Anda di halaman 1dari 4

KEGAWATDARURATAN KEJANG DEMAM PADA ANAK

Okti Sri Purwanti *


Arina Maliya **
Abstract
Children are subject that vulnerable to illness or diseases. They are tenderly sufferr from many
diseases. One of them is fever convulsion. Fever convulsion have several early sign and symptom,
for example : high body temperature, get fever, and convulsion. Fever convulsion is danger because
can make some complication, dyspneu, restlessness, convulsion, takikardi, and altered tissue
perfusion. Nurse as health care practitioner must aware pathofisology and diseases proses of fever
convulsion. Nurse as provider nursing care must aware that fever convulsion is emergency case, so
nurse giving nursing care with application emergency principle. Nursing proses is way of thingking
and framework for giving nursing care, so nurse must must have them applicable in nursing care
patient with fever convulsion. They must assess, diagnose, plan, implement dan evaluate in good
manner

Key word : emergency, fever convulsion, children diseases

* Okti Sri Purwanti


Dosen Jurusan Keperawatan FIK UMS Jalan Ahmad Yani tromol Pos 1 Pabelan Kartasura
** Arina Maliya
Dosen Jurusan Keperawatan FIK UMS Jalan Ahmad Yani tromol Pos 1 Pabelan Kartasura

PENDAHULUAN anak, terutama pada anak umur 6 bulan sampai 4


tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur
Kejadian kejang demam diperkirakan 2- dibawah 5 tahun pernah menderita kejang demam
4% di Amerika Serikat, Amerika Selatan dan (Ngastiyah, 1997).
Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Hingga kini belum diketahui secara pasti,
Kira-kira 20% kasus merupakan kejang demam tetapi dikaitkan faktor resiko yang penting adalah
yang kompleks. Umumnya kejang demam timbul demam. Demam sering disebabkan infeksi saluran
pada tahun kehidupan (17-23 bulan). Kejang pernafasan atas, otitis media, pneumonia,
demam sedikit lebih sering terjadi pada anak laki- gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih. Faktor
laki (Manjoer, dkk, 2000). resiko lainnya adalah riwayat keluarga kejang
Kejang akan berpengaruh terhadap demam, problem pada masa neonatus, kadar
kecerdasannya. Jika Anda terlambat mengatasi natrium rendah. Setelah kejang demam pertama,
kejang pada anak, ada kemungkinan penyakit kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali
epilepsi, atau bahkan keterbalakangan mental. rekurensi atau lebih, dan kira-kira 9% akan
Keterbelakangan mental di kemudian hari, mengalami 3X recurrent atau lebih. (Manjoer, ,
merupakan kondisi yang menyedihkan ini bisa 2000)
berlangsung seumur hidupnya (Pdpersi,2004). Sel dikelilingi oleh suatu membrane yang
Untuk itu diperlukan adanya penanganan kejang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan
demam yang cepat dan benar. permukaan luar adalah ionic. Dalam keadaan
normal membrane sel neuron dapat dilalui dngan
KEJANG DEMAM PADA ANAK mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit
dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit
Kejang demam atau febrile convulsion lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya
ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan
suhu tubuh (suhu rectal di atas 38C) yang konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel
terdapat keadaan sebaliknya). Karena perbedaan
disebabkan oleh proses ekstrakranium (Hasan &
Alatas, dkk, 2002) jenis dan konsentrasi didalam dan diluar sel, maka
disebut potensial membrane. Untuk menjaga
Kejang demam merupakan kelainan
keseimbangan potensail membaran diperlukan
neurologist yang paling sering dijumpai pada

