Perakaran
a. Sistem perakaran
kloroplast.
b. Batang
Batang epifit yang berpembuluh bisa atau
tidak bisa berkembang dengan baik. Beberapa
epifit berbatang sukulen dan berkembang
menjadi pseudobulbous atau tuberous.
c. Daun
Umumnya epifit mempunyai daun yang jumlahnya
terbatas. Beberapa anggrek hanya mempunyai
satu daun. Kadang-kadang daun berdaging dan
berkulit. Dalam jenis Dischidia nummularia,
Platyceriutn dan Asplenium nidus daunnya
berobah ke dalam pitcher,
D. Tipe-tipe Epifit
Terdapat empat tipe epifit, yaitu :
1. Protoepifit
Epifit yang memperoleh makanan dari permukaan
tempatnya bertumpu dan atmosfir. Epifit ini
tidak membentuk struktur adaptasi khusus,
kecuali "aerial root" dengan vilamen. Contoh:
Peperomia, Dischidia, dll.
2. Hemiepifit
Epifit yang semula tumbuh dipermukaan tumbuhan
tempatnya bertumpu, tetapi kemudian epifit ini
berhubungan dengan tanah melalui akarnya.
Contoh: Scindapus officinalis. Beberapa
tumbuhan yang batangnya pemanjat tumbuh dalam
tanah, tapi secara berangsur batang bagian
bawah mati dan ujungnya hidup secara bebas
seperti hemiepifit; tumbuhan demikian disebut
Pseudoepifit.
3. Nest Epiphyte
Epifit yang mempunyai kemampuan untuk
mengumpulkan humus dan air dalam jumlah yang
cukup besar untuk keperluannya sendiri. Contoh :
anggrek.
4. Tank Epiphyte
Epifit yang rnembentuk akar pancer yang fibrous
yang berkembang baik, dimana akar tersebut tidak
berperan di dalam penyerapan air. Daun berperan
sebagai penyerap air dan pembuat makanan.
Contoh: Nidularium, Tillandsia.
VIII. FORMASI-FORMASI HUTAN DI INDONESIA
2. Hutan Rawa
Jenis gangguan
- kebakaran
- pertanian (terutama kebun kelapa)
- pemukiman
- penebangan
- industri
Akibat Gangguan Hutan
- Invasi rumput rawa (Paspalum sp, Fibrystilis
sp, dll), Melastoma sp (harendong)
- hutan rawa sekunder
(hutan melaleuca, hutan macaranga, hutan
Ploiarium alternifolium, hutan Campnosperma
coriaceum) dengan jenis-jenis pionir lainnya
seperti Alstonia sp., ratoxylum
cochinchinense, Scleria spp., Stenochlaena
palustris, dll.
3. Hutan Pantai
Jenis Gangguan
- abrasi pantai
- gelombang pasang (tsunami)
- penebangan
- pemukiman
- industri
- rekreasi
Akibat Gangguan
- umumnya berupa perkebunan kelapa
- invasi rumput-rumputan (Ischaemum muticum,
Fhuarea involuta, Zoysia matrella) dan terna
(Nephrolopis biserrata)
- interusi air masim ke daratari/pedalaman
- abrasi pantai meningkat
4. Hutan Kerangas
Jenis Gangguan
- penebangan
- kebakaran Akibat Gangguan
- areal hutan menjadi savana
- invasi herba insectivora di tempat terbuka
seperti Drosera, Nepenthes, dan Urticularia.
Selain itu terdapat juga Myrmecodia (epifit).
- tanah tandus berpasir Hutan Musim
Jenis Gangguan
- penebangan
- kebakaran
- penggembalaan
- pertanian
Akibat Gangguan
- hutan Casuarina junghuhniana (akibat kebakaran
- hutan jati (tahan terhadap kebakaran)
- hutan campuran Dodonaea viscosa, Enggelhardtia
spicata, Homalanthus gigantheus, Vernonia
arborea, Weinmannia blumei.
X. PEMILIHAN JENIS POHON
A. Beberapa Istilah
D. Persyaratan Ekologis
1. Iklim
Setiap jenis pohon mempunyai persyaratan tumbuh
sesuai dengan kondisi iklimnya. Unsur iklim yang
menentukan pertumbuhan pohon adalah curah hujan.
Berdasarkan jumlah curah hujan serta jumlah bulan-bulan
basah dan bulan-bulan kering ini pula Schmidt dan
ferguson telah membuat klasisifikasi tipe iklim dari
tipe iklim basah (tipe iklim A) sampai daerah
kering/padang pasir (H).
