Anda di halaman 1dari 227

Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 i

Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 ii

Milik Negara
Tidak Diperdagangkan
Sunardi,S.Pd.
Sarmulia Sinaga, ST, MT.

Pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi Baja
JILID 2

SMK/MAK Kelas XI

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan


Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 iii

Hak Cipta pada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan


Milik Negara
Dilindungi Undang-undang
Tidak Diperdagangkan

Pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi Baja
JILID 2

Untuk SMK/MAK Kelas XI

Penulis : Sunardi,S.Pd.
Sarmulia Sinaga,ST.MT.

Editor : Drs. Anggiat Pardede, MT.


Drs. Kardi Sianipar

Perancang Kulit :Drs.Eko Harianto,S.ST, / TIM

Ukuran Buku : 210 mm x 297 mm( A4)

Sunardi
Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi baja Jilid 2 untuk SMK /MAK oleh Sunardi
---- Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan,
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2015.

vi,i 180 hlm

ISBN :

Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun 2015
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 iv

Kata Sambutan
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Didalamnya dirumuskan secara terpadu
kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai peserta didik serta rumusan proses
pembelajaran dan penilaian yang diperlukan oleh peserta didik untuk mencapai kompetensi yang
diinginkan.
Faktor pendukung terhadap keberhasilan Implementasi Kurikulum 2013 adalah ketersediaan Buku
Siswa dan Buku Guru, sebagai bahan ajar dan sumber belajar yang ditulis dengan mengacu pada
Kurikulum 2013. BukuSiswa ini dirancang dengan menggunakan proses pembelajaran yang sesuai untuk
mencapai kompetensi yang telah dirumuskan dan diukur dengan proses penilaian yang sesuai.
Sejalan dengan itu, kompetensi keterampilan yang diharapkan dari seorang lulusan SMK adalah
kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret. Kompetensi itu
dirancang untuk dicapai melalui proses pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning) melalui
kegiatan-kegiatan berbentuk tugas (project based learning), dan penyelesaian masalah (problem solving
based learning) yang mencakup proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan
mengomunikasikan. Khusus untuk SMK ditambah dengan kemampuan mencipta .
Sebagaimana lazimnya buku teks pembelajaran yang mengacu pada kurikulum berbasis kompetensi,
buku ini memuat rencana pembelajaran berbasis aktivitas. Buku ini memuat urutan pembelajaran yang
dinyatakan dalam kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan peserta didik. Buku ini mengarahkan hal-hal
yang harus dilakukan peserta didik bersama guru dan teman sekelasnya untuk mencapai kompetensi
tertentu; bukan buku yang materinya hanya dibaca, diisi, atau dihafal.
Buku ini merupakan penjabaran hal-hal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kompetensi
yang diharapkan. Sesuai dengan pendekatan kurikulum 2013, peserta didik diajak berani untuk mencari
sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Buku ini merupakan edisi ke-1. Oleh
sebab itu buku ini perlu terus menerus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan.
Kritik, saran, dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada edisi berikutnya sangat kami
harapkan; sekaligus, akan terus memperkaya kualitas penyajian buku ajar ini. Atas kontribusi itu, kami
ucapkan terima kasih. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada kontributor naskah, editor isi, dan
editor bahasa atas kerjasamanya. Mudah-mudahan, kita dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan
dunia pendidikan menengah kejuruan dalam rangka mempersiapkan generasi seratus tahun Indonesia
Merdeka (2045).

Jakarta, Januari 2015


Direktur Pembinaan SMK
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 v

Kata Pengantar
Salah satu upaya yang dapat langsung dimanfaatkan di Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK )
adalah adanya bahan pelajaran sebagai pegangan, pembuka pikiran ataupun bekal dalam mempelajari
sesuatu yang dapat berguna bila terjun ke dunia industri sesuai dengan keahliannya. Dengan strategi
ini diharapkan bertambah minat baca bagi kalangan pelajar sehingga wawasannya menjadi
berkembang.
Dengan adanya dorongan dari masyarakat dan pemerintah yang ikut berperan aktif dalam
pengembangan pendidikan, diharapkan dapat diwujudkan secara terus-menerus. Buku Pelaksanaann
Pekerjaan Konstruksi Baja ini merupakan salah satu pengetahuan bagaimana melaksanakan pekerjaan
konstruksi baja secara baik dan benar sesuai dengan kaidah konstruksi bangunan. Di samping itu buku
Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja diharapkan akan banyak membantu siswa SMK khususnya
Program Keahlian Teknik Bangunan dengan Paket Keahlian Teknik Konstruksi Baja.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada pihak-pihak yang membantu penyelesaian buku ini.
Keluarga yang sangat mendukung, rekan-rekan dari Departemen Bangunan P4TK Bidang Bangunan
dan Listrik Medan, rekan-rekan profesi bidang jasa konstruksi
Akhirnya buku ini masih jauh dari sempurna, banyak kekurangan yang perlu untuk dilengkapi.
Kritik dan saran untuk kesempurnaan buku ini sangat diharapkan. Semoga buku ini dapat
dimanfaatkan bagi pengembangan pendidikan menengah kejuruan khususnya bidang teknik bangunan.
Terima Kasih

Penulis
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 vi

Daftar Isi
Hal

Kata Sambutan ........................................... iv


Kata Pengantar .. v
Daftar Isi... vi
Daftar Gambar . viii
Daftar tabel ...................................................................................................................................... xvi
Pendahuluan .. 1
Deskripsi .. 1
Prasyarat 2
Petunjuk Penggunaan Buku 3
Tujuan Akhir Pembelajaran 4
Kompetensi inti dan kompetensi dasar .. 5

BAB I. Pekerjaan Fabrikasi . . 6


1.1. Peralatan Pemotong dan Pembentuk Komponen . 7
1.1.1.Peralatan Manual Pada pekerjaan Fabrikasi 10
1.1.2.Peralatan Mesin Pada Pekerjaan Fabrikasi . 24
1.1.3.Pelaksanaan pekerjaan Fabrikasi 35
1.1.4.Rangkuman ........ 40
1.1.5.Tugas 42
1.2..Sambungan Profil Baja . 50
1.2.1. Sambungan keling . 50
1.2.2. Sambungan Skrup . 60
1.2.3..Sambungan Baut 61
1.2.4 .Sambungan Las 76
1.2.5.Rangkuman . .. 130
1.2.6.Tugas 131
1.3.Pembersihan Lokasi Kerja Fabrikasi dan K3 .. 138
1.3.1. .Perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada pekerjaan konstruksi. . 139
1.3.2. Jenis- Jenis Alat Pelindung Diri ( APD ) 141

1.3.3. Rangkuman . 145


1.3.4.Tugas . 145
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 vii

BAB II. Pekerjaan Persiapan Perakitan Konstruksi .. 146


2.1 . Perencanaan Prosese Perakitan 146
2.1.1. Standar Sistem Bangunan 146
2.1.2. Istilah Dalam konstruksi Baja 152
2.1.3. Proses Perakitan . 160
2.2.Menyiapkan dan Membersihkan Areal/ Lokasi Kerja penyetalan Konstruksi . 175
2.3. Menyiapkan Material Yang Diperlukan Dalam Proses Pelaksanaan Konstruksi . 175
2.4.Menyiapkan Alat dan Perlengkapan Kerja .. .. 176
2.5.Ragkuman . 181
2.6.Tugas 182

BAB III.Pekerjaan Perakitan Konstruksi 183


3.1. Pengukuran dan Leveling Pada Pekerjaan Perakitan Konstruksi . 183
3.2. Pengangkutan Material dan Komponen Struktur .. 193
3.3. Perakitan Rangka Struktur .. .. 191
3.4. Pekerjaan Penyetelan Sambungan Pada Perakitan Konstruksi ... 204
3.5. Rangkuman .. 206
3.6. Tugas ... 207

Daftar Pustaka..................................................................................................................... 208


Glosary/Daftar Istilah ......................................................................................................... 209
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 viii

Daftar Gambar
No Nama Gambar Halaman

BAB I

1 Gambar 1.1. Gudang 7

2 Gambar 1.2 : Contoh Aplikasi Pengukuran 10

3 Gambar 1.3: Penggores dan Contoh Penggunaan 11

4 Gambar 1.4 : Kapur Teknik dan Penggunaannya 12

5 Gambar 1.5 . Penitik 12

6 Gambar 1.6 : Penggunaan Garis Kapur 13

7 Gambar 1.7 : Gergaji Tangan 17

8 Gambar 1.8 : Gigi Gergaji 17

9 Gambar 1.9 : Gunting Lurus 19

10 Gambar 1.10 : Gunting Kombinasi 20

11 Gambar 1. 11 : Gunting Lengkung 20

12 Gambar 1.12 : Gunting Dirgantara 21

13 Gambar 1.13 : Kikir 22

14 Gambar 1.14 : Pahat Rata 23

15 Gambar 1.15 : Pahat Rata Pendek 23

16 Gambar 1.16 : Pahat Radius 24

17 Gambar 1.17 : Pahat Diamond 24

18 Gambar 1.18 : Mesin Potong 25

19 Gambar 1.19. Mesin Pelubang dan Pemotong Universal 26

20 Gambar 1.20 : Mesin Nibler 27


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 ix

21 Gambar 1.21 : Gergaji Bundar dan Grinda Potong 28

22 Gambar 1.22 : Gergaji Mesin 28

23 Gambar 1.23 : Gergaji Pita Vertikal 29

24 Gambar 1.24 : Mesin Pres 30

25 Gambar 1.25 : Bor Tangan 31

26 Gambar 1.26: Mesin Bor Bangku 31

27 Gambar 1.27: Mesin Bor Radial 32

28 Gambar 1.28 : Mesin Tekuk Terbatas 33

29 Gambar 1.29 : Mesin Tekuk Universal 34

30 Gambar 1.30 : Mesin Tekuk Kotak 34

31 Gambar 1.31 : Mesin Rol ixtandard an Power Roller 35

32 Gambar 1.32. Proses pemotongan plate (Cut to Shape Process) dengan CNC 36
Mesin Plasma

33 Gambar 1.33. Hasil pemotongan plate (Plate Cut to Shape) 36

34 Gambar 1.34: Profile Cut to Length 37

35 Gambar 1.35. Sebelah Kiri Drilling/Bor dan kanan pelubangan dengan 37


Punch/Menusuk

36 Gambar 1. 36. Hasil Pemotongan dan Pelubangan pada profie WF/HB 38

37 Gambar 1.37 Bevelling 38

38 Gambar 1.38. Notching/Coak 39

39 Gambar 1.39. Tack Weld 40

40 Gambar 1.40. Material yang sudah Finishing Welding 41

41 Gambar 1.41: Paku Keling 51

42 Gambar. 1.42. Bagian Paku keling 52

43 Gambar 1.43. Paku keling 53

44 Gambar 1.44. Type Paku Keling 56

45 Gambar 1.45. Jenis Paku keling 56

46 Gambar 1.46.Lap Joint 57


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 x

47 Gambar 1.47. Butt Joint 58

48 Gambar 1.48. Simbol Paku keling 58

49 Gambar 1.49 : Penggunaan Rivet Set 59

50 Gambar 1.50: Pengeling Pop dan Paku Keling Pop 59

51 Gambar1.51: Bentuk-bentuk Kepala Sekrup 61

52 Gambar 1.52. Self Tapping dan Self Drilling 62

53 Gambar 1.53. Baut yang Diulir Penuh 62

54 Gambar 1.54. Baut yang Tidak Diulir Penuh 63

55 Gambar 1.55. Baut Yang Terpasang. 64

56 Gambar 1.56. Baut Lengkap 65

57 Gambar. 1.57. Ukuran baut 66

58 Gambar. 1.58. Baut Terpasang 66

59 Gambar 1.59 : Bentuk-bentuk Baut 70

60 Gambar 1.60. Baut dan Spesifikasinya 72

61 Gambar 1.61. Jenis sambungan-sambungan baut 75

62 Gambar 1.62. Jenis Sambungan 76

63 Gambar 1.63.Penggunaan Las 79

64 Gambar 1.64. Pengelasan Busur Nyala Logam Terlindung (SMAW) 80


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 xi

65 Gambar 1.65. Pengelasan Busur Nyala Terbenam (SAW) 80

66 Gambar 1.66. Pengelasan Busur Nyala Logam Gas (GMAW) 81

67 Gambar 1.67. Pengelasan Busur Nyala 83

68 Gambar 1.68. Contoh sambungan lewatan 85

69 Gambar 1.69. Jenis las 86

70 Gambar 1.70. Jenis las tumpul 87

71 Gambar 1.71. Macam-macam pemakaian las sudut 88

72 Gambar 1.72. Kombinasi las baji dan pasak dengan las sudut 89

73 Gambar 1.73. Posisi pengelasan 90

74 Gambar 1.74. Persiapan tepi untuk las tumpul 91

75 Gambar 1.75. Cacat-cacat las yang mungkin terjadi 92

76 Gambar 1.76. Pemasangan Perlengkapan Las Busur Manual ( SMAW ) 94

77 Gambar 1.77. Pengelasan dengan SMAW 94

78 Gambar 1.78. Mesin Las MIG/MAG ( GMAW ) 96

79 Gambar 1.79. Proses Las Oksi Asetilin 97

80 Gambar 1.80. Posisi Tip dan Bahan Tambah 97

81 Gambar 1.81. Proses GTAW 98

82 Gambar 1.82. Peralatan Las Oksi Asetilin 99

83 Gambar 1.83. Silinder Asetilin 99


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 xii

84 Gambar 1.84.. Regulator Oksigen dan Asetilin 104

85 Gambar.1.85. Slang Las 105

86 Gambar.1.86. Pembakar Las 107

87 Gambar.1.87. Tip Las 107

88 Gambar.1.88. Pakaian Pelindung 108

89 Gambar1.89. Alat Pengisap 109

90 Gambar 1.90. Pemasangan Peralatan GTAW 114

91 Gambar 1.91. Las Busur Rendam ( SAW ) 115

92 Gambar 1.92. Proses Las Busur Rendam 115

93 Gambar 1.93. Electro Slag Welding 116

94 Gambar 1.94. Proses Las Titik 118

95 Gambar 1.95. Mesin Las Titik 118

96 Gambar 1.96. Proses Pemotongan 119

97 Gambar 1.97. Peralatan Pemotong Plasma 121

98 122
Gambar.1.98. Pembakar Potong ( Blowpipe )
99 122
Gambar.1.99. Mulut Potong ( Cutting Nozzle )

100 124
Gambar.1.100. Alat Bantu

101 126
Gambar.1.101. Pemasangan Peralatan Las Busur Manual

102 Gambar.1.102. Sirkuit mesin las AC (kiri) dan DC (kanan) 127

103 Gambar 1.103. Tang Elektroda 128

104 Gambar.1.104. Klem Masa 128

105 Gambar.1.105. Palu Terak & Sikat Baja 129

106 129
Gambar.1.106. Smit Tang
107 130
Gambar.1.107. Elektroda
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 xiii

108 131
Gambar.1.108. Contoh Penggunaan Las Busur Manual
109 133
Gambar.1.109. Penyalaan Busur Las
110 134
Gambar.1.110. Penarikan Busur Las
111 134
Gambar.1.111. Hasil Las

112 Gambar 1.112. Peralatan K3 dan Penggunaanya. 142

113 Gambar. 1.113. Jenis helm pelindung kepala 143

114 Gambar 1.114. Jenis sepatu dan boots pelindung kaki 144

115 Gambar 1.115.Jenis sarung tangan pelindung 144

116 Gambar 1.116 Peralatan pelindung mata 145

BAB II

1 Gambar 2.1. Clear Span 147

2 Gambar 2.2.Multigable With Two Clear Span 148

3 Gambar 2.3.Multigable With Three Clear Spans 148

4 Gambar 2.4. Multigable With Four Clear Spans. 149

5 Gambar 2.5. Multigable With Two Gables Each Two Spans. 149

6 Gambar 2.6. Multigable With Two Gables Each Three Spans. 150

7 Gambar 2.7. Multigable With Three Gables Each Three Spans. 150

8 Gambar 2.8. Clear Span Single Slope. 151

9 Gambar 2.9. Multispan Single Slope With Two Spans. 151

10 Gambar 2.10. Multispan Single Slope With Three Spans. 152

11 Gambar 2.11. Multispan Single Slope With Four Spans. 152

12 Gambar 2.12 tahap pertama erection 166

13 Gambar.2.13. Tahap Kedua Erection 167

14 Gambar 2,14..Tahap ketiga Erection 168

15 Gambar 2.15.Tahap keempat erection 169

16 Gambar 2.16. Tahap kelima Erection 170


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 xiv

17 Gambar 2.17.Tahap keenam erection 171

18 Gambar 2.18. Tahap ke tujuh Erection 172

19 Gambar.2.19.Tahap ke delapan erection 173

20 Gambar 2.20. Tahap Sembilan pemasngan atap pabrik/gudang 174

21 Gambar 2.21. pembersihan lapangan lokasi tower 175

22 Gambar 2.22.Material konstruksi baja 176

23 Gambar 2.23.Material yang sudah di cat 177

24 Gambar 2.24. Crane Beroda Crawler 178

25 Gambar 2.25. Truck Crane 179

BAB III

1 Gambar.3.1.Membuat bidang datar 185

2 Gambar 3-2, Membuat Garis Siku-siku 186

3 Gambar 3-3, Kontrol Garis Siku-siku 186

4 Gambar 3.4, Pemasangan Bouwplank di Sudut/Pertemuan 187

5 Gambar 3.5, Pemberian Tanda pada Bouwplank 187

6 Gambar 3.6, Sambungan Papan pada Patok 188

7 Gambar 3.7, Sambungan Papan diantara Patok 188

8 Gambar 3.8, Pekerjaan Uitzet dan Bouwplank 189

9 Gambar. 3.9 Pekerjaan Pengukuran 190

10 Gambar 3.10 Pembersihan Lapangan 190

11 Gambar 3.11,pelaksanaan Bored Pile 191

12 Gambar 3.12 Menyetel angkur 191

13 Gambar 3.13.Pemasangan Angkur dengan konstruksi Tower 192

14 Gambar 3.14.Pemasangan konstruksi 192

15 Gambar 3.15.Pemasangan konstruksi 193

16 Gambar 3.16.Pemasangan konstruksi 193


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 xv

17 Gambar 3.17.Pemasangan konstruksi 194

18 Gambar 3.18 Truk Tronton 196

19 Gambar 3.16. Truk Trailer mengangkut raw material 197

20 Gambar 3.20.Pemasangan kolom pada Pedestal 198

21 Gambar 3.21. Pemasangan Balok dan Kolom Baja 199

22 Gambar 3.22. Crane atau alat pengangkat material Baja 199

23 Gambar 3.23 : struktur baja yang sedang dirakit 200

24 Gambar 3.24.Pemasangan Angkur 202

25 Gambar 3.25.Perakitan/erection kolom 203

26 Gambar 3.26..Perakitan/erection balok 203

27 Gambar. 3.27.Pemeriksaan kedataran 204

28 Gambar. 3.28. Baut Pada konstruksi Tower 206

29 Gambar 3.29.Pengecatan konstruksi 207


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 xvi

Daftar Tabel

Tabel 1. Baja tentang baut ......................................................................................................... 62

Tabel 2. Jarak tepi minimun .......................................................................................................... 68


Tabel.3. Beban tarikan minimum baut ....................................................................... 72
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 1

PENDAHULUAN

1.Deskripsi

Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetens siswa dari sisi pengetahuan, ketrampilan serta
sikap secara utuh. Dimana proses pencapaiannya melalui pembelajaran pada sejumlah mata pelajaran yang
dirangkai sebagai satu kesatuan yang saling mendukuna dalam mencapai kompetensi tersebut. Buku bahan ajar
yang berjudul : Pelaksanaan Konstruksi Baja 2 merupakan sejumlah kompetensi yang diperlukan untuk
SMK pada program keahlian Teknik Bangunan pada paket keahlian Teknik Konstruksi Baja yang diberikan
pada kelas XI semester 2
Buku ini menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai sejumlah kompetensi
yang diharapkan dalam dituangkan dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar.sesuai deng pendekatan
scientific approach yang dipergunakan dalam kurikulum 2013, siswa diminta untuk memberanikan diri dalam
mencari dan menggali kompetensi yang ada dalam kehidupan dan sumber yang terbentang disekitar kita, dan
dalam pembelajarannya peran Guru sangat penting untuk meningkatkan dan menyesuaikan daya serap siswa
dalam mempelajari buku ini.
Buku ini terdiri dari 3 (tiga) kegiatan belajar yaitu : Kegiatan Belajar 1 : Pekerjaan Pabrikasi , Kegiatan
Belajar 2 : Pekerjaan persiapan perakitan konstruksi,dan 3: Pekerjaan perakitan konstruksi.
Kegiatan Belajar 1. Mempelajari tentang peralatan manual dan mesin untuk memotong dan membentuk
komponen, pekerjaan menyambung dengan baut, pekerjaan pengelasan dan pekerjaan pembersihan
lapangan/lokasi kerja dalam pekerjaan pabrikasi.
Kegiatan Belajar 2.Mempelajari tentang perencanaan proses perakitan, penyiapan dan pembersihan
areal/lokasi kerja penyetelan konstruksi, menyiapkan material yang diperlukan dalam proses pelaksanaannya
dan menyiapkan peralatan dan perlengkapan kerja yang sesuai dengan kebutuhan kerja pada pekerjaan
persiapan perakitan konstruksi.
Kegiatan Belajar 3. Mempelajari tentang pengukuran dan leveling, Pengangkatan material dan komponen
struktur, Perakitan rangka struktur, dan mengerjakan penyetelan sambungan pada pekerjaan perakitan
konstruksi.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 2

2. PRASYARAT

Untuk dapat mempelajari / menyelesaikan kegiatan belajar pada buku Pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi Baja 2 ini dengan baik, siswa seharusnya sudah mempelajari mengenai :

Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 1


Teknologi Dasar Konstruksi Baja
Gambar Konstruksi Baja 1
Gambar Kostruksi Baja 2
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 3

3. PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU

Pelajarilah kegiatan belajar dalam buku ini secara berurutan karena kegiatan belajar
disusun berdasarkan urutan yang perlu dilalui.
Bila dalam mengerjakan tugas pada Kegiatan Belajar 1 anda sudah mendapat nilai
minimum 70, maka anda boleh meneruskan pada Kegiatan Belajar 2.
Usahakan setiap menempuh kegiatan belajar / mengerjakan tugas sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
Bertanyalah kepada Guru/Pembimbing bila mengalami kesulitan dalam memahami
materi belajar.
Anda dapat menggunakan referensi lain yang menunjang bila dalam buku ini terdapat
hal-hal yang kurang jelas.
Dalam mengerjakan tugas utamakan ketelitian, kebenaran, dan kerapian kerja. Jangan
membuang-buang waktu saat mengerjakan tugas dan juga jangan terburu-buru yang
menyebabkan kurangnya ketelitian dan menimbulkan kesalahan.
Setelah tugas selesai, sebelum dikumpul kepada Guru / Pembimbing sebaiknya anda
periksa sendiri terlebih dahulu secara cermat, dan perbaikilah bila ada kesalahan, serta
lengkapilah terlebih dahulu bila ada kekurangan
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 4

4. TUJUAN AKHIR PEMBELAJARAN

Setelah selesai mempelajari dan mengerjakan tugas-tugas yang terdapat dalam masing-
masing kegiatan belajar dalam buku ini diharapkan siswa memiliki pemahaman dan dapat
melakukan pekerjaan tentang :
Menggunakan peralatan manual dan mesin untuk memotong dan membentuk
komponen
Melakukan pekerjaan menyambung dengan baut
Melakukan pekerjaan pengelasan
Melakukan pekerjaan pembersihan lapangan/lokasi kerja
Merencanakan proses perakitan
Menyiapkan dan membersihkan areal/lokasi kerja penyetelan konstruksi
Menyiapkan material yang diperlukan dalam proses pelaksanaannya dan
menyiapkan peralatan dan perlengkapan kerja yang sesuai dengan kebutuhan kerja
Melakukan pengukuran dan leveling
Pengangkatan material dan komponen struktur
Perakitan rangka struktur
Mengerjakan penyetelan sambungan pada pekerjaan perakitan konstruksi
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 5

5. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR


MATA PELAJARAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA

KOMPETENSI INTI (KELAS XI) KOMPETENSI DASAR


KI-1 1.1 Menghayati kebesaran Tuhan yang menciptakan dan
Menghayati dan mengamalkan ajaran mengatur alam semesta melalui pemahaman salah satu
agama yang dianutnya ilmu pengetahuan dan teknologi yakni teknik
konstruksi baja
1.2 Mengamalkan semua ajaran-ajaranNya dengan sepenuh
hati melalui salah satunya adalah pengimplementasian
teknik konstruksi baja bagi pembangunan umat
manusia yang lebih baik
KI-2 2.1 Menghayati dan mengamalkan perilaku ilmiah
Menghayati dan Mengamalkan (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat;
perilaku jujur, disiplin, tanggung tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis;
jawab, peduli (gotong royong, kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas
kerjasama, toleran, damai), santun, sehari-hari baik di rumah, di sekolah maupun
responsif dan pro-aktifdan menunjukan dimasyarakat
sikap sebagai bagian dari solusi atas 2.2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
berbagai permasalahan dalam tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama,
berinteraksi secara efektif dengan toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas
menempatkan diri sebagai cerminan berbagai permasalahan yang dihadapi dalam mengikuti
bangsa dalam pergaulan dunia. pendidikan disekolah terutama pada materi pelajaran
teknik konstruksi baja

KI-3 3.1 Memahami gambar rencana & spesifikasi teknik


Memahami, menerapkan dan 3.2 Memahami pekerjaan pengukuran & levelling lapangan
menganalisis pengetahuan faktual, 3.3 Memahami pengadaan material
konseptual, prosedural dan 3.4 Memahami cara menerima, menyimpan ,
metakognitif berdasarkan rasa ingin mendistribusikan material & peralatan
tahunya tentang ilmu pengetahuan, 3.5 Memahami pekerjaan persiapan fabrikasi
teknologi, seni, budaya, dan humaniora
3.6 Memahami pekerjaan fabrikasi
dalam wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan 3.7 Memahami pekerjaan persiapan perakitan konstruksi
peradaban terkait penyebab fenomena 3.8 Memahami pekerjaan perakitan konstruksi
dan kejadian dalam bidang kerja yang
spesifik untuk memecahkan masalah.
KI-4 4.1 Mengidentifikasi gambar rencana & spesifikasi teknik
Mengolah, menalar, dan menyaji 4.2 Melakukan pekerjaan pengukuran & levelling lapangan
dalam ranah konkret dan ranah abstrak 4.3 Melakukan pengadaan material
terkait dengan pengembangan dari yang 4.4 Menerima, menyimpan , mendistribusikan material &
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, peralatan
dan mampu melaksanakan tugas 4.5 Melakukan pekerjaan persiapan fabrikasi
spesifik di bawah pengawasan 4.6 Melakukan pekerjaan fabrikasi
langsung. 4.7 Melakukan pekerjaan persiapan perakitan konstruksi
4.8 Melakukan pekerjaan perakitan konstruksi
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 6

BAB I
Pekerjaan Fabrikasi

Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Belajar 1. Mempelajari tentang peralatan mesin untuk memotong dan membentuk komponen,
pekerjaan menyambung dengan baut, pekerjaan pengelasan dan pekerjaan pembersihan lapangan/lokasi kerja
dalam pekerjaan pabrikasi.

Tujuan Pembelajaran
Dari kegiatan belajar 1 ini, siswa diharapkan mengetahui dan memahami tentang peralatan mesin untuk
memotong dan membentuk komponen, pekerjaan menyambung dengan baut, pekerjaan pengelasan dan
pekerjaan pembersihan lapangan/lokasi kerja dalam pekerjaan pabrikasi.

Mengamati/observasi
Coba kamu amati gambar konstruksi gudang dibawah ini, sebelum konstruksi di dirikan tentu harus melalui
pekerjaan fabrikasi dulu.Coba kamu amati proses Fabrikasi di bengkel peralatan apa saja yang digunakan untuk
membentuk dan memotong komponen, terus amati sambungan yang di gunakan .Setelah itu coba diskusikan
dengan temanmu tentang proses pekerjaan fabrikasi dan bila kamu kesulitan kamu dapat mencari informasi
didalam buku ini atau sumber sumber informasi lain, buku teks, majalah atau di internet. Presentasikan hasil
kegiatanmu di kelas dengan bergantian dengan kelompok lain. Buatlah kesimpulan dari hasil kegiatan ini agar
kamu semakin menguasai kompetensi yang diharapkan dalam pekerjaan pabrikasi ini.

Sumber: www.karia-design.com
Gambar 1.1. Gudang
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 7

1.1. Peralatan Pemotong dan Pembentuk Komponen

Pada pekerjaan fabrikasi logam, baik pekerjaan fabrikasi ringan ataupun pekerjaan fabrikasi berat
(light and heavy fabrication) secara umum adalah sama, di mana jenis bahan, alat-alat tangan dan mesin-
mesin yang digunakan relatif sama. Namun demikian, perbedaan yang spesifik dapat dilihat dari
penggunaan bahan dan kapasitas/ kemampuan mesin.

Perusahaan atau Industri yang melakukan pekerjaan fabrikasi ringan menggunakan bahan dengan
ketebalan sampai 3mm, sedang pada pekerjaan fabrikasi berat menggunakan tebal bahan di atas 3mm.
Adapun penggunaan mesin-mesin pada keduanya sepintas adalah sama, tetapi kapasitas dan teknik-teknik
pengaturannya berbeda.

Adapun langkah-langkah atau proses persiapan pekerjaan fabrikasi ( produksi ) dan keterampilan-
keterampilan yang dibutuhkan di industri-industri di bidang fabrikasi secara umum meliputi :

Membaca gambar teknik


Merancang pekerjaan

Menghitung penggunaan bahan yang akan dipotong


Menerapkan teknik-teknik melukis/ menandai
Membuat pola/ mal

a. Membaca Gambar Teknik

Semua pekerjaan pada pekerjaan fabrikasi ataupun konstruksi dimulai dari gambar. Gambar tersebut
dapat berupa gambar kerja lengkap ataupun hanya gambar sket saja yang menginformasikan segala
sesuatu tentang pekerjaan yang akan dikerjakan, antara lain :

- Dimensi ukuran { panjang, lebar, tinggi, tebal)


- Jenis dan ukuran bahan serta bagian-bagiannya

- Spesifikasi dan toleransi


- Finishing
- Standar gambar

- Kemungkinan penggantian/ perubahan gambar

b. Merancang Pekerjaan
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 8

Untuk mengerjakan suatu pekerjaan konstruksi baja seperti jembatan rangka baja, gudang , rumah,
tower , menara dan lain-lain tentu melalui proses pekerjaan fabrikasi .Dalam proses fabrikasi hal-hal yang
perlu dilakukan adalah sebagai berikut :

Membaca gambar kerja

Mengidentifikasi pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan


Mengatur penggunaan perlengkapan kerja, alat-alat tangan dan bahan
Menentukan urutan pekerjaan

Membuat gambar kerja atau model


Membuat mal atau pola

c.Menghitung Penggunaan Bahan yang akan Dipotong

Ada tiga metode yang dipakai dalam menghitung penggunaan bahan yang akan dipotong :

Ukuran keseluruhan atau ukuran luar


Ukuran dalam
Ukuran nominal

Dengan dasar, bahwa semua pekerjaan fabrikasi harus dibuat dengan mengacu pada spesifikasi dan
sesuai dengan toleransi yang ditentukan, maka harus diyakinkan hal-hal berikut ini :

Kesesuaian dengan desaian / gambar kerja

Tiap-tiap bagian yang dikerjakan cocok satu sama lainnya secara akurat.

Kemudahan dalam memasang dan merakit.