Kegawatdaruratan Kejang Demam Pada Anak ( Okti Sri Purwanti dan Arina Maliya ) 97
energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang sesudah menderita kejang demam tergantung dari
terdapat pada permukaan sel. . faktor:
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1C 1. Riwayat kejang tanpa demam dalam
akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal keluarga
10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat 20%. 2. Kelainan dalam perkembangan atau
Kenaikan suhu tubuh tertentu dapat kelainan saraf sebelum anak menderita
mempengaruhi keseimbangan dari membrane sel kejang demam
neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi 3. Kejang yang berlangung lama atau
difusi dari ion kalium dan natrium dari membrane kejang fokal
tadi, dengan akibat lepasnya muatan listrik
Lepasnya muatan listrik ini demikan besar PENANGANAN KEJANG DEMAM
sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun
membrane sel tetangganya dengan bantuan Penanggulangan kejang demam terdapat 4
neurotransmitter dan terjadilah kejang. faktor yang perlu dikerjakan menurut Ngastiyah
Tiap anak memiliki ambang kejang yang (1997), yaitu:
berbeda, pada anak yang ambang kejangnya 1. Memberantas kejang secepat mungkin
rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38C, Bila pasien datang dalam keadaan status
sedangkan pada anak dengan ambang kejang convulsifus, obat pilihan utama adalah
tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40C atau diazepam.
lebih. 2. Pengobatan penunjang
Kejang demam yang berlansung singkat Sebelum memberantas kejang tidak boleh
tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala dilupakan perlunya pengobatan penunjang;
sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama a. Posisi kepala dimiringkan untuk
(lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, mencegah aspirasi isi lambung
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi b. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya menyebabkan menjamin kebutuhan oksigen; bila perlu
hipoksemia, hiperkapnea, asidosis lactate, dilakukan intubasi atau trakeostomi
hipotensi. c. Pengisapan lendir harus dilakukan secara
Kerusakan pada daerah mesial lobus teratur
temporalis setelah kejang berlangsung lama yang d. Diberikan oksigen
dapat menjadi matang dikemudian hari, sehingga e. Semua pakaian ketat dibuka
terjadi serangan epilepsy spontan. Jadi kejang f. Awasi secara ketat kesadaran
demam yang berlangsung lama dapat g. Kompres hangat
mnenyebabkan kelainan anatomis diotak Menurut Greene, et all (2005) Anak yang
sehinggga terjadi epilepsy (Hasan & Alatas, dkk, mengalami panas tinggi dan berisiko terjadi
2002). kejang demam, sebaiknya dilakukan:
Serangan kejang biasanya terjadi dalam a. Buka pakaian samapai hanya tinggal
24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung celana dalamnya saja. Pastikan ia
singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk memperoleh banyak udara segar tanpa
tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. menjadi kedinginan
Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang b. Singkirkan benda-benda disekelilingnya
berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk agar ia terlindung dari cedera. Basuh
sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit tubuhnya dengan air hangat dimulai dari
anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa kepala dan turun kea rah tubuhnya.
adanya kelainan saraf. Jangan biarkan tubuhnya menjadi terlalu
Untuk ini Livingston membuat kriteria dingin
kejang demam atas 2 golongan, yaitu: c. Setelah tubuh mendingin, kejangnya akan
1. Kejang demam sederhana (simple febrile berhenti, letakkan recovery position /
convulsion ) gulingkan tubuhnya hingga ia berbaring
2. Epilepsi yang di provokasi oleh demam miring dan jaga agar kepalanya tetap
(Epilepsy triggered of by fever ) menengadah kebelakang. Selimuti
Menurut Hasan & Alatas, dkk (2002) tubuhnya dengan selimut atau seprei tipis
dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, dan tenangkan dirinya. Jika suhu
prognosisnya baik atau tidak perlu menyebabkan tubuhnya naik lagi, basuhlah kembali.
kematian. Risiko yang dihadapi oleh seoarng anak 3. Mencari dan mengobati penyebab