2. Tanah
3. Tinggi Tempat
Setiap jenis pohon juga mempunyai persyaratan
tumbuh berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan
laut, mulai dari pinggir pantai sampai pegunungan dan
mempunyai selang tolerasi terhadap ketinggian yang
berbeda-beda pula. Ketinggain tempat ini berkaitan
dengan suhu dan tekanan udara yang berbeda-beda dari
satu ketinggian ke ketinggian yang lain. Pemilihan
jenis pohon sebaiknya memenuhi kisaran ketinggian
tempat ini.
4. Kebutuhan Cahaya
Setiap jenis pohon ada yang memerlukan cahaya
penuh selama pertumbuhan, ada yang tahan terhadap
naungan selama pertumbuhan dan ada yang sewaktu muda
perlu naungan tetapi setelah dewasa perlu cahaya penuh,
atu sering disebut pohon intoleran, pohon toleran dan
pohon setengah toleran (semi toleran).
5. Kesarangan Tanah
Kesarangan tanah ini terutama adalah kondisi
tanah dalam hubungannya dengan tergenang tidaknya oleh
air atau berhubungan dengan baik buruknya drainase
tanah. Pada tanah-tanah yang jenuh dengan air seperti
tanah rawa, tanah gambut dan tanah payau jelas
berdrainase jelek. Setiap jenis mempunyai toleransi
sendiri-sendiri terhadap kondisi tanah tersebut.
Selain hal-hal diatas hal lain yang perlu
mendapatkan perhatian dalam pemelihan jenis pohon
adalah :
1. Biaya pembangunan tanaman dan manajemennya,
2. Kewaspadaan teerhadap serangan hama, penyakit dan
kebakaran.
3. Dampak terhadap positif dan negatif yang akan
ditimbulkan baik dampak sosial-ekonomi maupun dampak
terhadap faktor-faktor lingkungan
4. Cukup tersedia biji bermutu baik (unggul) dari
sumber yang kualitasnya terjamin
5. Penguasaan terhadap silvikultur jenis terpilih
6. Mampu berintegarasi dengan penggunaan lahan lain,
terutama dalam rangka peningkatan taraf hidup
masyarakat setempat misalnya dengan sistem tumpang
sari
7. Mudah diremajakan/regenerasi
Tabel Hubungan antara jenis-jenis pohon dengan keadaan
ekologis (Soerianegara dan Indrawan, 1998)
No. Jenis Tipe Kebutuhan Ketinggian Keadaan Tanah
Hujan Cahaya (mdpl) Kedalaman Kesuburan
1 Acacia auriculiformis C,D Intoleran 0-800 Toleran terhadap Toleran terhadap
tanah dangkal tanah kurus
2. Acacia decurens A,B,C Intoleran 1000-2000 Tidak diketahui Tidak diketahui
3. Acacia catechu B,C,D Intoleran 0-800 Toleran terhadap Toleran terhadap
tanah dangkal tanah kurus
4. Agathis boornensis A,B Semitoleran 0-400 Toleran terhadap Membutuhkan
tanah dangkal tanah subur
5 Agathis labillardieri A,B Semitoleran 0-800 Membutuhkan Membutuhkan
tanah dalam tanah subur
6. Agathis lorantifolia A,B Semitoleran 400-1200 Membutuhkan Membutuhkan
tanah dalam tanah subur
7. Albizia falcataria A,B,C Intoleran 0-1200 Toleran terhadap Membutuhkan
tanah dangkal tanah subur
8. Albizia lebbeck C,D Intoleran 0-800 Membutuhkan Toleran terhadap
tanah dalam tanah kurus
9. Altingia excelsa A Toleran 600-1600 Membutuhkan Membutuhkan
tanah dalam tanah subur
10 Anthocephalus cadamba A,B,C,D Intoleran 0-1200 Toleran terhadap Tidak diketahui
tanah dangkal
11 Cassia siamea C,D Intoleran 0-800 Toleran terhadap Toleran terhadap
tanah dangkal tanah kurus
12 Castamea javanica A Toleran 300-1600 Membutuhkan Membutuhkan
tanah dalam tanah subur
13 Casuarina equisetifolia A,B,C,D Intoleran 0-400 Membutuhkan Toleran terhadap
tanah dalam tanah kurus
14 Casuarinas junghuhniana A,B,C,D Intoleran 400-1200 Membutuhkan Toleran terhadap
tanah dalam tanah kurus