Sedangkan pada spesifikasi pekerjaan, perlu dijelaskan tentang apa yang harus dikerjakan, antara lain :
Kualitas hasil pekerjaan yang dibutuhkan.
Kualitas pengecatan ( jika perlu )

Kualitas pengelasan yang diperlukan


Pengujian yang diperlukan.
Adapun penerapan toleransi pada pekerjaan fabrikasi sangat beragam, sehingga harus mengacu pada
spesifikasi yang telah ditentukan. Sebagai contoh : jika ukuran akhir sebuah komponen 1500 mm dan
toleransinya adalah 1mm, maka ukuran yang diperbolehkan pada komponen tersebut adalah antara
1499 1501 mm, tidak boleh lebih dan tidak boleh kurang.

d. Menerapkan Teknik-teknik Melukis/ Menandai


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 9

Semua alat ukur yang digunakan dalam melukis atau menandai pada bahan harus alat-alat ukur yang
mempunyai akurasi tinggi dan sesuai dengan spesifikasi yang diminta, tidak boleh alat ukur yang sudah
rusak .Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran itu sendiri dan hasil benda kerja secara
keseluruhan.

Pengaruh yang sama juga dapat terjadi karena penyimpangan/ ketepatan ( keakurasian ) dalam melukis
garis sumbu, penggunaan siku pada sudut bahan atau dalam menentukan garis dasar pengukuran,
penempatan bahan atau komponen, penyimpangan pemotongan dan lain-lain.Untuk menghindari
kesalahan-kesalahan dalam menerapkan teknik-teknik melukis/ menandai, maka dapat diterapkan metode-
metode pengukuran, antara lain adalah pengukuran dengan satu patokan ( datum point ) dan penerapan
teknik-teknik konstruksi geometris.

Gambar 1.2 : Contoh Aplikasi Pengukuran

e. Membuat Pola/ Mal

Pembuatan pola/ mal pada pekerjaan fabrikasi sangat diperlukan untuk membuat berbagai bentuk
komponen. Penerapan teknik-teknik gambar bentangan digunakan, baik pada fabrikasi ringan maupun
pada fabrikasi berat. Metode-metode pembuatan gambar bentangan yang biasa digunakan pada pekerjaan
fabrikasi adalah :

Metode garis paralel

Metode garis radial


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 10

Adapun penerapan pembuatan pola pada pekerjaan fabrikasi ( benda kerja ) adalah dengan
menggunakan alat-alat lukis/ penanda yang sesuai dengan jenis bahan yang akan dibuat.

1.1.1. Peralatann Manual Pada Pekerjaan Fabrikasi.

A. Alat untuk Membuat Pola

a. Penggores

Penggores adalah salah satu alat lukis garis untuk benda kerja/ pelat yang hasil goresannya bersifat
permanen.

Gambar 1.3: Penggores dan Contoh Penggunaan

Keterbatasan penggunaan penggores :

- Sulit terlihat, bila untuk pekerjaan pemotongan dengan gas.

- Perlu pengecatan ulang pada permukaan benda kerja, bila terjadi kesalahan garis.

- Dapat menimbul karat, walaupun pada bahan berlapis stainless steel.

- Hanya disarankan untuk digunakan pada bahan ferro (besi dan baja) bukan non ferro
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 11

b. Kapur Teknik ( Engineers Chalk )

Kapur teknik adalah jenis kapur yang relatif keras dan dapat diruncing ulang serta hasil goresannya
bersifat non-permanen ( dapat dihapus ). Hampir semua jenis bahan dapat dilukis dengan kapur
teknik ini, termasuk untuk garis potong pada pemotongan dengan gas.

mistar baja
ukuran
bagian yang
runcing

Gambar 1.4 : Kapur Teknik dan Penggunaannya

Keterbatasan penggunaan kapur teknik :

- Tidak permanen ( dapat terhapus sewaktu-waktu )

- Terhapus oleh air

- Sulit terlihat pada beberapa bahan non-ferro.

c. Penitik
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 12

Penitik terbuat dari bahan baja perkakas yang sebelum dilakukan perlakuan panas dibentuk/ dibuat
dengan mesin-mesin perkakas ( mis. mesin bubut atau frais ) dengan ukuran berkisar antara 5 13 mm
dan bentuk penampang yang beragam, seperti. bulat, segi empat atau segi enam.Pada pekerjaan fabrikasi,
penitik dipakai untuk : menandai dan membuat titik pusat.

Gambar 1.5 . Penitik

d. Garis Kapur

Garis kapur adalah salah satu cara cepat untuk membuat garis lurus yang panjang pada bahan yang
tidak dicat ( berlapis ) atau pada lantai. Caranya adalah dengan mengikat/ klem salah satu ujung
benang yang telah diberi kapur kemudian diangkat benang tersebut secara vertikal sebelum dilepas
secara kejut. Hasil garis akan terlihat pada bekas benturan benang.

Gambar 1.6 : Penggunaan Garis Kapur

Keterbatasan penggunaan garis kapur :


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 13

- Tidak permanen ( dapat terhapus sewaktu-waktu )

- Garis yang terbentuk bisa lebar atau ganda

- Kurang akurat, jika kurang terlatih atau terlalu panjang

- Hanya dapat diterapkan pada bahan yang rata

- Sulit terlihat pada beberapa bahan non-ferro

Berikut ini adalah alat-alat yang dipergunakan untuk melukis pada benda kerja dan membuat pola/ mal :

NAMA ALAT PENGGUNAAN

Mistar Baja Mengukur dan menarik garis

Mistar Lipat Mungukur dan memindahkan sudut

poros

Mistar Gulung Mengukur benda kerja yang


panjang dan radius/ lingkaran
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 14

NAMA ALAT PENGGUNAAN

Jangka Kaki - Melukis garis lengkung dan lingkaran

- Memindahkan ukuran dan sudut


pegangan

- Melukis konstruksi geometrik


pegas
poros

baut
pengatur

ujung jangka
yang
dikeraskan dan
tempere

Jangka Tongkat - Konstruksi dan lingkaran yang besar

- Memindahkan ukuran dan sudut


baut pengikat

- Melukis konstruksi geometrik

balok kayu

baut pengatur
penggores
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 15

Siku Blok Menyikukan benda kerja dan memeriksa kerataan


sudut bilah
benda kerja serta menarik garis siku.
lurus dan
sejajar

Siku Pelat Menyikukan benda kerja dan menarik garis siku.

sudut bilah
lurus dan
sejajar

Siku Bevel Memindahkan sudut

baut pengatur

Palu Konde - Membentuk paku keling

- Memukul ( secara umum )

Palu Pen - Memukul ( secara umum )

- Peregangan
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 16

Siku Kombinasi Melukis berbagai ukuran sudut dan menentukan titik


protractor pusat suatu benda kerja yang berpenampang bulat/
linkaran.

Keselamatan kerja pada penggunaan alat-alat untuk mempola :

1. Jaga agar alat-alat selalu dalam keadaan tajam


2. Buang bagian yang rusak pada kepala penitik dan pahat
3. Jangan menyimpang penggores di dalam kantong

4. Jangan meletakkan alat-alat di atas kursi/ bangku tempat duduk


5. Jaga agar tangkai paku selalu terpasang secara kuat.

B. Alat-Alat Potong

Secara umum alat-alat potong pada pekerjaan fabrikasi ringan dan berat adalah sama, hanya berbeda
pada kapasitas atau kemampuannya saja.

a. Gengaji Tangan ( Hacksaw )


Gergaji tangan digunakan untuk memotong benda-benda konstruksi logam kecil seperti besi profil,
pipa bulat atau segi empat dan besi plat.

Gambar 1.7 : Gergaji Tangan

Keselamatan kerja pada penggunaan gergaji tangan :

1. Jangan menekan dan mendorong terlalu kuat karena akan menyebabkan patahnya mata gergaji
dan berbahaya.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 17

2. Gunakan kaca mata untuk melindungi kalau mata gergaji patah


3. Ganjal bahan yang dipotong supaya mata gergaji tidak terjepit.

4. Hati-hati sisi bekas gergaji yang tajam


5. Jangan menggosokkan tangan ke mata gergaji

Pemilihan daun gergaji :

Daun gergaji dibuat dalam berbagai ukuran dan jumlah rigi/ gigi. Khusus untuk gergaji tangan, ukuran
gergaji ditentukan oleh berapa banyak gigi per inchi ( 25,4 mm ). Untuk pemakaian umum digunakan daun
gergaji dengan jumlah 18 gigi per inchi.

Jumlah gigi per inchi ( 25,4 mm )

Gambar 1.8 : Gigi Gergaji


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 18

Adapun penggunaan daun gergaji untuk bermacam-macam bahan adalah sbb :

BAHAN
BAHAN

1. Besi/ profil baja lunak : 2. Baja perkakas pipa baja, besi siku:
Digunakan : 14 gigi/ inchi Diguinakan : 18 gigi/ inchi

3. Tembaga, kuningan, pipa medium : 4. Tembaga, kuningan, pipa medium :


Digunakan : 24 gigi/ inchi Digunakan : 32 gigi/ inchi

b. Gunting

Gunting adalah alat potong yang digunakan untuk memotong pelat, terutama pelat baja lunak, seng, pelat
lapis timah, pelat tembaga. Terbuat dari bahan baja tempa atau baja perkakas; diperlukan terutama karena
bentuk, konstruksi, posisi, serta kedudukan benda kerja kadang-kadang tidak dapat dipotong menggunakan
mesin potong.Berbagai bentuk/tipe dari gunting yang kesemuanya bertujuan untuk lebih memudahkan dan
tidak melelahkan dalam pengerjaan. Secara umum gunting dibedakan atas dua fungsi, yaitu : untuk
menggunting lurus dan menggunting lengkung. Untuk menggunting lurus digunakan gunting lurus, gunting
kombinasi/ universal, sedangkan untuk menggunting lengkung diantaranya digunakan : gunting lingkaran dan
gunting dirgantara
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 19

1. Gunting Lurus:

Gunting lurus digunakan untuk menggunting


lurus. Gunting ini mempunyai rahang lurus yang
panjangnya antara 2 sampai 4", sedangkan
panjang seluruhnya adalah antara 7 sampai 15
3/4".
Gunting lurus dalam penggunaannya dapat
digunakan dengan tangan kanan dan tangan Gambar 1.9 : Gunting Lurus
kiri.

2. Gunting Kombinasi/ Universal

Gunting kombinasi mempunyai ukuran yang


sama dengan gunting lurus. Beda antara gunting
kombinasi dan gunting lurus adalah pada
penampang potongnya; kalau pada gunting
lurus berpenampang lurus, maka pada gunting
kombinasi berpenampang sedikit lengkung
(curva). Disamping itu juga bisa digunakan Gambar 1.10 : Gunting Kombinasi
untuk memotong bentuk-bentuk yang tidak
teratur.

3. Gunting Lingkaran/ Lengkung

Gunting lingkaran/ lengkung digunakan untuk


pemotong lengkung, karena sisi potongnya
berbentuk lengkung. Dalam pemakaiannya dapat
digunakan dengan tangan ataupun tangan kiri.
Ukuran dari gunting lingkaran ini adalah sama
dengan gunting lurus, yaitu panjang seluruhnya
adalah 7 sampai 15" dan rahang 2 sampai 4 ". Gambar 1. 11 : Gunting Lengkung
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 20

4. Gunting Dirgantara

Gunting dirgantara (aviation atau airplane snip) terdiri atas tiga bentuk, yaitu : digunakan dengan tangan kiri
dan kanan serta lurus dengan panjangnya sekitar 10 inchi (250 mm) dengan panjang rahang 2 inchi. Sisi potong
agak bergerigi dan dikeraskan, sehingga dapat memotong pelat yang relatif tebal ( 0,8 mm )

Membedakan antara gunting kanan dan kiri adalah dengan melihat sisi potong dan warna tangkainya. Sisi
potong atas dari gunting kanan terletak sebelah kanan, demikian pula sebaliknya; sisi potong atas gunting kiri
terletak sebelah kiri.Penggunaan gunting kanan adalah untuk pemotongan arah kiri, sedang gunting kiri adalah
untuk pemotongan arah kanan.

Gambar 1.12 : Gunting Dirgantara

Keselamatan kerja bila menggunakan gunting :


1. Gunakan gunting sesuai kemampuan gunting. Jangan memotong bukan pelat.

2. Jaga agar hasil potongan ( yang tajam ) jauh dari tubuh


3. Jangan menggunakan mata potong gunting yang rusak, karena akan menyebabkan hasil potong juga
rusak.

4. Jaga tangkai gunting ( handle ) tidak menjepit tangan.

c. Kikir
Kikir terdapat beberapa jenis yang sesuai dengan hasil kekasaran permukaan yang dihasilkan. Kikir kasar
(bastard) digunakan untuk pengasaran, hasil pengikiran adalah kasar. Kikir sedang (secound cut) ini
digunakan untuk pengiriman secara umum dan menghasilkan permukaan cukup bagus. Sedangkan kikir
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 21

halus (smooth atau dead) untuk mendapat permukaan yang halus.Kikir dibersihkan dengan menggunakan
sikat baja (wire brush). Dengan cara pembersihan harus searah dengan alur kikir.

ujung tangkai

panjang kikir

Gambar 1.13 : Kikir

Keselamatan kerja bila menggunakan kikir :


1. Jangan menggunakan kikir yang tidak mempunyai tangkai
2. Lakukan pengikiran dengan cara yang benar
3. Hati-hati tangan jangan sampai terjepit dan tidak menyentuh bendah kerja

4. Berdirilah dengan sempurna


5. Jangan mengikir secara terburu-buru

d. Pahat
Ada 4 jenis mata pahat adalah :

- Rata /lebar (flat)

- Rata pendek (crosscut)


- Radius (round nose)
- Berujung runcing (diamond point)
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 22

1. Pahat Rata / Lebar ( Flat )

Pahat rata/ lebar ini digunakan untuk membersihkan gerigi las, memahat alur dangkal, membersihkan sisa
pengerjaan dan memotong paku keeling serta baut.

Gambar 1.14 : Pahat Rata

2. Pahat Rata Pendek ( Crosscut )

Pahat rata pendek digunakan untuk memahat alur tegak lurus atau segi empat dan membersihkan bahan
pada bagian yang sempit.

ujung potong

Gambar 1.15 : Pahat Rata Pendek


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 23

3. Pahat Radius

Pahat radius digunakan untuk memahat alur radius, memperbesar lubang dan mensenterkan kembali
lubang bor yang telah terlanjur tidak senter.

Gambar 1.16 : Pahat Radius

4. Pahat Berujung Runcing/ Diamond ( Diamond Point Chisel )

Pahat ini digunakan untuk pemahatan pengerjaan akhir sudut bagian dalam, membuat alur V pada retak rigi
las yang perlu perbaikan dan membuat celah pada pelat dan pipa supaya mudah dipatahkan.

Gambar 1.17 : Pahat Diamond

Keselamatan kerja pada penggunaan pahat :


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 24

1. Jangan gunakan pahat dengan kepala yang telah kembang/ rusak


2. Pakai kaca mata bila sedang memahat.

3. Pastikan bahwa pahat diasah dengan benar.


4. Gunakan pahat yang sesuai dengan jenis pekerjaan

1.1.2. PeralatanMesin Pada Pekerjaan Fabrikasi

a. Mesin Potong ( Guillotines )


Mesin potong digunakan untuk memotong lurus pelat yang panjang khusunya untuk pemotongan yang
berulang-ulang. Ini dapat dilakukan karena pada belakang terdapat pembatasan sehingga pemotongan akan
selalu sama dan tidak perlu pengukuran setiap kali pemotongan. Keuntungan penggunaan mesin potong
ini adalah lebih cepat dan presisi sedangkan kerugiannya keterbatasan panjang pemotongan sangat
tergantung pada ukuran mesin dan hanya dapat memotong pelat.

Gambar 1.18 : Mesin Potong


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 25

Keselamatan Kerja Penggunaan Mesin Potong. :

1. Jangan menjalankan mesin kalau ada orang di belakang mesin.


2. Jaga tangan terhadap pisau potong dan klem bahan.
3. Hati-hati terhadap hasil potong ( yang tajam ) atau tertimpa oleh pelat yang dipotong

4. Jangan memasukkan bahan dari arah belakang


5. Jangan mengoperasikan tanpa sekat pengaman.
6. Pastikan lokasi tombol keadaan darurat.

b. Mesin Pelubang dan Potong Universal (Punch and Shear)


Mesin ini digunakan untuk pemotongan, pengguntingan, dan pelubang pelat, profil sudut, besi batangan
(segi empat, bulat atau bujur sangkar). Mesin ini dapat bekerja secara cepat, presisi dan akurat tetapi
kemampuannya sangat terbatas sesuai dengan ukuran dan kemampuan potong, tebal bahan dan hasilnya
sedikit akan terjadi perubahan bentuk pada pinggir pemotongan.

Gambar 1.19. Mesin Pelubang dan Pemotong Universal

Keselamatan Kerja Penggunaan Mesin Pelubang dan Potong Universal :

1. Hati-hati jari tangan terhadap mata potong

2. Hati-hati tangan terhadap sisi tajam bekas pemotongan


3. Yakinkan seluruh pelindung/pengaman terpasang dengan benar
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 26

c. Mesin Nibler
Mesin ini digunakan untuk memotong atau melubangi benda kerja pada posisi-posisi yang sulit.
Mesin ini dapat memotong lurus dan juga berliku-lliku

Gambar 1.20 : Mesin Nibler

Keselamatan Kerja Penggunaan Mesin Nibler :

1. Gunakan sarung tangan pada saat pengoperasian mesin


2. Hati-hati tangan terhadap pisau potong .
3. Jaga badan agar terhindar dari bekas pemotongan.

d. Gergaji Bundar dan Grinda Potong ( Cold Cut-Off Saw and Abrasive Cut-Off Saw )

Gergaji bundar dengan mata potong gergaji ini berputar dengan kecepatan rendah. Sedangkan
dengan gerinda potong berputar dengan kecepatan tinggi. Kedua alat potong ini digunakan untuk
pemotongan ringan baik padat maupun berongga. Kemampuan potong sangat terbatas tergantung pada
posisi penjepitan benda kerja dan diameter mata gergaji atau diameter batu gerinda
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 27

Gambar 1.21 : Gergaji Bundar dan Grinda Potong

Keselamatan Kerja Penggunaan Gergaji Bundar dan Grinda Potong :

1. Jaga penutup mata gergaji atau gerinda selalu pada posisinya

2. Jangan terlalu kuat menekan pada saat penggergajian


3. Pakai pelindung telinga dan mata
4. Yakinkan bahwa benda kerja dijepit dengan kuat

5. Jaga selalu tempat pemotongan bersih dari bekas pemotongan.

e. Gergaji Mesin ( Power Hacksaws )


Gergaji ini digunakan untuk memotong bahan padat/ pejal atau pipa tebal ( bahan berongga ). Walau
kecepatan potongnya lebih lambat tetapi dapat memotong lebih besar dari gergaji bundar.

Gambar 1.22 : Gergaji Mesin


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 28

Keselamatan Kerja Penggunaan Gergagi Mesin :

1. Penjepitan benda kerja harus benar-benar kuat.

2. Hati-hati tangan terhadap mata gergaji


3. Hati-hati terhadap jatuhnya benda kerja hasil gergaji

f. Gergaji Pita Vertikal (Vertical Band saw)

Pada umumnya mesin ini digunakan untuk memotong aluminium dan pelat tipis; dapat memotong
lurus dan lengkung. Ini adalah mesin potong yang paling lambat dan mata gergaji harus selalu
disesuaikan dengan jenis yang dipotong.

Gambar 1.23 : Gergaji Pita Vertikal

Keselamatan Kerja Penggunaan Gergaji Pita Vertikal :

1. Hati-hati tangan terhadap mata gergaji


2. Gunakan kayu untuk membantu mengarahkan benda kerja yang kecil dekat mata gergaji.
3. Periksa ketegangan dan kondisi mata gergaji sebelum digunakan

4. Gunakan kacamata pengaman.


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 29

g. Mesin Pres ( Press Brake )

Mesin pres ini digunakan untuk membengkokkan/ menekuk pelat-pelat yang relatif tebal , membentuk
radius, pelengkungan awal sebelum dirol, dan pembentukan kerucut serta pengerjaan sulit lainnya.
Pengerjaan pembentukan silinder dan kerucut hanya setengah bagian saja dan kemudian baru
disambungkan.Panjang langkah dapat disetel sehingga dalam pengepressan akan sama sehingga hasil
bengkokan/ tekukan akan selalu sama.

Gambar 1.24 : Mesin Pres

Keselamatan Kerja Penggunaan Mesin Pres :

1. Fahami penggunaan mesin sebelum mengoperasikannya.

2. Hati-hati tangan terhadap sepatu tekuk pada saat proses penekukan.


3. Sesuaikan tekanan mesin dengan tebal bahan dan ukuran/ lebar V-blok ( bending beam ).

h. Mesin Bor

1. Bor Tangan ( Portable Drill )

Bor ini digunakan untuk membuat lubang yang relatif keci l ( maks. 13mm ), mengebor arah
samping, reamer lubang untuk konstruksi baja dan pengerjaan pelat ringan.Bor tangan ini dapat
digerakkan dengan listrik atau udara bertekanan dan juga terdapat tingkatan kecepatan, kejut dan putar
balik. Bor dengan penggerak listrik dapat dipasangkan dudukan magnit untuk menetapkan mesin bor
pada permukaan logam yang datar. Pemakanan bor tangan ini diatur secara manual.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 30

Gambar 1.25 : Bor Tangan

2. Mesin Bor Bangku

Mesin bor bangku digunakan untuk mengebor lubang-lubang pada benda kerja kecil misalnya pada profil
sudut, pipa bulat dan segi empat serta pelat dengan ukuran yang sesuai.

rumah motor dan


belt

spindle tuas penekan

meja kuncimbeja

Gambar 1.26: Mesin Bor Bangku


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 31

Kelemahan mesin bor bangku :

Besar benda kerja sangat terbatas

Besar lubang yang dibor terbatas oleh ukuran cekam bor dan batasan kecepatan
Pemakanan pengeboran harus dilakukan secara manual satu arah dan putaran juga satu arah.

3. Mesin Bor Radial

Mesin bor ini digunakan untuk mengebor benda kerja yang lebih besar dari benda kerja yang tidak
dapat dibor pada mesin bor bangku.Panjang langkah dapat dilakukan antara 600 mm sampai 3600 mm.
Kepala bor dapat diturunkan dan dinaikkan sepanjang tiang penyangga dan dapat diputar 360o Posisi bor
dapat terkunci dengan baik disegala posisi disepanjang tiang penyangga dan bila diperlukan benda kerja
dapat diikatkan dilantai. Ukuran mata bor dan batasan kecepatan tersedia lebih banyak. Mesin ini dapat
dimakankan secara manual atau atomatis serta dapat bergerak mundur sehingga memungkin untuk
melaksanakan mengetap ulir pada lubang yang baru selesai di bor.

Gambar 1.27: Mesin Bor Radial


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 32

Keselamatan Kerja Penggunaan Mesin Bor :

1. Jangan memakai pakaian yang longgar pada saat mengebor.


2. Pakailah sepatu kerja dan kaca mata pengaman selama bekerja.
3. Lindungi rambut dari putaran bor; jika berambut panjang, maka ikat rambut kebelakang dan / atau
pakailah topi pengaman.
4. Pasang mata bor dengan cukup kuat
5. Sesuaikan kecepatan potong bor dengan ukuran mata bor.

6. Gunakan sikat untuk membersihkan tatal dari meja bor.

i. Mesin Lipat
Penggunaan mesin lipat / tekuk pelat adalah untuk mempercepat suatu proses penekukan dan untuk
mencapai tingkat ketelitian tertentu. Sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi; mesin tekuk telah
berkembang sedemikian rupa, mulai dari yang dioperasikan secara manual sampai dengan yang
dioperasikan secara otomatis. Ada tiga tipe mesin lipat yang umum dipakai pada pekerjaan fabrikasi,
yaitu :

1. Mesin Lipat Bangku/ Terbatas ( Bench / Adjustable Folder )


Mesin lipat terbatas/ bangku digunakan untuk melipat pelat-pelat tipis secara cepat dan presisi. Mesin
ini bekerja secara serentak antara menjepit benda kerja dan melipat. Cocok untuk pelipatan tunggal dan
ganda, termasuk untuk membuat bentuk U .

Gambar 1.28 : Mesin Tekuk Terbatas


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 33

2. Mesin Lipat Universal ( Cramp Folder )

Mesin lipat tipe ini mampu melipat antara 1 2,4 meter dengan ketebalan 0,4 2,0 mm serta dengan
sudut tekuk mencapai 135.

Gambar 1.29 : Mesin Tekuk Universal

3. Mesin Tekuk Kotak ( Box and Pan Brake )


Prinsip penggunaan mesin lipat kotak relatif sama dengan mesin lipat universal. Mesin lipat kotak
mempunyai sepatu tekuk dengan berbagai ukuran dan dapat dipasang sesuai dengan kebutuhan atau
ukuran kotak yang akan dibuat.

Gambar 1.30 : Mesin Tekuk Kotak


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 34

j. Mesin Rol

Mesin rol digunakan untuk mengerol silinder, kerucut, dan membentuk kawat. Ada beberapa tipe
mesin rol yang digunakan pada pekerjaan fabrikasi, yaitu :

Mesin rol bangku, yakni untuk mengerol pelat-pelat tipis dan untuk kerajinan/ membuat perhiasan.
Mesin rol standar ( slip roller ), dipakai untuk penggunaan umum, seperti mengerol pelat dan
membentuk kawat. Kemampuan mesin rol ini terbatas sampai dengan ketebalan pelat 3 mm,
karena mesin rol ini digerakkan secara manual (diputar dengan tangan )

Mesin rol motor ( listrik / power roller ), digunakan untuk mengerol pelat diatas ketebalan 3 mm
( sesuai kemampuan mesin )

Gambar 1.31 : Mesin Rol Standar dan Power Roller


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 35

1.1.4. Pelaksanaan Pekerjaan Fabrikasi

Pekerjaan fabrikasi di bagi dua yaitu


1. Pre Fabrikasi
Yang dimaksud pekerjaan Pre-Fabrikasi adalah pekerjaan pemotongan, pelubangan,
pembengkokan/bending. Dalam pekerjaan Pre-Fabrikasi pekerjaan konstruksi struktur baja biasa
dibagi menjadi:

a. Cut to Shape istilah untuk pekerjaan pemotongan dan pelubangan pada material plate.

Gambar 1.32. Proses pemotongan plate (Cut to Shape Process) dengan CNC Mesin Plasma
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 36

Gambar 1.33. Hasil pemotongan plate (Plate Cut to Shape)

b. Cut to Length istilah untuk pekerjaan pemotongan pada material profilan seperti WF/H-Beam, siku dan
lainnya.

Gambar 1.34: Profile Cut to Length

c. Drilling istilah untuk pekerjaan pelubangan bisa dengan pengeboran yang disebut drilling dan menusuk
yang biasa disebut punching.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 37

Gambar 1.35. Sebelah Kiri Drilling/Bor dan kanan pelubangan dengan Punch/Menusuk

Gambar 1. 36. Hasil Pemotongan dan Pelubangan pada profie WF/HB

d. Bevelling istilah yang masih dalam kategori pekerjaan pemotongan pada material plate dan profilan.
Bevel adalah pemotongan menjadi sudut pada ujung-ujung atau pinggiran suatu material yang biasanya
untuk jointing atau sambungan ke material lainnya dengan pengelasan. Dengan dilakukan bevel maka
pengelasan menjadi lebih kuat.

Gambar 1.37 Bevelling


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 38

e. Notching atau pencoakan juga sebenarnya masih masuk dalam kategori pekerjaan pemotongan namun
umumnya dipakai pada material WF/H-Beam, siku dan material profilan lainnya.

Gambar 1.38. Notching/Coak

2. Pekerjaan Pabrikasi

Pekerjaan pabrikasi adalah pengelasan material yang sudah pre-fabrikasi menjadi satu komponen, seperti
komponen kolom, komponen rafter, komponen bracing dan lain nya. Komponen kolom terdiri dari satu base
plate, profile WF/H-Beam dan beberapa plate stiffener dan jika ada beberap rib base plate yang di las menjadi
satu komponen kolom. Komponen Rafter terdiri dari profile WF, hounch yang biasanya sama dengan profile
rafter yang dibagi dua, end plate dan beberapa plate stiffener yang semua nya itu di assembly/ dirakit menjadi
satu komponen rafter. Pekerjaan pabrikasi ada beberapa tahapan sbb:

a. Pengecekan material

Pengecekan material/ bahan sangat penting dilakukan dan biasanya dilakukan oleh Quality Control.
Pengecekan yang dilakukan adalah mengukur dimensi dengan toleransi yang biasanya 2 mm, jumlah lubang,
diameter lubang dan lainnya yang semuanya harus terkontrol dengan baik dan harus sama antara material yang
di kerjakan dengan cutting drawing. Jika tidak sesuai maka wajib diganti atau perbaikan jika itu
memungkinkan.

b. Pembersihan/finishing

Ini adalah tahap sebelum dilakukan pengelasan. Semisal material plate yang sudah cut to shape pastinya ada
bekas potong api yang tidak rata maka harus diratakan, begitu juga bekas lubang drilling yang harus dibersihkan
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 39

agar tidak tajam. Pembersihan dilakukan dengan gerinda, sikat, dan untuk membersihkan karat atau sisa minyak
biasa digunakan solfent.

c. Tack Weld

Atau las titik yang dilakukan untuk tujuan setting sebelum dilakukan las permanen. Satu komonen lengkap
yang sudah di tack weld, petugas quality control harus mengecek komponen tersebut. Pengecekan yang
dilakukan adalah dimensi panjang komponen assembly harus sesui dengan assembly drawing, dan posisi-posisi
part-part kecil pembentuk komponen tersebut. Jika ada yang salah maka harus di lepas dan dilakukan kembali
tack weld sampai sempurna/ sesuai komponen tersebut dengan assembly drawing nya.

Gambar 1.39. Tack Weld

d. Finishing Welding

Dilakukan setelah komponen tack weld sesuai dengan assembly drawing. selesai dilakukan finishing welding
ini dilakukan pengecekan kembali jika kemungkinan terjadi perubahan bentuk seperti bending yang bisa
diakibatkan panas saat pengelasan di sesuaikan lagi sampai sempurna dan sesuai dengan assembly drawing.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 40

Gambar 1.40. Material yang sudah Finishing Welding

1.1.4.Rangkuman :

1. Proses persiapan pekerjaan fabrikasi ( produksi ) dan keterampilan-keterampilan yang


dibutuhkan di industri-industri di bidang fabrikasi secara umum meliputi :

Membaca gambar teknik

Merancang pekerjaan

Menghitung penggunaan bahan yang akan dipotong

Menerapkan teknik-teknik melukis/ menandai

Membuat pola/ mal

2. Peralatan manual untuk fabrikasi adalah


Penggores
Kapur Teknik ( Engineers Chalk )
Penitik
Garis Kapur
Mistar Baja
Mistar Gulung
Jangka Kaki
Jangka Tongkat
Siku Blok
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 41

Siku Pelat
Siku Bevel
Palu Konde
Palu Pen
Siku Kombinasi
3. Alat potong
Gengaji Tangan ( Hacksaw )
Gunting
Kikir
Pahat

4. Alat Masinal/Mesin
Mesin Potong ( Guillotines )
Mesin Pelubang dan Potong Universal (Punch and Shear)

Mesin Nibler
Gergaji Bundar dan Grinda Potong

Gergaji Mesin ( Power Hacksaws )


Gergaji Pita Vertikal (Vertical Band saw)
Mesin Pres ( Press Brake )

Mesin Bor

Mesin Lipat
Mesin Rol
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 42

1.1.5.Tugas

Jawablah pertanyan-pertanyan berikut secara singkat dan tepat !

1. Tuliskan minimum 4 keterampilan yang perlu dikuasai seseoramg yang bekerja di bidang fabrikasi.
..

.. .

.. .

..

.. .