98 Berita Ilmu Keperawatan Vol 1. No. 1, Juni 2008 , 97-100


Untuk menyingkirkan kemungkinan adanya c. Sediakan suction disamping tempat
infeksi diotak diperlukan pungsi lumbal. Pada tidur
pasien yang kejang lama pemeriksaan lebih d. Sediakan ambubag disamping tempat
inntensif seperti pungsi lumbal, darah rutin, tidur
gula darah, faal hati, elektrolit, Bila perlu e. Beritahu pasien/keluarga tentang faktor
rontgen kepala, EEG, ensefalografi. pencetus kejang & factor resiko yang
meningkatkan injuri dan bagaimana
ASUHAN KEPERAWATAN cara menguranginya.
f. Instruksikan pada keluarga untuk sedia
Pengkajian obat antipiretik & antikonvulsan sesuai
a. Riwayat kesehatan. resep dokter
Riwayat demam disebabkan oleh infeksi saluran b. Diagnosa: Bersihan jalan nafas tidak efektif
pernafasan atas, otitis media, pneumonia, berhubungan dengan spasme jalan nafas,
gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih. g peningkatan produksi mukus
b. Pemeriksaan Fisik. NOC (Nursing Outcomes Classification) :
Pemeriksaan fisik biasanya didapatkan: Respiratory status (Airway Patency):
Fase iktal: gigi mengatup, sianosis, pernafasan Klien/anak dapat mempertahankan jalan nafas
cepat/ menurun, peningkatan sekresi mucus, efektif
peningkatan nadi, sedangkan post iktal dapat Kriteria hasil; Sputum/sekret dapat keluar,
ditemukan apnea. Akibat kejang dapat terjadi tidak ada cyanosis & dypsnoe, RR dalam
fraktur, kerusakan jaringan lunak/gigi cedera rentang normal, suara nafas bersih
selama kejang. Pada aktivitas dan kekuatan otot NIC (Nursing Interventions Classification):
terjadi keletihan, kelemahan umum, perubahan 1. Airway management
tonus otot/ kekuatan otot. Mual, muntah yang a) Buka jalan nafas: miringkan kepala
berhubungan dengan aktivitas kejang. Di b) Monitor respirasi dan status oksigenasi
intergumen ditemukan : Akral hangat, kulit c) Perhatikan tipe dan jumlah sekresi
kemerahan, demam d) Auskultasi suara paru
Diagnosa dan Nursing care Plan (NCP) e) Pasang endotrackeal sesuai kebutuhan
a. Diagnosa: Resiko injuri berhubungan dengan f) Ajarkan tehnik nafas dalam dan batuk
kejang/psikomotor, disorientasi/penurunan efektif bila kondisi memungkinkan
status mental 2. Aiway suction
NOC (Nursing Outcomes Classification): a) Tentukan kebutuhan untuk suction
Safety status : (Anak terbebas dari injuri) b) Auskultasi suara nafas sebelum dan
Kriteria Evaluasi: Tidak terjadi kejang, lidah sesudah suction
tidak tergigit, tidak terjadi fraktur c) Monitor status oksigenasi klien
NIC (Nursing Interventions Classification): d) Lakukan suction secara hati-hati dan
1. Seizure management lembut bila perlu
a) Baringkan ditempat yang rata c. Diagnosa: Hipertermi berhubungan dengan
b) Bimbing pergerakan untuk mencegah proses penyakitnya, dehidrasi
injury NOC : ipertermi teratasi, terjadi keseimbangan
c) Pertahankan jalan nafas: miringkan antara produksi panas dan kehilangan panas
kepala Kriteria hasil: Suhu tubuh dalam rentang:
d) Pasang sudip lidah/ tong spatel yang 36,5-37C, kulit tidak kemerahan
telah dibungkus dengan kasa diantara NIC (Nursing Interventions Classification):
gigi untuk mencegah lidah tergigit 1. Monitoring vital sign
e) Buka pakaian yang ketat a) Monitor tekanan darah, nadi, suhu
f) Singkirkan benda-benda yang ada dan status pernafasan
disekitar pasien b) Pertahankan secara berkesi
g) Temani klien saat kejang nambungan monitoring suhu tubuh
h) Hindari penggunaann restrain c) Monitoring warna kulit, suhu dan
i) Monitor vital sign kelembutan
2. Seizure precaution d) Monitoring adanya sianosis perifer
a. Atur tempat tidur yang rendah e) Identifikasi dari penyebeb perubhan
b. Pertahankan bantalan lunak pada vital sign
penghalang tempat tidur 2. Penanganan demam