15 Dalbergia latifollia B,C,D Intoleran 0-800 Toleran terhadap Toleran terhadap
tanah dangkal tanah kkurus
16 Dalbergia sisso B,C,D Intoleran 0-800 Membuthhkan Toleran terhadap
tanah dalam tanah kurus
17 Dryobalanops aromatica A Semitoleran 0-400 Tidak diketahui Tidak diketahui
18 Eucalyptus alba C,D Intoleran 0-800 Membutuhkan Toleran terhadap
tanah dalam tanah kurus
19 Eucalyptus alba D Intoleran - Toleran terhadap Toleran terhadap
Subspec. platyphylla tanah dangkal tanah kurus
20 Eucalyptus deglupta A,B Intoleran 0-800 Membutuhkan Toleran terhadap
tanah dalam tanah kurus
21 Eucalyptus grandis C,D Intoleran 800-1200 Membtuhkan tanah Toleran terhadap
dalam tanah kurus
22 Eucalyptus salina C,D Intoleran 800-1200 Membutuhkan Toleran terhadap
tanah dalam tanah kurus
23 Eucalyptus umbellata C,D Intoleran 800-1200 Membutuhkan Toleran terhadap
tanah dalam tanah kurus
24 Gmelina arborea B,C,D Intoleran 0-800 Membutuhkan Membutuhkan
tanah dalam tanah subur
25 Lagerstomia speciosa A,B,C Semitoleran 0-400 Membutuhkan Toleran terhadap
tanah dalam tanah kurus
26 Maesopsis eminii B,C,D Intoleran 400-1200 Tidak diketahui Tidak diketahui
27 Melalueca leucadendron A,B,C,D Intoleran 0-400 Toleran terhadap Toleran terhadap
tanah dangkal tanah kurus
28 Pinus caribaea B,C,D Intoleran 0-800 Toleran terhadap Toleran terhadap
tanah dangkal tanah kurus
29 Pinus insularis B,C Intoleran 800-1200 Toleran terhadap Toleran terhadap
tanah dangkal tanah kurus
30 Pinus khasya B,C,D Intoleran 800-1200 Toleran pada Toleran terhadap
tanah dangkal tanah kurus
31 Pinus merkusii B,C,D Intoleran 200-1700 Toleran terhadap Toleran terhadap
tanah dangkal tanah kurus
32 Podocarpus imbricatus A,B,C Semitoleran 1200 Membutuhkan Toleran terhadap
tanah dalam tanah kurus
33 Pterospermum javanicum A,B,C Intoleran 0-400 Membutuhkan Toleran terhadap
tanah dalam tanah kurus
34 Santalum album C,D Intoleran 0-800 Toleran pada Toleran terhadap
tanah dalam tanah kurus
35 Schimaa noronhae A,B Toleran 800-1200 Membutuhkan Membutuhkan
tanah dalam tanah subur
36 Swietenia macrophylla B,C,D Toleran 0-800 Membutuhkan Toleran terhadap
tanah dalam tanah kurus
37 Swietenia mahagoni C,D Toleran 0-800 Membutuhkan Toleran terhadap
tanah dalam tanah kurus
38 Shorea javanica A,B,C Semitoleran 0-400 Tidak diketahui Toleran terhadap
tanah kurus
39 Shorea leprosula A,B,C Semitoleran 0-400 Tidak diketahui Toleran terhadap
tanah kurus
40 Tectona grandis C,D intoleran 0-800 Membutuhkan Toleran terhadap
tanah dalam tanah kurus
Riap Rotasi
No. Jenis Asal
(m3/ha/th) (th)
1 Pinus merkusii 19.9 15 Sumut
22.4 25
2 Agathis lorantifolia 27.4 25 Jawa
24.9 50
3 Araucaria cunninghamii 25.8 34 Australia
tropic
4 Araucaria klinki 16.9-17.2 9.5 Irian jaya
5 Tectona grandis 7.9 (III)*) 60 Jawa
10.9(IV) 60
6 Swietenia macrophylla 12.7 (I) 50 Jawa
16.6 (II) 50
21.5 (III) 50
7 Dalbergia latifolia 16 15 Jateng
23.7 40
8 Dalbergia sisso 10 8 Jateng
9 Paraserianthes falcataria 37.4 5 Filipina
44-50 8
10 Anthocephalus cadamba 20 5
24 10
26.2 20
11 Acacia auriculiformis 17 17
12 Altingia excelsa 9.5 100
13 Eucalyptus deglupta 24.5 9
14 Shorea javanica 6-8 30
15 Pinus caribaea 23.7-24.0 7 Maluku
16 Maesopsis eminii 13-34 10
17 Gmelina arborea 10-30 11 Malaysia
35 7 barat
Tabel Kriteria prioritas dan penentuan jenis untuk hutan
tanaman industry di Dataran rendah (Al rasjid, 1984)
Berat
No Nama Daerah Nama Latin KKB Kalori
Jenis
1 Kasia Acacia auriculiformis 0.69 III 4907