2. Tuliskan minimum 4 hal yang dapat diinformasikan oleh gambar fabrikasi yang dijadikan dasar untuk
bekerja.

..

...

.. .

..

.. ..

.. .
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 43

3. Tuliskan empat hal yang harus dijelaskan pada spesifikasi pekerjaan !

.. .

.. .

.. ..

..

4. Pada penerapan pembuatan pola untuk pekerjaan fabrikasi digunakan metode-metode gambar
bentangan. Tuliskan tiga metode gambar bentangan tersebut !

.. .

.. .

.. ..

5. Jelaskan kelemahan/ keterbatasan penggunaan kapur teknik !


.. ..

.. .

.. .

..
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 44

1. Tuliskan nama dan penggunaan alat-alat berikut ini !

Nama : .. Penggunaan :

- .
- ..
-

Nama : .. Penggunaan :

- .
- ..

Nama : .. Penggunaan :

- .
- ..
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 45

Nama : .. Penggunaan :

..

..

2.Alat-alat Potong
Tes berdasarkan pada soal-soal berikut :

Jawablah pertanyan-pertanyan berikut secara singkat dan tepat !

1. Daun gergaji dibuat dalam berbagai ukuran dan jumlah rigi/ gigi. Jelaskan penggunaan daun gergaji
dengan jumlah gigi 14, 18 dan 32.

..

..

..

2. Jelaskan penggunaan : a) gunting lurus, b) gunting lengkung, c) gunting dirgantara, d).pahat rata pendek
(crosscut ), e) pahat radius.
.. ..

.. ..

.. ..

.. ..

.. ..

3. Uraikan minimum ( masing-masing ) 2 upaya keselamatan kerja penggunaan alat-alat berikut ini :

a. Gergaji
.. ..

.. ..
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 46

b. Gunting
.. ..

.. ..

c. Pahat
.. ..

.. ..

3. Mesin-mesin Fabrikasi
Tes berdasarkan pada soal-soal berikut :

Jawablah pertanyan-pertanyan berikut secara singkat dan tepat !

1. Tuliskan dua tipe mesin bor yang dipakai pada pekerjaan fabrikasi logam.
.. ..

.. ..

2. Tuliskan nama dan penggunaan serta ( minimum ) satu upaya keselamatan kerja penggunaan mesin-mesin
berikut ini :

a.

Nama :

Penggunaan : . . ..

Upaya keselamatan kerja : . .


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 47

b.

Nama :

Penggunaan : . . ..

Upaya keselamatan kerja : . .

c.

Nama :

Penggunaan : . . ..

Upaya keselamatan kerja : . .


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 48

d.

Nama :

Penggunaan : . . ..

Upaya keselamatan kerja : . .

e.

Nama :

Penggunaan : . . ..

Upaya keselamatan kerja : . .

3. Ada tiga tipe mesin lipat yang sering dipakai pada pekerjaan fabrikasi. Tuliskan namanya dan jelaskan
penggunaannya.
1. Nama : . .

Penggunaan : .. .

2. Nama : . .

Penggunaan : .. .

3. Nama : . .
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 49

Penggunaan : .. .

4. Jelaskan penggunaan dari mesin rol standar ( slip roller ) dan mesin rol bangku !
.

..

Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 50

1.2. Sambungan Profil Baja


Hampir semua pekerjaan/ produk fabrikasi membutuhkan penerapan berbagai metode penyambungan atau
pengikatan/ pengancingan. Pemilihan metode penyambungan tersebut ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain

Kualitas atau hasil akhir produk yang akan disambung


Kekuatan, fleksibelitas, kemudahan bongkar-pasang, ketahanan terhadap panas.

Nilai ekonomis produk itu sendiri, dampak lingkungan.


Kemungkinan penerapan penggunaan jenis-jenis sambungan, seperti las, baut-mur
Tujuan Sambungan
Suatu konstruksi bangunan baja adalah tersusun atas batang-batang

Baja yang digabung membentuk satu kesatuan bentuk konstruksi dengan menggunakan berbagai
macam teknik sambungan.

Jenis-jenis sambungan dan pengikatan yang banyak diterapkan pada pekerjaan fabrikasi adalah sebagai berikut. :

1.2.1. Sambungan Keling (rived joint)

Menyambung pelat dengan menggunakan paku keling ( sambungan keling ) masih banyak digunakan pada
konstruksi pelat tipis, karena dapat dilakukan dengan mudah dan relatif kuat, walaupun tidak begitu kedap.

Gambar 1.41: Paku Keling


Sambungan dengan paku keling ini umumnya bersifat permanent dan sulit untuk melepaskannya karena pada
bagian ujung pangkalnya lebih besar daripada batang paku kelingnya. Oleh karena itu pengelingan banyak
dipakai pada bangunan-bangunan bergerak atau bergetar.

a.Keuntungan

Tidak ada perubahan struktur dari logam disambung. Oleh karena itu banyak dipakai pada pembebanan-
pembebanan dinamis.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 51

b.Kelemahan
Ada pekerjaan awal berupa pengeboran lubang paku kelingnya, dan kemungkinan terjadi karat di sekeliling
lubang tadi selama paku keling dipasang.

Gambar. 1.42. Bagian Paku keling

c. Bahan atau material


Baja, brass, aluminium, dan tembaga tergantung jenis sambungan/ beban yang diterima oleh sambungan.

Penggunaan umum bidang mesin : ductile (low carbor), steel, wrought iron. Penggunaan khusus : weight,
corrosion, or material constraints apply : copper (+alloys) aluminium (+alloys), monel, dll.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 52

Gambar 1.43. Paku keling


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 53

Macam Paku Keling


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 54

Tipe Head
- Snap Head: digunakan untuk pekerjaan struktur. Cara pemasangan menggunakan mesin rivet

- Counter Sunk Head: digunakan pada pembuatan kapal

- Conical Head: digunakan pada produk- produk kerajinan tangan

- Pan Head: memiliki kekuatan maksimum tetapi sukar dibentuk


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 55

Gambar 1.44. Type Paku Keling

Pemasangan Paku Keling


Plat yang akan disambung dibuat lubang, sesuai diameter paku keling yang akan digunakan. Biasanya
diameter lubang dibuat 1.5 mm lebih besar dari diameter paku keling.

Paku keling dimasukkan ke dalam lubang plat yang akan disambung.

Bagian kepala lepas dimasukkan ke dalam lubang plat yang akan disambung.

Dengan menggunakan alat atau mesin penekan (palu), tekan bagian kepala lepas masuk ke bagian ekor
paku keling dengan suaian paksa.

Setelah rapat/kuat, bagian ekor sisa kemudian dipotong dan dirapikan/ratakan.

Mesin/alat pemasang paku keling dapat digerakkan dengan udara, hidrolik atau tekanan uap tergantung
jenis dan besar paku keling yang akan dipasang.

Ukuran- ukuran di pasaran


Paku keling untuk konstruksi baja terdapat beberapa macam ukuran diameter yaitu : 11 mm, 14 mm, 17 mm,
20 mm, 23 mm, 26 mm, 29 mm, dan 32 mm.

Gambar 1.45. Jenis Paku keling


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 56

Jenis Sambungan Paku Keling


Berdasarkan cara plat disambungkan, ada dua jenis sambungan rivet:
1. Lap Joint : dua plat ditumpuk kemudian dirivet

Gambar 1.46.Lap Joint

2.Butt Joint : dua plat utama diletakkan saling bersentuhan, kemudian plat cover/ strap diletakkan pada salah
satu sisi atau kedua sisi plat utama tersebut , baru kemudian dirivet.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 57

Gambar 1.47. Butt Joint

Simbol-Simbol Paku Keling :

Gambar 1.48. Simbol Paku keling


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 58

Jenis paku keling cukup beragam, sehingga dilakukan dengan cara atau alat yang beragam pula, namun yang
banyak dipakai pada pekerjaan fabrikasi adalah sbb :

1. Rivet set

Sambungan keling dengan menggunakan rivet set adalah

dengan menggunakan paku keling pejal yang terbuat dari bahan aluminium, duraluminium, baja lunak, dll.

Gambar 1.49 : Penggunaan Rivet Set

2. Pengeling Pop ( Blint Riveter)

Gambar 1.50: Pengeling Pop dan Paku Keling Pop


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 59

Cara kerja pengeling pop :

Tempatkan/ masukkan paku keling pop ke lubang sambungan keling dan pasangkan pengeling pop
sampai rapat dengan permukaan paku keeling.

Tekan tuas pengeling pop beberapa kali sambil pengeling ditekan sampai paku penariknya putus.

Tarik tuas pengeling dan keluarkan paku penarik yang telah putus.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 60

Kegagalan Sambungan Keling


Robek pada salah satu sisi plat (tear off at the edge)

Robek pada plat melintas baris rivet (tear off across a row)

Bergesernya rivet (shear off)

Hancur atau rusaknya rivet (crushing off)

Mengatasi Kegagalan Rivet


Mengatasi kegagalan robek pada salah satu sisi plat dapat dilakukan dengan memasang rivet dengan ukuran
m= (1.5 2)d; m adalah margin, dan d adalah diameter rivet
1.2.2. Sambungan Sekrup

Sambungan sekrup pada pengerjaan fabrikasi digunakan secara luas, karena mudah digunakan, dan dapat
dibongkar-pasang serta dapat diganti jika rusak.Sesuai dengan kebutuhan konstruksi maka sekrup telah dibuat
dengan berbagai ukuran dan bentuk. Berikut ini adalah macam-macam bentuk kepala sekrup yang dapat
diperoleh dipasaran/ dalam perdagangan :

Gambar1.51: Bentuk-bentuk Kepala Sekrup

c. Self Tapping dan Self Drilling

Sekrup self tapping adalah salah satu jenis sekrup yang dapat mengulir sendiri sehingga dapat mengikat secara
cepat tanpa perlu ada persiapan ulir pada benda kerja yang akan disambung, tapi cukup berupa lubang yang
ukurannya maksimum sama dengan diameter dalam ulir sekrup. Sedang sekrup self drilling mempunyai ujung yang
memungkinkan untuk membuat lubang sebagai awal penguliran dan kemudian dengan cara yang sama dengan self
tapping dapat mengulir sendiri.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 61

Gambar 1.52. Self Tapping dan Self Drilling

1.2.3. Sambungan Baut

Baut adalah salah satu alat penyambung profil baja, selain paku keling dan las. Baut yang lazim digunakan
sebagai alat penyambung profil baja adalah baut hitam dan baut berkekuatan tinggi. Baut hitam terdiri dari 2
jenis, yaitu : Baut yang diulir penuh dan baut yang tidak diulir penuh, sedangkan baut berkekuatan tinggi
umumnya terdiri dari 3 type yaitu :

Tipe 1 : Baut baja karbon sedang,

Tipe 2 : Baut baja karbon rendah,

Tipe 3 : Baut baja tahan karat.

Walaupun baut ini kurang kaku bila dibandingkan dengan paku keling dan las, tetapi masih banyak
digunakan karena pemasangan baut relatif lebih praktis.Baut yang diulir penuh berarti mulai dari pangkal baut
sampai ujung baut diulir. Untuk lebih jelasnya, perhatikan Gambar 1.53 berikut

Gambar 1.53. Baut yang Diulir Penuh

Diameter baut yang diulir penuh disebut Diameter Kern (inti) yang ditulis dengan notasi d atau 1 d pada
Tabel Baja tentang Baut, misalnya :
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 62

Tabel 1. Baja tentang baut

Baut Yang Tidak Diulir Penuh

Baut yang tidak diulir penuh ialah baut yang hanya bagian ujungnya diulir. Untuk lebih jelasnya, perhatikan
Gambar berikut ini.

Gambar 1.54. Baut yang Tidak Diulir Penuh

Diameter nominal baut yang tidak diulir penuh ialah diameter terluar dari batang baut. Diameter nominal
ialah diameter yang tercantum pada nama perdagangan, misalnya baut M16 berarti diameter nominal baut
tersebut = 16 mm. Mengenai kekuatan tarik baut, anda dapat melihat pada tabel konstruksi baja.
Sebagai contoh, berikut ini diuraikan kekuatan baut masing-masing dari baut hitam dan baut berkekuatan
tinggi. Kalau baut hitam, ada tertulis di kepala baut 4,6 ini berarti tegangan leleh minimum baut = 4 x 6 x 100 =
2400 kg/cm2.sedangkan, untuk baut berkekuatan tinggi, ada tertulis di kepala baut A325 atau A490. untuk baut
A325 dengan diameter 16 mm, maka kekuatan tarik baut = 10700 kg.
Baut adalah alat sambung dengan batang bulat dan berulir, salah satu ujungnya dibentuk kepala baut (
umumnya bentuk kepala segi enam ) dan ujung lainnya dipasang mur/pengunci. Dalam pemakaian di lapangan,
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 63

baut dapat digunakan untuk membuat konstruksi sambungan tetap, sambungan bergerak, maupun sambungan
sementara yang dapat dibongkar/dilepas kembali.

Bentuk uliran batang baut untuk baja bangunan pada umumnya ulir segi tiga (ulir tajam) sesuai fungsinya
yaitu sebagai baut pengikat. Sedangkan bentuk ulir segi empat (ulir tumpul) umumnya untuk baut-baut
penggerak atau pemindah tenaga misalnya dongkrak atau alat-alat permesinan yang lain.

Gambar 1.55. Baut Yang Terpasang.


Sambungan baut digunakan secara luas untuk menyambung/ mengikat pelat pada pekerjaan fabrikasi logam dan
lebih banyak dipakai pada konstruksi baja terutama pada pelat tebal.

Gambar 1.56. Baut Lengkap


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 64

Jenis Baut
Baut Hitam
Yaitu baut dari baja lunak ( St-34 ) banyak dipakai untuk konstruksi ringan / sedang misalnya bangunan
gedung, diameter lubang dan diameter batang baut memiliki kelonggaran 1 mm.

Baut Pass
Yaitu baut dari baja mutu tinggi (>St-42 ) dipakai untuk konstruksi berat atau beban bertukar seperti
jembatan jalan raya, diameter lubang dan diameter batang baut relatif pass yaitu kelonggaran < 0,1 mm.

Gambar. 1.57. Ukuran baut


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 65

Gambar. 1.58. Baut Terpasang


Adapun bentuk-bentuk baut yang tersedia dalam perdagangan untuk pekerjaan fabrikasi adalah sbb :

Jenis- Jenis Sambungan Baut


1.Baut dengan 1 irisan (Tegangan geser tegak lurus dengan sumbu baut)
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 66

2.Baut dengan 2 irisan (Tegangan geser tegak lurus dengan sumbu baut)

3. Baut yang dibebani sejajar dengan sumbunya

4.Baut yang dibebani sejajar sumbu dan tegak lurus sumbu


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 67

Jarak- Jarak Baut Pada Sambungan


Banyaknya baut yang dipasang pada satu baris yang sejajar arah gaya, tidak boleh lebih dari 5 buah. Jarak
antara sumbu buat paling luar ke tepi atau ke ujung bagian yang disambung, tidak boleh kurang dari 1,2 d dan
tidak boleh lebih besar dari 3d atau 6 t (t adalah tebal terkecil bagian yang disambungkan).
Pada sambungan yang terdiri dari satu baris baut, jarak dari sumbu ke sumbu dari 2 baut yang berurutan
tidak boleh kurang dari 2,5 d dan tidak boleh lebih besar dari 7 d. Jika sambungan terdiri dari lebih satu baris
baut yang tidak berseling, maka jarak antara kedua baris baut itu dan jarak sumbu ke sumbu dari 2 baut yang
berurutan pada satu baris tidak boleh kurang dari 2,5 d dan tidak boleh lebih besar dari 7 d atau 14 t.

Prinsip Umum Jarak- Jarak Sambungan Baut


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 68

Prinsip- prinsip Baut dari SNI


1. Jarak
Jarak antar pusat lubang pengencang tidak boleh kurang dari 3 kali diameter nominal pengencang. Jarak
minimum pada pelat harus melalui perhitungan struktur seperti pada SNI.
2. Jarak tepi minimum
Jarak minimum dari pusat pengencang ke tepi pelat atau pelat saya profil harus memenuhi spesifikasi dalam
tabel:
Tabel 2. Jarak tepi minimun

3. Jarak tepi maksimum


Jarak dari pusat tiap pengencang ke tepi terdekat suatu bagian yang berhubungan dengan tepi yang lain tidak
boleh lebih dari 12 kali tebal pelat lapis luar tertipis dalam sambungan dan juga tidak boleh melebihi 150 mm
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 69

Gambar 1.59 : Bentuk-bentuk Baut

Pekerjaan Sambungan Baut


Jenis-jenis sambungan struktur baja yang digunakan adalah pengelasan serta sambungan yang menggunakan
alat penyambung berupa paku keeling (rivet) dan baut. Baut kekuatan tinggi (high strength bolt) telah banyak
menggantikan paku keling sebagai alat utama dalam sambungan structural yang tidak dilas.

a) Baut kekuatan tinggi

Ada dua jenis baut kekuatan (mutu) tinggi ditunjukkan oleh ASTM sebagai A325 dan A490. Baut ini
memiliki kepala segienam yang tebal dan digunakan dengan mur segienam yang setengah halus (semifinished)
dan tebal . Bagian berulirnya lebih pendek dari pada baut non-struktural, dan dapat dipotong atau digiling
(rolled).
Baut A325 terbuat dari baja karbon sedang yang diberi perlakuan panas dengan kekuatan leleh sekitar 81
sampai 92 ksi (558 sampai 634 MPa) yang tergantung pada diameter. Baut A490 juga diberi perlakuan panas
tetapi terbuat dari baja paduan (alloy) dengan kekuatan leleh sekitar 115 sampai 130 ksi (793 sampai 896 MPa)
yang tergantung pada diameter. Baut A449 kadang-kadang digunakan bila diameter yang diperlukan berkisar
dari II sampai 3 inci, dan juga untuk baut angkur serta batang bulat berulir. Diameter baut kekuatan tinggi
berkisar antara . dan 1 . inci (3 inci untuk A449). Diameter yang paling sering digunakan pada konstruksi
gedung adalah 3/4 inci dan 7/8 inci, sedang ukuran yang paling umum dalam perencanaan jembatan adalah 7/8
inci dan 1 inci.
Baut kekuatan tinggi dikencangkan (tightened) untuk menimbulkan tegangan tarik yang ditetapkan pada baut
sehingga terjadi gaya jepit (klem/clamping force) pada sambungan. Oleh karena itu, pemindahan beban kerja
yang sesungguhnya pada sambungan terjadi akibat adanya gesekan (friksi) pada potongan yang disambung.
Sambungan dengan baut kekuatan tinggi dapat direncanakan sebagai tipe geser (friction type), bila daya tahan
gelincir (slip) yang tinggi dikehendaki; atau sebagai tipe tumpu (bearing type), bila daya tahan gelincir yang
tinggi tidak dibutuhkan.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 70

Sumber: Salmon dkk, 1991

Gambar 1.60. Baut dan Spesifikasinya


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 71

c) Baut Hitam

Baut ini dibuat dari baja karbon rendah yang diidentifikasi sebagai ASTM A307, dan merupakan jenis baut
yang paling murah. Namun, baut ini belum tentu menghasilkan sambungan yang paling murah karena
banyaknya jumlah baut yang dibutuhkan pada suatu sambungan.
Pemakaiannya terutama pada struktur yang ringan, batang sekunder atau kecil dan lain-lain yang bebannya
kecil dan bersifat statis. Baut ini juga dipakai sebagai alat penyambung sementara pada sambungan yang
menggunakan baut kekuatan tinggi, paku keling, atau las. Baut hitam (yang tidak dihaluskan) kadangkadang
disebut baut biasa, mesin, atau kasar, serta kepala dan murnya dapat berbentuk bujur sangkar.

d) Baut Sekrup (Turned Bolt)


Baut yang secara praktis sudah ditinggalkan ini dibuat dengan mesin dari bahan berbentuk segienam dengan
toleransi yang lebih kecil (sekitar 5'0 inci.) bila dibandingkan baut hitam. Jenis baut ini terutama digunakan bila
sambungan memerlukan baut yang pas dengan lubang yang dibor, seperti pada bagian konstruksi paku keling
yang terletak sedemikian rupa hingga penembakan paku keling yang baik sulit dilakukan. Kadang-kadang baut
ini bermanfaat dalam mensejajarkan peralatan mesin dan batang structural yang posisinya harus akurat. Saat itu
baut sekrup jarang sekali digunakan pada sambungan struktural, karena baut kekuatan tinggi lebih baik dan
lebih murah.

e) Baut Bersirip (Ribbed Bolt)


Baut ini terbuat dari baja paku keling biasa, dan berkepala bundar dengan tonjolan sirip-sirip yang sejajar
tangkainya. Baut bersirip telah lama dipakai sebagai alternatif dari paku keling. Diameter yang sesungguhnya
pada baut bersirip dengan ukuran tertentu sedikit lebih besar dari lubang tempat baut tersebut. Dalam
pemasangan baut bersirip, baut memotong tepi keliling lubang sehingga diperoleh cengkraman yang relatif erat.
Jenis baut ini terutama bermanfaat pada sambungan tumpu (bearing) dan pada sambungan yang mengalami
tegangan berganti (bolak-balik).

Variasi dari baut bersirip adalah baut dengan tangkai bergerigi (interference-body bolt.) yang terbuat dari
baja baut A325. Sebagai pengganti sirip longitudinal, baut ini memiliki gerigi keliling dan sirip sejajar
tangkainya. Karena gerigi sekeliling tangkai memotong sirip sejajar, baut ini kadang-kadang disebut baut
bersirip terputus (interrupted-rib). Baut bersirip sukar dipasang pada sambungan yang terdiri dari beberapa lapis
pelat. Baut kekuatan tinggi A325 dengan tangkai bergerigi yang sekarang juga sukar dimasukkan ke lubang
yang melalui sejumlah plat; namun, baut ini digunakan bila hendak memperoleh baut yang harus mencengkram
erat pada lubangnya. Selain itu, pada saat pengencangan mur, kepala baut tidak perlu dipegang seperti yang
umumnya dilakukan pada baut A325 biasa yang polos.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 72

Sistem Sambungan Baut

Jenis baut yang dapat digunakan untuk struktur bangunan sesuai SNI 03 - 1729 2002 TATA CARA
PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG adalah baut yang jenisnya
ditentukan dalam SII (0589-81, 0647-91 dan 0780-83, SII 0781-83) atau SNI (0541-89-A, 0571-89-A, dan
0661-89-A) yang sesuai, atau penggantinya.
Baut yang digunakan pada sambungan struktural, baik baut A325 maupun baut A490 merupakan baut
berkepala segi enam yang tebal. Keduanya memiliki mur segi enam tebal yang diberi tanda standar dan simbol
pabrik pada salah satu mukanya. Bagian berulir baut dengan kepala segienam lebih pendek dari pada baut
standar yang lain; keadaan ini memperkecil kemungkinan adanya ulir pada tangkai baut yang memerlukan
kekuatan maksimum.

a) Beban leleh dan penarikan baut


Syarat utama dalam pemasangan baut kekuatan tinggi ialah memberikan gaya pratarik (pretension) yang
memadai. Gaya pratarik harus sebesar mungkin dan tidak menimbulkan deformasi permanen atau kehancuran
baut. Bahan baut menunjukkan kelakuan tegangan-regangan (beban-deformasi) yang tidak memiliki titik leleh
yang jelas. Sebagai pengganti tegangan leleh, istilah beban leleh (beban tarik awal/proof load) akan digunakan
untuk baut. Beban leleh adalah beban yang diperoleh dari perkalian luas tegangan tarik dan tegangan leleh yang
ditentukan berdasarkan regangan tetap (offset strain) 0,2% atau perpanjangan 0,5% akibat beban. Tegangan
beban leleh untuk baut A325 dan A490 masingmasing minimal sekitar 70% dan 80% dari kekuatan tarik
maksimumnya.

Sumber: Salmon dkk, 1991

Tabel.3. Beban tarikan minimum baut

b) Teknik pemasangan
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 73

Tiga teknik yang umum untuk memperoleh pratarik yang dibutuhkan adalah metode kunci yang dikalibrasi
(calibrated wrench), metode putaran mur (turn-of the nut), dan metode indikator tarikan langsung (direct
tension indicator). Metode kunci yang dikalibrasi dapat dilakukan dengan kunci punter manual (kunci Inggris)
atau kunci otomatis yang diatur agar berhenti pada harga puntir yang ditetapkan. Secara umum, masing-masing
proses pemasangan memerlukan minimum 2 1/4 putaran dari titik erat untuk mematahkan baut. Bila metoda
putaran mur digunakan dan baut ditarik secara bertahap dengan kelipatan 1/8 putaran, baut biasanya akan patah
setelah empat putaran dari titik erat. Metode putaran mur merupakan metode yang termurah, lebih handal, dan
umumnya lebih disukai.

Metode ketiga yang paling baru untuk menarik baut adalah metode indikator tarikan langsung. Alat yang
dipakai adalah cincin pengencang dengan sejumlah tonjolan pada salah satu mukanya. Cincin dimasukkan di
antara kepala baut dan bahan yang digenggam, dengan bagian tonjolan menumpu pada sisi bawah kepala baut
sehingga terdapat celah akibat tonjolan tersebut. Pada saat baut dikencangkan, tonjolan-tonjolan tertekan dan
memendek sehingga celahnya mengecil. Tarikan baut ditentukan dengan mengukur lebar celah yang ada.

c) Perancangan sambungan baut


Sambungan-sambungan yang dibuat dengan baut tegangan tinggi digolongkan menjadi:
Jenis sambungan gesekan
Jenis sambungan penahan beban dengan uliran baut termasuk dalam bidang geseran [Gambar 1.61(a)]
Jenis sambungan penahan beban dengan uliran baut tidak termasuk dalam bidang geseran [Gambar
1.61(b)]

Sumber: Salmon dkk, 1991

Gambar 1.61. Jenis sambungan-sambungan baut


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 74

Sambungan-sambungan baut (tipe N atau X) atau paku keling bias mengalami keruntuhan dalam empat cara
yang berbeda.
Pertama, batang-batang yang disambung akan merigalaini keruntuhan melalui satu atau lebih lubang-
lubang alat penyambungan akibat bekerjanya gaya tarik (Iihat Gambar 1.62 a).
Kedua, apabila lubang-lubang dibor terlalu dekat pada tepi batang tarik, maka baja di belakang alat-alat
penyaTnbung akan meleteh akibat geseran (Iihat Gambar 1.62.b).
Ketiga, alat penyambungnya sendiri mengalami keruntuhan akibat bekerjanya geseran (Gambar 1.62.c)
Keempat, satu-satu atau lebih batang tarik mengalami keruntuhan karena tidak dapat menahan gaya-
gaya yang disalurkan oleh alat alat penyambung (Gambar 1.62.d).

Untuk mencegah terjadinya keruntuhan maka baik sambungan maupun batang-batang yang disambung harus
direncanakan supaya dapat mengatasi keempat jenis keruntuhan yang dikemukakan di atas.
Pertama, untuk menjamin tidak terjadinya keruntuhan pada bagianbagian yang disambung, bagian-
bagian tersebut harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga tegangan tarik yang bekerja pada
penampang bruto lebih kecil dari 0,6 Fy, dan yang bekerja pada penampang etektif netto lebih kecil dari
0,5 Fy.

minimum dari pusat lubang alat penyambung ke tepi batang dalam arah yang sarna dengan arah gaya
tidak boleh kurang dari 2 P/ Fu t . Di sini P adalah gaya yang ditahan oleh alat penyambung, dan t
adalah tebal kritis dari bagian yang disambung.

Sumber: Salmon dkk , 1991

Gambar 1.62. Jenis Sambungan


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 75

Ketiga, untuk menjamin supaya alat penyambung tidak runtuh akibat geseran, maka jumlah alat
penyambung harus ditentukan sesuai dengan peraturan, supaya dapat membatasi tegangan geser
maksimum yang terjadi pada bagian alat penyambung yang kritis.
Keempat, untuk mencegah terjadinya kehancuran pada bagian yang disambung akibat penyaluran gaya
dari alat penyambung ke batang maka harus ditentukan jumlah minimum alat penyarnbung yang dapat
mencegah terjadinya kehancuran tersebut.

1.2.4. Sambungan Las


Proses pengelasan merupakan proses penyambungan dua potong logam dengan pemanasan sampai keadaan
plastis atau cair, dengan atau tanpa tekanan. "Pengelasan" dalam bentuk paling sederhana telah dikenal dan
digunakan sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Para ahli sejarah memperkirakan bahwa orang Mesir kuno mulai
menggunakan pengelasan dengan tekanan pada tahun 5500 sebelum masehi (SM), untuk membuat pipa tembaga
dengan memalu lembaran yang tepinya saling menutup.

Disebutkan bahwa benda seni orang Mesir yang dibuat pada tahun 3000 SM terdiri dari bahan dasar tembaga
dan emas hasil peleburan dan pemukulan. Jenis pengelasan ini, yang disebut pengelasan tempa (forge
welding),merupakan usaha manusia yang pertama dalam menyambung dua potong logam. Dewasa ini
pengelasan tempa secara praktis telah ditinggalkan dan terakhir dilakukan oleh pandai besi. Pengelasan yang
kita lihat sekarang ini jauh lebih kompleks dan sudah sangat berkembang.

Asal mula pengelasan tahanan listrik (resistance welding) dimulai sekitar tahun 1877 ketika Profesor Elihu
Thompson memulai percobaan pembalikan polaritas pada gulungan transformator. Dia mendapat hak paten
pertamanya pada tahun 1885 dan mesin las tumpul tahanan listrik (resistance butt welding) pertama diperagakan
di American Institute Fairpada tahun 1887. Pada tahun 1889, Coffin diberi hak paten untuk pengelasan tumpul
nyala partikel (flash-butt welding) yang menjadi salah satu proses las tumpul yang penting.

Zerner pada tahun 1885 memperkenalkan proses las busur nyala karbon (carbon arc welding) dengan
menggunakan dua elektroda karbon. Pada tahun 1888, N.G. Slavinoff di Rusia merupakan orang pertama yang
menggunakan proses busur nyala logam dengan memakai elektroda telanjang (tanpa lapisan). Coffin yang
bekerja secara terpisah juga menyelidiki proses busur nyala logam dan mendapat hak Paten Amerika dalam
1892. Pada tahun 1889, A.P. Strohmeyer memperkenalkan konsep elektroda logam yang dilapis untuk
menghilangkan banyak masalah yang timbul pada pemakaian elektroda telanjang.

Thomas Fletcher pada tahun 1887 memakai pipa tiup hidrogen dan oksigen yang terbakar, serta
menunjukkan bahwa ia dapat memotong atau mencairkan logam. Pada tahun 1901-1903 Fouche dan Picard
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 76

mengembangkan tangkai las yang dapat digunakan dengan asetilen (gas karbit), sehingga sejak itu dimulailah
zaman pengelasan dan pemotongan oksiasetilen (gas karbit oksigen).

Setelah 1919, pemakaian las sebagai teknik konstruksi dan fabrikasi mulai berkembang dengan pertama
menggunakan elektroda paduan (alloy) tembaga-wolfram untuk pengelasan titik pada tahun 1920. Pada periode
1930-1950 terjadi banyak peningkatan dalam perkembangan mesin las. Proses pengelasan busur nyala terbenam
(submerged) yang busur nyalanya tertutup di bawah bubuk fluks pertama dipakai secara komersial pada tahun
1934 dan dipatenkan pada tahun 1935. Sekarang terdapat lebih dari 50 macarn proses pengelasan yang dapat
digunakan untuk menyambung pelbagai logarn dan paduan.

a) Proses dasar
Menurut Welding Handbook, proses pengelasan adalah "proses penyambungan bahan yang menghasilkan
peleburan bahan dengan memanasinya hingga suhu yang tepat dengan atau tanpa pemberian tekanan dan
dengan atau tanpa pemakaian bahan pengisi." ; Energi pembangkit panas dapat dibedakan menurut sumbernya:
listrik, kimiawi, optis, mekanis, dan bahan semikonduktor. Panas digunakan untuk mencairkan logam dasar dan
bahan pengisi agar terjadi aliran bahan (atau terjadi peleburan). Selain itu, panas dipakai untuk menaikkan
daktilitas (ductility) sehingga aliran plastis dapat terjadi walaupun jika bahan tidak mencair; lebih jauh lagi,
pemanasan membantu penghilangan kotoran pada bahan.