Kegawatdaruratan Kejang Demam Pada Anak ( Okti Sri Purwanti dan Arina Maliya ) 99
a) Berikan antipiretik jika diperlukan komplikasi dan mengontrol proses
b) Buka pakaian sampai hanya tinggal penyakit
celana dalamnya saja. Pastikan ia d) Instruksikan pada klien mengenai
memperoleh banyak udara segar tanda dan gejala yang harus segera
tanpa menjadi kedinginan dilaporkan pada pemberi pelayanan
c) Berikan tapid sponge bed dengan air kesehatan
hangat e) Bila anak demam segera diberi
d) Berikan intake cairan yang adekuat antipiretik, kompres
e) Pasang IV Line untuk memenuhi f) Instruksikan sedia antipiretik dan
kebutuhan cairan antikonvulsan dirumah
f) Berikan sirkulasi udara yang baik
g) Berikan oksigen jika diperlukan KESIMPULAN DAN SARAN
d. Diagnosa: Kurang Pengetahuan berhubungan
dengan Kurang informasi dan pemahaman Kejang demam pada anak sering terjadi
tentang proses penyakit dan perawatan pada masyarakat. Banyak keluarga tidak
NOC : Mengerti proses perawatan sakit menyadari . Berbagai kondisi kegawatan dapat
NIC (Nursing Interventions Classification): terjadi pada kasus kejang demam pada anak yang
1. Ajarkan tentang proses penyakit : tidak segera ditangani. Kegawatan tersebut
a) Kaji tingkat pengetahuan klien diantaranya : kegawatan karena kejang, sesak
tentang proses penyakitnya nafas, suhu yang meninggi dan cedera.
b) Gambarkan tanda dan gejala umum Perawat sebagai pelaksana asuhan
dari penyakit keperawatan hendaknya menyadari hal hal yang
c) Identifikasi etiologi/penyebab yang perlu diajarkan pada keluarga dalam menghadapi
mungkin anak yang kejang demam. Pada anak yang sudah
d) Berikan informasi pada pasien kejang demam dan dirawat di Rumah sakit
tentang kondisinya pearawat harus memahami patofisiologi dan
2. Ajarkan tentang perawatan dan prosedur proses penyakit sehingga dapat memberikan
tidakan penyakit asuhan keperawatan yang baik. Penggunaan
a) Diskusikan tentang pilihan terapi dan pendekatan proses keperawatan mulai dari
pengobatan pengkajian sampai evaluasi hendaknya dilakukan
b) Diskusikan management kejang dengan sungguh-sungguh karena proses
c) Diskusikan perubahan gaya hidup keperawatan merupakan kerangka kerja perawat
pada klien untuk mencegah dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Greene, et all, 2005, Pertolongan pertma untuk anak, alih bahasa susi purwoko, Gramedia, Jakarta

Hassan & Alatas, dkk, 2002, Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak, cetakan kesepuluh, Bagian Ilmu
Kesehatan anak universitas Indonesia, Jakarta

Http:/www.us.elsevierhealth.com, Nursing Diagnosis Outcome & Intervention, diakses tanggal 20 Agustus


2003

Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid2, Media Aesculapius, Jakarta
Mc Closkey & Bulechek, 2004, Nursing intervention Classification (NIC), Fourth edition, Mosby, St. Louis

North American Nursing Diagnosis Association, 2004, Nursing Diagnosis: Definition & Classification
2005-2006, NANDA, Philadelphia

Ngastiyah, 1997, Perawatan anak sakit, cetakan I, EGC, Jakarta

PDpersi, 2004, Bagaimana menolong anak kejang, diakses oktober 2005

Pusat Data & Informasi PERSI.Co. Id, Bagaimana Menolong Anak Kejang

100 Berita Ilmu Keperawatan Vol 1. No. 1, Juni 2008 , 97-100

Anda mungkin juga menyukai