2 Akasia Acacia decurrens 0.70 III 4462
3 Kelampis Acacia tomentosa - - 4433
4 Rasamala Altingia excelsa 0.81 II 4862
5 Sengon P. falcataria 0.34 V 4664
6 Jabon Antocephalus cadamba 0.42 V 4731
7 Terap Artocarpus sp - - 4449
8 Jambu mete Anacardium occidentale - - 4369
9 Kaliandra Calliandra calothyrsus 0.67 III 4617
10 Kapuk Ceiba petandra - - 4294
11 Cemara Casuarina equisetifolia - - 5041
12 Johar Cassia siamea - - 4483
13 Kelapa Cocos nucifera - - 4690
14 Sonokeling Dalbergia latifolia - - 4722
15 Siso Dalbergia sisso - - 4481
16 Hue Eucalyptus sp. 0.94 I 4721
17 Gamal Gliricidia maculata 0.94 I 4548
18 Bamboo tali Gigantochloa apus - - 4407
19 Kemlandingan Leucaena glauca 0.82 II 4464
20 Lamtoro Leucaena leuococeppala - - 4533
21 Mangga Mangifera spp. - - 4494
22 Gelam Melaleuca leucadendron - - 4676
23 Rambutan Nephelium lappaceum - - 4580
24 Angsana Pterocarpus indicus - - 4329
25 Jambu biji Psidium guajava - - 4408
26 Kesambi Schleira oleosa 1.01 I 4459
27 Mahoni Swietenia macrophylla 0.16 III 4936
28 Puspa Schima noronhae 0.72 III 4773
29 Turi Sesbania grandiflora - - 4568
30 Asam Tamarindus indica 0.84 II 4829
31 Jati Tectona grandis 0.67 III 5155
32 Laban Vitex pubescens 0.88 II 5218
Daftar nama jenis pohon untuk ditanam bagi berbagai tujuan
(manan dalam Departemen Kehutanan, 1992)
PENDAHULUAN
Penyerbukan pohon-pohon hutan, liana dan tanaman merambat,
epifita, semak belukar dan herba pada hutan tropis melibatkan semua
antar hubungan yang biasa antara tanaman dengan hewan antopilus yang
tampak pada daerah-daerah temperate (beriklim sedang), dengan
penyerbukan tumbuhan oleh kelelawar. Juga, sebaliknya dari banyak
formasi hutan temperate, penyerbukan angin jarang {tidak biasa}
sebagai mekanisme seleksi (Whitehead, 1969) dan penyerbukan diri
sendiri tampaknya kurang umum daripada penyerbukan silang (Bawa,
1974, 1979). Demikian juga, penyebaran benih/biji oleh angin lebih
jarang daripada penyebaran biji oleh burung dan mamalia yang setelah
memakan daging buahnya lalu membuang bijinya lewat muntahan atau
kotoran, pada jarak tertentu dari tanaman induk (Van der Pijl, 1969;
Janzen, 1975).
Aspek lain dari biologi reproduksi hutan ini (termasuk
pembentukan semaian) terdapat sejumlah peningkatan yang sama dalam
interaksi biotik yang tampak pada penyerbukan dan penyebaran benih.
Oleh karena itu pertimbangan reproduksi dari sebuah ekosistem
haruslah menjadi tujuan akhir kita (Baker, 1979}. Namun, hal ini baru
dicobakan pada sejumlah kecil penelitian hutan tropis Amerika, Asia
dan Afrika. Oleh karena itu, bab ini akan berisi sebuah pertimbangan
mengenai penyerbukan dan penyebaran benih, di bawah/dalam berbagai
pokok bahasan yang beragam, dimana individu spesies atau kelompok
spesies lebih menjadi bahari pertimbangan daripada ekosistem;
sintesis dan uraian tentang sifat-sifat yang muncul ketika kita
berpindah dari tingkat individu menuju suatu penanganan ekosistem
yang holistik (menyeluruh) untuk sebagian besar belum mungkin
diperoieh. Laporan ini tidak akan merujuk pada semua kepustakaan
tentang individu spesies yang ada, bagaimanapun, karena topik ini
terpencar pada berbagai jurnal/majalah yang sebagiannya sulit
didapat. Meskipun demikian, di bawah masing-masing rubrik akan
diupayakan bahasan yang menyeluruh, ilustrasi dengan contoh juga
diberikan, sering dari hutan Amerika Tengah yang sangat penulis
kenal.