Proses pengelasan yang paling umum, terutama untuk mengelas baja struktural yang memakai energi listrik
sebagai sumber panas; dan paling banyak digunakan adalah busur listrik (nyala). Busur nyala adalah pancaran
arus listrik yang relatif besar antara elektroda dan bahan dasar yang dialirkan melalui kolom gas ion hasil
pemanasan. Kolom gas ini disebut plasma. Pada pengelasan busur nyala, peleburan terjadi akibat aliran bahan
yang melintasi busur dengan tanpa diberi tekanan.

Proses lain (yang jarang dipakai untuk struktur baja) menggunakan sumber energi yang lain, dan beberapa
proses ini menggunakan tekanan tanpa memandang ada atau tidak adanya pencairan bahan. Pelekatan (bonding)
dapat juga terjadi akibat difusi. Dalam proses difusi, partikel seperti atom di sekitar pertemuan saling bercampur
dan bahan dasar tidak mencair.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 77

Las Dalam Pekerjaan Bangunan


Untuk menyambung baja bangunan kita mengenal 2 jenis las berdasarkan bahannya yaitu :

1.Las Karbid ( Las OTOGEN )

Yaitu pengelasan yang menggunakan bahan pembakar dari gas oksigen (zat asam) dan gas acetylene (gas
karbid). Dalam konstruksi baja las ini hanya untuk pekerjaan-pekerjaan ringan atau konstruksi sekunder, seperti
; pagar besi, teralis dan sebagainya

2.Las Listrik ( Las LUMER )


Yaitu pengelasan yang menggunakan energi listrik. Untuk pengelasannya diperlukan pesawat las yang
dilengkapi dengan dua buah kabel, satu kabel dihubungkan dengan penjepit benda kerja dan satu kabel yang
lain dihubungkan dengan tang penjepit batang las / elektrode las.

Jika elektrode las tersebut didekatkan pada benda kerja maka terjadi kontak yang menimbulkan panas yang
dapat melelehkan baja ,dan elektrode (batang las) tersebut juga ikut melebur ujungnya yang sekaligus menjadi
pengisi pada celah sambungan las. Karena elektrode / batang las ikut melebur maka lama-lama habis dan harus
diganti dengan elektrode yang lain.
Dalam perdagangan elektrode / batang las terdapat berbagai ukuran diameter yaitu 21/2 mm, 31/4 mm, 4
mm, 5 mm, 6 mm, dan 7 mm.

Gambar 1.63.Penggunaan Las


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 78

Untuk konstruksi baja yang bersifat struktural (memikul beban konstruksi)) maka sambungan las tidak
diijinkan menggunakan las Otogen, tetapi harus dikerjakan dengan las listrik dan harus dikerjakan oleh tenaga
kerja ahli yang profesional.

b) Pengelasan Busur Nyala Logam Terlindung (SMAW)


Pengelasan busur nyala logam terlindung (Shielded metal arc welding) merupakan salah satu jenis yang
paling sederhana dan paling canggih untuk pengelasan baja struktural. Proses SMAW sering disebut proses
elektroda tongkat manual. Pemanasan dilakukan dengan busur listrik (nyala) antara elektroda yang dilapis dan
bahan yang akan disambung.Rangkaian pengelasan diperlihatkan pada Gambar 1.64

Elektroda yang dilapis akan habis karena logam pada elektroda dipindahkan ke bahan dasar selama proses
pengelasan. Kawat elektroda (kawat las) menjadi bahan pengisi dan lapisannya sebagian dikonversi menjadi gas
pelindung, sebagian menjadi terak (slag), dan sebagian lagi diserap oleh logam las. Bahan pelapis elektroda
adalah campuran seperti lempung yang terdiri dari pengikat silikat dan bahan bubuk, seperti senyawa flour,
karbonat, oksida, paduan logam, dan selulosa. Campuran ini ditekan dari acuan dan dipanasi hingga diperoleh
lapisan konsentris kering yang keras.

Pemindahan logam dari elektroda ke bahan yang dilas terjadi karena penarikan molekul dan tarikan
permukaan tanpa pemberian tekanan. Perlindungan busur nyala mencegah kontaminasi atmosfir pada cairan
logam dalam arus busur dan kolam busur, sehingga tidak terjadi penarikan nitrogen dan oksigen serta
pembentukan nitrit dan oksida yang dapat mengakibatkan kegetasan
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 79

Sumber: Salmon dkk, 1991

Gambar 1.64. Pengelasan Busur Nyala Logam Terlindung (SMAW)

Lapisan elektroda berfungsi sebagai berikut:


Menghasilkan gas pelindung untuk mencegah masuknya udara dan membuat busur stabil.
Memberikan bahan lain, seperti unsur pengurai oksida, untuk memperhalus struktur butiran pada logam
las.
Menghasilkan lapisan terak di atas kolam yang mencair dan memadatkan las untuk melindunginya dari
oksigen dan nitrogen dalam udara, serta juga memperlambat pendinginan.

c) Pengelasan Busur Nyala Terbenam (SAW)


Pada proses SAW (Submerged Arc Welding), busurnya tidak terlihat karena tertutup oleh lapisan bahan
granular (berbentuk butiran) yang dapat melebur (lihat Gambar 1.65). Elektroda logam telanjang akan habis
karena ditimbun sebagai bahan pengisi. Ujung elektroda terus terlindung oleh cairan fluks yang berada di bawah
lapisan fluks granular yang tak terlebur.

Fluks, yang merupakan ciri khas dari metode ini, memberikan penutup sehingga pengelasan tidak
menimbulkan kotoran, percikan api, atau asap. Fluks granular biasanya terletak secara otomatis sepanjang
kampuh (seam) di muka lintasan gerak elektroda. Fluks melindungi kolam las dari atmosfir, berlaku sebagai
pembersih logam las, dan mengubah komposisi kimia dari logam las.
Las yang dibuat dengan proses busur nyala terbenam memiliki mutu yang tinggi dan merata, daktilitas yang
baik, kekuatan kejut (impact) yang tinggi, kerapatan yang tinggi dan tahan karat yang baik. Sifat mekanis las ini
sama baiknya seperti bahan dasar.

Sumber: Salmon dkk, 1991

Gambar 1.65. Pengelasan Busur Nyala Terbenam (SAW)

d) Pengelasan Busur Nyala Logam Gas (GMAW)


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 80

Pada proses GMAW (Gas Metal Arc Welding), elektrodanya adalah kawat menerus dari 1 gulungan yang
disalurkan metalui pemegang elektroda (alat yang berbentuk pistol seperti pada Gambar 1.66 . Perlindungan
dihasilkan seluruhnya dari gas atau campuran gas yang diberikan dari luar.

Mula-mula metode ini dipakai hanya dengan perlindungan gas mulia (tidak reaktif) sehingga disebut MIG
(Metal Inert Gas/gas logam mulia). Gas yang reaktif biasanya tidak praktis, kecuali C02 (karbon dioksida). Gas
C02, baik C02 saja atau dalam campuran dengan gas mulia, banyak digunakan dalam pengelasan baja.

Argon sebenarnya dapat digunakan sebagai gas pelindung untuk pengelasan semua logam, namun, gas ini
tidak dianjurkan untuk baja karena mahal serta kenyataan bahwa gas pelindung dan campuran gas lain dapat
digunakan. Untuk pengelasan baja karbon dan beberapa baja paduan rendah baik (1) 75% argon dan 25% CO,
ataupun (2) 100% 'C02 lebib dianjurkan [101 . Untuk baja paduan rendah yang keliatannya (toughness) penting,
Pustaka [ 10] menyarankan pemakaian campuran dari 60-70% helium, 25-30% argon, dan 4-5% C02

Sumber: Salmon dkk, 1991

Gambar 1.66. Pengelasan Busur Nyala Logam Gas (GMAW)


Selain melindungi logam yang meleleh dari atmosfir, gas pelindung mempunyai fungsi sebagai berikut.
Mengontrol karakteristik busur nyala dan pernindahan logam.
Mempengaruhi penetrasi, lebar peleburan, dan bentuk daerah las.
Mempengaruhi kecepatan pengelasan.
undercutting).

Pencampuran gas mulia dan gas reaktif membuat busur nyala lebih stabil dan kotoran selama pernindahan
logam lebih sedikit. Pemakaian C02 saja untuk pengelasan baja merupakan prosedur termurah karena rendahnya
biaya untuk gas pelindung, tingginya kecepatan pengelasan, lebih baiknya penetrasi sambungan, dan baiknya
sifat mekanis timbunan las. Satu-satunya kerugian ialah pernakaian C02 menimbulkan kekasaran dan kotoran
yang banyak.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 81

e) Pengelasan Busur Nyala Berinti Fluks (FCAW)

Proses FCAW (Flux Cored Arc Welding) sama seperti GMAW tetapi elektroda logam pengisi yang menerus
berbentuk tubular (seperti pipa) dan mengandung bahan fluks dalam intinya. Bahan inti ini sama fungsinya
seperti lapisan pada SMAW atau fluks granular pada SAW. Untuk kawat yang diberikan secara menerus,
lapisan luar tidak akan tetap lekat pada kawat. Gas pelindung dihasilkan oleh inti fluks tetapi biasanya diberi gas
pelindung tambahan dengan gas C02.

f) Pengelasan-Terak Listrik (ESW)


Proses ESW (Electroslag Welding) merupakan proses mesin yang digunakan terutama untuk pengelasan
dalam posisi vertikal. Ini biasanya dipakai untuk memperoleh las lintasan tunggal (satu kali jalan) seperti untuk
sambungan pada penampang kolom yang besar. Logam las ditimbun ke dalam alur yang dibentuk oleh tepi plat
yang terpisah dan sepatu" (alas) yang didinginkan dengan air. Terak cair yang konduktif melindungi las serta
mencairkan bahan pengisi dan tepi plat. Karena terak padat tidak konduktif, busur nyala diperlukan untuk
mengawali proses dengan mencairkan terak dan memanaskan plat.

Busur nyala dapat dihentikan setelah proses berjalan dengan baik. Selanjutnya, pengelasan dilakukan oleh
panas yang ditimbulkan melalui tahanan terak terhadap aliran arus listrik. Karena pemanasan akibat tahanan
digunakan untuk seluruh proses kecuali sumber panas mula-mula, proses SAW sebenarnya bukan merupakan
proses pengelasan busur nyala.

g) Pengelasan Stud
Proses yang paling umum digunakan dalam pengelasan stud (baut tanpa ulir) ke bahan dasar disebut
pengelasan stud busur nyala (arc stud welding). Proses ini bersifat otomatis tetapi karakteristiknya sama seperti
proses SMAW. Stud berlaku sebagai elektroda, dan busur listrik timbul dari ujung stud ke plat. Stud dipegang
oleh penembak yang mengontrol waktu selama proses. Perlindungan dilakukan dengan meletakkan cincin
keramik di sekeliling ujung stud pada penembak. Penembak diletakkan dalam posisinva dan busur ditimbulkan
pada saat cincin keramik berisi logam cair. Setelah beberapa saat, penembak mendorong stud ke kolam yang
mencair dan akhirnya terbentuk las sudut (fillet weld) keeil di sekeliling stud. Penetrasi sempurna di seluruh
penampang lintang stud diperoleh dan pengelasan biasanya selesai dalam waktu kurang dari satu detik.

Kemampuan dilas dari baja struktural


Kebanyakan baja konstruksi dalam spesifikasi ASTM dapat dilas tanpa prosedur khusus atau perlakuan
khusus. Kemampuan dapat dilas (weldability) dari baja adalah ukuran kemudahan menghasilkan sambungan
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 82

struktural yang teguh tanpa retak. Beberapa baja struktural lebih sesuai dilas dari pada yang lain. Prosedur
pengelasan sebaiknya didasarkan pada kimiawi baja bukan pada kandungan paduan maksimum yang ditetapkan,
karena kebanyakan hasil pabrik berada di bawah batas paduan maksimum yang ditentukan oleh spesifikasinya.

Jenis sambungan las


Jenis sambungan tergantung pada faktor-faktor seperti ukuran dan profil batang yang bertemu di sambungan,
jenis pembebanan, besarnya luas sambungan yang tersedia untuk pengelasan, dan biaya relatif dari berbagai
jenis las. Sambungan las terdiri dari lima jenis dasar dengan berbagai macam variasi dan kombinasi yang
banyak jumlahnya. Kelima jenis dasar ini adalah sambungan sebidang (butt), lewatan (lap), tegak (T), sudut,
dan sisi, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.67 dibawah ini.

Sambungan Sisi
Sambungan sisi umumnya tidak struktural tetapi paling sering dipakai untuk menjaga agar dua atau lebih plat
tetap pada bidang tertentu atau untuk mempertahankan kesejajaran (alignment) awal. Seperti yang dapat
disimpulkan dari pembahasan di muka, variasi dan kombinasi kelima jenis sambungan las dasar sebenarriya
sangat banyak. Karena biasanya terdapat lebih dari satu cara untuk menyambung sebuah batang struktural
dengan lainnya, perencana harus dapat memilih sambungan (atau kombinasi sambungan) terbaik dalam setiap
persoalan.

Sumber: Salmon dkk, 1991

Gambar 1.67. Pengelasan Busur Nyala


Sambungan Sebidang
Sambungan sebidang dipakai terutama untuk menyambung ujungujung plat datar dengan ketebalan yang
sama atau hampir sarna. Keuntungan utama jenis sambungan ini ialah menghilangkan eksentrisitas yang timbul
pada sambungan lewatan tunggal sepertidalam Gambar 1.67(b)
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 83

Bila digunakan bersama dengan las tumpul penetrasi sempurna (full penetration groove weld), sambungan
sebidang menghasilkan ukuran sambungan minimum dan biasanya lebih estetis dari pada sambungan bersusun.
Kerugian utamanya ialah ujung yang akan disambung biasanya harus disiapkan secara khusus (diratakan atau
dimiringkan) dan dipertemukan secara hati-hati sebelum dilas. Hanya sedikit penyesuaian dapat dilakukan, dan
potongan yang akan disambung harus diperinci dan dibuat secara teliti. Akibatnya, kebanyakan sambungan
sebidang dibuat di bengkel yang dapat mengontrol proses pengelasan dengan akurat.

Sambungan Lewatan
Sambungan lewatan pada Gambar 1.68 merupakan jenis yang paling umum. Sambungan ini mempunyai dua
keuntungan utama:
Mudah disesuaikan.
Potongan yang akan disambung tidak memerlukan ketepatan dalam pembuatannya bila dibanding
dengan jenis sambungan lain. Potongan tersebut dapat digeser untuk mengakomodasi kesalahan kecil
dalam pembuatan atau untuk penyesuaian panjang.
Mudah disambung.
Tepi potongan yang akan disambung tidak memerlukan persiapan khusus dan biasanya dipotong dengan
nyala (api) atau geseran. Sambungan lewatan menggunakan las sudut sehingga sesuai baik untuk
pengelasan di bengkel maupun di lapangan. Potongan yang akan disambung dalam banyak hal hanya
dijepit (diklem) tanpa menggunakan alat pemegang khusus. Kadang-kadang potonganpotongan
diletakkan ke posisinya dengan beberapa bautpemasangan yang dapat ditinggalkan atau dibuka kembali
setelah dilas.
k menyambung plat yang tebalnya
berlain

Sambungan Tegak
Jenis sambungan ini dipakai untuk membuat penampang bentukan (built-up) seperti profil T, profil 1, gelagar
plat (plat girder), pengaku tumpuan atau penguat samping (bearing stiffener), penggantung, konsol (bracket).
Umumnya potongan yang disambung membentuk sudut tegak lurus seperti pada Gambar 1.67(c). Jenis
sambungan ini terutama bermanfaat dalam pembuatan penampang yang dibentuk dari plat datar yang
disambung dengan las sudut maupun las tumpul.

Sambungan Sudut
Sambungan sudut dipakai terutama untuk membuat penampang berbentuk boks segi empat seperti yang
digunakan untuk kolom dan balok yang memikul momen puntir yang besar.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 84

Sumber: Salmon dkk, 1991


Gambar 1.68. Contoh sambungan lewatan

Jenis las
Jenis las yang umum adalah las tumpul, sudut, baji (slot), dan pasak (plug) seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 1.69. Setiap jenis las memiliki keuntungan tersendiri yang menentukan jangkauan penia-kaiannya.
Secara kasar, persentase pemakaian keempat jenis tersebut untuk konstruksi las adalah sebagai berikut: las
tumpul, 15%; las sudut, 80%; dan sisanya 5% terdiri dari las baji, las pasak dan las khusus lainnya.

Las Tumpul
Las tumpul (groove weld) terutama dipakai untuk menyambung batang struktural yang bertemu dalam satu
bidang. Karena las tumpul biasanya ditujukan untuk menyalurkan semua beban batang yang disambungnya, las
ini harus memiliki kekuatan yang sama seperti potongan yang disambungnya. Las tumpul seperti ini disebut las
tumpul penetrasi sempurna. Bila sambungan direncanakan sedemikian rupa hingga las tumpul tidak diberikan
sepanjang ketebalan potongan yang disambung, maka las ini disebut las tumpul penetrasi parsial.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 85

Sumber: Salmon dkk, 1991

Gambar 1.69.Jenis las


Banyak variasi las tumpul dapat dibuat dan masing-masing dibedakan menurut bentuknya. Las tumpul
umumnya memerlukan penyiapan tepi tertentu dan disebut menurut jenis penyiapan yang dilakukan. Gambar
1.70 memperlihatkan jenis las tumpul yang umum dan menunjukan penyiapan alur yang diperlukan. Pemilihan
las tumpul yang sesuai tergantung pada proses pengelasan yang digunakan, biaya penyiapan tepi, dan biaya
pembuatan las. Las tumpul juga dapat dipakai pada sambungan tegak.

Las Sudut
Las sudut bersifat ekonomis secara keseluruhan, mudah dibuat, dan mampu beradaptasi, serta merupakan
jenis las yang paling banyak dipakai dibandingkan jenis las dasar yang lain. Beberapa pemakaian las sudut
diperlihatkan pada Gambar 1.71. Las ini umumnya memerlukan lebih sedikit presisi dalam pemasangan karena
potongannya saling bertumpang (overlap), sedang las tumpul memerlukan kesejajaran yang tepat dan alur
tertentu antara potongan. Las sudut terutama menguntungkan untuk pengelasan di lapangan, dan untuk
menyesuaikan kembali batang atau sambungan yang difabrikasi dengan toleransi tertentu tetapi tidak cocok
dengan yang dikehendaki. Selain itu, tepi potongan yang disambung jarang memerlukan penyiapan khusus,
seperti pemiringan (beveling). atau penegakan, karena kondisi tepi dari proses pemotongan nyala (flame cutting)
atau pemotongan geser umumnya memadai.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 86

Sumber: Salmon dkk, 1991

Gambar 1.70. Jenis las tumpul

Las Baji dan Pasak


Las baji dan pasak dapat dipakai secara tersendiri pada sambungan seperti yang diperlihatkan dalam Gambar
1.74 (c) dan (d), atau dipakai bersama-sama dengan las sudut.Manfaat utama las baji dan pasak ialah
menyalurkan gaya geser pada sambungan lewatan bila ukuran sambungan membatasi panjang yang tersedia
untuk las sudut atau las sisi lainnya. Las baji dan pasak juga berguna untuk mencegah terjadinya tekuk pada
bagian yang saling bertumpang.

Faktor yang mempengaruhi mutu sambungan las


Untuk memperoleh sambungan las yang memuaskan, gabungan dari banyak keahlian individu diperlukan,
mulai dari perencanaan las sampai operasi pengelasan. Faktor-faktof yang mempengaruhi kualitas sambungan
las

Elektroda yang sesuai, alat las, dan prosedur


Ukuran elektroda dipilih berdasarkan ukuran las yang akan dibuat dan arus listrik yang dihasilkan oleh alat
las. Karena umumnya mesin las mempunyai pengatur untuk memperkecil arus listrik, elektroda yang lebih kecil
dari kemampuan maksimum mudah diakomodasi dan sebaiknya digunakan. Oleh karena penimbunan logam las
pada pengelasan busur nyala terjadi akibat medan elektromagnetis dan bukan akibat gravitasi, pengelasan tidak
harus dilakukan pada posisi tidur atau horisontal. Empat posisi pengelasan utama diperlihatkan pada Gambar
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 87

1.73. Sebaiknya dihindari (bila mungkin) posisi menghadap ke atas karena merupakan posisi yang paling sulit.
Sambungan yang dilas di bengkel biasanya diletakkan pada posisi tidur atau horisontal, tetapi las lapangan dapat
sembarang posisi pengelasan yang tergantung pada orientasi sambungan. Posisi pengelasan untuk las lapangan
sebaiknya diperhatikan dengan teliti oleh perencana.

Sumber: Salmon dkk, 1991

Gambar 1.71. Macam-macam pemakaian las sudut


Persiapan tepi yang sesuai
Persiapan tepi yang umum, untuk las tumpul diperlihatkan pada Gambar 1.72. Lebar celah (root opening) R
adalah jarak pisah antara potongan yang akan disambung dan dibuat agar elektroda dapat menembus dasar
sarnbungan. Semakin kecil lebar celah, semakin besarlah sudut lereng yang harus dibuat. Tepi runcing pada
Gambar 1.72 (a) akan mengalami pembakaran menerus (burn-through) jika tidak diberikan plat pelindung
(backup plate) seperti pada Gambar 1.72 (b).
Plat pelindung umumnya digunakan bila pengelasan, dilakukan hanya dari satu sisi. Masalah pembakaran
menerus dapat dibatasi jika lerengnya diberi bagian tegak seperti pada Gambar 1.72(c).
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 88

Pembuat las sebaiknya tidak memberikan plat pelindung bila sudah ada bagian tegak, karena kemungkinan
besar kantung gas akan terbentuk sehingga merintangi las penetrasi sempurna. Kadang-kadang pemisah seperti
yang diperlihatkan pada Gambar 1.72 (d) diberikan untuk mencegah pembakaran menerus, tetapi pemisah ini
dicabut kembali sebelum sisi kedua dilas.

Sumber: Salmon dkk, 1991

Gambar 1.72. Kombinasi las baji dan pasak dengan las sudut

Pengontrolan
Faktor lain yang mempengaruhi kualitas las adalah penyusutan. Jika las titik diberikan secara menerus pada
suatu plat, maka plat akan mengalami distorsi (perubahan geometri). Distorsi ini akan terjadi jika tidak berhati-
hati baik dalam perencanaan sambungan maupun prosedur pengelasan. Berikut ini adalah ringkasan cara untuk
memperkecil distorsi .Perkecil gaya susut dengan: Menggunakan logam las minimum; untuk las tumpul, lebar
celah jangan lebih besar dari yang diperlukan, jangan mengelas berlebihan
- Sedapat mungkin mempersedikit jumlah lintasan
- Melakukan persiapan tepi dan penyesuaian yang tepat
- Menggunakan las terputus-putus, minimal untuk sambungan prakonstruksi
- Menggunakan langkah mundur (backstepping), yaitu menimbun las pada las sebelumnya yang telah
selesai, atau menimbun dalam arah berlawanan dengan arah pengelasan sambungan.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 89

Biarkan penyusutan terjadi dengan:


- Mengungkit plat sehingga setelah penyusutan terjadi plat akan berada pada posisi yang tepat.
- Menggunakan potongan yang diberi lenturan awal.

- Melakukan pengelasan simetris; las sudut pada setiap sisi potongan menghasilkan pengaruh yang saling
menghilangkan
- Menggunakan segmen las tersebar
- Pemukulan, yaitu meregangkan logam dengan sejumlah pukulan
- Menggunakan klem, alat pemegang dan lain-lain; alat ini membuat logam las meregang ketika
mendingin.

Sumber: Salmon dkk, 1991


Gambar 1.73. Posisi pengelasan
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 90

Sumber: Salmon dkk, 1991


Gambar 1.74. Persiapan tepi untuk las tumpul

Cacat yang mungkin terjadi pada las


Teknik dan prosedur pengelasan yang tidak baik menimbulkan cacat pada las yang menyebabkan
diskontinuitas dalam las. Cacat yang umumnya dijumpai ialah :

Peleburan Tak Sempurna


Peleburan tak sempurna terjadi karena logam dasar dan logam las yang berdekatan tidak melebur bersama
secara menyeluruh. Ini dapat terjadi jika permukaan yang akan disambung tidak dibersihkan dengan baik dan
dilapisi kotoran, terak, oksida, atau bahan lainnya. Penyebab lain dari cacat ini ialah pemakaian peralatan las
yang arus listriknya tidak memadai, sehingga logam dasar tidak mencapai titik lebur. Laju pengelasan yang
terlalu cepat juga dapat menimbulkan pengaruh yang sama.

Penetrasi Kampuh yang Tak Memadai


Penetrasi kampuh yang tak memadai ialah keadaan di mana kedalaman las kurang dari tinggi alur yang
ditetapkan. Keadaan ini diperlihatkan pada sambungan yang seharusnya merupakan penetrasi sempurna.
Penetrasi kampuh parsial hanya dapat diterima bila memang ditetapkan demikian. Cacat ini, yang terutama
berkaitan dengan las tumpul, terjadi akibat perencanaan alur yang tak sesuai dengan proses pengelasan yang
dipilih, elektroda yang terlalu besar, arus listrik yang tak memadai, atau laju pengelasan yang terlalu cepat.

Porositas
Porositas terjadi bila rongga-rongga atau kantung-kantung gas yang kecil terperangkap selama proses
pendinginan. Cacat ini ditimbulkan oleh arus listrik yang terlalu tinggi atau busur nyala yang terlalu panjang.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 91

Porositas dapat terjadi secara merata tersebar dalam las, atau dasar dekat plat pelindung pada las tumpul. Yang
terakhir diakibatkan oleh prosedur pengelasan yang buruk dan pemakaian plat pelindung yang ceroboh.

Sumber: Salmon dkk, 1991

Gambar 1.75. Cacat-cacat las yang mungkin terjadi

Peleburan Berlebihan
Peleburan berlebihan (uncercutting) ialah terjadinya alur pada bahan dasar di dekat ujung kaki las yang tidak
terisi oleh logam las. Arus listrik dan panjang busur nyala yang berlebihan dapat membakar atau menimbulkan
alur pada logam dasar. Cacat ini mudah terlihat dan dapat diperbaiki dengan memberi las tambahan.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 92

Kemasukan Terak
Terak terbentuk selama proses pengelasan akibat reaksi kimia lapisan elektroda yang mencair, serta terdiri
dari oksida logam dan senyawa lain. Karena kerapatan terak kecil dari logam las yang mencair, terak biasanya
berada pada permukaan dan dapat dihilangkan dengan mudah setelah dingin. Namun, pendinginan sambungan
yang terlalu cepat dapat menjerat terak sebelum naik ke permukaan. Las menghadap ke atas seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 1.72(d) sering mengalami kemasukan terak dan harus diperiksa dengan teliti. Bila
beberapa lintasan las dibutuhkan untuk memperoleh ukuran las yang dikehendaki, pembuat las harus
membersihkan terak yang ada sebelum memulai pengelasan yang baru. Kelalaian terhadap hal ini merupakan
penyebab utama masuknya terak.

Retak
Retak adalah pecah-pecah pada logam las, baik searah ataupun transversal terhadap garis las, yang
ditimbulkan oleh tegangan internal. Retak pada logam las dapat mencapai logam dasar, atau retak te rjadi
seluruhnya pada logam dasar di sekitar las. Retak mungkin merupakan cacat las yang paling berbahaya, namun,
retak halus yang disebut retak mikro (mikrofissures) umumnya tidak mempunyai pengaruh yang berbahaya.
Retak kadang-kadang terbentuk ketika las mulai memadat dan umumnya diakibatkan oleh unsur-unsur yang
getas (baik besi ataupun elemen paduan) yang terbentuk sepanjang serat perbatasan. Pemanasan yang lebih
merata dan pendinginan yang lebih lambat akan mencegah pembentukan retak "panas". Retak pada bahan dasar
yang sejajar las juga dapat terbentuk pada suhu kamar. Retak ini terjadi pada baja paduan rendah akibat
pengaruh gabungan dari hidrogen, mikrostruktur martensit yang getas, serta pengekangan terhadap susut dan
distorsi. Pemakaian elektroda rendah-hidrogen bersama dengan pemanasan awal dan akhir yang sesuai akan
memperkecil retak "dingin" ini.

Pengenalan Proses Proses Las dan Pemotogan Baja

Las Busur Manual

Dalam proses pengelasannya, las busur manual menggunakan elektroda yang berselaput, elektroda berselaput
ini berfungsi sebagai bahan pengisi dan memberi perlindungan terhadap kontaminasi atmosfir. Operator las
memegang penjepit elektroda yang berisolasi dan menarik busur pada posisi dimana sambungan dibuat.
Penjepit/pemegang elektroda menjepit ujung elektroda yang tidak berselaput untuk mengalirkan arus listrik.
Elektroda mencairkan logam dasar dan membentuk terak las pada waktu yang bersamaan; ujung elektroda mencair
dan bercampur dengan bahan yang di las.

Dari busur akan diperoleh :

- Gas pelindung
- Busur yang stabil
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 93

- Pencegahan oksidasi dan unsur paduan


- Bentuk permukaan las dan kehalusan

Mesin las

Kabel masa

Kabel elektroda

Klem masa
Tang las

Gambar 1.76. Pemasangan Perlengkapan Las Busur Manual ( SMAW )

Klem masa

Hasil pengelasan

Gambar 1.77. Pengelasan dengan SMAW


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 94

Las busur manual tidak seefisien jenis-jenis las semi otomatis yang lain, karena memerlukan waktu
untuk mengganti elektroda dan harus membersihkan terak. Akan tetapi peralatan lebih murah, lebih mudah
mengoperasikan dan hanya memerlukan pemeliharaan sederhan Las busur manual adalah baik untuk posisi
pengelasan yang berbeda dan dapat digunakan di bengkel atau di lapangan.

Las busur manual banyak digunakan pada pekerjaan keteknikan, mulai dari yang ringan sampai berat.
Misalnya untuk saluran, bejana bertekanan dan rangka baja untuk konstruksi bangunan serta industri alat
berat dan perkapalan.

Las MIG/GMAW (Metal Inert Gas/Gas Metal Arc Welding)

Las MIG adalah proses pengelasan yang energinya diperoleh dari busur listrik. Busur las terjadi diantara
permukaan benda kerja dengan ujung kawat elektroda yang keluar dari nozel bersama-sama dengan gas
pelindung.Las MIG biasanya semi otomatis akan tetapi dapat dijadikan otomatis, pengoperasian otomatis
menghemat tenaga dan bahan. Hal yang penting adalah memilih kawat las dan gas pelindung yang benar.

Dengan las MIG dapat juga mengelas jenis-jenis baja dan logam non ferro. Proses las cair ini menggunakan
bahan, kawat las dan gas, dibandingkan dengan las busur manual las MIG mempunyai kemampuan dan kecepatan
yang lebih tinggi.Panas yang tinggi dari logam diperoleh dari busur, logam pengisi mencair dalam sambungan dan
busur listrik menyediakan panas yang cukup untuk memadukan permukaan. Gas pelindung melindungi cairan
kawah las dari kontaminasi oksigen dan nitrogen dari atmosfir.