Apomiksis
Reproduksi apomiksis, biasanya melibatkan agamospermi
(pembentukan embrio tanpa fusi/peleburan seksual) yang
telah diketahui untuk individu tropis spesies berkayu dan
herbaceous sejak abad ke-19. Reproduksi apomiksis pertama
kali ditemukan oleh Smith (1841), yang mengamati
penyusunan biji pada tumbuhan berbunga betina (bunga
berkelamin betina) yang diisolasi, yaitu spesies yang
sekarang dikenai sebagi Alchornea ilicifolia
(Euphorbiaceae). Daftar spesies dengan satu mekanisme
apomistik atau lebih telah dipublikasikan oleh Nygren
(1954, 1967) dan sekurangnya terdapat 30 genera tropis
(terutama rumput-rumputan) tercantum dalam daftar ini.
Mekanisme yang lazim/umum adalah embriony liar
(adventitious), yang berlawanan dengan apomiksis di
bagian-bagian dunia dimana musim pertumbuhan singkat, yang
bergantung pada diplospori atau apospori pada setiap kasus
yang diikuti oleh diplotid partenogenesis (Baker, tidak
dipubl.). llustrasi mengenai mekanisme embriony liar
(adventitious) pada pohon hutan tropis ditunjukan oleh
Pachira oleaginea (sekarang dikenai sebagai Bombacopsis
glabra (Bombacaceae) oleh Baker (1960)}.
Penjelasan-penjelasan eko-evolusioner untuk perbedaan
yang berhubungan dengan iklim ini akan dipertirnbangkan di
bagian lain, tetapi yang perlu mendapat perhatian adalah
beberapa macam apomiksis dapat "menghentikan"
heterozygositas (juga heterosis) yang telah dihasilkan
dari persilangan di luar pada reproduksi seksual
(amphimistik) tumbuhan induk(moyang). Akibatnya,
demonstrasi oleh Ashton (1977) dan Kaur dkk. (1978)
tentang tingkat kemungkinan apomiksis tinggi pepohonan di
hutan klimaks Malaysia, dimana reproduksi amphimistik
mungkin sulit karena pemisahan fisik dari individu-
individu conspesifik, menyatakan bahwa frekuensi
terjadinya sistem perkembangbiakan ini harus diselidiki
secara teliti di hutan tropis lain.
S. Appanah (dalam Kavanagh, 1979) menemukan bahwa
pepohonan Dipterocarpaceae di Malaysia diserbuki oleh
trips (Thysanoptera). Jumlah serangga ini tidak banyak,
dan akan meningkat pesat pada saat sekumpulan spesies
dipterokarpa berbunga. Namun demikian, spesies pohon
pertama dalam unjtan pembentukan bunga, contohnya Shorea
macmptera, dihadapkan pada kelangkaan trip sehingga
kenyataan tersebut menunjukkan pohon-pohon dari spesies
ini adalah apomistik.
PENYEBARAN BENIH
Metode Penyebaran Benih
Penyebaran benih merupakan bagian yang penting
dalam proses reproduksi dan menjadi subjek studi
selama manusia masih menaruh perhatian pada pertanian,
holtikultura dan kegiatan-kegiatan kehutanan. Untuk
banyak pohon tropis, banyak ada seleksi karakter yang
mengurangi penyebaran, contohnya, seleksi
(dimungkinkan oleh orang-orang Afrika Barat) pohon-
pohon Ceiba pentandra dengan buah polongnya yang tidak
pecah saat matang, yang merupakan alasan kapok dapat
dipanen dengan mudah (Baker, 1965b).