Las MIG banyak digunakan pada pekerjaan keteknikan mulai yang ringan sampai berat dan pada industri
kendaraan. Pemakaian di lapangan/ditempat terbuka dapat menghembus/menghilangkan gas pelindung.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 95

Gambar 1.78. Mesin Las MIG/MAG ( GMAW )

Las Oksi- Asetilin (Oxy Acetylene Welding/OAW)

Proses las oksi-asetilin menggunakan panas dari nyala api gas untuk memadukan atau menempelkan
bagian-bagian yang akan disambung menjadi satu.Pembakaran campuran oksigen dan asetilin menghasilkan nyala
api gas atau disebut juga nyala api las.Las oksi asetilin adalah suatu keterampilan manual yang diperlukan untuk
praktik. las ini dapat dilakukan dengan atau tanpa bahan tambah/pengisi dan dapat digunakan untuk bahan mulai
dari yang tipis sampai dengan ketebalan yang sedang.

Peralatan las oksi asetilin pada umumnya murah dan dapat dipindahkan dengan mudah di tempat pengelasan,
brazing dan pemanasan yang diperlukan, akan tetapi proses ini lama/lambat dan kadang-kadang dapat
menyebabkan distorsi yang lebih besar dalam bahan yang di las sebab memerlukan pemanasan lebih lama.Dengan
las oksi asetilin tidak dapat mengelas bahan yang lebih tebal secara ekonomis. Las oksi asetilin banyak digunakan
pada pekerjaan keteknikan dan fabrikasi ringan serta industri kendaraan.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 96

Gerakan tip dan


bahan tambah

Arah pengelasan

Gambar 1.79. Proses Las Oksi Asetilin

Arah pengelasan

Gambar 1.80. Posisi Tip dan Bahan Tambah

Las TIG/GTAW (Tungsten Inert Gas/Gas Tungsten Arc Welding)

Las TIG adalah proses las cair. Teknik pengelasannya sama dengan las oksi asetilin, akan tetapi panas
pengelasan dihasilkan oleh busur listrik diantara elektroda tungsten dan permukaan benda kerja.Elektroda tungsten
mempunyai titik cair yang sangat tinggi (kurang lebih 3400 drajat C) dan boleh dikatakan tidak habis apabila
digunakan dengan kapasitas/arus yang benar dan tidak menyentuh benda kerja selama mengelas. Gas Argon
adalah gas yang paling banyak digunakan sebagai media pelindung untuk melindungi logam las dari kontaminasi
nitrogen dan oksigen di atmosfir.

Istilah-istilah yang digunakan dalam proses las GTAW adalah :

Tungsten : Elektroda yang mengalirkan arus listrik.

Inert Gas : Gas yang secara kimia tidak akan bercampur dengan unsur lain dan pelindung kawah cairan
dan busur las.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 97

Arc : Pengelasan lebih cenderung dilaksanakan oleh busur listrik dari pada kombinasi/campuran gas-gas.

Proses las GTAW utamanya digunakan dalam fabrikasi ringan, sedang dan keteknikan umum. Las ini
digunakan hampir semua logam untuk kualitas/standar yang tinggi dan terutama untuk baja tahan karat,
alumunium dan logam non ferro lainnya

Elektroda tungsten

Bahan tambah
Hood

Gas pelindung

Bahan dasar

Busur las

Gambar 1.81. Proses GTAW

Pengoperasian Peralatan Las Oksi Asitelin

Penggunaan Las Oksi Asetilin

Las Oksi Asetilin digunakan untuk :

a. Industri fabrikasi ringan, misal :

- Rangka kursi

- Komponen dari logam tipis

b. Perbaikan/reklamasi bagian-bagian dapat dilaksanakannn dengan proses ini, misalnya :

- Tuangan

- Komponen-komponen ringan

- Panel bodi otomotif/saluran hisap

c. Penggunaan di lapangan, karena portabilitasnya yang tinggi sehingga sering digunakan di lapangan
untuk memperbaiki kerangka ringan dan permesinan.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 98

Peralatan Las Oksi Asetilin

Tip las

Regulator Pembakar/ Torch

Katup

Kunci botol
Silinder oksigen

Rantai pengikat
Troli

Slang las

Silinder asetilin

Gambar 1.82. Peralatan Las Oksi Asetilin

1. Silinder Gas

Ukuran-ukuran silinder oksigen dan asetilin bermacam-macam, tergantung kebutuhan pekerjaan, namun
yang umum dipakai adalah mulai dari 3500 liter, 5000 liter, 6000 liter dan 7000 liter.Adapun standar warna
silinder oksigen biasanya adalah hitam dan silinder asetilin adalah merah, namun ada juga negara atau
fabrik tertentu membuat standar warna tersendiri

Gambar 1.83. Silinder Asetilin


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 99

Keselamatan Kerja untuk Silinder Oksigen

Oksigen itu sendiri tidak dapat menyala dan meledak. Walaupun demikian oksigen akan menyebabkan
bahan terbakar dengan tidak terkehendaki. Secara umum hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menangani
oksigen adalah :

- Jangan mengoperasikan alat pneumatik dengan oksigen.


- Jangan menggunakan oksigen untuk pengecatan dengan spray.
- Jangan menggunakan oksigen sebagai pengganti udara yang dimanfaatkan.

- Jangan menghembus pipa, bejana atau tangki dengan oksigen


- Jangan menggunakan oksigen untuk penyegaran udara, membersihkan asap dalam ruang tertentu
atau mendinginkan diri Anda pada cuaca yang panas
Untuk hal tersebut, maka silinder oksigen harus ditangani secara baik, agar tidak menimbulkan bahaya-bahaya
yang tidak diingini. Adapun teknik-teknik penanganan silinder oksigen adalah sebagai berikut :

Tangani silinder-silinder dengan hati-hati,


tidak boleh terbentur, kena nyala api
maupun benda panas.

Silinder-silinder harus selalu dalam


keadaan tegak dan terikat dengan baik agar
tidak jatuh.

Apabila silinder tidak memungkan berdiri


tegak dapat juga direbahkan, tetapi
manometer harus disebelah atas
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 100

Panas matahari tidak boleh langsung


memanasi silinder, maka silinder dapat
dilindungi dengan papan
Ganjal dengan aman

Silinder-silinder tidak boleh tergeletak


tanpa ganjal yang baik

Keselamatan Kerja untuk Silinder Asetilin

Jangan mencoba memindahkan asetilin dari satu silinder ke silinder yang lain.
Asetilin dilarutkan dalam cairan aseton didalam silinder.

Selalu tinggalkan kunci silinder pada slinder apabila sedang digunakan


Sumbat pengaman silinder mencair pada 100 C, simpan silinder pada tempat dingin, ventilasi yang
baik dan tempat yang terlindung
Las oksi asetilin adalah cukup aman bila Anda menggunakan peralatan yang wajar dan bekerja sesuai
dengan prosedur.

Adapun teknik-teknik penanganan silinder asetilin adalah sebagai berikut :

Simpan silinder-silinder asetilin ditempat


yang dingin, jauh dari panas maupun terik
matahari

Jangan dicampurkan dengan silinder-


silinder oksigen

Nyala lampu gudang penyimpanan harus


redup

Dilarang merokok / menyalakan api didekat


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 101

silinder-silinder asetilin

Pisahkan silinder-silinder yang kosong dan


yang penuh

Bersihkan tempat kerja dari segala kotoran,


bebas dari bahan yang mudah terbakar, dan
tidak licin

Didalam memindahkan siilinder-silinder


memerlukan penanganan yang teliti.

Hindari silinder-silinder dari terjatuh


maupun terbentur secara keras.

Jangan berdiri didepan manometer ketika


membuka katup silinder

Hindarkan pemakaian regulator yang rusak.

Tutup katup silinder bila tidak


dipergunakan . Jika terjadi gas bocor ketika
katup ditutup :
1. Pindahkan silinder ketempat yang jauh
dari motor listrik atau sumber panas
terbuka.
2. Jauhkan merokok atau percikan api
3. Jika terjadi kebocoran disekeliling
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 102

spindle, kencangkan baut mur hingga


tidak terjadi kebocoran
4. Laporkan kepada penjual jika silinder
tetap bocor

PERHATIAN :
Gas asetilin dan bahan gas lainnya sangat
mudah terbakar bila bercampur dengan
oksigen atau udara. Kebocoran berarti
mengundang bahaya kebakaran.

2. Regulator

Regulator atau alat pengatur tekanan berfungsi untuk :

- Mengetahui tekanan isi silinder,


- Menurunkan tekanan isi menjadi tekanan kerja,

- Mengetahui tekanan kerja,


- Menjaga tekanan kerja agar tetap (konstan) meskipun tekanan isi berubah-ubah,
- Mengamankan silinder, apabila terjadi nyala balik.

Pada regulator terdapat dua buah alat penunjuk tekanan atau biasa disebut manometer, yaitu manometer
tekanan isi silinder dan manometer tekanan kerja. Manometer tekanan isi mempunyai skala lebih besar bila
dibandingkan dengan manometer tekanan kerja.Perbedaan antara regulator asetilin dan regulator oksigen
yang paling utama adalah :

a. Regulator asetilin berulir kiri

Pada waktu mengikat , putaran ulirnya ke arah kiri atau berlawanan dengan arah jarum jam, sedangkan
untuk membuka diputar kearah kanan atau searah dengan jarum jam.

b. Regulator oksigen berulir kanan

Pada waktu mengikat putaran ulirnya kearah kanan atau searah dengan jarum jam, sedangkan untuk
membuka diputar kearah kiri atau berlawanan dengan arah jarum jam.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 103

c. Warna bak manometer

Regulator oksigen : terdapat tulisan oksigen, warna bak biru / hitam /abu-abu.

Regulator asetilin : terdapat tulisan asetilin, warna bak merah.

Gambar 1.84.. Regulator Oksigen dan Asetilin

Keselamatan Kerja untuk Regulator

Jangan sekali-kali mencoba memperbaiki regulator jika tidak pernah dilatih untuk itu,karena
pengerjaan yang tidak benardapat menyebabkan resiko yang tidak diinginkan

Jangan mengoleskan oli atau grease pada regulator

Jangan menangani regulator dengan menggunakan sarung tangan, kain atau tangan yang beroli.

Jika pada manometer, tiba-tiba tekanannya naik saat katup pada pembakar (blowpipe) tertutup, maka
segera tutuplah katup tabung dan segera perbaiki regulatornya. Walaupun tidak begitu berbahaya, tetapi
dapat menyebabkan hasil pengelasan yang kurang baik.

Sebelum membuka katup silinder kendorkan selalu tombol penyetel regulator sampai putaran penuh.
Kenaikan tekanan secara mendadak di dalam regulator yang tombol penyetelnya diputar ke dalam akan
menimbulkan tegangan pada mekanisme alat dan menyebabkan kerusakan.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 104

3. Slang Las

Gambar.1.85. Slang Las

Fungsi Slang Las

Fungsi slang las adalah untuk mengalirkan gas dari silinder ke pembakar.

Bahan Slang Las

Slang las dibuat dari karet yang berlapis-lapis dan diperkuat oleh serat-serat bahan tahan panas.

Sifat Slang Las

Slang las harus mempunyai sifat :

- Kuat : Slang asetilin harus tahan tekanan 10 Kg / cm2 , slang oksigen harus tahan terhadap tekanan 20
Kg / cm2
- Tahan api / panas
- Lemas / tidak kaku / fleksibel

Slang oksigen berwarna hitam/biru/hijau, sedang slang asetilin berwarna merah. Adapun teknik-teknik
penanganan slang las adalah sebagai berikut :
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 105

Keselamatan Kerja untuk Slang Las

Hindarkan pemakaian slang yang panjang


(disarankan panjang slang yang dipakai
antara 4 sampai 6 meter). Slang panjang
cenderung tertekuk atau terpilin.

Jika harus menggunakan slang panjang,


Pastikan bahwa semua sambungan
kencang, dan pastikan bahwa slang
terhindar dari kemungkinan
terinjak,tertabrak,tertekuk atau tepilin.

Hindarkan slang agar tidak tergencet,


terpilin atau tertekuk.

Jaga slang dari permukaan kasar, tepi-tepi


tajam ataupun logam panas.

Hindarkan slang melintang di jalan dan


gilasan gerobak.

Pada pemasangan slang baru, tiuplah slang


sebentar dengan menggunakan gas dari
silinder, maksudnya agar saluran slang
betul-betul bersih

Jangan lupa sewaktu memasang slang,


pastikan bahwa slang tidak diletakan pada
tempat yang mungkin terinjak atau
tertabrak/ tergilas oleh roda silinder.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 106

4. Pembakar ( Torch) dan Tip Las

Gambar.1.86. Pembakar Las

Gambar.1.87. Tip Las

Fungsi Pembakar dan tip las :

Mencampur gas oksigen dan gas asetilin

Mengatur pengeluaran gas

Mengadakan nyala api


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 107

Keselamatan Kerja untuk Pembakar dan Tip Las

Mulut pembakar dibuat dari tembaga, oleh karena itu lunak sehingga harus dilakukan dengan hati-hati
sewaktu membersihkannya.

Gunakan jarum pembersih (tip cleaner) dengan ukuran yang tepat untuk menghindari terjadinya
kerusakan pada lubang mulut pembakar.

Jangan melepaskan atau memasang mulut pembakar dalam keadaan panas.

Jangan menggunakan tang untuk memasang mulut pembakar.

5. Pakaian Pelindung

Anda harus melindungi diri Anda sendiri dari cahaya dan panas radiasi bila mengelas dengan oksi
asetilin. Tindakan terbaik adalah bila Anda memakai baju dari bahan yang tidak mudah terbakar, celana
yang kuat dan sepatu boot atau sepatu yang sesuai.Pakaian tersebut sebaiknya dilindungi oleh sarung tangan
yang panjang, penutup sepatu, apron yang menutup seluruh badan yang semuanya dibuat dari kulit.

Sebaiknya Anda tidak memakai pakaian dari nilon atau kain yang sejenis atau kaos kaki dari plastik.
Pakaian yag dibuat dari bahan tersebut adalah berbahaya bila hal itu berhubungan/bersentuhan dengan panas
atau api.Rambut Anda harus ditutup dengan topi yang nyaman, Anda juga disarankan memakai kacamata
yang dibuat dari plastik ringan. Ukuran kaca penyaring sebaiknya sesuai dengan yang dianjurkan yaitu 4
sampai 6

Gambar.1.88. Pakaian Pelindung


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 108

untuk pengelasan secara umum. Kacamata melindungi Anda dari cahaya pembakaran, menyilaukan mata dan
panas dari partikel yang mengaburkan selama Anda mengelas.

6. Ventilasi

Tempat bekerja sebaiknya luas dan terbuka, sehingga asap pengelasan dapat terbuang/terhembus dengan
cepat.Beberapa asap dari pengelasan logam dapat membahayakan. Oleh karena itu perlu memperoleh
perhatian yang wajar agar dapat menghilangkan asap dari daerah pernafasan.Jika sirkulasi udara kurang
memadai, maka dapat digunakan alat pengisap. Alat ini dapat berupa sistem pengisap yang tetap atau alat
pengisap yang dapat dipindah-pindah.

Gambar1.89. Alat Pengisap

Pemasangan Peralatan Las Oksi Asetilin

Agar peralatan las dipasang secara benar dan sesuai dengan standar operasional, maka perlu diikuti langkah-
langkah sebagai berikut :
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 109

1. Letakkan silinder oksigen dan asetilin pada troli dalam


keadaan berdiri tegak dan ikat dengan rantai pengaman
.Buka segelnya pada masing-masing silinder.

2. Buka katup silinder oksigen dan asetilin.

Buka katup silinder oksigen dan segera tutup kembali,

hal ini dilakukan dengan cepat (kira-kira dalam waktu


detik), dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran
Kencangkan pada dudukan regulator (katup socket).
dengan
tangan Lakukan hal yang sama untuk silinder asetilin.

3. Pasanglah regulator oksigen dan asetilin secara bergantian


pada masing-masing silinder.

Silinder oksigen mempunyai ulir kanan.

Silinder asetilin mempunyai ulir kiri.

Kencangkan dengan jari tangan untuk memastikan


bahwa regulator sudah terpasang pada ulir dengan
Persambungan benar.
slang
Kencangkan dengan menggunakan kunci pas
(spanner) yang benar.

Periksa kran penyetel tekanan (pressure adjusting


screw) pada kedua regulator, kran ini harus dalam
keadaan kendor.

Buka katup silinder, gunakan kunci silinder yang benar


dan perlahan-lahan putar kira-kira satu setengah
putaran

4. Pasanglah masing-masing slang las ke regulator.

Gunakan kunci silinder (cylider key) serba guna untuk


mengencangkan sambungan tersebut hingga kencang.

5. Pasanglah slang pada pembakar


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 110

6. Pasanglah tip las pada pembakar

Pilih tip las yang sesuai dengan pekerjaan dan


kencangkan dengan tangan.

Untuk mengencangkan tip las hanya diperkenankan


dengan kekuatan tangan, tidak boleh menggunakan
alat yang lain.

Periksa dan kencangkan kembali semua sambungan


yang sudah selesai dipasang, dan periksa semua
sambungan dari kebocoran

7. Pemeriksaan semua sambungan.


Lihat
gelembung air
Buka silinder oksigen katup kira-kira 1 sd 1,5 putaran
sabun hingga jarum manometer tekanan menunjuk angka
tertentu, sesuai dengan tekanan isi silinder.

Putar kran pengatur tekanan regulator oksigen


Air sabun
sehingga menunjukkan tekanan 50 kPa atau yang
setara., demikian juga untuk regulator asetilin

Oleskan air sabun pada setiap sambungan dengan


menggunakan kuas. Kebocoran gas dapat diketahui
dengan adanya gelembung-gelembung air sabun pada
sambungan, bahkan kalau ada kebocoran yang cukup
besar akan ada bunyi berdesis.

Apabila terjadi kebocoran hendaknya mur penghubung


atau klem slang dikencangkan lagi dengan mengguna-
kan alat yang sesuai.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 111

Sambungan-sambungan yang diperiksa adalah :

Silinder dengan regulator.

Regulator dengan slang las.

Slang las dengan pembakar.

Pembakar dengan tip/mulut pembakar.

Penyalaan dan Pengaturan Nyala Api Las

Nyala api netral (Neutral flame)

Nyala api karburasi (Carburising flame)

Nyala api oksidasi (Oxidising flame)

1. Nyala Api Netral (Neutral Flame)

Yang dimaksud dengan nyala netral ialah perbandingan


campuran asetilin dengan oksigen seimbang.

Pada nyala netral terdapat dua bagian yaitu nyala inti dan nyala
luar.

Tanda-tandanya :

Bentuk kerucut nyala inti tumpul.dan berwarna biru agak


Nyala inti keputih-putihan.

Disekitar kerucut nyala tidak ada kelebihan asetilin.


Pemakaiannya digunakan untuk las cair hampir semua jenis
logam, kecuali tembaga dan paduannya.

Prosedur Menyalakan Nyala Netral :

Stel tekanan pada regulator oksigen dan regulator asetilin pada tekanan kerja 70 kPa

Buka katup asetilin (acetylene valve) pada hand piece perlahan-lahan kira-kira seperempat putaran dan
nyalakan dengan korek api las.

Terus buka katup asetilin sampai tidak berasap, tetapi tidak berbunyi /berdesis (berasap berarti
kekurangan asetilin berbunyi/berdesis berarti kelebihan asetilin).
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 112

Buka katup oksigen (oxygen valve) perlahan-lahan sehingga nyala berubah warnanya dari kuning
menjadi biru.

Teruskan membuka katup oksigen hingga bentuk kerucut berubah menjadi terang.

2. Nyala Api Karburasi (Carburising Flame)

Yang dimaksud dengan nyala karburasi adalah nyala kelebihan


asetilin. Kalau diperhatikan ada tiga bagian didalam nyala
tersebut, yaitu : nyala inti (inner cone), nyala ekor (acetylene
feather), dan nyala luar (outer cone).

Tanda-tandanya :
Nyala inti
Bentuk kerucut nyala inti tumpul dan berwarna biru.

Disekitar kerucut nyala terlihat kabut putih.


Pemakaiannya untuk mengeraskan permukaan dan dapat juga
Nyala luar
digunakanuntuk mematri keras.
Nyala ekor

Prosedur Menyalakan Nyala Karburasi

Setel nyala netral.

Buka katup asetilin sehingga terjadi nyala inti, nyala ekor,


dan nyala luar

3. Nyala Api Oksidasi (Oxidising flame )

Yang dimaksud dengan nyala oksidasi ialah nyala kelebihan


oksigen. Nyala ini terdiri dari dua bagian yaitu : nyala inti dan
nyala luar.

Tanda-tandanya :

Kerucut nyala inti meruncing dan pendek.

Warna kerucut nyala biru terang.


Nyala inti
Pemakaiannya digunakan untukmengelas tembaga dan
Nyala inti
paduannya.

Prosedur Menyalakan Nyala Oksidasi :


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 113

Setel nyala netral

Kurangi asetilin sehingga terjadi nyala inti pendek dan


meruncing.

Gambar 1.90. Pemasangan Peralatan GTAW


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 114

Las Busur Rendam (Submerged Arc Welding/SAW)

Panel kontrol

Kabel kontrol
pengisian
kawat las
Kabel
elektroda

Pengarah
Mesin Las kawat las

Nozzle
Kabel masa

Benda kerja

Gambar 1.91. Las Busur Rendam ( SAW )

Proses Las Busur Rendam :


Proses las busur rendam menggunakan elektroda kawat logam ( rol ). Busur dilindungi oleh fluksi yang
diarahkan secara terpisah, sebagian dari fluksi ini mencair dan membentuk terak menutupi logam las. Selama
proses pengelasan elektroda kawat logam masuk dan mengalir secara otomatis dalam saluran fluksi.
Gerakan/kecepatan dari mesin diatur sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Arus bolak-balik (AC) atau arus searah
(DC) dapat digunakan untuk proses ini.
Cerobong fluksi

Fluksi yang cair Elektoda


Timbunan fluksi

Terak

Bahan dasar yang cair Bahan dasar

Gambar 1.92. Proses Las Busur Rendam


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 115

Panas dari busur mencairkan dan memadukan bahan tambah dan logam dasar. Busur dilindungi dari
kontaminasi udara luar (atmosfir) oleh lapisan fluksi yang juga melindungi percikan las, suara busur dan asap
lKecepatan dari proses membantu menjaga distorsi yang minimal (kecil). Kelebihan fluksi pada permukaan las
yang belum menjadi terak dapat diambil dan digunakan lagi.

Kemampuan dan Ruang Lingkup Pekerjaan :

Proses las busur rendam menghasilkan las yang memiliki kekuatan tarik yang tinggi. Proses ini digunakan
untuk mengelas baja karbon rendah, paduan rendah, kekuatan tinggi dan baja tahan karat.Las busur rendam
digunakan untuk membuat pipa, bejana bertekanan, ketel, rel, tangki dan kerangka lain yang memerlukan
pengelasan lurus dan kontinyu.Las busur rendam umumnya digunakan dalam industri logam berat, karena proses
ini memberikan las kualitas tinggi dan memberikan asap las yang minim dan busur lasnya tidak tampak dan
peralatan mudah dioperasikan.

Electro Slag Consumable Guide Welding

Kawat las

Pengarah kawat las

Fluksi

Blok penahan

Blok penahan

Sepatu tembaga
dengan pendingin air

Air pendingin

Air pendingin
Benda kerja

Blok pengarah jalur


las

Benda kerja Hasil las

Gambar 1.93. Electro Slag Welding


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 116

Proses :

Electro slag welding menggunakan metoda pengelasan arah tunggal vertikal (tegak) secara otomatis, kawat las,
pengarah dan fluksi ditempatkan di tengah diantara pelat yang berjarak 25 mm.Kawat elektroda bergerak turun
ditengah tabung pengarah secara kontinyu. Tabung pengarah, kawat pengisi dan logam dasar dicairkan oleh panas
dari kawah. Terak las terbentuk di bawah kawah ini. Cairan kawah las dan cairan terak tertutup oleh sepatu
tembaga yang dilengkapi dengan air pendingin.

Peralatan :
a. Sumber tenaga DC dengan rentang arus 350 Amp sampai dengan 750 Ampere.
b. Unit kawat pengisi
c. Pengarah
d. Sepatu tembaga dengan air pendingin

e. Fluksi

Persiapan Pelat :
Sedikit persiapan diperlukan kecuali untuk pemotongan dengan oksigen, sambungan tumpul kampuh I terbuka.
Gap diperlukan untuk pelat dengan tebal yang bervariasi, umumnya 25 mm. Tebal bahan dan 20 mm sampai
dengan 75 mm dapat di las dengan satu tabung pengarah dan tebal tidak terbatas untuk tabung pengarah yang
banyak.

Las Tahanan ( Resistance Welding )

Las Titik :

Proses las titik menggunakan panas yang dihasilkan dari tahanan yang mengalirkan arus listrik melalui logam
yang disambung.Mesin las titik menghasilkan lingkaran las kecil yang dikenal sebagai titik lasan, untuk
menyambung dua bagian logam yang menumpang, logam yang di las diklem bersama diantara dua elektroda
tembaga paduan dan arus dialirkan diantara elektroda-elektroda, logam- logam dipanaskan pada pertemuannya
oleh arus dan disambung oleh tekanan kedua elektroda.

Mesin las titik dengan kapasitas yang besar ( pedestal ) adalah berat dan tidak portable, mesin las yang lebih
kecil sering dipasang pada meja. Dalam pengerjaannya kedua bahan yang akan disambung harus dibawa ketempat
dua jenis mesin las tersebut. Las titik mungkin juga memakai pistol las yang dapat dibawa dengan mudah. Pistol
las digunakan dalam pembuatan bodi otomotif.Las titik dapat digunakan untuk bahan yang tebalnya dari 0,025
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 117

mm sampai dengan 10 mm, akan tetapi pada umumnya las titik banyak digunakan untuk menyambung bahan yang
tebalnya kurang dari 6 mm.

Elektroda

Elektroda

Tekanan

Gambar 1.94. Proses Las Titik

Gambar 1.95. Mesin Las Titik


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 118

Pemotongan dengan Gas

Proses pemotongan menggunakan campuran oksigen dan bahan bakar gas berhubungan dengan reaksi kimia.
Reaksi ini terjadi ketika baja atau besi dipanaskan kemudian berhubungan dengan oksigen murni. Reaksi ini
dinamakan oksidasi. Apabila baja dipanaskan sampai 815 derajar C akan berubah warna menjadi merah terang.
Oksigen disemburkan dengan tekanan tinggi pada logam dan terjadilah pemotongan akibat oksidasi.Aliran dan
tekanan oksigen dan terbakarnya logam oleh bahan bahan bakar gas membuat terjadinya pemotongan.

Proses pemotongan tergantung dari :

Pemanasan baja sampai temperatur pembakaran

Oksidasi baja dalam bagian semburan oksigen

Pembuangan terak oleh tekanan dari aliran oksigen

Kontinuitas gerakan pembakar

Gambar 1.96. Proses Pemotongan

Fungsi Nyala Potong Gas :

Nyala potong/pemanasan awal hanya memanaskan permukaan logam dengan kedalaman beberapa mili
meter.Tujuan dari nyala pemanasan awal adalah untuk menjaga permukaan logam pada temperatur yang
dibutuhkan (815 derajat C). Sisa tebal bahan yang lain dipanaskan oleh pembakaran logam dan oksigen.Tidak
cukup panas untuk terjadinya reaksi tanpa nyala pemanasan awal, sebab disekitar logam dan oksigen potong
terdapat pengaruh pendinginan.Keberhasilan memotong dengan nyala gas potong tergantung dari dua kondisi
berikut :

Temperatur pembakaran logam harus dibawah temperatur titik cairnya.

Oksida yang terbentuk harus mencair pada temperatur lebih rendah dari pada titik cair logam dasar.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 119

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pemotongan :

Kebersihan permukaan pelat

Ukuran mata potong (nozzle) yang digunakan

Kebersihan nosel yang digunakan

Tekanan oksigen

Jumlah pemanasan awal

Pemotongan dengan Plasma ( Plasma Cutting).

Proses pemotongan plasma lebih serbaguna dari pada proses pemotongan dengan gas.Pemotongan dengan
plasma dapat memotong logam ferro dan non ferro, dalam prosesnya cenderung menggunakan arus listrik untuk
ionisasi gas dari pada nyala api gas dan oksigen untuk mengoksidasi logam.

Proses Busur Plasma :

Dalam pembakar plasma, busur listrik dibuat oleh :

Elektroda tungsten dan nozzle pembakar, atau

Elektroda tungsten dan permukaan benda kerja


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 120

Gambar 1.97. Peralatan Pemotong Plasma

Logam yang Dapat Dipotong :

Pemotongan dengan oksi-asetilin adalah proses kimia untuk memotong baja. Kita perlu mempelajari metoda
lain untuk memotong bahan-bahan non ferro.Pemotongan dengan plasma adalah proses pemotongan panas yang
dapat digunakan pada semua logam yang dapat dicairkan oleh panas busur plasma. Beberapa dari logam ini
adalah baja tahan karat, aluminium, besi tuang, baja-baja paduan dan baja karbon rendah. Pemotongan dengan
plasma digunakan untuk berbagai bentuk yang meliputi pemotongan lurus, miring dan profil.Industri berat dan
ringan menggunakan proses pemotongan plasma. Mesin ini ada yang dioperasikan dengan tangan (secara
manual), sepenuhnya dengan mesin dan ada juga yang dikontrol dengan komputer.

Pengoperasian Peralatan Potong Gas

Peralatan yang digunakan untuk memotong dengan mempergunakan gas/ nyala api las relatif sama dengan
peralatan yang digunakan pada proses pengelasan dengan oksi asetilin, demikian juga cara-cara penanganannya.
Perbedaan hanya pada pembakar ( blowpipe ), disamping pengaturan tekanan kerja.Pada proses pengelasan dengan
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 121

oksi asetilin menggunaka mulut pembakar berupa tip las (welding tip), sedang pada proses pemotongan dengan
gas adalah berupa pembakar potong (cutting nozzle dan attachment.).

Jenis Pembakar Potong

Ada dua jenis pembakar potong yang biasa dipergunakan pada proses pemotongan :

1) Pembakar potong serbaguna ( multi-purpose blowpipe ), yaitu jenis pembakar yang dapat dipergunakan
untuk keperluan memotong dan mengalur.

2) Pembakar potong yang menggunakan pembakar biasa , yaitu pembakar yang digunakan untuk pengelasan.

Gambar.1.98. Pembakar Potong ( Blowpipe )

Mulut potong dirancang dengan berbagai ukuran untuk bermacam-macam ketebalan bahan dan penggunaan;
serta masing-masingnya ditandai dengan ukuran.Mulut potong yang biasa digunakan, yaitu nozzle asetilin (type
41) dun nozzle LPG (type 44). Kebanyakan nozzle asetilin mempunyai lima atau enam lubang untuk pemanasan
awal dan satu lubang ditengah untuk saluran oksigen potong.Nozzle potong LPG bentuknya relatif sama, tapi
pada ujung mulut nozzle ada ceruk untuk mengarahkan nyala pemanasan awal.

Gambar.1.99. Mulut Potong ( Cutting Nozzle )


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 122

Beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk memperoleh ketepatan dan kualitas pemotongan
dengan nyala ialah :
a. Komposisi logam, untuk keperluan dijelaskan sebelumnya

b. Kebersihan benda kerja dan bahan, yaitu terbebas dari bahan-bahan seperti cat, oli, stempet dan
sebagainya

c. Memilih nozzle yang benar. Terutama memilih ukuran yang disesuaikan dengan tebal bahan yang akan
dipotong.

d. Tekanan gas. Ikuti apa yang dianjurkan karena bila terlalu rendah atau terlalu tinggi, tekanannya dapat
merusak hasil pemotongan.

e. Kebersihan nozzel, nyala yang tidak tetap, terutama pada hembusan oksigen pemotong, pemotongan akan
gagal. Diperlukan hembusan oksigen yang lurus/ sejajar dengan nyala awal.

f. Nyala pemanasan awal harus cocok dengan pekerjaannya, bila terlalu kecil nyalanya sulit untuk
mengawali pemotongan dan sulit mengontrolnya, sebaliknya bila terlalu besar terjadi pencairan yang
berlebihan.

g. Memerlukan kecepatan potong yang benar. Bila terlalu rendah atau terlalu tinggi akibatnya pada kualitas
dan ketepatan pemotongan.

h. Adanya peregangan dan pengerutan logam ( distorsi ) berakibat ketepatan pada hasil pemotongan,
khususnya pada pemotongan yang panjang dan besar.