Saat para naturalis mulai tertarik pada tumbuhan
liar, hingga mereka mengukur penyebaran benih dengan
kemungkinan akan rnengurnpulkan benih jauh dari
tumbuhan induk. Pendapat lain menyatakan bahwa
meskipun penyebaran jarak jauh penting dalam
meningkatkan range spesies, sebagian besar tujuan
penyebaran adalah cukup untuk membawa faenih ke titik
perkecambahan cukup jauh dari tumbuhan induk agar
terhindar dari persaingan dengannya (dan untuk lepas
dari predator benih atau seedling yang mungkin
terpusat pada tumbuhan induknya) adalah tepat, dimana
akan cenderung untuk menjatuhkan benih pada
rnikrohabitat yang sama, atau rnirip dengan tempat
induknya. Tinjauan atas pra-penyebaran benih diberikan
oleh Janzen (1978a).
Akibatnya, kita mengharapkan dapat melihat hasil
seleksi dari mekanisme yang membawa sebagian besar
benih pada jarak yang cukup dari tumbuhan induknya,
dengan kadangkala benih dibawa dalam jarak yang lebih
jauh. Penyebaran tidak selalu seragain pada semua arah
dan areat yang terisi oleh hujan benih seringkali
deisebut sebagai "bayangan benih", balasan yang patut
disayangkan karena kebanyakan "bayangan", contohnya
bayangan cahaya atau bayangan hujan, masing-masing
merujuk pada ketidak-adaan cahaya dan hujan.
Sebagai hasil dari kekuatan untuk bertahan hidup
pada seedling yang sangat dekat dengan tumbuhan
induknya, pohon-pohon conspesifik dihutan tropis
mungkin diharapkan mendekati suatu penyebaran seragam,
dan bukti yang mendukung hal ini diberikan oleh Janzen
(1970) dan oleh Conneil (1971). Dari studi terbaru
penyebaran pohon hutan kering, banyak spesies memiliki
lebih kurang distribusi berumpun {Hubbell, 1970, lihat
juga Ashton, 1969).
Metode aktual penyebaran bibit di hutan tropis
melibatkan angin, air atau penyebaran oleh burung atau
mamalia pemakan buah atau pemakan biji. Buah atau biji
mungkin dibawa oleh vektor binatang langsung dari
pohon, atau buah mungkin jatuh ke permukaan dan
terbelah/terbuka disana, yang memungkinkan benih-benih
tersebut disebarkan secara sekunder oleh hewan yang
berkeliaran. Teristimewa sekali adalah penyebaran yang
dilaporkan terjadi pada spesies hutan Amazon oleh ikan
yang menelan benih dari pohon riparian dan tumbuhan
perambat yang jatuh ke dalam air (Gottsberger, 1978).
Beberapa spesies dari genus Ficus (Moraceae) di Afrika
dapat mengalami predasi hebat oleh hama ligaeid
(Hemiptera, Lygaeidae) disini distribusi terbatas pada
jalan air dimana buah-buahan mungkin jatuh di air yang
mengalir dan didistribusikan ketempatnya berkecambah
jauh dari predator (Slater, 1972). Spesies riparian
lainnya dari famili lain, memperlihatkan distribusi
riverine dalampenyebaran benihnya yang berat tapi
mengambang di air (seperti liana Entada scandens.
Fabaceae, Mimosoideae)(Ridle, 1930).
Banyak literatur mengenai penyebaran benih
termasuk penyebaran pohon-pohon huian tropis,
diringkas pada buku II N. Ridley, Penyebaran Tumbuhan
di Seluruh Dunia, dipubiikasikan pada tahun 1930.
Penekanan tropis dalam buku ini berasal dari
pengalaman penulisnya sebagai Direktur Royal Botanic
Gardens, Singapura. Pada tahun 1972, L.van der Pijl
membuat tinjauan mengenai subjek tersebut, kembali
dengan penekanan tropis didasarkan pada pengalamannya
di Indonesia. Peneliti penyebaran benih tropis lain
adalah E.J.H. Corner, juga berhubungan untuk beberapa
tahun dengan taman botanik di Singapura, yang
pertimbangan-pertimbangan teoritisnya dikristalkan
dalam "Teori Durian" dari evolusi tumbuhan berbunga
(Corner, 1949,dll.).
Akan tetapi baru-baru ini kerja eksperimen
kuantitatif dan pekerjaan yang memperjelas subjek
tersebut sebagian besar dilakukan di neotropis.