Pemotongan secara Manual ( Freehand Cutting ) dan Mamakai Alat Bantu

Pemotongan secara manual (dengan tangan) meliputi semua pemotongan manual, dimana tidak
menggunakan alat bantu pemotongan. Pemotongan secara manual terutama kalau memotong bentuk yang tidak
beraturan, atau gerakan pemotong yang tidak teratur, sehingga selama proses pemotongan tidak menggunakan
alat bantu.Sedangkan alat bantu yang sering digunakan pada motongan dengan tangan adalah berupa alat bantu
yang dipasang pada nozzle. Alat bantu potong yang digunakan pada proses pemotongan dengan tangan adalah
untuk memotong lurus dan lingkaran.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 123

Gambar.1.100. Alat Bantu


Tabel Penggunaan Nozle dan Gas

Pemotongan dengan Mesin Potong Gas


Mesin potong gas/ nyala api adalah peralatan yang penting pada bengkel teknik dan fabrikasi, dalam
mengerjakan komponen dan pekerjaan konstruksi baja.Mesin potong ini mempunyai kelebihan dari pada
pemotongan dengan tangan, terutama bila pekerjaan yang tebal dan berkali-kali, dimana mata potongnya
(nozzel) dipasang secara kokoh/kuat pada jarak yang tetap dan dapat menghasilkan kecepatan yang teratur dan
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 124

tetap, yaitu dengan menggunakan motor penggerak. ( akan dibahas lebih lanjut pada Unit 0759 / Thermal
Cutting and Associate Processes )

Berikut ini beberapa efek pengaturan nyala api potong terhadap hasil pemotongan :

Ha sil y a n g b a ik Pe motongan te rl al u ce pat Pe motongan te rl al u l ambat

Pe manasan awal be rl e bi han


No zzle terla lu ja u h No zzle terla lu d eka t

Pe manas an awal kurang O ksigen potong te rl al u


ti nggi No zzle ko to r
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 125

5. Pengoperasian Peralatan Las Busur Manual

Peralatan Las Busur Manual

Gambar.1.101. Pemasangan Peralatan Las Busur Manual

1. Mesin Las Busur Manual


Mesin las busur manual secara garis besarnya dibagi dalam 2 golongan, yaitu : Mesin las arus bolak balik
(Alternating Current / AC Welding Machine) dan Mesin las arus searah (Direct Current / DC Welding
Machine) Mesin las AC sebenarnya adalah transpormator penurun tegangan. Transformator (trafo mesin las)
adalah alat yang dapat merubah tegangan yang keluar dari mesin las, yakni dari 110 Volt, 220 Volt, atau 380
Volt menjadi berkisar antar 45 80 Volt dengan Amper yang tinggi. Mesin las DC mendapatkan sumber
tenaga listrik dari trafo las ( AC ) yang kemudian diubah menjadi arus searah atau dari generator arus searah
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 126

yang digerakkan oleh motor bensin atau motor diesel sehingga cocok untuk pekerjaan lapangan atau untuk
bengkel-bengkel kecil yang tidak mempunyai jaringan listrik.

Pengaturan arus pada pengelasan dapat dilakukan dengan cara memutar tuas, menarik, atau menekan,
tergantung pada konstruksinya, sehingga kedudukan inti medan magnit bergeser naik-turun pada
transformator. Pada mesin las arus bolak-balik, kabel masa dan kabel elektroda dipertukarkan tidak
mempengaruhi perubahan panas yang timbul pada busur nyala.

Gambar.1.102. Sirkuit mesin las AC (kiri) dan DC (kanan)

2. Kabel Las
Pada mesin las terdapat kabel primer ( primary power cable ) dan kabel sekunder atau kabel las ( welding
cable ).Kabel primer ialah kabel yang menghubungkan antara sumber tenaga dengan mesin las. Jumlah
kawat inti pada kabel primer disesuaikan dengan jumlah phasa mesin las ditambah satu kawat sebagai
hubungan masa tanah dari mesin las.
Kabel sekunder ialah kabel-kabel yang dipakai untuk keperluan mengelas, terdiri dari dua buah kabel
yang masing-masing dihubungkan dengan penjepit ( tang ) elektroda dan penjepit ( holder ) benda kerja. Inti
kabel terdiri dari kawat-kawat yang halus dan banyak jumlahnya serta dilengkapi dengan isolasi. Kabel-
kabel sekunder ini tidak boleh kaku , harus mudah ditekuk/digulung.

Penggunaan kabel pada mesin las hendaknya disesuaikan dengan kapasitas arus maksimum dari pada
mesin las. Makin kecil diameter kabel atau makin panjang ukuran kabel, maka tahanan/hambatan kabel akan
naik, sebaliknya makin besar diameter kabel dan makin pendek maka hambatan akan rendah.Pada ujung
kabel las biasanya dipasang sepatu kabel untuk pengikatan kabel pada terminal mesin las dan pada penjepit
elektroda maupun pada penjepit masa.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 127

3. Tang Elektroda

Elektroda dijepit dengan tang elektroda. Tang elektroda dibuat dari bahan kuningan atau tembaga dan
dibungkus dengan bahan yang berisolasi yang tahan terhadap panas dan arus listrik, seperti ebonit. Mulut
penjepit hendaknya selalu bersih dan kencang ikatannya agar hambatan arus yang terjadi sekecil mungkin.

Gambar 1.103. Tang Elektroda

4. Klem Masa
Untuk menghubungkan kabel masa ke benda kerja atau meja
kerja dipergunakan penjepit (klem) masa. Bahan penjepit
kabel masa sebaiknya sama dengan bahan penjepit elektroda
(logam penghantar arus yang baik). Penjepit masa dijepitkan
pada benda kerja dan pada tempat yang bersih dan kencang. Gambar.1.104. Klem Masa

5. Alat-alat Bantu dan Keselamatan Kerja

a. Palu terak dan sikat baja


Palu terak (chipping hammer) dan sikat kawat baja
dipergunakan untuk membersihkan terak-terak setiap
selesai satu pengelasan atau pada waktu akan
menyambung suatu jalur las yang terputus. Palu terak
mempunyai ujung-ujung yang berbentuk pahat dan
runcing. Ujung yang runcing dipakai membuang rigi-rigi
Pal u terak
pada bagian yang berbentuk sudut, sedangkan ujung yang
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 128

berbentuk pahat dipergunakan pada permukaan rigi-rigi


yang rata.

Untuk membersihkan bagian-bagian terak yang


ketinggalan, setelah diketok dengan palu terak,
selanjutnya disikat dengan sikat kawat baja sehingga rigi-
rigi las benar-benar bebas dari terak, selain itu digunakan
untuk membersihkan bidang benda kerja sebelum dilas. Si kat baja

Gambar.1.105. Palu Terak & Sikat Baja

b. Alat Penjepit ( Smit Tang )


Untuk memegang benda kerja yang panas
dipergunakan alat ( tang )penjepit dengan macam-
macam bentuk, seperti bentuk moncong rata,
moncong bulat, moncong srigala dan moncong
kombinasi.

Gambar.1.106. Smit Tang

Penggunaan Las Busur Manual


Las busur manual termasuk salah satu proses las yang paling banyak digunakan dalam proses manufaktur
dan perbaikan barang-barang mekanik dan konstruksi. Proses las busur manual menggunakan bahan pengisi
atau bahan tambah yang disebut elektroda. Jenis elektroda las busur manual termasuk elektroda berselaput/
bersalutan, karena jenis elektroda ini terdiri dari kawat inti yang dibungkus oleh salutan/ fluksi ( flux ).

Gambar.1.107. Elektroda
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 129

Berikut ini beberapa contoh aplikasi penggunaan proses las busur manual, antara lain :

Sambungan-sambungan kaki kolom,

Konstruksi baja
Balok-balok penyangga,
Bejana bertekanan,

Alat berat, dll.

Gambar.1.108. Contoh Penggunaan Las Busur Manual


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 130

Penyalaan Busur Las


1. Pengaturan Mesin Las :

a. Untuk mesin las AC, periksa apakah kabel elektroda sudah dihubungkan pada terminal yang bertanda
elektroda. Demikian juga dengan terminal yang lain dan pilih voltage yang sesuai.

b. Periksa bahwa handel polaritas telah menunjukkan pengkutuban yang sesuai dengan jenis elektroda yang
dipakai, apabila mesin las tidak memiliki handel polaritas, yakinkan bahwa elektroda dan benda kerja
telah disambung dengan terminal yang benar dan cukup kuat.

2. Pengaturan Arus Pengelasan :

Arus yang terlalu rendah akan menyebabkan tidak terjadi penembusan dan perpaduan yang baik antara kawat
las dengan benda kerja dan kawah las sulit dikontrol.

Pada arus yang terlalu tinggi akan menghasilkan banyak percikan terak, rigi las lebar dan penembusan terlalu
dalam.

Selanjutnya untuk menentukan besarnya arus listrik yang dipergunakan harus disesuaikan dengan tabel
pemakaian arus yang terdapat pada setiap bungkus elektroda.

3. Persiapan Benda Kerja :

Tempatkan benda kerja pada meja dengan kedudukan yang rata, bagian pelat yang panjang melintang pada
badan anda, dengan maksud agar anda dapat melihat dengan jelas, dimana anda akan memulai dan
menghentikan elektroda. Pakailah alat-alat pelindung dan kemudian hidupkan mesin las.

4. Teknik Penyalaan Busur Las :

Untuk latihan pertama kali gunakan elektroda E 6013, dengan diameter 3,25 mm, jepitlah ujung elektroda
yang tidak berselaput pada penjepit ( tang ) elektroda. Sekarang elektroda sudah dialiri arus listrik, hati-
hatilah terhadap sentuhan elektroda dengan meja kerja, karena. bisa terjadi penyalaan.

Berdirilah pada posisi yang nyaman untuk dapat mengikuti gerakan elektroda. Jangan memegang pemegang
elektroda terlalu kuat atau kaku. Dengan pegangan yang rilek akan lebih memudahkan dalam penyalaan dan
penarikan busur.

Arahkan ujung elektroda ke benda kerja dengan sudut elektroda kurang lebih 70o terhadap permukaan
benda kerja. Turunkan ujung elektroda yang akan dinyalakan sehingga mencapai 30 mm di atas permukaan
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 131

benda kerja. Sekarang turunkan pelindung muka (helm las).Nyalakan busur dengan menggoreskan ujung
elektroda pada permukaan benda kerja seperti menggoreskan korek api atau menyentuhkannya pada
permukaan benda kerja. Ketika sudah mulai nampak busur, tarik elektroda hingga kurang lebih 6 mm,
kembalikan elektroda ke posisi penyalaan kemudian kurangi tinggi busur sampai jaraknya sebesar diameter
kawat inti elektroda ( muka dan mata tetap harus dilindungi oleh helm las ).

Gambar.1.109. Penyalaan Busur Las

Ulangi latihan ini sampai menghasilkan gerakan penyalaan busur yang baik dan tinggi busur yang tetap.
Selanjutnya untuk mematikan busur, elektroda harus diangkat dengan cepat, ini dimaksudkan untuk
mencegah menempelnya ujung elektroda pada permukaan benda kerja. Bila elektroda menempel secara kuat
pada benda kerja, mesin las supaya dimatikan, kemudian etektroda dapat dilepas ( jika perlu dengan
dipahat ).

5. Teknik Penarikan Busur/ Jalur Las :

Dengan tinggi busur kira-kira sama dengan diameter elektroda tunggu hingga lebar kawah las mencapai
2 kali diameter elektroda sebelum menarik busur.Untuk yang biasa menggunakan tangan kanan penarikan
busur dilakukan dari kiri ke kanan, sedangkan untuk yang menggunakan tangan kiri penarikannya dari kanan
ke kiri. Elektroda membentuk sudut 70-80 ke arah gerakan pengelasan dan ini dinamakan sudut elektroda.
Untuk mengontrol jalur pertahankan lebar kawah las 2 kali diameter elektroda.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 132

2 x elektroda

Gambar.1.110. Penarikan Busur Las

Tinggi / panjang busur las sangat mempengaruhi keberhasilan atau kualitas hasil las, untuk itu perlu
diperhatikan kesalahan-kesalahan dalam menarik busur las berikut ini :

Busur terlalu tinggi/ panjang :


Hal ini akan menyebabkan penembusan yang dangkal,
disekitar rigi las banyak percikan, terjadi pemakanan
pada kaki jalur las serta rigi las tidak rata ( kasar ).

Busur terlalu rendah/ pendek :


Akan menyebabkan rigi/ jalur las yang sempit

( kecil ), ada resiko ujung elektroda menempel

pada permukaan benda kerja.

Sekarang bandingkan dengan tinggi busur yang benar, yaitu


satu kali diameter kawat inti elektroda. Penembusan

baik dan rigi las rata dan bersih.

Gambar.1.111. Hasil Las


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 133

6. Mematikan Busur Las


Pada akhir rigi angkatlah elektroda dengan cepat dalam rangka mematikan busur las. Pengangkatan busur
secara perlahan akan menyebabkan banyak percikan.

Hal lain yang mungkin terjadi pada akhir jalur las ada kalanya berlobang karena teroksidasi (porositas) untuk
menghindari terjadinya oksidasi dapat dilakukan dengan dua cara yang dapat dilakukan, yakni :

1. Pada akhir jalur las, elektroda ditekankan untuk mengisi kawah, kemudian diangkat dengan cepat secara
tegak lurus terhadap jalur las.

2. Sebelum mematikan busur dorong kembali elektroda kira-kira 5mm dengan sudut elektroda dinaikkan dan
busur pendek.

3. Tetapi bila jalur akan disambung lagi, maka pengisian ujung rigi dilakukan dengan cara berikut :

Ketika elektroda tersisa antara


40 50 mm, kembalikan arah elektroda

sekitar 15 20 mm. Jangan terlalu cepat karena


pencairan tetap harus dipertahankan.

Tahan elektroda sebentar ( satu detik)

baru diputus busur las secara agak cepat

dan tegak lurus.


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 134

Keuntungan Sambungan Las


1. Pertemuan baja pada sambungan dapat melumer bersama elektrode las dan menyatu dengan lebih
kokoh (lebih sempurna).
2. Konstruksi sambungan memiliki bentuk lebih rapi.
3. Konstruksi baja dengan sambungan las memiliki berat lebih ringan. Dengan las berat sambungan hanya
berkisar 1 1,5% dari berat konstruksi, sedang dengan paku keling / baut berkisar 2,5 4% dari berat
konstruksi.
4. Pengerjaan konstruksi relatif lebih cepat (tak perlu membuat lubanglubang pk/baut, tak perlu memasang
potongan baja siku / pelat penyambung, dan sebagainya ).
5. Luas penampang batang baja tetap utuh karena tidak dilubangi, sehingga kekuatannya utuh.

Kerugian Sambungan Las


1) Kekuatan sambungan las sangat dipengaruhi oleh kualitas pengelasan. Jika pengelasannya baik maka keuatan
sambungan akan baik, tetapi jika pengelasannya jelek/tidak sempurna maka kekuatan konstruksi juga tidak baik
bahkan membahayakan dan dapat berakibat fatal. Salah satu sambungan las cacat lambat laun akan merembet
rusaknya sambungan yang lain dan akhirnya bangunan dapat runtuh yang menyebabkan kerugian materi yang
tidak sedikit bahkan juga korban jiwa. Oleh karena itu untuk konstruksi bangunan berat seperti jembatan jalan
raya / kereta api di Indonesia tidak diijinkan menggunakan sambungan las.
2) Konstruksi sambungan tak dapat dibongkar-pasang.

1.2.5.Rangkuman

1.Pemilihan metode penyambungan tersebut ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain

Kualitas atau hasil akhir produk yang akan disambung


Kekuatan, fleksibelitas, kemudahan bongkar-pasang, ketahanan terhadap panas, dll
Nilai ekonomi pruduk itu sendiri, dampak lingkungan, dll
Kemungkinan penerapan penggunaan jenis-jenis sambungan, spt. las, baut-mur, dll.

2. Menyambung pelat dengan menggunakan paku keling ( sambungan keling ) masih banyak digunakan
pada konstruksi pelat tipis, karena dapat dilakukan dengan mudah dan relatif kuat
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 135

3. Sambungan sekrup pada pengerjaan fabrikasi digunakan secara luas, karena mudah digunakan, dan
dapat dibongkar-pasang serta dapat diganti jika rusak.

4. Baut adalah salah satu alat penyambung profil baja, selain paku keling dan las. Baut yang lazim digunakan
sebagai alat penyambung profil baja adalah baut hitam dan baut berkekuatan tinggi. Baut hitam terdiri dari 2
jenis, yaitu : Baut yang diulir penuh dan baut yang tidak diulir penuh, sedangkan baut berkekuatan tinggi
umumnya terdiri dari 3 type yaitu :

Tipe 1 : Baut baja karbon sedang,


Tipe 2 : Baut baja karbon rendah,
Tipe 3 : Baut baja tahan karat.

5. Untuk menyambung baja bangunan kita mengenal 2 jenis las berdasarkan bahannya yaitu :

1.Las Karbid ( Las OTOGEN )


Yaitu pengelasan yang menggunakan bahan pembakar dari gas oksigen (zat asam) dan gas acetylene (gas
karbid). Dalam konstruksi baja las ini hanya untuk pekerjaan-pekerjaan ringan atau konstruksi sekunder,
seperti ; pagar besi, teralis dan sebagainya

2.Las Listrik ( Las LUMER )


Yaitu pengelasan yang menggunakan energi listrik. Untuk pengelasannya diperlukan pesawat las yang
dilengkapi dengan dua buah kabel, satu kabel dihubungkan dengan penjepit benda kerja dan satu kabel yang
lain dihubungkan dengan tang penjepit batang las / elektrode las.

1.2.6.Tugas
Pengenalan Proses-Proses Las dan Pemotongan

A. Observasi Bengkel :
Untuk memperdalam pemahaman Anda tentang berbagai macam proses las dan pemotongan, maka lakukan
kegiatan observasi berikut ini :

1. Bentuk tim yang terdiri dari 2 atau 3 orang peserta ( menurut petunjuk pembimbing ).
2. Lakukan observasi bengkel untuk mendata spesifikasi mesin-mesin las dan pemotongan yang ada di
masing tempat kerja Anda/ bengkel Diklat.
3. Buat laporan kelompok yang berisikan tentang :
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 136

Data/ spesifikasi mesin atau peralatan yang dioservasi, seperti :


Brand / merk/ model

Rated output current


Rated input voltage
Frequency

Duty cycle, dll


Catatan-catatan tentang temuan yang dapat dijadikan bahan diskusi kelompok atau hal-
hal baru yang perlu dipertanyakan lebih lanjut dengan pembimbing.

B. Diskusi Kelompok :
1. Berdasarkan hasil observasi, masing-masing kelompok melakukan presentasi hasil observasinya kepada
kelompok-kelompok lain ( menurut petunjuk pembimbing ).
2. Beri kesempatan pada peserta untuk memberi masukan atau bertanya/ tanya-jawab.
3. Buat rangkuman hasil diskusi, setelah adanya klarifikasi dari pembimbing.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 137

1.3.Pembersihan Lokasi Kerja Fabrikasi dan K3

Sudah sama kita ketahui bahwa Kebersihan Adalah Sebagian Dari Iman Oleh karena itu kebersihan
tempat kerja sangat terkait dengan program sistim manajemen lingkungan. Dengan tempat kerja yang bersih
berarti di lokasi kerja terbebas dari sampah-sampah, sehingga setiap pekerja merasa nyaman dalam bekerja.

Dalam istilah 5 S, kegiatan pembersihan termasuk dalam kegiatan inspeksi, karena pada saat melakukan
kegiatan kebersihan berarti melakukan pengontrolan terhadap barang-barang yang tidak dipergunakan di tempat
kerja. Tujuan jangka panjang dari kegiatan ini adalah meminimalkan terjadinya kesalahan-kesalahan kecil yang
bisa mengganggu proses produksi, sehingga kualitas produk yang dihasilkan tetap terjaga.
Langkah-langkah yang dapat menunjang kebersihan tempat kerja adalah :

Kebersihan merupakan tanggung jawab seluruh karyawan.


Melakukan kegiatan pembersihan tempat kerja 3 menit setiap hari.
Seluruh karyawan adalah petugas kebersihan.
Bersihkan setiap tempat walaupun jarang digunakan.
Biasakan kebersihan merupakan inspeksi awal untuk menemukan kesalahan-kesalahan kecil.

Untuk menjaga kebersihan tempat kerja, hal yang perlu dilakukan adalah :

Tentukan penanggung jawab kebersihan untuk setiap bagian


Tentukan apa saja yang perlu dibersihkan.
Patuhi aturan yang telah disepakati.

Secara umum seperti yang disebutkan di atas, kebersihan merupakan tanggung jawab setiap orang. Tetapi
pada pelaksanaannya sering kali tidak bisa berjalan dengan baik karena tidak ada penanggung jawab kebersihan
untuk area tertentu.Penanggung jawab kebersihan akan sangat diperlukan terutama untuk tempat-tempat yang
sering dipakai bersama-sama.

Hal ini perlu merupakan kesepakatan bersama agar setiap orang mempunyai keseragaman dan tidak
melakukan kesalahan dalam melakukan kegiatan pembersihan tempat kerja. Sehingga setiap orang harus
memahami pentingnya pembersihan dan dapat mengurangi penyebab terjadinya pengotoran di tempat kerja.

Aturan yang telah disepakati, bisa berjalan dengan baik apabila setiap orang berusaha mematuhi kesepakatan
tersebut. Kebersihan tempat kerja merupakan dasar dari pelaksanaan 5 S. Dengan melakukan la ngkah
pembersihan tempat kerja secara teratur tujuan jangka panjang perusahaan untuk menerapkan sistem
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 138

manajemen mutu, sistem manajemen lingkungan dan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja akan
lebih mudah.
Peralatan kerja dan perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja ( K3) pada persiapan perakitan
konstruksi harus dipersiapkan sebelum proses perakitan konstruksi. Hal ini dilakukan supaya pada saat
perakitan konstruksi dapat dilakukan dengan baik. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu
ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.

1.3.1..Perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada pekerjaan konstruksi


1.Penggunaan APD
Penggunaan APD bertujuan untuk melindungi diri dari kecelakaan kerja. Bila semua pekerja
menggunakan APD tingkat kecelakaan kerja dapat di minimalkan sampai ke titik nol .Sesuai dengan
komitmen perusahaan dalam melindungi pekerja dan orang lain yang mungkin terkena dampak dari
aktivitas operasi perusahaan, maka dibuatkan ketentuan tentang jenis dan penggunaan dari Alat
Pelindung Diri (APD).

Penggunaan APD di berbagai area, khususnya di lapangan operasi, adalah suatu keharusan. Seluruh
pekerja diminta secara aktif untuk memberikan komentar terhadap prosedur pemilihan APD yang
digunakan dan memberikan dukungan pada pelaksanaannya. Komentar mengenai APD dari pekerja
dapat disampaikan melalui Rapat Grup K3L, Panitia Pembina K3 (P2K3) dan Komunikasi pribadi
dengan atasannya.

2.Pedoman APD.

Area yang memerlukan Jenis APD


Perlindungan

Kepala Sema area kerja Semua Topi pengaman (Safety


Helmets)
Kecuali : are akomodasi, kantor
Tali pengikat diberikan bila
dsb.
dibutuhkan
Topi logam dilarang
Kaki Semua area kerja operasi Semua sepatu boot dan sepatu
perusahaan produksi untuk suatu standard
yang disetujui
Kecuali : area akomodasi, kantor
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 139

atau yang ditentu-kan oleh


pimpinan lapa-ngan

Mata Semua area perusahaan dimana Semua dari jenis yang disetujui
diketahui ada bahaya untuk mata
Pelindung muka penuh (face
termasuk :
shields)
Workshop /bengkel Kacamata (goggles)
Labortorium Kacamata las (welding glasses)
Pengangkatan bahan Kacamata dengan pelindung
berbahaya samping
Pengelasan/gerinda
Lain-lain yang ditentukan
Tangan Semua area perusahaan dimana Semua dari jenis yang disetujui
ada :
Sarung tangan katun (Polka Dot
Penanganan bahan-bahan gloves)
Penggunaan bahan-bahan Sarung tangan kulit
berbahaya Sarung tangan karet
Penggunaan peralatan dan
alat ringan
Telinga Semua area perusahaan yang Penutup telinga
dianggap bising (lebih dari 85 Sumbat telinga
decibel) Sumbat telinga yang dapat dibuang

pernafasan Masuk ke dalam Alat bantu bernafas (breathing


bejana/ruang tertutup apparatus)
Masuk ke dalam saluran Respirator dengan penyaring
Penanganan bahan kimia udara
Area dengan penumpukkan Masker penahan debu
debu
Regu penyelamat/pemadan
kebakaran
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 140

Sumber : blogpublicrelationlp3idepok.blogspot.com

Gambar 1.112. Peralatan K3 dan Penggunaanya.


3.Kelemahan dalam APD
Kemampuan perlindungan yang tidak sempurna karena :
Memakai APD yang tidak sesuai
Cara pemakaian APD yang salah
APD tidak memenuhi perysaratan yang diperlukan
Sering APD tidak dipakai karena tidak enak/kurang nyaman

1.3.2. Jenis- Jenis Alat Pelindung Diri ( APD )

4.1. APD Pelindung Kepala

Topi pelindung kepala diperlukan bila seseorang kemungkinan akan kejatuhan benda-benda atau
terbentur kepalanya terbentur/terantuk

sumber: www.osha.gov

Gambar. 1.113. Jenis helm pelindung kepala


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 141

Beberapa bahaya yang perlu diperhitungkan :

Bahan yang runtuh saat pekerjaan penggalian


Benda yang jatuh dari suatu anjungan kerja
Benda yang jatuh saat diangkat dengan Derek/alat angkat, saat atau saat dimuat atau dibawa oleh
kendaraan
Bagian perancah yang jatuh saat membangun atau membongkarnya
Persyaratan .

Persyaratan umum topi pengaman

Bagian luarnya harus kuar dan tahan terhadap benturan atau tusukan benda-benda runcing
Jarak antara lapisan luar dan lapiran dalam dibagian puncak : 4-5 cm
Tidak menyerap air
Tahan terhadap api
3.1. Pemakaian :
Tentukan di area mana pada lokasi kerja harus memakai topi pelindung. Buat peraturannya
dan awasi pemakaiannya. Sediakan topi pengaman bagi pekerja.
Pastikan dipakai dengan benar. Ada berbagai jenis topi pengaman. Jika mungkin beri
kesempatan pada pekerja untuk memilih jenis yang sesuai untuk dirinya dan pekerjaannya
Beberapa jenis topi pelindung mempunyai kelengkapan tambahan, termasuk bantalan lunak
pada bagian dahi. Meskipun jenis ini lebih mahal harganya tetapi lebih nyaman untuk
dipakai sehingga membuat pekerja tidak enggan untuk memakainya

4.2. APD Pelindung Kaki

Melindungi kaki dari resiko :

Benda yang jatuh ke kaki


Paku, atau benda tajam lainnya yang menusuk telapak kaki
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 142

sumber: www.osha.gov

Gambar 1.114. Jenis sepatu dan boots pelindung kaki

4.3. APD-Sarung Tangan


Sarung tangan yang sesuai dapat melindungi terhadap debu (misalnya semen), beton cair dan bahan
pelarut yang dapat menyebabkan penyakit kulit. Juga akan melindungi terhadap teriris dan tergores
saat menangani bata, besi dan kayu.

sumber: www.osha.gov

Gambar 1.115.Jenis sarung tangan pelindung


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 143

4.4. APD Pelindung Mata/Muka

Ini diperlukan untuk melindungi terhadap :

Benda-benda berterbangan, misalnya bila menggunakan alat penanam paku


Percikan, misalnya saat memotong dengan piringan

sumber: www.osha.gov

Gambar 1.116 Peralatan pelindung mata

Percikan bahan kimia


Pekerjaan pengelasan, pemotongan logam, menggerinda

4.5. APD-Pakaian Kerja

Banyak kecelakaan terjadi saat orang pada posisi berbahaya tetapi tidak kelihatan. Penting untuk
merencanakan pekerjaan untuk menghindarkan orang pada posisi yang demikian. Bila memungkinkan
sediakan pakaian yang terlihat mencorong, mudah terlihat.

Sumber. http://visealengineringco.indonetwork.co.id
Gambar 1.117.Pakaian kerja

Pakaian yang mencorong diperlukan antara lain bila pekerja :


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 144

Berhubungan dengan kendaraan, misalnya harus member tanda membantu pergerakan kendaraan,
dan pekerja yang bekerja di jalanan
Agar mudah terlihat oleh sesame pekerja, misalnya pada pekerjaan membantu operasi
pengangkatan agar mudah terlihat oleh operator alat angkatnya

1.3.3. Rangkuman
1. Langkah-langkah yang dapat menunjang kebersihan tempat kerja adalah :

Kebersihan merupakan tanggung jawab seluruh karyawan.


Melakukan kegiatan pembersihan tempat kerja 3 menit setiap hari.
Seluruh karyawan adalah petugas kebersihan.
Bersihkan setiap tempat walaupun jarang digunakan.
Biasakan kebersihan merupakan inspeksi awal untuk menemukan kesalahan-kesalahan kecil.

2. Penggunaan APD bertujuan untuk melindungi diri dari kecelakaan kerja. Bila semua pekerja menggunakan
APD tingkat kecelakaan kerja dapat di minimalkan sampai ke titik nol

3. Kelemahan dalam APD

Kemampuan perlindungan yang tidak sempurna karena :


Memakai APD yang tidak sesuai
Cara pemakaian APD yang salah
APD tidak memenuhi perysaratan yang diperlukan
Sering APD tidak dipakai karena tidak enak/kurang nyaman
4. Jenis- Jenis Alat Pelindung Diri terdiri atas alat pelindung diri kepala, mata, badan kaki dan alat pelindung
diri pada ketinggian

1.3.2. Tugas
1. jelaskan alat pelindung diri dari pada saat kerja pada ketinggian
2. Jelaskan kegunaan alat pelindung diri
3. Jelaskan pedoman APD untuk kepala, kaki dan mata.
4. Jelaskan kelemahan dalam APD
5. Jelaskan jenis-jenis APD
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 145

BAB II
Pekerjaan Persiapan Perakitan Konstruksi

Kegiatan Pembelajaran 2
Kegiatan Belajar 2.Mempelajari tentang perencanaan proses perakitan, penyiapan dan pembersihan
areal/lokasi kerja penyetelan konstruksi, menyiapkan material yang diperlukan dalam proses pelaksanaannya
dan menyiapkan peralatan dan perlengkapan kerja yang sesuai dengan kebutuhan kerja pada pekerjaan
persiapan perakitan konstruksi.

Tujuan Pembelajaran
Dari kegiatan belajar 2 ini, siswa diharapkan mengetahui dan memahami tentang perencanaan proses
perakitan, penyiapan dan pembersihan areal/lokasi kerja penyetelan konstruksi, menyiapkan material yang
diperlukan dalam proses pelaksanaannya dan menyiapkan peralatan dan perlengkapan kerja yang sesuai dengan
kebutuhan kerja pada pekerjaan persiapan perakitan konstruksi.

Aktivitas Belajar Siswa


2.1. Perencanaan Proses Perakitan

2.1.1. Standar Sistem Bangunan

Dalam dunia struktur baja ada istilah bangunan standar yang artinya bangunan yang didesain dengan loading
/ beban standar, ukuran bangunan yang standar dengan jarak antar kolom longitudinal 6m dan menggunakan
single member panjang 6 m dan 12 m dan menggunakan profile struktur utama hot rolled WF yang ada
dipasaran.Beberapa istilah baku sistem bangunan pada struktur baja adalah sebagai berikut:

1. Clear Span

Gambar 2.1. Clear Span


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 146

2. Multigable With Two Clear Span

Gambar 2.2.Multigable With Two Clear Span

3. Multigable With Three Clear Spans

Gambar 2.3.Multigable With Three Clear Spans


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 147

4. Multigable With Four Clear Spans.

Gambar 2.4. Multigable With Four Clear Spans.

5. Multigable With Two Gables Each Two Spans.

Gambar 2.5. Multigable With Two Gables Each Two Spans.


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 148

6. Multigable With Two Gables Each Three Spans.

Gambar 2.6. Multigable With Two Gables Each Three Spans.

7. Multigable With Three Gables Each Three Spans.

Gambar 2.7. Multigable With Three Gables Each Three Spans.


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 149

8. Clear Span Single Slope.

Gambar 2.8. Clear Span Single Slope.

9. Multispan Single Slope With Two Spans.

Gambar 2.9. Multispan Single Slope With Two Spans.


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 150

10. Multispan Single Slope With Three Spans.

Gambar 2.10. Multispan Single Slope With Three Spans.

11. Multispan Single Slope With Four Spans.

Gambar 2.11. Multispan Single Slope With Four Spans.

System bangunan diatas pada umumnya banyak dipakai untuk struktur gudang atau workshop.
Jadi semisal kita mau pesan gudang tampa kolom tengah dengan lebar 23 m dan tinggi 6 m, maka kita tinggal
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 151

sebut saja CLEAR SPAN 23 m x 6 m tinggi maka fabrikator sudah paham maksud anda bentuk seperti no. 1
diatas.

2.1.2. Istilah dalam Konstruksi Baja.

Anchor Bolt. : Baut angkur yang digunakan pengikat kolom


pada pondasi.

ANCHORT Anchor Bolt Plan : Lay out tampak lokasi angkur bolt yang
dilengkapi jarak-jarak angkur dan reaksi perletakannya.

BASE PLATE Base Plate : Plate perletakan yang dilas pada profile kolom dan
sebagai joint kolom dengan pondasi yang diikat dengan
anchor bolt.

BAY : Bay :Jarak longitudinal center to center kolom.

BLIND RIVET Blind rivet : Semacam paku yang digunakan untuk mengikat
sheeting pada purlin dan girt

BRACKET : Bracket :Dudukan structural yang menempel pada kolom


structural yang biasa untuk dudukan crane.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 152

BUILT UP SE Buit Up Section : Batang Struktural yang dibuat dengan


cara mengelas material plate bersama-sama membentuk I ,
H Section atau bisa saja beam box.

C-Section : Profile C yang dibuat dari plate yang bending


membentuk C.

Canopy : Atap tambahan yang dibuat sebagai pelindung


panas atau hujan.

CAP PLATE : Cap Plate : Plate penutup atas kolom atau plate yang
digunakan pada end section untuk menutupi area bukaan.

COLD FORM Cold Formed : Batang profile yang dibuat dengan cara
bending atau dengan cara menekan menggunakan roda yang
umumnya diproduksi dari plate seperti C-Channcel dan Lip-
Channel.

COLUMN : St Colum : struktur utama yang menahan beban vertical dari


rafter ke pondasi. Biasa terbuat dari wf/h-beam.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 153

HOT ROLLED Hot Rolled : Profile yang dibuat dengan cara di rol dalam
kondisi masih panas. Missal Beam Blank yang dipanaskan
dan di rol menjadi WF atau H-Beam.

Clear span : Bangunan tanpa ada kolom tengah

CLEAT : Cleat : Potongan plate atau siku yang digunakan untuk


mengikat dua atau lebih batang secara bersamaan.

Corner Column : Kolom pada sudut bangunan

CRANE : Crane : Alat mecanical yang digunakan untuk


memindahkan suatu material dengan menggunakan hoist.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 154

Cross Section : Gambar as melintang Portal baja bangunan.

DOUBLE CH Double Channel : Profile Channel yang dilas bersamaan


menjadi satu componen balok yang tujuannya menambah
kekuatan.

Downspout : Talang vertikal yang meneruskan air ke tanah

FASCIA : Fascia : Aksesoris bangunan yang ditempatkan pada sisi luar


atap yang bertujuan menutup are bukaan sehingga menambah
nilai arsitektural yang juga digunakan untuk menempelkan
iklan.

FIXED BASE Fixed Base : Base plate kolom yang didesain untuk menahan
gaya vertikan dan horizontal.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 155

Flange : Penonjolan tepi pada suatu profile batang.

Flange Brace : Siku pengikat purlin ke flange kolom atau


rafter.

Framing : Rangka struktural atau non struktural yang


dibuat menjadi satu kesatuan untuk bersama-sama menahan
suatu beban. Misal Framing bangunan baja yang terdiri dari
Kolom, Rafter, Purlin, bracing.

GUTTER : Gutter :Talang yang biasa terbuat dari plate tipis untuk
menampung air hujan langsung dari atap dan diteruskan ke
talang vertical atau disebut juga downspout.

Insulation : Material yang digunakan untuk mengurangi


hantaran panas matahari.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 156

ACK BEAM : Jack Beam : Struktural member yang berguna sebagai


dudukan beam, rafter yang secara langsung tidak didukung
oleh kolom dibawah nya.

MULTY SPAN Multy Spans Building : Bangunan yang terdiri dari lebih
dari satu span lebar melintang.

PIER : Pier : Struktur Beton seperti pondasi yang didesain untuk


meneruskan beban vertikal dari kolom ke pijakan/footing.

PORTAL FRA Portal Frame : Kolom dan balok bracing yang digunakan
sebagai pengganti kawat bracing diagonal untuk menjadi
ruang yang bebas.

PREMARY F

Premary Framing : Rangka utama yang menahan beban


utama. Biasanya terdiri dari kolom rafter dan bisa saja
terdapat balok.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 157

Purlin : Frame nonstruktural yang di baut pada cleat


diatas rafter untuk dudukan sheeting atap.
Biasa terbuat dari Lhip-Channel, CNP atau Z-
Section.

Ridge : Sudut puncak bangunan

RIGID FRAM Rigid Frame : Frame struktural yang terdiri dari gabungan
balok-balok yang di joint dengan sistem sambungan kaku
tampa bracing.

Side Wall : Dinding samping bangunan

SHEETING : Sheeting : Penutup atap atau dinding yang terbuat dari


lembaran plate tipis bergelombang yang umumnya untuk
penutup atap biasa ketebalan 0.45mm.

Stifffener : Plate yang dilas pada member untuk mencegah


tekuk.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 158

STRUTS : Me Struts : member penguat horizontal untuk menahan beban


horizontal dari arah panjang.

TAPERED ME Tapered Member : Member built-up yang dilas bersamaan


dari plate membentuk member/batang yang mana ujung web
nya berbeda.

TRUSS : MemTruss : member struktural dibuat dari beberapa batang-batang


tunggal dilas atau dibaut bersama menjadi satu unit
member/balok yang bersama-sama menahan beban.

TUBE COL Tube Column : Kolom vertical yang dibuat dari


pipa kotak. Biasanya dibuat sebagai INTERNAL COLUMN
atau kolom pada mezzanine.

VALLEY GU Valley Gutter : Member channel digunakan untuk


menampung air dari V atap pada bangunan MULTY
GABLE.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 159

WEB : Web : Bagian dari batang struktural antara flange.

2.1. 3.Proses Perakitan


Menurut Wikipedia perakitan adalah sebuah proses pemabrikan di mana bagian-bagian
(biasanya yang memiliki suku cadang) suatu produk dirakit dan digabungkan satu persatu dengan
urutan tertentu hingga menjadi produk akhir. Perakitan adalah proses penggabungan dari beberapa
bagian komponen untuk membentuk suatu konstruksi yang diinginkan. Proses perakitan untuk
komponen-komponen yang dominan terbuat dari pelat-pelat tipis dan pelat tebal ini membutuhkan
teknik-teknik perakitan tertentu yang biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya faktor-
faktor yang paling berpengaruh adalah :

1. Jenis bahan pelat yang akan dirakit


2. Kekuatan yang dibutuhkan untuk konstruksi perakitan
3. Pemilihan metode penyambungan yang tepat
4. Pemilihan metode penguatan pelat yang tepat
5. Penggunaan alat-alat bantu perakitan
6. Toleransi yang diinginkan untuk perakitan
7. Keindahan bentuk
8. Ergonomis konstruksi
9. Finishing

Dasar pentingnya teknik perakitan untuk pembuatan suatu konstruksi dari bahan pelatpelat tipis
ataupun pelat tebal ini adalah harus mempertimbangkan faktorfaktor di atas, jika faktor ini
diabaikan maka kemungkinan hasil perakitan kurang baik dan kemungkinan yang lebih fatal lagi adalah
konstruksi hasil perakitan akan rusak.

A. Faktorfaktor yang Mempengaruhi Perakitan

1. Jenis bahan logam yang akan dirakit


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 160

Setiap jenis bahan mempunyai sifat-sifat khusus dari bahan lainnya, sehingga sewaktu dilakukan
perakitan jenis bahan sebelumnya harus diketahui sifat-sifatnya. Sebab dengan diketahuinya sifat-sifat
bahan ini sangat berpengaruh terhadap pemilihan metode penyambungan. Misalnya jenis
bahan aluminium yang akan dirakit mempunyai kesulitan apabila dilas, untuk itu dicari alternatif lain
untuk proses penyambungan yakni dengan memperhitungkan dan mempertimbangkan proses kerja yang
lebih mudah dan efisien.

3. Kekuatan yang dibutuhkan


Pertimbangan kekuatan yang dibutuhkan untuk suatu konstruksi, sebaiknya telah dihitung sewaktu
merencanakan konstruksi sambungan yang akan dikerjakan. Hal ini dengan mempertimbangkan untuk apa
konstruksi itu digunakan dengan dasar ini maka kita dapat memilih metode penyambungan
dalam perakitan.Dasar pertimbangan ini adalah dengan meninjau proses kerja yang mudah dan sesuai
untuk kekuatan konstruksi sambungan yang diminta.

4. Pemilihan metode penyambungan


Pemilihan metode penyabungan ini sangat erat hubungannya dengan jenis bahan dan kekuatan
sambungan yang dibutuhkan. Sebab setiap metode penyambungan mempunyai keistimewaan tersendiri.
Apabila kita salah dalam memilih metode penyambungan, maka akibatnya komponen yang kita
rakit kurang baik hasilnya atau kemungkinan rusak. Seperti pada penyambungan komponen dari pelat
baja tipis, jika menggunakan sambungan las pelat akan dapat tersambung kuat dan rapat. Sebaliknya,
pelat akan melengkung akibat pengaruh panas pengelesan.Pemilihan metode keling (riveting) atau las
tahanan mungkin lebih baik hasilnya dari pengelasan biasa.

5. Pemilihan Metode Penguatan


Penguatan pelat bertujuan untuk memberikan kekakuan pada pelat yang mengalami proses
pembentukan. Karena bahan dasar pelat ini relatif tipis, maka biasanya dibutuhkan
penguatanpenguatan pada pelat baik pada tepi maupun bodi. Pemilihan penguatan ini disesuaikan dengan
bentuk konstruksi yang dihasilkan. Seperti contoh dalam pembuatan silinder dari bahan pelat tipis maka
tepi silinder akan menghasilkan ketajaman dan mudah lentur, maka kodisi ini akan memberikan
pertimbangan untuk menambah kawat pada tepi silinder tersebut. Penambahan kawat dengan lipatan ini
akan memberikan tepi pelat menjadi tidak tajam dan kuat.

6. Penggunaan Alat Bantu Perakitan


Alat-alat bantu dalam perakitan harus dipertimbangkan berdasarkan bentuk-bentuk konstruksi.
Konstruksi yang terdiri dari jumlah komponen yang banyak membutuhkan alat bantu perakitan. Alat
bantu ini terutama dibutuhkan untuk memproduksi suatu alat dalam jumlah yang relatif besar. Alat bantu
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 161

yang dibutuhkan seperti Jig dan fixture. Alat-alat bantu sederhana yang dibutuhkan diantaranya klem
penjepit, mal-mal dan sebagainya.

7. Toleransi
Toleransi dalam perakitan dipertimbangkan berdasarkan pasangan antara elemen yang dirakit menjadi
komponen yang lebih besar. Toleransi untuk pasangan ini dikenal dengan istilah interchange ability (sifat
mampu tukar). Patokan dasar dalam perakitan harus ditentukan terlebih dahulu sebagai acuan dasar untuk
merangkai komponen yang lain.

8. Bentuk /Tampilan
Tampilan suatu produk sangat mempengaruhi terhadap nilai jual produk itu sendiri. Tampilan pada
dasarnya diawali dari gambar atau desainnya. Tampilan disesuaikan dengan penggunaan konstruksi di
lapangan.

9. Ergonomis
Ergonomis yang dimaksud dalam perakitan ini adalah kesesuaian antara produk dengan kenyamanan si
pemakai (end user) . Artinya apabila produk ini digunakan tidak menimbulkan cepat letih,
membahayakan, membosankan, dan sebagainya.

10. Finishing
Finishing atau pekerjaan akhir merupakan bagian yang sangat penting dalam proses perakitan.
Finishing ini akan memberikan tampilan terhadap nilai jual produk.

Prosedur Perakitan

Langkah perakitan untuk berbagai komponen ini dipersiapkan menurut langkah persiapan,
pelaksanaan dan finishing.

Persiapan
Menyiapkan alat bantu/jig
Alat bantu dipilih yang sesuai dengan konstruksi yang dirakit
Pelaksanaan
Komponen-komponen yang dirakit diperiksa posisinya, meliputi: kesikuan, kerataan dan kelurusan
sesuai spesifikasi.
Posisi yang dibutuhkan untuk merakit komponen-komponen dalam hal kesikuan, kerataan,
kelurusan dapat menentukan garis acuan (datum line) jika diperlukan.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 162

Apabila diperlukan, garis acuan (datum line) yang sesuai ditandai dengan benar sesuai fasilitas
perakitan.
Jig dan perlengkapan perakitan dan alat-alat yang diperlukan distel dan dipakai.
Finishing
Perakitan diperiksa secara visual dan ukurannya disesuaikan dengan gambar dan spesifikasi.

B. Metode Perakitan

1.Metode Cascade
Metode Cascade adalah metode perakitan antara komponen dengan langkah yang berurutan. Pada
prinsipnya metode ini banyak digunakan untuk sistem pengabungan antara komponen dengan menggunakan
rivet atau paku keling. Dalam proses pengabungan atau penyambungan antara komponen dari bahan pelat-
pelat tipis. Metode Cascade ini banyak digunakan untuk perakitan dengan menggunakan sistem sambungan
riveting atau keling. Proses riveting ini dengan menggunakan alat sederhana yakni perangkat penembak
paku. Alat ini menjepit paku yang sudah dimasukkan dalam lobang hasil pengeboran pelat yang akan
disambung. Selanjutnya alat ini ditekan secara bertahap sampai batang paku putus.

2.Metode Keseimbangan
Metode keseimbangan dalam perakitan merupakan proses penyambungan komponen-komponen dengan
menggunakan spot welding. Penggunaan perakitan dengan las spot ini sangat
banyak digunakan untuk penyambungan pelat-pelat tipis. Aplikasi proses penyambungan dengan spot
welding ini digunakan di industri mobil dan kereta api, juga industri pesawat terbang yang menggunakan
bodinya dari bahan pelat-pelat tipis. Keseimbangan yang dimaksukan dalam proses ini adalah
posisi sambungan dibeberapa titik harus dilakukan secara seimbang.

3.Metode Bongkar Pasang (Knock down)


Metode bongkar pasang atau istilah yang lebih populernya adalah knock down merupakan metode yang
banyak digunakan untuk perakitan.
Metode bongkar pasang ini bertujuan diantaranya :
Memudahkan dalam mobilitas atau transfortasi.
Memudahkan untuk proses perawatan atau penggantian komponen bagian-bagian dalam.
Memudahkan dalam operasional pekerjaan.
Konstruksi menjadi lebih sederhana
Penggunaan lebar bahan dan jenis dapat dengan mudah diterapkan dalam perakitan.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 163

Proses perakitan dengan metode knock down ini umumnya menggunakan sambungan baut dan mur
ataupun screw. Perakitan dengan metode ini harus dilakukan secara teliti, terutama dalam hal pengeboran
lobang-lobang yang akan dirakit. Pengeboran lobang-lobang ini biasanya dilakukan dengan memberi posisi
dasar pemasangan. Lobang yang tidak tetap lebih besar dari lobang yang tetap.Beberapa contoh-contoh baut
dan mur juga screw yang umum digunakan di pasaran. Jenis dan ukuran diameter dan panjang sangat
bervariasi.
Berikut ini contoh metode erection gudang/pabrik dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 164

Gambar 2.12 tahap pertama erection


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 165

Gambar.2.13. Tahap Kedua Erection


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 166

Gambar 2,14..Tahap ketiga Erection


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 167

Gambar 2.15.Tahap keempat erection


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 168

Gambar 2.16. Tahap kelima Erection


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 169

Gambar 2.17.Tahap keenam erection


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 170

Gambar 2.18. Tahap ke tujuh Erection


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 171

Gambar.2.19.Tahap ke delapan erection


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 172

Gambar 2.20. Tahap Sembilan pemasngan atap pabrik/gudang


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 173

2.2. Menyiapkan dan Membersihkan Areal/ Lokasi Kerja Penyetelan Konstruksi

Hal-hal yang perlu disiapkan di lokasi pekerjaan penyetelan Konstruksi baja adalah;

a. Di dalam pekerjaan membersihkan lokasi kerja dari sampah dan mungkin semak dan pohon yang akan
menghambat jalannya pekerjaan selalu dilakukan pada awal pekerjaan. Pekerjaan ini tidak terlalu
memerlukan tenaga yang besar kecuali pekerjaannya memang besar yang akan dibahas secara tersendiri
karena menyangkut penggunaan alat berat seperti buldozer, back hoe dan lain-lain.

b. Memindahkan benda yang akan menghambat proses pekerjaan.Pekerjaan memindahkan sering dilakukan
menyesuaikan dengan kondisi lapangan. Kalau kondisi lapangan pekerjaan lahan baru, biasanya ada pohon
yang perlu ditebang. Kondisi lapangan bangunan lama juga perlu pembongkaran dan pengamanan alat dan
bahan yang masih terpakai, barang tersebut diinventaris dan diletakkan pada ruangan yang aman.

c. Membuat penerangan dan sarana kebersihan seperti lampu dan tersedianya air. Untuk sarana kebersihan
disediakan tempat tersendiri sesuai dengan macam sampah yang dibuang. Pemasangan lampu bisa
menyesuaikan dengan kondisi lapangan, andaikan dekat dengan rumah tinggal, bisa langsung menyambung
dengan rumah terdekat. Bila jauh bisa menghubungi PLN dan bila tidak maka bisa menggunakan tenaga
diesel atau lainnya. Kebutuhan air biasanya dengan cara pemboran/membuat sumur atau memasang ledeng.

Gambar 2.21. Pembersihan Lapangan Lokasi Tower


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 174

2.3. Menyiapkan Material Yang Diperlukan Dalam Proses Pelaksanaan Konstruksi


Penyiapan material dalam pekerjaan persiapan perakitan konstruksi sangat penting sebelum proses
perakitan konstruksi. Seperti terlihat pada gambar di bawah ini material di siapkan pada proses fabrikasi
dan selanjutnya setelah selesai material yang sudahselesai di bawa ke lokasi perakitan yang
direncanakan.

Gambar 2.22.Material Konstruksi Baja


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 175

Gambar 2.23.Material yang sudah di cat

2.4.Menyiapkan Alat dan Perlengkapan Kerja

Alat pengangkat yang biasa digunakan didalam proyek konstruksi adalah crane. Cara kerja crane adalah
dengan mengangkat material yang akan dipindahkan, memindahkan secara horizontal, kemudian menurunkan
material ditempat yang diinginkan. Beberapa tipe crane yang umum dipakai adalah :
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 176

1. Crane Beroda Crawler

Tipe ini mempunyai bagian atas yang dapat bergerak 3600 . dengan roda crawler maka crane tipe ini dapat
bergerak didalam lokasi proyek saat melakukan pekerjaannya. Pada saat crane akan digunakan diproyek lain
maka crane diangkut dengan menggunakan lowbed trailer. Pengangkutan ini dilakukan dengan membongkar
boom menjadi beberapa bagian untuk mempermudah pelaksanaan pengangkutan.

Gambar 2.24. Crane Beroda Crawler


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 177

2. Truck Crane

Gambar 2.25. Truck Crane

Crane jenis ini dapat berpindah tempat dari satu proyek ke proyek lainnya tanpa bantuan dari alat
pengangkutan. Akan tetapi bagian dari crane tetap harus dibongkar untuk mempermudah perpindahan. Seperti
halnya crawler crane, truck crane ini dapat berputar 360 derajat. untuk menjaga keseimbangan alat, truck crane
memiliki kaki. Di dalam pengoperasiannya kaki tersebut harus dipasangkan dan roda diangkat dari tanah
sehingga keselamatan pengoperasian dengan boom yang panjang akan terjaga.

3. Crane untuk Lokasi Terbatas

Crane tipe ini diletakan di atas dua buah as tempat kedua as ban bergerak secara simultan. Dengan kelebihan
ini maka crane jenis ini dapat bergerak dengan leluasa. Alat penggerak crane jenis ini adalah roda yang sangat
besar yang dapat meningkatkan kemampuan alat dalam bergerak dilapangan dan dapat bergerak di jalan raya
dengan kecepatan maksimum 30 mph. Letak ruang operator crane biasanya pada bagian-bagian deck yang dapat
berputar.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 178

Pengangkatan dengan menggunakan Crane

Pengangkatan dengan menggunakan Crane


1. Aktivitas pengangkatan dengan menggunakan Crane harus dilakukan oleh personil yang kompeten
(Certificate).
2. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan harus diperhatikan terhadap hal berikut :
- Periksalah semua peralatan angkat (lifting) sebelum digunakan untuk memastikan bahwa alat siap
digunakan. Semua peralatan lifting harus memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.
- Aktivitas lifting dihentikan jika kondisi cuaca buruk termasuk adanya petir.
- Jangan menggunakan peralatan lifting yang telah rusak. Hindari timbulnya serabut tali kabel yang putus
dan tajam. Periksa tali kabel secara rutin dan jangan dipakai jika ada tanda-tanda kerusakan.
- Jangan memberi beban berlebih pada hoist dan peralatan rigging lainnya. Pengetahuan mengenai
kapasitas angkat, posisi, sudut dari peralatan rigging untuk menjamin praktek kerja aman.
- Pastikan bahwa beban yang diangkat pada kondisi yang bebas, tidak terikat.
- Jangan melakukan aktivitas di atas saluran proses atau saluran listrik.
- Jangan menyambung sling atau tali kabel.
- Jangan menggunakan sling secara paralel untuk menyesuaikan kebutuhan.
- Jangan melepaskan baut atau material penyambung lainnya.
- Jangan menyambung sling dengan cara di las.
- Hindari terjadinya abrasi pada kabel swing.
- Jangan berdiri atau berjalan di bawah material yang sedang diangkat.
- Arahkan beban yang diangkat sedapat mungkin menghindari area yang terdapat aktivitas orang di
bawahnya.
- Dilarang menaiki hook.
- Angkatlah pelan-pelan, perhatikan posisi sling pada gear.
- Posisi hook harus tepat berada diatas beban untuk mencegah beban mengayun jika diangkat.
- Letakkan beban pada landasan, jangan langsung mengenai kabel sling.
- Sudut antara sling tidak boleh lebih dari 30 derajat, untuk menghindari meningkatnya tegangan dan
berkurang kapasitas kabel sling.
- Sambungkan hanya shackle atau chokert ke hook.
- Pasang klip kabel dengan benar, baut bentuk U pada ujung kabel sling dan baut pada sling yang
panjang.
- Hindari kontak langsung antara tangan dan beban. Tag lines dengan panjang tertentu harus digunakan
untuk mengontrol lifting.
- Jika menggunakan chain hoist, periksa bukti /tanda inspeksi terakhir dan jangan melebihi beban angkat
rata-rata.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 179

- Semua peralatan hoist harus mempunyai batas angkat yang aman.


- Dilarang mengaitkan sling secara lansung, gunakan shackle.
- Peralatan rigging dan slinging harus ditempatkan pada tempat yang telah ditentukan jika tidak
digunakan.
3. Proses pengangkatan/ lifting harus diawasi oleh orang yang kompeten.

11. Peralatan Erection :


1. Box
2. Tali tambang
3. Tali baja
4. Liyer
5. Takel
6. Peralatan Las
7. Blander
8. Kunci / Kunci momen
9. Alat Bantu (balok-balok kayu, dll)
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 180

2.5.Rangkuman
1. perakitan adalah sebuah proses pemabrikan di mana bagian-bagian (biasanya yang
memilik
suku cadang) suatu produk dirakit dan digabungkan satu persatu dengan urutan tertentu
hingga menjadi produk akhir.

2.Proses perakitan untuk komponen-komponen yang dominan terbuat dari pelat-pelat tipis
dan pelat tebal ini membutuhkan teknik-teknik perakitan tertentu yang biasanya dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Diantaranya faktor-faktor yang paling berpengaruh adalah :
Jenis bahan pelat yang akan dirakit
Kekuatan yang dibutuhkan untuk konstruksi perakitan
Pemilihan metode penyambungan yang tepat
Pemilihan metode penguatan pelat yang tepat
Penggunaan alat-alat bantu perakitan
Toleransi yang diinginkan untuk perakitan
Keindahan bentuk
Ergonomis konstruksi
Finishing

3.Metode perakitan
Metode Cascade
Metode Keseimbangan
Metode Bongkar Pasang (Knock down)

4.Hal-hal yang perlu disiapkan di lokasi pekerjaan penyetelan Konstruksi baja adalah;

Membersihkan lokasi dari sampah dari lokasi kerja


Memindah benda atau barang yang akan mengganggu pekerjaan
Membuat penerangan dan sarana kebersihan
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 181

2.6. TUGAS
1.Teknik perakitan di pengaruhi beberapa factor yaitu :
1. Jenis bahan pelat yang akan dirakit
2. ......................................................................
3. ..........................................................................
4. ......................................................................
5. ..........................................................................
6. ..........................................................................
7. ..........................................................................
8. .........................................................................
9. ..........................................................................
2.Prosedur Perakitan
1. Persiapan
2. .............................................................................
3. ....................................................................
4. ....................................................................
5. ....................................................................
6. ....................................................................
7. ...................................................................
8. ....................................................................
9. ...................................................................
3.Metode perakitan
Metode Cascade
adalah.............
...........
Metode Keseimbangan
adalah....................
......
Metode Bongkar Pasang (Knock down) adalah
..........................................................
.........
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 182

BAB III
PEKERJAAN PERAKITAN KONSTRUKSI

Kegiatan Pembelajaran 3
Kegiatan Belajar 3. Mempelajari tentang pengukuran dan leveling, Pengangkatan material dan komponen
struktur, Perakitan rangka struktur, dan mengerjakan penyetelan sambungan pada pekerjaan perakitan
konstruksi.

Tujuan Pembelajaran
Dari kegiatan belajar 3 ini, siswa diharapkan mengetahui dan memahami pengukuran dan leveling pada
pekerjaan Perakitan Konstruksi , Pengangkatan material dan komponen struktur ke lokasi pekerjaan perakitan
konstruksi, Melaksanakan Pekerjaan Perakitan rangka struktur, dan mengerjakan penyetelan sambungan pada
pekerjaan perakitan konstruksi.

Aktivitas Belajar Siswa


3.1 . Pengukuran dan Leveling Pada Pekerjaan Perakitan Konstruksi

Pekerjaan pengukuran dan leveling lapangan (Uitzet) merupakan jenis pekerjaan yang digunakan untuk
mewujudkan denah bentuk bangunan menjadi suatu bangunan pada tanah lokasi yang telah disediakan.
Pekerjaan tersebut berupa pengukuran di lokasi bangunan sesuai dengan gambar rencana bangunan. Hasil dari
pengukuran tersebut berupa garis-garis lurus yang menunjukkan sumbu dinding tembok bangunan yang
diperoleh dengan menghubungkan titik-titik hasil pengukuran. Pekerjaan pengukuran dan leveling merupakan
pekerjaan yang sangat penting karena hasil dari pekerjaan ini dapat mempengaruhi dan menentukan baik
buruknya ukuran dan bentuk bangunan. Jenis pekerjaan ini harus dilaksanakan dengan penuh ketelitian, setiap
langkah pekerjaan harus dilakukan pengontrolan kembali.

3.1. 1.Membuat Bidang Datar


Untuk membaut bidang datar ("waterpas") pada pekerjaan pengukuran dan leveling lapangan yang berukuran
besar dan luas dapat digunakan pesawat waterpassen, sedang untuk bangunan yang berukuran kecil seperti
rumah tinggal, cukup menggunakan alat bantu sederhana berupa selang plastik yang diisi dengan air hingga dua
permukaan air dalam selang plastik membentuk bidang datar.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 183

Gambar III-1, Membuat Bidang Waterpass dengan Selang Plastik

Gambar.3.1.Membuat bidang datar

Untuk bangunan yang berukuran kecil, alat penyipat datar sederhana berupa selang plastik yang diisi air
hasilnya cukup akurat, namun untuk bangunan yang berukuran besar, alat bantu tersebut kurang akurat hasilnya.
Hal tersebut disebabkan ukuran panjang selang plastik yang terbatas, sehingga dapat mengakibatkan hasil dari
pelaksanaan pengukuran kurang akurat.

3.1.2. Membuat Garis Siku-siku


Untuk membuat garis siku-siku di lapangan banyak dilakukan dengan memanfaatkan dalil pythagoras, yaitu
perbandingan sisi miring (BC) dengan sisi datar (AC) dan sisi tegak (AB) dengan angka perbandingan AC : AB
: BC = 3 : 4 : 5.

Gambar 3-2, Membuat Garis Siku-siku


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 184

Untuk mengontrol hasil pekerjaan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menarik garis dari titik B sejajar dengan AC (BD),

b. Menarik garis dari titik C sejajar dengan AB (CD),

c. Perpotongan dua buah garis BD dengan CD berpotongan di titik D, dan akan membentuk bidang segi empat,

d. Jarak diagonal BC harus sama panjang dengan AD,

e. Bila jarak diagonal antara BC dengan AD belum sama panjang, maka garis yang menghubungkan

titik CAB belum membentuk siku-siku, dan pekerjaan pengukuran harus diulangi sampai jarak diagonal BC
dengan AD sama panjang.

Gambar 3-3, Kontrol Garis Siku-siku

3.1.3. Memasang Papan Duga Pekerjaan Perakitan Konstruksi

Papan duga pekerjaan konstruksi baja (Bouwplank) adalah sebuah benda kerja yang terdiri dari pasangan
papan-papan. Pasangan ini dimaksudkan untuk menempatkan titik-titik hasil pengukuran yang diperlukan dalam
mendirikan suatu bangunan dan membentuk bidang datar.Agar menghasilkan bentuk bangunan sesuai dengan
perencanaan, pemasangan papan juga harus memenuhi persyaratan:

1. Kedudukannya harus kuat dan tidak mudah goyah.

2. Berjarak cukup dari rencana galian.

3. Titik hasil uitzet ditempatkan dengan tanda yang jelas.

4. Sisi atas bouwplank harus terletak satu bidang (horizontal) dengan papan bangunan (bouwplank) yang lain.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 185

5. Letak kedudukan papan bangunan harus seragam (diusahakan menghadap ke dalam bangunan).

Untuk bangunan besar dan banyak terdapat ruang, pemasangan bouwplank dilaksanakan mengelilingi
seluruh area calon bangunan didirikan, sedang untuk bangunan kecil, pemasangannya cukup pada lokasi sudut
atau pertemuan bangunan.