Penyebaran biji di hulan tropis oleh burung telah
banyak dipelajari oleh ahli ilmu burung, terutama
mereka yang tertarik dalam burung-burung frugivorous
(contohnya Me Diarmid dkk.,1977; Howe, 1977; Howe dan
Estabrook, 1977; Howe dan Van de Kerckhove, 1979;
Cant, 1979). Studi-studi juga telah dilakukan
rnengenai penyebaran benih oleh kelelawar di
paleotropik (Van der Pijl, 1957) dan neotropis
(Vasquez-Yanes dkk., 1975; Heithaus dkk., 1975; Janzen
dkk., 1976; Fleming dkk., 1977; Janzen, 1978b).
Penyebaran benih oleh manusia non volant kurang
mendapat perhatian (lihat Van der Pijl, 1972).
Dalam semua studi, hanya terdapat sedikit jumlah
dari pengarnatan yang pertama tetapi tidak sama dengan
penyerbukan bunga, yang mungkin sering dipelajari di
semua tahap dalam beberapa jam, buah-buahan hutan
hujan dapat tetap melekat dengan tumbuhan induk untuk
beberapa bulan dan kemudian menghilang tiba-tiba. H.F.
Chan (dalam Kavanagh, 1979) melaporkan bahwa
Dipterocarpaceae Malaysia memperlihatkan pembentukan
bunga yang mengejulkan tetapi bersamaan dengan
jatuhnya buah. Ng dan Loh (1974) mengukur panjang
waktu antara pembentukan bunga dan buah dari 93
spesies pohon di hutan Malaysia. Panjangnya berkisar
dari tiga minggu (Pterocymbium javanicum,
Sterculaceae) sampai sebetas bulan (Disspyros
mainganyi, Ebenaceae). Jadi, akan sulit mengamati
agen-agen penyebar terhadap pekerjaan, sebagai
akibatnya, pengganti untuk pengamatan yang pertama
telah dicari
Tabel 12.1 Klasifikasi sistem penyebaran diaspor dalam
skema oleh Dansereau dan Lems (1957)
Auxochore penanaman diaspor oleh induk tanpa disartikulasi
Cyclochore diaspor sangat besar, berisi udara (termasuk tumbleweed
Pterrochore1 diaspor dengan anggota badan seperti sayap atau saccate
Pogonochore diaspor dengan anggota badan seperti rambut panjang atau plumose
Desmochore1 diaspor perekat (duri, burr, oleh kelenjar)
Sarcochore1 diaspor dengan lapisan getah atau lapisan luar berdaging
Sporochore2 diaspor secara morfologi tidak khusus, sangat ringan
Sclerochore2 diaspor secara morfologi tidak khusus, berat sedang
Barochore diaspor secara morfologi tidak khusus, sangat berat
Ballochore diaspor dikeluarkan atau dibuangi dari induk
Keterangan : 1) diaspor biasanya buah-buahan; 2) diaspor biasanya benih
PENGADAAN SEEDLING
Pada biologi reproduklif, disadari bahwa
pengadaan seddling perlu jika genotip baru akan
dikenalkan ke dalam suatu struktur hutan (untuk
kenyataan bahwa persistensi atau penyebaran melalui
propagasi vegetatif tidak akan dilakukan).
Ng (1978) telah membahas "strategi-stratsgi
pengadaan" pada pohon-pohon hutan hujan Malaysia.
Benih-benih besar dengan perkecambahan yang cepat,
seringkali epigeal cocok untuk pengadaan seedling
besar dengan taproot yang tebal pada situasi bernaung,
ini paling sering ditemukan. Karakteristik dari
sebagian besar pohon, bertolak belakang dengan susunan
ksrakter dari sebagian kecil "nomad" yang cenderung
ditemukan pada pembebasan dan pada margin hutan. Ini
secara ekslusif epigeal. Terbentuknya diameter akar
yang membuat mereka membentuk seedling pada permukaan
yang lebih keras dibandingkan pemanfaatan oleh spesies
hutan yang memiliki benih yang besar.
Untuk hutan basah La Selva, Costa Rica, Hartshorn
(1978) menduga bahwa rata-rata waktu untuk pergantian
pohon kira-kira 118 tahun. Untuk menyediakan
pergantian ini harus ada celah gelap pada interval-
interval yang cukup karena Hartshorn menemukan bahwa
75 dari 104 spesies pohon kanopi yang diteliti
tergantung pada celah terang untuk keberhasilan
regenerasinya. Hartshorn (dalam Whitmore, 1978)
rnelaporkan bahwa proporsi spesies yang tergantung
pada celah untuk regenerasi menurun seperti
perpindahan dari emergen dan kanopi lebih atas melalui
pohon-pohon tingkat bawah.
Di daerah hutan kering Guanacaste, dinegara yang
sama, Hatheway dan Baker (1970) mengamati bahwa pohon-
pohon besar Pithecellobium saman dan Enterolobium
cydocarpum (Fabaceae, Mimosoideae) terlihat tidak
menjadi seedling sampai sapling dalam naungan hutan,
tetapi ini berlaku dalam situasi pencahayaan penuh
(yang juga dilindungi dari penggembalaan).
Whitmore (1975, 1978) melaporkan bahws di hutan-
hutan Asia Tenggara, celah kecil di hutan dewasa diisi
oleh sapling yang ada atau pohon-pohon "tertekan",
sedang dalam celah besar ada flora suksesi dari benih
yang dibaws ke dalam atau sudah ada dalam tanah.
Dormansi yang ada dari benih-benih pohon terlihat
jarang di pohon-pohon hutan basah di Afrika Barat.
Benih-benih yang ada tidak berkecambah daiam tanah di
lantai hutan yang hanya membutuhkan stimulus cahaya
untuk berkecambah (Longman, 1978). Ini adalah
pengalaman dari Frankie, Baker dan Opler (tidak
dipublikasikan} di hutan basah di Costa Rica. Dua
paper oleh Ng (1973, 1975} membcrilan data mcngenai
laju germinasi benih-benih segar dari hampi 200
spesies dsri pohon-pohon yang lumbuh di hutan-hutan
Malaysia. Germinasi "cepat" (dalam 12 minggu dari
sceciiing), "intermediet" dan "tertunda" secara kasar
dalam proporsi 10:3:1 yang selama ini dipercaya bahwa
perkecambahan merupakan hal yang biasa ditemukan di
hutan-hutan Malaysia, tetapi memberikan dugaan yang
tersebar luas bahwa germinasi tertunda jarang atau
tidak mungkin (No, 1&73, hoi. 54).
Percoban-percobaan dengan benih-benih dari pohon-
pohon yang tumbuh di hutan kering Costa Rica
menunjukkan bahwa spesies dari pohon yeng mematangkan
benih-benih mereka di musim basah telah menyusun
mekanisme dormansi yang mencegah germinasi pada
sekurangnya beberapa benih di musim basah yang sama
(Frankie dkk., 1974). Dalam kasus Casearia aculata,
Eugema salamensis var. hiracifolia dan Spondias
mombin, waktu yang dibuluhkEn untuk 50 % dari benih
berkecambah adalah kira-kira 150 hari. Dormansi
semacam itu cenderung untuk menjamin bahwa seedling
akan muncul pada waktu-waktu itu yang akan
memungkinkan perkembangan akar cukup sebelum permulaan
dari musim kering pendek (Juli hingga Agustus) dan
musim kering yang menggantikannya (akhir November
hingga Mei).
RINGKASAN
Perlakuan dari biologi reproduktif tumbuhan di
hutan tropis ini bukan pendalaman dari informasi yang
dipublikasikan, meskipun diharapkan bahwa suatu cara
ke dalarn belukar literatur teiah tersedia. Akan jelas
bahwa lebih banyak kerja tetap akan selesai sebelum
hubungan-hubungan individu dari tumbuhan dengan
penyebar dari polen atau benihnya dapat digabungkan
pada apa yang benar-benar disebut studi ekosistem.
Namun demikian, kita dapat melihat bahwa, meskipun
prinsip-perinsip biologi dasar yang diterapkan pada
hutan temperate dan tropis serupa, ada perbedaan-
perbedaan nyata dalam detail dan penekanan bahwa hasil
dari pernbedaan musiman yang kurang dari iklim di
hutan-hutan tropis, dan dari kerapatan tumbuhan dan
binatang yang lebih besar (dan kelimpahan lebih besar
dari beberapa yang terakhir dihasilkan dalam
penyempitan niche dan peningkatan interaksi-inleraksi
biotik). Perbaikan-perbaikan dalam pengertian kita
dari biologi reproduktif tumbuhan hutan tropis akan
terjadi melalui aplikasi teknik-teknik kuantitatif
modern dari penyelidikan dan manipulasi mcncukupi dari
konstituen ekosistem (sebagai contoh percobaan dalam
tambahan pada pengamatan). Pengetahuan yang didapat
mungkin penting dalam mengembangkan rencana-rencana
manajerial untuk jumlah hutan tropis yang relatif
kecil yang sepertinya mungkin untuk mempertahankan
pengaruh yang terus meningkat dari ekspansi populasi
manusia.