Titik-titik pada papan bangunan yang menunjukkan as bangunan/tiang kolom dapat dijelaskan dengan tanda
dari paku yang juga berfungsi untuk menarik benang sebagai sumbu kolom Untuk menghindarkan kesalahan
yang disebabkan letaknya paku, pada kedudukan paku diberi tanda panah dengan cat/meni. Bidang atas
bouwplank harus diketam rata agar bidang atas papan dapat membentuk bidang datar (bidang waterpas). Bidang
atas papan bangunan biasanya dipasang pada kedudukan 0,00 sebagai duga lantai. Sudut pertemuan papan
bouwplank harus benar-benar siku, karena hal tersebut sebagai acuan untuk kesikuan pertemuan dinding.

Gambar 3.4, Pemasangan Bouwplank di Sudut/Pertemuan

Gambar 3.5, Pemberian Tanda pada Bouwplank

Sambungan papan bouwplak diusahakan terletak pada sumbu patok, sehingga jarak patok harus
memperhitungkan terhadap panjang papan yang akan dipergunakan sebagai bouwplank. Bila sambungan papan
bouwplank terletak di antara patok, maka sambungan papan harus menggunakan klem.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 186

Gambar 3.6, Sambungan Papan pada Patok

Gambar 3.7, Sambungan Papan diantara Patok


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 187

3.1.4. Cara Melaksanakan Pekerjaan Pengukuran dan Papan Duga

Gambar 3.8, Pekerjaan Uitzet dan Bouwplank

1. Tanamkan secara dipancang deretan patok-patok menurut kedudukan tarikan benang (garis BA) sebagai dasar
pengukuran bangunan.

2. Pancangkan deretan patok-patok menurut kedudukan garis CD yang dibuat tegak lurus terhadap garis BA
dengan menggunakan perbandingan dalil pythagoras (3:4:5).

3. Dengan cara yang sama, pancangkan deretan patok-pa-tok menurut garis EF dan GH.

4. Pada tiap-tiap patok beri tanda letaknya titik duga 0,00 dengan membuat bidang datar pada setiap patok.

5. Pasang bouwplank dengan berpedoman pada titik duga tersebut.

6. Tentukan letaknya titik-titik sumbu dinding tembok pada papan bouwplank, lalu tancapkan paku dan beri
tanda dengan cat atau meni.

a.Pengamatan/observasi
Gambar dibawah ini adalah proses pekerjaan tower Telkom mulai dari pekerjaan pengukuran, pembersihan
lapangan, penggalian pondasi bored pile sampai selesai finishing pengecatan.Coba diskusikan dengan temanmu
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 188

tentang proses pekerjaan tower dibawah ini dan bila kamu kesulitan kamu dapat mencari informasi didalam
buku bahan ajar ini atau sumber sumber informasi lain, buku teks,majalah atau di internet. Presentasikan hasil
kegiatanmu di kelas dengan bergantian dari kelompok lain. Buatlah kesimpulan dari hasil kegiatan ini agar
kamu semakin menguasai kompetensi yang diharapkan dalam pekerjaan perakitan konstruksi

Gambar. 3.9 Pekerjaan Pengukuran

Gambar 3.10 Pembersihan Lapangan


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 189

Gambar 3.11,pelaksanaan Bored Pile

Gambar 3.12 Menyetel angkur


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 190

Gambar 3.13.Pemasangan Angkur dengan konstruksi Tower

Gambar 3.14.Pemasangan konstruksi


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 191

Gambar 3.15.Pemasangan konstruksi

Gambar 3.16.Pemasangan konstruksi


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 192

Gambar 3.17.Pemasangan konstruksi

3.2.Pengangkutan Material dan Komponen Struktur


Struktur bangunan baja didesain dengan menggunakan batang-batang baja profile seperti Portal Rangka
Utama atau yang biasa disebut oleh orang-orang teknik dibidang ini "Rigid Frame" yang terdiri dari Kolom dan
Rafter (Kuda-kuda) yang dirangkai dari Hot Roled WF/H-Beam, dengan jointing baut. untuk kekuatan
longitudinal digunakan Tie-Beam atau Strut Beam yang untuk bangunan gudang biasa menggunakan material
IWF 150x75 atau Double LipChannel 150x50x20x2.3. Untuk material Purlin dudukan atap roof sheeting
digunanan LipChannel dan juga biasa digunakan untuk girt yang berfungsi sebagai dudukan penutup dinding
wall sheeting.

Berikut beberapa contoh material yang umum digunakan untuk struktur baja.
A. Material Struktur Baja
1. Profile Hot Rolled WF/H-Beam
2. Profile Angle / Siku
3. Profile "U"
4. Profile Lhip-Channel dan Z-Section
5. Profile C-Channel
6. Profile T-Beam
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 193

7. Profile Chasstellated Beam


8. Profile King Cross dan Quen Cross
9. Plate

B. Material akssesoris
1. Sheeting
2. Floor Deck

Pengiriman material dari Pabrik adalah menjadi biaya yang wajib dimasukkan dalam RAB suatu proyek.
Semisal proyek struktur baja yang mana kontraktor melakukan pabrikasi di site harus membeli material baku
/mentah (raw material ) dari pabrik dan diangkut ke site proyek untuk dilakukan pemotongan/pelubangan
sampai pabrikasi. Atau kontraktor membeli struktur baja yang sudah dipabrikasi di pabrik tinggal
mengangkutnya saja ke site langsung ke lokasi pemasangan pemasangan /perakitan konstruksi .

Biaya angkutan transportasi material baku / raw material dengan komponen sangat berbeda. Biaya angkutan
sudah berupa komponen pabrikasi tentu lebih mahal. Kita lihat dari segi tonase saja, raw material lebih banyak
dapat diangkut dalam satu mobil trailer 12m dibanding dengan componen pabrikasi, ini dikarenakan componen
pabrikasi sudah mengalami perubahan bentuk, bisa bending, terdapat banyak kupingan dll. Tak jarang pihak
ekspedisi memasang tarip kubikasi jika tonase kecil namun memakan ruang/space yang besar pada kendaraan.

Untuk raw material baja WF bisa diangkut pada trailer 12m dengan tonase 35-40 ton sedang jika sudah
menjadi komponen tonase bisa menjadi 20-30 ton untuk komponen pabrikasi gudang/pabrik. Pihak pabrik
umumnya sudah memiliki team packing yang berpengalaman yang dapat mengatur susunan komponen dalam
kendaraan untuk mendapat tonase yang lebih besar namun tetap aman dalam perjalanan.

Berbeda dengan kapal laut atau tongkang yang biasanya menggunakan kubikasi atau borongan tonase
semisal, satu tongkang yang disewa mampu dengan tonase 200 ton dan jika komponen kita hanya 50 ton, maka
kita tetap membayar 200 ton.

Kendaraan-kendaraan pengangkutan material konstruksi/ komponen ke lokasi perakitan konstruksi adalah


sebagai berikut :

1. Pick Up

Alat transportasi via darat yang satu ini memang umum nya jarang dipakai untuk pengangkutan komponen
baja pabrikasi, mungkin disaat genting saja yang semisal untuk membawa material angkur yang di packing
dalam sebuah box. Kendaraan ini hanya dapat membawa barang-barang maksimum 1 ton dengan ukuran
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 194

baknya panjang 2 Meter, Lebar 1,5 Meter, Tinggi 50 CM. Pada site / lokasi proyek kendaraan ini sering
digunakan untuk melangsir barang karena melewati jalan yang sempit.

2. Truck Colt Diesel


Alat transportasi via darat dengan ukuran bak adalah 5.8m panjang, 2.3m lebarnya dan 1.5m tinggi.
Kendaraan ini mampu membawa barang-barang total beban 8-10 ton. Kendaraan ini masih bisa melewati jalan
yang tidak terlalu lebar.

3. Truck Fuso/ Tronton.


Alat transportasi darat dengan ukuran bak maximum 5.8m panjang, 2.3m lebar dan tinggi1.8m. Kendaraan ini
mampu membawa barang-barang maximum 10 ton. Kendaraan ini memerlukan jalan yang lebar dan panjang.

Gambar 3.18 Truk Tronton


4. Trailer 12 M
Alat transportasi via darat yang satu ini sangat umum dipakai untuk pengangkutan komponen via inland.
Kendaraan ini umunya tidak memiliki bak tertutup atau biasa disebut break bak sehingga sangat mudah untuk
penyususan nya. Kendaraan ini memiliki panjang bak 12m dengan lebar 2.75m dan tinggi packing maximum
2m dengan kelebihan packig sisi kiri - kanan maximum 0.5m. Kendaraan ini mampu membawa barang-barang
30-35 ton untuk komponen pabrikasi sedangkan kapasitas maximumnya adalah 45 ton. Kendaraan ini
memerlukan jalan yang lebar dan panjang untuk kemudahaan manufer.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 195

Gambar 3.19. Truk Trailer mengangkut raw material

Selain pemilihan kendaraan yang tepat sesuai kapasitas nya, kita sebagai kontraktor harus dapat berkordinasi
dengan pihak tracking ini terkait unloading barang-barang di site. Umunya pihak transportasi hanya melihat
panjang ,tonasenya dan jenis barang yang akan diangkut, akses jalan menuju site apakah lebar, menanjak, tidak
beraspal namun tidak mempertimbangkan kesulitan saat unloading sehubungan dengan site yang terbatas. Bisa
saja kendaraan trailer 12m tidak dapat manufer untuk memposisikan unloading yang tepat.

3.3.Perakitan Rangka Struktur

3.3.1. Proses ereksi pada kolom.


Sebelumnya scaffolding harus sudah terpasang semua ,setelah crane diarahkan ke baja kolom ,kemudian
salah satu pekerja dari tim crane mengikat dan mengunci tali crane ,yang menghubungkan antara kolom dan
crane , selain itu dibagian kolom bawah juga diikat tali manila yang berfungsi sebagai pengendali arah kolom
tersebut.
Setelah dipastikan aman,crane mengangkat baja kolom tersebut dan dibantu tim ereksi dan tim crane ,
berusaha untuk memasukkan base plate dan angkur ,jika sudah pas maka dari tim ereksi baja memasang dengan
kencang semua mur ke baut angkur . Setelah berdirinya kolom,langkah yang dilakukan adalah dengan mengikat
kolom tersebut ke scaffolding dengan menggunakan tali, yang berfungsi sebagai penahan sementara , setelah
pengencangan mur baut selesai , maka tugas dari tim ereksi baja adalah melepas tali yang terhubung antara
crane dan baja tersebut.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 196

Sumber ; http://kusreny.blogspot.com/
Gambar 3.20.Pemasangan kolom pada Pedestal
3.3.2.Proses Ereksi Pada Balok
Pada pemasangan balok prosesnya adalah Sebelumnya scaffolding harus sudah terpasang semua ,setelah
crane diarahkan ke balok ,kemudian salah satu pekerja dari tim crane mengikat dengan 2 ikatan dan mengunci
tali crane ,yang menghubungkan antara balok dan crane , selain itu dibagian tepi kolom juga diikat tali manila
yang berfungsi sebagai pengendali arah balok tersebut.
Setelah dipastikan aman,crane mengangkat baja balok tersebut dan dibantu tim ereksi dan tim crane ,
berusaha untuk memasang balok ke kolom ,jika sudah pas maka dari tim ereksi baja memasang dengan kencang
semua mur ke baut . Setelah terpasang,langkah yang dilakukan adalah melepas tali yang terhubung antara crane
dan balok tersebut.

Sumber : http://kusreny.blogspot.com/
Gambar 3.21. Pemasangan Balok dan Kolom Baja
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 197

3.3.3. Proses Ereksi Rafter dan Gording


Pada pemasangan rafter (kuda-kuda baja) prosesnya adalah sebelumnya scaffolding harus sudah
terpasang semua dan dipastikan aman karena tim ereksi yang bekerja pada ketinggian lebih dari 11 m dari lantai
dasar beton,setelah crane diarahkan ke rafter , kemudian salah satu pekerja dari tim crane mengikat dengan 2
ikatan dan mengunci tali crane , yang menghubungkan antara balok dan crane , selain itu dibagian tepi kolom
juga diikat tali manila yang berfungsi sebagai pengendali arah balok tersebut.

Sumber : http://kusreny.blogspot.com
Gambar 3.22. Crane atau alat pengangkat material Baja

Setelah dipastikan aman,crane mengangkat baja rafter tersebut dan dibantu tim ereksi dan tim crane
berusaha untuk memasang rafter dan menghubungkannya ke kolom , jika sudah pas maka dari tim ereksi baja
memasang dengan kencang semua mur ke baut . Setelah terpasang,langkah yang dilakukan adalah melepas tali
yang terhubung antara crane dan rafter tersebut. Untuk menstatabilkan posisi rafter purlin/gording harus cepat-
cepat dipasang juga.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 198

Sumber : http://kusreny.blogspot.com/
Gambar 3.23 : struktur baja yang sedang dirakit

3.3.4.Pengecekan Ketegakan dan Pengencangan Baut


Setelah baja terangkai dan membentuk satu gedung maka langkah selanjutnya adalah mengecek sudut
ketegakan/vertikal yang dilakukan oleh surveyor,jika ada yang kurang tepat maka tim ereksi baja akan menyetel
baut ,sehingga mendapatkan ketegakan yang diinginkan oleh konsultan pelaksana.Selain itu tim ereksi baja juga
bertugas mengecek baut satu-persatu dan memastikan sudah terpasang semua dan dalam keadaan aman.

ERECTION
Persiapan dan peralatan :
1. Box
2. Tali tambang
3. Tali baja
4. Liyer
5. Takel
6. Peralatan Las
7. Blander
8. Kunci / Kunci momen
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 199

9. Alat Bantu (balok-balok kayu, dll)

Man Power untuk Erection :


Untuk Erection baja harus dipersiapkan tenaga kerja yang memadai. Tenaga kerja ini dapat dibagi menurut
pekerjaannnya :
- Langsiran baja yang telah difabrikasi ditempatkan di lokasi menurut kode-kode yang ada.
- Tenaga penarik Liyer dan tali baja.
- Tenaga yang menempat baja pada posisi untuk dipasang baut-baut.
- Tenaga pemasangan tali baja / tali tambang
- Tenaga pengelasan, pasang gording dan pasang mur baut, serta supervisi.

Contoh Erection Kuda-kuda Portal dan Kolom IWF :


1. Schedule fabrikasi dan erection.
2. Perencanaan arah erection, penempatan bahan hasil fabrikasi, misalnya : Untuk kuda-kuda / kap baja
vakwerk sesuai dengan kode-kode yang terdapat pada Shop drawing.
3. Erection kolom IWF dengan box pipa
4. Pemasangan Regel / koker antar kolom
5. Box besar dipasang pada kuda Kuda-kuda yang pertama
- Ketinggian box min 3 m dari puncak kuda-kuda
- Jumlah box tergantung dari bentang kuda-kuda < 23 m menggunakan 1 Box , ( L < 23 m = 1 Box, 23 < L <
46 = 2 Box ) Penarikan tambang/sling pada baja untuk kuda-kuda > 23.00 m pada 4 arah. Untuk beban berat
harus pakai sling baja.
6. Kuda-kuda dirangkai di bawah. Pemeriksaan awal terhadap panjang dan hasil pengelasan.
7. Kuda-kuda pada bagian atas diikat dengan tali baja yang ditarik dengan Liyer. (dicheck kekakuan
horisontal awal apakah perlu pengaku tambahan ).
8. Samping kanan / kiri kuda-kuda diberi tali tambang untuk menjaga posisi agar tidak terpuntir atau
dipegang dengan box pipa.
9. Bentang kuda-kuda yang sudah dirangkai dichek bentangnya = bentang kolom
10. Kuda - kuda dibaut pada kolom.
11. Box Utama digeser pada posisi kuda-kuda kedua.
12. Selanjutnya kuda-kuda yang telah dirangkai dibawah dan telah dicheck panjang dan pengelasan segera
diangkat dan dipasang. (sesuai langkah 5 s/d 10).
13. Setelah 2 kuda-kuda terpasang, untuk membantu kekakuan segera dipasang gording dan ikatan angin.
14. Untuk kuda-kuda ketiga dan seterusnya dengan langkah yang sama.
Untuk penumpukan bahan kap baja, beban bahan diperhitungkan terhadap kekuatan plat atau balok beton.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 200

Pada erection awal koordinator harus berada di lapangan untuk supervisi langsung. Selama erection
berlangsung, pelaksana lapangan harus mengikuti jalannya erection serta berfungsi sebagai supervisi.

1.Pemasangan Angkur
Angkur dipasang berdasarkan gambar shopdrawing denah angkur dengan mengikuti "Prosedur Pemasangan
Angkur"

Gambar 3.24.Pemasangan Angkur


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 201

2 Perakitan/.Erection Kolom

Gambar 3.25.Perakitan/erection kolom


3. Perakitan/ Erection Balok

Gambar 3.26..Perakitan/erection balok


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 202

3.4.Pekerjaan Penyetelan Sambungan Pada Perakitan Konstruksi

Setelah perakitan konstruksi ( erection) selesai di lakukan perlu di periksa apakah konstruksi sudah
memenuhi syarat yang di inginkan. Ada beberapa hal yang harus kita periksa seperti

1. Pemeriksaan tegaklurus dan kedataran.

Gambar. 3.27.Pemeriksaan kedataran


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 203

Contoh administrasi pemeriksaan ;

BERITA ACARA
TOWER DAN KETEGAKAN

Proyek : .

Nomor SP/PO : .. tgl :

Nama Lokasi / ID : KEBUN KELAPA / STB 093.


Pelaksana : PT.MITRA SUKSES MENARINDO.

Pada hari ini, .TanggalBulan .Tahun 2010

kami yang bertandatangan dibawah ini :

Nama :

Jabatan : .

Dalam hal ini untuk dan atas nama PT.MITRA SUKSES MENARINDO.

(yang selanjutnya disebut Pihak Pertama), dan :

Nama : .

Jabatan : .

Dalam hal ini untuk dan atas nama PT. DAYAMITRA TELEKOMUNIKASI

(yang selanjutnya disebut Pihak Kedua).

Pihak Kedua telah melakukan koordinasi perihal progress pekerjaan :

TOWER DAN KETEGAKAN

di lapangan, dengan hasil pekerjaan sebagai berikut :

- TOWER sudah terpasang dengan benar.


- PENGECATAN TOWER sudah dilakukan dengan benar
- KETEGAKAN sudah sesuai dengan toleransi.
- tidak ada pending item.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 204

Adapun sebagai pelengkap Berita Acara dilampirkan foto dokumentasi.


Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sesungguhnya dan kiranya dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Dibuat Oleh; Mengetahui;

PT.MITRA SUKSES MENARINDO PT. MITRA TELEKOMUNIKASI

: ..

2. Pemeriksaan pemasangan baut / las (Check Total)

Gambar. 3.28. Baut Pada konstruksi Tower

Semua sambungan baut dicheck apakah sudah terpasang semuanya apa belum. Apakah masih ada yang
tidak kencang ( kendor) atau sudah terpasang secara sempurna ( kuat). Pada konstruksi di daerah yang tidak
aman (rawan pencurian) misalnya tower tegangan tinggi PLN , sambungan bautnya di las supaya aman dari
pencurian.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 205

3. Pengecatan ulang meni besi

Gambar 3.29.Pengecatan konstruksi


Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 206

3.5.Rangkuman
1.Perakitan adalah proses penggabungan dari beberapa bagian komponen untuk membentuk suatu
konstruksi yang diinginkan. Proses perakitan untuk komponen-komponen yang dominan terbuat dari
pelat-pelat
2.2.1. Tugastipis dan pelat tebal ini membutuhkan teknik-teknik perakitan tertentu yang biasanya
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : Jenis bahan pelat yang akan dirakit, kekuatan
yang dibutuhkan untuk konstruksi perakitan, pemilihan metode penyambungan yang tepat, pemilihan
metode penguatan pelat yang tepat, penggunaan alat-alat bantu perakitan, toleransi yang diinginkan
untuk perakitan,
2.2.2. keindahan
Uji Kompetensi/ bentuk, ergonomis konstruksi dan finishing.
Ulangan

2.Setiap jenis bahan mempunyai sifatsifat khusus dari bahan lainnya, sehingga sewaktu dilakukan
perakitan jenis bahan sebelumnya harus diketahui sifatsifatnya. Sebab dengan diketahuinya sifat
sifat bahan ini sangat berpengaruh terhadap pemilihan metode penyambungan.
Pertimbangan kekuatan yang dibutuhkan untuk suatu konstruksi, sebaiknya telah dihitung sewaktu
merencanakan konstruksi sambungan yang akan dikerjakan.

3.Alat-alat bantu dalam perakitan harus dipertimbangkan berdasarkan bentuk-bentuk konstruksi.


Konstruksi yang terdiri dari jumlah komponen yang banyak membutuhkan alat bantu perakitan. Alat
bantu ini terutama dibutuhkan untuk memproduksi suatu alat dalam jumlah yang relatif besar. Alat
bantu yang dibutuhkan seperti Jig dan fixture.

4.Toleransi dalam perakitan dipertimbangkan berdasarkan pasangan antara elemen yang dirakit
menjadi komponen yang lebih besar. Toleransi untuk pasangan ini dikenal dengan istilah
interchange ability (sifat mampu tukar). Patokan dasar dalam perakitan harus ditentukan terlebih
dahulu sebagai acuan dasar untuk merangkai komponen yang lain.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 207

3.6.Tugas :

1. Cara membuat bidang datar adalah


..


2. Cara membuat garis siku pada bouwplank
..


3. Persyaratan pemasangan bouwplank pada pekerjaan konstrusi
..


4. Cara Melaksanakan Pekerjaan Pengukuran dan Papan Duga adalah

.
...
5.Pengangkutan material dan komponen struktur menggunakan


6. Proses Ereksi pada kolom adalah
...........................................................................................................................

7. Proses Ereksi pada balok adalah


........................................................................................................................

8. Proses Ereksi pada rafter dan gording adalah


..........................................................................................................................
............................................................................................................................
.
.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 208

DAFTAR PUSTAKA

Amon, Rene; Knobloch, Bruce; Mazumder, Atanu (1996). Perencanaan Konstruksi Baja untuk Insinyur dan
Arsitek, jilid 1 dan 2. Jakarta. Pradya Paramita
Anonim (2002). SNI 03-1729-2002. Tata cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung.
Bustraan. 1982. Daftar-daftar Untuk Konstruksi Baja. Jakarta : PT. Pradnya Paramita
Oentoeng (1999). Konstruksi Baja. Yogyakarta. Andi Ofset.
Mohd.Taib Sutan Sati. 1961. Buku Polyteknik. Bandung : Penerbit SUMUR BANDUNG.
Nathanael,S .,.2007,Modul Perencanaan Sambungan Konstruksi Baja Fak.Teknik Unimed
Rudy Gunawan,Ir. 1987. Tabel Profil Konstruksi Baja. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Salmon, Charles G., Johnson, John E. & Wira M (penterjemah). 1991. Struktur Baja, Disain dan Perilaku,
(Jilid Kesatu dan Kedua, Edisi Kedua). Jakarta : Erlangga.
Schodek, Daniel L. 1999. Struktur (Alih Bahasa) (Edisi Kedua). Jakarta : Erlangga.
Sugihardjo,R. B.A.E. __. Gambar-Gambar Ilmu Bangunan Jilid III. ___: Penerbit Djambatan N.V
Soetarmadji,Drs dan Mashari,Drs. 1979. Konstruksi Baja 1. Jakarta : Bagian Proyek Pengadaan Buku
Pendidikan Teknologi, Direktorat Dikmenjur
http://www.alatberat.com/blog/jenis-dan-type-mobile-crane-beserta-fungsinya/ diaksestanggal
02 Desember 2014
http://gentabaja.blogspot.com/2014/10/pengelasan.html diakses tanggal 25 november 2014.
http://www.jatimbromo.com/detail.php?name=Fabrication%20Process&id=62 di akses tanggal 5 Desember
2014
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 209

Glossary / Daftar Istilah


accesories komponen yang bukan structural seperti talang, canopy, fascia, pintu, tangga + handrail,
jendela, dll.
anchor bolt. baut angkur yang digunakan pengikat kolom pada pondasi.
anchor bolt plan lay out tampak lokasi angkur bolt yang dilengkapi jarak-jarak angkur dan reaksi
perletakannya.
approval drawing gambar persetujuan yang di kirim pada user/owner untuk dipelajari dan dicek kembali
jika ada perubahan akan segera di perbaiki sampai pada selesainya sebagai dasar pembuatan shop drawing
beam balok horizontal struktural
base plate plate perletakan yang dilas pada profile kolom dan sebagai joint kolom dengan pondasi yang diikat
dengan anchor bolt.
bay jarak longitudinal center to center kolom.
blind rivet semacam paku yang digunakan untuk mengikat sheeting pada purlin dan girt
bracket dudukan structural yang menempel pada kolom structural yang biasa untuk dudukan crane.
bill of material table total kebutuhan material actual yang akan digunakan pada suatu bangunan sebagai dasar
pengadaan sampai pekerjaan pabrikasi yang sudah lengkap jumlah batang, panjang, berat per item, total berat
dan surface area painting.
bird screen wire mesh yang digunakan untuk menjegah burung masuk dalam bangunan melalui jendela,
ventilasi dll.
building codes: peraturan yang berlaku untuk pembuatan suatu desain bangunan yang menjabarkan standar
beban, prosedur dan detail pemasangan struktur. biasanya penggunaannya disesuaikan dengan lokasi area
proyek.
buit up section batang struktural yang dibuat dengan cara mengelas material plate bersama-sama
membentuk i , h section atau bisa saja beam box.
crane bracket dudukan struktural yang di joint pada frame utama untuk dudukan run way crane.
c-section profile c yang dibuat dari plate yang bending membentuk c.
clear span bangunan tanpa ada kolom tengah
corner column kolom pada sudut bangunan
crane alat mecanical yang digunakan untuk memindahkan suatu material dengan menggunakan hoist.
cleat potongan plate atau siku yang digunakan untuk mengikat dua atau lebih batang secara bersamaan.
cross section gambar as melintang portal baja bangunan.
canopy atap tambahan yang dibuat sebagai pelindung panas atau hujan.
cap plate plate penutup atas kolom atau plate yang digunakan pada end section untuk menutupi area
bukaan.
cold formed batang profile yang dibuat dengan cara bending atau dengan cara menekan menggunakan roda
yang umumnya diproduksi dari plate seperti c-channcel dan lip-channel.
column st uktur utama yang menahan beban vertical dari rafter ke pondasi. biasa terbuat dari wf/h-beam.
dead load beban sendiri suatu bangunan
double channel : profile channel yang dilas bersamaan menjadi satu componen balok yang tujuannya
menambah kekuatan.
downspout talang vertikal yang meneruskan air ke tanah
erection proses perakitan/pemasangan bangunan struktur baja di lapangan
erection drawing gambar yang menjelaskan cara pemasangan lengkap dengan parking-marking componen.
fascia aksesoris bangunan yang ditempatkan pada sisi luar atap yang bertujuan menutup are bukaan sehingga
menambah nilai arsitektural yang juga digunakan untuk menempelkan iklan.
fixed base base plate kolom yang didesain untuk menahan gaya vertikan dan horizontal.
flange penonjolan tepi pada suatu profile batang.
flange brace siku pengikat purlin ke flange kolom atau rafter.
framing rangka struktural atau non struktural yang dibuat menjadi satu kesatuan untuk bersama-sama menahan
suatu beban. misal framing bangunan baja yang terdiri dari kolom, rafter, purlin, bracing.
fabrication pengelasan material yang sudah pre-fabrikasi menjadi satu componen.
gusset plate potongan plate yang menjadi koneksi beberapa batang profile yang fungsinya membantu
mendistribusikan beban.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 210

gutter talang yang biasa terbuat dari plate tipis untuk menampung air hujan langsung dari atap dan diteruskan
ke talang vertical atau disebut juga downspout.
hot rolled profile yang dibuat dengan cara di rol dalam kondisi masih panas. missal beam blank yang
dipanaskan dan di rol menjadi wf atau h-beam.
h-section profile berbentuk h yang jika dipotong melintang diman tinggi dan lebar nya sama.
hounnch pertemuan kolom dan rafter
high strength bolt baut mutu tinggi yang memiliki tensile strength > 690 mpa. beberapa contoh bolt gr. 8.8,
f10t, bolt astm a-325, a-354, a-449, a-490, dalin- yang biasa digunakan untuk mengikat komponen structural
seperti komponen kolom dengan rafter
insulation material yang digunakan untuk mengurangi hantaran panas matahari.
jack beam struktural member yang berguna sebagai dudukan beam, rafter yang secara langsung tidak
didukung oleh kolom dibawah nya.
multy spans building bangunan yang terdiri dari lebih dari satu span lebar melintang.
pier struktur beton seperti pondasi yang didesain untuk meneruskan beban vertikal dari kolom ke
pijakan/footing
portal frame kolom dan balok bracing yang digunakan sebagai pengganti kawat bracing diagonal untuk
menjadi ruang yang bebas.
premary framing rangka utama yang menahan beban utama. biasanya terdiri dari kolom rafter dan bisa saja
terdapat balok.
purlin frame nonstruktural yang di baut pada cleat diatas rafter untuk dudukan sheeting atap. biasa terbuat
dari lhip-channel, cnp atau z-section.
pre-fabricate proses pemotongan dan pelubangan terlebih dahulu untuk mempercepat pekerjaan pabrikasi.
primer paint istilah pengecatan lapis pertama yang diaplikasikan di pabrik untuk menghindari karat atau
kotoran selama pengiriman atau pemasangan.
rafter balok kuda-kuda sebagai balok struktural yang ditopang oleh kolom
ridge sudut puncak bangunan
rigid frame frame struktural yang terdiri dari gabungan balok-balok yang di joint dengan sistem sambungan
kaku tampa bracing.
roof slope sudut kemiringan atap
sag rod batang pengaku purlin atau girt. biasa terbuat dari besi bulat (besi beton atau pipa kecil).
sealent suatu material yang diaplikasikan untuk menutup retak atau sambungan untuk mencegah tirisan.
stifffener plate yang dilas pada member untuk mencegah tekuk.
sheeting penutup atap atau dinding yang terbuat dari lembaran plate tipis bergelombang yang umumnya
untuk penutup atap biasa ketebalan 0.45mm.
side wall dinding samping bangunan
secondary framing frame yang menahan beban dan diteruskan ke primary framing ,contoh purlin, girt, flange
brace dll
self drilling screws material yang digunakan untuk melekatkan panel-panel dinding / atap ke purlin / girt. pada
aplikasinya tidak perlu dilakuakn pelubangan pada panel terlebih dahulu.
self tapping screw sama fungsinya dengan sds hanya saja diperlukan pelubangan terlebih dahulu.
skylight atap transparan yang biasa dari material fiberglass untuk meneruskan cahaya ke dalam bangunan.
span jarak antara balok ke balok, kolom ke kolom, dll
splice sambungan dpada balok struktual
struts member penguat horizontal untuk menahan beban horizontal dari arah panjang.
stuctural steel member batang-batang atau disebut members yang menahan beban. semisal balok wf balok
welded beam
tapered member member built-up yang dilas bersamaan dari plate membentuk member/batang yang mana
ujung web nya berbeda.
truss member struktural dibuat dari beberapa batang-batang tunggal dilas atau dibaut bersama menjadi satu
unit member/balok yang bersama-sama menahan beban.
tube column kolom vertical yang dibuat dari pipa kotak. biasanya dibuat sebagai internal column atau kolom
pada mezzanine.
tensile gaya tarik arah longitudinal member/batang
translucent material semi transparan untuk masuk cahaya saja bukan untuk pandangan bebas.
Kls XI SMK/MAK Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja 2 211

ventilator komponen akksesoris bukaan untuk udara masuk


valley gutter member channel digunakan untuk menampung air dari v atap pada bangunan multygable.

Anda mungkin juga menyukai